Anda di halaman 1dari 3

Fisiologis

Perkembangan fisiologis berakitan dengan pertumbuhan aspek aspek fisik seseorang. Pertumbuhan
aspek-aspek fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dalam pertumbuhan remaja.
Perubahan-perubahan ini seperti perubahan ukuran tubuh, kematangan ciri kelamin pria/Wanita.
Perkembangan fisik dapat diukur dan dilihat, seperti bertambah berat, tinggi dan perubahan lainnya
(Octavia, 2020: 3). Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan perubahan secara
kuantitatif, kualitatif, dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti konstraksi otot, peredaran
darah dan pernafasan, persyarafan, sekeresi kelenjar dan pencernan (Yudrik, 2011: 40).

Peserta didik kelas XI IPA 4 yang memiliki usia rata-rata 16-17 tahun berada dalam perkembangan
masa usia remaja. Pada periode ini, perkembangan fisik sebagian besar remaja perempuan sudah
hampir mencapai puncak pertumbuhannya. Sementara, remaja laki laki perkembangan fisik masih
terus berlangsung. Berdasarkan hasil observasi, rata-rata tinggi badan perempuan berkisar 153-166
cm, laki-laki 159-177 cm. Tinggi badan perempuan berkisar 40-50 kg dan Laki-laki 40-70kg. Untuk
proporsi tubuh, sebagian besar memiliki proporsi tubuh yang baik, artinya peserta didik cenderung
memiliki kesesuaian tinggi badan dan berat badan yang baik. untuk aspek fisiologis lain seperti
penglihatan, pendengaran dan riwayat penyakit , hanya ada beberapa peserta didik yang mengalami
masalah dengan kesehatannya. Riwayat penyakit yang dialami peserta didik biasanya maagh dan
demam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisiologis menurut Octavia (2020: 4), adalah asupan
makanan, keturunan, jenis kelamin , dan Kesehatan. Beberapa peserta didik memiliki riwayat
penyakit maagh karena memiliki asupan makanan yang kurang baik. Seorang anak yang memiliki pola
makan yang teratur serta mengonsumsi makanan bergizi maka akan tumbuh dengan baik dan sehat
begitupun sebaliknya. Selain itu, factor keturunan juga mempengaruhi perkembangan fisiologis
misalnya anak yang berbadan tinggi diwariskan dari orang tuanya yang juga berbadan tinggi.
Semntara faktor jenis kelamin, laki-laki cenderung memiliki ukuran yang lebih tinggi dan berat badan
yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan hasil observasi peserta didik kelas XI IPA 4, peserta didik laki-
laki memiliki rata-rata tinggi badan yang lebih tinggi dan berat badan lebih besar daripada peserta
didik perempuan.

Motivasi

Menurut Djamarah (2011: 148) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh
hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi belajar yang dimiliki
siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar, 2004:11). Motivasi beajar berhubungan erat dengan
motif yaitu dorongan yang timbul dari dalam atau luar diri seseorang yang akan mempengaruhi
keinginan belajarnya.

Motivasi belajar peserta didik kelas XI IPA diukur menggunkan angket motivasi yang dibagikan pada
peerta didik. Angket motivasi disusun dengan indicator mencakup aspek intrinsic dan ekstrinsik.
Menurut Gunarsah (2008: 50-51) motivasi dibagi menjadi motivasi intrinsic dan ekstrinsik. Motivasi
intrinsic merupakan dorongan atau kehendak yang kuat yang berasal dari dalam diri seseorang.
Sementara motivasi ekstrinsik adalah sesgala sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan sendiri,
ataupun melalui saran, anjuran, atau dorongan dari orang lain.
Berdasarkan angket motivasi belajar yang dibagikan kepada peserta didik kelas XI IPA ,
diperoleh persentase motivasi belajar peserta didik beragam. Sebagian besar berada pada kategori
sedang. Peserta didik kelas XI IPA memiliki antusiasme yang tinggi terhadap pembelajaran. Mereka
yang memiliki motivasi tinggi cenderung tidak lekas putus asa, tidak cepat puas atas hasil yang
didapat, tekun belajar dan memiliki rasa ingin tahu dan minat belajar yang cukup baik. Namun, masih
ada juga beberapa yang memiliki motivasi yang rendah. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh mindset
peserta didik yang menganggap kimia itu susah. Beberapa masih sulit memahami kimia karena
mereka bingung dengan rumus-rumusnya dan konsep tentang materi masih kurang serta metode
belajar yang kurang bervariatif. Selain itu, meskipun sebagian besar peserta didik memiliki motivasi
belajar yang baik karena kesadaran dari dalam diri (motivai intrinsik), sebagian juga memiliki motivasi
ekstrinsik misalnya rajin bekerja karena tugasnya akan dinilai oleh guru.

Kemampuan Awal (Diagnostik awal)

Kemampuan awal peserta didik adalah kemampuan actual yang dimiiki peserta didik sebelum
mengikuti proses belajar mengajar. Analisis kemampuan awal siswa sebagai kegiatan yang dilakukan
guru untuk mencari dan menemukan informasi atau data tentang kemampuan yang dimliki peserta
didik sebelum belajar di kelas (Magdalena, 2020 :90). Untuk mengukur kemampuan awal peserta
didik dilakukan pemberian tes diagnostic. Tes diagnostic dilakukan sebelum pelaksanaan
pembelajaran untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik
serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. Hal ini akan menjadi panduan bagi guru dalam
memberikan bantuan, bimbingan, serta perencanaan pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan
kemampuan peserta didik sesuai dengan levelnya (teaching at the right level).

Hasil tes diagnostic yang diberikan pada peserta didik kelas XI IPA 4 menunjukkan bahwa
kemampuan awal peserta didik masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan hanya sebesar 13,33%
peserta didik yang tuntas pada tes diagnostic yang diberikan. Tes diagnostic yang diberikan berupa
soal pilihan ganda materi asam basa sebanyak 10 nomor. Materi asam basa digunakan sebagai materi
prasyarat sebelum memasuki materi hidrolisis dan larutan penyangga. Data membuktikan sebagian
besar peserta didik tidak tuntas terhadap tes yang diberikan sehingga dapat dikatakan bahwa
kemampuan awal peserta didik masih kurang. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peserta didik
memang masih bingung dengan konsep materi dan rumus-rumusnya. Sebagian peserta didik bahkan
masih bingung menentukan asam lemah, asam kuat, basa lemah, atau basa kuat. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal peserta didik kelas XI IPA 4 SMAN 14 Gowa masih berada
pada kategori rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah., Syaiful, B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rinneka Cipta.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia
Press.

Octavia, S. A. 2020. Motivasi Belajar dalam Perkembangan Remaja. Yogyakarta: Deepublish.

Yudrik, J. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Gunarsah, S. D. 2008. Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai