Jika kita lihat kembali bagaimana para pendahulu ummat Islam menghabiskan waktu mereka di bulan Ramadhan maka akan kita dapati bahwa mereka memenuhi bulan Ramadhan mereka dengan ibadah-ibadah, amal-amal sholih dan kebaikan-kebaikan lainnya. Bulan Ramadhan di mata mereka adalah ajang untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan mengumpulkan pahala. Namun bila kita cermati dan lihat bagaimana ummat islam saat ini di saat bulan Ramadhan, maka kita dapati bahwa mereka menganggap bulan Ramadhan ini hanya seperti bulan makan-makan, hanya segelintir saja yang memanfaatkan bulan ini untuk memperbanyak Ibadah. Bahkan banyak ummat Islam pada saat ini yang menyepelekan puasa Ramadhan itu sendiri. Jauhnya Ummat dari Al-Qur’an dan As-Sunnah Setiap produk atau barang yang kita beli atau dapatkan pasti memiliki pedoman penggunaan, sehingga kita dapat memekai produk tersebut sesuai dengan fungsinya, apabila kita tidak mengikuti pedoman penggunaan tersebut maka niscaya kita tidak bisa mengeluarkan potensi terbaik yang bisa dihasilkan oleh produk tersebut. Begitu pula dengan Islam, Islam memiliki pedoman bagi pemeluk-pemeluknya berupa Kitab yang diturunkan oleh Allah ta’ala bernama Al-Qur’an dan sunnah Rasulnya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam: ُ ﺳﻨﱠﺔَ َر ﺳ ْﻮ ِﻟ ِﮫ َﻀﻠﱡ ْﻮا َﻣﺎ ﺗ َ َﻤ ﱠ َ ِﻛﺘ:ﺴ ْﻜﺘ ُ ْﻢ ِﺑ ِﮭ َﻤﺎ ُ َﺎب ﷲِ و ِ ﺗ ََﺮ ْﻛﺖُ ﻓِ ْﯿ ُﻜ ْﻢ أ َ ْﻣ َﺮﯾ ِْﻦ ﻟَ ْﻦ ﺗ Artinya: “Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik) Dua pedoman ini telah banyak ditinggalkan oleh ummat Islam di zaman ini, kebanyakan dari mereka telah sibuk dengan urusan dunianya, bahkan banyak dari mereka yang berkiblat atau berpedoman dari budaya-budaya barat. Dan hal-hal yang mereka ambil dari budaya barat itu kebanyakan adalah hal-hal yang buruk atau bertentangan dengan nilai-nilai Islam seperti cara berpakaian, individualisme, materialisme, konsumsi minuman keras dan narkoba dan lain-lain. Padahal banyak budaya-budaya barat yang baik seperti menghormati antrian dan menghargai waktu yang malah banyak di sepelekan oleh ummat Islam di zaman ini. Saat ini kitab suci yang merupakan pedoman kehidupan bagi umat muslim itu hanya sebagai ajang perlombaan, hanya sedikit orang yang mampu mengamalkan isi kandungan dari kitab suci tersebut. Sehingga walaupun jumlah ummat Islam saat ini banyak bahkan seperempat penduduk bumi ini adalah ummat islam teteapi dikarenakan dua pedoman utama ummat Islam sudah banyak di tinggalkan oleh pemeluknya dan juga masuknya budaya-budaya barat yang buruk ke tubuh ummat Islam menjadikan ummat Islam mengalami kemunduran dalam banyak aspek. Padahal Allah ta’ala telah memperingatkan tentang hal ini dalam firmannya: ﺸ ُﺮهُ ﯾَ ْﻮ َم ْاﻟ ِﻘﯿَﺎ َﻣ ِﺔ أَ ْﻋ َﻤ ٰﻰ َ ًﺸﺔ ُ ْﺿ ْﻨ ًﻜﺎ َوﻧَﺤ َ ﻋ ْﻦ ِذ ْﻛ ِﺮي ﻓَﺈِ ﱠن ﻟَﮫُ َﻣ ِﻌﯿ َ َو َﻣ ْﻦ أَﻋ َْﺮ َ ض Artinya: “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkannya di hari kiamat dalam keadaan buta.” (Surat Thâha: 124) Cinta Dunia Ummat Islam saat ini sangat berorientasi pada harta dan kekayaan duniawi, hal ini dapat kita lihat di berbagai tempat. Dalam ranah pemerintahan misalnya kita dapati banyak pejabat- pejabat Indonesia yang melakukan korupsi mengambil harta Ummat demi memperkaya diri sendiri, padahal Indonesia adalah negara dengan mayoritas ummat Islam terbesar di dunia. Hal ini juga terjadi di ranah ekonomi menengah kebawah seperti yang kita dengar belum lama ini bahwa ada sebuah truk yang memuat ikan terguling, warga di sekitar pun menjarah ikan-ikan tersebut bukannya membantu. Hal-hal diatas terjadi karena kebanyakan ummat Islam saat ini lebih cinta dunia dan takut mati. Mereka sibuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan dan tidak sempat memikirkan agama mereka. Padahal menurut agama Islam sendiri tidaklah manusia hidup di dunia ini kecuali sebentar, sebagaimana sabda Rasullullah shallallhu ‘alaihi wasallam: ﺷ َﺠ َﺮةٍ ﺛ ُ ﱠﻢ َرا َح َوﺗ ََﺮ َﻛ َﮭﺎ ٍ َﻣﺎ ِﻟ ْﻲ َو ِﻟﻠﺪﱡ ْﻧﯿَﺎ ؟ َﻣﺎ أَﻧَﺎ َواﻟﺪﱡ ْﻧﯿَﺎ؟ إِﻧﱠ َﻤﺎ َﻣﺜ َ ِﻠ ْﻲ َو َﻣﺜ َ ُﻞ اﻟﺪﱡ ْﻧﯿَﺎ َﻛ َﻤﺜ َ ِﻞ َرا ِﻛ َ ﺐ َ َظ ﱠﻞ ﺗَﺤْ ﺖ Artinya: “Apalah artinya dunia ini bagiku?! Apa urusanku dengan dunia?! Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya” (HR. Ahmad) Kesimpulan Jauhnya ummat Islam dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta cinta yang berlebihan terhadap dunia telah mengubah makna bulan suci Ramadhan. Bulan suci yang dulu dipandang sebagai momen perubahan dan perlombaan menuju kebaikan, kini sering diidentikkan dengan makan-makan berlebihan. Ummat Islam saat ini terlalaikan dari agama mereka dikarenakan kesibukan dunia dan pencarian materi belaka, padahal para pendahulu mereka menghidupkan Ramadhan mereka dengan memperbanyak amalan-amalan sunnah yang telah banyak disepelekan oleh ummat Islam zaman sekarang. Dengan demikian, perubahan makna Ramadhan yang telah terjadi menuntut instropeksi mendalam bagi umat Islam. Penting untuk kembali mengingat dan merenungi nilai-nilai yang sebenarnya terkandung dalam bulan suci ini, serta mengembalikan fokus pada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman utama dalam kehidupan. Memanfaatkan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya bukanlah sekadar tradisi, tetapi sebuah komitmen untuk menjalankan ajaran agama secara utuh, baik dalam ibadah maupun perilaku sehari-hari. Dengan demikian, umat Islam dapat kembali meraih keberkahan dan kemuliaan yang sesungguhnya dari bulan suci Ramadhan.