Anda di halaman 1dari 9

DIGICOMMTIVE : Journal of Communication Creative and Digital Culture, Vol. 1, No.

3, 79-87, Oktober 2023

Public Interest in Coffe Shop Serona Bintaro as a Container for Disabled Workers

Ketertarikan Masyarakat Terhadap Coffe Shop Serona Bintaro sebagai Wadah Para
Pekerja Disabilitas

Firyal Malihah1, Audina Sri Wulandari 2, Azzahra Puspa Insani3, Maia Khoirunnisa4
1,2,3,4
Universitas Pembangunan Jaya
*)E-mail korespondensi: faktageo@gmail.com

Diterima: 1-6-2023 | Direvisi: 10-7-2022 | Publikasi online: 20-10-2023

Keywords: phenomenology,
disabilities, interaction, coffee
ABSTRACT shop, communication science

The phenomenological tradition is a communication theory tradition


that looks at the communication process from a philosophical
perspective. The tradition of the phenomenon is described in how
people perceive the phenomenon of a restaurant employing children
with disabilities as employees in the hope of showing openness to
equality in public spaces. This tradition refers to how traditions,
cultural values, and social norms in a society can influence the
experiences, perceptions, and interactions of workers with
disabilities in the work environment. The relationship between
disabled workers and the tradition of the phenomenon can reveal
many aspects, including stigma and stereotypes, work norms,
openness and acceptance, and resources and support. Like the
research we are currently conducting, we observed "Public Interest in
the Serona Coffee Shop as a place for workers with disabilities" where
this has had a big impact on society. Society is becoming more aware
of the importance of job vacancies for people with disabilities and
how people with disabilities can communicate and contribute actively
in the work environment.
DIGICOMMTIVE : Journal of Communication Creative and Digital Culture, Vol. 1, No. 3, 79-87, Oktober 2023

Kata Kunci: fenomenologi,


disabilitas, interaksi, kedai kopi,
ABSTRAK
ilmu komunikasi
Tradisi fenomenologi adalah salah satu tradisi teori komunikasi yang
melihat proses komunikasi dari sudut pandang filsafat. Tradisi
fenomena digambarkan pada bagaimana persepsi masyarakat melihat
fenomena sebuah restoran yang mempekerjakan anak disabilitas
sebagai pegawai dengan harapan untuk menunjukkan keterbukaan
kesetaraan di ruang publik. Tradisi ini merujuk pada bagaimana
tradisi, nilai-nilai budaya, dan norma-norma sosial dalam suatu
masyarakat dapat memengaruhi pengalaman, persepsi, dan interaksi
pekerja difabel dalam lingkungan kerja. Hubungan antara pekerja
difabel dan tradisi fenomena dapat mengungkap banyak aspek,
termasuk stigma dan stereotipe, norma-norma kerja, keterbukaan
dan penerimaan, serta sumber daya dan dukungan. Seperti penelitian
yang sedang kami lakukan, kami mengobservasi dari “Ketertarikan
Masyarakat terhadap Coffee shop Serona sebagai wadah para pekerja
disabilitas” dimana hal tersebut menjadi salah satu dampak besar di
masyarakat. Masyarakat menjadi lebih sadar akan pentingnya
lowongan pekerjaan bagi para penyandang disabilitas serta
bagaimana cara para penyandang disabilitas dapat berkomunikasi dan
berkontribusi secara aktif di lingkungan kerja.

PENDAHULUAN
Mead (dalam West & Turner, 2007, h.102) menjelaskan bahwa orang-orang tidak
terlahir dengan konsep diri, mereka belajar mengenal diri mereka melalui proses interaksi,
baik itu dengan keluarga, teman, pacar,kolega, guru, hingga orang asing. Konsep diri sendiri
didefinisikan sebagai sesuatu yang dipercaya oleh individu mengenai dirinya sendiri, seperti
ciri fisik, peranan, talenta, keadaan emosi, nilai, keterampilan, keterbatasan sosial,
intelektualitas, dan sebagainya (West and Turner, 2007).
Setiap individu umumnya akan bekerja di dalam hidupnya. Bekerja untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup individu itu sendiri serta untuk mendapatkan pengalaman dan
pengembangan potensi/skill dari pekerjaan tersebut. Untuk mendapatkan pekerjaan setiap
individu harus bersaing dengan individu lain untuk mendapatkan posisi pekerjaan yang
diinginkan. Sebab setiap individu pasti memiliki potensi diri yang berbeda yang bergantung
pada skill serta pengalaman. Salah satu pekerjaan yang cukup diminati masyarakat yaitu
sebagai “Barista” di coffee shop.
Barista merupakan orang yang dilatih untuk dapat membuat dan menyajikan minuman
di sebuah coffee shop. Menjadi seorang Barista memerlukan skill yang mumpuni dalam
menyajikan setiap hidangan yang dibuat. Seperti sebuah coffee shop “Serona” yang
kemunculannya membuat banyak masyarakat tertarik akan konsep yang dibuat pada restonya.
Serona mengusung konsep unik yaitu dengan mempekerjakan para penyandang disabilitas
sebagai karyawannya. “Serona” menarik perhatian masyarakat dalam merasakan pengalaman
dapat berinteraksi bersama “Teman Tuli”.
Dengan hal tersebut “Serona” menjadi salah satu coffee shop yang membuka dan
memberikan kesempatan bekerja bagi para penyandang disabilitas. Masyarakat menjadi
semakin sadar akan pentingnya lowongan pekerjaan bagi setiap penyandang disabilitas di
DIGICOMMTIVE : Journal of Communication Creative and Digital Culture, Vol. 1, No. 3, 79-87, Oktober 2023

Indonesia sebab setiap individu berhak mendapatkan pengalaman bekerja untuk dirinya
sendiri. “Serona” juga mendapat dukungan dan respon positif dari masyarakat karena telah
membuat wadah bagi para pekerja penyandang disabilitas.

Aksiologi
Kehadiran Coffee Shop Serona yang mengusung konsep unik membuat masyarakat
tertarik dan penasaran akan pengalaman yang ditawarkan selama berkunjung kesana.Manfaat
dari penelitian yang kami lakukan adalah kita dapat tahu bagaimana ketertarikan masyarakat
luas kepada Serona dapat memberikan dampak sosial yang cukup besar. Coffee Shop Serona
mengusung konsep unik dalam bisnisnya dimana Masyarakat yang berkunjung ke Serona dapat
saling berinteraksi dengan para “teman tuli” yang berperan sebagai para pekerja disana. Para
pengunjung yang datang ke Serona merasakan keterharuan saat saling berinteraksi dengan
para penyandang disabilitas. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan Serona dapat
menjadi salah satu inspirasi bagi coffe shop/restaurant lain agar dapat membuka peluang
pekerjaan bagi para penyandang disabilitas. Penelitian ini juga memberi informasi akan
stigma negatif dari para penyandang disabilitas yang selama ini beredar diluaran. Bahwa
penyandang disabilitas juga sama seperti individu lain yang memiliki potensi diri.

Epistemologi
Secara konsep epistemologi menjelaskan terkait bagaimana pengetahuan serta
pemahaman yang berkembang di masyarakat terkait kesadaran tentang isu - isu para
penyandang disabilitas. Serta tantangan yang dihadapi para pekerja disabilitas dalam mencari
dan mendapatkan pekerjaan juga bagaimana mereka dapat berkontribusi dengan baik di
tempat kerja tersebut. Selain pengetahuan, adanya pengalaman, respon serta dukungan
positif dari pelanggan/masyarakat terhadap "Coffee Shop Serona". Pengalaman yang dirasakan
para pengunjung dapat mengubah dan memperdalam pemahaman terkait penyandang
disabilitas akan potensi dan kemampuan diri dari individu tersebut.

Ontologi
Fenomena ini dapat dilihat sebagai bagian dari ontologi perubahan sosial. Hal ini
menggambarkan bagaimana tindakan individu, dunia usaha atau organisasi seperti Serona
Coffee Shop dapat membawa perubahan dalam visi dan praktik sosial seputar inklusi pekerja
penyandang disabilitas. Hal ini juga relevan dengan bagaimana persepsi masyarakat terhadap
disabilitas dapat berubah seiring berjalannya waktu. Sebab pada kenyataannya banyak
permasalahan seperti diskriminasi terhadap pekerja penyandang disabilitas yang menjadi
kenyataan di kalangan masyarakat. Hal ini dapat diakui bahwa kesenjangan dan sikap negatif
terhadap disabilitas merupakan bagian dari masalah yang perlu ditangani secara eksplisit.

KAJIAN LITERATUR
“Ketertarikan” menurut Crow & Crow yaitu suatu hal yang memiliki hubungan dengan
daya gerak yang akan mendukung seseorang untuk tertarik pada sebuah benda, pada orang atau
kegiatan tertentu. Dapat berupa pengalaman yang cukup efektif yang mungkin saja dimulai dari
kegiatan itu sendiri.
“Masyarakat” menurut Ralph Linton, masyarakat adalah kelompok manusia yang hidup
dan bekerja sama dalam waktu cukup lama dan mampu menciptakan keteraturan dalam
kehidupan bersama, serta mereka menganggap kelompoknya sebagai sebuah kesatuan sosial.
DIGICOMMTIVE : Journal of Communication Creative and Digital Culture, Vol. 1, No. 3, 79-87, Oktober 2023

“Coffee Shop” yang berarti kedai kopi merupakan sebuah tempat usaha yang umumnya
menjual kopi namun seiring berjalannya waktu tempat tersebut menjual berbagai minuman dan
makanan lainnya. Coffee Shop biasa dikunjungi sebagai tempat mengobrol, berkumpul,
mengerjakan tugas/pekerjaan.
“Serona” merupakan coffee shop yang berlokasi di Emerald Club House, Parigi, Kec. Pd.
Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten. Arti kata “Serona” sendiri merupakan setara atau serupa
yang memiliki makna mendalam yaitu dari adanya perbedaan, sebenarnya setiap individu berhak
memiliki kesempatan yang sama. Hal tersebut merujuk pada para pekerja disabilitas (teman
tuli) yang bekerja di “Serona”.
“Wadah” menurut (KBBI), adalah tempat untuk menaruh, menyimpan sesuatu. wadah
disini sebagai tempat untuk melakukan kegiatan tersebut.
“Pekerja Disabilitas” merupakan para karyawan yang memiliki keterbatasan dalam hal
fisik atau intelektual.

Teori
Teori yang digunakan adalah “Teori Interaksi Simbolik”. Menurut George Herbert Mead,
Teori Interaksionisme Simbolik merupakan interaksi sosial yang terjadi karena penggunaan
simbol-simbol yang memiliki makna. Teori ini berfokus pada interaksi sosial. Kami menggunakan
teori ini untuk memahami bagaimana individu dalam tradisi fenomena berinteraksi, bagaimana
mereka berkomunikasi, dan bagaimana makna sosial dibangun dalam konteks tersebut. Teori ini
juga memperhatikan berbagai cara yang digunakan manusia dalam pembentukan makna dan
struktur masyarakat lewat percakapan.
Interaksi simbolik adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam
masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu
berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Interaksi yang dilakukan antar
individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara, dan
ekspresi tubuh, yang semua aspek tersebut itu mempunyai tujuan dandisebut dengan
“simbol”. Teori ini telah banyak digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial, komunikasi,
dan hubungan antar individu.
Pada teori interaksi simbolik, LaRossa dan Donald C. Reitzes (dalam West & Turner, 2007,
h.101) menjelaskan pentingnya konsep diri bagi individu melalui dua asumsi yaitu, individu
mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain dan konsep diri memberikan
motif penting untuk perilaku. Individu-individu yang berinteraksi dengan barista difabel pada
Coffee Shop Serona oleh Mead (dalam West & Turner, 2007, h.107-108) digolongkan ke dalam
dua kelompok masyarakat yang dianggap memiliki peran penting dalam pembentukan konsep
diri, yakni particular others dan generalized others. Particular others merujuk pada orang-orang
yang signifikan bagi barista difabel, sementara generalized others merujuk pada cara pandang
dari sebuah kelompok atau budaya sebagai suatu keseluruhan.
Dalam teori ini, simbol-simbol seperti kata-kata, gestur, lambang, dan tanda-tanda
memiliki peran penting dalam proses komunikasi dan pembentukan makna. Simbol-simbol
tersebut dapat menciptakan makna yang dapat memicu adanya interaksi sosial antara individu
satu dengan individu lainnya. Teori ini cocok digunakan terhadap fenomena pekerja difabel di
Serona karena teori ini menjelaskan bagaimana interaksi berpusat pada hubungan simbol verbal
dan non-verbal. Sebagai contoh teori interaksionisme simbolik dalam hal ini adalah ketika kita
sedang melakukan aktivitas memesan makanan, yang mana terdapat pelayan yang menawarkan
berbagai menu. Oleh sebab itu, kita akan menempatkan diri sebagai seorang konsumen. Interaksi
tersebut memberikan makna atas suatu peran dan aktivitas pada setiap individu.
DIGICOMMTIVE : Journal of Communication Creative and Digital Culture, Vol. 1, No. 3, 79-87, Oktober 2023

Adapun contoh lainnya adalah ketika kita berinteraksi dengan pelayan difabel dengan
bahasa isyarat. Penggunaan bahasa isyarat melalui gestur seperti gerakan tangan, ekspresi
wajah, dan tubuh adalah sebagai simbol atas interaksi non-verbal yang memberikan makna
secara keseluruhan untuk berkomunikasi.

Tradisi Fenomenologi
Tradisi fenomenologi adalah salah satu tradisi teori komunikasi yang melihat proses
komunikasi dari sudut pandang filsafat. Teori yang berada dalam lingkup tradisi fenomenologi
mengasumsikan bahwa orang-orang secara aktif menafsirkan apa yang terjadi di sekitar mereka
dan berusaha untuk memahami dunia melalui pengalaman pribadi. Dengan demikian, tradisi
fenomenologi mengkaji pengalaman sadar manusia dan cara mengalaminya.
Tradisi ini mengacu pada cara budaya atau masyarakat tertentu melihat, memahami, dan
berinteraksi dengan individu yang memiliki keterbatasan diri. Dalam hal ini, tradisi fenomena
digambarkan pada bagaimana persepsi masyarakat melihat fenomena sebuah restoran yang
mempekerjakan anak disabilitas sebagai pegawai dengan harapan untuk menunjukkan
keterbukaan kesetaraan di ruang publik. Tradisi ini merujuk pada bagaimana tradisi, nilai-nilai
budaya, dan norma-norma sosial dalam suatu masyarakat dapat memengaruhi pengalaman,
persepsi, dan interaksi pekerja difabel dalam lingkungan kerja. Hubungan antara pekerja difabel
dan tradisi fenomena dapat mengungkap banyak aspek, termasuk stigma dan stereotipe, norma-
norma kerja, keterbukaan dan penerimaan, serta sumber daya dan dukungan.
Analisis tradisi fenomena terkait para pekerja difabel dapat membantu memahami
pengalaman mereka dalam berbagai konteks budaya. Hal ini juga dapat membantu mengetahui
di mana perubahan budaya dan kebijakan dapat meningkatkan pendekatan, dukungan, dan
kesetaraan bagi pekerja disabilitas di tempat kerja dan masyarakat secara umum.

METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memungkinkan untuk mendalami
ketertarikan masyarakat kepada para pekerja disabilitas. Data dikumpulkan melalui wawancara
mendalam dengan responden yang terlibat dalam penelitian ini. Responden pada penelitian ini
adalah Mufid (salah satu pekerja di coffee shop Serona, Teman Tuli) Selain itu, observasi
langsung digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang konteks
penelitian. Pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti untuk menjelajahi sudut pandang dan
pengalaman individu secara mendalam, sehingga dapat menggambarkan fenomena yang
kompleks dan kontekstual. Dalam penelitian ini, responden dipilih secara purposive. Ini berarti
responden dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan subjek penelitian, seperti
kriteria responden harus pekerja difabel yang dapat berkomunikasi dengan baik dan responsif.
Kriteria pemilihan responden ini dipilih agar data yang diperoleh menjadi lebih relevan dan
bermanfaat dalam menjawab pertanyaan penelitian.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan dianalisis secara tematik. Langkah
pertama adalah transkripsi wawancara dan catatan observasi. Selanjutnya, tema-tema utama
dan pola-pola akan diidentifikasi dari data tersebut. Tema utama adalah “Ketertarikan
Masyarakat Terhadap Coffee Shop Serona Sebagai Wadah Para Pekerja Disabilitas” yang
menggunakan pendekatan teori interaksi simbolik. Hasil analisis akan digunakan untuk menyusun
temuan utama dalam penelitian ini untuk mendukung riset dalam tradisi komunikasi
fenomenologis. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menggali makna yang mendalam
dari data yang dikumpulkan dan menjawab pertanyaan penelitian dengan dukungan bukti
konkret
DIGICOMMTIVE : Journal of Communication Creative and Digital Culture, Vol. 1, No. 3, 79-87, Oktober 2023

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam Penelitian mengenai “Ketertarikan Masyarakat Terhadap Coffee Shop Serona
Sebagai Wadah Para Pekerja Disabilitas” yang kami susun dengan menggunakan pendekatan
“Teori Interaksi Simbolik” dan tradisi fenomenologi, memiliki beberapa sub-bab hasil serta
pembahasan. Berikut adalah lima sub-bab hasil dan pembahasan pada penelitian ini:
1. Pola Interaksi Simbolik Barista Dengan Pelanggan Coffee Shop Serona
Bahasa isyarat atau bahasa tubuh merupakan salah satu simbol yang digunakan
ketika berinteraksi dengan pelanggan dan rekan kerja. Bahasa Tubuh sendiri adalah
bahasa yang menggunakan komunikasi manual dengan gerak tubuh dan gerak bibir.
Bahasa isyarat biasanya mengkombinasikan bentuk tangan, orientasi gerak tangan,
lengan, bibir ataupun gerak tubuh dan ekspresi mimik wajah untuk mengungkapkan
sesuatu hal yang ada di dalam pikiran mereka. Penyandang tunarungu merupakan
kelompok yang menggunakan bahasa ini untuk berkomunikasi (Diyah, 2017). Bahasa
tubuh menurut ahli bersama oleh para barista ketika mereka berinteraksi, bahasa ini
digunakan untuk menutupi atau menyamarkan maksud dari barista agar tidak diketahui
oleh pihak lain yaitu customer.
2. Konsep Coffee Shop Serona
Serona berlokasi di Emerald, Bintaro. Serona didirikan atas keinginan 3 pemuda
yang mulanya ingin membuat coffee shop sekaligus tempat untuk memberdayakan para
penyandang disabilitas. Serona, diambil dari kata Rona, yang berarti sewarna tanpa
membedakan keterbatasan. Tujuannya, memberikan wadah bagi teman disabilitas dan
memerdekakan teman-teman disabilitas untuk bisa kreatif dan berkarya. 60 persen dari
pegawai Serona dari koki hingga Barista merupakan “Teman Tuli” yang berdomisili di
Tangerang Selatan.
a. Respon Masyarakat Terhadap Coffee Shop Serona
Adanya dukungan positif dari masyarakat seperti menghargai upaya Serona dalam
menciptakan peluang pekerjaan bagi para penyandang disabilitas. Banyaknya
masyarakat yang tertarik ingin berkunjung untuk mencoba pelayanan serta
makanan/minuman yang disediakan di Serona. Membuat masyarakat lebih sadar akan
isu disabilitas sebagai peluang untuk sarana belajar berbahasa isyarat.
b. Hal Yang Mendasari Ketertarikan Masyarakat/Pengunjung Terhadap Coffee Shop
Serona
● Konsep yang unik - Mendapatkan pengalaman berinteraksi secara langsung bersama
“Teman Tuli”.
DIGICOMMTIVE : Journal of Communication Creative and Digital Culture, Vol. 1, No. 3, 79-87, Oktober 2023

● Pelayanan dan produk yang ditawarkan- Kualitas Makanan dan minuman serta
pelayanan yang baik dari para pegawai Serona.
● Ambience - Suasana dan desain interior nyaman dan menarik yang menjadikan
daya tarik bagi pengunjung.
c. Tantangan Yang Dihadapi Para Pekerja Disabilitas Di Coffee Shop Serona
dan Cara Mengatasinya
Menurut narasumber, pada awal mula bekerja di Coffee Shop Serona
tantangan yang harus dihadapi adalah merespon pelanggan untuk menyesuaikan
dengan keadaan dan para pekerja sulit untuk berinteraksi dengan pelanggan karena
mereka merupakan penyandang disabilitas tuna rungu, lalu para pekerja tidak bisa
merespon pelanggan dengan maksimal ketika pelanggan tersebut berbicara terlalu
cepat. Tetapi para pekerja dapat merespon pelanggan ketika pelanggan berbicara
dengan pelan-pelan tidak terburu-buru , agar para pekerja dapat membaca mulut
pelanggan. Para pekerja juga sangat kesulitan ketika sedang menjadi kasir, hal yang
biasa mereka lakukan untuk mengatasi yaitu dengan cara meminta bantuan kepada
rekan yang normal dan mengajarkan kepada pelanggan dengan bahasa isyarat yang
paling mudah terlebih dahulu. Seperti “ halo”, “ mau pesan apa?”,“ terima kasih”,
“ sama-sama”, dan “ sampai jumpa kembali”.
d. Apa Yang Membuat Para Pekerja Disabilitas Di Coffee Shop Serona Termotivasi?
Terdapat banyak dukungan positif dari rekan kerja, para pekerja disabilitas
menerima dukungan yang sangat positif dari rekan kerja serta para atasan yang
dapat membuat pekerja seperti mereka merasa sangat dihargai kehadirannya. Lalu,
Lingkungan kerja yang ramah disabilitas : Serona menciptakan lingkungan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan para disabilitas, seperti tersedianya poster bahasa isyarat
yang dapat membantu para pekerja disabilitas merasa lebih nyaman. selain itu, kami
para pekerja disabilitas di coffee shop serona mendapatkan kesempatan untuk
pengembangan . kami diberikan peluang untuk mengembangkan keterampilan karier
untuk berkembang.
e. Undang-Undang yang Melindungi Kelompok Disabilitas
Republik Indonesia memiliki Undang - Undang yang melindungi hak - hak para
Disabilitas di Indonesia, baik dari segi pekerjaan, pemenuhan hak, dll.

1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 PASAL 2


TENTANG PENYANDANG DISABILITASPelaksanaan dan Pemenuhan hak
Penyandang Disabilitas berasaskan:
a) Penghormatan terhadap martabat;
b) otonomi individu;
c) tanpa Diskriminasi;
d) partisipasi penuh;
e) keragaman manusia dan kemanusiaan;
f) Kesamaan Kesempatan;
g) kesetaraan;
h) Aksesibilitas;
i) kapasitas yang terus berkembang dan identitas anak;

85
DIGICOMMTIVE : Journal of Communication Creative and Digital Culture, Vol. 1, No. 3, 79-87, Oktober 2023

j) inklusif; dan
k) perlakuan khusus dan Perlindungan lebih

2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 PASAL


11 TENTANG PENYANDANG DISABILITAS (Hak Pekerjaan,
Kewirausahaan, dan Koperasi).

Hak pekerjaan, kewirausahaan, dan koperasi untuk Penyandang Disabilitas


meliputi hak:
a) memperoleh pekerjaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, atau swasta tanpa Diskriminasi;
b) memperoleh upah yang sama dengan tenaga kerja yang bukan
Penyandang Disabilitas dalam jenis pekerjaan dan tanggung
jawab yang sama;
c) memperoleh Akomodasi yang Layak dalam pekerjaan;
d) tidak diberhentikan karena alasan disabilitas;
e) mendapatkan program kembali bekerja;
f) penempatan kerja yang adil, proporsional, dan bermartabat;
g) memperoleh kesempatan dalam mengembangkan jenjang karier
serta segala hak normatif yang melekat di dalamnya; dan
h) memajukan usaha, memiliki pekerjaan sendiri, wiraswasta,
pengembangan koperasi, dan memulai usaha sendiri.

KESIMPULAN
Penelitian ini membahas ketertarikan masyarakat terhadap Coffee Shop Serona
sebagai wadah bagi para pekerja disabilitas. Melalui pendekatan kualitatif dengan teori
interaksi simbolik, penelitian ini menggali pandangan masyarakat terhadap pengalaman
berinteraksi dengan pekerja difabel di Coffee Shop Serona. Hasil penelitian ini
mengungkapkan beberapa temuan utama yaitu Coffee Shop Serona menarik perhatian
masyarakat karena konsep uniknya, yaitu mempekerjakan pekerja disabilitas. Video viral
yang menampilkan pekerja disabilitas di Coffee Shop Serona mendapatkan pujian dari
netizen dan meningkatkan ketertarikan masyarakat. Kehadiran Coffee Shop Serona dapat
diinterpretasikan sebagai bagian dari ontologi perubahan sosial. Hal ini menggambarkan
bagaimana tindakan individu dan usaha seperti Coffee Shop Serona dapat membawa
perubahan dalam pandangan masyarakat terhadap disabilitas. Tradisi fenomenologi dalam
penelitian ini juga mengungkap bagaimana tradisi, norma, dan nilai budaya memengaruhi
persepsi dan pengalaman pekerja disabilitas. Penelitian ini menggunakan teori interaksi
simbolik untuk memahami bagaimana individu berinteraksi dan membangun makna
dalam konteks Coffee Shop Serona. Simbol-simbol seperti bahasa isyarat digunakan
dalam komunikasi antara pelanggan dan pekerja difabel, membantu memahami peran dan
interaksi individu dalam situasi ini. Coffee Shop Serona memberikan dampak positif dalam
bentuk pekerjaan bagi pekerja disabilitas dan mengubah persepsi masyarakat terhadap
kemampuan mereka. Hal ini menciptakan kesempatan dan inklusi yang lebih besar bagi
individu dengan disabilitas.

86
DIGICOMMTIVE : Journal of Communication Creative and Digital Culture, Vol. 1, No. 3, 79-87, Oktober 2023

DAFTAR PUSTAKA
Tiffany, & Tiffany. (2017, June 8). “10 Pengertian Minat Menurut Para Ahli”.
DosenPsikologi.com. https://dosenpsikologi.com/pengertian-minat-menurut-para-ahli
Nailufar, N. N. (2022, March 8). “Pengertian Masyarakat Menurut Para Ahli”.
KOMPAS.com.https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/03/09/01150061/pengerti
an-masyar akat-menur ut-para-ahli
Indeed Editorial Team. (2023, January 4). “What Is a Barista? (With Training Requirements
and FAQs)”. Indeed. https://www.indeed.com/career-advice/finding-a-job/what-
is-barista
Rahman, Nadia Lisa. (2021, October 1). “Serona Coffee Bintaro Merdekakan
Penyandang Disabilitas”. Smart Bintaro. https://smartbintaro.com/2021/10/01/serona-
coffee-bintaro-merdekakan-penyan dang-disabili tas/
Puspitawati, Dian & I Nyoman Darmadha. “Pengaturan Perlindungan Hukum Sebagai Pekerja
Gojek Bagi Penyandang Disabilitas Tuna Rungu Dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003”.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/download/47731/28559/
Prihandini, Oktaviani Dwi & Pambudi Handoyo. “Pola Interaksi Simbolik Barista”.
Paradigma. Volume 2 No. 2 Tahun 2014.
https://media.neliti.com/media/publications/249964-pola interaksi-simbolik-barista-
f77e42ea. pdf
Ningsih, Luh Tresna. (2022). “Pembentukan Konsep Diri Barista Difabel Di Café Cupable”.
https://e-journal.uajy.ac.id/27858/1/170906363%200.pdf
Fiska. (2023, June 28). “Teori Interaksi Simbolik Menurut Ahli“. Gramedia Literasi.
https://www.gramedia.com/literasi/teori-interaksi-simbolik/
Ambar. (2018, May 23). “Tradisi Fenomenologi dalam Teori Komunikasi”.
PakarKomunikasi.com.
https://pakarkomunikasi.com/tradisifenomenologi-dalam-teori-komunikasi
Erissa, Dhea and Widinarsih, Dini (2022). “Akses Penyandang Disabilitas Terhadap Pekerjaan:
Kajian Literatur”. Jurnal Pembangunan Manusia: Vol. 3: No. 1, Article 28.
https://scholarhub.ui.ac.id/jpm/vol3/iss1/28
Maulida, Diyah Kardini. (2017). “Bahasa Isyarat Indonesia Di Komunitas Gerakan Untuk
Kesejahteraan Tunarungu Indonesia”.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36756/1/DIYAH%20
KARDINI%20MAULIDA-FDK.pdf
“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas”.
(2016). Database Peraturan Jdih Bpk.
https://peraturan.bpk.go.id/Download/26352/UU%20Nomor%208%20Tahun%2
02016.pdf
Pitaloca, Dea dkk. (2023). “Situasi Disabilitas Di Dunia Pekerjaan”. Inspirasi Dunia: Jurnal
Riset Pendidikan dan Bahasa Vol. 2.
https://journal.unimar-amni.ac.id/index.php/insdun/article/download/759/643
LaRossa dan Donald C. Reitzes (dalam West & Turner, 2007, h.101)
Mead (dalam West & Turner, 2007, h.107-108)

87

Anda mungkin juga menyukai