KIMIA ANORGANIK
Disusun Oleh :
Nama : Nur Aisyah Malana
NIM : 141304 1001
Kelas : Pendidikan Kimia 01
Kelompok : V (Lima)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAMUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat kimianya
C. LANDASAN TEORI
Natrium (sodium) adalah logam alkiali yang terbesar dibutuhkan untuk
keperluan industri. Seperti logam-logam alkali yang lain, natrium ditemukan
dalam keadaan murni di alam karena reaktivitasnya yang sangat tinggi. Logam
putih keperakan ini diproduksi (dalam pabrik) secara elektrometalurgi menurut
proses Downs. Logam natrium digunakan dalam banyak sintesis senyawa
natrium, namun didapat dua kegunaan utama. Pertama yaitu untuk ekstraksi
logam-logam lain. Cara yang paling mudah untuk mendapatkan logam-logam
yang lebih sedikit kelimpahannya seperti torium, zirkonium, tantalum dan
titanium, yaitu dengan mereduksi senyawaanya dengan logam natrium. Sebagai
contoh, logam titanuim dapat diperoleh dari reduksi titanium klorida dengan
natrium, menurut persamaan reaksi :
TiCl4 + 4Na Ti(s) + 4NaCl(s)
Pencucian dengan air akan melarutkan natrium klorida sehingga dapat diperoleh
logam titanium murni. Kegunaan kedua yaitu dalam produksi zat aditif bahan
bakar minyak, tetraetiltimbel (TEL) yang disintesis dari aloi Na-Pb dengan etil
klorida menurut persamaan reaksi:
4NaPb(s) + 4C2H5(g) (C2H5)4 Pb(l) + 3Pb(s) + 4NaCl(s)
(Sugiyarto, 2004: 89-90).
Natrium adalah kation utama dalam darah dan cairan ekstraseluler yang mencakup
95% dari keseluruhan kation. Oleh karena itu, mineral ini sangat berperan dalam
pengaturan cairan tubuh temasuk tekanan darah dan kesetimbangan asam basa
serta berperan pada reulasi tekanan osmosisnya juga pada pembentukn perbedaan
potensial yang perlu bagi kontraksi otot dan penurunan impuls di saraf. Kalium
terutama merupakan ion intraseluler sangat esensial untuk mengatur
kesetimbangan asam basa serta isotoni sel serta dihubungkan dengan mekanisme
pertukaran dengan natrium. Selain itu kalium juga mengaktivasi banyak reaksi
enzim dan proses fisiologi, serta transmisi impuls di saraf dan otot, kontraksi otot
dan metabolism karbohidrat. Mineral ini praktis terdapat dalam semua makanan
(Pardede, 2014: 3). Menurut Svehla (1979: 310), Natrium adalah logam putih-
perak yang lunak, yang melebur pada suhu 97,50C. Natrium teroksidasi dengan
cepat dalam udarah lembab, maka harus di simpan terendam seluruh nya dalam
pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk
natrium hidroksida dan hidrogen:
2 Na+2 H 2 O → 2 Na+¿+2 OH +H 2 ↑¿
S S S
O O O O O O
adanya orbital P untuk ikatan dan orbital d kosong dari S inilah yang
menyebabkan panjang S-O sangat pendek yaitu 1,43 A. Ion tio sulfat memiliki
struktur [ S – SO3 ]2- dengan panjang gelombang ikatan S-S dan S-O masing-
masing 1,99 + 0,10 dan 1,48 + 0,6oA, panjang ikatan S-S mendekati panjang S-O
menunjukkan bahwa dalam ikatan S-S juga terlibat ikatan II (pi)
(Tim Dosen Kimia Anorganik, 2016: 5).
Sulfit, S2O32-. Kelarutannya hanya sulfit dari logam alkali dan dari amonium
larut dalam air. Sulfit dan logam lainnya larut sangat sedikit atau tidak larut.
Hidrogen sulfit dari logam alkali larut dalam air; hidrogen sulfit dari logam alkali
tanah hanya dikenal dalam larutan (Svehla, 1985 : 320-321).
Tio sulfat, S2O32- kelarutan : kebanyakan tio sulfat yang pernah dibuat,
larut dalam air, tio sulfat dari timbel,perak dan barium larut sedikit sekali.Banyak
dari larutan tio sulfat ini larut dalam larutan Natrium tiosulfat yang
berlebih,membuat garam kompleks (Svehla, 1985 : 325).
Natrium tiosulfat (Na2S2O3) memiliki kemampuan yang baik dalam
mereduksi besi. Pada penelitian yang telah dilakukan ini akan dibandingkan
kemampuan pereduksi natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan kalium oksalat
(K2C2O4) dengan parameter presisi dan akurasi. Presisi dapat dilihat dari nilai
CV dan RSD, dimana CV yang diperoleh untuk pereduksi Na2S2O3 adalah
1,33% dengan RSD sebesar 13,3 ppt sedangkan harga CV untuk pereduksi
K2C2O4 adalah 0,63% dengan RSD sebesar 6,3. Akurasi dilihat dari nilai %
kesalahan metode dengan membandingkan jumLah kadar total besi yang
diperoleh menggunakan metode AAS. Nilai % kesalahan pada pereduksi
Na2S2O3 adalah 2,17% (Hapsoroh, 2011: 1).
Penambahan berlebih ion iodida ke dalam larutan Cr (VI) yang merupakan
oksidator, kemudian ion Cr (VI) inilah yang mengoksidasi ion iodida menjadi iod,
iod yang bebas kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat. Iod mengoksidasi
tiosulfat menjadi ion tetrationat. Sebagaimana diperlihatkan pada reaksi di bawah
ini: Dalam reaksi pada penelitian ini tidak terjadi reaksi samping. Larutan natrium
tiosulfat adalah larutan standar sekunder, yang konsentrasinya dapat berubah jika
tersimpan lama karena sifatnya yang tidak stabil dan rentan terhadap bakteri
pemakan belerang. Oleh karena itu, larutan natrium tiosulfat ini harus selalu
distandarisasi ketika akan menggunakannya untuk menjaga agar pada saat
digunakan konsentrasinya tidak berubah dengan larutan standar primer
(Rahmah, 2011: 65)
.
E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Natrium tiosulfat penta hidrat (Na2S2O3.5H2O)
a. 25 g Na2SO3 dan 4 g belerang ditimbang dengan menggunkan neraca analitik
b. Serbuk Na2SO3 dan belerang dicampurkan dan ditambahkan 20 mL aquades.
c. Campuran direfluks selama 45 menit
d. Setelah direfluks disaring panas-panas
e. Filtrat diuapkan hingga 5 mL .
f. Kemudian didinginkan pada air es hingga terbentuk kristal
g. Larutan yang dingin disaring.
h. Kristal dikeringkan dan ditimbang.
2. Mempelajari sifat-sifat kimia natrium tiosulfat
a. Pengaruh pemanasan
1. Na2S2O3.5H2O dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Tabung dipanaskan diatas bunsen
3. Perubahan yang terjadi diamati.
b. Reaksi dengan iod
1. Kristal Na2S2O3.5H2O ditambahkan 4 mL aquades.
2. Setelah larut ditambahkan 1 mL I2
c. Pengaruh asam encer
1. Kristal ditambahkan dengan HCL 0,1 M
2. Perubahan yang terjadi diamati.
D. HASIL PENGAMATAN
No Aktivitas Hasil
1 12,5017 gram Na2SO3 Larutan dan endapan
(putih) + 2,0134 gram S kuning
(kuning) + 25 mL air
2 Suspensi kuning direfluks Suspensi kuning+
30 menit larutan bening
3 Disaring panas-panas Filtrat : larutan bening
Residu : kristal kuning
4 Diuapkan hingga terbentuk Kristal bening
kristal
5 Didinginkan pada air es Kristal putih
6 Disaring Kristal putih
7 Dikeringkan Kristal putih
8 Ditimbang kertas saring 0,6083 gram
kososng
9 Ditimbang kristal putih 2,9757 gram
10a. pengaruh pemanasan
→
S O3.5H2O (kristal lab)∆
2 2
Meleleh pada 16 detik
→ Meleleh pada 3 detik
S O3.5H2O(kristal percobaan) ∆
2 2
F. ANALISIS DATA
Reaksi :
8 Na2SO3 + 5H2O + S8 8Na2S2O3.5H2O
mol awal: 0,099 mol 1,389 mol 0,008 mol -
mol bereaksi: 0,064 mol 0,040 mol 0,008 mol 0,064 mol
Mol sisa: 0,035 mol 1,349 mol – 0,064 mol
Massa Na2S2O3.5H2O (teori) = mol x Mr
= 0,064 mol x 248 g/mol
= 15,87 g
massa praktek
Rendemen = x 100 %
massa teori
2.9757 g
= x 100 %
15,87 g
= 18,75 %
G. PEMBAHASAN
1. Pembuatan Natrium tiosulfat pentahidrat
Pembuatan natrium tiosulfat pentahidrat dilakukan dengan mereaksikan
natrium sulfit (Na2SO3) dengan sulfur dalam bentuk S8. Kedua senyawa dicampur
dan ditambahkan air hingga terbentuk suspensi supaya serbuk sulfur tidak
mengapung di dalam labu refluks. Ke dalam labu refluks ditambahkan batu didih
untuk mengurangi letupan-letupan yang terjadi saat proses refluks. Refluks
dilakukan selama 45 menit untuk memutuskan ikatan pada struktur molekul sulfur
yang terbentuk cincin yang mengikat 8 atom S (S 8) sehingga dapat bereaksi
dengan natrium sulfit. Setelah direfluks campuran disaring dalam keadaan panas
karena sulfur dan natrium sulfit hanya akan bereaksi pada suhu panas dan jika
disaring dalam keadaan dingin dikhawatirkan kristal akan terbentuk dan melekat
pada kertassarng. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan sampai terbentuk
kristal. Dalam percobaan ini kristal yang terbentuk tak berwarna kemudian
didinginkan dengan es batu beberapa menit dan diperoleh kristal berwarna putih.
Kristal ini kemudian disaring, dikeringkan, dan dihasilkan 2,9757 gram kristal
putih natrium tiosulfat pentahidrat. Rendamen yang diperoleh sebesar 18,75 %.
Adapun reaksi yang terjadi yaitu :
Reduksi : I2 + 2e 2 I-
Oksidasi : 2 S2O32- S4O62- + 2e
2 S2O32- + I2 S4O62- + 2I
Jadi : 2 Na2S2O3 + I2 2 NaI + Na2S4O6
S2 O 2−¿+2
3
H ¿
H. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pembuatan Na2S2O3.5H2O dilakukan dengan mereaksikan Na2S2O3 dan S8
serta H2O, diperoleh berat kristal 2.9757 g dengan rendemen 18,75 %. Natrium
tiosulfat yang mengandung hidrat lebih sedikit akan lebih cepat meleleh. Iod dapat
mengoksidasi tiosulfat menjadi tetrationat yang tidak berwarna. Natrium tiosulfat
dapat diuraikan dalam asam membentuk endapan belerang.
2. Saran
Diharapkan kapada praktikan selanjutnya agar pada saat penguapan kristal
tetap dijaga agar kristal yang diperoleh benar-benar kristal natrium tiosulfat
pentahidrat.
DAFTAR PUSTAKA
Pardede, Roida Tuty. 2014. Penetapan Kadar Kalium, Natrium, dan Magnesium
pada Semangka Daging Buah Berwarna Kuning dan Merah Secara
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Darma Agung. I(1)