Anda di halaman 1dari 15

OPTIMASI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT SEBAGAI STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL DI


INDONESIA

Abstrak
Bagi negara-negara berkembang, karena keadaan objektif dari tekad yang ada, rencana
tersebut telah menghasilkan tekad dan kemauan untuk membangun. Sejak pecahnya krisis
ekonomi yang dipicu oleh krisis mata uang pada pertengahan tahun 1997, pertumbuhan
ekonomi mengalami stagnasi dan tingkat inflasi meningkat pesat, yang menyebabkan
penurunan tajam dalam standar hidup masyarakat Indonesia. Ke depan, pembangunan
ekonomi Indonesia akan menghadapi dua tantangan besar: globalisasi dan desentralisasi.
Oleh karena itu, daya saing industri nasional harus ditingkatkan dengan meningkatkan
efisiensi dan membangun keunggulan bersaing. Pelajaran yang sangat penting di masa
krisis adalah pentingnya nilai keadilan sebagai bagian integral dari keinginan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Pemberdayaan masyarakat di bidang
ekonomi adalah penguatan bersama, dan hanya usaha kecil dan menengah yang dapat
mencapai pembangunan besar.
Kata Kunci : Pembangunan Ekonomi, Pemberdayaan Masyarakat, Strategi
Pembangunan

PENDAHULUAN
Bagi negara-negara berkembang, perencanaan menimbulkan tekad dan
kemauan untuk membangun karena keadaan objektif tekad yang dihadapi. Dalam
suatu perencanaan pembangunan, berbagai kegiatan terhadap beberapa unsur yang
harus diperhatikan dan secara umum menjadi hal yang berpengaruh, terdapat
beberapa hal perlu diberikan perhatian.
Prioritas Pembangunan Nasional, yaitu mempercepat pemulihan ekonomi
dan memperkuat landasan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan berkeadilan
berdasarkan sistem ekonomi rakyat . Penetapan prioritas tersebut dilandasi
masalah dan tantangan yang dihadapi serta arahan kebijakan GBHN 1999-2004
dalam pembangunan ekonomi, baik jangka pendek maupun jangka menengah.
Sejak timbulnya krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter pada
pertengahan tahun 1997, pertumbuhan ekonomi terhenti dan laju inflasi
meningkat pesat yang berakibat taraf hidup rakyat Indonesia merosot tajam.
Jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran meningkat pesat. Langkah-
langkah pemulihan dan reformasi ekonomi untuk menggerakkan perekonomian
dan memulihkan kesejahteraan rakyat selama periode 1997-1999 dirasakan
berjalan lambat.
Krisis ekonomi telah mengangkat ke permukaan beberapa kelemahan
penyelenggaraan perekonomian nasional. Berbagai distorsi yang terjadi pada masa
lalu telah melemahkan ketahanan ekonomi nasional dalam menghadapi krisis,
menimbulkan berbagai bentuk kesenjangan sosial, dan menghambat kemampuan
untuk mengatasi krisis melalui cepat. Kurang meratanya penyebaran pelaksanaan
pembangunan telah menimbulkan kesenjangan pertumbuhan antardaerah, antara
perkotaan dan perdesaan, antarkawasan seperti kawasan barat dan kawasan timur
Indonesia, maupun antargolongan masyarakat sehingga gejolak sosial menjadi
sangat mudah terjadi.
Sementara itu, pada masa yang akan datang pembangunan ekonomi
Indonesia menghadapi dua tantangan utama yang terkait melalui proses
globalisasi dan desentralisasi. Pertama, meningkatkan daya saing industri nasional
melalui peningkatan efisiensi dan pembangunan keunggulan kompetitif yang pada
gilirannya akan memperkukuh ketahanan dan pertumbuhan ekonomi. Kedua,
melaksanakan proses desentralisasi ekonomi secara bertahap agar potensi sumber
daya ekonomi di seluruh daerah dapat segera tergerakkan secara serempak
menjadi kegiatan ekonomi yang meluas yang didukung oleh semakin tumbuhnya
prakarsa, jiwa wirausaha, dan kemampuan berusaha di kalangan masyarakat di
daerah. Proses desentralisasi ekonomi ditempuh secara hati-hati agar tidak
menimbulkan permasalahan yang dapat menghambat pencapaian tujuan
pembangunan ekonomi nasional secara menyeluruh.
PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana korelasi antara pemberdayaan masyarakat dan dampaknya
terhadap kebijakan pembangunan ekonomi, serta strategi yang seperti apa yang
cocok untuk diimplementasikan pada proses pembangunan nasional.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan adalah kajian pustaka atau studi
kepustakaan, yang berisi tentang teori yang relevan dengan masalah-masalah
penelitian
PEMBAHASAN
Arah Kebijakan Pembangunan Bidang Ekonomi
Arahan kebijakan pembangunan di bidang ekonomi dalam GBHN 1999-2004
adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan sistem ekonomi rakyat yang bertumpu pada mekanisme
pasar yang berkeadilan melalui prinsip persaingan sehat dan memperhatikan
pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas
hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sehingga
terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja, pelindungan
hak-hak konsumen, serta perlakuan yang adil bagi seluruh masyarakat.
2. Mengembangkan persaingan yang sehat dan adil serta menghindarkan
terjadinya struktur pasar monopolistik dan berbagai struktur pasar yang
distortif, yang merugikan masyarakat.
3. Mengoptimalkan peranan pemerintah dalam mengoreksi ketidaksempurnaan
pasar melalui menghilangkan seluruh hambatan yang mengganggu
mekanisme pasar, melalui regulasi, layanan publik, subsidi dan insentif, yang
dilakukan secara transparan dan diatur melalui undang-undang.
4. Mengupayakan kehidupan yang layak berdasarkan atas kemanusiaan yang
adil bagi masyarakat, terutama bagi fakir miskin dan anak-anak terlantar
melalui mengembangkan sistem dana jaminan sosial melalui program
pemerintah serta menumbuhkembangkan usaha dan kreativitas masyarakat
yang pendistribusiannya dilakukan melalui birokrasi yang efektif dan efisien
serta ditetapkan melalui undang-undang.
5. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan
teknologi melalui membangun keunggulan kompetitif berdasarkan
keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris, sesuai
kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam
arti luas, kehutanan, kelautan, pertambangan, pariwisata, serta industri kecil
dan kerajinan rakyat.
6. Mengelola kebijakan makro dan mikroekonomi secara terkoordinasi dan
sinergis guna menentukan tingkat suku bunga wajar, tingkat inflasi terkendali,
tingkat kurs rupiah yang stabil dan realistis, menyediakan kebutuhan pokok
terutama perumahan dan pangan rakyat, menyediakan fasilitas publik yang
memadai dan harga terjangkau, serta memperlancar perizinan yang
transparan, mudah, murah, dan cepat.
7. Mengembangkan kebijakan fiskal melalui memperhatikan prinsip
transparansi, disiplin, keadilan, efisiensi, efektivitas, untuk menambah
penerimaan negara dan mengurangi ketergantungan dana dari luar negeri.
8. Mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, efisien, dan
meningkatkan penerapan peraturan perundang-undangan sesuai melalui
standar internasional dan diawasi oleh lembaga independen.
9. Mengoptimalkan penggunaan pinjaman luar negeri pemerintah untuk
kegiatan ekonomi produktif yang dilaksanakan secara transparan, efektif dan
efisien. Mekanisme dan prosedur peminjaman luar negeri harus melalui
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dan diatur melalui undang-undang.
10. Mengembangkan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dalam rangka
meningkatkan daya saing global melalui membuka aksesibilitas yang sama
terhadap kesempatan kerja dan berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh
daerah melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan sumber
daya alam dan sumber daya manusia melalui menghapus segala bentuk
perlakuan diskriminatif dan hambatan.
11. Memberdayakan pengusaha kecil menengah dan koperasi agar lebih efisien,
produktif dan berdaya saing melalui menciptakan iklim berusaha yang
kondusif dan peluang usaha yang seluas-luasnya. Bantuan fasilitas dari
negara diberikan secara selektif terutama dalam bentuk perlindungan dari
persaingan yang tidak sehat, pendidikan dan pelatihan, informasi bisnis dan
teknologi, permodalan, dan lokasi berusaha.
12. Menata Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara efisien, transparan dan
profesional terutama yang usahanya berkaitan melalui kepentingan umum
yang bergerak dalam penyediaan fasilitas publik, industri pertahanan dan
keamanan, pengelolaan aset strategis, dan kegiatan usaha lainnya yang tidak
dilakukan oleh swasta dan koperasi. Keberadaan dan pengelolaan BUMN
ditetapkan melalui undang-undang.
13. Mengembangkan hubungan kemitraan dalam bentuk keterkaitan usaha yang
saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi, swasta dan Badan
Usaha Milik Negara, serta antara usaha besar, menengah dan kecil dalam
rangka memperkuat struktur ekonomi nasional.
14. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman
sumber daya bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal dalam rangka
menjamin tersedianya pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang
dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau melalui memperhatikan
peningkatan pendapatan petani dan nelayan, serta peningkatan produksi yang
diatur melalui undang-undang.
15. Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi dan tenaga listrik
yang relatif murah dan ramah lingkungan dan secara berkelanjutan yang
pengelolaannya diatur melalui undang-undang.
16. Mengembangkan kebijakan pertanahan untuk meningkatkan pemanfaatan dan
penggunaan tanah secara adil, transparan, dan produktif melalui
mengutamakan hak-hak rakyat setempat, termasuk hak ulayat dan masyarakat
adat, serta berdasarkan tata ruang wilayah yang serasi dan seimbang.
17. Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana publik,
termasuk transportasi, telekomunikasi, energi dan listrik, dan air bersih guna
mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat
melalui harga terjangkau, serta membuka keterisolasian wilayah pedalaman
dan terpencil.
18. Mengembangkan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan terpadu yang
diarahkan pada peningkatan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja,
peningkatan pengupahan, penjaminan kesejahteraan, perlindungan kerja, dan
kebebasan berserikat.
19. Meningkatnya kuantitas dan kualitas penempatan tenaga kerja ke luar negeri
melalui memperhatikan kompetensi, perlindungan dan pembelaan tenaga
kerja yang dikelola secara terpadu dan mencegah timbulnya eksploitasi
tenaga kerja.
20. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi termasuk teknologi bangsa sendiri dalam dunia
usaha, terutama usaha kecil, menengah, dan koperasi guna meningkatkan
daya saing produk yang berbasis sumber daya lokal.
21. Melakukan berbagai upaya terpadu untuk mempercepat proses pengentasan
masyarakat dari kemiskinan dan mengurangi pengangguran, yang adalah
dampak krisis ekonomi.
22. Mempercepat penyelematan dan pemulihan ekonomi guna membangkitkan
sektor riil terutama bagi pengusaha kecil, menengah, dan koperasi melalui
upaya pengendalian laju inflasi, stabilisasi kurs rupiah pada tingkat yang
realistis, dan suku bunga yang wajar serta didukung oleh tersedianya
likuiditas sesuai kebutuhan.
23. Menyehatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui mengurangi
defisit anggaran melalui peningkatan disiplin anggaran, pengurangan subsidi
dan pinjaman luar negeri secara bertahap, peningkatan penerimaan pajak
progresif yang adil dan jujur, serta penghematan pengeluaran.
24. Mempercepat rekapitalisasi sektor perbankan dan restrukturisasi utang swasta
secara transparan agar perbankan nasional dan perusahaan swasta menjadi
sehat, terpercaya, adil, dan efisien dalam melayani masyarakat dan kegiatan
perekonomian.
25. Melaksanakan restrukturisasi aset negara, terutama aset yang berasal dari
likuidasi perbankan dan perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi
dan produktivitas secara transparan dan pelaksanaannya dikonsultasikan
melalui Dewan Perwakilan Rakyat.
26. Pengelolaan aset negara diatur melalui undang-undang.
27. Melakukan renegosiasi dan mempercepat restrukturisasi utang luar negeri
bersama-sama melalui Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, lembaga
keuangan internasional lainnya, dan negara donor melalui memperhatikan
kemampuan bangsa dan negara, yang pelaksanaannya dilakukan secara
transparan dan dikonsultasikan melalui Dewan Perwakilan Rakyat
28. Melakukan secara proaktif negosiasi dan kerjasama ekonomi bilateral dan
multilateral dalam rangka meningkatkan volume dan nilai ekspor, terutama
dari sektor industri yang berbasis sumber daya alam, serta menarik investasi
finansial dan investasi asing langsung tanpa merugikan pengusaha nasional.
29. Menyehatkan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah
terutama yang usahanya berkaitan melalui kepentingan umum. Bagi BUMN
yang usahanya tidak berkaitan melalui kepentingan umum didorong untuk
privatisasi melalui pasar modal.
Program-Program Pembangunan
Menghadapi masalah dan tantangan serta berpedoman pada arah
kebijakan GBHN 1999-2004 tersebut di atas dan menyadari keterbatasan sumber
daya yang tersedia, perlu ditetapkan prioritas program-program pembangunan
ekonomi. Prioritas jangka pendek (kurun waktu 1-2 tahun mendatang) adalah
program-program untuk mempercepat pemulihan ekonomi disertai melalui upaya
mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang meningkat pesat selama
krisis. Bersamaan melalui upaya pemulihan ekonomi, dilaksanakan program
pembangunan ekonomi jangka menengah (kurun waktu 5 tahun) untuk
meletakkan landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan berlandaskan
sistem ekonomi rakyat.
Pelajaran yang sangat penting dalam masa krisis adalah pentingnya
mengintegrasikan nilai keadilan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Melalui demikian,
pertumbuhan ekonomi yang dicapai harus dapat dinikmati oleh masyarakat luas
secara berkeadilan. Oleh karena itu, dalam era reformasi sekarang harus
diupayakan secara sungguh-sungguh pergeseran-pergeseran dari paradigma
pembangunan ekonomi yang bertumpu hanya pada pertumbuhan ke paradigma
pembangunan ekonomi yang bertumpu pada pemerataan. Sejalan melalui itu,
GBHN 1999-2004 telah mengamanatkan bahwa perekonomian dibangun
berlandaskan sistem ekonomi rakyat , di mana kekuatan ekonomi rakyat
dikembangkan menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi nasional.
Sebagai suatu sistem perekonomian, komponen utama sistem ekonomi
rakyat adalah sumber daya manusia sebagai konsumen, sebagai tenaga kerja, dan
sebagai pengusaha serta sumber daya alam dan lingkungan hidup termasuk tanah,
air, udara dan lingkungan tempat sumber daya manusia melakukan aktivitasnya.
Ciri-ciri sistem ekonomi rakyat adalah sebagai berikut.
1. Ciri utama sistem ekonomi rakyat adalah penegakan prinsip keadilan dan
demokrasi ekonomi disertai kepedulian terhadap yang lemah. Sistem ekonomi
tersebut harus memungkinkan seluruh potensi bangsa, baik sebagai
konsumen, sebagai pengusaha maupun sebagai tenaga kerja, tanpa
membedakan suku, agama, dan gender, mendapatkan kesempatan,
perlindungan dan hak untuk memajukan kemampuannya dalam rangka
meningkatkan taraf hidupnya dan partisipasinya secara aktif dalam berbagai
kegiatan ekonomi, termasuk dalam memanfaatkan serta memelihara
kekayaan alam dan lingkungan hidup. Di dalam melaksanakan kegiatan
tersebut, semua pihak harus mengacu kepada peraturan yang berlaku.
2. Ciri yang kedua, sejalan melalui ciri pertama, adalah pemihakan,
pemberdayaan, dan perlindungan terhadap yang lemah oleh semua potensi
bangsa, terutama pemerintah sesuai melalui kemampuannya. Pemerintah
melaksanakannya melalui langkah-langkah yang ramah pasar.
Penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil,
menengah, dan koperasi (UKMK) termasuk petani dan nelayan kecil, adalah
prioritas utama dalam pengembangan sistem ekonomi rakyat . Bagi
kelompok penduduk yang karena keadaannya mempunyai keterbatasan
dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuannya dan
memberikan dukungan agar dapat memanfaatkan akses yang terbuka.
Dukungan yang mendasar dan secara umum diberikan kepada penduduk
miskin, antara lain, melalui memberikan pendidikan, pelatihan, dan
pelayanan kesehatan melalui biaya yang terjangkau. Sedangkan bagi
UKMK, termasuk petani dan nelayan kecil, untuk memajukan kemampuan
dan usahanya, diberikan berbagai pelatihan serta peningkatan akses kepada
permodalan, informasi pasar, dan teknologi tepat guna. Langkah-langkah
yang ramah pasar tersebut diberikan secara selektif, transparan, dan tegas
disertai melalui pengawasan yang efektif.
3. Penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat dan intervensi yang ramah
pasar. Upaya pemerataan berjalan seiring melalui upaya menciptakan pasar
yang kompetitif untuk mencapai efisiensi optimal. Melalui demikian,
misalnya, hubungan kemitraan antara usaha besar dan UKMK harus
berlandaskan kompetensi bukan belas kasihan. Untuk itu, prioritas dilakukan
bagi penghapusan praktik-praktik dan perilaku-perilaku ekonomi di luar
aturan permainan yang dianggap wajar dan adil oleh masyarakat seperti
praktik monopoli, pengembangan sistem perpajakan progresif yang efektif
dan deregulasi yang diarahkan untuk menghilangkan ekonomi biaya tinggi.
4. Pemberdayaan kegiatan ekonomi rakyat sangat terkait melalui upaya
menggerakkan perekonomian perdesaan. Oleh karena itu, upaya mempercepat
pembangunan perdesaan, termasuk di daerah terpencil, daerah minus, daerah
kritis, daerah perbatasan dan daerah terbelakang lainnya harus adalah
prioritas, antara lain, melalui meningkatkan pembangunan prasarana
perdesaan dalam mendukung pengembangan keterkaitan desa-kota sebagai
bentuk jaringan produksi dan distribusi yang saling menguntungkan.
5. Pemanfaatan dan penggunaan tanah dan sumber daya alam lainnya, seperti
hutan, laut, air, udara, dan mineral secara adil, transparan dan produktif
melalui mengutamakan hak-hak rakyat setempat, termasuk hak ulayat
masyarakat adat melalui tetap menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Di bidang ekonomi, pembangunan sistem ekonomi rakyat terutama dan
secara langsung dilakukan melalui berbagai upaya dalam rangka penanggulangan
kemiskinan, pembangunan ketenagakerjaan, pengembangan sistem jaminan sosial
dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, pembangunan
pertanian, pangan dan pengairan, pembangunan sarana dan prasarana perdesaan,
serta yang berkaitan melalui pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup.
Dari berbagai program dan atau proyek pemberdayaan masyarakat di
bidang ekonomi, program Inpres Desa Tertinggal (IDT), proyek Pembangunan
Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Proyek Pengembangan Kecamatan
(PPK), Proyek Pengembangan Kawasan Desa-kota Terpadu (PARUL),
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Lokal (PEML/LED) dan Program
Pemberdayaan Daerah Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE), secara
umum memiliki kemiripan dimenasi pendekatan, seperti misalnya: (1) bantuan
modal bergulir; (2) bantuan pembangunan prasarana; (3) pengembangan
kelembagaan lokal; (4) penguatan dan pembangunan kemitraan usaha; dan (5)
fasilitasi dari pendamping eksitu.
1. Bantuan Modal
Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat tuna daya adalah
permodalan. Lambannya akumulasi kapital di kalangan pengusaha mikro, kecil,
dan menengah, adalah salah satu penyebab lambannya laju perkembangan usaha
dan rendahnya surplus usaha di sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Faktor
modal juga menjadi salah satu sebab tidak munculnya usaha-usaha baru di luar
sektor ekstraktif. Oleh sebab itu tidak salah, kalau dalam pemberdayaan
masyarakat di bidang ekonomi, pemecahan dalam aspek modal ini penting dan
memang harus dilakukan.
Ada dua hal yang perlu kita cermati bersama. Pertama, bahwa lemahnya
ekonomi masyarakat tunadaya ini bukan hanya terjadi pada masyarakat yang
memiliki usaha mikro, kecil, dan menengah, tetapi juga masyarakat yang tidak
memiliki faktor produksi, atau masyarakat yang pendapatannya hanya dari
upah/gaji. Karena tidak mungkin semua anggota masyarakat tunadaya dapat dan
memiliki talenta untuk dijadikan pengusaha, maka bantuan modal tidak akan
dapat menjawab permasalahan yang dihadapi masyarakat pekerja. Dalam praktik
pemberdayaan ekonomi masyarakat, tampaknya pemberdayaan untuk masyarakat
pekerja ini perlu dipikirkan bersama.
Kedua, yang perlu dicermati dalam usaha pemberdayaan masyarakat di
bidang ekonomi melalui aspek permodalan ini adalah: (1) bagaimana pemberian
bantuan modal ini tidak menimbulkan ketergantungan masyarakat; (2) bagaimana
pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui penciptaan sistem yang kondusif
baru usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah untuk mendapatkan akses di
lembaga keuangan; (3) bagaimana skema penggunaan atau kebijakan
pengalokasian modal ini tidak terjebak pada perekonomian subsisten atau
ekonomi kere. Tiga hal ini penting untuk dipecahkan bersama. Inti pemberdayaan
adalah kemandirian masyarakat.
Pemberian hibah modal kepada masyarakat, selain kurang mendidik
masyarakat untuk bertanggungjawab kepada dirinya sendiri, juga akan dapat
mendistorsi pasar uang. Oleh sebab itu, cara yang cukup elegan dalam
memfasilitasi pemecahan masalah permodalan untuk usaha mikro, usaha kecil,
dan usaha menengah, adalah melalui menjamin kredit mereka di lembaga
kuangan yang ada, dan atau memberi subsidi bunga atas pinjaman mereka di
lembaga keuangan. Cara ini selain mendidik mereka untuk bertanggung jawab
terhadap pengembalian kredit, juga dapat menjadi wahana bagi mereka untuk
terbiasa bekerjasama melalui lembaga keuangan yang ada, serta membuktikan
kepada lembaga keuangan bahwa tidak ada alasan untuk diskriminatif dalam
pemberian pinjaman.
Sistem atau kebijakan yang kondusif untuk memperluas akses usaha
mikro, usaha kecil, dan usaha menengah ke lembaga keuangan, sebenarnya sudah
cukup banyak, seperti Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Kepada Koperasi
(KKOP), Kredit Modal Kerja Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (KMK-
BPR), Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA), Kredit Trans
Kawasan Timur (KKPA PIR Trans KRI), KKPA- Bagi Hasil, Kredit Pengusaha
Kecil dan Mikro (KPKM), Kredit Modal Kerja Usaha Kecil dan Menengah
(KMK-UKM), dan masih banyak lagi lainnya. Affirmative action untuk
masyarakat dalam pengembangan ekonomi, melalui mekanisme pasar ini jauh
lebih baik, bila dibanding melalui pemberian dana bergulir. Ini relevan melalui
tujuan pemberdayaan ekonomi rakyat yang akan menjadikan ekonomi rakyat
sebagai ekonomi yang tangguh, mandiri, berdaya saing, dan modern.
2. Bantuan Pembangunan Prasarana
Usaha mendorong produktivitas dan mendorong tumbuhnya usaha, tidak
akan memiliki arti penting bagi masyarakat, kalau hasil produksinya tidak dapat
dipasarkan, atau kalaupun dapat dijual tetapi melalui harga yang amat rendah.
Oleh sebab, itu komponen penting dalam usaha pemberdayaan masyarakat di
bidang ekonomi adalah pembangunan prasarana produksi dan pemasaran.
Tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dari lokasi produksi ke
pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya akan meningkatkan
penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan pengusaha
menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan ekonomi, maka proyek pembangunan
prasarana pendukung desa tertinggal, memang strategis.
3. Bantuan Pendampingan
Pendampingan masyarakat tunadaya memang perlu dan penting. Tugas
utama pendamping ini adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan
menjadi mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha
kecil, maupun usaha menengah melalui usaha besar. Yang perlu dipikirkan
bersama adalah mengenai siapa yang paling efektif menjadi pendamping
masyarakat. Pengalaman empirik dari pelaksanaan IDT, P3DT, dan PPK, melalui
adanya pendamping eksitu, ternyata menyebabkan biaya transaksi bantuan modal
menjadi sangat mahal. Selain itu, pendamping eksitu yang diberi upah, ternyata
juga masih membutuhkan biaya pelatihan yang tidak kecil. Oleh sebab itu, untuk
menjamin keberlanjutan pendampingan, sudah saatnya untuk dipikirkan
pendamping insitu, bukan pendamping eksitu yang sifatnya sementara. Sebab
proses pemberdayaan bukan proses satu dua tahun, tetapi proses puluhan tahun.
4. Penguatan Kelembagaan
Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat lemah, pada mulanya dilakukan
melalui pendekatan individual. Pendekatan individual ini tidak memberikan hasil
yang memuaskan, oleh sebab itu, semenjak tahun 80-an, pendekatan yang
dilakukan adalah pendekatan kelompok. Alasannya adalah, akumulasi kapital
akan sulit dicapai di kalangan orang miskin, oleh sebab itu akumulasi kapital
harus dilakukan bersama-sama dalam wadah kelompok atau usaha bersama.
Demikian pula melalui masalah distribusi, orang miskin mustahil dapat
mengendalikan distribusi hasil produksi dan input produksi, secara individual.
Melalui kelompok, mereka dapat membangun kekuatan untuk ikut menentukan
distribusi.
Dalam beberapa hal logika ini benar, tetapi tidak benar untuk hal yang
lain. Pengalaman empiris telah membuktikan hal ini. pendekatan kelompok
memang efektif untuk wahana belajar dan wahana refleksi. Tetapi pendekatan
kelompok jarang berhasil. Pada tahun 80-an ada NGO besar di Jakarta yang
pernah memiliki dampingan kelompok usaha ekonomi sampai lebih dari dua ribu
kelompok usaha bersama. Ketika kelompok tersebut didampingi oleh fasilitator
dan diberi bantuan modal bergulir, aktivitas ekonomi melalui kelompok berjalan
cukup baik. Tetapi ketika ditinggalkan pendampingnya dan tidak ada lagi bantuan
modal, maka kelompok-kelompok ini akhirnya bubar.
Melalui demikian, pengertian pengembangan kelembagaan ekonomi,
perlu didefinsikan kembali. Kalau pendekatan kelompok dimaksudkan untuk
tujuan akumulasi modal atau membangun kelembagaan keuangan tersendiri, maka
itu tidak mudah untuk mencapainya. Yang paling realistis adalah bila
pengelompokan atau pengorganisasian ekonomi diarahkan pada kemudahan untuk
memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah ada, dan untuk
membangun skala usaha yang ekonomis.
Aspek kelembagaan yang lain adalah dalam hal kemitraan antar skala
usaha dan jenis usaha, pasar barang, dan pasar input produksi. Ketiga aspek
kelembagaan ini penting untuk ditangani dalam rangka pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
5. Penguatan Kemitraan Usaha
Penguatan ekonomi rakyat atau pemberdayaan masyarakat dalam
ekonomi, tidak berarti mengalienasi pengusaha besar atau kelompok ekonomi
kuat. Karena pemberdayaan memang bukan menegasikan yang lain, tetapi give
power to everybody. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi adalah
penguatan bersama, dimana yang besar hanya akan berkembang kalau ada yang
kecil dan menengah, dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang besar dan
menengah.
Daya saing yang tinggi hanya ada jika ada keterkaiatan antara yang besar
melalui yang menengah dan kecil. Sebab hanya melalui keterkaitan produksi
yang adil, efisiensi akan terbangun. Oleh sebab itu, melalui kemitraan dalam
bidang permodalan, kemitraan dalam proses produksi, kemitraan dalam distribusi,
masing-masing pihak akan diberdayakan.
Strategi Dasar Perencanaan Pembangunan
Dalam merencanakan pembangunan nasional terdapat dua langkah yang perlu
dipertimbangkan :
1. Menentukan strategi perencanaan pembangunan melalui menetapkan
strategi dasar
2. yang meliputi tujuan pembangunan nasional, penentuan sasaran umum
pembangunan nasional, dan penentuan prioritas pembangunan.
3. Penentuan kerangka rencana pembangunan. Hal ini disebut sebagai
kerangka makro rencana, yang berupaya menghubungkan antara variabel,
pembangunan dari segenap aspek kehidupan bangsa dan negara.
Unsur-Unsur Masukan Penyusunan Strategi Nasional
Untuk mencapai cita-cita suatu bangsa, ada lima komponen yang harus
diperhatikan:
1. Kemakmuran di bidang materi tersirat pengertian serba kecukupan. Yang
dimaksud adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
secara wajar dan mudahnya pemenuhan kebutuhan itu karena tersedia
berbagai jenis barang yang diperlukan secara wajar.
2. Kesejahteraan mental, sering dihubungkan melalui peningkatan
pendidikan dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan,
sebagai salah satu upaya meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar. Akan
tetapi, terkandung kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat, tanpa
tekanan atau kekangan yang dapat menimbulkan keterbatasan berpikir.
3. Ketentraman jasmani dan rohani, yang menyangkut melalui nyawa dan
harta benda seseorang.
4. Kebahagiaan, yang tidak semata-mata berwujud kebendaan, melainkan
pengakuan atas tingginya harkat dan martabat manusia.
5. Masyarakat dan bangsa yang berkeadilan sosial, sebagai salah satu
pendorong pelaksanaan pembangunan nasional.
Aspek Strategis Perencanaan Pembangunan Nasional
Proses perumusan kebijakan dan strategi pembangunan nasional bagi suatu
bangsa adalah keterpaduan dari segenap aspek kehidupan bangsa yang sangat
tergantung dari kemampuan pengelolaan segenap aspek kehidupan bangsa yang
sangat tergantung dari kemampuan pengelolaan segenap potensi secara nasional
itu, meliputi :
1. Pertimbangan posisi geografis
2. Potensi nasional suatu bangsa
3. Kedaulatan sebagai modal dasar pembangunan nasional
4. Penduduk sebagai modal dasar pembangunan
5. Stabilitas politik sebagai sarana kelanjutan pembangunan nasional
6. Stabilitas pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada kelanjutan
pembangunan
7. Kelestarian lingkungan yang memungkinkan dapat memanfaatkan sumber
alam yang dapat diperbaharui, sedangkan bagi sumber alam yang tidak
dapat diperbaharui harus mampu mendapatkan pengganti alternatif
8. Pelestarian kepribadian bangsa
PENUTUP
Mengutamakan pembangunan nasional, yaitu mempercepat pemulihan
ekonomi berbasis sistem ekonomi kerakyatan, dan memantapkan landasan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan.Krisis ekonomi telah
membuka beberapa mata rantai lemah dalam penyelenggaraan perekonomian
nasional. Berbagai distorsi yang terjadi di masa lalu telah melemahkan ketahanan
perekonomian nasional dalam menghadapi krisis, menimbulkan berbagai bentuk
ketimpangan sosial, dan menghambat kemampuan untuk cepat mengatasi krisis.
Menghadapi masalah dan tantangan tersebut, berpedoman pada kebijakan GBHN
1999-2004, disadari bahwa sumber daya yang tersedia terbatas dan perlu untuk
menentukan fokus rencana pembangunan ekonomi.
Di bidang ekonomi, pembangunan sistem ekonomi kerakyatan terutama
dilakukan secara langsung melalui berbagai upaya seperti pengentasan
kemiskinan, pembangunan lapangan kerja, pembangunan sistem jaminan sosial,
dan pemberdayaan usaha mikro. Mereka dapat dijual, tetapi harganya sangat
rendah. Penguatan ekonomi kerakyatan atau pemberdayaan kerakyatan dalam
perekonomian bukan berarti mengasingkan pengusaha besar atau kelompok
ekonomi kuat. Proses perumusan kebijakan dan strategi pembangunan nasional
suatu bangsa merupakan keterpaduan seluruh aspek kehidupan suatu bangsa dan
sangat bergantung pada kemampuan mengelola seluruh aspek kehidupan bangsa
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai