Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PENETAPAN KADAR HIDROGEN SULFIDA (H2S) DENGAN METODE TITRASI


IODOMETRI
Dosen Pengajar :
REFANI FAZIRA PANJAITAN,S.TP,M.Si

Di Susun Oleh :
Ajuana Putri (P07133220001)
NataryRachmi Nur ulayya(P07133220023)
NisaWahyuni(P07133220025)
Rahmah Ra Az (P07133220030)
Raudhatul Mona (P07133220032)
Sifa Dira Salsabila (P07133220035)
Zulkarnaen(P07133220040)

POLTEKKES KEMENKES ACEH


SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa atas Rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan baik dimana makalah yang
berjudul PENETAPAN KADAR HIDROGEN SULFIDA (H2S) DENGAN METODE
TITRASI IODOMETRI “ini bertujuan untuk melengkapi pelajaran tentang pengetahuan
kami.
Berkat rahmat Allah swt, penulis dapat Menyusun makalah sederhana ini semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Terima kasih penulis ucapkan kepada
Bapak/Ibu dosen atas segala arahannya.
Penulis menyadari bahwa resume ini jauh dari kata sempurna.oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan resume selanjutnya.

Banda Aceh, November 2022


DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. .Latar belakang........................................................................................................................4
B. Tujuan Pratikum......................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
DASAR TEORI...............................................................................................................................5
BAB III............................................................................................................................................6
METODEOLOGI............................................................................................................................6
A. Alat & Bahan........................................................................................................................6
B.ProsedurKerja……………………………………………………………….
……………………………………..………………………..6
BAB IV............................................................................................................................................7
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................................7
A. Hasil......................................................................................................................................7
B. Pembahasan..........................................................................................................................9
BAB V...........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................................11
LAMPIRAN..................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hidrogen sulfida ( H2S) adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah
terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis
ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen ( aktivitas
aneorobik), seperti dirawa, dan saluran pembuangan kotoron. Gas ini juga muncul
pada gas yang timbul dari aktivitas gunung dan gas alam.
H2S merupakan salah satu gas yang sangat berbahaya,yang apabila terhirup
maka akan mengalami gejala: pusing, mual, rasa melayang, gelisah, mengantuk,
batuk-batuk,rasa kering dan nyeri hidung,tenggorokan dan dada. Bahaya utama dari
gas ini adalah kematian akibat menghirup.
Iodometri merupakan tittasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa yang mempunyai potensi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat osidator seperti CuSO4.5H2O. Pada idiometri, sampel
bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodia berlebih dan akan menghasilkan
iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku thiusulfat. Banyak volume
thiosulfat yang digunkan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara
banyaknya sampel.

B. Tujuan Praktikum
Mengukur dan mengetahui tingkat konsentrasi pencemaran gas hydrogen sulfids
(H2S) diudara ambien mengunakan metode titrasi iodometri dengan mengunkaan
larutan standar natrium thiosulfat (Na2SO4.5H2O) yang telah distandadarisasi deangan
kalium (KIO3).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
Sulfida adalah suatu bentuk ion dari sulfur dimana satu ion sulfur tersebut
membutuhkan 2 elektron lagi pada kulit terluarnya untuk mencapai kestabilannya.
Karena membutuhkan 2 ion lagi maka dilambangkan S2-. Contoh senyawa sulfida
yaitu H2S ( Asam Sulfida). Sulfida merupakan salah satu toksikan yang dapat
dihasilkan dari industri penyamakan kulit, pengilangan minyak, industri gula dan
beberapa industri lainnya. H2S merupakan salah satu gas yang sangat berbahaya,
menempati kedudukan kedua setelah Hidrogen sianida (HCN) dan dengan tingkat
racun yang sangat tinggi lima sampai enam kali lebih beracun dari karbon
monoksida. Dapat larut dalam air maupun hidrigen cair.
Efek yang dapat ditimbulkan sulfida antara lain dapat mengangu mata,
mengaratkan longam deret elektrokimia, tidak tampak, memiliki berat jenis yang lebih
besar dari udara. Gas ini dapat melumpuhkan sistem pernafasan dan dapat membunuh
dalam sekejap. Pada konsentrasi rendah H2S memilki bau yang sangat menyengat
seperti telur busuk. Pada konsentrasi yng tinggi bau tidak dapat dicium lagi kerna gas
tersebut secara cepat mematikan indra penciuman dan mematikan sistem saraf kita.
Gajala-gajala yang timbul akibat tergirup gas H2S pada konsentrasi yang lebih rendah
baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama sebagai berikut: pusing, mual, rasa
melayang, gelisah, mengantuk, batuk-batuk,rasa kering dan nyeri hidung,tenggorokan
dan dada. Bahaya utama dari gas ini adalah kematian akibat menghirup. Bila mana
jumlah gas yang terserap kedalam sisitem peredaran darah melampaui kemampuan
oksidasi dalam darah maka akan menimbulkan keracunan terhadap sisitem saraf.
Sesak nafas ini terjadi secara singkat dan diikiuti kelumpuhan (praliysis) pernafasan
pada konsentrasi yang lebih tinggi.
Persamaan reaksi titrasi iodometri:

S 2 + I2  S + 2I-

I2 + I- + amilium  I3- + amilium (komplek) biru

I2 + 2S2O32-  S4O6 + 2I

I3 + amilium  I2+I- + amilium tidak berwarna ( I2 bereaksi dengan tiosulfat)

B. Prinsip
Metode penentapan kadar hydrogen (H2S) yang digunakan adalah secara titrasi
iodometri, dimana pada prinsipnya sulfida didalam larutan asam bila bereaksi dengan
iod berlebih akan dioksidasi menjadi sulfur. Kelebihan iod akan dititrasi kembali
dengan Nadtrium tiosulfat (Na2SO4.5H2O). iodometri merupakan metode oksidimetri
lainnya. Dasar lebih dipilihnya cara ini adalah stokhiometrinya yang sederhana serta
pelaksaannya praktis tanpa masalah.

BAB III
METODOLOGI

A. Bahan yang dingunakan


a) Aquadest
b) Amilum
c) Asam Asetat Glasial
d) Asam Phosfat
e) Aquades Bebas CO2
f) Cadmium Asetat
g) Larutan Iodium
h) Larutan Natrium Thisulfat
i) Sampel Air

B. Peralatan yang dibutuhkan


a) Batang pengaduk
b) Botol semprot
c) Buret
d) Corong glass
e) Gelas kimia
f) Gelas ukur
g) Hot plate
h) Iodin flash (trioplo)
i) Klem statif
j) Karet penghidap
k) Labu ukur
l) Pipe ukur
m) Pipet volume
n) Sendok tanduk
o) Timbangan analitik
p) Timbangan digital

C. Possedur kerja
a) Standarisasi natrium thiosulfat dengan kalium iodat
 Dipipet 25 ml KIO3 0,005 N dimasukkan kedalam Erlemayer.
 Ditambahkan 2 gram KL yang bebeas iodat dan 5 ml H2SO4 2N.
 Larutan dititrasi dengan Natrium Thiosulfat ynag akan ditentukan
normalitasnya.
 Saat warna kuning hampir meghilang, titrasi dihentikan dan ditambahkan
indicator amilum.
 Titrasi dilanjutkan sampai warna birularutan tepat hilang.
 Dihitung normalitas NaS2O3.
 Perhitungan normalitas natrium thiosulfat
N 1 ×V 1
 Normalitas NaS2O3 ¿
vt
N 1+ N 2+ N 3
 N (Normalitas rata-rata) ¿
3

Keterangan:
o N1 : Normalitas larutan baku primer
o N1 : Volume larutan baku primer yang dipepet
o Nt : Volume titrasi larutan baku sekunder ( NaS2O3)
o N2 : Normalitas baku sekunder ( NaS2O3)
o V : Volime baku primer yang dibuat

b) Penetapan kadar hydrogen sulfide


 Diukur volume sempel yang akan dipakai untuk perlakuan analisis
 Tambahkan 5 ml Cadmium Asetat
 Diamkan sampel yang telah ditambahkan Cadmium Asetat selama 1 jam
 Jika terjadi perubahan terhadap sampel lakukan penyaringan, kemudian
filtrat hasil penyaringan digunakan untuk menetapkan kadar sulfida.
 Kedalam filtrate tambahkan 10 ml larutan iodium yang kemudian
diasamkan dengan mengunakan larutan asam fosfat
 Dititrasi dengan menggunakan larutan standar Thiosulfat dengan
menambahkan indicator amilium sebanyak 2ml kedalam bahan perlakuan
 Hitung kadar hydrogen sulfida yang terkandung dalam sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data praktikum

Perhitungan kadar hidrogen sulfida (% H2S) dalam sampel :

Vt × N × BE
% H2S ¿ × 100%
Vs ×1000

Keterangan :
o Vt : volume titrasi larutan baku sekunder (Na2S2O3)
o N : Normalitas rata-rata Na Na2S2O3
o BE : Berat Ekiven H2S
o Vs : Volume sampel yang dipipet

 Perhitungan :

Vt × N × BE
% H2S ¿ × 100%
Vs ×1000

1× 0,1× 34
% H2S ¿ × 100%
20× 1000

37,4
¿
20.000
× 100%

= 0,00187 × 100%

= 0, 187% H2S

B. Pembaahasan
Dalam praktikum penetapan kadar hydrogen sulfida (H2S) dengan metode titrasi
iodometri ini tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna, dikarnakan bahan utama
dalam praktikum ini yaitu cadmium asetat tidak tersedia sehingga praktikum tidak
dilanjutkan.
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
a) Hydrogen sulfide (H2S) adalah senyawa gas kimia yang tidak berwarna,
mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk, serta beracun.
b) H2S merupakan salah satu gas yang sangat berbahaya,yang apabila
terhirup maka akan mengalami gejala: pusing, mual, rasa melayang,
gelisah, mengantuk, batuk-batuk,rasa kering dan nyeri hidung,tenggorokan
dan dada. Bahaya utama dari gas ini adalah kematian akibat menghirup.
c) Kadar hydrogen sulfida yang didapat setelah perhitungaN yaitu 0,187%
H2S.
d) Iodometri merupakan tittasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensi lebih besar dari
sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat osidator seperti
CuSO4.5H2O.
B. Saran
a) Sebelum melakukan praktikum ini mahasiswa mengharapkan untuk
ketersediannya bahan kimia maupun alat labiratorium yang akan
digunakan ketika praktikum, sehingga praktikum dapat berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/42354163/
LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_ANALITIK_IODOMETRI_
https://id.m.wikipedia.org/wiko/Hidrogen_sulfida

Anda mungkin juga menyukai