TINAJAUAN PUSTAKA
A. Tinajauan Umum
Garam alkali tiosulfat banyak diproduksi dalam industri terutama untuk
kebutuhan di bidang fotografi, dimana garam ini dapat digunakan untuk
melarutkan perak klorida yang bereaksi dalam suatu emulsi. Ion tiosulfat dengan
ion perak dapat membentuk kompleks Ag(S2O3)- dan Ag(S2O3)3-. Ion tiosulfat juga
mampu membentuk suatu kompleks dengan ion-ion logam
lainnya (Tim Dosen Kimia, 2022: 5-6).
Menurut Indayatmi (2020: 129) pembuatan natrium tiosulfat dapat
ditempuh dengan cara:
1. melarutkan garam kristalnya pada quades yang mendidih.
2. menambahkan tiga tetes kloroform (CHCL3) atau 10 mg merkuri klorida
HgCl2 dalam 1 liter larutan.
3. larutan yang terjadi disimpan pada tempat yang tidak terkena cahaya
maatahari.
I2 + 2S2O32- 2I + S4O62-
reaksinya berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi
sampingan (Day & Underwood, 1998: 298)
Natrium merupakan logam lembut, berwarna perak dan dapat bertindak
dengan pantas dalam udara dan air. Nama natrium (sodium dalam bahasa inggris)
berasal dari pada perkataan “sodanum”, nama roman untuk sejenis tumbuhan yang
bernama glasswort (sejenis lavender) yang tumbuh dikawasan paya masin.
tumbuhan ini digunakan sebagai obatan herbal untuk menyembuhkan sakit kepala.
ia dibakar sehingga menjadi abu yang mengandung natrium karbonat dan
digunakan dalam pembuatan kaca. simbol bagi natrium (Na) “natrium” yaitu
nama Roman bagi natrium karbonat (Saunders, Nigel. 2004: 28)
Senyawa Na2S2O3 atau natrium tiosulfat yang merupakan suatu senyawa
pereduksi yang baik selain NH2OH.HCl, karena natrium tiosulfat dapat bekerja
sebagai pereduksi optimum pada pH 4.5. Pereduksi natrium tiosulfat memiliki
aktivitas yang lebih baik yang dibuktikan dengan konsetrasi natrium tiosulfat yang
dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan yang lain dan juga pereduksi natrium
tiosulfat memilikiwaktu optimum pembentukan kompleks yang stabil di atas
waktu 15 menit sedangkan yang telah rusak (Pangastuti, 2017: 5-8).
Natrium tiosulfat secara statistik memiliki jumlah bakteri indikator yang
lebih rendah secara signifikan daripada sampel pasangan yang dideklorinasi
dengan natrium tiosulfat.Juga tidak ada bukti kuat bahwa natrium tiosulfat saja
mempengaruhi ketahanan E-coli di dalam sampel yang tidak diklorinasi. Beberapa
hal penting yang perlu untuk dicatat bahwa keberadaan aktual dari suatu
pembacaan negatif palsu dalam sampel air minum tergantung pada konsentrasi
bakteri, kadar FCR, dan waktu penahanan sampel (Murray, 2018: 75).
Belerang banyak terdapat di alam sebagai senyawa sulffida seperti galena,
(pbs), pirit (FeS) calcopyrit (CuFeS2) dan sebagai unsur belerang alam. Sebagian
besar belerang terbentuk akibat adanya proses hidrotermal, proses solfatara atau
fumarola, maupun karena adanya larutan dan gas yang mengandung unsur
belerang yang keluar dari bumi. Unsur yang memiliki sombol S dan bernomor
atom 16, ini merupakan produk yang dihasilkan oleh proses vulkanisme. Belerang
sering digunakan pada industri kaca, cat, pupuk, kertas, plastic, farmasi, minyak
bumi, karet, dan sebagainya (Mukkarrom, 2017: 45).
Hasil yang bertentangan tentang kemanjuran natrium tiosulfat timbul dari
penelitian yang dilakukan pada hewan dan kemanjuran natrium tiosulfat
didasarkan pada laporan kasus. Memang, meskipun telah ditunjukkan bahwa infus
natrium tiosulfat mempercepat konversi sianida menjadi tiokvanat oleh enzim
thodanase, timbulnya efek yang lambat menunjukkan bahwa natrium tiosulfat
mungkin memiliki fungsi preventif lebih dari fungsi kuratif.Tiosulfat memberikan
efek yang tertunda namun tahan lama dan andal, oleh karena itu infus
berkelanjutan yang terkait dengan hidroksokobalamin direkomendasikan.Saat ini,
tidak ada uji klinis yang membandingkan kemanjuran menggabungkan
hidroksokobalamin dan natrium tiosulfat dibandingkan pemberian salah satu dari
perawatan ini saja.Namun pemberian infus natrium tiosulfat yang cepat segera
setelah hidroksokobalamin dapat menurunkan efektivitas pengobatan karena
pembentukan tiosulfat-kobalamin yang tidak dapat mengikat sianida (Sabatini,
2015: 2).
Sejumlah zat dapat digunakan sebagai standar primer untuk larutan
tiosulfat. Iod murni merupakan standar yang paling jelas namun jarang digunakan,
karena kesulitannya dalam penanganan dan penimbangan yang lebih sering
digunakan adalah standar yang terbuat dari suatu zat pengoksidasi kuat yang akan
membebaskan iod dari iodida, jadi sebuah proses iodometri. Dalam larutan yang
netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat tidak muncul, terutama jika
iodin diperrgunakan sebagai titran (Day, 1986: 304).
B. Tinjauan Hasil
Asam tiosulfat tidak stabil dalam suhu kamar. Asam tiosulfat ini dapat
dipisahkan pada suhu 78ºC dari persamaan reaksi sebagai berikut:
SO3 + H2S H2S2O3
Atau berdasarkan reaksi
HO3SCl + H2S H2S2O3 + HCl
Ion tiosulfat memiliki struktur [S-SO3]2- dengan panjang gelombangnya pada
ikatan S-S dan S-O masing-masing sebesar 1,99 ± 0,10 dan 1,48 ± 0,06 Ả.
Panjang ikatan S-S yang mendekati panjang S-O menunjukkan bahwa dalam
ikatan S-S juga terdapat ikatan π (pi) (Tim Dosen Kimia, 2022: 5).
Metode ekstraksi dengan menggunakan refluks pada pelaksanaannya
sangat sederhana, sehingga mampu mempercepat proses kerja yang dilakukan,
suhu yang digunakan sesuai dengan pelarut yang digunakan dan sangat cocok
digunakan untuk mengekstraksi sampel yang mempunyai tekstur keras dan
komponen kimianya tahan terhadap pemanasan, serta dengan menggunakan
metode ini maka proses ekstraksi dapat dilakukan dalam waktu yang relatif lebih
singkat. Adanya pengaruh perlakuan panas pada refluks dapat meningkatkan
kemampuan pelarut untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang tidak larut di
dalam kondisi suhu kamar, sehingga aktivitas penarikan senyawa lebih maksimal
atau lebih memberikan peningkatan pada rendemen (Hasanah, 2016: 87).
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut
yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi
ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Selanjutnya, larutan disaring dengan menggunakan kain saring. Keberhasilan
pemisahan bergantung pada perbedaan kelarutan komponen yang akan dipisahkan
dalam pelarut. Senyawa polar akan larut dalam pelarut polar, begitu pula
sebaliknya.Selain jenis pelarut, ukuran sampel juga mempengaruhi jumlah
rendemen. Semakin kecil luas permukaan saampel akan semakin memperluas
kontak dan meningkatkan interaksi dengan pelarut (Susanty, 2016: 90).
DAFTAR PUSTAKA