NASKAH KHUTBAH Idul Fitri 2024 M Pesan Persaudaraan Di Hari Fitri
NASKAH KHUTBAH Idul Fitri 2024 M Pesan Persaudaraan Di Hari Fitri
َو ِاَذ ا َس َاَلَك ِعَباِد ْي َع ِّنْي َفِاِّنْي َقِرْيٌب ۗ ُاِج ْيُب َد ْع َو َة الَّد اِع ِاَذ ا َدَع اِۙن َفْلَيْسَتِج ْيُبْو ا ِلْي
َو ْلُيْؤ ِم ُنْو ا ِبْي َلَع َّلُهْم َيْر ُش ُد ْو َن
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku dekat.Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa
kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka
memperoleh kebenaran”.(QS. Al-Baqarah:186)
Oleh sebab itu, beruntunglah kita di pagi hari ini, datang berduyun-duyun dari tempat
tinggal kita, menuju mesjid tempat yang suci ini untuk menjalankan shalat Idul fitri secara
berjamaah. Kita bermunajat untuk mengetuk bilik-bilik rahmat-Nya Allah Swt. Pada hari Sabtu
Penyusun: Seksi Bimas Islam Kemenag Sumbawa 1
tanggal 1 Syawal 1445 Hijriyah ini, kita rayakan lebaran bersama-sama penuh suka cita dengan
mengumandangkan takbir: “Allohu Akbar x3 wa lillahil hamd”.
Marilah Kita tanamkan bulat-bulat di dalam hati kita, bahwa ke depannya hidup kita akan
menjadi lebih baik. Amal ibadah kita akan semakin meningkat sebagai manifestasi rasa syukur kita
kepada Alloh Swt.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd..
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah…
Idul Fitri tidak terlepas dari rangkaian amaliyah selama bulan Ramadhan.Berpuasa adalah
salah satu ibadah yang diwajibkan Allah swt. Berpuasa tidak hanya berarti menahan diri dari lapar,
haus, dan berhubungan seksual bagi suami-istri di siang hari. Tapi lebih jauh dari itu adalah
menahan diri dari segala bentuk pikiran, perasaan, dan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Inilah
jihad akbar dan jihad paling utama. Coba kita renungan pelan-pelan hadis berikut:
“Mukmin yang paling utama keislamannya adalah umat Islam selamat dari keburukan lisan
dan tangannya.Mukmin paling utama keimanannya adalah yang paling baik perilakunya.Muhajirin
paling utama adalah orang yang meninggalkan larangan Allah.Jihad paling utama adalah jihad
melawan nafsu sendiri karena Allah.” (HR. Ahmad,Tirmidzi dan Abi Dawud).
Allah Swt. mensyariatkan puasa untuk hamba-Nya, karena melalui jalan suci puasa inilah,
kedamaian, keamanan dan ketentaraman dapat diciptakan.Jika seluruh manusia taat menjalankan
puasa sesuai ajaran agamanya, niscaya kedamaian melalui segala nafas ketakwaan orang yang
berpuasa, mampu diciptakan. Puasa selain aspek hubungan spiritual antara hamba dengan
Tuhannya (vertikal), ada manfaat dan pesan kemanusiaan (horizontal) yang juga terkandung di
dalamnya. Sehingga manfaat puasa mestinya tidak hanya dirasakan oleh orang berpuasa, tapi
juga oleh orang lain.
Dalam bulan Ramadhan selain puasa, shalat taraweh, tadarusan, berzikir, itikaf, dan
berdo’a, namun lebih dari itu umat Islam juga dianjurkan untuk beramal sosial dalam bentuk
memberi makan orang puasa (ifthor), mengeluarkan zakat mal dan zakat fitrah, bersedekah
kepada orang yang membutuhkan, membayar THR dan melakukan aktivitas yang bermanfaat
untuk orang lain. Dengan ungkapan lain bahwa Ramadhan di samping membawa kemanfaatan
untuk diri sendiri, akan tetapi juga mengandung kemaslahatan untuk orang banyak. Imam Ath
Thobari ra menerangkan, “Barangsiapa yang menolong seorang mukmin dalam beramal kebaikan,
maka orang yang menolong tersebut akan mendapatkan pahala semisal pelaku kebaikan tadi.”
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.
Dalam konteks Indonesia saat ini pasca Pemilu, yang paling terpenting adalah puasa
sosial. Puasa sosial berarti latihan menahan diri dari perasaan, berpikir, perilaku dan tindakan
negatif kepada orang lain, benci yang berlebihan kepada orang atau kelompok yang berbeda
pilihan politik atau kepercayaan, menahan diri untuk mem- posting status di media sosial yang bisa
menyakiti orang lain, dan menahan diri untuk menyebar hoax dan ujar kebencian. Selama sebulan
lamanya, kebiasaan-kebiasaan negatif itu mampu dihindari.Maka di sebelas bulan lainnya,
kebiasaan ini seyogiyanya harus hilang. Mari kita renungan hadis ini;
. َو ُك وُنوا ِعَباَد اِهللا إْخ َو انًا، َو َال تَح اَس ُد وا، َو َال تَـَباَغ ُضوا، َو َال َتَد ابَـُروا،ال تَـَقاَطُعوا
َو َال يَح ُّل لُم ْس ِلٍم َأْن يَـْهُج َر َأَخ اُه فَـْو َق َثَال ٍث
“Janganlah kalian saling memutuskan hubungan, juga jangan saling memalingkan muka,
saling membenci, saling hasud, tetapi jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Dan tidaklah
halal bagi seorang muslim untuk mengabaikan dan tidak tidak menyapa saudaranya lebih dari tiga
hari.” (HR. Muttafaq 'alaih).
Idul Fitri tahun ini mestinya menjadi yang istimewa bagi umat Islam di Indonesia. Sebab ia
datang bertepatan dengan momentum pasca Pemilu yang telah membuat masyarakat Indonesia
terpolarisasi, terbelah menjadi dua bagian atau kubu saling berhadapan. Idul Fitri penuh berkah ini
sepertinya sengaja datang tidak lama setelah Pemilu agar menjadi media atau fasilitator untuk
mendamaikan kelompok yang sempat saling membenci, menghina hingga berkonflik karena
perbedaan pilihan politik. Momentum Idul Fitri ini sudah seharusnya tidak ada lagi sebutan
cebong, kampret, sontoloyo, gendorow, dan setan gundul.
Saling mengormati, menghargai, mengasihi, berkirim pesan atau langsung meminta maaf
bisa menjadi pilihan untuk mencairkan suasana. Biarkan momentum Ramadhan yang telah kita
lewati membakar seluruh perbedaan, adanya dugaan kecurangan dan konflik yang pernah terjadi
sepanjang proses Pemilu yang telah berlalu. Mari kembali menjadi bangsa yang satu padu, yakni
bangsa Indonesia.Para elit politik sudah saatnya kembali bergandengan tangan (rekonsiliasi),
menunjukkan kesejukan karena kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya dari pada
kepentingan pribadi, suku, daerah, partai, atau golongan.
َو ْلَيْع ُفْو ا َو ْلَيْص َفُحْو ۗا َااَل ُتِح ُّبْو َن َاْن َّيْغ ِفَر ُهّٰللا َلُك ْم ۗ َو ُهّٰللا َغ ُفْو ٌر َّر ِح ْيٌم
“..dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa
Allah mengampunimu..? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam sebuat hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra., Rasulullah Saw.
bersabda:“Baginda Nabi Muhammad pernah ditanya. Wahai Rasulullah..! Sesungguhnya ada
seorang perempuan yang rajin qiyamullail di amalm harinya, rajin puasa di siang harinya, rajin
mengerjakan kebaikan dan bersedekah, akan tetapi dirinya menyakiti tetangganya dengan tutur
katanya. Rasulullah menjawab: Tidak ada kebaikan padanya dan dia termasuk penghuni neraka”.
Penyusun: Seksi Bimas Islam Kemenag Sumbawa 3
Kita semua tahu Allah itu al-Tawwab (Maha Penerima Taubat).Kasih sayang-Nya
mengalahkan murka-Nya.Rahmat-Nya jauh lebih luas dari azab-Nya. Selama seorang hamba
memohon ampun kepadaNya, Allah akan mengampuninya. Namun, manusia tidak seluas itu kasih
sayangnya. Manusia tidak sedalam itu kewajarannya. Bisa dibilang manusia adalah mahluk yang
paling susah meminta maaf dan memaafkan.
Karena itu, Rasulullah mengajari umatnya untuk menahan diri.Jangan mudah mengumbar
kata; jangan gampang menyebar berita; jangan sering menghardik sesamanya. Karena Rasulullah
tahu, ruang maaf manusia terbatas, tidak seluas dan sedalam Tuhannya. Mendapatkan maaf
manusia jauh lebih berat dan susah. Belum lagi jika kita tidak merasa bersalah, tapi orang lain
memendam kesal kepada kita. Mengetahui diri kita salah saja, kita masih enggan meminta maaf,
apalagi tak merasa bersalah sama sekali.Rasulullah Saw. juga bersabda;
َو َاْد َخ َلَنا َو ِاَّياُك ْم ِفى ُز ْمَر ِة ِعَباِدِه، َجَع َلَنا ُهللا َو ِاَّياُك ْم ِم َن ْالَع اِئِد ْيَن َو ْالَفاِئِزْيَن َو ْالَم ْقُبْو ِلْيَن
َو ِلَو اِلَد ْيَنا َو ِلَس اِئِر ْالُم ْس ِلِم ْيَن، َاُقْو ُل َقْو ِلى َهَذ ا َو اْسَتْغ ِفُر هللا ِلى َو َلُك ْم، الَّصاِلِح ْيَن
َفاْسَتْغ ِفرُه ِاَّنُه ُهَو ْالَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم،َو ْالُم ْس ِلَم اِت
KHUTBAH II
×) ُهللا َاْك َبُر كبيًرا َو ْالَح ْم ُد ِهلل َك ِثْيًرا َو ُسْبَح اَن هللا ُبْك َر ًة َو٤( ×) ُهللا َاْك َبُر٣( ُهللا َاْك َبُر
َأْص ْيًال َال ِاَلَه ِاَّال ُهللا َو ُهللا َاْك َبْر ُهللا َاْك َبْر َو ِهلل ْالَحْم ُد