Anda di halaman 1dari 5

PERAN DAN KONTRIBUSI MAHASISWA PADA MASA KORONA (COVID -19)

Sebagai seorang mahasiswa, adanya covid-19 memaksa mahasiswa tak bisa pergi ke kampus. Tidak
bisa lagi menikmati berkumpul dengan teman-teman seperti biasanya. Harus belajar dari rumah, tidak lagi
belajar dikelas, tidak lagi berdiskusi dan bimbingan secara langsung dengan dosen.

Namun setelah saya survei ke beberapa mahasiswa dari maba hingga mahasiswa tingkat akhir mereka
memberikan beberapa tanggapan negatif. yaitu menganggap belajar secara daring juga tak jauh berbeda
dengan di kelas, karena meskipun belajar di kelas saya juga lebih sering bermain telepon seluler sendiri.

Dari sebagaian mahasiswa lebih banyak memberikan tanggapan negatif dari pada positif karena
dimasa seperti ini membuat para mahasiswa sangat tertekan karena kebanyak mahasiswa baru memasuki
semester yang baru yang membuat para mahasiswa kebingungan dengan menerima materi dosen yang di
berikan.

Beberapa tanggapan negatif ”kekurangan kuota, berasa kurang semangat serta materi yang didapat
tidak semaksimal seperti kuliah offline” kata PRIO(19) mahasiswa semester 3 dan ada juga maba yang tidak
kuat dengan kuliah daring ini dan setelah saya tanya kepada maba tersebut dia bertanggapan” saya ini maba
tidak tau apa apa, dan saya kira dunia perkuliahan itu menyenangkan ternyata tidak sesuai ekspetasi saya”
kata DHALMAR(18) seorang maba. Maka dari itu sangat disayangkan sekali bahwa seorang maba sudah
seperti itu, yang harusnya seorang maba harus senang ketika masuk dunia mereka yang baru dan bisa
merasakan mendapat teman baru dan pengalaman baru di dunia perkuliahan ini.

Mau atau tidak mau. Suka atau tidak suka. Mudah atau sulit. Semua orang harus menyesuaikan diri.
Tidak ada yang perlu disalahkan. Tidak ada yang mesti disesali. Semua orang harus patuhi protokol ‘alam’
yang terjadi. Siapa yang tidak mau menyesuaikan diri maka ia akan terus menyesali diri yang akan
menambah bebannya sendiri.

Dan yang disayangakan di saat masa pandemi bagi maba tidak bisa merasakan gimana suasana dunia
perkulihan dan bertemu orang orang baru serta meraskan rasanya beroganisasi karena di dalam organisasi
dapat ilmu yang tidak di dapatkan dalam perkuliahan.

Berorganisasi itu sama dengan belajar menjalani roda pemerintahan, bedanya kampus lebih kecil atau
bisa disebut miniatur negara. Hal inilah yang menjadi berorganisasi sangat penting. Dengan berorganisasi,
nanti mahasiswa menjadi lebih siap menjadi pemimpin, mengisi pos-pos kosong di setiap tempat.

Namun, dengan adanya pandemi covid-19 ini sangat disayangkan, karena masa waktu belajar itu telah
berkurang. Sementara kesempatan belajar diluar kampus atau tempat lain juga semakin sedikit, tidak lagi
terbuka lebar seperti biasanya.
Orang-orang yang dapat bertindak dan bisa melihat peluang pada kondisi sekarang, tentunya sangat
dilatar belakangi oleh pengalaman yang sering terbentur berbagai macam keadaan. Kata Tan Malaka
“terbentur-terbentur dan terbentuk”, Jargon itu sangatlah tepat. Melihat didalam berorganisasi juga sering di
hadapkan oleh kondisi dan situasi yang tidak menentu, dan selalu berhadapan dengan beragam orang yang
karakternya berbeda-beda.

Semoga masa pandemi ini cepat berakhir dan kita sebagai mahasiswa dapat beraktifitas seprti biasa
dan dapat berkumpul seperti biasanya.

Pandemi Covid-19, wabah yang meresahkan masyarakat secara global. Tanpa terasa, pandemi ini
sudah berjalan hampir satu tahun dan tidak sedikit memakan korban di Negara tercinta ini. Seluruh aktivitas
kini dibatasi sehingga seluruh masyarakat mengalami dampak negatif dari Pandemi ini, termasuk mahasiswa.
Lantas, peran apa yang harus dilakukan mahasiswa di tengah pandemi seperti ini?

Beralihnya pembelajaran mahasiswa dari tatap muka menjadi Online membuat seluruh mahasiswa
harus menetapkan diri di rumah, tidak berkeliaran dan tidak pula bertatap muka di universitas mereka
masing-masing. Sehingga mengakibatkan segala aktivis pendidikan mengalami kesulitan dalam menimba
ilmu. Bahkan yang biasanya mahasiswa memiliki kegiatan sosial bersama teman temannya ikut terbatas
walaupun hanya sekedar berbincang, nongkrong, main dan sebagainya. Untuk yang mengikuti organisasi,
terpaksa rapat mereka harus dilaksanakan daring. Acara fakultas yang seharusnya diadakan per tanggal yang
menjadi hari khusus fakultas tersebut terpaksa ditiadakan karena pandemi global ini. Sosialisasi pun semakin
berkurang antara masyarakat, mereka lebih bersosialisasi dengan internalnya saja, yaitu keluarga.

Selain itu, banyak mahasiswa yang akhirnya tertidur akan pentingnya peran mereka di pandemi
seperti ini. Mahasiswa lebih melindungi diri sendiri dengan membentengi kokoh kesehatannya tanpa
memikirkan yang ada di sekitarnya. Semua mahasiswa sedang berjuang untuk menjaga dirinya sendiri agar
tak terkena wabah Covid-19 ini. Padahal mahasiswa berperan penting sebagai Agent of Change (Agen
Perubahan) dan Agent Of Social Control (Agen Kontrol Sosial). Sudah dipastikan peran mahasiswa sangat
penting.

Lantas, bagaimana dengan peran itu? Peran itu seperti mati, tak terlihat. Segala kebijakan pemerintah
hanya bisa berjalan sesuai anjuran mereka, tanpa melibatkan suara yang lain. Padahal mahasiswa adalah jalur
untuk menyalurkan aspirasi dari masyarakat. Namun nyatanya? Terputus akibat pandemi ini.

Diskusi pun sudah semakin kurang efektif jika diadakan daring. Semakin tidak terasa akan
diskusinya. Tanpa sadar, pandemi global ini mudah sekali membungkam peran mahasiswa sebagai
keikutsertaan dalam suara rakyat, sedangkan pemerintah harus mengambil keputusan. Namun, saat ini tidak
ada suara dari masyarakat bahkan mahasiswa. Bukankah tidak adil melontarkan kebijakan seperti ini?

Lalu, apa yang harus di lakukan oleh mahasiswa di tengah pandemi seperti ini? Jujur, jika dilihat dari
keadaan memang sempit untuk menerapkan peran sebagai mahasiswa. Akan tetapi, saya yakin peran
mahasiswa sebagai Social Control masih dapat dijalankan. Mahasiswa masih bisa menyebarkan cara baiknya
dalam menangani covid ini. Seperti selalu mengingati para masyarakat untuk selalu memakai masker,
membagikan masker dan handsanitizer, mengadakan donasi untuk rumah sakit dan sebagainya. Ditambah,
selalu menyebar kebaikan bukan kepanikan.

Pasti hampir seluruh masyarakat di Indonesia tidak cuma mahasiswa menyadari bahwa media
sekarang lebih memfokuskan pada meningkatnya angka pasien Covid-19, bukan cara penanganannya.
Terkesan berlebih dan membuat masyarakat semakin panik, takut bahkan cemas jika terjadi salah satu gejala
Covid-19 ini. Padahal kesehatan mental pun penting untuk masyarakat, agar senantiasa sehat luar dalam. Kita
semua tahu, bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Dan termasuk dengan media saat ini, terlalu
berlebihan menakutkan para masyarakat.

Balik lagi, Social Control mahasiswa itu penting, walaupun hanya sedikit yang menyadarinya.
Dengan menyebarkan kebaikan walaupun hanya dari sosial media, mahasiswa tersebut telah melaksanakan
peran tersebut. Jangan sampai menutup mata, tangan tak bergerak, hati tak bergetar dan menyesal
dikemudian hari karena tak berperan di tengah pandemi ini. Saya yakin, jika parah mahasiswa menerapkan
perannya masing-masing, setidaknya kita bisa membantu masyarakat yang memiliki ketakutan berlebih
menjadi lebih tenang untuk menghadapi pandemi ini. Dengan memulai hal kecil, itu sangat berguna demi
kelangsungan hidup masyarakat sekitar. Membantu sama saja membuat diri kita menjadi lebih baik dan
menjalankan peran yang sesungguhnya.

Saya sangat berharap, seluruh mahasiswa berperan penting di masa pandemi ini. Sebagai mahasiswa,
jangan terlalu fokus kepada Covid-19 nya saja, tetapi juga harus menyebar kebaikan dengan orang sekitar.
Teruslah berjuang sampai tua nanti dan dapat mengambil peran di tengah Pandemi Covid-19 ini. Karena
pejuang sesungguhnya adalah yang berjuang dari awal hingga akhir hayat.

Pada 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan telah terjadi kasus Covid-19 di Indonesia.
Pemerintah telah melakukan upaya melalui "Work from Home" (WFH) untuk mencegah penyebaran virus
yang cepat, artinya semua pekerjaan dilakukan di rumah. Hingga sampai saat ini Indonesia masih
menerapkan WFH artinya Indonesia masih belum bisa sepenuhnya memutus rantai selama satu tahun atau
setidaknya belum bisa mengendalikan penyebaran virus.

Selama satahun pandemi COVID-19 di Indonesia, tidak ada indikasi penyebaran virus dapat
dikendalikan, dan kasus baru terus meningkat setiap hari. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk
mengawasi satu per satu, namun belum ada cara efektif untuk memutus rantai penularan COVID-19. Angka
penularan kasus COVID-19 di Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 1 juta atau 1.012.350 pada Selasa
(26/1/2021). Data tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara COVID-19 tertinggi keempat di Asia.

Dampak dari kasus COVID-19 ini menghambat aktivitas masyarakat yang biasanya bekerja di luar
ruangan, masuk ke dalam ruangan dan mahasiswa juga terkena dampaknya yaitu melakukan pembelajaran
secara online, dan melaksanakan kegiatan belajar secara online. Ketika pembelajaran online sudah
dilaksanakan bukan berarti mahasiswa tidak bisa melakukan kegiatan yang produktif. Sangat disayangkan
apabila mahasiswa hanya melakukan kesibukannya dengan mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen
dan menonton film untuk mengisi waktu luangnya. Mahasiswa tidak hanya harus belajar di dalam kelas,
tetapi mahasiswa juga harus belajar dari lingkungan sekitar dan menerapkan apa yang telah dipelajari.

Beberapa peran mahasiswa di antaranya yaitu peranan moral, peranan sosial, dan peranan intelektual.
Peran moral berarti mahasiswa dituntut untuk memikul tanggung jawab moral terhadap dirinya sendiri yang
akan diterapkan dalam kehidupan dan tanggung jawab moral masyarakat di masa yang akan datang. Peran
sosial artinya dimanapun mahasiswa berada, bagaimanapun perilakunya tidak hanya bermanfaat untuk
dirinya sendiri, tetapi juga bermanfaat untuk lingkungan sekitarnya. Dan peran intelektual, artinya mahasiswa
harus menyadari bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah menguasai ilmu dan memberikan perubahan yang
lebih baik dengan kecerdasannya selama menempuh pendidikan.

Di era pandemi COVID-19, peran mahasiswa sangat penting, salah satu hal yang dapat dilakukan
mahasiswa adalah melakukan sosialisasi dan edukasi tentang tata cara kebersihan pencegahan COVID-19.
Pemerintah provinsi di kabupaten/kota telah membuat gerakan dengan melibatkan mahasiswa untuk ikut
melakukan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat yang berkaitan dengan masalah wabah COVID-19.
Berbagai kegiatan yang bisa dilakukan para mahasiswa, seperti : sosialisasi penggunaan masker, cuci tangan,
sosialisasi jaga jarak fisik.

Ketika berada di lingkungan masyarakat hal yang harus diterapkan oleh mahasiswa. Pertama jadilah
warga yang kreatif dan bersifat pemimpin. Mahasiswa berkesempatan untuk mencegah penyebaran virus ini
dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Kemudian sebagai cendekiawan, mahasiswa harus
menunjukkan hal-hal yang baik, yaitu tinggal di rumah dan ketika keluar rumah hanya untuk kepentingan
yang mendesak.

Kedua, mahasiswa dapat menggunakan media sosial untuk memulai kampanye dengan mahasiswa
lainnya di Indonesia. Mahasiswa dapat mengajak warga sekitar melalui media sosial untuk mematuhi
protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Termasuk juga menggalang bantuan sosial secara mandiri
untuk masyarakat yang terdampak ekonominya akibat pandemi, serta melakukan program membagikan
masker.

Ketiga, mahasiswa dapat menjadi satuan tugas COVID-19 untuk melakukan kegiatan sosial.
Mahasiswa juga dapat menjadi relawan dan mendistribusikan bantuan logistik dalam berbagai bentuk seperti
makanan bergizi, vitamin, dan masker.

Selain terlibat dalam kegiatan sosialisasi, edukasi dan penggalangan bantuan sosial, peran mahasiswa
khususnya mahasiswa di bidang kesehatan bisa bertindak membantu pemerintah sebagai relawan untuk
melakukan vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat. Pemerintah sudah mengimpor vaksin dan juga
memproduksi vaksin dalam negeri. Kurang lebih sebanyak 140 juta orang akan diberikan vaksin untuk tahap
pertama. Target yang ditetapkan untuk diberikan vaksin adalah sebanyak 70 persen penduduk Indonesia.
Pemerintah berharap mahasiswa dapat menjadi relawan untuk membantu penyuluhan dan proses vaksinasi.
Vaksinasi dilakukan sebagai upaya untuk membangun Herd Immunity.

Dengan peran dan fungsi mahasiswa tersebut, diharapkan dapat menyadarkan mahasiswa bahwa
mahasiswa dapat berperan serta dalam menangani COVID-19 dari pada hanya tinggal dirumah dan tidak
menjalankan peran dan fungsinya sebagai mahasiswa. COVID-19 memang kasus yang sangat cepat
menyebar, dan jumlah orang yang positif mengidap virus tersebut selalu meningkat. Namun hal tersebut
tidak bisa dijadikan alasan bagi mahasiswa untuk tidak menjalankan tanggungjawabnya.

Anda mungkin juga menyukai