Anda di halaman 1dari 5

LOMBA ESAI

SMA NEGERI 1 BUMIAYU

JUDUL ESAI
SEMANGAT BELAJAR DI BALIK KRISIS PANDEMI
YANG BERKEPANJANGAN

Disusun Oleh
Frida Septiana Dewi
XII MIPA 2
Nama : Frida Septiana Dewi
Kelas : XII MIPA 2

Semangat Belajar di Balik Krisis Pandemi yang Berkepanjangan

Virus Covid-19 pertama kali teridentifikasi pada awal bulan Desember


2019. Tidak terasa, sudah hampir 2 tahun pandemi melanda dunia. Krisis dan
keterpurukan tidak lagi menjadi momok baru bagi seluruh bangsa di dunia. Berita
orang meninggal karena virus ini pun hampir setiap hari terdengar.

Krisis ekonomi telah menjadi urutan masalah nomor 2 yang melanda dunia.
Tidak hanya krisis ekonomi saja, sektor pendidikan pun ikut terdampak akibat
penyebaran virus yang begitu cepat. Di Indonesia, banyak pelajar yang harus
putus sekolah dan memilih untuk bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga.
Hal ini tentu akan mengancam kualitas SDM di Indonesia.

Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini adalah


dengan menerapkan pembelajaran jarak jauh atau yang lebih dikenal dengan
istilah daring (dalam jaringan). Dimana para siswa dan guru melakukan
pembelajaran di tempat yang berbeda dengan menggunakan laptop maupun
gawai. Meski demikian, sistem daring ini dianggap kurang efektif. Hal ini
dikarenakan tidak semua anak mempunyai gawai, serta masih banyak wilayah di
Indonesia yang belum terjangkau dan bahkan tidak memiliki akses internet sama
sekali. Saya harap pemerintah dapat mencari solusi untuk berbagai permasalahan
ini.

Selain itu, pembelajaran daring juga dapat mempengaruhi kesehatan mental


anak. Kegiatan sosial yang terbatas akan membuat anak menjadi kurang aktif dan
kurang komunikatif. Bahkan dalam Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia
pada tahun 2020 terhadap 25.164 responden anak dan 14.169 orang tua
menunjukkan bahwa ibu menjadi pelaku kekerasan anak paling banyak selama
pandemi. Tidak disangka, ibu yang seharusnya menjadi tauladan bagi sang anak
tega melakukan hal demikian. Ini tentu akan menyebabkan trauma bagi anak.
Anak pun menjadi takut untuk belajar.

Saya yang juga terkena dampak dari pandemi ini merasakan banyak
perubahan yang terjadi. Pembelajaran tatap muka yang diganti dengan
pembelajaran jarak jauh mengharuskan para siswa dan guru untuk menatap layar
laptop maupun gawai selama berjam-jam. Hal ini tentu akan mempengaruhi
kesehatan mata mereka. Selain itu, waktu istirahat yang biasanya digunakan untuk
mengobrol dengan teman-teman, sekarang hanya bisa dihabiskan sendirian di
rumah masing-masing. Meskipun masih bisa mengobrol via sosial media, tapi
tetap saja rasanya berbeda dengan mengobrol secara langsung.

Sinyal internet yang terkadang tidak stabil juga dapat mengganggu proses
belajar mengajar. Akibatnya saya menjadi kesulitan dalam menerima serta
memahami materi pembelajaran. Hal ini pun membuat nilai mata pelajaran saya
menurun. Selain itu, masih banyak hal lain yang membuat semangat belajar saya
menurun yang mungkin juga dirasakan oleh teman-teman.

Hingga suatu hari, saya membaca sebuah artikel yang membuat semangat
belajar saya kembali meningkat. Artikel tersebut menceritakan tentang sejumlah
siswa SMP, MTS, dan SMA dari Nagari (desa adat) Pasia Laweh, Kecamatan
Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, yang terpaksa mencari sinyal seluler
ke tempat yang lebih tinggi demi mengikuti pembelajaran daring. Padahal tempat
yang mereka tuju itu jaraknya cukup jauh dari rumah penduduk.

Demikian juga dengan para guru yang tak kalah semangatnya. Mereka rela
menghabiskan waktu lebih banyak demi memberikan ilmunya kepada para siswa.
Bahkan Avan Fathurrahman, seorang guru SDN Batu Putih Laok, Kecamatan
Batu Putih, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, rela mendatangi rumah muridnya
satu per satu. Hal ini seharusnya dapat menjadi pemacu semangat belajar baik
bagi para siswa maupun guru di Indonesia.

Sekarang ini proses pembelajaran secara tatap muka sudah mulai


diberlakukan kembali. Meskipun harus tetap menerapkan protokol kesehatan dan
dibatasi hanya 50% kuota saja. Saya sangat setuju dengan pemberlakuan kembali
pembelajaran tatap muka ini, karena siswa dapat berinteraksi secara langsung
dengan guru tanpa kendala jaringan internet. Hal ini akan memudahkan siswa
dalam memahami materi, serta dapat mempererat hubungan antara siswa dengan
guru. Diharapkan pembelajaran tatap muka secara penuh dapat dilaksanakan
seperti tahun-tahun sebelum adanya pandemi.

Menurut saya, selain dampak negatif yang diterima, ada juga dampak positif
yang dapat diambil dari sistem pembelajaran daring ini. Perubahan metode belajar
ini menuntut para siswa dan guru untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
baru. Mereka juga dituntut untuk bisa menggunakan teknologi. Hal ini akan
meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri serta kemampuan berteknologi para
siswa dan guru. Selain itu, teknologi pun terus berkembang seiring dengan
meningkatnya kebutuhan berteknologi di masa sekarang.

Pandemi ini telah memacu dunia untuk berkembang dan menjadi lebih baik
dalam segala hal. Pemberlakuan lockdown serta PSBB juga telah menyelamatkan
bumi dari polusi udara yang berkepanjangan. Saya harap dunia mampu mengatasi
pandemi ini, dan pandemi ini pun dapat segera berakhir. Serta saya berharap agar
masyarakat dunia mampu perlahan bangkit dari keterpurukan. Karena seperti kata
R.A. Kartini “habis gelap terbitlah terang”.

Daftar pustaka

Kisah Viral Guru Avan, Datangi Satu Per Satu Rumah Murid untuk Mengajar di
Tengah Pandemi Corona (kompas.com).
5 Kisah Perjuangan Pelajar Menuntut Ilmu ke Sekolah Sampai Bertaruh Nyawa
(yahoo.com).
Semangat Belajar Pasca Pandemi Covid-19 (republika.co.id).

Anda mungkin juga menyukai