KIMIA ANORGANIK
“PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT”
OLEH :
NAMA : NURLIAN
STAMBUK : A1L1 19 011
KELOMPOK : IA (SATU)
JURUSAN :PENDIDIKAN KIMIA
ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE INDO, S.Pd
pada:
LA ODE INDO, S. Pd
BAB I
PENDAHULUAN
senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang
memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses produksi
suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan perlu dilakukan.
Beberapa senyawa anorganik garam, terdiri dari kation dan anion, yang ditemukan
pada orbital ikatannya. contoh garam natrium yang biasanya terdiri dari ion Na + dan
ion Oksigen. Dalam beberapa garam ada beberapa yang tidak memiliki muatan jadi
berbagai reaksi dengan klorin bebas. Larutan Na 2S2O3 memiliki pH yang mendekati
menghasilkan sulfur dioksida dan hidrogen sulfida (H2S). Jika Na2S2O3 dipanaskan
pada proses dekomposisi, akan menghasilkan asap yang beracun dari sulfur dioksida
dan natrium nitrit yang bereaksi cepat dengan besi dan terhidrolisis oleh air (Stearns,
natrium sulfit atau dengan mereaksikan natrium hidrogen sulfit (natrium hidroksida
dan sulfur hidroksida) dengan sulfur. Penambahan sulfur pada natrium sulfit
natrium sulfit dengan serbuk belerang. Bila belerang ditambahkan berlebihan maka
semua natrium sulfit akan berubah menjadi natrium tiosulfat dengan metode refluks.
Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan panas. Dengan adanya proses
perefluksan ini dapat membantu mempercepat belerang larut didalam natrium sulfat
Belerang adalah bagian yang penting dari protein dan asam amino. Umumnya
menyerap belerang terutama dalam bentuk ion Sulfat (SO 42-) anorganik. Sulfat dalam
tanah sangat mudah tercuci sehingga pemberian pupuk yang mengandung SO 42-,
seperti pupuk ammonium sulfat (24 % S) dan mengandung 21% N dalam bentuk
2002).
Unsur belerang biasanya adalah padatan kuning dengan titik leleh 112,8 oC
disebut dengan belerang ortorombik (belerang α). Transisi fasa polimorf ini
berbentuk mahkota. Tidak hanya cincin yang berannggotakan 8 tetapi cincin dengan
anggota 6-20 juga dikenal, dan polimer belerang heliks adalah belerang bundar yang
tak hinnga. Bila belerang dipanaskan, belerang akan mencair dan saat didinginkan
Sifat-sifat dari belerang yaitu, belerang berwarna kuning pucat yang solid.
Lembut dan tidak berbau. Tidak larut dalam air. Ketika dibakar dan mencapai suhu
119 derajat belerang akan melebur memancarkan api berwarna biru dan meleleh ke
dalam cairan berwarna merah cair, pada saat itu partikelnya terpisah dan berubah
wujud menjadi gas yang bergabung dengan oksigen untuk membentuk gas beracun
yang disebut sulfur dioksida (SO2), dapat mengeras dengan cepat dan mudah
dikerjakan. Mempunyai ikatan yang bagus dengan batu atau bata. Mengurangi sifat
natrium tiosulfat dengan meraksikan natrium sulfit (Na2SO3) dan belerang bebas (S)
Tujuan praktikum ini yaitu dapat membuat garam Natrium Tiosulfat dan
kebanyakan proses iodometri. Larutan ini biasanya dibuat dari garam pentahidratnya
(Na2S2O3.5H2O). Garam ini mempunyai berat ekivalen yang sama dengan berat
molekulnya (248,17) maka dari segi ketelitian penimbangan, hal ini menguntungkan.
Larutan ini perlu distandarisasi karena bersifat tidak stabil pada keadaan biasa (pada
matahari dan adanya bakteri yang memanfaatkan Sulfur. Kestabilan larutan Na 2S2O3
dalam penyimpanan ternyata paling baik bila mempunyai pH antara 9-10. Cahaya
dapat mempengaruhi larutan ini, oleh karena itu larutan ini harus disimpan di botol
yang berwarna gelap dan tertutup rapat agar cahaya tidak dapat menembus botol dan
kestabilan larutan tidak terganggu karena adanya oksigen di udara (Silviana dkk,
2019).
natrium atau kalium sulfit, natrium atau kalium bisulfit dan natrium atau kalium
metabisulfit. Ada dua tujuan yang diinginkan dari penggunaan sulfit, yaitu: (1) untuk
mengawetkan (sebagai senyawa anti mikroba), dan (2) untuk mencegah perubahan
warna bahan makanan menjadi kecoklatan. Umumnya senyawa sulfit efektif terhadap
bersifat netral atau alkalis. Sulfit juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang
dapat merusak atau membusukkan bahan makanan serta sebagai antioksidan yang
berasa dan tidak berbau. Banyaknya valensi sulfur (dari S2-sampai S6+)
Dalam Tabel Periodik, unsur S terletak di Periode 3 Golongan VIA (atau Golongan
16) bersama -sama dengan unsur oksigen (O), selenium (S), telurium (Te) dan
polonium (Po) dan disebut sebagai golongan kalkogen, dari bahasa Yunani (Chalcos
= biji; gen = pembentuk). Jadi Kalkogen termasuk sulfur adalah unsur pembentuk biji
Belerang dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di
alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral- mineral
sulfida dan sulfat. Belerang terdapat dua bentuk alotrop (polimorf). kedua alotrop ini
adalah belerang rombik, berwarna kuing yang disebut belerang -α .titik leleh 112 o C.
pada suhu 95,6 o C belerang rombik tidak berubah menjadi belerang monoklin yang
disebut belerang –β ( titil leleh 119,25 o C). Unsur ini mendidih pada 444,6 o C. Satuan
struktur kedua bentuk alotrop dalam keadaan cair mengkerut menjadi S 8. Jika
kuning muda yang mobil dan terdiri dari satuan S 8. Secara kimia, belerang dapat
besar logam dan beberapa non logam. Diantara Sifat-sifat dari Belerangyaitu
Belerang berwarna kuning pucat yang solid, Lembut dan tidak berbau, Tidak larut
dalam air, Ketika dibakar dan mencapai suhu 119° belerang akan melebur
memancarkan api berwarna biru dan meleleh ke dalam cairan berwarna merah cair,
pada saat itu partikelnya terpisah dan berubah wujud menjadi gas yang bergabung
dengan oksigen untuk membentuk gas beracun yang disebut sulfur dioksida (SO2)
(Rompas, 2018).
Sulfur dikenal dengan nama lain Belerang yaitu kumpulan kristal kuning
padat dengan berat jenis relatif sebesar 2,07 pada suhu 20 oC. Dalam keadaan padat,
struktur sulfur berbentuk belah ketupat dan tetap stabil dalam keadaan ini hingga
mencapai suhu 203 oF (95oC). Sulfur mencair pada suhu sekitar 240 o
F (116oC)
o
hingga 300 F (149oC). Pada pemanasan hingga 318 oF (159oC) melebihi tingkat
(200oC), viskositas sulfur akan mulai menurun kembali. Titik didih dari cairan sulfur
Larutan asam klorida (HCl) adalah cairan kimia yang sangat korosif, berbau
menyengat dan sangat iritatif dan beracun, larutan HCl termasuk bahan kimia
berbahaya atau B3.Asam klorida merupakan larutan gas hidrogen klorida (HCl)
yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya jumlah pelarut dan waktu
ekstraksi. Jumlah pelarut menjadi faktor kritis dalam ekstraksi karena pada prinsipnya
volume pelarut harus mencukupi untuk melarutkan senyawa yang akan diekstraksi
Refluks merupakan ekstraksi cara panas, yaitu ekstraksi dengan pelarut pada
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dan adanya pendingin balik. Ekstraksi dapat berlangsung dengan
efisien dan senyawa dalam sampel secara lebih efektif dapat ditarik oleh pelarut.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut yang digunakan akan menguap pada
suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang
tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke
dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung
(Susanty, 2016).
2.5 Kristalisasi
dalam bentuk padatan yang dihasilkan melalui fasa homogen. Salah satu penentu
keberhasilan dari proses kristalisasi ini yaitu tercapainya kondisi supersaturasi. Ketika
kondisi supersaturasi telah tercapai, banyak inti kristal baru (nukleus) yang akan
terbentuk dan kemudian nukleus tersebut akan tumbuh menjadi kristal baru (crystal
tambahan dan pengotor, serta tekanan antar permukaan antara pelarut dan zat terlarut.
memiliki bentuk dan ukuran kristal yang heterogen (Khairunnisa dkk, 2019).
Prinsip dari kristalisasi terbentuk melalui dua tahap yaitu nukleasi atau
pembentukan inti Kristal dan pertumbuhan Kristal. Faktor pendorong untuk laju
nukleasi dan laju pertumbuhan Kristal adalah supersaturasi. Baik nukleasi maupun
pertumbuhan tidak dapat berlangsung didalam larutan jenuh atau tak jenuh. Inti
Kristal dapat terbentuk dari berbagai jenis partikel : molekul, atom, atau ion. Karena
adanya gerakan dari partikel- partikel tersebut beberapa partikel mungkin membentuk
suatu gerombol atau klaster, klaster yang cukup banyak membentuk embrio pada
kondisi leat jenuh yang tinggi embrio tersebut membentuk inti Kristal (Pinalla, 2011).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
pada hari Senin 25 Oktober 2021 pukul 13.30 WITA- Selesai bertempat di
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu 1 set alat refluks, 1 buah
batang pengaduk, 2 buah tabung reaksi, gelas kimia 100 mL, botol semprot, spatula, ,
sulfit (Na2SO3) 10 gram, serbuk belerang 0,5 gram , HCl 0,1M, larutan Iodin 0,1M,
50 mL aquades dan 0,5046 gram serbuk belerang, lalu direfluks selama 1 jam.
Setelah direfluks didinginkan larutan dan disaring. Dipindahkan filtrat kedalam gelas
kimia dan diuapkan sampai volumenya menjadi 10 mL. Dibiarkan sampai larutannya
dingin dan dikeringkan kristal yang terbentuk dengan menekan kristal di antara dua
direaksikan 3 mL larutan natrium tiosulfat dengan asam klorida encer dengan voume
yang sama. Setelah beberapa menit. Diamati isi tabung reaksi dan bau yang
ditimbulkan.
.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
direfluks selama 1 jam, dengan perkiraan bahwa natrium sulfit dengan belerang telah
bereaksi semua. Hasil refluks ini tampak larutan bening dan ada endapan belerang.
Kemudian larutan didinginkan dan disaring dengan menggunakan kertas saring, filtrat
yang diperoleh bening kemudian dimasukkan kedalam gelas kimia 100 mL lalu
diuapkan diatas hot plate sampai volume larutan menjadi 10 mL.. Setelah diperoleh
kristal natrium tiosulfat 5-hidrat kemudian kristal tersebut ditimbang. Massa Na 2SO3
yang diperoleh sebesar 6,0628 g. Kemudian dengan massa kristal Na2SO3 ini
antara natrium sulfit dengan serbuk belerang. Bila belerang ditambahkan berlebihan
maka semua natrium sulfit akan berubah menjadi natrium tiosulfat dengan metode
percobaan ini diawali dengan natrium sulfit yang dilarutkan dalam air dan
proses refluks. Suspensi merupakan suatu campuran yang mengandung zat padat
yang tidak larut dan terdispersi dalam fasa cair. Hal ini disebabkan karena senyawa
sulfur dalam suspensi tersebut dalam bentuk polisulfur yaitu S 8 (siklosulfur), dimana
siklookta sulfur tersebut membentuk cincin yang mengandung 8 atom. Cincin ini
terbentuk dari bentuk struktur rombik di bawah temperatur 96 o C (stabil) dan di atas
temperatur tersebut dalam bentuk monoklin. Sehingga ketika suspensi ini terbentuk
maka dilakukan proses refluks selama 1 jam, yang bertujuan agar struktur molekul
sulfur yang membentuk cincin dapat diputuskan sehingga dapat berikatan dengan
natrium sulfit. dilakukan proses perefluksan selama 1 jam diatas pemanas listrik.
suatu reaksi.
Hasil perefluksan berupa campuran berwarna putih kekuningan kemudian
didinginkan dan disaring. Tujuan pendinginan disini untuk menurunkan suhu, akibat
suhu yang sangat tinggi pada saat merefluks, kemudian proses penyaringan dilakukan
sebelum campuran tersebut terlalu dingin untuk mencegah adanya kristal yang ikut
Filtrat yang diperoleh merupakan cairan hasil reaksi antara Na 2SO3, belerang dan air
wujud cairan. Sementara Residu dalam percobaan ini dihasilkan serbuk sisa dari
belerang yang tidak ikut bereaksi dengan natrium sulfit dalam pelarut air. Adapun
penyebab adanya sisa residu dari proses perefluksan ini adalah kejenuhan dalam
pelarut sehingga pelarut kehilangan daya pelarutnya dan akibatnya sisa dari padatan
yang digunakan untuk dilarutkan akan menjadi residu dalam larutannya. Hal ini pula
yang menjadi salah satu tujuan dari perefluksan selama 1 jam agar belerang yang
digunakan terpakai maksimal dengan meningkatkan suhu pelarut sehingga daya serap
pelarut makin besar seiring dengan peningkatan energi kinetik sistem. Dalam reaksi
antara serbuk belerang dengan natrium sulfit dalam pembuatan natrium tiosulfat, ada
hal lain yang menarik selain ikatan cincin yang begitu sulit diputuskan dari belerang
(S8) yaitu sifat resonansi dari ion sulfit dimana struktur lewis senyawa ion ini
tidak beresonansi.
Pendidihan dan perefluksan dari pereaksi–pereaksi yang digunakan seperti
sulfur dan natrium sulfit adalah inti dari pembuatan garam natrium tiosulfat, karena
setelah mengalami proses ini garam natrium tiosulfat sudah didapatkan hanya saja
masih berwujud cair (filtrat) dan untuk mengetahui massanya secara pasti maka
dilakukan kristalisasi filtrat setelah proses penguapan dari filtrat. Hal ini di
maksudkan agar kristal garam yang dihasilkan lebih murni, baik dari pengotor
Tujuan dari proses penguapan ini yaitu untuk pemekatan konsentrasi agar airnya
diperoleh berat kristal natrium tiosulfat sebesar 6,068 gram dengan % rendemen yaitu
45,88 %, sedangkan berat teori sebesar 31,2151 gram. Perbedaan ini disebabkan oleh
beberapa faktor, baik karena faktor bahan yang digunakan maupun faktor perlakuan.
pengganggu. Sedangkan faktor perlakuan seperti pada saat memipet bahan atau
menimbang bahan yang kurang cermat, sehingga berakibat pada hasil akhir yang
tiosianat yaitu dengan menimbang 3 g kristal natrium tiosulfat yang merupakan hasil
tiosulfat larut sempurna dalam aquades, Lalu direaksikan iod dengan menambahkan 3
mL larutan iod dan menghasilkan larutan berwarna bening kekuningan tanpa bau. Hal
ini terjadi karena saat garam natrium tiosulfat dilarutkan dalam aquades, garam
natrium tiosulfat larut sempurna karena adanya persamaan sifat kepolaran dari kedua
senyawa tersebut dimana kedua senyawa tersebut bersifat polar berdasarkan teori
senyawa polar dapat larut dalam pelarut polar dan larutan natrium tiosulfat berwarna
bening. Tujuan dari pelarutan ini agar padatan Kristal natrium tiosulfat dapat
mengion sehingga pada saat ingin direaksikan dengan senyawa Iodium lebih mudah
tiosulfat direaksikan dengan larutan iod tidak terjadi perubahan warna, tetap bening
kekuningan dan tidak berbau. Hal ini karena pada reaksi ini tidak terjadi pelepasan
ion belerang (sulfur). Berdasarkan teori bahwa larutan iod yang di reaksikan dengan
natrium tiosulfat akan menghasilkan larutan yang berwarna keruh. Karena reaksi
yang terjadi merupakan reaksi redoks (reduksi oksidasi ) yang ditandai dengan
adanya perubahan warna iod. Pada parsamaan reaksi antara Kristal natrium tiosulfat
dan larutan iodine, terlihat bahwa iod berfungsi sebagai oksidator yang mengoksidasi
ion tiosulf atau natrium tiosulfat mereduksi iod, dan iod sendiri mengalami reduksi
dari I2 menjadi I. Oleh karena itu dalam percobaan ini hasil yang tidak sesuai
disebabkan oleh beberapa faktor, yakni pada saat pengenceran dengan aquades terlalu
banyak menggunakan aquades sehingga tidak didapatkan hasil yang cermat pada
percobaan, disamping itu juga tidak dilakukan proses pengadukan sehingga hasil
Sifat kimia lainnya yang diuji dalam percbaan ini yaitu reaksi antara natrium
tiosulfat dengan asam encer yang dilakukan dengan mereaksikan natrium tiosulfat
dengan 3mL asam klorida encer. Ketika keduanya direaksikan perubahan yang terjadi
pada larutan natrium tiosulfat yaitu larutan larutan berwarna bening dan berbau.
Berdasarkan teori bau yang ditimbulkan berasal dari gas SO2 (sulfur). Penambahan
HCl encer dapat menguapkan sulfur dioksida dan mengendapkan sulfur, dalam
konsepnya bahwa ketika natrium tiosulfat direaksikan dengan asam encer warna
larutannya akan menjadi kuning keruh yang menandakan larutan tersebut
mengandung belerang dan menghasilkan bau/aroma yang menyengat. Oleh karena itu
dalam percobaan ini hasil yang tidak sesuai disebabkan oleh beberapa faktor, yakni
5.1 Kesimpulan
sulfit (Na2SO3) yang berwarna putih dengan serbuk belerang yang berwarna
kuning. Menghasilkan kristal natriun tiosulfat 5-hidrat (Na 2S2O3. 5H2O) yang
b. Sifat-sifat dari natrium tiosulfat yaitu dapat bereaksi dengan iod, dan asam klorida
(HCl) namun sedikit didapatkan endapan kuning tetapi memiliki bau menyengat
dalam larutan
5.2 Saran
digunakan bahan yang lain dalam mempelajari sifat-sifat natrium tiosulfat misalnya,
Khairunisa, L. F., Widyasanti, A., dan Nurjanah, S. 2019. Kajian Pengaruh Kecepatan
Pengadukan terhadap Rendemen dan Mutu Kristal Patchouli Alcohol dengan
Metode Cooling Crystallization. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem. 7(1).
Rianto, N. K., Nawansih, O., dan Erna, M. 2008. Kajian Penggunaan Natrium bisulfit
Dalam Pengawetan Krim Santan Kelapa. Jurnal Fakultas Peternakan Unila.
Rompas, C. Th., 2018. Pengaruh Pencampuran Belerang terhadap Kuat Geser Tanah.
Jurnal Sipil Statik.
Setiawan, A. 2012. Pengaruh Sulfur Terhadap Karakteristik Marshall Asphaltic
Concrete Wearing Course (Ac-Wc). Jurnal Rekayasa Dan Manajemen
Transportasi. 2 (1).
Silviana, E., Fauziah., dan Andriana, A. 2019. The Comparison Of Potassium Iodate
Concentration In Jangka Salt Of Matang Glumpang Dua Production From The
Cooking And Natural Drying Process By Iodometri Method. Lantanida
Journal. 7(2).
Susanty dan Bachmid, F. 2016. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan
Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays L.).
Jurnal Konversi 5 (2).
Mr S8 = 32 g/mol
Penyelesaian :
gram
Mol Na2SO3 =
Mr
10,0096 gram
= = 0,0794 mol
126 gram/mol
gram
Mol S8 =
Mr
0,5046 gram
= = 0,00197mol
256 gram /mol
= 13,21512 gram
6,0628 gram
= x 100%
13,2151 gram
= 45,88%
LAMPIRAN II
PROSEDUR KERJA
10 g Natrium Sulfit
- Didinginkan
- Disaring
Residu Filtrat
Residu Filtrat
- Dikeringkan
- Didinginkan
- Ditimbang
kemudian dihitung
rendemennya.
45,88 %
b. Pengujian Sifat-Sifat Natrium Tiosulfat
Larutan bnening
Larutan bening