Anda di halaman 1dari 7

JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No.

Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

Analisis Perencanaan Pola Operasi Kapal Tol Laut :


Studi Kasus Maluku dan Papua
Bianca Prima Adhitya, Hasan Iqbal Nur, dan Irwan Tri Yunianto
Departemen Teknik Transportasi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: hasaniqbaln@gmail.com

Abstrak — Kondisi geografis Negara Indonesia yang Bagi negara maritim yang luas seperti Indonesia maka
merupakan negara kepulauan mengharuskan Indonesia solusi untuk menurunkan biaya logistik nasional dan
memiliki konektivitas yang memadai untuk keberlangsungan meningkatkan daya saing produk nasional adalah dengan
dan keseimbangan ekonomi. Tol Laut merupakan program cara menyeimbangkan jumlah angkutan barang melalui
pemerintah yang dirancang untuk membuat konektivitas antar wilayah depan dan dalam melalui pusat- pusat pertumbuhan
wilayah di Indonesia berupa pelayaran rutin dan terjadwal
ekonomi baru di wilayah depan. Sedangkan strategi kebijakan
khususnya ke wilayah Indonesia Timur dan wilayah 3T
(Terpencil, Terluar, dan Terdalam). Dalam implementasinya, pembangunan di wilayah depan harus sedikit berbeda
Tol Laut terus mengalami evaluasi dari pemerintah dalam mengingat tujuan yang akan dicapai adalah menumbuhkan
berbagai aspek yang salah satunya adalah pola operasi kapal. pusat pertumbuhan ekonomi baru dari kondisi yang minim.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan
analisis terhadap pola operasi kapal yang paling optimal dan
efektif untuk program Tol Laut khususnya untuk wilayah
Maluku dan Papua. Pola operasi yang digunakan pada analisis
adalah pola operasi saat ini (Multiport) dan pola operasi
skenario (Hub-Spoke). Pola operasi dengan unit biaya paling
minimum adalah pola operasi Hub-Spoke dengan lokasi
pelabuhan pangkal di Surabaya dan lokasi pelabuhan Hub di
Saumlaki menggunakan kapal ukuran 296 TEUs. Kemudian
spesifikasi kapal dan biaya pengiriman pola operasi Hub-Spoke
untuk setiap titik tujuan yakni, Fakfak menggunakan kapal Gambar 1. Trayek Tol Laut
ukuran 55 TEUs dan biaya pengiriman sebesar Rp. 13.736.669,-
per TEUs, Kaimana menggunakan kapal ukuran 56 TEUs dan Tol Laut adalah solusi yang ditawarkan untuk
biaya pengiriman sebesar Rp. 13.644.607,- per TEUs, Saumlaki mengurangi disparitas harga yang timbul antara pulau Jawa
menggunakan kapal ukuran 55 TEUs dan biaya pengiriman dengan daerah Indonesia Timur dan Wilayah Depan. Tol
sebesar Rp. 9.500.434,- per TEUs, Merauke menggunakan kapal Laut diwujudkan dengan cara mengadakan layanan pelayaran
ukuran 55 TEUs dan biaya pengiriman sebesar Rp. 17.601.218,- yang murah, rutin dan terjadwal [1]. Tujuan Tol Laut adalah
per TEUs, Dobo menggunakan kapal ukuran 87 TEUs dan biaya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,
pengiriman sebesar Rp, 11.787.509 per TEUs, dan Timika pemerintah sendiri yang turun langsung dalam membuat
menggunakan kapal ukuran 55 TEUs dan biaya pengiriman
perencanaan dan memutuskan baik teknis maupun non teknis
sebesar Rp. 13.302.057,- per TEUs.
dalam pengoperasian tol laut.
Dalam pelaksanaannya setelah 2 tahun berjalan,
Kata Kunci : Tol Laut, Pola Operasi, Multiport, Pola Hub-
pemerintah masih terus meninjau ulang program Tol Laut
Spoke, Unit Biaya Minimum
khususnya tinjauan pada pola operasi dan trayek kapal.
Peninjauan ulang ini terus dilakukan oleh pemerintah,
I. PENDAHULUAN dengan harapan disparitas harga yang terjadi di Indonesia
Negara Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari dapat segera di minimalkan.
ribuan pulau dan dihubungkan oleh laut. Kondisi tersebut
selama ini dianggap sebagai penghambat pertumbuhan dan II. METODOLOGI PENELITIAN
pemerataan ekonomi. Salah satu penghambat adalah
Metode pengumpulan data dalam penelitian adalah secara
dikarenakan pusat perekonomian Negara Indonesia yang
mayoritas berada di Pulau Jawa. Karena itu, kesenjangan langsung (primer), dan tidak langsung (sekunder)
antar wilayah Indonesia tidak dapat dihindari dan Pengumpulan data ini dilakukan dberdasarkan data dari
mengakibatkan disparitas harga dimana salah satu aspek perusahaan terkait melalui survey secara langsung dan juga
penyebabnya adalah biaya pengiriman ke luar Pulau Jawa data yang dapat di akses publik secara langsung.
khususnya Indonesia Timur (Wilayah Depan). Dalam penelitian ini, data-data terkait yang dibutuhkan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

meliputi trayek dan pola operasi tol laut, spesifikasi kapal, Surabaya dan 6 (enam) titik tujuan yang meliputi Fak-fak,
fasilitas pelabuhan, dan realisasi muatan. Kemudian tahap Kaimana, Dobo, Saumlaki, Timika, dan Merauke.
selanjutnya adalah melakukan analisis perbandingan jenis C. Model Matematis
pola operasi, dimana pola operasi yang dibandingkan adalah
Dalam penelitian ini, dalam penyususnan skenario pola
pola operasi saat ini (Multiport) dengan pola operasi skenario
operasi Hub-Spoke dilakukan penyusunan menggunakan
(Hub-Spoke). Analisis yang dilakukan pada tiap-tiap pola
pembuatan model optimisasi dengan metode optimisasi Non
operasi tersebut meliputi spesifikasi kapal, rute perjalanan
Linear Programming dengan hasil keluaran (output) berupa
kapal, serta pengembangan pelabuhan Hub terpilih beserta
rute dan penugasan kapal terpilih dengan unit cost minimum.
penambahan fasilitasnya untuk pola operasi Hub-Spoke.
Berdasarkan model matematis, Z (minimum cost)
Tahap selanjutnya adalah analisis perbandingan, dimana
merupakan penjumlahan dari Total Cost Mother Vessel
pada analisis perbandingan ini dapat dipilih pola operasi
dengan Total Cost Feeder Vessel [2]. Berikut adalah
efektif dan optimal untuk program tol laut dengan total biaya persamaan dari minimum unit cost :
paling minimum. Komponen perbandingan sendiri meliputi
total biaya, total waktu, dan total muatan untuk tiap-tiap pola
operasi. Setelah terpilih pola operasi yang memiliki total
biaya lebih paling minimum, dilakukan analisis resiko dari Dengan keterangan :
pola operasi tersebut untuk mengetahui resiko apa saja yang TC : Total Costs s : jarak
kemungkinan terjadi dan biaya yang timbul dari resiko K : Mother Vessel f : Feeder Vessel
tersebut. Kemudian tahap terakhir adalah melakukan analisis j : Pelabuhan Hub c : crane dermaga
subsidi untuk tiap pola operasi, dimana penurunan subsidi d : demand n : jumlah kapal
tersebut dapat mempengaruhi hasil pemilihan pola operasi
kapal tol laut. Dari perhitungan tersebut, didapatkan total biaya
keseluruhan dengan menjumlah Total Cost Mother dan
Feeder Vessel. Dengan fungsi objektif dan batasan sebagai
III. KONSEP DAN URAIAN PENELITIAN berikut :
A. Konsep Penelitian Objective Function:
Konsep penelitian yang akan dilakukan adalah melakukan  K : Mother Vessel
perbandingan pola operasi tol laut, yakni pola operasi saat ini  F : Feeder Vessel
(Multiport) dengan pola operasi skenario (Hub-Spoke). Untuk  C : Crane Dermaga
pemilihan trayek yang ditinjau adalah wilayah Papua dan
Maluku perairan selatan yang meliputi 3 trayek yakni T-10, Kemudian yang menjadi batasan dalam menentukan
T-11 dan T-12 tahun 2018 dengan 6 titik yaitu : Dobo,
optimasi pemilihan dari Objective Function adalah sebagai
Saumlaki, Fakfak, Kaimana, Timika, dan Merauke, dengan
pelabuhan pangkal berada di Surabaya. berikut :
Untuk penggunaan kapal pada pola operasi skenario (Hub- Constraint :
Spoke), Mother Vessel diasumsikan menggunakan kapal sewa
berdasarkan ukuran kapal, sedangkan untuk Feeder Vessel
menggunakan kapal yang sudah ada dan beroperasi di
wilayah Indonesia Timur.
B. Wilayah Pengerjaan L, B, H, T ≥
L, B, H, T ≤

Keterangan:
n = Jumlah Kapal L = LPP
= Demand B = Lebar Kapal
= Frekuensi demand H = Tinggi Kapal
Ck = Kapasitas Kapal T = Sarat kapal
= Tinggi Sarat Kapal = Sarat Dermaga
= Frekuensi Kapal
Gambar 2. Wilayah Pengerjaan
Wilayah pengerjaan dalam penelitian ini meliputi rute tol IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
laut yang beroperasi di daerah Maluku dan Papua bagian Dalam analisis dan pembahasan ini, akan dilakukan
selatan. Wilayah tersebut meliputi 1 (satu) titik asal yakni pemilihan pola operasi yang paing optimal untuk tol laut,
baik dari segi biaya, muatan, operasional, dan lama waktu
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

pengiriman. Tabel 1 berikut adalah penjelasan untuk Pada tahun 2018, pola operasi untuk tujuan Fakfak,
perbandingan pola operasi yang akan dilakukan : Kaimana, Dobo, Saumlaki, Timika dan Merauke
Tabel 1. Perbandingan Pola Operasi menggunakan Pola Multiport. Keenam titik tersebut pun
terbagi menjadi beberapa trayek yakni T-10 (Surabaya-
Fakfak-Kaimana), T-11 (Surabaya –Timika-Merauke), dan T-
12 (Surabaya-Saumlaki-Dobo). Pola operasi ini berbeda dari
tahun sebelumnya akibat evaluasi dari pemerintah. Selain itu
pola operasi ini baru beroperasi mulai bulan Mei 2018.
Perhitungan ini digunakan untuk membandingkan pola
A. Pola Operasi Multiport 2017 operasi saat ini (tahun 2017 dan 2018) dengan pola operasi
Hub-Spoke. Untuk ilustrasinya dapat dilihat pada gambar 4.
Kemudian dari pola operasi tersebut, dilakukan
perhitungan biaya transportasi laut dalam 1 (satu) tahun.
Berikut adalah hasil perhitungan total biaya transportasi laut:
Tabel 3. Total Biaya Tol Laut 2018
Total Biaya Tol Laut 2018
T-10 58.949,89 Jt-Rp/RTrip
T-11 66.041,27 Jt-Rp/RTrip
T-12 45.280,11 Jt-Rp/RTrip
TOTAL 170.355,42 Jt-Rp/RTrip
Dari tabel 3 tersebut, dalam pelaksanaan tol laut untuk tahun
Gambar 3. Pola Operasi Multiport 2017
2018 total biaya yang dikeluarkan untuk 3 (tiga) trayek
Pada tahun 2017, pola operasi untuk tujuan Fakfak,
tersebut sebesar 170 Milyar Rupiah per tahun.
Kaimana, Dobo, Saumlaki, Timika dan Merauke
menggunakan Pola Multiport. Keenam titik tersebut pun C. Pola Operasi Skenario (Hub-Spoke)
terbagi menjadi beberapa trayek yakni T-11 (Surabaya-Dobo-
Pada pelaksanaan tol laut di tahun ke 3 (tiga),
Merauke), T-13 (Surabaya-Fakfak-Kaimana-Timika), dan T-
pemerintah telah melakukan evaluasi dari tahun-tahun
2 (Saumlaki). Untuk titik tujuan saumlaki masih tergabung
sebelumnya. Evaluasi tersebut meliputi pemilihan perusahaan
dengan T-2 yang mayoritas tujuannya adalah daerah di Nusa
pelayaran operator tol laut, pemberian subsidi, dan yang
Tenggara Timur. Untuk ilustrasinya dapat dilihat pada
paling sering adalah penentuan rute dan pola operasi. Pada
gambar 3 diatas.
tahun 2018 ini, pemerintah telah membuat skema rute dan
Kemudian dari pola operasi tersebut, dilakukan
pola operasi tol laut baru. Dari tahun 2017 yang berjumlah 13
perhitungan biaya transportasi laut dalam 1 (satu) tahun.
rute, di tahun 2018 memiliki 15 rute dengan titik per trayek
Berikut adalah hasil perhitungan total biaya transportasi laut:
Tabel 2. Total Biaya Tol Laut 2017 berbeda dari tahun-tahun sebelumnya [3]. Begitu juga dengan
Total Biaya Tol Laut 2017
pola operasi, dari tahun sebelumnya yang menggunakan pola
operasi Multiport untuk semua trayek tetapi saat ini menjadi
T-11 64.582,40 Jt-Rp/tahun
3 (tiga) jenis pola operasi yang diimplementasikan yakni
T-13 60.228,83 Jt-Rp/tahun
Multiport, Hub-Spoke, dan Ship to ship.
T-2 43.421,58 Jt-Rp/tahun
Saat ini, pola operasi Hub-Spoke sendiri sudah
TOTAL 168.232,81 Jt-Rp/tahun diimplementasikan pada pola operasi tol laut yakni untul
Dari tabel 2 tersebut, dalam pelaksanaan tol laut untuk tahun Trayek-5 dan Trayek-8 2018. Pada penelitian ini akan
2017 total biaya yang dikeluarkan untuk 3 (tiga) trayek dilakukan penerapan pola operasi Hub-Spoke untuk Trayek-
tersebut sebesar 168 Milyar Rupiah per tahun. 10, Trayek-11, dan Trayek-12 dengan menjadikan 3 (tiga)
trayek tersebut menjadi 1 (satu) trayek. Berikut adalah konsep
B. Pola Operasi Multiport 2018 dan rute pola operasi Hub-Spoke dengan skenario-skenario
berdasarkan lokasi pelabuhan Hub.
Tabel 4. Skenario Hub-Spoke
Skenario Skenario Skenario Skenario Skenario Skenario
I II III IV V VI
Hub Fakfak Kaimana Dobo Saumlaki Timika Merauke
Feeder
Kaimana Fakfak Fakfak Fakfak Merauke Fakfak
A
Feeder
Dobo Dobo Kaimana Kaimana Dobo Dobo
B
Feeder
Saumlaki Saumlaki Saumlaki Merauke Saumlaki Saumlaki
C
Feeder Timika - Timika - Timika - Dobo - Fakfak - Timika -
D Merauke Merauke Merauke Timika Kaimana Kaimana

Gambar 4. Pola Operasi Multiport 2018


JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4

pelabuhan. Sedangkan model yang digunakan adalah seperti


Setelah mengetahui konsep dan rute dari pola operasi Hub- yang dijelaskan pada sub-bab sebelumnya. Berikut adalah
Spoke tersebut. Maka dilakukan perhitungan d terhadap spesifikasi Mother Vessel :
masing-masing skenario yang meliputi perhitungan biaya Tabel 6. Spesifikasi Mother Vessel Skenario IV
pengiriman, pemilihan armada kapal, dan pengembangan SPESIFIKASI KAPAL
pelabuhan Hub. Dari perhitungan tersebut akan diketahui DWT (Deadweight) = 7.316 Ton
skenario manakah yang memiliki total biaya paling minimum Payload = 296 TEUs
untuk pola operasi Hub-Spoke. Berikut adalah total biaya LPP (Panjang Kapal) = 96,48 M
untuk pola operasi Hub-Spoke dari masing-masing skenario : B (Lebar Kapal) = 15,31 M
Tabel 5. Total Biaya Hub-Spoke H (Tinggi Kapal = 9,01 M
TOTAL BIAYA HUB-SPOKE T (Sarat Kapal) = 6,91 M
Skenario I - Fakfak 172,503.81 Jt-Rp/tahun Displasmen = 8.129,85 Ton
Skenario II - Kaimana 168,248.54 Jt-Rp/tahun Mesin = 2.178 Kw
Skenario V - Timika 200,389.99 Jt-Rp/tahun Dari hasil optimasi didapatkan spesifikasi Mother Vessel
Skenario III - Dobo 164,781.77 Jt-Rp/tahun dengan spesifikan seperti tabel diatas, dengan payload kapal
Skenario IV - Saumlaki 163,903.11 Jt-Rp/tahun sebesar 296 TEUs. Kapal tersebut merupakan kapal jenis
Skenario VI - Merauke 231,250.57 Jt-Rp/tahun petikemas tanpa crane. Sarat kapal tersebut memenuhi
batasan pada modeldengan minimal allowance 1 (satu) meter
Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa skenario dengan sarat perairan pelabuhan.
yang memiliki total cost paling murah adalah skenario IV  Operasional Mother Vessel
dengan pelabuhan Saumlaki sebagai lokasi hub terpilih. Operasional kapal merupakan penjelasan mengenai detail
Biaya untuk skenario IV sendriri sebesar Rp kegiatan dari Mother Vessel yang meliputi frekuensi, waktu
163.877.190.000,- per tahunnya. Dengan terpilihnya skenario berlayar, waktu pelabuhan, dll. Berikut adalah penjelasan
IV ini, maka skenario inilah yang akan digunakan untuk operasional kapal untuk skenario IV :
dibandingkan dengan pola operasi tol laut tahun 2017 dan Tabel 7. Operaional Mother Vessel Skenario IV
2018. Berikut adalah penjelasan hasil dari pola operasi Hub- OPERASIONAL KAPAL
Spoke Skenario IV yang meliputi spesifikasi kapal, Jarak = 1139 Nm
Kecepatan Dinas = 10 Knot
operasional kapal, pengembangan pelabuhan, dan total biaya:
Sea Time = 227.8 Jam/RTrip
 Pola Operasi Hub-Spoke Skenario IV
Port Time = 71.2 Jam/RTrip
Lama Voyage = 13 Hari/RTrip
Kebutuhan BBM ME = 114.87 Ton/RTrip
Kebutuhan BBM AE = 32.4 Ton/RTrip
Frekuensi Kapal = 27 Kali/thn
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa total frekuensi
yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan muatan tahun
2018 adalah 27 kali Round-Trip. Jumlah ini berbanding lurus
dengan frekuensi maksimal kapal dalam 1 (satu) tahun yakni
27 kali Round-Trip.
 Pengembangan Pelabuhan Hub
Tabel 8. Pengembangan Pelabuhan Hub Skenario IV
SA
JUM UE
INVESTASI TU BIAYA/TAHUN
LAH (TAHUN)
Gambar 5. Rute Pelayaran Skenario IV AN
Dermaga Petikemas m² 2168 25 Rp 1,845,997,360
Pada perhitungan pola operasi Hub-Spoke ini, dibagi
Container Crane 40 b/h unit 0 25 Rp -
menjadi beberapa skenario berdasarkan pemilihan lokasi Quay Crane 25 b/h unit 0 25 Rp -
pelabuhan Hub. Untuk skenario IV ini, lokasi pelabuhan Hub Quay Crane 20 b/h unit 0 25 Rp -
Jib Crane 15 b/h unit 1 25 Rp 461,190,972
adalah Saumlaki dengan ilustrasi seperti gambar diatas. Pada Rubber Tyred Crane unit 1 15 Rp 626,224,869
skenario ini armada yang digunakan adalah 1 (satu) unit Reach Stacker unit 2 15 Rp 250,489,948
Mother Vessel dan 4 (empat) unit Feeder Vessel untuk 5 titik Truck unit 4 10 Rp 259,009,150
Trestle m² 140 25 Rp 99,333,440
tujuan. Perkerasan Lapangan Penumpukan m² 3145 25 Rp 490,920,052
 Spesifikasi Mother Vessel Tanah & Pembersihan m² 3145 10 Rp 6,923,962,101
Mother Vessel adalah kapal yang digunakan untuk Lapangan Parkir Umum m² 500 10 Rp 114,856,701
Lapangan Parkir Truk Petikemas m² 500 10 Rp 114,856,701
mengangkut semua muatan untuk semua titik tujuan. Pada Perkantoran m² 250 10 Rp 161,880,719
skenario IV ini, yang menjadi rute dari Mother Vessel adalah Fasilitas Umum m² 150 10 Rp 97,128,431
Surabaya – Saumlaki. Sehingga spesifikasi kapal dipengaruhi Bunker BBM m² 150 10 Rp 97,128,431
Rumah Pompa dan Air Bersih m² 150 10 Rp 97,128,431
oleh keadaan pelabuhan dan perairan Saumlaki. Dalam Gedung Pemadam Kebakaran m² 150 10 Rp 97,128,431
penentuan mother vessel yang menjadi dasar penentuan Gardu Induk Listrik m² 150 10 Rp 97,128,431
adalah proyeksi permintaan muatan tahun 2018 dan sarat TOTAL BIAYA INVESTASI PER TAHUN Rp 13,465,050,740
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 5

Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan pengembangan D. Perbandingan Multiport Dengan Hub-Spoke
pelabuhan akibat penggunaan pola operasi Hub-Spoke. Perbandingan Hub-Spoke dengan Multiport yang akan
Pelabuhan yang dikembangkan sendiri merupakan pelabuhan dilakukan meliputi 3 (tiga) aspek, yakni perbandingan biaya
hub saja, dan pada skenario IV ini yang menjadi pelabuhan unit cost, waktu, dan muatan. Perbandingan ini dilakukan
hub adalah Saumlaki. dengan membandingkan masing-masing komponen dari 3
Dari tabel 8, dijelaskan detail pengembangan pelabuhan (tiga) aspek tersebut guna mengetahui pola operasi manakah
Saumlaki sebagai dampak penggunaan pelabuhan Hub. yang paling optimal untuk tol laut.
Penambahan alat bongkar muat yang menjadi model pada  Perbandingan Muatan
optimasi adalah pemilihan jenis crane dermaga dan jumlah Perbandingan Muatan adalah analisis mengenai kualitas
penambahan crane dermaga. Sedangkan penambahan alat dan kuantitas muatan terangkut dari tiap pola operasi.
bongkar muat lain merupakan fungsi dari crane dermaga. Berikut adalah kualitas pengiriman muatan dari tiap pola
Sedangkan pengembangan fasilitas pelabuhan berdasarkan operasi :
kondisi pelabuhaan saat. Total biaya yang diinvestasikan Tabel 11. Kuantitas Pengiriman Muatan
untuk pengembangan pelabuhan sebesar Rp 13.465.050.740 Keterangan Satuan
Multiport Multiport
Hub-Spoke
per tahun. 2017 2018
Kapal Beroperasi Unit 3 3 5
 Rute dan Pola Operasi Feeder Vessel Frekuensi RT/thn 18 19 27
Rute dan pola operasi feeder vessel merupakan penjelasan Konektivitas TEUs.Nm/thn 711.780 921.967 439.404
dari spesifikasi kapal dan operasional untuk titik tujuan akhir Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa total konektivitas
(Spoke). Pada skenario IV ini, rute feeder vessel terdiri dari 4 pola operasi hub-spoke lebih sedikit. Konektivitas adalah
rute. Berikut penjelasan rute feeder vessel skenario IV : potensi muatan yang dapat diangkut kapal. Kemudian berikut
1. Feeder Vessel A : Saumlaki – Fakfak adalah kualitas pengiriman tiap pola operasi yang dinilai
2. Feeder Vessel B : Saumlaki - Kaimana berdasarkan load factor kapal :
3. Feeder Vessel C : Saumlaki - Merauke
4. Feeder Vessel D : Saumlaki – Dobo – Timika
Pemilihan feeder vessel yang digunakan sendiri
menggunakan kapal yang beroperasi di wilayah Maluku dan
Papua dengan menggunakan metodi optimasi. Kapal-kapal
yang menjadi opsi pemilihan merupakan kapal jenis General
Cargo dan Petikemas. Pada tabel berikut ini adalah
penjelasan dari spesifikasi Feeder Vessel A – Feeder Vessel D
terpilih untuk skenario IV :
Tabel 9. Rute dan Pola Operasi Feeder Vessel
Feeder Feeder Feeder Feeder
Keterangan Satuan
A B C D
LPP m 72 73,67 73,67 65 Gambar 6. Total Load Factor
B m 11,5 13,25 13,25 11 Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa meskipun pola
H m 6,6 6,4 6,4 6,4 operasi Hub-Spoke memiliki konektivitas rendah, tetapi load
T m 4,2 5,15 5,16 4,3
factor kapal relatif lebih tinggi. Hal ini menunjukkan pola
DWT Ton 1.232 1.355 1.230 1.916
Payload TEUs 55 56 55 87 operasi Hub-Spoke lebih optimal baik dalam segi utilitas
Daya Mesin Utama Kw 894 759 759 1.053 ruang muat kapal maupun segi unit biaya pengiriman.
Produktivitas Crane B/H 15 15 15 15  Perbandingan Waktu
Vs Knot 10 8 12 12
Muatan /Voyage 56 61 25 87
Perbandingan waktu yang akan dilakukan yakni
Waktu Perjalanan Jam/RT 87,2 97,2 105 170,75 membandingkan waktu pengiriman barang untuk tiap tujuan
Frekuensi RT/thn 27 27 27 27 dari masing-masing pola operasi baik untuk muatan
 Total Biaya Skenario IV berangkat maupun muatan balik. Selain waktu pengiriman
Setelah penjelasan mengenai skenario IV, dilakukan barang, yang dapat dibandingkan adalah waktu pelayaran
perhitungan biaya total skenario IV. Total biaya sendiri kapal dari masing-masing pola operasi yang berpengaruh
meliputi biaya Mother Vessel, biaya Feeder Vessel, dan biaya pada frekuensi kapal tiap tahunnya.
pengembangan pelabuhan. Berikut adalah total biaya dari
skenario IV :
Tabel 10. Total Biaya Skenario IV
TOTAL BIAYA SKENARIO IV PER TAHUN
Mother Vessel & Hub Port 94.765,96 Jt-Rp/Tahun
Feeder-A 15.055,44 Jt-Rp/Tahun
Feeder-B 16.096,94 Jt-Rp/Tahun
Feeder-C 20.693,96 Jt-Rp/Tahun
Feeder-D 17,290,80 Jt-Rp/Tahun
Total 163,903,11 Jt-Rp/Tahun Gambar 7. Frekuensi Kapal
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 6

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa pola operasi E. Analisis Resiko
Hub-Spoke memiliki jumlah frekuensi dalam 1 (satu tahun) Analisis resiko adalah analisis yang dilakukan untuk
sebanyak 27 kali. Untuk pola operasi Hub-Spoke, waktu mengetahui dampak apa saja yang akan terjadi jika
pengiriman muatan berangkat relatif lebih lama. Hal Ini diterapkan pola operasi Hub-Spoke. Pada analisis resiko yang
dikarenakan pola operasi Hub-Spoke harus melakukan double akan dilakukan, dibagi menjadi 3 (tiga) analisa yang
handling muatan di pelabuhan hub. Meksipun begitu, waktu merupakan resiko terhadap waktu yakni Mother Vessel
tunggu muatan balik berikutnya relatif lebih cepat. Itu terlambat datang, Feeder Vessel terlambat dan ditunggu, dan
dikarenakan frekuensi kapal yang lebih banyak dibandingkan Feeder Vessel terlambat ditinggal. Analisis ini digunakan
pola operasi saat ini dan lama waktu pelayaran yang relatif akibat resiko tertinggi dari pola operasi Hub-Spoke, yakni
lebih cepat. Tabel berikut detail menjelaskan lama waktu keterlambatan [4]. Analisis dilakukan untuk mengetahui apa
pengiriman muatan masing-masing pola operasi : yang harus dilakukan ketika Mother Vessel atau Feeder
Vessel terlambat datang.

Gambar 10. Grafik Resiko Keterlambatan


Gambar tersebut menjelaskan mengenai potensi biaya yang
Gambar 8. Lama Waktu Pengiriman
timbul akibat keterlambatan. Dapat dilihat bahwa jika Mother
 Perbandingan Unit Biaya Vessel terlambat, maka potensi biaya yang timbul akan
Perbandingan tarif adalah perbandingan yang dilakukan semakin besar tiap harinya. Sedangkan ketika Feeder Vessel
untuk mengetahui tarif pengiriman dari pola operasi mana terlambat lalu ditinggal Mother Vessel, maka biaya yang akan
yang memiliki tarif paling rendah. Perbandingan tarif sendiri ditimbulkan tidak mengalami peningkatan per harinya.
dilakukan dengan cara menghitung biaya Rp/TEUs.Nm dari Tetapi jika Feeder Vessel telat dan ditunggu Mother Vessel,
tiap-tiap pola operasi yang akan dibandingkan. Setelah itu, maksimal hari menunggunya hanya 1 (satu) hari saja. Karena
untuk mendapatkan unit biaya per TEUs maka unit biaya jika lebih maka total biaya yang timbul lebih besar
Rp/TEUs.Nm tersebut dikalikan dengan jarak dari masing- dibandingkan ketika ditinggal Mother Vessel.
masing lokasi titik tujuan. Berikut adalah unit biaya Kemudian resiko berikutnya adalah lost oppurtinity
pengirman program tol laut untuk 6 titik tujuan tersebut : voyage. Resiko ini adalah resiko yang timbul akibat utilitas
dari Feeder Vessel yang terbilang rendah. Itu disebabkan
Feeder Vessel memiliki jumlah frekuensi realisasi yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan frekuensi maksimal. Hal
tersebut terjadi karena frekuensi realisasi Feeder Vessel
mengikuti jumlah frekuensi dari Mother Vessel yang mana
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan frekuensi
maksimal Feeder Vessel. Berikut adalah utilitas dan
penjelasan frekuensi dari Feeder Vessel :

Gambar 9. Biaya Pengiriman / TEUs


Dari perhitungan unit cost / TEUs, dapat dilihat pada
gambar bahwa total biaya/TEUs dari pola operas Hub-Spoke
memiliki total biaya paling murah dibandingkan lainnya.
Untuk besar biaya pengiriman adalah, Fakfak dengan total
biayanya sebesar Rp. 13.736.669,- per TEUs, Kaimana Rp.
13.644.607,- per TEUs, Saumlaki Rp. 9.500.434,- per TEUs,
Merauke Rp. 17.601.218,- per TEUs, Dobo Rp, 11.787.509
per TEUs, dan Timika sebesar Rp. 13.302.057,- per TEUs.
Gambar 11. Utilitas Feeder Vessel
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 7

F. Analisis Subsidi
Pada pelaksanaan program tol laut, pemerintah telah 1. Berdasarkan total biaya selama 1 (satu) tahun, pola operasi
mengalokasikan subsidi yang diberikan kepada pelayaran. Hub-Spoke dapat dikatakan paling optimal karena
Subsidi ini diharapkan dapat meurunkan biaya transportasi memiliki total biaya paling rendah yaitu sebesar Rp.
laut sehingga dapat menghilangkan disparitas harga. Subsidi 163.877.190.000 per tahun. Dengan unit biaya pengiriman
sendiri dibagi menjadi 2 (dua) jenis yakni : masing-masing tujuan yakni Fakfak dengan total biaya
- Subsidi Kapal, yaitu subsidi yang besarnya didapatkan dari sebesar Rp. 13.736.669,- per TEUs, Kaimana Rp.
sekian persen total biaya pelayaran yang dikeluarkan oleh 13.644.607,- per TEUs, Saumlaki Rp. 9.500.434,- per
pihak pelayaran. TEUs, Merauke Rp. 17.601.218,- per TEUs, Dobo Rp,
- Subsidi Muatan, yaitu subsidi yang besarnya didapatkan 11.787.509 per TEUs, dan Timika sebesar Rp.
dari selisih antara tarif pengirimin per box yang 13.302.057,- per TEUs.
dikeluarkan pemerintah dengan tarif pengiriman per box 2. Dari perhitungan yang telah dilakukan, pola operasi Hub-
yang dikeluarkan oleh pihak pelayaran. [5]
Spoke untuk tol laut yakni 1 Unit Mother Vessel ukuran
Pada penelitian ini, dilakukan analisis mengenai alokasi
296 TEUs dengan frekuensi kapal sebanyak 27 kali Round
subsidi muatan dikarenakan trayek yang menjadi studi kasus
merupakan trayek dengan subsidi muatan. Perhitungan Trip per tahun, pada total waktu 12 hari per Round Trip,
subsidi pun merupakan fungsi dari selisih tarif yang dan rute pelayaran Surabaya – Saumlaki (Hub). Untuk rute
diberikan pemerintah dengan perhitungan unit cost biaya dan kapal Feeder Vessel sebagai berikut:
pelayaran dan dikalikan dengan jumlah proyeksi muatan - Feeder Vessel I : Saumlaki – Fakfak, ukuran kapal 56
dalam 1 (satu) tahun. Berikut adalah total subsidi program tol TEUs dengan muatan kapal 55 TEUs/RoundTrip.
laut untuk tiap-tiap pola operasi : - Feeder Vessel II : Saumlaki – Kaimana, ukuran kapal 61
Tabel 12. Analisis Subsidi Tol Laut TEUs dengan muatan kapal 56 TEUs/RoundTrip.
Subsidi (Jt-Rp/tahun)
Titik Tarif
Multiport 2017 Multiport 2018 Hub-Spoke
- Feeder Vessel III : Saumlaki – Merauke, ukuran kapal
Fakfak 4,853,000.00 14.403,86 18.573,36 13.163,79 55 TEUs dengan muatan kapal 25 TEUs/RoundTrip.
Kaimana 5,240,000.00 18.564,25 21.798,84 12.669,30 - Feeder Vessel IV : Saumlaki – Dobo – Timika, ukuran
Saumlaki 4,588,000.00 9.449,82 11.374,31 9.740,91
Merauke 6,245,000.00 16.396,00 31.961,89 7.469,30
kapal 87 TEUs dengan muatan kapal 87 TEUs /
Dobo 5,010,000.00 28.752,86 12.666,73 11.703,21 RoundTrip.
Timika 5,469,000.00 8.787,55 22.830,41 4.713,77
Sumber Tarif : PT. Pelayaran Indonesia
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, pola UCAPAN TERIMA KASIH
operasi Hub-Spoke memiliki total kebutuhan subsidi dalam 1 Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
(satu) tahun paling rendah sebesar Rp. 59.460.300.000. keluarga penulis, khususnya ayah dan ibu. Selain itu penulis
Dibandingkan dengan pola operasi multiport 2017, subsidi mengucapkan terimak kasih untuk seluruh dosen dan tenaga
Hub-Spoke lebih rendah dapat menurunkan subsidi 38%. didik Departemen Teknik Transportasi Laut serta PT.
Sedangkan dibandingkan multiport 2018, dapat menurunkan
Pelayaran Indonesia Cabang Surabaya atas bantuan informasi
subsidi hingga 50%. Dapat dilihat pada gambar berikut :
dan data.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Indonesia, P. P. (2017). Implementasi Kebijakan Program Tol Laut dan
Tol Udara. Jakarta: PT. PELNI.
[2] Zhen, J. (2015). Hub-and-spoke network design for container shipping
along the Yangtze River. Kowloon, Hongkong: science direct.W.-K. Chen,
Linear Networks and Systems (Book style). Belmont, CA: Wadsworth
(1993) 123–135.
[3] Transportasi, D. (2015). Implementasi Tol Laut 2015-2019. Jakarta:
Bappenas.
[4] Abdy Kurniawan, D. R. (2017). Design Kapal Feeder Tol Laut T-5.
Jakarta Pusat: Badan Litbang Perhubungan.
[5] Sumadi, B. K. (2017). Konektivitas Untuk Peningkatan Layanan Logistik.
Jakarta: Kementerian Perhubungan.
Gambar 12. Perhitungan Penurunan Subsidi

V. KESIMPULAN/RINGKASAN
Dari hasil penelitian dan perhitungan yang telah
dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan antara lain
sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai