Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN RADIOISOTOP

FOSFOR-32

PELATIHAN

OPERATOR FASILITAS PRODUKSI


RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA
31 AGUSTUS – 11 SEPTEMBER 2020

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
JAKARTA 2020
Pembuatan Radioisotop Fosofor-32

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 4


BAB II PEMBUATAN RADIOISOTOP FOSFOR-32 (32P) ............................. 6
A. Penyiapan Sulfur untuk diiradiasi........................................................ 6
B. Preparasi kolom penukar kation AG 50W-X8 ..................................... 6
C. Proses pelarutan sulfur setelah iradiasi ......................................... … 6
D. Proses pemisahan dan pemurnian radioisotop 32P ............................ 6

BAB III PENGUJIAN RADIOISOTOP 32P ..................................................... 9


A. Pengujian radiokimia ........................................................................ 9
B. Pengujian radionuklida ..................................................................... 9
C. Pengukuran aktivitas ........................................................................ 9
D. Pengujian aktivitas spesifik ............................................................. 10
F. Produk akhir.................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

3 Pusdiklat-Batan, Revisi 00, 2020


Pembuatan Radioisotop

BAB I
PENDAHULUAN

Radioisotop Fosfor-32 (32P) mempunyai waktu paruh 14,26 hari,


merupakan pemancar β- dengan energi 1,71 MeV (Emax) dan 0,6949 MeV (Eav).
Radioisotop 32P dapat dibuat dari reaksi nuklir 32S(n,p)32P, dari bahan sasaran
sulfur alam[1][2]. Pemilihan sulfur alam sebagai bahan target disebabkan unsur
kimia yang berbeda antara unsur yang diradiasi dan unsur yang dihasilkan,
sehingga menghasilkan radioisotop 32P bebas pengemban serta memudahkan
dalam pemisahannya antara sulfur dan fosfor. Komposisi sulfur alam sebagian
besarnya adalah isotop 32S mencapai 95,0%, sementara isotop yang lain
adalah 33S 0,75%, 34S 4,2% dan 36S 0,017%[3][4]. Setelah sulfur diiradiasi di
reaktor akan menghasilkan isotop-isotop sebagai berikut :
32S 95,0% 32S(n,p)32P (T½ = 3,14 hari) (1)
33S 0,75% 33S(n,p)33P (T½ = 25,4 hari) (2)
34S 4,2% 34S(n,)35S (T½ = 87,4 hari) (3)
34S(n,p)34P (T½ = 12,4 detik) (4)
34S(n,)31S (T½ = 2,64 detik) (5)
36S 0,017% 36S(n,)37S (T½ = 5,1 menit) (6)
Radioisotop yang dihasilkan dari rekasi untuk isotop-isotop yang
kelimpahannya kecil berumur pendek dan akan meluruh dalam waktu yang
singkat. Yang akan mengganggu adalah reaksi (2) dan (3). Pada reaksi (2)
karena kelimpahannya kecil kemungkinan dihasilkan juga sedikit, sedangkan
pada reaksi (3) dapat dipisahkan secara destilasi. Sulfur mempunyai titik leleh
112,8°C dengan titik didih 444,674°C[5]. Sulfur adalah unsur yang mudah
menguap sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari Fosfor yang
dihasilkan dari iradiasi tanpa memerlukan reagen lain.
Penggunaan radioisotop 32P cukup luas, tidak hanya untuk pengobatan
tetapi juga sebagai perunut (tracer) baik untuk kesehatan atau pun pertanian.
Pemanfaatan radioisotop 32P sebagai radiotracer dalam bidang pertanian untuk
melihat translokasi fosfor, efisiensi fosfor dari tanah ke tanaman[6]. Teknik

Pusdiklat-Batan, 2020 4
Pembuatan Radioisotop

radiotracer ini juga untuk mempelajari studi pemupukan pada pertanian,


mempelajari komponen pupuk yang dibutuhkan tanaman sehingga didapat
komposisi dan efisiensi pemupukan serta dapat diketahui pola penyebaran
pupuk. Sedangkan dalam bidang kesehatan 32P dalam bentuk Na2H32PO4
digunakan dalam terapi polisitemia vera dan leukimia juga digunakan untuk
pereda nyeri tulang pada metastasis. Dalam industri kosmetika radioisotop 32P
digunakan untuk pengobatan keloid. Keloid pada dasarnya adalah jaringan
parut yang tumbuh tanpa dapat dikontrol setelah kulit sembuh dari luka. Teknik
yang digunakan dengan menempelkan plester kebagian kulit yang terdapat
keloid yang sudah mengandung radioisotop 32P, dosis dan lama waktu
penempelan tergantung dari ketebalan keloid yang akan dihilangkan[7][8].
Sebagai pelacak penyakit akibat infeksi atau ketidaknormalan genetik dapat
didiagnosa dengan mendeteksi deret asam nukleatnya yang spesifik untuk
setiap penyakit, menggunakan PCR (polimerase chain reaction) dan hibridisasi
dot blot sebagai pelacaknya nukleotida rantai pendek ATP (adenosine
triphosphate) bertanda radioaktif 32P yaitu [γ-32P]ATP[9].
Saat ini Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) telah
mampu membuat radioisotop 32P dengan aktivitas rata-rata setiap
batchnya >500 mCi. Ketersediaan radioisotop 32P ini diharapkan dapat
melayani permintaan dari rumah sakit atau instansi yang membutuhkannya
baik untuk penelitian ataupun terapi.

Pusdiklat-Batan, 2020 5
Pembuatan Radioisotop

BAB II
PEMBUATAN RADIOSITOP FOSFOR-32 (32P)

A. Penyiapan Sulfur untuk diiradiasi


Sulfur sebagai bahan baku pembuatan radioisotop 32P dari E.Merck
dengan spesifikasi seperti berikut :
Assay of sulphur 99.0 – 101.0 %
Identity <0.02%
Apperance of solution absence
Odour <0.10%
Acidity or alkalinity <0.005%
Chloride (Cl) ≤ 0.0100 %
Sulfate (SO4) ≤ 0.0100 %
Sulfide (S) Passes test
Arsenic, Selenium (as As) ≤ 0.0004
Residual solvent (ICH Q3C) Excluded by production process
Sulfate ash (600 ≤ 0.2%

Sulfur yang digunakan untuk sekali iradiasi sebanyak 10 gr. Sulfur


sebagai target sasaran dimasukkan ke dalam ampul kuarsa dengan ukuran
diameter 1 cm dan panjang 20 cm. Ampul kuarsa kemudian ditutup dengan
pengelasan dan diuji kebocorannya menggunakan bubble test. Ampul kuarsa
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam inner kapsul, dilas dan dimasukkan
lagi ke dalam tabung iradiasi. Tabung iradiasi ditutup dengan penelasan, diberi
identitas dan siap diiradiasi di RS-GAS.

B. Preparasi kolom penukar kation AG 50W-X8


Pada proses pemisahan radioisotop 32P digunakan resin penukar katian
AG 50W-X8 dari BioRad. Ditimbang 10 gram resin kation AG 50W-X8 di dalam
beaker gelas 100 ml. Resin didekantasi dengan cara mencuci dengan
aquabides sambil diaduk dengan stirer, resin diendapkan dan air pencuci
dibuang. Dilakukan dekantasi berulang sampai resin sudah bersih ditandai

Pusdiklat-Batan, 2020 6
Pembuatan Radioisotop

dengan air pencuci yang sudah bening. Resin direndam dalam HCl 0,1N pada
pH 1 dan resin siap untuk digunakan.
Disiapkan kolom dengan corong, ukuran 1,0 x 7,0 cm, kolom diisi
dengan glass wool dan resin penukar kation AG 50W-X8 setinggi 2 cm dan
ditutup kembali dengan glass wool. Kemudian kolom dikondisikan dengan 5 ml
HCl 0,1N, sampai pH larutan yang keluar sama dengan pH larutan HCl 0,1N.

C. Proses pelarutan sulfur setelah iradiasi


Sulfur yang telah diiradiasi dimasukkan ke dalam glove box khusus
proses 32P. Kemudian ampul dipotong menggunakan pemotong kuarsa, dan
ampul dipanaskan pada temperatur 120-130°C sampai semua sulfur meleleh
dan mencair. Ampul kuarsa yang berisi lelehan sulfur ini dipasangkan ke dalam
rangkaian alat destilasi. Dialirkan gas nitrogen ke dalam sistem destilasi dan
pemanas dihidupkan pada temperatur antara 410-420°C. Gas nitrogen akan
menyublimkan Sulfur dan mendorong Sulfur yang tersublimasi tersebut ke
dalam kolom penampung. Proses destilasi dilakukan sampai semua Sulfur
habis terdestilasi, waktu yang diperlukan sekitar 12-24 jam. Residu yang
terdapat pada ampul kuarsa dilarutkan dengan HCl 0,1 N kemudian dipanaskan
pada temperatur 60 - 70°C.

D. Proses pemisahan dan pemurnian radioisotop 32P


Hasil pelarutan dan pemanasan dilewatkan ke dalam kolom penukar
kation AG 50W-X8 yang telah dikondisikan dengan HCl 0,1N. Filtrat ditampung
sebagai fraksi 1. Ampul kuarsa dibilas dengan HCl 0,1 N, dan dipanaskan
kembali pada temperatur 60 - 70°C. Hasil pembilasan dilewatkan ke dalam
kolom, filtrat ditampung sebagai fraksi 2. Pembilasan ampul kuarsa diulang
sampai aktivitas yang keluar dari kolom bisa diabaikan. Masing-masing fraksi
diukur aktivitas dan kemurnian radiokimianya dengan dose calibrator dan
autoradiography scanner. Jika kemurnian radiokimianya <95% maka dilakukan
proses pemurnian.
Radioisotop yang akan dimurnikan dimasukkan ke dalam beaker glass,
dikisatkan dengan lampu infra red. Setelah kisat dilaruttkan dengan HCl 0,1 N.
Hasil pelarutan dimasukkan ke dalam kolom resin AG 50W-X8 yang telah

Pusdiklat-Batan, 2020 7
Pembuatan Radioisotop

dikondisikan dengan HCl 0,1 N. Filtrat ditampung sebagai fraksi 1 diukur


aktivitasnya. Dilakukan fraksinasi terhadap kolom resin AG 50W-X8 sampai
aktivitas yang tertukur dapat diabaikan. Dilakukan analisa terhadap masing-
masing fraksi untuk menentukan kemurnian radiokimianya.

Pusdiklat-Batan, 2020 8
Pembuatan Radioisotop

BAB III
PENGUJIAN RADIOISOTOP 32P

Radioisotop 32P yang dihasilkan dari proses pemisahan dan pemurnian perlu
ditentukan aktivitasnya, pengujian kemurnian radiokimia, kemurnian
radionuklida serta aktivitas spesifik. Aktivitas radioisotop 32P dapat diukur
dengan dose calibrator dan LSC. Pengujian radiokimia dilakukan secara KLT
(kromatografi lapis tipis) sedangkan pengujian radionuklida menggunakan
spektrometri gamma. Aktivitas spesifik ditentukan dengan spektrometer UV-
Vis.

A. Pengujian radiokimia

Ada beberapa cara untuk analisa radioisotop 32P secara KLT, yang pertama
menggunakan kertas Whatman 1 sebagai fasa diam, sebagai fasa geraknya
campuran isopropil alkohol : air : asam triklorasetat 50% : 25% NH4OH dengan
perbandingan (75:15:10:0,3) dan lama waktu elusi 12 – 17 jam.
Yang kedua menggunakan plat KLT PEI Cellulose sebagai fasa diam dan
larutan KH2PO4 0,5 M pH 3,5 sebagai fasa gerak. KLT dianalisa dengan
bioscanner, TLC scanner atau autoradiography scanner.
Radiositop 32P yang digunakan dalam bentuk ortofosfat dengan Rf 0,67 – 0,76,
dan pengotor radiokimia dalam bentuk pirofosfat pada Rf 0,35 – 0,40,
metafosfat pada Rf 0,00, polifosfat pada Rf 0,00– 0,22.

B. Pengujian radionuklida
Pengujian radionuklida menggunakan spektrometri gamma atau Multi Channel
Analyser (MCA) menggunakan detektor HPGe. Pengotor -radionuklida tidak
melebihi 0,001%.

C. Pengukuran aktivitas
Pengukuran aktivitas menggunakan ionization chamber yang sudah dikalibrasi
menggunakan radioisotop 32P sumber standar.

Pusdiklat-Batan, 2020 9
Pembuatan Radioisotop

D. Pengujian aktivitas spesifik


Pengujian jumlah Fosfor dalam larutan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Pengukuran pada panjang gelombang () = 620 nm dalam kompleks asam
fosfat molibdat. Disiapkan reagen A yang merupakan campuran 4,2%
ammonium molibdat dalam HCl dan 0,0045% malachit green dengan
perbandingan 1 : 3, diaduk selama 20 menit. Sebagai blangko digunakan
campuran 20 µL HCl 0,01N, 60 µL HCl 1,33M dan 320 µL reagen A.
Pengujiannya menggunakan 20 μl larutan H3 32PO4, 60 μl 1,33 M HCl dan 320 μl
reagen A. Aktivitas spesifik (𝑟𝑠 ) ditentukan dengan persamaan :

𝐶𝑅
𝑟𝑠 =
𝐶𝑃
𝐶𝑅 = konsentrasi radioaktif larutan [GBq / mL]
𝐶𝑃 = konsentrasi fosfor dalam larutan [ngP / mL]

F. Produk akhir

Pengujian Spesifikasi
Warna Jernih, cairan tidak berwarna
Bentuk radiokimia H332PO4 dalam larutan HCl encer
Kemurnian radiokimia >95% dalam bentuk ortofosfat
Kemurnian radionuklida >99%, tidak ada radionuklida pemancar 
Aktivitas spesifik ≥ 9 TBq/mg P
pH 1,0 – 2,2

Pusdiklat-Batan, 2020 10
Pembuatan Radioisotop

DAFTAR PUSTAKA

[1] IAEA-TECDOC-1340, “Manual for reactor produced radioisotopes,”


IAEA, no. January, 2003.
[2] S. Absorption, “PHOSPHORUS-32.”
[3] K. V. Vimalnath, P. Shetty, A. Rajeswari, V. Chirayil, S. Chakraborty, and
A. Dash, “Reactor production of 32P for medical applications: an
assessment of 32S(n,p)32P and 31P(n,γ)32P methods,” J. Radioanal.
Nucl. Chem., vol. 301, no. 2, pp. 555–565, 2014.
[4] “Phosphorus-32.” .
[5] “Sulfur,” https://en.wikipedia.org/wiki/Sulfur. .
[6] C. Cimpeanu, C. Barna, and M. Iliescu, “P – radioactive tracer for the
evaluation of fertilizers influence on nutrients translocation process from
soil to the plants,” vol. 59, pp. 1048–1056, 2014.
[7] H. Indrayati, J. H. Agusni, A. Soedarwoto, and A. H. S. Kartamihardja,
“Comparison of the Effectiveness of Phosphorus 32 Application and 10
Mg / Cc Triamcinolone Acetonide Intralesional Injection on Keloid,” Int. J.
Integr. Heal. Sci., vol. 4, no. 1, pp. 26–31, 2016.
[8] S. Wira Y. Rahman, Endang Sarmini, Herlina, Abidin, Triyanto, Hambali,
“Preliminary Study on Production Of 32 P – Labeled Phosphate Chromic
as A Material for Skin Patch,” IJPST - S1(3), 2019; 26-31 Indones. J.
Pharm. Sci. Technol., vol. 1, no. 3, pp. 26–31, 2019.
[9] W. Y. Rahman et al., “A modified method for synthesis of [γ-32P] labelled
adenosine triphosphate,” J. Radioanal. Nucl. Chem., vol. 303, no. 2, pp.
1607–1611, 2015.

Pusdiklat-Batan, 2020 11

Anda mungkin juga menyukai