Anda di halaman 1dari 17

PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT

A. LATAR BELAKANG
1. Tinjauan Umum
Kimia anorganik adalah cabang ilmu kimia tentang struktur, sifat, kereaktifan, dan
hubungan unsur kimia dan senyawanya. Sebahagian para pakar kimia anorganik memusatkan
penelitian kimia anoganik teoritis yang melibatkan mekanika kuantum, sebahagian lagi
mengkaji interaksi antara senyawa anorganik dengan gelombang elektromagnetik untuk
mengkaji struktur. Kelompok ini dikenal sebagai ahli spektroskopis. Kelompok peneliti
lainnya mensintesis dan mempelajari sifat-sifat senyawa-senyawa baru kimia anorganik.
Struktur kimia senyawa anorganik penting dipelajari sebab dengan mengetahui struktur
kimianya dapat dikaji sifat fisika dan kimia serta sebaliknya. Salah satu senyawa anorganik
yang penting untuk dipelajari dan diketahui sifat-sifatnya adalah Natrium tiosulfat (Na2S2O3)
(Adlim, 2009: 1-2).
Logam alkali melimpah dalam mineral dan di air laut. Khususnya, natrium, Na, di
kerak bumi adalah keempat setelah Al, Fe, dan Ca. Walaupun keberadaan ion natrium dan
kalium telah dikenali sejak lama, sejumlah usaha untuk mengisolasi logam ini dari larutan air
garamnya gagal sebab kereaktifannya yang tinggi pada air. Kalium (1807) dan tidak lama
setelahnya natrium diisolasi dengan mengelektrolisis garam leleh KOH atau NaOH oleh H.
Davy di abad ke-19. Titik leleh, titik didih dan kerapatan logam alkali rendah dan logam-
logam itu sangat lunak. Karena kulit elektron terluarnya hanya mengandung satu elektron s,
energi ionisasi logam-logam ini sangat rendah, dan kation mono logam alkali terbentuk
dengan mudah. Logam alkali dapat dilakukan dengan uji nyala dengan menggunakan garis
luminisensinya yang khas. Khususnya garis-D oranye dari Natrium digunakan dalam lampu
natrium. Logam alkali dioksidasi oleh air dan akan melepaskan gas hidrogen karena
rendahnya potensial reduksi logam-logam tersebut. Logam alkali yang lebih berat dari litium
bereaksi hebat dengan air, oleh karena itu harus ditangani dengan sangat hati-hati (Saito,
2004: 107-108).
Natrium atau biasa dikenal dengan sodium merupakan logam alkali yang terbesar
dibutuhkan untuk keperluan industri. Seperti logam-logam alkali yang lain, natrium tidak
ditemukan dalam keadaan murni di alam karena reaktivitasnya yang sangat tinggi. Logam
putih keperakan ini diproduksi dalam pabrik secara elektrometalurgi menurut proses Downs.
Logam natrium digunakan dalam banyak sintesis senyawa natrium, namun terdapat dua
kegunaan utama. Pertama yaitu untuk ekstraksi logam-logam lain. Kegunaan kedua yaitu
dalam produksi zat aditif bahan bakar minyak tetraetiltimbel yang disintesis dari aloi Na-Pb
dengan etil klorida
4 NaPb(s) + 4 C2H5Cl(g) (C2H5)4Pb(l) + 3 Pb(s) + 4 NaCl(s)
(Sugiyarto, 2003: 89-90).
Logam alkali juga aktif pada oksigen ataupun halogen. Karena logam alkali adalah
reduktor kuat. Keaktifannya yang tinggi pada halogen, logam alkali penting dalam sintesis
organik dan anorganik yang menghasilkan halida logam alkali sebagai hasil reaksi kondensasi
dan metatesis. Walaupun biasanya sukar untuk melarutkan logam dalam pelarut untuk
menghasilkan dispersi atomik, logam alkali dapat didispersikan dalam larutan amonia, dan
sebagai kriptan, naftalen, atau kompleks benzofenon (C6H5)2CO (Saito, 2004: 108).
Natrium tiosulfat merupakan zat kimia yang membentuk kandidat ideal untuk
elektrokatalis setelah evaluasi/pertimbangan kimianya, dapat dikatakan dari hasil percobaan
natrium tiosulfat berperan sebagai elektrokatalis dalam proses elektrosintesis atau redoks
poliofena (Orata, 2014: 76). Polusi, bau yang disebabkan oleh senyawa yang mudah
menguap, seperti senyawa volatil sulfur (VSC) yang dilepaskan dari limbah dapur, intensitas
bau secara signifikan berkorelasi dengan konsentrasi VSC yang dikeluarkan selama
pengomposan limbah (p <0,01), dan sekitar 55% dari total sulfur awal hilang dalam bentuk
VSCs. VSC adalah senyawa organik volatil (VOC) yang mengandung sulfur dan senyawa
sulfur tereduksi (RSC), seperti hidrogen sulfida (H2S), metil merkaptan (MM), dimetil sulfida
(DMS), dimetil disulfida (DMDS), karbonil sulfida (OCS), dan karbon disulfida (CS2) .
Senyawa VSC ditandai dengan ambang deteksi rendah dan aktivitas bau yang kuat, dan
karenanya berkontribusi terhadap polusi bau bahkan pada konsentrasi emisi yang sangat
rendah. Senyawa sulfur mudah menguap (VSC) telah diidentifikasi sebagai bau dominan yang
dipancarkan selama pengomposan limbah organik (Zhang, 2016: 369).
Natrium tiosulfat pentahidrat Na2S2O3.5H2O mudah didapatkan dalam kemurnian yang
tinggi, tetapi selalu ada sedikit ketidakpastian akan kandungan air yang setepatnya, karena
sifat efloresen (melapuk-lekang) dari garam itu dan karena alasan-alasan lain. Karena itu zat
ini tidak sesuai sebagai standar primer. Natrium tiosulfat merupakan zat pereduksi
berdasarkan reaksi setengah-sel:
2S2O32- ⇄ S4O62- + 2e-
(Basset, 1994: 438).
Natrium Tiosulfat sesugguhnya merupakan senyawa yang tergolong dalam larutan
standar sekunder. Lautan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan prosa iodometrik
adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.
Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
distandarisasi terhadap standar primer, dalam penelitian ini menggunakan K2Cr3O7 sebagai
standar primer karena larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Sebelum
digunakan larutan kalium bikromat dimasukkan ke dalam erlenmeyer, setelah itu ditambahkan
padatan kalium iodida. Padatan kalium iodida ini sangat bersifat higroskopis oleh karena itu
setelah penimbangan padatan kalium iodida harus ditutup dengan plastik karena berkurangnya
iodium akibat penguapan dan oksidasi udara (Samsuar, 2017: l8).
Tiosulfat yang dianggap alternatif non-beracun ke proses konvensional seperti
cyaniding. Salah satu kemajuan metode ini dibandingkan dengan penggunaan sianida adalah
selektivitas tinggi untuk ekstraksi perak dari bijih refraktori. Stabilitas ion tiosulfat yang
rendah adalah kelemahan besar dari proses tersebut. Beberapa karya sebelumnya telah
mempelajari larutan tembaga-amonium-tiosulfat sebagai sistem pelindian yang sangat
potensial, di mana ion Cu2+ mengoksidasi logam mulia sementara tiosulfat membentuk
kompleks yang stabil bersama mereka. Pada saat yang sama, ion amonium membentuk
kompleks yang stabil dengan ion tembaga menghindari proses pengendapannya. Selain peran
ligan dan oksidan selama pencucian tiosulfat emas, efek aditif dan elektrolit pada pelarutan
emas dalam larutan tiosulfat juga telah dipelajari. Namun, kimia dan kinetika dari proses
tersebut sebenarnya menghadirkan tantangan dalam industri metalurgi (Rodríguez, 2016: 7).
lon tiosulfatat sebagai elektrokatalis dalam polietiofena elektrosintesis. Walaupun
elektrosintesis politofena dalam media yang tidak berair, penting untuk mengidentifikasi
elektorkatalis yang dapat meningkatkan proses redoks politiofena. Zat kimia yang membentuk
kandidat ideal untuk elektrokatalis setelah evaluasi atau pertimbangan kimianya adalah
natrium tiosulfat. Potensial puncak oksidatif dan reduktif tejadi masingmasing 0.48 V dan
0.39 V. Dengan demikian, natrium tiosulfat merupakan katalis yang tidak mengarah pada
penurunan potensi ledak; yang eksistensinya berarti tidak ada perubahan energi bebas Gibbs
yang terkait dengan sistem redoks (Orata, 2014: 76).
2. Tinjauan Khusus
Natrium tiosulfat pentahidrat memiliki nilai ekivalen yaitu satu mol, atau 248,18.
Kestabilan larutan natrium tiosulfat, larutan-larutan yang disiapkan dengan air konduktivitas
(setimbang) adalah sempurna kestabilannya. Namun, air suling biasa, terkadang mengandung
karbon dioksida yang berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya penguraian lambat disertai
pembentukan belerang:
S2O32- + H+ HSO3- + S
S2O32- + 2O2 + H2O ⇄ 2SO42- + 2H+
(Basset, 1994: 438).
Sodium sulfit adalah garam dari oksida sulfur yang lebih rendah, dan dianggap sebagai
senyawa yang tidak jenuh sehubungan dengan oksigen. Namun pada kenyataannya sodium
sulfit mampu secara perlahan menyerap oksigen dari udara dan menuju ke sulfat. Jika
dibiarkan bereaksi dengan sulfur, yang terakhir masuk ke dalam senyawa dengan cara yang
sama seperti oksigen, dan yang terbentuk adalah tiosulfat bukan sulfat. Sulfur yang terambil
tentu memainkan fungsinya yang berbeda dari belerang yang sudah terkandung dalam
senyawa, meskipun mungkin apakah tioaulfat adalah senyawa persis dengan sulfat, kecuali
bahwa satu atom Oksigen digantikan oleh sulfur. Sodium sulfit mudah disiapkan dengan
membiarkan sulfur dioksida (asem sulfat) bereaksi dengan natrium karbonat (Blandchard,
I936: 252-253).
Bilangan peroksida merupakan perbandingan antara volume titrasi natrium tiosulfat
dengan berat sampel yang digunakan untuk meninaai rampai VCO. dengan bantuan asam
asetat glasial, kloroform, hasil yang terlihat menunjukkan VCO lebih tinggi dari pada VCO
dengan Wumbahan bawang putih 10% pada proses pembuatannya. Semakin lama waktu
penyimpanan menunjukkan semakin meningkat bilangan peroksida. Hal ini dapat terjadi
karena minyak dipanaskan pada suhu 160°C setiap 10 menit. maka kecepatan oksidasi
minyak akan meningkat dengan pesat peroksida dan hidro-karbon, peroksida yang merupakan
produk awal. Dari oksidasi juga akan meningkat. Kadar peroksida menjadi hidroperoksida
menjadi dasar pengukuran bilangan peroksida (Susilowati, 2015: 101).
Molekul gas sulfurtrioksida S03 memiliki struktur segitiga datar. Adanya orbital p
untuk ikatan dan orbital d kosong dari S menyebabkan panjang S-O sangat pendek yaitu 1,43
A. lon tiosulfat memiliki struktur [S-SO3l2- dengan panjang gelombang ikatan S-S dan S-O
masing-masing 1,99 ± 0,06 A. Panjang ikatan S-S yang mendekati panjang S-O menunjukkan
bahwa dalam ikatan S-S juga terlibat ikatan x (pi). Garam alkali tiosulfat banyak diproduksi
terutama pada bidang fotografi, dimana garam ini digunakan untuk melarutkan perak klorida
yang tidak bereaksi dalam suatu emulsi. lon tiosulfat dengan ion perak dapat membentuk
senyawa kompleks Ag(S2O3)- dan Ag(S2O3)2-. lon tiosulfat juga dapat membentuk kompleks
dengan ion-ion logam lainnya (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2019: 5-6).

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Kondensor refluks 1 buah
b. Penangas air 1 buah
c. Sumbat karet 1 buah
d. Labu bulat 1 buah
e. Statif dan klem 2 buah
f. Batang pengaduk 1 buah
g. Botol semprot 1 buah
h. Gelas ukur 10 mL 1 buah
i. Tabung reaksi 3 buah
j. Rak tabung reaksi 1 buah
k. Kaca arloji 1 buah
l. Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah
m. Neraca analitik 1 buah
n. Pembakar spiritus 1 buah
o. Corong biasa 1 buah
p. Gelas kimia 600 mL 1 buah
q. Gelas kimia 100 mL 1 buah
r. Corong buchner 1 buah
s. Pompa vakum 1 buah
t. Pipet tetes 2 buah
u. Spatula 1 buah
v. Stopwatch HP 1 buah
w. Mikroskop 1 buah
x. Lap kasar 1 buah
y. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Kristal Natrium sulfit anhidrat (Na2SO3)
b. Serbuk belerang (S8)
c. Kristal Natrium tiosulfat pentahidrat (Na2S2O3∙5H2O)
d. Kristal Natrium tiosulfat dekahidrat (Na2S2O3∙10H2O)
e. Larutan iod 0,1 N (I2)
f. Larutan asam klorida 0,1 M (HCl)
g. Aquades (H2O)
h. Kertas saring biasa
i. Kertas saring whatman
j. Korek api
k. Tissue
l. Label
D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan natrium tiosulfat pentahidrat.

25 gr natrium sulfit
4 g r s e r b u k b e le r a n g
ditimbang 25 gr natrium sulfit d it a m b a h k a n 4 g r a m
d it im b a n g
dimasukkan ke dalam s e r b u k b e le r a n g
gelas kimia 100 mL

1 1 0 0 mm l
l
batu didih C a m p u r a n d ip in d a h k a n k e diaduk hingga C a m p u r a n d it a m b a h k a n 4 5
d a la m la b u b u n d a r merata m L a ir
F ilt r a t d iu a p k a n s a m p a i
v o lu m e n y a 1 / 2 d a r i v o lu m e
aw al

L a r u t a n d ir e f lu k s s e la m a 1
ja m

larutan
dinginkan
dan disaring
8
9
76 54

1
0
1
3
2
8
76 5 4
9 11 1
3
2 sisanya

k r is t a l y a n g t e r b e n t u k S e t e la h d iu a p k a n la r u t a n
d it im b a n g b e r a t n y a k r is t a l y a n g t e r b e n t u k d is a r in g
d en g an co ro n g b u ch n er d id in g in k a n d e n g a n a ir
d in g in
k r is t a l y a n g t e r b e n t u k
d ik e r in g k a n d ia t a s a ir
m e n d id ih

k r is t a l y a n g t e r b e n t u k
d iu ji d e n g a n m ik r o s k o p

2. Mempelajari sifat-sifat kimia natrium tiosulfat


a. Pengaruh pemanasan

p e r u b a h a n y a n g t e r ja d i
d ia m a t i
1 sendok Kristal k r is t a l d ip a n a s k a n
Na2S 2O3 .5H2O
p e r u b a h a n y a n g t e r ja d i
d ia m a t i
1 sendok kristal
k r is t a l d ip a n a s k a n
Na2S2O 3.10H2O

b. Reaksi dengan iod

1 gr Na2S2O3
1 g r N a 2S 2O 1 0 m L H 2O 2 m L la r u t a n io d perubahan
ditimbang 3
yang terjadi
diamati

c. Pengaruh asam encer

3 mL H 2O 3 mL HCl encer perubahan yang


1 g r N a2S 2O 3
terjadi diamati

E. HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan Natrium Tiosulfat-5-hidrat

No Aktivitas Hasil
.
a. 25,004 gram Na2S2O3 + 4,079 gram sulfur Campuran berwarna kuning dan
+ 45 mL H2O tidak larut sempurna.
b. Campuran direfluks selama 1 jam Larutan berwarna kuning dan
muncul bau tengik.
c. Larutan didinginkan sambil dikocok Larutan dingin dan berwarna kuning
dan larutan berbau tengik.
d. Larutan disaring dengan kertas saring Filtrat tidak berwarna 49 mL.
e. Larutan diuapkan Diperoleh ½ dari larutan awal.
f. Larutan didinginkan Terbentuk endapan putih.
g. Larutan disaring dengan corong buchner Diperoleh kristal.
h. Kristal dikeringkan dan ditimbang serta Diperoleh kristal dengan massa
diidentifikasi dengan mikroskop. 7,598 gram. Kristal berbentuk bulat
tajam dan mengkilat.
2. Mempelajari Sifat-Sifat Kimia Na2S2O3
No Aktivitas Hasil
.
a. Pengaruh pemanasan
- Beberapa kristal Na2S2O3.10H2O t = 26,95 sekon
dipanaskan.
- Beberapa kristal Na2S2O3.5H2O t = 58,29 sekon
dipanaskan
b. Reaksi dengan Iod
1 gram kristal Na2S2O3.5H2O + 10 mL Larutan berwarna kuning jernih.
H2O + 2 mL iod
c. Pengaruh asam encer
1 gram kristal Na2S2O3.5H2O + 3 mL H2O Terbentuk dua lapisan:
+ 3 mL HCl Lapisan atas = keruh
Lapisan bawah = putih

F. ANALISIS DATA
Diketahui :
Massa Na2SO3 = 25,004 gram
Massa S8 = 4,079 gram
V H2O = 45 mL
ρ H2O = 1 g/mL
Mr Na2SO3 = 126 g/mol
Mr S8 = 256 g/mol
Mr H2O = 18 g/mol
Mr Na2S2O3.5H2O = 248 g/mol
Massa Na2S2O3.5H2O = 7,598 gram
Ditanyakan :
% Rendemen =…?
Penyelesaian :
gram Na2 S2 O 3
 n Na2SO3 =
Mr Na 2 S 2 O 3
25,004 gram
= = 0,198 mol
126 g /mol
gram S 8
 n S8 =
Mr S 8
4 ,079 gram
=
256 g/mol
= 0,015 mol
 massa H2O = ρxV
= 1 g/mL x 45 mL
= 45 gram
gram H 2 O
 n H2O =
Mr H 2 O
45 gram
=
18 g / mol
= 2,5 mol
8 Na2SO3 + S8 + 40 H2O → 8 Na2S2O3.5H2O
Mula-mula : 0,198 mol 0,015 mol 2,5 mol -
Bereaksi : 0,120 mol 0,015 mol 0,600 mol 0,120 mol
Sisa : 0,078 mol - 1,900 mol 0,120 mol
Massa Na2S2O3.5H2O teori = mol Na2S2O3.5H2O x Mm Na2S2O3.5H2O
= 0,120 mol x 248 g/mL
= 29,76 gram
massa praktek
% Rendemen = x 100 %
massa teori
7,598 gram
= x 100 %
29,76 gram
= 25,5 %
G. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan
sifat-sifat kimianya. Natrium tiosulfat (Na2S2O3) adalah salah satu jenis dari garam terhidrat.
Garam terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang dapat
mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar. Natrium tiosulfat merupakan zat kimia yang
membentuk kandidat ideal untuk elektrokatalis setelah evaluasi/pertimbangan kimianya,
dapat dikatakan dari hasil percobaan natrium tiosulfat berperan sebagai elektrokatalis dalam
proses elektrosintesis atau redoks poliofena (Orata, 2014: 76).
1. Pembuatan Natrium Tiosulfat Pentahidrat
Pada percobaan ini natrium tiosulfat
diperoleh dengan merekasikan natrium sulfit
(Na2SO3) dengan sulfur (S) dalam bentuk S8.
Kedua senyawa ini direfluks dengan
melarutkannya terlebih dahulu dalam H2O,
prinsip dasar refluks adalah pelarut volatile
yang digunakan akan menguap pada suhu
tinggi, namun akan didinginkan oleh
kondensor hingga pelarut akan tetap ada
Gambar 1.1 Natrium Gambar 1.2 Sulfur
sulfit ditimbang selama reaksi berlangsung. Adapun prinsip ditimbang
kerja dari refluks adalah pemanasan,
penguapan, pendinginan serta pengembuanan. Tujuan dari proses refluks yaitu untuk
memutuskan struktur molekul sulfur yang membentuk cincin dengan 8 atom sehingga dapat
bereaksi dengan natrium sulfit. Cincin yang dibentuk sulfur sebagai berikut:
S = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p4
16

S8

Pembentukan garam tiosulfat berdasarkan reaksi yang terjadi antara belerang dan sulfit yaitu:
SO32- + S S2O32-
Gambar 1.3 Natrium →
tiosulfit, sulfur dan
Bila dalam reaksi ditambahkan belerang dalam jumlah berlebih
air dicampur
maka semua ion sulfit akan membentuk ion S2O32-.
Proses refluks menghasilkan larutan
berwarna kuning dan berbau tengik, hal tersebut
menandakan bahwa sulfur telah bereaksi dengan
natrium sulfit. Larutan didinginkan sambil
dikocok agar larutan bercampur dengan baik.
Selanjutnya larutan tersebut disarng dalam
keadaan panas. Fungsi dari penyaringan ini yaitu
untuk menghilangkan zat pengotor dan untuk
memisahkan filtrat dan residu dimana filtrat
Gambar 1.4 Gambar 1.5
campuran yang diperoleh adalah tidak berwarna dan residu Campuran
dimasukkan ke direfluks
berwarna putih kekuningan. Penyaringan
dalam labu bulat
dilakukan pada keadaan panas agar mencegah terbentuknya kristal
pada kertas saring. Larutan kemudian diuapkan untuk menguapkan air yang terkandung dalam
larutan agar mempermudah proses pengkristalan.

Gambar 1.6 Hasil Gambar 1.7 Filtrat


refluks disaring diuapkan

Prinsip dasar kristalisasi adalah


pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam
sebuah campuran homogen/larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya karena
suatu larutan dalam kondisi lewat jenuh dimana pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat
terlarutnya. Larutan direndam dalam air dingin agar dapat mempercepat proses pengkristalan.
Kristal lebih cepat terbentuk pada suhu dingin karena pergerakan molekul pada larutan akan
semakin lambat sehingga terjadi pembekuan yang membentuk kristal.
Kristal yang terbentuk disaring dengan corong buchner menggunakan kertas saring
wahtman untuk memisahkan filtrat dengan kristal. Kertas saring whatman digunakan karena
memiliki pori-pori yang kecil sehingga dapat menyaring kristal dengan baik dan maksimal.

Gambar 1.8 Filtrat Gambar 1.9 Kristal


didinginkan yang terbentuk
disaring
Kristal yang diperoleh dikeringkan diatas air panas yang
bertujuan untuk mempercepat pengeringan kristal, dan kristal berada
di kertas saring yang dibawahnya kaca
arloji hal ini dilakukan karena titik leleh
natrium tiosulfat yang sangat rendah yaitu
48,3oC sehingga dengan pemanasan sedikit
saja dapat membuat kristal meleleh serta
ukuran kristal yang sangat kecil, fungsi dari
pengeringan adalah agar massa air yang Gambar 1.11 Kristal
masih terdapat pada kristal tidak Na2S2O3.5H2O
ditimbang
mempengaruhi proses penimbangan.
Gambar 1.10 Kristal
Kristal yang telah kering ditimbang dan diperoleh kristal sebanyak
yang diperoleh
dikeringkan 7,598 dengan rendemen 25,5% yang artinya jika dari 100 gram hasil
yang seharusnya maka hanya terdapat 25,5 gram hasil yang
diperoleh. Berat yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yaitu 29,76 gram, hal ini
dikarenakan pada proses pendinginan yang tidak terlalu lama sehingga kristal tidak terbentuk
seluruhnya secara sempurna dan penyaringan kristal mulai terbentuk pada kertas saring.
Kemudian dilakukan pengujian dengan mikroskop untuk membantu melihat bentuk kristal
yang dihasilkan secara jelas, hasil yang diperoleh kristal berbentuk bulat tajam dan mengkilat

bercahaya. Gambar 1.12 Pengujian kristal dengan mikroskop

Adapun reaksi yang terjadi:


8Na2SO3 + S8 + 40H2O 8 Na2S2O3.5H2O
(Natrium sulfit) (Sulfur) (Air) (Natrium tiosulfat pentahidrat)
2. Mempelajari Sifat-Sifat Kimia Natrium Tiosulfat
a. Pengaruh Pemanasan
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk melihat kestabilan
termal antara Natrium tiosulfat pentahidrat (Na2S2O3.5H2O) dan
Natrium tiosulfat dekahidrat (Na2S2O3.10H2O). Berdasarkan
percobaan dapat dilihat bahwa Na2S2O3.10H2O lebih cepat larut
dibandingkan Na2S2O3.5H2O. Hal ini tidak sesuai dengan uji positif
yang menyatakan bahwa Na2S2O3.5H2O lebih cepat meleleh
dibandingkan dengan Na2S2O3.10H2O dikarenakan Na2S2O3.5H2O
lebih sedikit mengandung air sehingga membutuhkan waktu yang
kebih sedikit untuk larut, sedangkan Na2S2O3.10H2O lebih lama.
Gambar 2.1 Hasil
pemanasan kristal Dengan kata lain, proses pelepasan hidrat dari Na2S2O3.5H2O dalam
Na2S2O3.5H2O dan bentuk molekul air ke udara lebih cepat dibandingkan
Na2S2O3.10H2O
Na2S2O3.10H2O. hal ini disebabkan karena tempat penyimpanan dari
kristal Na2S2O3.10H2O yang kurang bagus dan penutup wadahnya tidak terlalu rapat sehingga
natrium tiosulfat dekahidrat sangat mudah bereaksi dengan udara, sedangkan penyimpanan
dari kristal Na2S2O3.5H2O yang sangat bagus dan penutup wadahnya yang tebal dan rapat
sehingga molekul air yang dimilikinya masih utuh. Selain itu, karena kekurangtelitian
praktikan dalam melihat kecepatan kristal yang telah meleleh atau tidak meleleh. Adapun
reaksi yang terjadi:
Na2S2O3.5H2O(s) ∆ Na2S2O3 (g) + 5H2O (l)
(Natrium tiosulfat pentahidrat) (Natrium tiosulfat) (Air)
Na2S2O3.10H2O(s) ∆ Na2S2O3 (g) + 10H2O(l)
(Natrium tiosulfat dekahidrat) (Natrium tiosulfat) (Air)
b. Reaksi dengan Iod
Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan kristal yang
diperoleh ada percobaan pertama dengan air ditambahkan dengan
larutan I2 dalam KI. Larutan menjadi kuning jernih. Pada
pengujian ini terjadi reaksi redoks. Reaksi redoks adalah suatu
reaksi dimana keadaan bilangan oksidasi berubah dan disertai
pertukaran elektron antara pereaksi. Dalam hal ini I2 mengalami
reduksi menjadi I- dan biloksnya mengalami perubahan dari 0
menjadi -1. Sedangkan 2S2O32- mengalami oksidasi menjadi
S4O62-, dan biloksnya meningkat dari -4 menjadi -2. Dalam hal ini
Gambar 2.2 Reaksi
I2 bertindak sebagai oksidator (yang mengalami reduksi) Kristal Na2S2O3.5H2O
sedangakan S2O32- bertindak sebagai reduktor (yang mengalami dsengan larutan iod
oksidasi). Adapun penyebab larutan menjadi bening karena ion tiosulfat merupakan
pengoksidator kuat sehingga dapat mereduksi I2 menjadi I- yang menyebabkan larutan bening.
Adapun reaksi yang terjadi:
2Na2S2O3 (aq) + I2 (aq) 2NaI(aq) + Na2S4O6 (aq)
Oksidasi : 2 S2O3 S4O62- + 2e
Reduksi : I2 + 2e 2I-
2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
Reaksi lengkap : 2Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2NaI
(Natrium sulfat) (Iod) (Natrium tetrationat) (Natrium iodida)
c. Reaksi dengan Asam Encer
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam
klorida encer (0,1 M) terhadap natrium tiosulfat, hasil yang
diperoleh terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas keruh dan
lapisan bawah berwarna putih, seperti endapan putih serta gas
berbau sulfur. Hal ini telah sesuai dengan teori yaitu apabila
natrium tiosulfat direaksikan dengan asam klorida encer tak
terjadi perubahan segera dalam keadaan dingin dengan larutan
tiosulfat, cairan akan menjadi keruh karena pemisahan belerang
dan larutan terdapat asam sulfit. Bau yang dihasilkan karena pada
Gambar 2.3 Reaksi
larutan natrium tiosufat saat natrium tiosulfat direaksikan dengan HCl akan terbentuk gas
dengan asam SO2 yang menjadikannya berbau sulfur. Reaksi yang terjadi:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) H2S2O3 (aq) + 2NaCl (aq)
(Natrium sulfat) (Asam klorida) (Asam tiosianat) (Natrium klorida)
H2S2O3 (aq) SO2 (g) + S(g) + H2O(l)
(Asam tiosianat) (Sulfur dioksida) (Sulfur) (Air)

H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pembuatan garam natrium
tiosulfat dapat dibuat dengan mereaksikan natrium sulfit dengan belerang dan air. Kristal
yang diperoleh berwarna putih sebanyak 7,598 gram dengan rendemen sebesar 25,5 %.
Adapun sifat-sifat dari natrium tiosulfat:
1. Natrium tiosulfat pentahidrat lebih cepat larut dibandingkan natrium tiosulfat
dekahidrat.
2. Reaksi dengan iodin, berubah warna dari kuning menjadi kuning jernih dimana I 2
bertindak sebagai oksidator dan Na2S2O3 bertindak sebagai reduktor
3. Reaksi dengan asam encer membentuk dua lapisan yaitu lapisan atas keruh dan
lapisan bawah berwarna putih seperti endapan putih.

DAFTAR PUSTAKA

Adlim. 2009. Kimia Anorganik. Darussalam Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Basset J, R.C. Denney, G.H. Jeffery, J. Mendham. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Jakarta: EGC.

Blandchard, Arthur A, Joseph W. Phelan, Arthur R. Davis. 1936. Syntetic Inorganic


Chemistry. London: Chapman dan Hall.

Orata, Duke, Hellen Njenga, Marina Mukabi, Amir Yusuf. 2014. Sodium Thiosulphate, A
Novel Electrocatalyst In The Electrosynthesis Of Electronically Conducting
Polymer- Polythiophene. Journal Of Applied Chemistry. Vol. 7. No. 5.

Rodriguez, Eleazar Salinas, Juan Hernández-Ávila, Isauro Rivera-Landero, Eduardo


Cerecedo-Sáenz, Ma. Isabel Reyes-Valderrama, Manuel Correa-Cruz, Daniel Rubio-
Mihi. 2016. Leaching Of Contained In Mining Tailings Using Sodium Thiosulfate A
Kinetic Study. Journal Homegape. Vol. 10. No. 160.

Saito, Taro. 2004. Kimia Anorganik. Tokyo: Kanagawa University.

Samsuar, Febri Mariana, Merinda Setyowati. 2017. Analisis Kadar Klorin (Cl2) Sebagain
Pemutih pada Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) yang Beredar di Lampung. Jurnal
Farmasi Lampung. Vol. 6. No. 2.

Sugiyarto, Kristian. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Susilowati, Indah Tri dan Tri Harningsih. 2015. Penambahan Bawang Putih (Allium Sativum)
Terhadap Kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) Sebagai Minyak Goreng. Jurnal
Kesmadaska. Vol. 6. No. 2.

Tim Dosen Kimia Anorganik. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar:
Laboratorium Kimia FMIPA UNM.

Zhang, Hongyu, Guoxue Li, Jun Gu, Guiqin Wang, Yangyang Li, Difang Zhang. 2016.
Influence Of Aeration On Volatile Sulfur Compounds (VSCS) and NH 3 Emissions
During Aerobic Composting Of Kitchen Waste. Journal Homepage.Vol. 10. No. 58.

Anda mungkin juga menyukai