Anda di halaman 1dari 2

Nama: Karim Rizki Salman

NIM: 173221012

1. Alasan kenapa keberadaan organisasi-organisasi blok keamanan seperti SEATO,


FPDA, dan sebagainya berjalan ditempat atau tidak memiliki kemajuan dalam
praktiknya dan sebagainya dikarenakan terdapat berbagai aspek yang
mempengaruhinya, baik itu eksternal maupun internal.Seperti misalnya SEATO,
sebagai organisasi pertahanan militer yang didirikan oleh Amerika Serikat (AS) dan
salah satunya bertujuan untuk membendung pengaruh komunisme di beberapa
kawasan, dan salah satunya kawasan Asia Tenggara. Anggota yang terdapat didalam
organisasi ini sendiri sebagian besar berasal dari negara-negara barat, negara yang
berasal dari kawasan Asia Tenggara hanya mencakup dua negara saja, yakni Thailand
dan Filipina. Pada awal berjalannya SEATO, cukup banyak program serta tindakan
yang telah dilakukan yang cukup dirasakan mencapai tujuan dari organisasi tersebut.
Namun seiring berjalannya waktu, pada akhirnya SEATO berhenti dan dibubarkan
secara total pada 1977. Hal ini salah satunya dikarenakan kegagalan SEATO dalam
menyesuaikan tujuannya dengan kemauan serta kebutuhan negara anggpta seiring
berkembangnya waktu. Sehingga, beberapa negara anggota pada saat itu mulai
menarik diri dari organisasi tersebut dikarenakan sudah tidak tertarik atau merasa
tidak sesuai lagi dengan tujuan SEATO pada awalnya. Lalu, hal ini juga ikut
diperparah dengan kenyataan bahwa hanya terdapat dua negara anggota Asia
Tenggara saja yang tergabung kedalam organisasi tersebut (Smith 1959).
2. Pada masa berkahirnya Perang Dunia II, mulai banyak dunia ketiga, terutama negara-
negara yang berada dikawasan Asia Tenggara menyatakan kemerdekaannya. Lalu,
dari sekian negara yang telah memiliki kedaulatannya masing-masing tersebut,
setidaknya terdapat sistem pemerintahan yang menganut demokrasi dan monarki yang
dapat ditemui dari masing-masing negara dikawasan Asia Tenggara. Alasan yang
mendasari mengapa masih terdapat negara-negara dikawasan Asia Tenggara yang
menganut sistem penerintahan monarki salah satunya dikarenakan sistem
pemerintahan tersebut dibentuk atau merupakan hasil dari pada masa penajajahan
kolinialisme sebelumnya. Misal, Malaysia yang merupakan negara yang menganut
sistem demokrasi parlementer dibawah pemerintahan monarki konstitusional. Dalam
kasusnya Malaysia sendiri, mengapa masih menerapkan monarki, meskipun sistem
pemerintahannya dikategorikan sebagai “semi-demokrasi”, dikarenakan hasil
pemberian sekaligus mungkin bisa dibilang hasil pembentukkannya berasal pada
masa saat kolonialisme Inggris di Malaysia (Case 1993). Namun, disamping alasan
tersebut, masih terdapat alasan lain yang mungkin berbeda dalam beberapa kasus tiap
negara lain.
3. Setidaknya terdapat dua aspek yang dapat ditimbulkan dari keberagaman dan
pluralism tersebut, yakni dari segi baik maupun buruk. Dimana jika dilihat dari aspek
baik yang ditimbulkan dari keberagaman tersebut, dapat dipandang melalui rasa
kebersamaan yang ditimbulkan di wilayah-wilayah tersebut, baik dalam cakupan
kawasan negara maupun kawasan Asia Tenggara. Dimana rasa kebersamaan tersebut
dapat dipandang melalui baik itu seperti rasa kebersamaan akan musuh bersama atau
rasa senasib (semangat anti-kolonialisme) atau rasa kebersamaan akan kesamaan
wilayah yang ditinggali, sehingga dapat membentuk menuju pada nation-building
ataupun state-building. Sedangkan dampak buruk yang bisa ditimbulkan dari adanya
keberagaman tersebut, dapat berupa adanya entitas atau kelompok ekstrem lokal
dengan ideologinya yang juga cukup ekstrem dan juga seperti kemunculan kelompok-
kelompok separatisme, penyebabnya bisa dikarenakan adanya rasa primordialisme,
chauvinisme, dan sebagainya, sehingga dapat mengganggu proses terbentuknya
nation-building ataupun state-building.
4. Kritik yang diberikan oleh masyarakat internasional terhadap isu pelanggaran HAM
yang teradi di Myanmar salah satunya adalah ketidakmampuan ASEAN dalam
menghadapi atau bahkan menangani kasus tersebut. Terdapat beberapa alasan utama
yang mendasarinya, yakni adanya prinsip “non-intervensi” dan “konsensus” dalam
berjalannya organisasi tersebut. Pada dasarnya, kedua prinsip ini yang menjadi
kesepakatan pada masa awal-awal pembentukan ASEAN, dan bahkan prinsip ini lah
yang telah menjada dan mempertahankan keberadaan ASEAN sebagai organisasi
regional kawasan Asia Tenggara selama ini. Namun, selama masih terdapat kedua
prinsip tersebut didalam organisasi ASEAN, hampir seluruh tindakan negara anggota
ASEAN akan terikat atau terbatas, dan menghambat dalam urusan-urusan krusial
seperti isu pelanggaran HAM di Myanmar.

Anda mungkin juga menyukai