Anda di halaman 1dari 22

MENGENALI PERKEMBANGAN INDIVIDU USIA SD/MI

1
Alvi Syafa’atu Rosidah, 2Asyahidah Alqurni, 3Siti Halimatus Sa’diyah, 4Muhammad
Ridwan Arif, M.Pd

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan adalah perubahan yang sistimatis, progresif, dan berkesinambungan
dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya. Perubahan tersebut dijalani setiap
individu khususnya sejak lahir hingga mencapai kedewasaan atau kematangan. Sistimatis
mengandung makna bahwa perkembangan itu dalam makna normal jelas urutannya.
Progresif bermakna perkembangan itu merupakan metamorfosis menuju kondisi ideal.
Berkesinambungan bermakna ada konsistensi laju perkembangan itu sampai dengan
tingkat optimum yang bisa dicapai. Bisa pula istilah perkembangan merujuk bagaimana
orang tumbuh, menyesuaikan diri dan berubah sepanjang perjalanan hidup mereka, melalui
perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional,
perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa. Selama perjalan kehidupan, manusia
mengalami perubahan-perubahan yang menakjubkan. Kebanyakan perubahan ini terlihat
jelas, anak-anak tumbuh makin besar, lebih cerdas, lebih mahir secara sosial dan
seterusnya. Namun banyak aspek perkembangan tidak tampak begitu jelas. Masing-masing
anak berkembang dengan cara yang berbeda, dan perkembangan juga sangat dipengaruhi
oleh budaya, pengalaman, pendidikan, dan faktor-faktor yang lain
Anak usia sekolah dasar (SD) merupakan masa yang sangat menentukan terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Anak-anak bukanlah orang dewasa kecil.
Mereka berpikir dengan berbeda, mereka melihat dunia ini dengan berbeda, dan mereka
hidup dengan prinsip-prinsip moral dan etika yang berbeda dari orang dewasa.Masing-
masing anak dipandang sebagai orang yang unik dengan pola waktu pertumbuhan masing-
masing. Dalam proses pendidikan kurikulum dan pengajaran idealnya harus tanggap dari
perbedaan yang dimiliki setiap anak, baik dalam kemampuan dan minat. Tingkat
kemampuan, perkembangan, dan gaya belajar yang berbeda sudah harus diperkirakan,
diterima dan digunakan untuk merancang kurikulum. Anak-anak diharapkan untuk maju
dengan keceptan mereka sendiri dalam mempelajari kemampuan-kemampuan yang

1
penting, termasuk kemampuan menulis, membaca, mengeja, matematika , ilmu-ilmu
sosial, ilmu pengetahuan alam, seni, musik, kesehatan, dan kegiatan fisik. Mereka harus
berkembang sesuai dengan kecerdasan yang mereka miliki.
Meskipun alam telah memberikan peluang yang besar dalam proses perkembangan
manusia, akan tetapi peluang itu akan banyak tergantung pada apa yang dipelajarinya.
Dengan belajar itulah manusia dapat menyelesaikan berbagai masalah kehidupannya. Di
samping itu, masyarakat makin lama makin maju sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka manusia ditantang untuk terus menerus belajar dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan yang terjadi. Keberhasilan dalam
proses pembelajaran akan membawa kepada keadaan kebahagian hidup, dan sebaliknya
proses pembelajaran yang tidak efektif akan berpengaruh pada proses perkembangan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dari perkembangan individu usia SD/MI?
2. Apa saja karakteristik perkembangan individu usia SD/MI?
3. Sebutkan Faktor-Faktor yang menentukan perkembangan individu usia SD/MI?

PEMBAHASAN

A. Pengertian perkembangan individu anak usia Sd/Mi

Perkembangan adalah perubahan yang sistimatis, progresif, dan berkesinambungan


dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya. Perubahan tersebut dijalani setiap
individu khususnya sejak lahir hingga mencapai kedewasaan atau kematangan. Sistimatis
mengandung makna bahwa perkembangan itu dalam makna normal jelas urutannya.
Progresif bermakna perkembangan itu merupakan metamorfosis menuju kondisi ideal.
Berkesinambungan bermakna ada konsistensi laju perkembangan itu sampai dengan
tingkat optimum yang bisa dicapai. Bisa pula istilah perkembangan merujuk bagaimana
orang tumbuh, menyesuaikan diri dan berubah sepanjang perjalanan hidup mereka, melalui

2
perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional,
perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa.1
Selama perjalan kehidupan, manusia mengalami perubahan-perubahan yang
menakjubkan. Kebanyakan perubahan ini terlihat jelas, anak-anak tumbuh makin besar,
lebih cerdas, lebih mahir secara sosial dan seterusnya. Namun banyak aspek perkembangan
tidak tampak begitu jelas. Masing-masing anak berkembang dengan cara yang berbeda,
dan perkembangan juga sangat dipengaruhi oleh budaya, pengalaman, pendidikan, dan
faktor-faktor yang lain.

Anak-anak bukanlah orang dewasa kecil. Mereka berpikir dengan berbeda, mereka
melihat dunia ini dengan berbeda, dan mereka hidup dengan prinsip-prinsip moral dan etika
yang berbeda dari orang dewasa. Masing-masing anak dipandang sebagai orang yang unik
dengan pola waktu pertumbuhan masing-masing. Dalam proses pendidikan kurikulum dan
pengajaran idealnya harus tanggap dari perbedaan yang dimiliki setiap anak, baik dalam
kemampuan dan minat. Tingkat kemampuan, perkembangan, dan gaya belajar yang
berbeda sudah harus diperkirakan, diterima dan digunakan untuk merancang kurikulum.
Anak-anak diharapkan untuk maju dengan keceptan mereka sendiri dalam mempelajari
kemampuan-kemampuan yang penting, termasuk kemampuan menulis, membaca,
mengeja, matematika , ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, seni, musik, kesehatan,
dan kegiatan fisik. Mereka harus berkembang sesuai dengan kecerdasan yang mereka
miliki.2
Meskipun alam telah memberikan peluang yang besar dalam proses perkembangan
manusia, akan tetapi peluang itu akan banyak tergantung pada apa yang dipelajarinya.
Dengan belajar itulah manusia dapat menyelesaikan berbagai masalah kehidupannya. Di
samping itu, masyarakat makin lama makin maju sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka manusia ditantang untuk terus menerus belajar dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan yang terjadi. Keberhasilan dalam

1
Sunarto, H., dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta, Rineka Cipta, 1995)
2
Lauren Bradway dan Barbara Albers Hill, Pola-Pola Belajar, Penerj. M. Khoirul Anam, Depok: Inisiasi
Press, 2003.

3
proses pembelajaran akan membawa kepada keadaan kebahagian hidup, dan sebaliknya
proses pembelajaran yang tidak efektif akan berpengaruh pada proses perkembangan.
Dalam keseluruhan proses hidup, manusia menghadapi serangkaian tugas-tugas yang akan
dijumpai dalam setisp fase perkembangannya. Individu harus mengenal dan menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan itu agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan
yang berkembang, demi untuk mencapai kebahagian hidupnya.
Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalan Q.S. al-Ra‟d 13; 11. Terjemahnya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (Q.S.
Ar-Ra‟d ; 13 : 11) Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya
secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan
yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut
Malaikat Hafazhah. 3
Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-
sebab kemunduran mereka. Perkembangan sebagai bentuk perubahan yang terjadi pada diri
manusia tidak serta merta terjadi begitu saja, sudah dinyatakan dengan jelas oleh Allah
SWT. Kesempatan yang begitu besar terbentang bagi setiap manusia berproses untuk
mengisi hidup dan kehidupannya, menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan lingkungan
dan zaman. Periode usia antara 6-12 tahun merupakan masa peralihan dari pra-sekolah ke
masa Sekolah Dasar (SD). Masa ini juga dikenal dengan masa peralihan dari kanak-kanak
awal kemasa kanak-kanak akhir sampai menjelang masa pra-pubertas Pada umumnya
setelah mencapai usia 6 tahun perkembangan jasmani dan rohani anak telah semakin
sempurna (Suara Muhammadiyah, Vol. 89 2004, h. 17) Pertumbuhan fisik berkembang
pesat dan kondisi kesehatannyapun semakin baik, artinya anak menjadi lebih tahan
terhadap berbagai situasi yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mereka.

3
Rod Lahij, Dalam Buaian Nabi Merajut Kebahagian Si Kecil: Cara Rasulullah saw Mendidik &
Menyukseskan Anak, Penerj. M. Ilyas & Ali bin Umar, Jakarta: Zahra, 2005

4
Dengan kita mengetahui tugas perkembangan anak sesuai dengan usianya maka sebagai
orangtua maupun guru dapat memenuhi kebutuhan apa yang diperlukan dalam setiap
perkembangannya agar tidak terjadi penyimpangan perilaku.4
Masa kanak-kanak, belia dan muda terbagi dalam tiga „tujuh tahun‟. Ke- tuan-an
anak bukan berarti anak menjadi seorang ayah atau kepala keluarga, tetapi ia tak terbebani
taklif (kewajiban) dan dosa tidak berlaku baginya. Ia bebas melakukan apa saja, tidak
dipukul dan tidak dicela. Pada usia awal ini (hingga tujuh tahun), anak diperlakukan dengan
baik, tidak dihukum. Ketika dikatakan anak adalah budak, bukanlah bermakna mukallaf
(diwajibkan) beribadah dan taat kepada Allah, tetapi bermakna taat kepada orang tua,
kepada ibu dan ayah. Di mana pada tujuh tahun kedua (hingga usia empat belas tahun)
telah sampai pada usia tamyiz (mampu membedakan perbuatan yang baik dan buruk), dan
dapat menaati perintah dengan benar dan tulus. Pada tujuh tahun ketiga anak adalah materi,
maksudnya ia mampu menentukan. Di samping mampu melakukan setiap perbuatan dan
perintah dengan baik dan benar, ia juga mampu berperan sebagai musyawir dan konsultan
bagi orang tua.
Mahmud Yunus dalam bukunya ”At-Tarbiyah wa At-Ta‟lim” membagi fase anak-
anak menjadi empat fase dan setiap fase punya karakter tersendiri, yaitu: 1) awal tiga tahun
pertama; 2) tahun keempat sampai tahun keenam; 3) tahun keenam sampai tahun
kedelapan; 4) tahun kedelapan sampai tahun kedua belas. Sedangkan para psikolog telah
membagi tahap perkembangan pada anak menjadi beberapa fase: a) Fase menyusu, dimulai
sejak lahir sampai usia dua tahun. Sebagian psikolog ada yang membagi fase ini menjadi
dua bagian. Pertama, fase bayi yang baru berusia dua minggu pertama setelah kelahiran.
Kedua, fase menyusu yang dimulai sejak dua minggu pertamasampai usia dua tahun. b)
Fase kanak-kanak awal, dimulai sejak usia dua tahun sampai enam tahun. c) Fase kanak-
kanak menengah, dimulai sejak usia enam tahun sampai sembilan tahun. d) Fase kanak-
kanak terakhir, dimulai sejak usia sembilan tahun sampai dua belas tahun.
Tahap-tahap perkembangan manusia menurut para psikolgi berbeda-beda
tergantung pandangan mereka tentang teori perkembangan membagi tahap perkembangan
manusia menjadi empat tahap, yaitu:

4
Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan, Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Jakarta: Diponegoro, 1998

5
a. Masa Bayi (usia dari nol sampai dua tahun) Bayi mengalami dunia langsung lewat
indranya. Mereka tidak mengetahui ide atau pemikiran apapun, mereka hanya
merasakan panas, dingin, enak atau sakit. Mereka menggunakan gramatika sendiri
ketika berkomunikasi dengan orang dewasa. Mereka memperbaiki pengertian mereka
sendiri meskipun orang lain tidak memperbaikinya.
b. Masa Kanak-kanak Awal (usia dua sampai dua belas tahun) Masa ini dimulai ketika
anak mulai memiliki independensi baru. Mereka sudah bisa berjalan, berbicara, makan
sendiri, dan berlari ke sana kemari. Anak masih melekat pada hal-hal yang konkrit.
Mereka belum mampu memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Pemikiran mereka
masih terbatas pada hal-hal yang bersifat pra operasional dan operasional konkrit
c. Masa Kanak-kanak Akhir (usia duabelas sampai limabelas tahun) Masa ini transisi
masa anak ke masa dewasa. Anak berada pada tahap prasosial, di mana anak hanya
memperhatikan apa yang berguna bagi dirinya sedikit saja dari mereka yang memiliki
kepedulian terhadap menjaga hubungan dengan orang lain.
d. Masa Dewasa(usia lima belas sampai akhir hidup) Pada masa ini anak mulai merasa
malu berhadapan dengan lawan jenis karena kesadarannya terhadap perasaan seksual
yang mulai meningkat. Mereka lebih membutuhkan orang lain. Kognitif mereka juga
berkembang. Mereka mulai memahami konsep-konsep yang abstak.5
Tahap perkembangan anak menjadi 5 (lima) tahap:
a. Tahap oral (usia 0-24 bulan)
Pada tahap ini kepuasaan anak terletak pada otoerotik, yaitu kesempatan anak
menghisap puting susu ibunya. Frued memandang konsep narsisme (mencintai diri
sendiri) sudah ada sejak masa bayi di mana bayi merasakan kenyamanan dari menyusu
kepada ibunya dan mengulang perbuatan tersebut dengan mengisap jarinya meskipun
dia tidak lapar. Anak-anak juga mencoba mempertahankan kedekatannya dengan
ibunya dengan menggigit dan menangis.
b. Tahap Anak (usia dua sampai tiga tahun)

5
Sumanto, 2014. Psikologi Perkembangan Fungsi Dan Teori, Yokyakarta: Caps. Sumanto, Psikologi
Perkembangan Fungsi dan Teori, Yogyakarta: Caps.

6
Selama usia ini wilayah anal (anus) menjadi fokus ketertarikan anak. Oleh
sebab itu pelatihan menggunakan toilet sangat tepat dilakukan pada usia ini.
c. Tahap Falik atau Odipal (usia tiga sampai 6 tahun)
Pada tahap ini anak laki-laki mulai tertarik dengan penisnya. Tahap perkembangan
paling membingungkan dari pendapat Frued sebab dia meyakini ketertarikan seksual
seorang anak laki-laki pertama kepada ibunya, sedangkan pada anak perempuan kepada
ayahnya. Namun karena dia menyadari hal tersebut tidak dapat diterima
lingkungannya, maka meninggalkan fantasi persaingannya dengan ayah atau ibunya
yang dikenal dengan istilah Oedipus Complex dan Electra Complex.
d. Tahap Latensi (usia enam sampai sebelas tahun)
Pada periode ini anak terlihat sudah dapat mengendalikan permusuhannya dengan
orang tuanya yang memiliki jenis kelamin berbeda dengan dirinya. Anak laki-laki dan
anak perempuan terlihat bersikap lembut kepada ayah dari pada ibu mereka.
e. Tahap Pubertas (di atas usia sebelas tahun)
Masa pubertas merupakan masa di mana anak berupaya membebaskan diri dari
perwalian orangtuanya. Mereka sudah mulai menyukai perempuan lain selain ibunya,
dan menyukai pria lain selain ayahnya.
Sedangkan menurut Hurlock menyatakan membagi tahap perkembangan
menjadi 6 tahap yaitu: 1) Periode Pranatal, Periode pranatal dimulai sejak terjadi proses
pembuahan (konsepsi) sampai anak terlahir ke dunia. Pada masa itu terjadi
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikhis yang sangat penting bagi seorang
anak. Jenis kelamin anak dan bentuk fisik telah ditentukan sejak anak berada dalam
kandungan. 2) Masa Bayi Baru Lahir. Masa bayi baru lahir dimulai dari hari pertama
kelahiran sampai dua minggu setelah kelahiran. Masa ini ditandai dengan lepasnya tali
pusat bayi. 3) Masa Bayi, Masa bayi dimulai dua minggu setelah kelahiran sampai usia
dua tahun. Pada masa anak mulai belajar duduk, merangkak, berdiri, berjalan, dan
berlari. Anak juga mulai berkomunikasi dengan caranya sendiri dengan orang-orang di
sekitarnya. 4) MasaAnak-anakAwal, Masa anak-anak awal dimulai dari usia dua tahun
sampai enam tahun. Masa inI dipandang sebagai awal bagi kehidupan anak. 5) Masa
Anak-Anak Akhir, Masa anak-anak akhir dimulai dari enam sampai tigabelas tahun.
Masa ini dipandang sebagai anak sekolah dasar. 6) Masa Puber, Masa puber dimulai

7
dari usia empat belas tahun sampai limabelas tahun. Masa ini dipandang sebagai awal
memasuki masa remaja.6
Sedangkan menurut kajian Psikologi tugas perkembangan anak usia sekolah
dasar meliputi: a) Perkembangan kognitif. b) Pengurutan,mampu untuk mengurutan
objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. c) Klasifikasi,mampu untuk memberi
nama dan mengidentifikasi benda. d) Decentering,mempertimbangkan beberapa aspek
untuk memecahkan masalah. e) Reversibility, memahami bahwa jumlah atau benda-
benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. f) Konservasi,memahami
bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan
pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. g) Penghilangan sifat
Egosentrisme kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Perkembangan Moral a) (usia 6 sampai 9 tahun) menempati posisi apa
untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling
diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan
orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap
kebutuhannya sendiri. semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri
saja. b) (Usia 9 – 12 tahun), seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial.
Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena
hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya.
Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena
telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai
moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk
hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa
terimakasih, dan golden rule.
Perkembangan mental emosional dan social anak usia sekolah dasar tugas
perkembangannya yaitu:1) Melalui interaksi sosial, anak-anak mulai mengembangkan
rasa bangga dalam prestasi dan bangga pada kemampuan mereka. 2) Anak-anak yang
didorong dan dipuji oleh orang tua dan guru mengembangkan perasaan kompetensi dan

6
Kohlberg, Lawrence, Tahap-tahap Perkembangan Moral, Terj. Jhon de Santo dan Agus Cremers
Yogyakarta: Kanasius, 1995

8
kepercayaan keterampilan mereka. Mereka yang menerima sedikit atau tidak ada
dorongan dari orangtua, guru, akan meragukan kemampuan mereka untuk menjadi
sukses. 3) Mereka yang layak menerima dorongan dan penguatan melalui eksplorasi
pribadi akan muncul dari tahap ini dengan perasaan yang kuat tentang diri dan rasa
kemerdekaan dan kontrol. Mereka yang tetap yakin dengan keyakinan dan keinginan
mereka akan tidak aman dan bingung tentang diri mereka sendiri dan masa depan. 4)
Perkembangan Psikomotor anak,7
Perkembangan Psikomotor anak usia sekolah dasar pada perkembangannya
mencakup: Mampu melompat dan menari, Menggambarkan orang yang terdiri dari
kepala, lengan dan badan Dapat menghitung jari – jarinya, Mendengar dan mengulang
hal – hal penting dan mampu bercerita, Mempunyai minat terhadap kata-kata baru
beserta artinya, Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya, Mampu
membedakan besar dan kecil, Ketangkasan meningkat, Melompat tali, Bermain sepeda,
Mengetahui kanan dan kiri, Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan, Mampu
menguraikan objek-objek dengan gambar. Kegagalan mencapai tugas-tugas
perkembangan ini akan melahirkan perilaku yang menyimpang (delinquency).
Penyimpangan yang terjadi pada anak yang berusia sekolah dasar antara lain: Suka
membolos dari sekolah, Malas belajar, dan Keras kepala.
B. Karakteristik Perkembangan Individu Usia SD/MI
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik, untuk karakteristik
anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui
keadaan peserta didik khususnya di tingkat Sekolah Dasar. Anak usia SD 6-12 tahun,
ini dianggap sebagai periode matang bagi anak-anak untuk belajar. Anak-anak pada
masa ini memiliki dorongan untuk menguasai kecakapan baru yang diajarkan oleh guru
di sekolah. Oleh karena itu, penting bagi para guru untuk memahami karakteristik
khusus anak-anak pada usia ini agar dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswanya. Guru perlu memahami bahwa karakteristik ini melibatkan
aspek-aspek seperti perkembangan biologis, sosial, dan psikologis, serta
memperhatikan kebutuhan individu dari peserta didiknya. Jadi dapat disimpulkan

7
Syamsu yusuf, Nani M, 2011. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Raja grafindo Persada.

9
bahwa setiap individu memiliki kombinasi karakteristik bawaan dan karakteristik yang
diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan melibatkan faktor keturunan
baik biologis maupun sosial psikologis, yang cenderung bersifat tetap. Sementara itu,
karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan sosial psikologis lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan.8
Memahami tentang murid berarti memahami gejala atau kondisi yang dimiliki.
Untuk mengetahui karakteristik gerak siswa SD, terlebih dahulu perlu untuk
memahami tingkat perkembangan siswa SD menurut tingkat usianya. Secara umum
sifat siswa SD antara lain: 1) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya
sendiri sebagai mahluk biolgis. 2) Belajar bergaul dengan teman sebaya. 3) Belajar
memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. 4) Belajar keterampilan dasar
dalam membaca, menulis dan berhitung 4) Belajar mengembangkan konsep sehari-
hari, 5) Mengembangkan kata hati. 6) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat
pribadi. 7) Mempunyai sifat patuh terhadap aturan. Kecenderungan untuk memuji diri
sendiri. 8) Suka membandingkan diri dengan orang lain. 9) Jika tidak dapat
menyelesaikan tugas, maka tugas tersebut dianggap tidak penting. 10) Realistis, dan
rasa ingin tahu yang besar. Karakteristik Siswa SD kelas rendah sebagai berikut:
(1)Karakteristik Umum (Waktu reaksinya lambat, Koordinasi otot tidak sempurna,
Suka berkelahi, Gemar bergerak, bermain, memanjat, Aktif bersemangat terhadap
bunyi-bunyian yang teratur. (2) Karakteristik kecerdasan: Kurangnya kemampuan
pemusatan perhatian, Kemauan berpikir sangat terbatas, Kegemaran untuk mengulangi
macam-macam kegiatan (3) Karakteristik sosial: Hasrat besar terhadap hal-hal yang
bersifat drama, Berkhayal dan suka meniru, Gemar akan keadaan alam, Senang akan
cerita-cerita, Sifat pemberani. Senang mendapat pujian. Kegiatan gerak yang dilakukan
adalah Menirukan.Anak-anak SD pada tingkat rendah, dalam bermain senang
menirukan sesuatu yang dilihatnya. Gerak-gerak apa yang dilihat di TV maupun gerak-
gerak yang secara langsung dilakukan oleh orang lain, teman ataupun binatang. Dan
Manipulasi. Anak-anak kelas rendah secara spontan menampilkan gerak-gerak dari

8
Syamsu yusuf, Nani M, 2011. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Raja grafindo Persada.

10
objek yang diamatinya. Tetapi dari pengamatan objek tersebut anak menampilkan
gerak yang disukainya. 9
Sedangkan karakteristik siswa SD kelas tinggi sebagai berikut: Karakteristik
Umum, Waktu reaksinya cepat, Koordinasi otot sempurna, Gemar bergerak dan
bermain. Karakteristik kecerdasan dapat, Mempunyai kemampuan pemusatan
perhatian, dan Kemampuan berpikir lebih banyak, sedangkan Karakteristik sosial
yaitu: Tidak suka pada hal-hal yang bersifat drama, Gemar pada lingkungan sosial,
Senang pada cerita-cerita lingkungan sosial, Sifat pemberani tetapi masih
menggunakan logika. Anak memiliki kemampuan dalam menampilkan suatu kegiatan
yang lebih tinggi. Jadi mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan dari kegiatan
yang dilakukan.

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik mencakup pertumbuhan biologis misalnya


pertumbuhan otak, otot, dan tulang. Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam
periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase
perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya
selama tahun tahun di SD. Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki laki dan
perempuan kurang lebih sama. Pertumbuhan fisik anak usia SD/MI memiliki beberapa
indikator, termasuk pertumbuhan yang cepat, perubahan proporsi tubuh seperti lengan
dan kaki yang panjang dengan tungkai yang kurus, dan perkembangan gigi susu yang
berganti dengan gigi tetap. Anak-anak pada usia ini cenderung penuh energi, suka
bergerak, aktif, dan senang berlari-lari. Perkembangan fisik anak di SD/MI juga
menuntut penguasaan keterampilan fisik, seperti menangkap, melempar, menendang,
berguling, berenang, dan menggunakan alat-alat permainan sederhana. Implikasinya,
anak usia MI membutuhkan asupan makanan bergizi, cukup istirahat, serta aktivitas
fisik yang ramai bergantian dengan aktivitas yang tenang. Penting juga untuk melatih

9
Sabani, Fatmaridha, “Perkembangan Anak - Anak Selama Masa Sekolah Dasar (6 - 7 Tahun),” Didakta:
Jurnal Kependidikan, 8.2 (2019), 89–100

11
fisik anak melalui berbagai permainan, seperti sepak bola, sebagai bagian dari
pendidikan fisik mereka. Keseimbangan antara belajar, dan bermain dianggap penting
untuk perkembangan holistik anak pada usia ini.

2. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif anak usia SD/MI memungkinkan memperoleh ilmu


pengetahun serta menggunakan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh untuk
dihubungkan dengan lingkungan dan masalah-masalah yang terjadi di sekitar anak.
Perkembangan kognitif anak ditandai dengan: 1) Konsentrasi dapat bertahan lebih
lama (kurang lebih 43 menit) 2) Dapat mengikuti instruksi guru dan mengerjakan
tugas tertentu 3) Tumbuh rasa tanggung jawab karena lebih mengerti 4) Senang
mendengarkan cerita, meskipun sudah dapat membaca 5) Ada kemauan belajar
membaca, menghitung, dan menulis 6) Belum mengerti hal yang abstrak 7) Cara
berpikirnya berdasarkan hal yang konkret 8) Belum mempunyai pendapat sendiri,
masih bergantung pada pendapat orang dewasa, orang tua maupun guru.10

3. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik


orang tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebayanya. Apabila
lingkungan sosial memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap anak secara
positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosial yang matang. Namun
apabila lingkungan sosial sebaliknya (kurang kondusif), perlakuan orang tua kasar,
sering memarahi, acuh tak acuh. Perkembangan sosial anak ditandai dengan: 1) Masih
merasa dekat dengan orang tua 2) Hormat dan segan kepada guru 3) Dapat
menyesuaikan diri dengan teman sebaya 4) Kurang sabar terhadap anak kecil

4. Perkembangan Emosional

10
Ratnawati. Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar / MI. Curup: Institut Agama Islam Negeri
Curup, 2023, 89 - 104

12
Perkembangan yang terjadi pada anak SD/MI ditandai dengan dorongan
dan minat, untuk mencapai atau memiliki sesuatu yang disebabkan berbagai dorongan
dan minat. Perkembangan emosi pada anak SD/MI ditandai antara lain; 1) Lebih
stabil, tetapi mudah gelisah, gugup, kadang-kadang putus asa, 2) Pada permulaan anak
merasa kuatir, belum bisa, lama kelamaan lebih akan diri sendiri. 3) Kurang sabar
terhadap diri sendiri.

5. Perkembangan Bahasa

Makna perkembangan bahasa adalah sama dengan perolehan bahasa yaitu


proses pemilikan kosa kata, kemampuan menyusun kata-kata sederhana, sampai pada
kemampuan menyusun tata bahasa sederhana maupun kompleks. Secara umum,
perkembangan keterampilan berbahasa pada anak dapat dibagi ke dalam empat
komponen, yaitu a) fonologi b) semantik c) tata bahasa dan d) pragmatik.
Perkembangan bahasa merupakan aspek perkembangan yang penting karena bahasa
merupakan alat komunikasi yang mempunyai fungsi sosial dalam jaringan sosial dan
fungsi ekspresif.

6. Perkembangan Moral

Berbicara tentang moral tidak akan lepas dari apa yang disebut nilai, yaitu
suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih
alternatif keputusan dalam situasi tertentu. Ada 6 nilai yang dikenal secara luas, yaitu:
(a) nilai teori atau nilai keilmuan, (b) nilai ekonomi, (c) nilai sosial atau solidaritas,
(d) nilai agama, (e) nilai seni, dan (f) nilai politik atau nilai kuasa. Sedangkan moral
itu sendiri artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan. Moral pada
dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus
dipatuhi. Karakteristik perkembangan moral pada masa anak telah terjadi
perkembangan moral yang relatif rendah (terbatas). Anak belum menguasai nilai-nilai
abstrak yang berkaitan dengan benar-salah dan baik-buruk. Hal ini disebabkan karena
perkembangan intelektual yang masih terbatas. Anak belum mengetahui manfaat
suatu ketentuan atau peraturan dan belum memiliki dorongan mengerti peraturan-
peraturan dalam kehidupan.

13
7. Perkembangan Agama

Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai – nilai


agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat
dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan
dengan hal tersebut, pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai peranan yang
sangat penting. Oleh karena itu, pendidikan agama di SD/MI harus menjadi perhatian
semua pihak yang terkait, bukan hanya guru agama saja tetapi juga kepala sekolah dan
guru – guru lainnya. Apabila mereka telah memberikan suri tauladan dalam
mengamalkan agama kepada anak, maka pada diri anak akan tumbuh sikap yang
positif terhadap agama, dan pada gilirannya akan berkembang pula kesadaran
beragama nya. Pendidikan agama disekolah dasar merupakan dasar bagi pembinaan
sikap positif terhadap agama dan pembentukan kepribadian dan akhlak anak. Apabila
berhasil, maka pengembangan sikap keagamaan pada masa remaja akan mudah,
karena anak telah mempunyai pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai
guncangan yang biasa terjadi pada masa remaja. 11

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah hal-hal atau kondisi-
kondisi tertentu yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Beberapa faktor tersebut meliputi faktor genetik, lingkungan fisik, nutrisi, pendidikan,
pengasuhan, dan interaksi sosial. Faktor genetik merujuk pada warisan genetik dari
orang tua yang dapat memengaruhi karakteristik fisik dan predisposisi terhadap
penyakit tertentu. Lingkungan fisik seperti suhu udara dan kelembaban juga bisa
berdampak pada kesehatan tubuh. Nutrisi merupakan faktor penting dalam
perkembangan anak karena nutrisi yang cukup membantu meningkatkan daya tahan
tubuh serta mendukung pertumbuhan tulang dan otot. Pendidikan juga memiliki peran
penting dalam mengoptimalkan potensi individu untuk mencapai kesuksesan di masa
depan. Pengasuhan oleh orang tua atau caregiver sangat berpengaruh pada

11
Mutia, “Characteristics Of Children Age Of Basic Education,” Jurnal Fitrah Vol. 3 No. 1 (2021): 114–31.

14
pembentukan kepribadian anak serta kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya. Interaksi sosial juga memainkan peranan penting dalam
membentuk perilaku anak-anak karena mereka belajar dari pengalaman-pengalaman
bersama teman-temannya. 12
Terakhir, pengalaman masa lalu atau trauma juga bisa berdampak pada
perkembangan individu di masa depan. Trauma yang tidak terselesaikan dapat
menyebabkan masalah emosional dan psikologis di kemudian hari. Faktor lain yang
mempengaruhi kematangan secara psikhis yaitu adanya kematangan. Hal ini terjadi
karena bertambahnya pengalaman dalam kehidupan sehari-hari serta bertambhanya
usia anak, berdampak terhadap pemahaman dirinya mengenai kehidupan sosial anak.
Artinya, akan dengan sendirinya hidup bersosialisasi terjadi dalam diri anak sesuai
dengan pertambahan usianya. Masyarakat secara tidak langsung melakukan
pengelompokkan dalam dapat membentuk strata sosial secara tidak langsung. Dan, ini
memang telah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, contoh perangai dalam
menghargai, menerima orang lain apa adanya sangat perlu diperkenalkan kepada
pesera didik sejak dini. Di keluarga maupun di lingkungan sosial.
Dengan memperhatikan faktor-faktor ini secara baik-baik, kita bisa membantu
meningkatkan potensi diri sendiri ataupun orang lain untuk mencapai perkembangan
yang optimal. Namun demikian, ada banyak faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan manusia seperti budaya lokal serta situasi politik dan ekonomi negara
tempat tinggal seseorang. Oleh karena itu, kita harus selalu memperhatikan semua
aspek ini ketika ingin menjaga kesehatan mental maupun fisikal kita sendiri ataupun
kelompok masyarakat di sekitar kita.
a. Hereditas (Keturunan/Pembawaan)
Hereditas adalah faktor utama yang mempengaruhi bagaimana seseorang
tumbuh dan berkembang. Ini berarti bahwa kita mewarisi banyak karakteristik dari
orang tua kita, seperti warna mata atau rambut, bentuk wajah, dan bahkan

12
Latifah, Umi, ‘Aspek Perkembangan Pada Anak Sekolah Dasar: Masalah Dan Perkembangannya’,
Academica: Journal of Multidisciplinary Studies, 1.2 (2017), 185–96
<https://doi.org/10.22515/academica.v1i2.1052>

15
kecenderungan untuk suka melakukan aktivitas tertentu. Jadi jika ayah Anda suka
bermain musik, Anda mungkin juga akan memiliki minat yang sama. Dalam hal
ini, hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan oleh
orang tua kepada anak-anak mereka. Artinya, ketika seorang anak lahir, dia
membawa dengan dirinya kombinasi genetik dari kedua orang tuanya yang
menentukan ciri-ciri fisiknya dan beberapa aspek kepribadian lainnya. Namun
demikian, penting untuk dicatat bahwa meskipun hereditas sangat memengaruhi
perkembangan individu, lingkungan juga dapat memiliki pengaruh besar pada
kemampuan seseorang dalam mencapai potensi genetik mereka. Misalnya jika
seorang anak memiliki bakat alami dalam olahraga tetapi tidak pernah diberi
kesempatan untuk mengembangkan keterampilannya karena kurangnya akses ke
fasilitas olahraga atau dukungan keluarga maka kemampuan atletis mereka bisa
terhambat. Jadi intinya adalah bahwa warisan genetik sangat penting bagi
perkembangan individu tetapi bukan satu-satunya faktor yang menentukan siapa
kita dan apa yang bisa kita capai dalam hidup.
Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan
individu, faktor genetik/hereditas merupakan faktor internal yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas
diartikan sebagai “totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada
anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak
masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewaris dari pihak orang
tua melalui gen-gen. Hereditas sendiri dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik
individu yang diwariskan orang tua. Dalam hal ini Orang tua memiliki pengaruh
besar dalam perkembangan anak karena mereka mewarisi potensi fisik dan psikis
sejak masa konsepsi. Sejalan dengan itu, faktor genetik dapat diartikan sebagai
segala poteensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa
prakelahiran sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen. Dari definisi
tersebut, yang perlu digaris bawahi adalah faktor ini bersifat
potensial,pewarisan/bawaan dan alamiah (nature). 13

13
Sabani, Fatmaridha, ‘Perkembangan Anak-Anak Selama Masa Sekolah ‘Perkembangan Anak - Anak Selama
Masa Sekolah Dasar (6 - 7 Tahun)‟, Didakta: Jurnal Kependidikan, 8.2 (2019), 89–100

16
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah segala hal yang ada di sekitar kita, baik itu alam atau sosial,
yang bisa mempengaruhi perkembangan seseorang. Dalam paparan ini, faktor
lingkungan yang dibahas adalah lingkungan keluarga dan sekolah. Lingkungan
keluarga berarti kondisi atau situasi di rumah kita seperti hubungan dengan orang
tua, saudara kandung, dan juga keadaan fisik rumahnya. Sedangkan lingkungan
sekolah mencakup semua hal tentang tempat belajar kita seperti guru-guru dan
teman-teman di sekolah serta fasilitas-fasilitas pendidikan lainnya. Jadi intinya,
kedua faktor ini sangat penting untuk membentuk karakter dan perkembangan diri
seseorang karena mereka dapat memengaruhi cara pandang hidup dan pola pikir
seseorang nantinya. Faktor lingkungan (nurture), lingkungan merupakan faktor
eksternal yang turut membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor genetik bersifat potensial
dan lingkungan yang akan menjadikannya aktual. Ada beberapa faktor lingkungan
yang sangat menonjol yakni dalam lingkungan keluarga. Alasan tentang
pentingnya peranan keluarga bagi perkembangan anak, adalah: (a) keluarga
merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak; (b)
keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan nilai-nilai kehidupan
kepada anak; (c) orang tua dan anggota keluarga merupakan “significant people”
bagi perkembangan kepribadian anak; (d) keluarga sebagai institusi yang
memfasilitasi kebutuhan dasar insani (manusiawi), baik yang bersifat fiktif
biologis, maupun sosio-psikologis; dan (e) anak banyak menghabiskan waktunya
di lingkungan keluarga.
Faktor lingkungan yang memengaruhi atau dipengaruhi perkembangan
individu meliputi lingkungan keluarga dan sekolah. Lingkungan keluarga
mencakup interaksi antara anggota keluarga, pola asuh, dan kondisi rumah. Pola
asuh yang otoriter dapat memengaruhi perkembangan anak menjadi kurang percaya
diri dan cenderung menarik diri. Kondisi rumah yang tidak sehat dapat berdampak
pada kesehatan fisik dan mental anak. Sementara itu, lingkungan sekolah mencakup
interaksi dengan guru dan teman sebaya, serta kondisi fisik dan sosial di sekolah.

17
Guru yang memberikan dukungan emosional dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa. Teman sebaya yang positif juga dapat mempengaruhi perilaku siswa menjadi
lebih baik. Kondisi fisik dan sosial di sekolah seperti keamanan, kebersihan, dan
kedisiplinan juga berpengaruh pada perkembangan siswa. Namun, faktor
lingkungan tidak selalu memiliki dampak yang sama pada setiap individu. Setiap
individu memiliki karakteristik unik yang memengaruhi bagaimana ia merespon
faktor lingkungan tersebut. Selain itu, faktor-faktor lain seperti genetika juga turut
memengaruhi perkembangan individu. Faktor lingkungan yang dibahas pada
paparan berikut adalah lingkungan keluarga, sekolah14
c. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan di mana anak-anak dibesarkan oleh
orang tua mereka. Lingkungan ini sangat penting bagi perkembangan anak karena
dapat mempengaruhi cara mereka berpikir, bertindak, dan merasa tentang diri
mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Keluarga yang stabil dan penuh kasih
sayang dapat memberikan dukungan yang diperlukan untuk membantu anak-anak
tumbuh menjadi individu yang bahagia dan sukses dalam hidup. Sebaliknya,
keluarga yang tidak stabil atau kurang perhatian dapat menyebabkan masalah
seperti kecemasan, depresi, atau perilaku buruk pada anak. Contoh dari pengaruh
lingkungan keluarga pada perkembangan anak termasuk bagaimana orang tua
berbicara dengan anak-anak mereka (bahasa positif vs negatif), apakah ada konflik
dalam rumah tangga, serta gaya pengasuhan orang tua (misalnya otoriter vs
demokratis). Oleh karena itu, penting bagi para orang tua untuk menciptakan
lingkungan keluarga yang aman dan mendukung agar bisa membantu
perkembangan optimal dari sang buah hati.15
d. Lingkungan Sekolah
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai prosespengoperasian ilm u yang normatif, akan memberi warna

14
Magdalena, Ina, Aditya Dwi, Alifah Oktania, Alim Aqqil Nashrulah, Asika Fauziah, and Della Destiana,
‘Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar’, 2 (2021).
15
Limbong, Mesta, ‘Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik’, Book, 53.9 (2020), 1689–99

18
kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang
akan datang. Pendidikan dalam arti Iuas harus diartikan bahwa perkembangan anak
dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman
norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang
belajardi kelembagaan pendidikan (sekolah). Sekolah adalah tempat di mana siswa
belajar dan berkembang secara sistematis melalui program bimbingan, pengajaran,
dan latihan. Tujuan dari sekolah adalah untuk membantu siswa mengembangkan
potensi mereka dalam aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, dan sosial.
Dalam hal ini, peran sekolah sangat penting dalam membentuk kepribadian anak-
anak karena mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Menurut
Hurlock (seorang psikolog), sekolah merupakan faktor penentu yang dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.16
Sebagai contoh, pada saat siswa berada di kelas atau sedang melakukan
kegiatan di luar kelas seperti organisasi atau klub ekstrakurikuler tertentu, mereka
akan belajar cara berinteraksi dengan orang lain serta mengenali nilai-nilai moral
yang baik. Selain itu, guru juga memiliki peran penting sebagai pembimbing bagi
siswa selama proses pembelajaran sehingga dapat membantu meningkatkan
kemampuan akademik maupun non-akademik anak-anak. Secara keseluruhan,
sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu siswa menjadi
pribadi yang lebih baik dan siap untuk menghadapi dunia luar setelah
menyelesaikan pendidikan formalnya. Sekolah adalah tempat di mana kita belajar
secara formal dengan program yang terstruktur. Tujuannya adalah untuk membantu
siswa mengembangkan potensi mereka dalam aspek moral-spiritual, intelektual,
emosional, dan sosial. Sekolah juga sangat penting untuk perkembangan
kepribadian anak atau siswa karena dapat mempengaruhi cara berfikir, bersikap,
dan bertindak mereka. Jadi singkatnya, sekolah adalah tempat belajar yang
membantu anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik secara keseluruhan.

16
Nuryanti, Lusi, ‘Psikologi Anak’, Jakarta: Indeks, 2008, 17–45

19
KESIMPULAN

Perkembangan adalah perubahan sistematik, progresif, dan berkesinambungan dalam diri


individu sejak lahir hingga akhir hayatnya. Perubahan tersebut meliputi perkembangan fisik,
kepribadian, sosioemosional, kognitif, dan bahasa. Meskipun banyak perubahan terlihat jelas pada
anak-anak, banyak aspek perkembangan tidak tampak begitu jelas dan dipengaruhi oleh budaya,
pengalaman, pendidikan, dan faktor-faktor lainnya. Anak-anak berpikir dengan cara yang berbeda
dari orang dewasa dan dipandang sebagai orang yang unik dengan pola waktu pertumbuhan
masing-masing. Oleh karena itu, kurikulum dan pengajaran harus tanggap terhadap perbedaan
kemampuan dan minat setiap anak. Anak-anak diharapkan untuk berkembang sesuai dengan
kecerdasan yang mereka miliki dalam mempelajari kemampuan-kemampuan penting. Meskipun
alam memberikan peluang besar dalam proses perkembangan manusia, peluang tersebut
tergantung pada apa yang dipelajarinya. Manusia ditantang untuk terus belajar dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan yang terjadi. Keberhasilan dalam proses
pembelajaran akan membawa kepada kebahagian hidup, sedangkan proses pembelajaran yang
tidak efektif akan berpengaruh pada proses perkembangan.

Setiap individu memiliki karakteristik yang perlu diketahui oleh para guru, terutama pada
anak usia Sekolah Dasar (SD) yang dianggap sebagai periode matang bagi anak-anak untuk
belajar. Anak-anak pada usia ini memiliki dorongan untuk menguasai kecakapan baru yang
diajarkan oleh guru di sekolah. Oleh karena itu, penting bagi para guru untuk memahami
karakteristik khusus anak-anak pada usia ini agar dapat menerapkan metode pengajaran yang
sesuai dengan kebutuhan siswanya. Karakteristik anak SD melibatkan aspek-aspek seperti
perkembangan biologis, sosial, dan psikologis, serta memperhatikan kebutuhan individu dari
peserta didiknya. Karakteristik bawaan melibatkan faktor keturunan baik biologis maupun sosial
psikologis, yang cenderung bersifat tetap. Sementara itu, karakteristik yang berkaitan dengan
perkembangan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Untuk
memahami karakteristik gerak siswa SD, perlu terlebih dahulu memahami tingkat perkembangan
siswa SD menurut tingkat usianya,

Perkembangan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti genetik, lingkungan fisik,


nutrisi, pendidikan, pengasuhan, dan interaksi sosial. Pendidikan juga memiliki peran penting
dalam mengoptimalkan potensi individu untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Pengasuhan

20
oleh orang tua atau caregiver sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak serta
kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi sosial juga
memainkan peranan penting dalam membentuk perilaku anak-anak karena mereka belajar dari
pengalaman-pengalaman bersama teman-temannya. Oleh karena itu, kita harus selalu
memperhatikan semua aspek ini ketika ingin menjaga kesehatan mental maupun fisikal kita sendiri
ataupun kelompok masyarakat di sekitar kita.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan, Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, Jakarta:


Diponegoro, 1998
Kohlberg, Lawrence, Tahap-tahap Perkembangan Moral, Terj. Jhon de Santo dan Agus Cremers
Yogyakarta: Kanasius, 1995
Latifah, Umi, ‘Aspek Perkembangan Pada Anak Sekolah Dasar: Masalah Dan
Perkembangannya’, Academica: Journal of Multidisciplinary Studies, 1.2 (2017), 185–96
<https://doi.org/10.22515/academica.v1i2.1052>
Limbong, Mesta, ‘Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik’, Book, 53.9 (2020), 1689–99
Magdalena, Ina, Aditya Dwi, Alifah Oktania, Alim Aqqil Nashrulah, Asika Fauziah, and Della
Destiana, ‘Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar’, 2 (2021).
Mira Mareta, Implikasi karakteristik perkembangan anak, 2022
Mutia, “Characteristics Of Children Age Of Basic Education,” Jurnal Fitrah Vol. 3 No. 1 (2021):
114–31.

Nuryanti, Lusi, ‘Psikologi Anak’, Jakarta: Indeks, 2008, 17–45


Ratnawati. Perkembangan Peserta Didik Usia Sekolah Dasar / MI. Curup: Institut Agama Islam
Negeri Curup, 2023, 89 – 104

Rod Lahij, Dalam Buaian Nabi Merajut Kebahagian Si Kecil: Cara Rasulullah saw Mendidik &
Menyukseskan Anak, Penerj. M. Ilyas & Ali bin Umar, Jakarta: Zahra, 2005
Sabani, Fatmaridha, ‘Perkembangan Anak-Anak Selama Masa Sekolah ‘Perkembangan Anak -
Anak Selama Masa Sekolah Dasar (6 - 7 Tahun)‟, Didakta: Jurnal Kependidikan, 8.2 (2019),
89–100
Sunarto, H., dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta, Rineka Cipta, 1995)
Sumanto, 2014. Psikologi Perkembangan Fungsi Dan Teori, Yokyakarta: Caps. Sumanto,
Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori, Yogyakarta: Caps.
Syamsu yusuf, Nani M, 2011. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Raja grafindo Persada.

22

Anda mungkin juga menyukai