Anda di halaman 1dari 5

‫ َو َنُعوُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُروِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن‬،‫إَّن الـَحْم َد ِهّلِل َنـْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه‬j

‫ َو َأْش َهُد َأن‬،‫ َو َم ْن ُيْض ِلْل َفاَل َهاِدَي َلُه‬،‫ َم ْن َيْهِدِه ُهللا َفاَل ُمِض َّل َلُه‬،‫َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬
‫َّال ِإَلَه ِإَّال هللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه َو َأْش َهُد َأَّن ُم ـَحَّم دًا َع ْبُد ُه َو َر ُسوُله‬
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َح َّق ُتَقاِتِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإاَّل َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم وَن‬
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ُقوُلوا َقْو اًل َسِد يًد ا‬
‫ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو َم ْن ُيِط ِع َهَّللا َو َر ُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا‬
‫َع ِظ يًم ا‬
‫ َو َأْح َس َن اْلَهْد ِي َهْد ُي ُم َحَّمٍد َص َّلى ُهَّللا‬، ‫ فِإَّن َأَص َدَق اْلَحِد يِث ِكَتاُب ِهَّللا‬، ‫َأَّم ا َبْع ُد‬
، ‫ َو ُك َّل ِبْد َع ٍة َض الَلٌة‬، ‫ َو ُك َّل ُم ْح َد َثٍة ِبْد َع ٌة‬، ‫ َو َش َّر اُألُم وِر ُم ْح َد َثاُتَها‬، ‫َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫َو ُك َّل َض الَلٍة ِفي الَّناِر‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam yang terus mengalirkan nikmat yang tak bisa
dihitung satu persatu kepada kita, di antaranya adalah nikmat iman dan takwa sehingga kita
masih bisa menikmati manisnya Islam yang akan membawa kita selamat dunia akhirat.
Tiada kata lain yang patut diucapkan kecuali kalimat Alhamdulillahirabbil Alamin. Dengan
terus bersyukur, insyaAllah karunia nikmat yang diberikan akan terus ditambah oleh Allah
swt.

‫َو ِاْذ َتَاَّذ َن َر ُّبُك ْم َلِٕىْن َشَك ْر ُتْم َاَلِزْيَد َّنُك ْم َو َلِٕىْن َك َفْر ُتْم ِاَّن َع َذ اِبْي َلَش ِد ْيٌد‬
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras”.(QS. Surat Ibrahim: 7)

Syukur yang kita ungkapkan ini juga harus senantiasa direalisasikan dalam wujud nyata
melalui penguatan ketakwaan kepada Allah swt yakni dengan menjalankan perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya. Dengan syukur dan takwa ini, maka kita akan senantiasa
menjadi pribadi yang senantiasa diberi perlindungan dan petunjuk dalam mengarungi
samudera kehidupan di dunia dan bisa terus menjalankan misi utama hidup di dunia yakni
beribadah kepada Allah swt. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن‬
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam putaran waktu dan keseharian umat Islam, bulan Ramadhan menjadi momentum
intensifnya kegiatan ibadah yang dilakukan baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya.
Frekuensi ibadah seperti puasa, shalat, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan ibadah-
ibadah lainnya menjadi warna dominan di bulan mulia tersebut. Semangat ini seiring
dengan kemuliaan Ramadhan yang di dalamnya banyak memiliki keutamaan dan
keberkahan. Ramadhan menjadi bulan ‘penggemblengan’ jasmani dan rohani umat Islam
untuk menjadikannya pribadi yang senantiasa dekat dengan sang khalik, Allah swt.

Namun pertanyaannya, bagaimana pasca-Ramadhan? Apakah kita mampu


mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah kita? Apakah pasca-Ramadhan, kita
kembali seperti sedia kala dengan semangat ibadah seadanya? Apakah takwa, sebagai buah
dari perintah puasa Ramadhan, sudah kita rasakan dalam diri kita? Tentu pertanyaan ini
hanya bisa dijawab oleh diri kita sendiri sebagai bahan muhasabah atau introspeksi diri agar
spirit ibadah kita tidak mengendur pasca-Ramadhan.

Sehingga pada kesempatan khutbah ini, khatib ingin mengajak kita semua untuk melihat
kembali lintasan perjalanan ibadah kita selama Ramadhan untuk menjadi spirit dan
motivasi agar pasca Ramadhan, ibadah kita bisa ditingkatkan, atau minimal sama dengan
ramadhan. Melihat masa lalu itu penting sebagai modal untuk menghadapi masa depan
sebagaimana Firman Allah:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اَّتُقوا َهّٰللا َو ْلَتْنُظْر َنْفٌس َّم ا َقَّد َم ْت ِلَغ ٍۚد َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌرۢ ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).
Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Ḥasyr :18)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Semangat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah sebenarnya sudah tergambar
dari makna kata Syawal yang merupakan bulan setelah Ramadhan sekaligus waktu
perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Dari segi bahasa, kata “Syawal” ( ‫ )َش َّواُل‬berasal dari kata “Syala” ( ‫ )َش اَل‬yang memiliki arti
“irtafaá” ( ‫ )ِاْر َتَفَع‬yakni meningkatkan. Makna ini seharusnya menjadi inspirasi kita untuk
tetap mempertahankan grafik kualitas dan kuantitas ibadah pasca-Ramadhan. Dalam
mempertahankannya, perlu upaya serius di antaranya adalah dengan melakukan 3 M yakni
Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah.

Muhasabah adalah melakukan introspeksi diri terhadap proses perjalanan ibadah di bulan
Ramadhan. Muhasabah ini bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri kita
sendiri tentang: Apa yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan? Apakah kita sudah
memiliki niat yang benar dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan? Apa yang
menjadikan kita semangat beribadah di bulan Ramadhan? Pernahkan kita melanggar
kewajiban-kewajiban di bulan Ramadhan?. Dan tentunya pertanyaan-pertanyaan
introspektif lainnya untuk mengevaluasi ibadah kita selama ini.

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini akan memotivasi kita untuk semangat dan
memperbaiki diri sehingga akan berdampak kepada kualitas dan kuantitas ibadah pasca-
Ramadhan. Terkait pentingnya Muhasabah ini Rasulullah bersabda:

Artinya: “Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya
sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang
lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah
SWT.' (HR Tirmidzi).

Selanjutnya adalah mujahadah yakni bersungguh-sungguh dalam berjuang untuk


mempertahankan tren positif ibadah bulan Ramadhan. Di bulan Syawal ini, kita harus
tancapkan tekad untuk terus melestarikan kebiasaan-kebiasaan positif selama Ramadhan.
Perjuangan ini tentu akan banyak menghadapi tantangan, baik dari lingkungan sekitar kita
maupun dari diri kita sendiri. Oleh karenanya, kita harus memiliki tekad kuat dan benar
agar hambatan dan tantangan yang bisa mengendurkan semangat ibadah kita ini bisa kita
kalahkan.

Allah telah memberikan motivasi pada orang yang bersungguh-sungguh dalam berjuang
sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 69:

‫َو اَّلِذ ْيَن َج اَهُد ْو ا ِفْيَنا َلَنْهِدَيَّنُهْم ُس ُبَلَنۗا َو ِاَّن َهّٰللا َلَم َع اْلُم ْح ِس ِنْيَن‬
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridaan)
Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta
orang orang yang berbuat baik.”
Cara selanjutnya adalah muraqabah yakni mendekatkan diri kepada Allah. Dengan
muraqabah ini, akan muncul kesadaran diri selalu diawasi oleh Allah swt sekaligus
memunculkan kewaspadaan untuk tidak melanggar perintah Allah sekaligus bersemangat
untuk menjalankan segala perintah-Nya. Sikap-sikap ini merupakan nilai-nilai yang ada
dalam diri orang-orang yang bertakwa. Mereka adalah orang yakin dan percaya kepada
yang ghaib dan tak tampak oleh mata. Rasulullah saw bersabda:

‫َأْن َتْعبــُـَد َهَّللا َك َأَّنــَك َتَر اُه َفِإْن َلْم َتُك ْن َتَر اُه َفِإَّنُه َيَر اَك‬
Artinya: “Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sebab
meski engkau tidak melihat-Nya, Dia melihatmu...” (HR Bukhari).

Nilai-nilai ketakwaan dengan senantiasa melakukan muraqabah ini seharusnya memang


sudah tertancap dalam hati kita karena muara dari ibadah puasa di bulan Ramadhan sendiri
adalah ketakwaan. Hal ini sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 183:

‫۝‬١٨٣ ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقْو َۙن‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah Jumat kali ini, semoga kita bisa senantiasa mempertahankan dan
meningkatkan kualitas serta kuantitas ibadah kita pasca-Ramadhan dengan Muhasabah,
Mujahadah, dan Muraqabah. Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah swt dalam
mengemban misi ibadah ini. Amin.

‫ ِإَّنُه ُهَو‬،‫ َفاْس َتْغ ِفُر ْو ُه‬، ‫َأُقْو ُل َقْو ِلْي ٰهَذ ا َو َأْس َتْغ ِفُر َهللا ِلْي َو َلُك ْم‬
‫اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬
Khotbah 2
‫َو َنُع ْو ُذ ِباِهلل ِم ْن ُش ُر ْو ِر َأْنُفِس َنا‬ ‫اْلَحْم َد ِ ِهلل َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه‬
‫َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َهاِدَي َلُه‬ ‫َو َس ّيَئاِت َأْع َم اِلَنا َم ْن َيْهِدِه ُهللا َفَال ُمِض ّل َلُه‬
‫َأْش َهُد َأْن َال ِإلَه ِإّال ُهللا َو َأْش َهُد َأّن ُمَحّم ًد ا َع ْبُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه‬
‫ِإَّن َهللا َو َم َالِئَكَتُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى الَّنِبِّي ‪.‬‬
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع َلى‬ ‫َيآَأُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُم ْو ا َتْس ِلْيًم ا ‪.‬‬
‫َس ِّيــِد َناُم َحَّمٍد‬
‫َو َتاِبِع الَّتاِبِع ْيَن َلُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َيْو ِم الِّدْيَن‬ ‫َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو الَّتاِبِع ْيَن‬
‫َو اْر َحْم َنا َم َع ُهْم ِبَر ْح َم ِتَك َيا َأْر َح َم الَّراِح ِم ْيَن‬

‫َالَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت َو اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َاَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم َو‬
‫اَأْلْم َو اِت ِاَّنَك َسِم ْيٌع َقِرْيٌب ُم ِج ْيُب الَّدْع َو اِت َو َقاِض َي اْلَح اَج اِت‪َ .‬الَّلُهَّم‬
‫َو َهْبَلَنا ِم ْن َلُد ْنَك َر ْح َم ًة ِاَّنَك َاْنَت اْلَو َّهاُب ‪.‬‬ ‫َر َّبَنا اَل ُتِزْغ ُقُلْو َبَنا َبْع َد ِاْذ َهَد ْيَتَنا‬
‫َر َّبَنا َهْبَلَنا ِم ْن َاْز َو اِج َنا َو ُذ ِّرَّيِتَنا ُقَّر َة َاْع ُين َو‬ ‫َر َّبَنا ِاَّنَك َر ُؤ ْو ٌف َّر ِح ْيٌم ‪.‬‬
‫َر َّبَنا َاِتَنا ِفى الُّد ْنَيا َحَس َنًة َو ِفى اآْل ِخ َرِة َحَس َنًة َو ِقَنا‬ ‫اْج َع ْلَنا ِلْلُم َّتِقْيَن ِاَم اًم ا‪.‬‬
‫َع َذ اَب الَّناِر‪.‬‬

‫ِعَباَد ِهللا ! ِاَّن َهللا َيْأُم ُر َناِبْالَع ْد ِل َو ْاِال ْح َس اِن َو ِإْيتآِءِذ ى ْالُقْر بَى َو َيْنَهى َع ِن‬
‫ْالَفْح شآِء َو ْالُم ْنَك ِرَو ْالَبْغ ي َيِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُر ْو َن َو اْذ ُك ُرواَهللا ْالَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك م ْ ‬
‫َو اْشُك ُر ْو ُه َع لَى ِنَعِمِه َيِزْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َاْك َبْر‬

Anda mungkin juga menyukai