Anda di halaman 1dari 14

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER TAHUN AJARAN 2022/2023

SEMESTER GENAP

Nama Dosen : Rahandy Rizki Prananda,S.H.,M.H.


Mata Kuliah : Hukum Perjanjian
Kelas : D
Jadwal Ujian : Selasa, 4 April 2023
Sifat Ujian : Take Home Exam
Deadline : Minggu , 9 April 2023 (19.00 WIB)

Perhatian :
- Mahasiswa dapat mengisi jawaban dalam fiel ms word, tetapi para mahasiswa
dilarang mengcopy paste mentah-mentah sumber bacaan dari internet. Karena
Dosen akan melakukan screening via aplikasi turnitin.
- Jawaban pada lembar ujian diupload pada assignment yang telah dibuat oleh Dosen
pada platform MS Teams.
- Para mahasiswa dilarang saling bekerjasama menyalin hasil pekerjaan rekannya
- Perhatikan Deadline pengumpulan File jawaban Ujian.
- Jika Para mahasiswa mengalami kendala pada saat submission, silahkan Komting
Kelas menghubungi Dosen Pengampu.
- Bacalah Doa sebelum anda mengerjakan.

SOAL
1. Geneva dan Calvin adalah mahasiswa di fakultas Hukum Undip. Keduanya merupakan
teman satu angkatan dan satu kelas Mata Kuliah Hukum Perjanjian . Pada hari Jum’at 31
Maret 2023, Calvin berjanji kepada Geneva untuk mengajak Nonton Film dan Dinner
pada hari Sabtu, 1 April 2023. Rencananya Calvin akan menjemput Gneva di kosnya.
Geneva sepakat dengan Tawaran Calvin. Tetapi tiga jam sebelum encana dilaksanakan,
Calvin oleh temannya yang bernama Ritter untuk menonton sepkabola di Stadion Jatidiri
dan melupakan janjinay kepada Geneva.

Geneva baru mendapatkan kabar dari Calvin lima menit sebelum waktu yang
diperjanjikan. Geneva merasa kesal dengan Calvin karena ia telanjur mmebeli tiket dan
melakukan reeservasi pada salah satu Café di salah satu Shoping Mall . Ia berniat
menuntut ganti rugi kepada Calvin.

Pertanyaan :
a). Bagaimana pandangan anda terhadap perjanjian yang dilakukaan oleh Geneva dan
Calvin dapat digolongkan kedalam perjanjian yang mengandung unsur perikatan?
Berikan penjelasan.
b). Menurut pendapat anda, dapatkah Geneva menuntut kerugian kepada Calvin atas
dasar wanprestasi ? Berikan penjelasan anda.
c). Apakah Alasan Calvin membatalakn perjanjian dengan Geneva dikarenkaan tawaran
menonton bola yang diajukan oleh Ritter dapat dikualifikasikan sebgaai Force Majeur?
Berikan pendapat anda.

2. Mr. Raffly berniat membeli beberapa kamera vogging melalui platform Shopee . Ia memilih
Kamera Go Pro Hero 10 Black Edition seharga Rp.10.000.000,00 ( sepuluh juta rupiah). Metode
pembayaran dan penyerahan barang dilakukan melalui Cash on Delivery dengan pihak penjual .
Seminggu pasca transaki terjadi, barang yang diperjual belikan mengalami kerusakan pada lensa
kamera , lalu Mr. Raffly mengontak penjual untuk menagih garansi perbaikan barang. Namun
tidak direspons oleh penjual dan si penjual memnlokir kontak.

Lalu Mr. Raffly melaporkan penjual kepada Pihak Shopee. Dengan inisitaif pribadi, Mr.
Giaovandros pergi ke service center dan diketahui bahwa lensa kamera telah mengalami
keretakan bawaan pada bagian dalam. Memperhatikan kondisi ini, Mr. Giovandros mendatangi
Kantor Law Firm Akbar, Januarsyah , Pratama & Partner.

Pertanyaan :

a). Bagaimana validitas perjanjian yang dilakukan oleh Mr. Raffly dalam platform Shopee dan
Kapankah terjadinya kesepaktan dalam transaksi ini? Berikan penjelasan anda disertai dasar
hukumnya.

b). Dikarenakan dalam pengisian dan pembuatan akun ID Shopee Mr, Raffly menggunakan
nama panggung game online dalam pengisian identitas pada platform shopee, apakah hal ini
juga dapat membatalkan perjanjian jual beli yang dibuat dengan platform Shopee?
c). Menurut pendapat and a peristiwa yang dialami oleh Mr. Raffly tergolong kedalam Penipuan
atau Kekhilafan? Berikan penjelasan dan dasar Hukumnya.

3. Setelah lulus dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Mr. Ardan diterima kerja pada
salah satu Perusahaan Milik Negara yaitu PT. Bank Mandiri Tbk. Ia dinyatakan sebagai Calon
Karyawan terpilih setelah melalui sejumlah seleksi ketat tingkat nasional selama empat bulan
beruntun. Kemudian ia dipanggil ke Kantor Pusat Bank Mandiri, Jakarta Pusat guna
menandatangani Kontrak Kerja. Namun setelah Mr. Ardan membaca isi klausula-klausula
kontrak kerjannya, Ia sangat terkejut dikarenakan menemukan sejumlah ketentuan-ketentuan
sepihak antara lain :

● Karyawan yang telah menandatanagani Kontrak kerja bersedia ditempatkan dimanapun


oleh Pihak Perusahaan, tanpa adanya persetujua secara langsung dengan Individu yang
bersangkutan.
● Calon karyawan yang telah mendatanagani kontrak kerja dilarang menikah terelebih
dahulu selama 1 tahun pasca dilantik secara resmi oleh Perusahaan.
● Calon karyawan yang telah menandatangani Kontrak dilarang mengundurkan diri kurang
dari lima tahun pasca bergabung dengan Perusahaan, apabila Calon Karyawan
mengundurkan diri kurang dari waktu yang ditentukan, maka pihak yang bersangkutan
akan dikenakan denda sebesar Rp.150.000.000,00 ( Seratus lima puluh juta rupiah).
● Calon Karyawan diharapkan menyerahakan Ijazah asli kepada perusahaan dan Ijazah
calon karyawan akan ditahan oleh pihak perusahan selama masa periode lima tahun.

Pertanyaan :

a. Apabila Mr. Ardan dan perusahaan saling bersepakat untuk memakai ijazah karyawan
tersebut sebagai jaminan dalam lima tahun masa kerja di mana ijazah tersebut akan
dikembalikan setelah masa lima tahun berakhir , Apakah perjanjian ini bersifat melanggar
hukum khususnya sahnya perjanjian.
b. Pada akhirnya Mr. Ardan menandatangani perjanjian kerja tersebut dengan menimbang
sejumlah hal dan Pihak Perusahaan menyatakan Take it or leave it, kshusunya mengenai
penahanan ijzah, minimum masa kerja dan penerapan denda.
Apakah kondisi ini dapat dikatakan sebagai bentuk penyalahgunaan keadaan yang
bersifat memaksa secara sepihak kepada pihak lain ? Berikan penjelasan anda.
c. Apabila ternyata suatu saat pihak Human Resources Development Perusahaan
menghilangkan Ijazah milik Mr. Ardan, Apakah dalam hal ini Perusahaan melakukan
Wanprestasi atau Perbuatan Melawan Hukum?

4. Pada akhir tahun 2022, Tuan Slamet mengadakan perjanjian pinjam meminjam uang dengan
Berkah Mas Lending suatu Perusahaan Pinjaman Online ( Peer to peer lending) yang sangat
terkenal di masyarakat. Jumlah pinjaman sejumlah Rp.25.000.000,00 ( dua puluh lima juta
rupiah ) dan akan digunakan untuk pembiayaan sekolah beserta tambahan pemenuhan kehidupan
harian. Namun status badan Hukum Berkah Mas Lending belum terdaftar dan belum memiliki
lisensi yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan Indonesia.

Pertanyaan :

a. Memperhatikan pada status Berkah Mas lending yang belum terdaftar dan belum berizin,
Apakah perjanjian pinjam meminjam online ini dapat dikualifikasika sebagai bentuk
perjanjian yang sah secara hukum dan Bagaimanakah konsekuensi hukumnya?
b. Bilamana Tuan Slamet tidak ingin meneruskan pembayaran hutangnya kepada Berkah
Mas Lending dikarenakan keraguan atas legalitas perusahaan tersebut , apakah hal
tersebut diperbolehkan secara hukum dan dapatkah ia digolongkan sebagai debitur yang
tidak beritikad baik ? Jelaskan.

5. Pada tahun 2021, Akibat pandemic covid 19 menyerang IndonesiaPT. Bali Pesona Tour
perusahaan yang bergerak pada bidang perhotelan dan pariwisata mengalami kesulitan
keuangan akibat situasi lockdown yang diterapkan Pemerintah Indonesia. Segala lini bisnisnya
mengalami penurunan omzet drastic dan kemacetan pembayaran hutang kepada sejumlah
kreditur termasuk transfer gaji karyawan. Kemudian pada Januari 2022, sejumlah kreditor dan
serikat pekerja mengajukan gugatan pailit ke Pengadilan Niaga Denpasar. Memperhatikan pada
kondisi tersebut, Tuan Tjokorda Gde Tjantre selaku CEO PT. Bali Pesona Tour berdasarkan
keputusan Dewan Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham mengeluarkan kebijakan tidak
popular yaitu Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK) 75 % karyawannya dalam rangka efiesiensi
akibat pandemic covid 19. Dalam kasus ini, sebagian besar karyawan dipaksa untuk
menandatangani perjanjian pengunduran diri dan diberi pesangon.

Pertanyaan :

a). Menurut pendapat anda, apakah tindakan yang dilakukan oleh . PT. Bali Pesona Tour dengan
memberhentikan sebagian besar karyawan dengan meminta menandatangani perjanjian
pengunduran diri karena force majeure dapat dibenarkan secara hokum? Berikan penjelasan
disertai dasar hukumnya.

b). Pihak Serikat Pekerja merespons hal ini dengan mengajukan pembatalan perjanjian
pengunduran diri secara paksa oleh perusahaan ke Pengadilan Negeri Denpasar, Bagaimana
menurut pendapat anda terkait hal ini, bisakah dimungkinkan secara hokum.

c). Diketahui pula , bahwa PT. Bali Pesona Tour meminjam dana dari perusahaan lending yang
bernama PT. Dinar Mas Finance dengan menggunakan sejumkah data karyawannya sebagai
debitor secara paksa dan tanpa persetujuan. Kemudian sejumlah karyawan yang namanya
digunakan mengunggat perjanjian ini, Menurut anda dasar apakah yang dapat digunakan untuk
menggugat perusahaan ( Wanprestasi atau Perbuatan Melawan Hukum) ?
Nama : Khalid Irsyad Januarsyah

NIM : 11000121130346

Mata Kuliah : Hukum Perjanjian / Kelas D

Pengampu : Rahandy Rizki Prananda, S.H,M.H.

UJIAN TENGAH SEMESTER HUKUM PERJANJIAN

1. A. Pada hakikatnya, timbulnya suatu perjanjian telahlah secara otomatis menghasilkan


adanya suatu perikatan. Hal tersebut berdasar pada apa yang telah diatur di dalam Pasal
1313 BW, yang menyatakan bahwa persetujuan ( Perjanjian ) adalah perbuatan dimana
satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Hadirnya suatu
perjanjian yang dilakukan antara geneva dan juga calvin, juga telah memenuhi adanya
hal-hal yang sebagaimana dipersyaratkan untuk menjadi suatu perjanjian. Yakni dari
adanya kesepakatan, kecakapan antar para pihak yang memberlangsungkan perjanjian
tersebut, adanya sebab yang halal, dan juga adanya objek perjanjian. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa perjanjian yang dilakukan oleh geneva dan calvin dapat diklasifikasikan
sebagai wujud konkrit dari suatu perikatan.

B. Tentu, geneva dapat mengajukan gugatan atas wanprestasi yang dilakukan oleh
Calvin. Sebelum itu, perlu dipahami bahwa apa yang telah dilakukan calvin adalah jelas
merupakan suatu wanprestasi. Hal tersebut berdasar pada apa yang telah diperjanjikan
sebelumnya, namun calvin tidak melaksanakan sama sekali adanya prestasi yang
sebagaimana harusnya dilakukan oleh dirinya. Maka telah jelas, bahwa berdasar pada
ketentuan Pasal 1276 KUHPerdata, geneva memilik hak untuk menuntut adanya suatu
ganti rugi atas wanprestasi yang dilakukan oleh calvin.

C. Tawaran yang diajukan oleh ritter kepada calvin untuk menonton bola, sehingga calvin
membatalkan adanya perjanjian yang telah sebelumnya dibuat bersama dengan geneva
sudah tentu tidak dapat dikualifikasikan sebagai force majeure. Sebab pada prinsipnya,
force majeure merupakan kondisi dimana debitur sudah benar-benar tidak dapat lagi
memenuhi adanya suatu prestasi. Beranjak pada tawaran ritter kepada calvin, sudah
terlihat bahwa tidak terdapat suatu kondisi dimana calvin benar-benar diharuskan untuk
menonton bola.

2. A. Terkait dengan indikator validitas dari perjanjian yang diberlangsungkan antara raffly
dengan penjual pada platform digital Shopee, pada hakikatnya dapat terbilang serupa
dengan perjanjian konvensional pada umumnya. Pasal 1320 KUHPer, menjadi pijakan
terkait apakah suatu perjanjian dapat dikatakan sah atau tidak. Syarat-syarat objektif
berupa sebab yang halal, dan terdapat objek, dan juga syarat-syarat subjektif mencakup
kesepakatan dan kecakapan dari para pihak yang terlibat juga menjadi suatu persyaratan
yang harus dipenuhi bagi para pihak yang hendak untuk memberlangsungkan suatu
perjanjian secara elektronik. Sehingga, melihat pada kasus diatas,
persyaratan-persyaratan yang sebagaimana dimaksudkan oleh Pasal 1320 KUHPerdata
telahlah terpenuhi maka dapat dikatakan adanya transaksi yang diberlangsungkan antara
raffly dan penjual adalah sah secara hukum. Namun, perlu digaris bawahi, untuk
menemukan adanya suatu kesepakatan dalam kasus tersebut, dapat dilihat bahwa pada
praktiknya, dalam melangsungkan suatu kesepakatan atau transaksi jual-beli secara
elektronik melalui platform digital, dari pihak pembeli yakni raffly haruslah terlebih
dahulu mengetahui dan terdapat keinginan untuk mempertimbangkan secara bebas
apakah suatu barang yang ada di platform digital tersebut telahlah sesuai dengan
keinginannya atau justru belum sesuai dengan keinginannya. Apabila dirasa telah sesuai
dengan beragam pertimbangan yang ada, maka terdapat term and condition yang
biasanya tercantum di dalam informasi yang sebagaimana dilampirkan oleh penjual atau
oleh platform digital tersebut yang harus disetujui oleh Raffly selaku pembeli. Maka dari
tahap tersebutlah, dapat dikatakan bahwa telah terdapat adanya suatu kesepakatan yang
terjadi.

B. Ya, hal tersebut dapat membatalkan adanya perjanjian. Sebab melihat pada Pasal 1321
KUHPer, telahlah dijelaskan bahwa “tidak ada kesepakatan yang sah apabila sepakat itu
diberikan karena kekhilafan..”, kekhilafan dalam hal ini baru dapat dijadikan alasan untuk
membatalkan suatu perjanjian apabila menyangkut pada dua hal, yakni menyangkut
daripada objek atau substansi barang yang diperjanjikan ( in subtantia ) dan kekhilafan
terhadap subyek hukumnya atau terhadap pihak lawannya yang memberlangsungkan
perjanjian ( in personal ). Dalam konteks kasus diatas, pencantuman nama raffly pada
akun shopeenya yang bukan diisi oleh nama aslinya melainkan dengan nama id game
onlinenya, sudah dapat dikatakan membuka dari terjadinya suatu kekhilafan terkait
dengan subyek hukumnya ( in persona ), yang mana nantinya dapat terjadi suatu
kekeliruan oleh penjual dalam mengetahui dengan siapa ia memberlangsungkan suatu
perjanjian tersebut.

C. Menurut pendapat saya, beranjak pada kasus yang telah sebagaimana dijelaskan diatas,
adapun terhadap apa yang dialami oleh raffly terhadap transaksi yang dilakukan dengan
penjual kamera melalui platform digital merupakan suatu penipuan. Hal tersebut
diperkuat, ketika telah diketahui bahwa nyatanya lensa dari kamera tersebut telah
memiliki keretakan bawaan. Maka, menilik pada konsep hadirnya penipuan sebagai
alasan pembatalan perjanjian, maka beranjak pada Pasal 1328 ayat (2) KUHPer,
timbulnya suatu penipuan haruslah dibuktikan dan bukan dipersangkakan. Pembuktian
telah terjadi pada saat telah diketahui bahwa nyatanya terdapat keretakan bawaan, namun
secara sengaja penjual tersebut tetap memberlangsungkan adanya perjanjian transaksi
jual beli kamera tersebut kepada raffly, dengan menutup-nutupi adanya informasi
berdasar pada fakta bahwa telah terdapat kerusakan bawaan dari kamera yang
diperjualbelikan tersebut. Maka telah jelas bahwa apa yang dialami oleh Raffly
merupakan suatu penipuan.

3. A. Berkaitan dengan perihal persyaratan dijadikannya ijazah Ardan sebagai agunan


dalam pemberlangsungan kontrak kerja antara Ardan dan PT. Bank Mandiri, yang
sebagaimana juga diajukan secara sepihak oleh PT.Bank Mandiri Tbk tentu tidak
menyalahi adanya persyaratan-persyaratan yang sebagaimana dibutuhkan untuk membuat
suatu perjanjian. Dalam istilah pembuatan perjanjian, sudah barang tentu adanya asas
kebebasan berkontrak menjadi salah satu tumpuan dalam proses pembuatan dan
pelaksanaan perjanjian sehingga bila yang dipermasalahkan mengenai adanya hal
tersebut yang melanggar hukum khususnya sahnya perjanjian, keberadaan dari
persyaratan yakni untuk menjadikan ijazah Ardan sebagai agunan tidak dapat dikatakan
sebagai ketentuan yang bersifat melawan hukum. Perlu diketahui pula bahwa dalam
terciptanya suatu perjanjian, yang mana dalam hal ini adalah kontrak kerja antara Ardan
dan PT. Bank Mandiri, tidak dapat dikatakan pula bahwa hal tersebut melunturkan
adanya kesepakatan, sebab dalam proses penandatanganan kontrak , Ardan masih
diberikan kesempatan untuk menyatakan atau tidak menyatakan ketersediaannya.
Sehingga, apabila ia bersedia, maka adapun persyaratan-persyaratan yang sebagaimana
disyaratkan dalam kontrak tersebut, khususnya dijadikannya ijazah Ardan sebagai agunan
dalam kontrak kerja ialah berlaku mengikat secara hukum.

B. Tidaklah tepat apabila adanya beberapa hal yang sebagaimana dipersyaratkan dalam
kontrak kerja antara Ardan dan PT. Bank Mandiri Tbk mengandung suatu
penyalahgunaan keadaan sehingga menimbulkan suatu keterpaksaan dalam
persetujuannya. Ketika pada kasus yang dijelaskan, konteks penandatanganan Ardan
terhadap kontrak tersebut masih diawali oleh adanya itikad dari PT. Bank Mandiri untuk
memberikan kesempatan bagi Ardan untuk menyatakan ketersediaannya atau tidak
menyatakan ketersediaannya ( take it or leave it ) nyatanya sudah cukup
merepresentasikan bahwa tidak terjadi adanya suatu penyalahgunaan keadaan apalagi
paksaaan dari hadirnya persetujuan tersebut. Sebab, perlu dipahami bersama bahwa
penyalahgunaan keadaan ( undue influence ) dapatlah terjadi apabila salah satu pihak
berada pada kondisi dimana ia mengetahui bahwa pihak lainnya dalam keadaan darurat,
ketergantungan, tidak dapat berpikir panjang dan keadaan jiwa yang abnormal ,
melakukan suatu perbuatan hukum, namun ia tidak mencegahnya walaupun ia
mengetahui bahwa seharusnya ia mencegahnya. Dalam kasus diatas, tidaklah dijelaskan
pula mengenai apakah ketimpangan yang terjadi antara Ardan dan PT. Bank Mandiri
ialah berlaku sebegitu daruratnya, sehingga tidak menutup kemungkinan akan
terhadirkannya itikad buruk dari PT. Bank Mandiri untuk membiarkan persetujuan
tersebut, padahal pihaknya mengetahui bahwa seharusnya persetujuan tersebut patut
untuk dihindari.
C. Ya, hal tersebut dapat dikatakan sebagai wanprestasi. Sebab apabila melihat pada
konteks Pasal 1338 KUHPerdata, yang mana menyiratkan bahwa perjanjian yang telah
dibuat secara sah oleh para pihak, maka akan berlaku sebagai UU bagi pihak yang
bersangkutan, artinya sudah barang tentu, bahwa terhadap segala hal yang dipersyaratkan
dalam suatu persetujuan, hendaknya untuk benar-benar dipatuhi oleh para pihak yang
bersangkutan. Melihat pada kasus yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa
ditahannya ijazah Ardan oleh perusahaan dapat dikatakan sebagai suatu kondisi yang
sebagaimana telah dipersyaratkan di dalam kontrak kerja tersebut nyatanya dihadapkan
oleh kelalaian dari perusahaan yang menyebabkan hilangnya ijazah tersebut. Hal tersebut
dapatlah ditafsirkan bahwa tidak terdapat adanya suatu kepatuhan dari pihak perusahaan
untuk memenuhi adanya kontrak kerja antara pihak perusahaan dan Ardan. Hilangnya
ijazah tersebut, juga berimplikasi dari tidak dapat dilaksanakannya prestasi dari pihak
perusahaan untuk menyerahkan kembali ijazah tersebut pasca jangka waktu lima tahun
penahanan. Artinya, bila melihat pada hakikat dari terjadinya suatu wanprestasi, tidak
dapat dilaksanakannya suatu prestasi sama sekali dari salah satu pihak telah dapat
dikualifikasikan sebagai tindakan wanprestasi, yang mana dalam hal ini dilakukan oleh
pihak perusahaan.

4. A. Beranjak pada contoh kasus yang sebagaimana telah disampaikan diatas, nyatanya
Berkah Mas Lending selaku penyedia layanan pendanaan berbasis teknologi informasi
belumlah berstatus sebagai badan hukum dan belum mendapatkan adanya lisensi yang
diberikan oleh OJK selaku lembaga yang diberikan kuasa penuh oleh undang-undang
untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan, termasuk pada layanan pendanaan
berbasis teknologi informasi. Terlebih dahulu, perlu dipahami bahwa dalam proses
pemberlangsungan suatu perjanjian terdapat limitasi, bahwa persetujuan tersebut
hendaknya tidaklah bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban
umum. Nihilnya status badan hukum dan lisensi dari OJK terhadap Berkah Mas Lending
selaku pihak yang melaksanakan adanya perjanjian peer to peer lending, telah secara
gamblang menyimpang dan bertentangan dengan undang-undang. Pasalnya, bila kita
beranjak dari pemberlakuan Peraturan OJK Nomor 10/POJK.05/2022 tentang Layanan
Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi, nyatanya terdapat beberapa
pembaharuan dari regulasi yang sebelumnya mengatur khususnya mengenai eksistensi
badan usaha yang hendak untuk melaksanakan peer to peer lending. Adapun yang
dipersyaratkan bagi badan usaha untuk dapat melaksanakan peer to peer lending adalah
salah duanya, merupakan badan hukum perseroan terbatas serta telah memperoleh izin
usaha dari OJK. Yang mana, adanya dua hal tersebut sejatinya tidaklah dimiliki oleh
Berkah Mas Lending.

Namun dalam contoh kasus diatas, pemberlangsungan kesepakatan mengadakan peer to


peer lending telahlah terlaksana, padahal diketahui sebelumnya Berkah Mas Lending
tidaklah memenuhi persyaratan sebagai badan hukum yang mendapatkan lisensi dari
OJK. Sehingga, bila merujuk kepada ketentuan Pasal 1321 KUHPerdata, yang
memaktubkan bahwa tidak dapat dikatakan sah adanya suatu perjanjian apabila
dilahirkan melalui adanya kekhilafan, penipuan dan paksaan, sudah tampak jelas bahwa
ketika kita komparasikan adanya alasan-alasan tersebut dengan contoh kasus yang
sebagaimana tertera diatas, maka telah terdapat beberapa kecocokan dan kesesuaian dari
terpenuhinya salah satu dari tiga syarat tersebut, yang mendukung dapat dikatakan tidak
sahnya perjanjian peer to peer lending tersebut. Yang mana, pada konteks kekhilafan
disini, terlihat bahwa tuan Slamet berada pada kondisi dimana ia telah keliru dan salah
memahami kedudukan Berkah Mas Lending sebagai subyek hukum lawannya di dalam
perjanjian tersebut. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa perjanjian tersebut lahir karena
telah terjadi adanya suatu kekhilafan dalam mengetahui subyek hukumnya ( in persona ),
yang mana juga dapat berimplikasi pada dapat dibatalkannya perjanjian peer to peer
lending tersebut. Konteks dari kekhilafan yang terjadi dalam perjanjian ini, berarti
menyangkut dari adanya kesepakatan yang semula timbul akibat kekeliruan tuan slamet
sehingga proses kesepakatan tetap dapat terlaksana. Maka, ketika melihat kepada syarat
sah perjanjian, syarat subyektif yakni berupa kesepakatan tidaklah terpenuhi dalam
perjanjian peer to peer lending tersebut, sekaligus dapat menyatakan bahwa perjanjian
tersebut ialah dapat dibatalkan. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh tuan Slamet,
ialah dengan mengajukan gugatan pembatalan perjanjian ke pengadilan.
B. Menilik bahwa konteks dapat dibatalkannya suatu perjanjian akibat tidak terpenuhinya
syarat-syarat subyektif, baru hanya berlaku setelah mendapatkan adanya putusan hakim
di pengadilan, maka secara tidak langsung dapat diartikan bahwa tanpa adanya putusan
hakim yang menyatakan perjanjian tersebut batal, perjanjian tersebut masihlah mengikat
bagi para pihak yang terlibat. Dalam perspektif kasus yang sebagaimana tertera diatas,
diketahui bahwa tuan Slamet hendak untuk menghentikan pembayaran hutangnya kepada
Berkah Mas Lending akibat terdapat keraguan perihal legalitas dari subyek hukum lawan
perjanjiannya, padahal telah diketahui sebelumnya bahwa terdapat perjanjian yang
mengikat diantara keduanya untuk melaksanakan prestasi yang sebagaimana
diperjanjikan di dalam kesepakatan. Dan ketika dalam contoh kasus tersebut, tidaklah
dijelaskan apakah pembatalan perjanjian tersebut telah diajukan oleh tuan Slamet ke
pengadilan atau tidak, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat kekuatan hukum yang
mengikat sekaligus menyatakan bahwa perjanjian tersebut dapat dibatalkan, kecuali oleh
putusan hakim. Masih terikatnya kedua belah pihak atas perjanjian yang sebagaimana
telah disepakati, dapat menyebabkan tindakan pemberhentian pembayaran hutang oleh
tuan Slamet kepada Berkah Mas Lending sebagai representasi atas hilangnya itikad baik
dari debitur untuk mematuhi perjanjian. Sebab, berkaca pada pendapat Prof. Agus Yudha,
yang menyatakan bahwa asas itikad baik dalam suatu perjanjian, dapatlah digambarkan
ketika para pihak yang terikat oleh adanya perjanjian tersebut dapat
mengimplementasikan isi perjanjian tersebut secara semestinya.

5. A. Tindakan dari PT. Bali Pesona Tour untuk mengajukan penandatangan perjanjian
pengunduran diri kepada sebagian karyawan dengan dalih efisiensi perusahaan akibat
keterpurukan kondisi perusahaan pasca covid-19, menurut saya dapatlah dilakukan
dengan beralasan telah terdapat force majeure. Seperti diketahui bersama, adapun dalam
ditetapkannya kondisi force majeure tersebut pada konteks keberlangsungan suatu
perjanjian, maka salah satu pihak harus benar-benar berada pada kondisi dimana ia tidak
dapat lagi menjalankan prestasi yang sebagaimana diperjanjikan. Salah satu alasan yang
dapat melatarbelakangi terjadinya force majeure adalah dari hadirnya kebijakan
pemerintah. Yang mana dalam contoh kasus diatas, diketahui bahwa hadirnya kebijakan
Pemerintah untuk memberlakukan lockdown saat wabah covid-19, nyatanya berimplikasi
pada terhambatnya kegiatan dan aktivitas bisnis dari PT. Bali Pesona Tour, yang juga
mengakar pada tidak dapatnya perusahaan tersebut untuk membayar hutang kepada
kreditur, melunasi gaji karyawan karyawannya dan memperoleh omzet yang semestinya.
Sehingga, ketika dalam perjanjian pengunduran diri bagi sebagian karyawan tersebut
diajukan oleh PT. Bali Pesona Tour, yang diikuti dengan pemberian pesangon pada proses
pemutusan hubungan kerja tersebut, menurut saya dapatlah dibenarkan dengan kemudian
mengacu pada ketentuan pada Pasal 1245 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa
penggantian biaya kerugian dapat dimaafkan bilamana terjadi suatu keadaan yang
memaksa.

B. Hal tersebut, dapatlah dimungkinkan secara hukum. Sebab, bila merujuk pada Pasal
1320 KUHPerdata yang mengatur mengenai syarat-syarat sah perjanjian, adanya
kesepakatan sebagai syarat subyektif dari hadirnya perjanjian pengunduran diri diatas
tidaklah terpenuhi secara semestinya. Hal tersebut berangkat, akibat dari hadirnya suatu
paksaan dari pihak perusahaan kepada sebagian karyawan untuk menandatangani adanya
surat persetujuan tersebut. Alhasil, ketika diperkuat kembali di dalam Pasal 1325
KUHPerdata, bahwa hadirnya paksaan dapat menyebabkan suatu persetujuan batal,
karena berkenaan dari tidak hadirnya suatu kesepakatan ( syarat subyektif ) yang secara
semestinya timbul dari ketersediaan masing-masing pihak. Maka, menurut saya, dengan
dilakukannya upaya gugatan ke pengadilan oleh para karyawan tersebut dapatlah
dibenarkan secara hukum sebab hilangnya unsur kesepakatan sebagai bagian dari syarat
subyektif dalam perjanjian telah berimplikasi pada dapat dinyatakan batalnya suatu
perjanjian.

C. Menurut saya, adapun upaya hukum yang dilayangkan oleh para karyawan tersebut
lebih didasari atas terjadinya suatu perbuatan melawan hukum. Sebab, bila didasari atas
wanprestasi, para karyawan bukanlah yang secara eksplisit terlibat dalam perjanjian
tersebut, melainkan para pengurus PT. Pesona Bali Tour yang dapat mewakili perusahaan
dalam memberlangsungkan suatu perbuatan hukum yakni membuat kesepakatan dengan
pihak lain. Sehingga, tidak tepat apabila gugatan tersebut didasarkan atas terjadinya
wanprestasi. Alasan lain mengapa gugatan pembatalan tersebut didasari atas adanya
perbuatan melawan hukum, sebab ketika melihat bahwa Perusahaan mencantumkan data
pribadi dari beberapa karyawan secara tidak bertanggungjawab, pun dicantumkan tanpa
adanya persetujuan dari para karyawan tersebut, telahlah secara jelas melanggar adanya
ketentuan peraturan perundang-undangan, yakni Pasal 67 ayat (1) UU PDP yang
menegaskan bahwa setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum memperoleh
atau mengumpulkan data pribadi yang bukan miliknya dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain yang dapat mengakibatkan kerugian subjek
data pribadi dipidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp.5 Miliar.

Anda mungkin juga menyukai