Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM BUS PADA TERMINAL

BATU LAYANG

Nur Nahriyah Maulidatul Fitrah1), Elsa Tri Mukti2) dan Said3)


1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
2, 3) Dosen Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura Pontianak

Email : nurnahriyahmaulidatulfitrah@student.untan.ac.id

ABSTRAK ”

Pada saat ini Terminal Batu Layang tengah sepi pengunjung. Hal itu juga bisa berakibat pada supply menjadi
tidak sebanding dengan besarnya demand yang dibutuhkan. Hasil analisis data load factor didapatlah rata-rata
load factor tersebut adalah Trayek Pontianak – Sambas adalah 78,42%, Trayek Pontianak – Kartiasa adalah
82,13%, Trayek Pontianak – Bengkayang adalah 56,48%, Trayek Pontianak – Sompak adalah 58,62%, Trayek
Pontianak – Ngabang adalah 56,69%, dan Trayek Pontianak – Seluas adalah 60,43%. Selanjutnya untuk
mengetahui jumlah armada yang dibutuhkan berdasarkan hasil perhitungan tersebut adalah pada Trayek
Pontianak - Sambas didapatlah sebanyak 13 armada sehingga sudah optimal. Pada Trayek Pontianak - Kartiasa
didapatlah sebanyak 4 armada, sehingga perlu dilakukan penambahan 2 armada agar operasional pada Terminal
Batu Layang bisa menjadi optimal. Pada Trayek Pontianak - Bengkayang didapatlah sebanyak 1 armada, serta
masih belum bisa ditambah armadanya karena rata-rata load factor hanya 56,48% masih di bawah 70%. Pada
Trayek Pontianak - Sompak didapatlah sebanyak 1 armada, serta masih belum bisa ditambah armadanya karena
rata-rata load factor hanya 58,62% masih di bawah 70%. Pada Trayek Pontianak - Ngabang didapatlah sebanyak
2 armada, serta masih belum bisa ditambah armadanya karena rata-rata load factor hanya 56,69% masih di bawah
70%. Pada Trayek Pontianak - Seluas setelah dilakukan analisis terhadap jumlah optimal armada didapatlah
sebanyak 3 armada, serta masih belum bisa ditambah armadanya karena rata-rata load factor hanya 60,43% masih
di bawah 70%.
Kata Kunci: Biaya Operasional Kendaraan (BOK), Jumlah Armada Optimal, Load Factor

ABSTRACT
At this time, Batu Layang Terminal is empty of visitors. It can also result in supply being not proportional to the
amount of demand needed. The results of load factor data analysis found that the average load factor was the
Pontianak - Sambas Route was 78.42%, the Pontianak - Kartiasa Route was 82.13%, the Pontianak - Bengkayang
Route was 56.48%, the Pontianak - Sompak Route was 58.62%, the Pontianak - Ngabang Route was 56.69%, and
the Pontianak - Luas Route was 60.43%. Furthermore, to find out the number of fleets needed based on the results
of these calculations, on the Pontianak - Sambas Route, 13 fleets were obtained so that it was optimal. On the
Pontianak - Kartiasa route, there are 4 fleets, so it is necessary to add 2 fleets so that operations at Batu Layang
Terminal can be optimal. On the Pontianak - Bengkayang route, there was 1 fleet, and the fleet could not be added
because the average load factor was only 56.48%, still below 70%. On the Pontianak - Sompak route, there was
1 fleet, and the fleet still could not be added because the average load factor was only 58.62%, still below 70%.
On the Pontianak - Ngabang route, there were 2 fleets, and the fleet could not be added because the average load
factor of only 56.69% was still below 70%. On the Pontianak - Extensive Route after analysis of the optimal
number of fleets, 3 fleets were obtained, and the fleet still cannot be added because the average load factor of
only 60.43% is still below 70%.
Keywords: Vehicle Operating Cost (BOK), Optimal Number of Fleet, Load Factor

I. PENDAHULUAN akan menyebabkan terminal mempunyai banyak


Angkutan umum merupakan sarana angkutan kekurangan dalam menunjang kenyamanan pelanggan
yang tarifnya dibayar menurut panjang lintasan yang dan pengemudi, sehingga berujung pada kurangnya
ditempuh. Dan angkutan umum menjadi bagian minat masyarakat untuk menggunakan angkutan
penting dari sistem transportasi berkelanjutan. Selain umum sebagai prioritas masyarakat. Seperti halnya
itu karena semakin meningkatnya penggunaan dengan kondisi Terminal Batu Layang pada saat ini
kendaraan pribadi, maka diperlukan pula angkutan tengah sepi pengunjung, sehingga berakibat pada tidak
umum seperti bus. terorganisir dengan baik. Hal itu juga berakibat pada
Namun tidak semua terminal mendapatkan porsi tidak terorganisirnya antara supply menjadi tidak
perhatian khusus dari pemerintah, yang pada akhirnya seimbang dengan demand yang dibutuhkan.

1
II. DAFTAR PUSTAKA 5. Jumlah Armada Optimal
Untuk mengindetifikasi jumlah armada optimal
Pengertian Terminal maka disetiap trayek harus mempertimbangkan
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan antara supply dan demand, yaitu jumlah armada
Republik Indonesia Nomor PM 24 Tahun 2021 Pasal dengan jumlah penumpang yang terangkut
1 Terminal adalah pangkalan untuk kendaraan dinyatakan oleh load factor.
bermotor umum yang digunakan mengatur LF
kedatangan dan keberangkatan, penjemputan, KT = 𝐱 ΣKO (4)
LFBE
pengantaran orang ataupun barang, serta pergantian
moda transportasi. 6. Biaya Keuntungan
Biaya keuntungan merupakan biaya/beban yang
Jenis Terminal tidak perlu dibayar, tetapi cukup untuk menyisihkan
Berdasarkan petunjuk teknis Lalu Lintas dan sebagian pendapatan yang masuk dalam perhitungan,
Angkutan Jalan (LLAJ) Nomor 5 Tahun 2021, sehingga keuntungan yang diterima pengelola
terminal dibagi menurut jenis angkutan: kendaraan adalah 10% dari biaya tidak tetap dan
1. Terminal penumpang adalah prasarana angkutan biaya tetap sesuai dari Peraturan Menteri
jalan yang dirancang untuk menaikkan dan Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 60
menurunkan penumpang, perpindahan didalam Tahun 2019.
dan/atau antar kendaraan, serta mengatur
kedatangan dan keberangkatan. 7. Biaya Tak Terduga
2. Terminal barang adalah prasarana angkutan jalan Biaya tak terduga merupakan biaya yang timbul
yang dirancang untuk bongkar muat barang dan akibat permasalahan yang melebihi ekspektasi dan
angkutan diatas kapal dan/atau perpindahan ntar dihitung sebesar 2,5% dari biaya variabel dan biaya
moda angkutan. tetap.
Untuk mengetahui jumlah persen load factor serta 8. Biaya Tidak Tetap
menganalisis jumlah armada optimal maka Biaya Tidak Tetap merupakan biaya yang
diperlukan perhitungan sebagai berikut: bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari armada
ketika beroperasi sehari-hari dan tergantung pada
1. Load Factor aktivitas armada. Sesuai dari Peraturan Menteri
Load factor merupakan perbandingan antara Perhubungan PM 60 Tahun 2019 tentang biaya tidak
kapasitas yang terjual dengan kapasitas tersedia untuk tetap contohnya seperti penggunaan pada bahan
satu perjalanan yang biasa dinyatakan dalam persen bakar, penggunaan oli, penggunaan ban, dan biaya
(%) (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2002). lain-lainnya.
Kapasitas Terjual
LF = x 100 % (1) 9. Biaya Tetap
Kapasitas Tersedia
Biaya Tetap merupakan biaya yang akan terus
2. Biaya Operasional Kendaraan (BOK) dibayar perusahaan terlepas dari kondisi apapun dan
Bedasarkan Peraturan Menteri Perhubungan RI biayanya akan selalu dikeluarkan dengan nominal
Nomor PM 24 Tahun 2021 tentang Biaya Operasional yang sama dalam tenggat waktu tertentu. Nilai
Kendaraan (BOK) adalah biaya pengoperasian nominal biaya tetap akan tetap sama dan tidak
angkutan orang maupun angkutan barang yang akan berubah walaupun penjualan mengalami peningkatan
dikeluarkan oleh perusahaan angkutan umum bus atau penurunan. Sesuai Peraturan Menteri
sesuai dengan waktu tenggat tertentu. Perhubungan Nomor PM 60 Tahun 2019 tentang
HK - NR biaya tetap contohnya seperti biaya penyusutan
Biaya Penyusutan = (2) kendaraan, perizinan dan pengelolaan trayek,
MP
asuransi dan biaya lain-lainnya.
3. Analisis Pendapatan Per Hari
Pendapatan rata-rata supir maupun kernet
diperoleh dengan mengalikan jumlah perjalanan/rit
dari rata-rata jumlah penumpang/rit, kemudian
ongkosnya akan ditanggung oleh penumpang.
Pendapatan/hari = Jumlah Pnp × Harga Tiket

4. Load Factor Break Even


Load factor break even memiliki arti
seimbang/berimbang dan tidak ada ruginya yang
berarti dapat diterima oleh semua pihak.
BOK
LFBE = × LF (3)
PD

2
III. METODOLOGI IV. PENGUMPULAN DATA
Alir Penelitian Data sekunder yang dimaksud adalah data
jumlah penumpang turun dan naik pada Terminal
Batu Layang yang didapat dari laporan Dinas
Perhubungan Kota Pontianak sebagai berikut.
Pada wawancara pertama dilakukan ke kepala
bidang DLLAJ Kota Pontianak, dimana dari hasil
wawancara tersebut memperoleh informasi mengenai
data trayek dan bus yang masih beroperasi pada tahun
2023 Terminal Batu Layang yang juga merupakan
tenaga kerja dari Dinas Perhubungan Kota Pontianak
dan didapatlah data bus yang masih beroperasional,
perusahaan yang menaunginya, biaya retribusi
terminal, plat kendaraan dan kapasitas tempat duduk
setiap bus yang beroperasi.
Tabel 1. Data Jumlah Penumpang Turun dan Naik
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Pontianak
2023

Keberangkatan

Keberangkatan
Kedatangan

Kedatangan
Gambar 1. Flow Chart
No

Jenis Trayek

Lokasi Dan Waktu Penelitian


Bus Beroperasi Penumpang
Penelitian berlokasi di Terminal Batu Layang,
1 Sambas 12 12 264 228
Jalan Batu Layang, Kota Pontianak, Provinsi 2 Kartiasa 2 2 46 40
Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan pada 3 Bengkayang 1 1 17 13
Kamis, 26 Oktober 2023: 08.00 - 12.00 WIB. Jumat, 4 Sompak 1 1 19 16
5 Ngabang 2 2 34 28
27 Oktober 2023: 13.00 – 17.00 WIB. Sabtu, 28 6 Seluas 2 2 36 28
Oktober 2023: 13.00 – 17.00 WIB. Pemilihan hari Total 20 20 416 353
tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
bahwa jam tersebut adalah waktu sibuknya bus keluar V. ANALISIS DATA
masuk terminal.
1. Analisis Load Factor

Tabel 2. Rekapitulasi Rata-Rata Load Factor Selama


4 Bulan Sumber : Analisis Data
Rata-Rata LF Tiap
Jenis Trayek
Trayek (%)
Sambas 78,42
Kartiasa 82,13
Bengkayang 56,48
Sompak 58,62
Gambar 2. Lokasi Terminal Batu Layang dari Ngabang 56,69
google maps
Seluas 60,43

Berdasarkan perhitungan yang telah


dilakukan didapat Rekapitulasi rata-rata load factor
selama 4 bulan diperoleh nilai tertinggi dari Trayek
Kartiasa adalah 86,94% dan paling kecil dari Trayek
Bengkayang adalah 62,24%.

Gambar 3. Layout Terminal Batu Layang


Sumber: Google Earth

3
Tabel 3. Analisis Pendapatan/Hari Tabel 5. Rincian Biaya Tetap Rata-Rata
Sumber : Analisis Data Sumber : Analisis Data
Pendapatan/Hari

Pnp/Hari
Jumlah
Jatuh Biaya Total Rata-
No Trayek Harga Tiket P = Jumlah Pnp × Item
Tempo
Biaya
Rata (Rp/Thn)
Harga Tiket

Retribusi Terminal 1 Hari Rp. 5.000 Rp. 1.825.000


1 Sambas Rp.100.000 21 Rp. 2.100.000 KIR 6 Bulan Rp. 250.000 Rp. 500.000
2 Kartiasa Rp.180.000 22 Rp. 3.960.000 Pajak Kendaraan +
1 Tahun Rp. 755.000 Rp. 755.000
3 Bengkayang Rp. 70.000 16 Rp. 1.120.000 Asuransi Jasa Raharja
4 Sompak Rp. 70.000 17 Rp. 1.190.000 Izin Trayek 1 Tahun Rp. 600.000 Rp. 600.000
5 Ngabang Rp. 70.000 13 Rp. 910.000 Biaya Penyusutan
1 Tahun Rp. 4.800.000 Rp. 4.800.000
6 Seluas Rp. 100.000 18 Rp. 1.800.000 Kendaraan
Jumlah Rp. 8.480.000
Biaya Keuntungan 10% Rp. 16.528.500
Biaya Tak Terduga 2,5% Rp. 4.132.125
Pendapatan rata-rata yang diterima oleh supir Gaji Sopir 25% Dari Pendapatan Rp. 383.250.000
merupakan hasil perkalian antara jumlah Gaji Kernet 15% Dari Pendapatan Rp. 229.950.000
Total Biaya Tetap (Rp/Thn) Rp. 642.340.625
perjalanan/rit dengan rata-rata jumlah penumpang/rit Total Biaya Tetap (Rp/Hr) Rp. 1.759.837
dan kemudian harga tiket akan ditanggung kepada
Biaya keuntungan yang diterima pengelola
penumpang dengan demikian didapatlah pendapatan
kendaraan adalah 10% dari biaya tidak tetap dan
tertinggi perhari yaitu pada Trayek Kartiasa sebesar
biaya tetap sesuai dengan Peraturan Menteri
Rp. 3.960.000 dan nominal terendah di Trakyek
Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 60
Ngabang sebesar Rp. 910.000.
Tahun 2019.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tabel
Tabel 4. Rincian Biaya Tidak Tetap Rata-Rata
diatas, oleh karena itu Biaya Operasional Kendaraan
Sumber : Analisis Data
(BOK) angkutan umum bus pada Trayek Pontianak -
Sambas sebagai berikut.
Pemakaian Rata-

Harga Satuan Biaya Biaya


BOK = Biaya Tidak Tetap + Biaya Tetap
Rata

Item
Rata-Rata (Rp) z(Rp/Tahun) (Rp/Hari) = Rp. 434.438 + Rp. 1.759.837
= Rp. 2.194.275 / hari /armada
Bahan Bakar
40 Rp. 6.800 Rp. 99.280.000 Rp. 272.000
(Ltr/Hr) Tabel 6. Analisis Load Factor Break Even
Oli Mesin (10
Ltr/Bln)
3 Rp. 1.500.000 Rp. 18.000.000 Rp. 49.315 Sumber : Analisis Data
Oli Transmisi
1 Rp. 400.000 Rp. 400.000 Rp. 1.096 Pendapatan/ Load
(Ltr/Thn) LFBE
Hari Factor
Minyak Rem No Trayek BOK
1 Rp. 80.000 Rp. 480.000 Rp. 1.315
(Ltr/2 Bln) LFBE =
Ban Depan PD LF BOK
1 Rp. 1.500.000 Rp. 18.000.000 Rp. 49.315 × LF
(Ltr/1 Bln) PD

Ban Belakang 1 Sambas Rp. 2.100.000 Rp. 2.194.276 78,42 81,94


1 Rp. 1.500.000 Rp. 18.000.000 Rp. 49.315
(Ltr/1 Bln)
Turun Mesin 2 Kartiasa Rp. 3.960.000 Rp. 2.098.276 82,13 43,52
1 Rp. 15.000.000 Rp. 1.250.000 Rp. 3.425
(Kali/5 Thn) 3 Bengkayang Rp. 1.120.000 Rp. 962.276 56,48 48,52
Aki (Bh/2 Thn) 1 Rp. 1.000.000 Rp. 500.000 Rp. 1.370 Rp. 1.190.000 Rp. 1.030.839 58,62 50,78
4 Sompak
Gardan (Ltr/1
1 Rp. 250.000 Rp. 250.000 Rp. 685 5 Ngabang Rp. 910.000 Rp. 863.481 56,69 53,79
Thn)
Saringan Udara 6 Seluas Rp. 1.800.000 Rp. 1.234.276 60,43 50,07
1 Rp. 60.000 Rp. 720.000 Rp. 1.973
(Bh/1 Bln)
Saringan Oli
1 Rp. 60.000 Rp. 360.000 Rp. 986
(Bh/2 Bln)
Kampas Rem Tabel 7. Analisis Jumlah Armada Optimal
1 Rp. 290.000 Rp. 580.000 Rp. 1.589
(Bh/6 Bln)
Ball Joint
Sumber : Analisis Data
2 Rp. 200.000 Rp. 200.000 Rp. 548
(Bh/Thn)
Pelat Kopling
1 Rp. 550.000 Rp. 550.000 Rp. 1.507
Load Factor

(Bh/Thn) Jumlah
Rata- Jumlah
Total Biaya Tidak Tetap (Rp/Thn) Rp. 158.570.000 Armada
Rata
Total Biaya Tidak Tetap (Rp/Hri) Rp. 434.438 Trayek LFBE Bus Optimal ≈
No

KT =
LF KO 𝐿𝐹
× ΣKO
LFBE
1 Sambas 78,42 54,85 13 12,67 13
2 Kartiasa 82,13 46,08 2 4,15 4
3 Bengkayang 56,48 53,51 1 1,16 1

4 Sompak 58,62 56,52 1 1,15 1


5 Ngabang 56,69 60,70 2 2,11 2
6 Seluas 60,43 50,07 3 3,44 3

4
Tabel 8. Rekapitulasi Jumlah Armada Yang 5. Ngabang
Dibutuhkan Pada Trayek Pontianak - Ngabang setelah
Sumber : Analisis Data dilakukan analisis terhadap jumlah optimal armada
maka didapatlah sebanyak 2 armada, dan yang
Jumlah Jumlah
beroperasi di lapangan rata-rata sebanyak 2 armada
Kebutuhan
No Trayek Armada Armada
Armada juga. Serta masih belum bisa ditambah armadanya
Sekarang Optimal
karena rata-rata load factor hanya 56,69% masih di
1 Sambas 13 13 Sudah Optimal
bawah 70%. Sehingga tidak perlu lagi dilakukan
2 Kartiasa 2 4 2 pengurangan ataupun penambahan armada pada
3 Bengkayang 1 1 Sudah Optimal
4 Sompak 1 1 Sudah Optimal
Terminal Batu Layang karena sudah optimal.
5 Ngabang 2 2 Sudah Optimal 6. Seluas
6 Seluas 3 3 Sudah Optimal Pada Trayek Pontianak - Seluas setelah dilakukan
analisis terhadap jumlah optimal armada didapatlah
Hasil perhitungan analisis diatas didapatlah
sebanyak 3 armada, dan yang beroperasi di
jumlah optimal armada sebagai berikut rinciannya:
lapangan rata-rata juga 3 armada. Serta masih
belum bisa ditambah armadanya karena rata-rata
1. Sambas
load factor hanya 60,43% masih di bawah 70%.
Pada Trayek Pontianak - Sambas setelah Sehingga tidak perlu lagi dilakukan pengurangan
dilakukan analisis terhadap jumlah optimal ataupun penambahan armada pada Terminal Batu
armada didapatlah sebanyak 13 armada, dan yang Layang karena sudah optimal.
beroperasi di lapangan rata-rata juga 13 armada.
Sehingga tidak perlu lagi dilakukan pengurangan VI. KESIMPULAN DAN SARAN
ataupun penambahan armada pada Terminal Batu
Layang karena sudah optimal.
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis load factor yang
2. Kartiasa
dilakukan pada perencanaan perhitungan
Pada Trayek Pontianak - Kartiasa setelah menggunakan data keberangkatan dan tempat
dilakukan analisis terhadap jumlah optimal duduk yang tersedia pada Terminal Batu Layang
armada didapatlah sebanyak 4 armada, sedangkan maka didapatlah rata-rata load factor tiap trayek
yang beroperasi di lapangan rata-rata hanya 2 selama 4 bulan tersebut adalah:
armada. Sehingga perlu dilakukan penambahan 2 - Trayek Pontianak – Sambas adalah 78,42%.
armada agar operasional pada Terminal Batu - Trayek Pontianak – Kartiasa adalah 82,13%.
Layang bisa menjadi optimal. - Trayek Pontianak – Bengkayang adalah 56,48%.
3. Bengkayang - Trayek Pontianak – Sompak adalah 58,62%.
Pada Trayek Pontianak - Bengkayang setelah - Trayek Pontianak – Ngabang adalah 56,69%.
dilakukan analisis terhadap jumlah optimal - Trayek Pontianak – Seluas adalah 60,43%.
armada didapatlah sebanyak 1 armada, dan yang 2. Jumlah armada yang dibutuhkan berdasarkan hasil
beroperasi di lapangan rata-rata sebanyak 1 perhitungan diperoleh:
armada juga. Serta masih belum bisa ditambah - Pada Trayek Pontianak - Sambas setelah
armadanya karena rata-rata load factor hanya dilakukan analisis terhadap jumlah optimal
56,48% masih di bawah 70%. Sehingga tidak armada didapatlah sebanyak 13 armada, dan
perlu lagi dilakukan pengurangan ataupun yang beroperasi di lapangan rata-rata juga 13
penambahan armada pada Terminal Batu Layang armada. Sehingga tidak perlu lagi dilakukan
karena sudah optimal. pengurangan ataupun penambahan armada pada
4. Sompak Terminal Batu Layang karena sudah optimal.
Pada Trayek Pontianak - Sompak setelah - Pada Trayek Pontianak - Kartiasa setelah
dilakukan analisis terhadap jumlah optimal dilakukan analisis terhadap jumlah optimal
armada maka didapatlah sebanyak 1 armada, dan armada didapatlah sebanyak 4 armada,
yang beroperasi di lapangan rata-rata sebanyak 1 sedangkan yang beroperasi di lapangan rata-rata
armada juga. Serta masih belum bisa ditambah hanya 2 armada. Sehingga perlu dilakukan
armadanya karena rata-rata load factor hanya penambahan 2 armada agar operasional pada
58,62% masih di bawah 70%. Sehingga tidak Terminal Batu Layang bisa menjadi optimal.
perlu lagi dilakukan pengurangan ataupun Pada Trayek Pontianak - Bengkayang setelah
penambahan armada pada Terminal Batu Layang dilakukan analisis terhadap jumlah optimal
karena sudah optimal. armada didapatlah sebanyak 1 armada, dan yang
beroperasi di lapangan rata-rata sebanyak 1
armada juga. Serta masih belum bisa ditambah
armadanya karena rata-rata load factor hanya

5
56,48% masih di bawah 70%. Sehingga tidak perlu REFERENSI
lagi dilakukan pengurangan ataupun penambahan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perhubungan
karena sudah optimal. Republik Indonesia Nomor Pm 60 Tahun
- Pada Trayek Pontianak - Sompak setelah dilakukan 2019 Tentang Penyelenggaraan Angkutan
analisis terhadap jumlah optimal armada maka Barang Dengan Kendaraan Bermotor Di
didapatlah sebanyak 1 armada, dan yang beroperasi Jalan.
di lapangan rata-rata sebanyak 1 armada juga. Serta Republik Indonesia, Peraturan Menteri Perhubungan
masih belum bisa ditambah armadanya karena rata- Republik Indonesia Nomor PM 24 Tahun
rata load factor hanya 58,62% masih di bawah 70%. 2021 Tentang Penyelenggaraan Terminal
Sehingga tidak perlu lagi dilakukan pengurangan Penumpang Angkutan Jalan Peraturan.
ataupun penambahan armada pada Terminal Batu Republik Indonesia, Keputusan Direktur Jenderal
Layang karena sudah optimal. Perhubungan Darat Nomor
- Pada Trayek Pontianak - Ngabang setelah 687/AJ.206/DRDJ/2002 Tentang Pedoman
dilakukan analisis terhadap jumlah optimal armada Teknis Penyelenggaraan Angkutan
maka didapatlah sebanyak 2 armada, dan yang Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan
beroperasi di lapangan rata-rata sebanyak 2 armada Dalam Trayek Tetap dan Teratur.
juga. Serta masih belum bisa ditambah armadanya Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
karena rata-rata load factor hanya 56,69% masih di Jakarta.
bawah 70%. Sehingga tidak perlu lagi dilakukan Republik Indonesia, Peraturan Daerah Kota
pengurangan ataupun penambahan armada pada Prabumulih Nomor 5 Tahun 2021 Tentang
Terminal Batu Layang karena sudah optimal. Penyelenggaraan Lalu Lintas Dan
- Pada Trayek Pontianak - Seluas setelah dilakukan Angkutan Jalan.
analisis terhadap jumlah optimal armada didapatlah
sebanyak 3 armada, dan yang beroperasi di
lapangan rata-rata juga 3 armada. Serta masih
belum bisa ditambah armadanya karena rata-rata
load factor hanya 60,43% masih di bawah 70%.
Sehingga tidak perlu lagi dilakukan pengurangan
ataupun penambahan armada pada Terminal Batu
Layang karena sudah optimal.

Saran
1. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan
permohonan data untuk analisis perhitungan
jangan hanya dari Dinas Perhubungan Kota saja
tetapi juga ke Dinas Perhubungan Provinsi serta
survei ke lapangan, guna mencocokkan data
agar sesuai dengan yang masih beroperasional.
2. Penelitian selanjutnya dalam mengkaji angkutan
umum di terminal disarankan untuk
menggunakan Peraturan Menteri, Peraturan
Pemerintah maupun Undang-Undang tahun
yang terbaru.
3. Dengan mempertimbangkan perninjauan dari
lokasi studi perlu segera dilakukan revitalisasi
guna menghidupkan terminal kembali dengan
manajemen yang lebih baik lagi.
4. Sebelum mengoperasikan kembali terminal, ada
baiknya memanajemen Sumber Daya Manusia
(SDM) terlebih dahulu dengan melakukan
evaluasi dalam memahami situasi permasalahan
di lapangan. Oleh karena itu, pendekatan dalam
pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
khususnya terhadap calo yang sangat
mengganggu dan masih saja berkeliaran di
sekitar terminal harus dikontrol dan memiliki
aturan yang ditegakkan dengan ketat agar
penumpang merasa nyaman berada di terminal.

Anda mungkin juga menyukai