Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
LILIK KAMALIA
NIM 809018300664
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah menganugerahkan karunia-
Nya yang begitu besar kepada kita semua, yaitu berupa iman, kesehatan, dan ilmu,
serta curahan rahmat dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat dan salam, tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya, yang telah mendidik dan membimbing manusia untuk
mengenal Tuhannya, serta menunjukkan kepada manusia jalan menuju surga-Nya.
Penulis menyadari bahwa sebuah keberhasilan tidak datang begitu saja tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak, baik itu bantuan berupa moral, maupun
materil kepada penulis, untuk dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S-1 ini
dengan menyelesaikan karya tulis ilmiah berupa skripsi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifai, MA. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Dr. Fauzan, MA., selaku Ketua Jurusan PGMI, yang telah memberikan
izin atas terlaksananya penelitian ini.
3. Rosida Erowati, M. Hum., selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritiknya terhadap
penulis.
4. Seluruh dosen yang ada di jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama perkuliahan berlangsung.
5. H. Fakhrurrozi, S.Ag., selaku kepala sekolah MI Ziyadatul Huda yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di
sekolah yang dipimpinnya.
ii
6. Nurhasanah, S.Pd., selaku kolaborator yang telah membantu penulis
selama melakukan tindakan di kelas.
7. Seluruh guru di MI Ziyadatul Huda yang telah memberikan dukungannya
kepada penulis agar dapat menyelesaikan program S1 ini.
8. Kedua orangtua penulis yang telah memberikan kasih sayang dan cintanya
yang tulus, serta nasihat-nasihatnya kepada penulis.
9. Seluruh teman-teman seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, khususnya kepada Chaeroni, S.Pd., yang telah memberikan
masukan yang baik kepada penulis.
Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan dan
kelemahan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan. Penulis tetap berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada
umumnya.
Jakarta, 11 Maret 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ............................................. 4
C. Pembatasan Fokus Penelitian ............................................................ 5
D. Perumusan Masalah Penelitian........................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
iv
a. Pengertian Teknik Bermain Peran …………………………... 16
b. Tahapan Teknik Bermain Peran …………………………….. 17
c. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Bermain Peran ………… 18
3. Dongeng …………………………………………...................... 19
a. Pengertian Dongeng ………………………………………….. 19
b. Jenis-Jenis Dongeng …………………………………………. 20
c. Ciri-Ciri Dongeng …………………………………………… 21
B. Penelitian yang Relevan ……………………………………………. 22
C. Kerangka Berpikir ………………………………………………….. 23
D. Hipotesis Penelitian ………………………………………………… 24
v
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Profil Madrasah …………………………………………………… 38
a. Gambaran Umum MI Ziyadatul Huda ……………………….. 38
b. Keadaan Guru ………………………………………………… 38
c. Keadaan Siswa ………………………………………………… 40
d. Sarana dan Prasarana …………………………………………. 40
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ..................................................... 41
1. Pratindakan (Pretest) ………………………………………….. 41
2. Tindakan Siklus I ……………………………………………… 48
3. Tindakan Siklus II …………………………………………….. 58
C. Pemeriksaan Keabsahan Data ……………………………………… 65
D. Analisis Data ……………………………………………………….. 66
1. Analisis Nilai Siswa …………………………………………….. 66
2. Analisis Hasil Observasi ……………………………………….. 72
E. Interpretasi Hasil Analisis ………………………………………….. 74
F. Pembahasan Temuan Penelitian …………………………………… 75
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 4.26. Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus I ……………….. 69
Tabel 4.27. Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus II ………………. 69
Tabel 4.28. Perkembangan Aktivitas Siswa pada Setiap Tindakan … 95
Tabel 4.29. Perkembangan Keaktifan Siswa Pada Proses Pembelajaran 72
Tabel 4.30. Perkembangan Kegiatan Guru Pada Proses Pembelajaran 73
viii
DAFTAR GRAFIK
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
1
2
1
Abd.Rozak, dkk., Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta:
FITK PRESS UIN syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), cet. 1, h. 330.
2
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), cet.1 edisi revisi, h. 3.
3
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian yang penulis
lakukan ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan penerapan teknik bermain peran dalam meningkatkan
keterampilan berbicara pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda, Jakarta
Timur, Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Mengetahui hasil penerapan teknik bermain peran dalam meningkatkan
keterampilan berbicara pada materi dongeng siswa kelas III MI Ziyadatul
Huda, Jakarta Timur, Tahun Pelajaran 2013/2014.
6
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai pengalaman dan
pengetahuan untuk mengetahui secara langsung bagaimana upaya peningkatan
keterampilan berbicara siswa kelas III MI Ziyadatul Huda, Jakarta Timur dengan
teknik bermain peran. Manfaat ini terinci sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Untuk mengembangkan teori pembelajaran keterampilan berbicara di kelas
rendah dengan menerapkan teknik bermain peran.
b. Sebagai bahan acuan dalam proses belajar-mengajar pada mata pelajaran
bahasa Indonesia, khususnya pada aspek keterampilan berbicara.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi siswa
dan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
b. Bagi siswa, membantu mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran
keterampilan berbicara.
c. Bagi sekolah, dapat memberikan kontribusi dalam usaha untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran
keterampilan berbicara siswa di sekolah.
d. Bagi peneliti, melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu
rancangan pembelajaran keterampilan berbicara dengan teknik bermain
peran yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi sekolah.
e. Bagi peneliti lain, sebagai sumber informasi pengetahuan dalam bidang
keterampilan berbicara.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Kemampuan berbicara seorang anak tidak akan berkembang dengan
sendirinya, tetapi memerlukan suatu cara yang tepat agar anak mampu
berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan adanya interaksi tersebut, maka
kemampuan berbicaranya akan bertambah baik. Kemampuan berbicara seseorang
sangat berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang mereka peroleh.
Semakin banyak kosa kata yang mereka peroleh, semakin pintar mereka dalam
berbicara.
Beberapa ahli berpendapat tentang arti berbicara. Menurut Henry Guntur
Tarigan, berbicara adalah “kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan.”1 Menurut Powers, berbicara merupakan “ekspresi dari
gagasan-gagasan pribadi seseorang, dan menekankan hubungan-hubungan yang
bersifat dua arah, memberi dan menerima.”2 Menurut Djago Tarigan dalam
Kundaru Saddhono dan St. Slamet, “berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.”3 Dari beberapa pendapat para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang dalam
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, dan menekankan hubungan yang
bersifat dua arah. Dalam kegiatan berbicara, pastinya ada pihak yang berbicara
dan ada pihak yang mendengarkan pembicaraan. Hendaknya isi pembicaraan
dapat dipahami oleh lawan bicaranya. Di sinilah keterampilan berbicara sesorang
terlihat. Semakin orang mudah memahami isi pembicaraannya dan dapat menarik
1
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), edisi revisi, h. 16.
2
Ibid., h. 9.
3
Kundharu Saddhono, St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia,
(Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), cet. 1, h. 34.
7
8
4
Ibid., h. 17-18.
9
bermain peran, interaksi dengan siswa yang menonton, dan menggunakan alat
sederhana sebagai pelengkap.
8
Ibid., h. 55.
9
Henry Guntur Tarigan, op.cit., h. 8.
10
Kundharu Saddhono, St. Y. Slamet, op.cit., h. 37.
11
Ibid.
12
Ibid., h. 38.
11
Dari beberapa tujuan berbicara yang telah penulis jelaskan di atas, yang
berkaitan dengan penelitian adalah tujuan yang bersifat menjamu dan menghibur.
Sebab di sini siswa hanya diminta untuk memerankan tokoh dongeng yang
dibacanya, dengan tujuan agar siswa dapat menceritakan kembali dongeng yang
diperankan.
13
Ibid.
14
Ibid., h. 59.
12
15
Sri Wahyuni, Abd. Syukur Ibrahim, Asesmen Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2012), cet. 1, h. 32.
16
Kundharu Saddhono, St. Y. Slamet, loc.cit.
13
17
Ibid., h. 60.
14
18
Ibid.
19
Ibid.
15
mengelompokkan siswa yang setuju dan yang tidak setuju, dan melakukan debat
antar kelompok.
Aktivitas drama dapat dilakukan dengan beberapa teknik, di antaranya yaitu
teknik bermain peran, bermain boneka, dan pementasan drama. Teknik bermain
peran dapat dilakukan dengan cara berkelompok. Agar siswa yang menonton tidak
jenuh, sebaiknya tema tiap-tiap kelompok berbeda. Naskah dapat dibuat sendiri
oleh siswa atau guru, dapat juga menggunakan naskah yang sudah ada. Bermain
boneka yaitu bercerita dengan menggunakan media boneka. Boneka yang
digunakan biasanya boneka tangan. Dengan menggunakan boneka, siswa akan
lebih tertarik untuk mendengarkan sebuah cerita. Untuk lebih menarik lagi dapat
digunakan panggung boneka. Sementara itu, pementasan drama dapat juga
dilakukan di dalam kelas, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada di
sekolah tersebut, tidak harus memaksakan dengan sarana yang lengkap. Agar
drama terlihat lebih menarik, sebaiknya kostum yang digunakan disesuaikan
dengan peranan masing-masing. Dengan kostum yang sesuai dengan peranannya,
siswa dapat lebih menghayati peran yang dimainkannya.
Dari beberapa model pembelajaran berbicara yang telah diuraikan di atas,
penulis memilih teknik bermain peran yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Dengan harapan, penerapan teknik bermain peran ini dapat meningkatkan
kemampuan berbicara siswa.
3) Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar atau
menduga-duga.
20
http://www.academia.edu/4489394/keterampilan berbicara.
21
Masitoh, Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dir. Jenderal Pendidikan Islam
Depag RI, 2009), cet. 1, h. 17
22
Ibid., h. 18
23
M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka
Setia, 2011), cet. 3, h. 20.
17
24
Roestiyah NK., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), cet. 7, h. 90.
25
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011),
cet. 3, h. 65
18
26
Roestiyah NK , op.cit., h. 91&92.
19
3. Dongeng
a. Pengertian Dongeng
Dongeng termasuk salah satu bentuk prosa lama. “Prosa lama merupakan
karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat.”29
“Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah
nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung
makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga
merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian
diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.”30 Pendapat lain
27
Iskandarwassid, loc.cit., h. 65
28
Ibid.
29
Retno Purwandari, Qoni’ah, Buku Pintar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Familia, 2012),
cet. 1, h. 136.
30
http://id.wikipedia.org.
20
mengatakan, bahwa “dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal.” 31 Dari
pengertian ini dapat dipahami bahwa dongeng merupakan cerita yang tidak benar-
benar terjadi, karena sifatnya hayalan dan imajinasi dari si pembuatnya. Meskipun
sifatnya fiktif, tetapi dongeng berisi nasihat-nasihat yang baik bagi pembaca dan
pendengarnya. Sebagian dijumpai orang tua yang sering membacakan dongeng
sebagai pengantar tidur bagi anak-anaknya. Hal ini mengandung nilai positif bagi
perkembangan kosa kata si anak, karena akan terjadi interaksi yang baik antara
orang tua dan anak. Ketika ada bagian cerita yang membuatnya tertarik, akan
muncul keingintahuannya akan kelanjutan dari dongeng tersebut. Anak pun akan
bertanya dengan kata apa, mengapa, dimana, kapan, dan sebagainya. Dengan
adanya komunikasi tersebut akan terasah keterampilan berbicara anak, dan kosa
kata yang dimiliki anak pun akan bertambah.
Dongeng sangat disukai oleh anak-anak, karena masa anak-anak penuh
dengan hayalan dan imajinasi. Dengan kondisi seperti ini, maka orang tua atau
guru dapat menjadikan dongeng sebagai media untuk menyampaikan nilai-nilai
kehidupan bagi anak, misalnya saja dongeng yang cukup terkenal berjudul Malin
Kundang. Cerita tersebut mengisahkan tentang anak yang durhaka kepada ibunya.
Dongeng ini dapat digunakan jika ingin menyampaikan nasihat agar anak
senantiasa berbuat baik kepada orang tua. Jadi, mendongeng kepada anak
merupakan kegiatan yang bernilai positif. Daya khayal dan imajinasi anak akan
berkembang, kosa kata yang dimiliki anak akan bertambah, dan anak
mendapatkan nilai-nilai yang baik bagi kehidupannya kelak.
a. Jenis-Jenis Dongeng
Terdapat beberapa jenis dongeng, yaitu fabel, mite (mitos), legenda, sage,
parabel, dan dongeng jenaka. Berikut penjelasan dari masing-masing jenis
dongeng yang telah disebutkan, yaitu:
1) Fabel adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambing
pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang), contoh:
Kancil dengan Buaya, Kancil dan Kura-Kura, dan sebagainya.
31
Retno Purwandari, Qoni’ah, op.cit., h. 137.
21
b. Ciri-ciri Dongeng
32
Retno Purwandari, Qoni’ah, op.cit., h. 137&138.
33
http://awanadec.wordpress.com.
22
34
Ibid.
23
C. Kerangka Berpikir
Pada penelitian ini, peneliti akan mencoba menggunakan teknik bermain
peran untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas III di MI
Ziyadatul Huda, Jakarta Timur. Teknik ini digunakan untuk mengatasi
permasalahan yang ada, yaitu masih terdapat siswa yang belum lancar dalam
mengungkapkan gagasan, malu berbicara di depan kelas, dan penggunaan kosa
kata yang kurang tepat di kelas III MI Ziyadatul Huda, Jakarta Timur.
Sebagian besar siswa pasif dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan
proses berbicara terutama pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa kurang
tertarik dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Setelah dilakukan pengamatan,
ternyata kondisi ini diakibatkan karena siswa belum terbiasa dalam berbicara.
Masih ada siswa yang berbicaranya tidak lancar ketika menceritakan kembali, dan
masih ada siswa yang kurang percaya diri untuk berbicara di depan kelas. Inilah
yang menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran
berbicara.
Kondisi di atas berefek pada hasil belajar siswa yang rendah pada mata
pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada aspek berbicara. Nilai-nilai siswa
tidak mencapai KKM (65,00) yang telah ditetapkan oleh guru. Jika hal ini tidak
segera diatasi, maka siswa tidak akan bisa mengikuti pembelajaran ke tingkat
selanjutnya. Ketidakmampuan siswa dalam berbicara pun menyebabkannya
menjadi malas untuk aktif ketika pembelajaran berbicara dilaksanakan, karena
24
siswa tidak tahu apa yang harus dibicarakan. Dan menimbulkan kejenuhan setiap
kali siswa dihadapkan pada tugas-tugas yang harus diselesaikannya.
Penerapan teknik bermain peran menjadi pilihan bagi peneliti untuk
mengatasi kesulitan siswa dalam membaca berbicara. Teknik ini menurut peneliti
tidak akan membuat siswa bosan, karena siswa yang lebih aktif.
Setelah dilakukan tindakan, diharapkan siswa menjadi aktif pada setiap mata
pelajaran, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan siswa
dalam berbicara meningkat dari sebelum diterapkan teknik bermain peran ini.
Yang sebelumnya masih malu, terbata-bata, dan kurang teratur kosa katanya
setelah dilakukan tindakan menjadi lancar berbicaranya. Siswa pun termotivasi
dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa meningkat dan mencapai nilai yang
diharapkan.
D. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
penggunaan teknik bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara
siswa di kelas III MI Ziyadatul Huda, Jakarta Timur. Hipotesis dalam penelitian
ini adalah “penerapan teknik bermain peran dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa kelas III MI Ziyadatul Huda, Jakarta Timur, tahun pelajaran
2013/2014.”
BAB III
METODE PENELITIAN
1
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 9, h.
58.
25
22
26
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Refleksi Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Permasalahan Baru
Hasil Refleksi
Siklus II
Perbaikan Perencanaan
Pengamatan
Dilanjutkan Ke Siklus
Berikut?
2
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2009), h. 17.
27
3
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), cet. 4, h. 63.
4
Ibid.
5
Suharsimi Arikunto, dkk., op.cit., h. 19.
28
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian difokuskan pada hasil belajar siswa kelas III MI Ziyadatul
Huda, tahun pelajaran 2013/2014 dalam aspek berbicara pada mata pelajaran
bahasa Indonesia. Jumlah siswa kelas III sebanyak 17 siswa, terdiri dari 7 siswa
laki-laki dan 10 siswa perempuan.
6
Masnur Muslich, Authentic Assessment : Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi,
(Bandung: PT.Refika Aditama, 2011) cet. I, h. 54-55.
30
7
Ibid., h. 64.
31
8
Ibid.
32
9
Ibid.,h.105.
33
Tingkat Kefasihan
Ketepatan Pemahaman Kelancaran Total Nilai
No. Nama Siswa
cerita Skor
1
2
Dst.
Kriteria penilaian:
1. Kurang sekali, tidak ada unsur yang benar.
2. Kurang, ada sedikit unsur yang benar.
3. Sedang, jumlah unsur benar dan salah kurang lebih seimbang.
4. Baik, ketepatan tinggi dengan sedikit kesalahan.
5. Baik sekali, tepat sekali, tanpa atau hampir tanpa kesalahan.10
10
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press,2011) cet. 1, h. 60.
34
11
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
cet. 3, h. 86.
12
Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Referensi, 2012), cet.1, h. 71
13
Wina Sanjaya, op. cit., h. 96
14
Iskandar, op.cit.,h. 73
35
Triangulasi Sumber:
Triangulasi Teknik:
Observasi
Dokumentasi
2. Pemeriksaan Sejawat
“Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan
15
Wina Sanjaya, op. cit., h. 112
16
Iskandar, op.cit., h. 84
17
Ibid., h.85
36
sejawat.”18 Teknik ini akan digunakan untuk membantu peneliti agar tetap
mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Pada setiap akhir tindakan, saat
refleksi, peneliti bersama kolaborator mendiskusikan hasil observasi yang
diperoleh, kemudian mencari solusi jika ditemukan adanya kekurangan pada
setiap tindakan.
18
Ibid., h.87
19
Ibid., h. 76.
20
Ibid., h. 77
37
21
Ibid.
BAB IV
A. Profil Madrasah
a. Gambaran Umum MI Ziyadatul Huda
Madrasah Ibtidaiyah Ziyadatul Huda adalah lembaga pendidikan setingkat
SD yang berdiri di bawah naungan Yayasan Pembangunan Pendidikan Islam
Ziyadatul Huda, Jakarta Timur. Madrasah Ibtidaiyah Ziyadatul Huda dipimpin
oleh seorang kepala sekolah yang berkompeten di bidang pendidikan, beliau
bernama H. Fakhrurrozi, S.Ag. Madrasah Ibtidaiyah Ziyadatul Huda didirikan
pada tahun 1981 yang beralamat di Jl. Pondok Kelapa Selatan , Jakarta Timur, dan
telah terakreditasi dengan status akreditas B. Adapun visi dan misi, serta motto MI
Ziyadatul Huda adalah sebagai berikut:
Visi
Berprestasi dan beramal dengan ilmu pengetahuan, berakhlaq, dan berbudi
pekerti luhur.
Misi
Membentuk dan mewujudkan siswa-siswi yang beriman dan berakhlaq mulia
serta berprestasi dan beramal dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk
mencapai masa depan gemilang dunia dan akhirat.
Motto
Berilmu tanpa akhlak, akan lebih berbahaya dari kebodohan.
Hiasi dirimu dengan ilmu dan akhlak, bukan dengan emas dan perak.
Lakukan apa yang guru dan orang tua lakukan, tinggalkan apa yang mereka
tidak kerjakan.
b. Keadaan Guru
Guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam dunia
pendidikan. Guru merupakan ujung tombak bagi kemajuan sekolah. Tanpa adanya
guru, pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Untuk meningkatkan mutu
pendidikan di MI Azzainiyah, maka pendidikan guru minimal harus S-1. Untuk
itu, bagi guru yang masih berpendidikan SLTA sederajat dianjurkan untuk
38
39
melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1. Di bawah ini adalah data pendidik dan
tenaga kependidikan di MI Ziyadatul Huda, yaitu:
Tabel 4.1
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No. Keterangan Jumlah
Pendidik
1. Guru PNS diperbantukan tetap -
2. Guru Tetap Yayasan 11 orang
3. Guru Honorer -
4. Guru tidak tetap -
Tenaga Kependidikan
1. Tata Usaha 1 orang
2. Kebersihan 1 orang
c. Keadaan Siswa
Siswa-siswi MI Ziyadatul Huda berasal dari berbagai kalangan, baik dari segi
ekonomi, suku, dan status sosial. Hasil pengamatan peneliti terhadap kondisi
siswa-siswi MI Ziyadatul Huda kebanyakan berasal dari golongan ekonomi
menengah ke bawah. Dengan kondisi yang seperti ini, orang tua dari siswa
menjadi pekerja. Ayah dan ibunya bekerja, sehingga anak-anaknya kurang
diperhatikan. Ini menjadi salah satu kendala di sekolah yang menyebabkan ada
saja siswa yang tidak mengerjakan tugas, tidak membawa perlengkapan mengajar,
dan mengeluh lapar karena tidak sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah, serta
penampilan yang kurang rapih. Keadaan siswa di MI Ziyadatul Huda dilihat dari
tabel berikut:
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Sarana dan Prasarana
No. Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Gedung 1 unit
2 Ruang belajar/kelas 6 ruang
3 Ruang kepala sekolah 1 ruang
4 Ruang guru 1 ruang
5 Perpustakaan 1 ruang
6 Ruang tata usaha 2 ruang
7 Tempat ibadah 1 ruang
8 Ruang UKS 1 ruang
6 WC guru 1 ruang
7 WC murid 2 ruang
8 Gudang 1 ruang
9 Tempat olahraga 1 ruang
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.5 bahwa keaktifan siswa hanya
mencapai skor 11 (berprestasi sedang). Terlihat dari beberapa aspek yang masih
kurang, maka diperlukan peningkatan terhadap kegiatan pembelajaran agar
suasana pembelajaran berjalan dengan kondusif dan siswa menjadi aktif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Aktivitas guru selama pembelajaran pun tidak luput dari pengamatan peneliti.
Terlihat guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Siswa
hanya diperintahkan untuk membaca bersama-sama, lalu kemudian dilakukan
tanya jawab terkait dengan cerita yang dibaca bersama-sama tadi. Setelah itu
siswa diminta untuk menceritakan kembali isi dongeng yang dibacanya di depan
43
kelas. Terlihat hanya 3 siswa yang berani maju ke depan kelas, sedangkan yang
lainnya tidak mau maju ke depan kelas karena malu. Siswa yang maju ke depan
kelas, ketika bercerita pun masih dibimbing oleh guru. Siswa terlihat terbata-bata
dan kurang baik penggunaan kalimatnya ketika bercerita di depan kelas. Berikut
adalah hasil observasi terhadap aktivitas guru selama pembelajaran.
Tabel 4.6 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Pratindakan
skor yang diperoleh yaitu sebesar 15 (berprestasi sedang). Masih banyak aspek-
aspek yang belum terpenuhi, seperti penyampaian materi yang kurang menarik,
siswa belum terlihat aktif dalam pembelajaran, dan seterusnya. Dengan kondisi
seperti ini, maka diperlukan adanya perbaikan dalam proses pembelajaran,
sehingga pada akhirnya sangat berpengaruh pada hasil akhirnya yaitu hasil belajar
siswa. Proses yang baik akan memperoleh hasil yang baik pula.
Hasil tes terhadap kemampuan berbicara siswa yang dilakukan pada tahap
pratindakan ini dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini, yaitu:
Kriteria penilaian:
Dari tabel 4.8 dapat dilihat nilai tertinggi siswa yaitu 73, sedangkan nilai
terendah siswa adalah 40. Adapun nilai rata-ratanya sebesar 59,8. Dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pratindakan ini nilai rata-rata siswa belum
mencapai nilai KKM (65).
Dari seluruh siswa kelas III yang berjumlah 17 siswa, hanya 5 siswa atau
sebanyak 29,41% siswa yang nilainya mencapai KKM (65). Rendahnya
kemampuan berbicara siswa khususnya pada materi dongeng menunjukkan
adanya kelemahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
pada aspek berbicara dengan menceritakan kembali isi dongeng yang hanya
dibaca oleh siswa. Berikut adalah hasil tes awal kemampuan menceritakan
kembali (berbicara) siswa kelas III yang ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut ini:
46
PRATINDAKAN
9
8
7
6
FREKUENSI
5
4
3
2
1
0
40 - 45 46 - 51 52 - 57 58 - 63 64 - 69 70 - 75
INTERVAL
Pada grafik 4.1 terlihat siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 1 siswa
dengan rentang nilai antara 40 – 63, dan yang sesudah mencapai KKM sebanyak 5
siswa dengan rentang nilai 64 – 75. Nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi
47
adalah 73. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti berusaha untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan mengadakan penelitian di
kelas III MI Ziyadatul Huda dengan menggunakan metode bermain peran pada
pelajaran Bahasa Indonesia pokok materi menceritakan kembali isi dongeng. Hal
ini bertujuan untuk membantu siswa yang masih memiliki kemampuan berbicara
yang rendah, selain itu agar lebih meningkatkan proses pembelajaran sehingga
hasil belajarnya lebih menyenangkan dan memuaskan.
Berdasarkan pengamatan di kelas III, peneliti menyimpulkan situasi kelas
sudah cukup kondusif, tetapi guru harus lebih memperkaya pengetahuannya
tentang metode pembelajaran yang membuat siswa aktif, dan memberikan
bimbingan kepada siswa yang belum lancar dalam berbicara. Berikut kendala-
kendala yang terjadi pada tahap pratindakan,yaitu:
1) Pada saat pembelajaran berlangsung suasana sudah cukup kondusif, meski
terkadang ada siswa yang tidak bisa untuk duduk tenang di tempat duduknya
dan ada siswa yang memainkan alat tulis mereka. Secara keseluruhan mereka
mengikuti pembelajaran dengan baik dan mengerjakan apa yang
diperintahkan oleh guru.
2) Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyajikan pembelajaran
pada aspek berbicara masih menggunakan metode konvensional yaitu siswa
diminta untuk membuka buku teks, lalu membaca secara lisan bersama-sama.
3) Pada saat tes akhir, yakni menceritakan kembali isi dongeng yang dibaca,
beberapa siswa terlihat malu dan tidak lancar dalam bercerita, serta
penggunaan kata-kata yang belum tepat.
4) Guru tidak melatih keberanian siswa untuk berbicara di depan kelas, karena
siswa hanya diminta untuk bercerita dari tempat duduknya saja.
secara lisan. Dengan kondisi seperti ini maka diperlukan adanya tindakan siklus I
untuk perbaikan.
2. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan 1 kali petemuan (2x35 menit) pada tanggal 2
November 2013. Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan pada siklus I adalah
sebagai berikut :
a) Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ini dilakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di kelas III untuk mengetahui
model pembelajaran yang dilakukan guru, serta keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran yang dilaksanakan. Di samping itu mencatat hasil belajar siswa berupa
nilai formatif mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok kemampuan berbicara.
Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran dan hasil
belajar di MI Ziyadatul Huda pada pratindakan diperoleh informasi sebagai data
awal bahwa sebanyak 12 siswa (70,59%) yang belum mencapai KKM (65) dan
yang mencapai nilai KKM sebanyak 5 siswa (29,41%). Setelah dilakukan
pengamatan, ternyata sebagian besar siswa belum mampu mengungkapkan pikiran
dan gagasannya secara lebih leluasa serta belum dapat mengungkapkan atau
berbicara dengan aturan berbicara yang benar. Siswa belum terampil dalam
menyusun kalimat-kalimat dan belum memperhatikan tanda baca dalam teks
dongeng yang dibuat guru, sehingga berbicaranya tidak berirama sesuai dengan isi
cerita tersebut. Bertolak dari kenyataan tersebut diadakan konsultasi dengan
Kepala Sekolah mengenai alternatif peningkatan kemampuan berbicara dengan
menggunakan metode bermain peran dalam proses pembelajaran.
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1) Menentukan pokok bahasan atau memilih kompetensi dasar atau indikator
yang sesuai dengan keterampilan berbicara di kelas III. Alasan memilih
kompetensi dasar atau indikator tersebut adalah:
49
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahapan ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain peran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun pada tahap perencanaan. Siklus I dilaksanakan sebanyak
1 kali pertemuan. Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 2 November 2013
50
pada jam pertama dan kedua yaitu pukul 07.00-08.10 WIB. Materi yang diajarkan
adalah dongeng yang berjudul Kelinci yang Sombong dan Kura-Kura yang baik
Hati. Indikator Pembelajarannya adalah siswa dapat menceritakan kembali isi
dongeng dengan bahasanya sendiri. Pembelajaran dilaksanakan dengan
menerapkan metode bermain peran. Media penunjang yang digunakan
pembelajaran ini adalah menggunakan media sederhana yang disesuaikan dengan
tokoh drama yang diperankan.
Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam, lalu meminta salah satu siswa
untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan presensi.
Guru mengkondisikan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran dengan tepuk
tenang. Guru memberikan apersepsi dengan menyampaikan materi yang akan
disampaikan, dan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman mereka dalam
bercerita.
Kegiatan inti pada tahap eksplorasi, guru menjelaskan tentang dongeng,
kemudian menceritakan isi dongeng kepada siswa secara singkat. Lalu melakukan
tanya jawab terkait dengan isi dongeng, contoh: berapa tokoh yang ada dalam
dongeng yang ibu ceritakan tadi?, siapa nama tokoh-tokoh tersebut? Selanjutnya
menyampaikan teknik pembelajaran yang akan digunakan. Pada tahap elaborasi,
guru memberikan teks cerita kepada siswa. Kemudian memberi kesempatan
kepada siswa untuk membaca teks cerita tersebut. Guru meminta 2 orang siswa
untuk menceritakan kembali teks cerita yang dibacanya. Setelah siswa membaca
teks cerita yang diberikan guru, guru membagi dialog kepada siswa (setiap siswa
mendapat dialog). Agar berjalan lancar, guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami terkait dengan teks cerita dan
peran yang akan dimainkan. Guru menjelaskan kepada siswa yang mendapatkan
peran dan dialog, sehingga mereka tahu tugasnya, menguasai masalahnya, dan
pandai bermimik serta berdialog. Setelah siswa memahami tugas yang diberikan
guru, kemudian guru mempersilahkan kepada siswa untuk mulai bermain peran.
Guru mengatur jalannya bermain peran untuk meminimalisasi terjadinya
kekeliruan, sehingga cerita yang diperankan dapat dipahami siswa. Setelah drama
mencapai klimaks, guru menghentikan permainan drama agar kemungkinan-
51
c. Observasi
Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan,
artinya observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi
dilakukan oleh guru dan teman sejawat selaku observer. Hasil pengamatan lembar
observasi guru dan siswa pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Siklus I
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.10 bahwa keaktifan siswa terlihat
ada peningkatan yaitu mencapai skor 20 (berprestasi sedang). Terlihat dari
beberapa aspek yang sudah ada peningkatan, suasana pembelajaran berjalan
dengan kondusif dan siswa terlihat cukup aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Hal ini berarti peran dan keikutsertaan siswa dalam proses
pembelajaran semakin meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran diharapkan siswa lebih memahami materi dongeng sehingga
dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan pula karena
pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan metode yang membuat siswa aktif,
dimana siswa diikutsertakan dalam pembelajaran. Siswa tidak hanya menjadi
obyek pembelajaran, tetapi juga menjadi subyek pembelajaran.
Keaktifan atau kegiatan guru mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat
pada tabel 4.11 di bawah ini yang menjelaskan tentang hasil observasi terhadap
kegiatan guru.
Tabel 4.11 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Siklus I
11 Penguasaan materi 3
12 Bervariasi dalam memberikan pertanyaan dan teknik 2
bertanya
13 Dapat mengecek pemahaman siswa 2
14 Tepat saat mengakhiri pembelajaran 3
Total skor 32
Kriteria penilaian:
Dari tabel 4.13 dapat dilihat nilai tertinggi siswa yaitu 80, sedangkan nilai
terendah siswa adalah 53. Adapun nilai rata-ratanya sebesar 68,5. Dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I ini nilai rata-rata siswa lebih
tinggi dari nilai KKM (65).
Di bawah ini merupakan interval nilai dan frekuensi kemampuan membaca
siswa pada siklus I, yaitu :
Pada tabel 4.14 terlihat nilai siswa yang sudah tuntas dan yang belum tuntas.
Siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal
sebesar 88,23%, sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dengan
56
SIKLUS I
8
7
6
FREKUENSI
5
4
3
2
1
0
53 - 57 58 - 62 63 - 67 68 - 72 73 - 77 78 - 82
INTERVAL
Pada grafik 4.2 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai antara 53 – 57
sebanyak 1 orang (5,8%), yang mendapat nilai antara 58 – 62 sebanyak 1 orang
(5,8%), yang mendapat nilai antara 63 – 67 sebanyak 7 orang (41,17%), yang
mendapat nilai antara 68 – 72 tidak ada, yang mendapat nilai antara 73 – 77
sebanyak 7 orang (41,17%), dan yang mendapat nilai antara 78 – 82 sebanyak 1
orang (5,8%). Berarti siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 15 orang
(88,23%). Kondisi seperti ini dapat penulis jelaskan, bahwa suasana pembelajaran
sudah cukup membuat siswa senang dan aktif, siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik. Hanya sedikit siswa yang masih agak lambat, karena
keterbatasan yang ada pada diri siswa tersebut. Tetapi hal ini tidak menjadikan
peneliti tinggal diam, justru menjadi pemacu untuk meningkatkan kemampuan
siswa yang agak lambat dalam belajar. Berdasarkan nilai yang ada pada siklus I
ini, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan siklus I dinilai cukup berhasil.
d. Refleksi
Setelah melihat data yang sudah didapat pada siklus I, meliputi lembar
observasi guru, lembar observasi siswa, dan nilai tes kemampuan berbicara,
57
3. Tindakan Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Tindakan siklus II dilaksanakan 1kali pertemuan, yaitu tanggal 9 Nopember
2013 . Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 35 menit. Tahapan-tahapan yang
dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa
sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia pokok
bahasan kemampuan berbicara pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda, tetapi
belum berhasil dengan maksimal. Hal ini ditunjukkan masih ada 8 siswa yang
belum tuntas dalam pembelajaran berbicara. Dari hasil tindakan siklus I, diadakan
diskusi sekaligus konsultasi dengan guru kelas III untuk mencari alternatif
pemecahan agar dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada pokok
materi dongeng pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda. Dari diskusi tersebut
diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam 1
pertemuan dengan alokasi waktu pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Sabtu
tanggal 9 Nopember 2013. Hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran
berbicara, dengan metode bermain peran sebagai upaya untuk mengatasi
rendahnya kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide dan gagasannya.
Selanjutnya peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran
bahasa Indonesia yang difokuskan pada aspek berbicara dengan menerapkan
teknik bermain peran, sebagai berikut:
c. Observasi
Tahap observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dilakukan oleh peneliti. Setiap aktivitas siswa diamati dengan cermat.
Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.16 bahwa keaktifan siswa terlihat
adanya peningkatan yaitu mencapai skor 28 (berprestasi tinggi). Terlihat dari
beberapa aspek yang sudah ada peningkatan, suasana pembelajaran berjalan
dengan kondusif dan siswa terlihat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Aktivitas guru juga menunjukkan adanya peningkatan. Guru sudah terlihat
luwes dalam menjalankan tugasnya. Hal ini terlihat pada data yang didapat selama
penelitian, yaitu sebagai berikut:
14 4 4 5 13 86
15 4 4 3 11 73
16 4 4 4 12 80
17 4 4 4 12 80
Total Nilai 1329
Rata-Rata 78,17
Dari tabel 4.19 dapat dilihat nilai tertinggi siswa yaitu 93, sedangkan nilai
terendah siswa adalah 66. Adapun nilai rata-ratanya sebesar 78,17. Dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II berhasil dengan nilai rata-rata
siswa lebih tinggi (78,17) dari nilai KKM (65).
Di bawah ini merupakan interval nilai dan frekuensi kemampuan membaca
siswa pada siklus II, yaitu :
Pada tabel 4.20 terlihat nilai siswa sudah tuntas semua. Siswa yang tuntas
sebanyak 17 orang dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 100%. Berikut
ini grafik yang menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa pada
siklus II.
SIKLUS II
8
7
6
FREKUENSI
5
4
3
2
1
0
66 - 70 71 - 75 76 - 80 81 - 85 86 - 90 91 - 95
INTERVAL
Pada grafik 4.3 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai antara 66 – 70
sebanyak 1 orang, yang mendapat nilai antara 71 – 75 sebanyak 6 orang, yang
mendapat nilai antara 76 – 80 sebanyak 7 orang, yang mendapat nilai antara 81 –
85 tidak ada, yang mendapat nilai antara 86 – 90 sebanyak 2 orang, dan yang
mendapat nilai antara 91 – 95 sebanyak 1 orang. Berarti siswa yang sudah
mencapai nilai KKM sebanyak 17 orang dengan presentase ketuntasan klasikal
sebesar 100%. Kondisi seperti ini dapat penulis jelaskan, bahwa suasana
pembelajaran sudah cukup membuat siswa senang dan aktif, siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik, serta siswa sangat terkesan dengan
pembelajaran yang menggunakan teknik bermain peran ini. dengan teknik
bermain peran ini membuat siswa aktif, dan materi yang disampaikan pun dapat
65
terserap dengan baik oleh siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai yang diperoleh
pada siklus II ini.
d. Refleksi
Setelah melihat nilai siklus II, lembar observasi guru, lembar observasi siswa,
dan catatan lapangan banyak peningkatan yang sudah dicapai. Dalam proses
pembelajaran berbicara dengan menggunakan teknik bermain peran telah berhasil
membuat siswa lancar dalam berbicara. Skenario pembelajaran yang dipersiapkan
pada siklus II ini dapat meningkatkan semangat siswa dalam proses pembelajaran
dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Nilai tertinggi siswa pada siklus II
adalah 93 (di atas KKM), sedangkan terendahnya adalah 66, artinya semua siswa
sudah mencapai nilai KKM. Dengan demikian pembelajaran yang telah
dilaksanakan menunjukkan adanya peningkatan dan mencapai hasil yang
diharapkan.
D. Analisis Data
1. Analisis Nilai Siswa
a. Nilai Pretest
Setelah melakukan pratindakan atau pretest, peneliti mendapatkan nilai
kemampuan berbicara siswa pada kondisi awal sebelum dikenai tindakan.
Kemudian nilai-nilai tersebut diurutkan dari yang terendah hingga nilai tertinggi.
Adapun urutannya sebagai berikut:
Tabel 4. 21 Urutan Nilai Pretest Terendah Hingga Tertinggi
40 47 53 53 60 60 60 60 60
60 60 60 66 66 66 73 73 -
Dari tabel 4.21 di atas dapat dilihat nilai terendah pada kondisi awal yaitu 40
dan tertinggi yaitu 73. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM berjumlah
12 orang, dan yang mendapat nilai di atas KKM berjumlah 5 orang. Jumlah nilai
yang didapat pada pretest ini yaitu 1017, dengan nilai rata-rata yaitu 59,8. Nilai
rata-rata yang didapat menunjukkan belum mencapai nilai KKM.
b. Nilai Siklus I
Setelah melakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan teknik
bermain peran pada siswa kelas III, nilai yang didapat oleh siswa kemudian
diurutkan mulai dari nilai terendah hingga nilai tertinggi. Adapun urutannya
sebagai berikut:
Tabel 4.22 Urutan Nilai Terendah Hingga Tertinggi Siklus I
53 60 66 66 66 66 66 66 66
73 73 73 73 73 73 73 80 -
67
Dari tabel 4.22 di atas dapat dilihat nilai terendah yaitu 53 dan nilai tertinggi
yaitu 80. Siswa yang belum mencapai nilai KKM berjumlah 2 orang, dan yang
sudah mencapai nilai KKM berjumlah 15 orang. Jumlah nilai yang diperoleh yaitu
sebesar 1166, dengan nilai rata-rata yaitu 68,5. Terdapat peningkatan jumlah nilai
pada siklus I ini dari 1017 menjadi 1166, meningkat 149 poin.
c. Nilai Siklus II
Setelah melakukan tindakan pada siklus II, peneliti memperoleh nilai
kemampuan berbicara siswa. Kemudian nilai tersebut diurutkan mulai nilai
terendah hingga nilai tertinggi. Adapun urutan nilai-nilai tersebut sebagai berikut:
Dari tabel 4.23 di atas, dapat dilihat perolehan nilai terendah adalah 66, dan
nilai tertinggi adalah 93. Siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sudah tidak
ada, dan yang mendapat nilai di atas KKM berjumlah 17 orang. Jumlah nilai yang
diperoleh sebesar 1329, dengan perolehan nilai rata-rata yaitu 78,17. Berdasarkan
data tersebut, maka pelaksanaan siklus II ini dinilai berhasil karena melampaui
nilai yang didapat pada siklus I yang berjumlah 1166, dengan nilai rata-rata yaitu
68,5. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebanyak 163 poin.
Tabel 4.24 Data Perolehan Nilai Kemampuan Berbicara Siswa pada Akhir Siklus
No Keterampilan Berbicara
Pratindakan Siklus I Siklus II
1 60 66 80
68
2 60 66 73
3 60 73 80
4 40 53 66
5 60 66 73
6 66 73 80
7 60 66 73
8 47 66 73
9 53 66 80
10 60 73 86
11 60 73 80
12 60 66 73
13 73 80 93
14 73 73 86
15 53 60 73
16 66 73 80
17 66 73 80
Jumlah 1017 1166 1329
Rata-Rata 59,8 68,5 78,17
N = 17 ∑F (X) = 1017
M = ∑F
N
M = 1017 = 59,8
17
Tabel 4. 26 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus I
N = 17 ∑F (X) = 1166
N = 17 ∑F (X) = 1329
M = ∑F
N
M = 1329 = 78,2
17
Tahap selanjutnya penulis mencari selisih nilai rata-rata dari pretest, siklus I,
dan siklus II. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam
keterampilan berbicara siswa kelas III di MI Ziyadatul Huda. Untuk mencari
selisih nilai rata-rata tiap siklusnya menggunakan rumus :
Selisih nilai = X1 ─ Xpretest
= 68,6 ─ 59,8
= 8,8
Selisih nilai = X2 ─ Xpretest
= 78,2 ─ 59,8
= 18,4
Tahap berikutnya penulis mencari persentase peningkatan dengan rumus :
Persentase peningkatan nilai = selisih nilai X1 x 100
∑N
= 8,8 x 100
17
= 51,7%
10
8
FREKUENSI
6 PRATINDAKAN
SIKLUS I
4
SIKLUS II
2
0
40 - 48 49 - 57 58 - 66 67 - 75 76 - 84 85 - 93
INTERVAL
Skor
No Aspek Yang Dinilai
Pretest Siklus Siklus
I II
1 Kedisiplinan siswa 1 2 3
2 Kesiapan perlengkapan belajar 1 2 2
3 Siswa mengerjakan tugas dengan baik 2 2 3
4 Keseriusan dalam belajar 1 2 3
5 Sikap tanggap terhadap pertanyaan guru 1 2 3
6 Kerjasama sesama siswa 1 2 3
7 Kerjasama dengan guru 1 2 3
8 Ulah siswa dalam kelas 1 2 2
9 Keaktifan dalam belajar 1 2 3
10 Minat dalam belajar 1 2 3
Total skor 11 20 28
30
25
20
15
10
0
Pretest Siklus I Siklus II
Skor
No Aspek Yang Dinilai
Pretest Siklus I Siklus II
1 Kejelasan dalam suara 2 3 3
2 Penggunaan metode/teknik mengajar 1 2 3
3 Memberikan dorongan agar siswa aktif 1 2 3
4 Pembelajaran berorientasi kepada sasaran 1 2 3
5 Pengelolaan kelas 1 3 3
6 Penggunaan waktu 1 3 3
7 Baik dalam mengatur suasana pembelajaran 1 2 3
8 Menanggapi pertanyaan/pernyataan siswa 1 2 2
9 Adil dalam mendistribusikan pertanyaan 1 2 3
10 Menarik dalam menyajikan bahan 1 2 3
pembelajaran
11 Penguasaan materi 1 3 3
74
40
35
30
25
20
15
10
0
Pretest Siklus I Siklus II
dari hasil analisis data pretest, siklus I, dan siklus II adanya peningkatan dari
tahap ke tahap.
Dari hasil analisis lembar observasi terhadap aktivitas guru dan siswa juga
menunjukkan adanya peningkatan. Pada saat pretest skor yang diperoleh terhadap
aktivitas siswa sebesar 11 (36%). Kemudian pada siklus I tingkat aktivitas siswa
mendapatkan skor sebesar 20 (66%), dan pada siklus II terjadi peningkatan jumlah
skor yaitu menjadi 28 (93%). Sedangkan hasil pengamatan terhadap kinerja guru
selama proses pembelajaran berlangsung juga terjadi peningkatan. Berdasarkan
hasil analisis data yang dilakukan pada saat pretest skor yang didapat sebesar 15
(36%), siklus I sebesar 33 (78%), dan pada siklus II sebesar 40 (95%).
Kemampuan berbicara siswa juga terjadi peningkatan. Pada saat pretest nilai
rata-rata yang didapat belum mencapai KKM yakni adalah 60,47, lalu diberikan
tindakan dan terjadi peningkatan pada siklus I dengan nilai rata-rata 67. Kemudian
meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 76,23 melampaui nilai KKM.
Penelitian dapat disimpulkan sudah berhasil, maka penelitian tindakan kelas ini
dapat dihentikan.
1
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), cet.
3, h. 65.
76
A. Simpulan
77
78
B. Saran
RPP
Nama Sekolah : MI Ziyadatul Huda
Pertemuan ke : 1
I. Kompetensi Dasar
Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan.
II. Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran
Menyebutkan nama dan sifat tokoh dari dongeng yang diperankan
Menceritakan kembali isi dongeng dengan kata-kata sendiri
Memberi saran tentang sifat tokoh dari dongeng yang diperankan.
III. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menceritakan kembali isi dongeng dengan kata-kata
sendiri, serta dapat memberi saran tentang sifat tokoh yang terdapat
dalam dongeng.
IV. Materi Pembelajaran
a. Materi Pokok (terlampir)
Dongeng
b. Sub Materi Pokok
Menceritakan kembali isi dongeng dengan kata-kata sendiri
V. Metode Pembelajaran
Bermain peran
Tanya Jawab
Diskusi
VI. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Pendahuluan (10 menit )
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Mengucapkan salam Menjawab salam Religius
Menanyakan kabar siswa Menjawab kabar Sopan
Mempersilahkan siswa Membaca doa Religius
untuk memimpin doa bersama-sama
hendak belajar
Mengecek kehadiran Mendengarkan Patuh
siswa Melaksanakan
Mengkondisikan siswa perintah guru
agar siap untuk belajar
Apersepsi
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
3 Memberi saran
Apa saran yang akan kamu
tentang sifat tokoh
berikan terhadap tokoh yang ada
dari dongeng yang pada dongeng berjudul Kelinci
diperankan yang Sombong dan Kura-Kura?
Kunci Jawaban:
1. Kelinci, kura-kura, serigala, dan siput.
2. Cerita singkat dari dongeng yang diperankan.
3. Sebaiknya kelinci tidak boleh sombong, meskipun dia memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki oleh kura-kura. Dan kura-kura memiliki
semangat yang bagus, meskipun dilecehkan oleh kelinci, dia tetap
bersemangat.
Penilaian Keterampilan Berbicara
Kriteria penilaian:
RPP
Nama Sekolah : MI Ziyadatul Huda
Pertemuan ke : 1
I. Kompetensi Dasar
Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan.
II. Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran
Menyebutkan nama dan sifat tokoh dari dongeng yang diperankan
Menceritakan kembali isi dongeng dengan kata-kata sendiri
Memberi saran tentang sifat tokoh dari dongeng yang diperankan.
III. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menceritakan kembali isi dongeng dengan kata-kata
sendiri, serta dapat memberi saran tentang sifat tokoh yang terdapat
dalam dongeng.
IV. Materi Pembelajaran
c. Materi Pokok (terlampir)
Dongeng
d. Sub Materi Pokok
Menceritakan kembali isi dongeng dengan kata-kata sendiri
V. Metode Pembelajaran
Bermain peran
Tanya Jawab
Diskusi
VI. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Pendahuluan (10 menit )
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai karakter
Mengucapkan salam Menjawab salam Religius
Menanyakan kabar siswa Menjawab kabar Sopan
Mempersilahkan siswa Membaca doa Religius
untuk memimpin doa bersama-sama
hendak belajar
Mengecek kehadiran Mendengarkan Patuh
siswa Melaksanakan
Mengkondisikan siswa perintah guru
agar siap untuk belajar
Apersepsi
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Kunci Jawaban:
1. Cemplu, Kupluk, dan Pak Timbul.
2. Cerita singkat dari dongeng yang diperankan.
3. Cemplu memiliki sifat yang baik. Persahabatannya dengan Kupluk
sangat erat. Mereka saling membantu. Cemplu tidak ingin hidup
santai-santai saja, tetapi dirinya harus menjadi hewan yang berguna.
Pertahankan ssifat baik yang ada pada dirinya.
Kriteria penilaian:
Suatu Hari Kupluk melihat Cemplu sedang berdiam di bawah sebuah pohon.
Kupkluk merasakan akhir-akhir ini Cemplu selalu selalu terlihat murung. Sebagai
sahabat yang baik, Kupluk pun menghampiri si Cemplu. Terjadilah percakapan
diantara keduanya.
Cemplu : “Kupluk, aku adalah keledai yang sangat beruntung. Aku tinggal
di kandang yang sangat nyaman. Setiap hari, aku juga mendapat
makanan enak. Tapi, aku merasa itu semua tidak cukup. Aku
ingin menjadi keledai yang berguna. Aku ingin mempunyai
sesuatu yang dapat aku kerjakan.”
Mereka pun bermain dan tertawa kembali bersama-sama. Cemplu merasa lega
sekali telah mnencurahkan kegalauannya selama ini kepada sahabatnya si Kupluk.
Kupluk sebagai sahabat pun mendengarkan dengan baik keluh kesah sahabatnya
itu. Dia berharap bisa membantu si Cemplu sahabatnya.
Pak Timbul : “Oh, mengapa mesin mobil ini tidak dapat dinyalakan? Padahal,
aku telah berjanji kepada anak-anak untuk membawa mereka ke
pasar. Jika sampai tidak jadi, mereka pasti sangat kecewa. Apa
yang harus ku lakukan?”
Pak Timbul terus berusaha menyalakan kembali mobilnya. Tetapi mobilnya tetap
tidak mau nyala juga. Kupluk melihat kejadian itu. Ia pun dengan sigap segera
memanggil Cemplu.
Pak Timbul : (Sambil mengelus-elus Cemplu) “Cemplu, kau datang pada saat
yang tepat. Aku sangat membutuhkan pertolonganmu. Mulai
besok aku akan mengajak anak-anak ke pasar dengan Cemplu
saja. Nyaman dan bebas polusi.”
Kakak : ”Ayah, bukankah mobil ayah sedang rusak? Lalu kita naik apa ke
sana?”
Akhirnya Cemplu si keledai yang berbadan kecil dapat berguna bagi orang lain.
Penilaian Tugas Menceritakan Kembali Dongeng yang Diperankan (Pratindakan)
Tingkat Kefasihan
Ketepatan Pemahaman Kelancaran Total Nilai
No. Nama Siswa
cerita Skor
1 Ahmad Hanafi 3 3 3 9 60
2 Ahmad Baihaqi 3 3 3 9 60
3 Abshar Rafi Tamzi 3 3 3 9 60
4 Anita Chairunnisa 2 2 2 6 40
5 Adiba Ramadhani 3 3 3 9 60
6 Chairunnisa 3 4 3 10 66
7 Dani Karnarajasa 3 3 3 10 60
8 Desi Putri Hijriyani 2 3 2 7 47
9 Galih Saputra 2 3 3 8 53
10 Hanni Tanzila 3 3 3 9 60
11 Ida Farida 3 3 3 9 60
12 Kamal Azka 3 3 3 9 60
13 Luna Sakinah 3 4 4 11 73
14 Manzilah Rahmah 3 4 4 11 73
15 Muhammad Akbar 2 3 3 8 53
16 Nana Sukriah 3 4 3 10 66
17 Putri Safira 3 4 3 10 66
Total Nilai 1017
Rata-Rata 59,8
Kriteria penilaian:
Kriteria penilaian:
Tingkat Kefasihan
Ketepatan Pemahaman Kelancaran
Total Nilai
No. Nama Siswa
cerita Skor
1 Ahmad Hanafi 4 4 4 12 80
2 Ahmad Baihaqi 3 4 4 11 73
3 Abshar Rafi Tamzi 4 4 4 12 80
4 Anita Chairunnisa 3 4 3 10 66
5 Adiba Ramadhani 4 4 3 11 73
6 Chairunnisa 4 4 4 12 80
7 Dani Karnarajasa 4 4 3 11 73
8 Desi Putri Hijriyani 4 4 3 11 73
9 Galih Saputra 4 4 4 12 80
10 Hanni Tanzila 4 4 5 13 86
11 Ida Farida 4 4 4 12 80
12 Kamal Azka 3 4 4 11 73
13 Luna Sakinah 5 5 4 14 93
14 Manzilah Rahmah 4 4 5 13 86
15 Muhammad Akbar 4 4 3 11 73
16 Nana Sukriah 4 4 4 12 80
17 Putri Safira 4 4 4 12 80
Total Nilai 1329
Rata-Rata 78,2
Kriteria penilaian:
Observer
( Nurhasanah )
Observasi Terhadap kegiatan Siswa Pratindakan Siklus I
Observer
(Nurhasanah)
Observasi Terhadap kegiatan Siswa Siklus II
Observer
(Nurhasanah)
Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Pratindakan
Observer
nilai No Interval Frekuensi (fi) Nilai Tengah (Xi) fi.Xi Prosentase (%) Keterangan
40 1. Jumlah data = 17 1 40 - 45 1 42.5 42.5 5.88 di bawah KKM
47 2. Menentukan rentang R 2 46 - 51 1 48.5 48.5 5.88 di bawah KKM
53 R= skor terbesar - skor terkecil 3 52 - 57 2 54.5 109 11.76 di bawah KKM
53 R= 73 - 40 4 58 - 63 8 60.5 484 47.05 di bawah KKM
60 R= 33 5 64 - 69 3 66.5 199.5 17.64 di atas KKM
60 3. Menentukan banyak kelas (K) 6 70 - 75 2 72.5 145 11.76 di atas KKM
60 K= 1 + 3,3 log 17 Jumlah 17 1028.5 100
60 K= 1 + 3,3 x 1,230 Nilai Rata-rata = 1028,5 : 17 = 60,5
60 K = 1 + 4,06 Ketuntasan Klasikal = (5 : 17)x 100% = 29,41 %
60 K= 5,06
60 K=6
60 4. Panjang Kelas PRATINDAKAN
66 P= R : K = 33 : 6 = 5,5 = 6 9
66 8
66 7
6
FREKUENSI
73
5
73 4
1017 3
2
1
0
40 - 45 46 - 51 52 - 57 58 - 63 64 - 69 70 - 75
INTERVAL
nilai 1. Jumlah data = 17
53 2. Menentukan rentang R No Interval Frekuensi (fi) Nilai Tengah (Xi) fi.Xi Prosentase (%) Keterangan
60 R= skor terbesar - skor terkecil 1 53 - 57 1 55 55 5.8 di bawah KKM
66 R= 80 -53 2 58 - 62 1 60 60 11.7 di bawah KKM
66 R= 27 3 63 - 67 7 65 455 41.17 tepat dan di atas KKM
66 3. Menentukan banyak kelas (K) 4 68 - 72 0 70 0 0 di atas KKM
66 K= 1 + 3,3 log 17 5 73 - 77 7 75 525 41.17 di atas KKM
66 K= 1 + 3,3 x 1,230 6 78 - 82 1 80 80 5.8 di atas KKM
66 K = 1 + 4,06 Jumlah 17 1175 100
66 K= 5,06 Nilai Rata-rata = 1175 : 17 = 69,11
73 K=6 Ketuntasan Klasikal = (15 : 17)x 100 = 88,23 %
73 4. Panjang Kelas
73 P= R : K = 27 : 6 = 4,5 = 5
73 SIKLUS I
73 8
73 7
73 6
FREKUENSI
80 5
1166 4
3
2
1
0
53 - 57 58 - 62 63 - 67 68 - 72 73 - 77 78 - 82
INTERVAL
40 53 66 1. Jumlah data = 17
47 60 73 2. Menentukan rentang R
53 66 73 R= skor terbesar - skor terkecil No Interval Pratindakan Siklus I Siklus II
53 66 73 R= 93 -40 1 40 - 48 2 0 0
60 66 73 R= 53 2 49 - 57 2 1 0
60 66 73 3. Menentukan banyak kelas (K) 3 58 - 66 11 8 1
60 66 73 K= 1 + 3,3 log 17 4 67 - 75 2 7 6
60 66 80 K= 1 + 3,3 x 1,230 5 76 - 84 0 1 7
60 66 80 K = 1 + 4,06 6 85 - 93 0 0 3
60 73 80 K= 5,06 Jumlah 17 17 17
60 73 80 K=6
60 73 80 4. Panjang Kelas 12
66 73 80 P= R : K = 53 : 6 = 8,8= 9
66 73 80 10
66 73 86 8
FREKUENSI
73 73 86
73 80 93 6 PRATINDAKAN
SIKLUS I
4
SIKLUS II
2
0
40 - 48 49 - 57 58 - 66 67 - 75 76 - 84 85 - 93
INTERVAL
RIWAYAT PENULIS