Anda di halaman 1dari 4

Nama : Siti Dalfa Adawiyah

NIM : 043515345
Mata Kuliah :HKUM 4406 / HUKUM ACARA PIDANA
Jurusan : ILMU HUKUM (UPBJJ-UT Jakarta)

Kasus
PONOROGO, KOMPAS.com - Tertangkap basah meniduri istri orang, Gun (44),
seorang duda beranak satu diarak telanjang mengelilingi desa oleh pemuda
setempat di Dukuh Walikukun, Desa Bangunrejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Ponorogo, Jawa Timur, Senin (21/8/2017) sore. Kasubag Humas Polres Ponorogo,
AKP Sudarmanto, Senin ( 21/8/2017) malam, mengatakan, pemuda di Dukuh
Walikukun menangkap basah Gun saat hendak keluar rumah lewat pintu
belakang. Saat itu, Gun diduga usai meniduri Sun (46). Setelah ditangkap, Gun
kemudian diarak dalam keadaan telanjang. Lalu Gun dibawa ke rumah kepala
desa. Di rumah kepala desa, Gun kemudian diberi sarung untuk menutupi
tubuhnya. Selanjutnya Gun dan Sun dijemput anggota Polsek Sukorejo. Keduanya
dijerat dengan tuduhan perzinahan.
Dari Kasus diatas analisislah pertanyaan berikut :
1. Analisislah kasus diatas dan berikan alasan mengapa tindakan pelaku dapat
dihukum ? Berikan argumentasi saudara ?
2. Apakah perkara diatas termasuk delik aduan atau delik laporan ? dan
bandingkan karakteristik dari kedua delik tersebut ?
3. Menurut saudara apakah Jaksa Penuntut Umum akan memberikan
dakwaan tunggal atau dakwaan komulatif ? berikan argumentasi saudara ?

Jawaban No. 1
Dalam kasus di atas, saya akan berfokus pada aspek hukum dan etika yang terkait.
Adapun kasus yang diberikan adalah tentang seorang pria yang tertangkap basah
telah melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita yang sudah berstatus
sebagai istri orang lain. Berikut ini adalah analisis hukum dan etis dari kasus
tersebut:

1. Tindakan Perzinahan:
Tindakan perzinahan dapat dihukum karena secara eksplisit melanggar ketentuan
hukum yang berlaku (KUHP) dan merugikan pihak lain.
Di Indonesia, perzinahan adalah tindakan yang dapat dihukum menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 284 KUHP menyatakan bahwa
perzinahan dapat dikenakan hukuman jika suami/istri yang dirugikan oleh
tindakan tersebut membuat pengaduan. Dalam kasus ini, Gun dan Sun dapat
dijerat dengan tuduhan perzinahan karena Sun adalah istri orang dan ada
pengaduan dari pihak yang dirugikan (suami Sun).

2. Pelanggaran Norma Sosial dan Etika:


Masyarakat Indonesia umumnya memiliki nilai sosial dan norma yang ketat
mengenai hubungan suami istri. Perzinahan tidak hanya melanggar norma hukum,
tetapi juga norma sosial dan etika karena dianggap merusak keharmonisan rumah
tangga yang ada dan mengganggu tatanan masyarakat.

3. Privasi dan Hukuman oleh Masyarakat:


Meskipun tindakan Gun dan Sun melanggar hukum, tindakan pemuda setempat
yang mengarak Gun dalam keadaan telanjang juga tidak dapat dibenarkan. Setiap
orang memiliki hak atas martabat dan perlakuan yang manusiawi. Tindakan
mengarak seseorang secara telanjang adalah pelanggaran terhadap hak asasi
manusia dan dapat dianggap sebagai tindakan main hakim sendiri, yang juga
dilarang oleh hukum.
Mengarak seseorang secara telanjang juga tindakan yang tidak beradab dan
melanggar hak asasi manusia, yang harusnya dihindari dan bukan merupakan
bentuk hukuman yang sah menurut hukum.

4. Perlindungan Hukum:
Setiap tindakan pelanggaran hukum harus ditangani sesuai dengan proses hukum
yang berlaku, tanpa melibatkan tindakan main hakim sendiri oleh masyarakat.
Setelah kejadian, seharusnya Gun dan Sun dilindungi oleh hukum dan proses
hukum yang adil. Mereka berhak mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan
hukum, termasuk hak untuk didampingi oleh penasihat hukum dan mendapatkan
proses peradilan yang adil.
Hukum hadir untuk menjaga ketertiban dan keadilan sosial, sehingga tindakan
yang melanggar hukum harus dihadapkan pada proses peradilan yang adil, bukan
hukuman yang dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat.

Dengan demikian, Gun dan Sun seharusnya dihukum sesuai dengan proses hukum
yang berlaku karena telah melakukan perzinahan, namun tindakan masyarakat
yang menghukum Gun juga harus dipertanyakan dan diberikan tindakan sesuai
dengan hukum karena telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Jawaban No. 2
Perkara yang terjadi di Ponorogo, di mana Gun tertangkap basah meniduri Sun
yang merupakan istri orang lain, dapat dikategorikan sebagai delik aduan. Delik
aduan merupakan tindak pidana yang penuntutannya hanya dapat dilakukan jika
ada pengaduan dari pihak yang dirugikan atau yang memiliki kepentingan hukum.
Dalam kasus ini, yang dirugikan adalah suami dari Sun, dan hanya dia yang
memiliki hak untuk mengajukan pengaduan kepada pihak berwajib agar pelaku
dapat dituntut secara hukum.

Perbandingan karakteristik delik aduan dengan delik laporan:

1. Delik Aduan:
▪ Penuntutan dimulai setelah ada pengaduan dari pihak yang berkepentingan
atau yang dirugikan.
▪ Tanpa adanya pengaduan, pihak berwajib tidak dapat mengambil tindakan
hukum terhadap pelaku.
▪ Contohnya termasuk kasus-kasus yang bersifat pribadi seperti perzinahan,
pencemaran nama baik, dan beberapa tindak pidana yang menyangkut
kehormatan pribadi.
▪ Pengaduan harus dilakukan dalam batas waktu tertentu setelah kejadian.

2. Delik Laporan:
▪ Penuntutan dapat dilakukan oleh pihak berwajib tanpa perlu menunggu
adanya pengaduan dari pihak yang dirugikan.
▪ Delik ini bersifat umum dan penegakan hukumnya diinisiasi oleh negara.
▪ Contoh delik laporan adalah pembunuhan, pencurian, penipuan, dan
kejahatan lain yang menyangkut kepentingan umum atau negara.
▪ Tidak tergantung pada adanya pengaduan dari pihak tertentu, dan pihak
berwajib dapat langsung bertindak atas dasar pengetahuan atau informasi
tentang terjadinya tindak pidana.

Dalam konteks hukum Indonesia, perzinahan yang diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) termasuk dalam delik aduan. Pasal 284 KUHP
menyebutkan bahwa perzinahan hanya dapat dituntut berdasarkan aduan dari
suami atau istri yang dirugikan. Ini berarti bahwa tanpa adanya aduan dari suami
Sun dalam kasus ini, proses hukum terhadap Gun tidak dapat berlangsung.

Oleh karena itu, kasus yang terjadi di Ponorogo dengan subjek Gun dan Sun
merupakan delik aduan, dan proses hukumnya akan tergantung pada pengaduan
yang diajukan oleh suami Sun.

Jawaban No. 3
Dalam sistem hukum pidana di Indonesia, Jaksa Penuntut Umum (JPU) dapat
memberikan dakwaan tunggal atau dakwaan kumulatif tergantung pada fakta dan
bukti yang ada serta ketentuan hukum yang berlaku.

Dakwaan tunggal terjadi ketika JPU mendakwa terdakwa atas satu pasal pidana
saja. Sementara itu, dakwaan kumulatif diberikan ketika terdakwa didakwa
dengan beberapa pasal sekaligus karena perbuatannya dianggap melanggar lebih
dari satu ketentuan hukum.

Berdasarkan kasus diatas, Gun dan Sun diduga melakukan perzinahan. Perzinahan
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia, khususnya
pada Pasal 284 yang menyatakan:

1. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang wanita yang


diketahuinya atau seharusnya harus diduganya sebagai istri orang lain,
dihukum karena perzinahan dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan.
2. Wanita yang dengan sukarela melakukan perbuatan tersebut dengan laki-
laki yang diketahuinya atau seharusnya harus diduganya bukan suaminya,
dihukum karena perzinahan dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan.

Dari ketentuan tersebut, baik Gun maupun Sun bisa dijerat dengan Pasal 284
KUHP karena diduga melakukan perzinahan.

Namun, untuk menentukan apakah JPU akan memberikan dakwaan tunggal atau
kumulatif, perlu dilihat apakah ada pelanggaran hukum lain yang teridentifikasi
dalam tindakan mereka. Jika tidak ada pelanggaran lain, kemungkinan JPU akan
memberikan dakwaan tunggal, yaitu hanya atas dasar perzinahan.

Akan tetapi, jika dalam proses penyelidikan ditemukan bukti yang menunjukkan
adanya pelanggaran hukum lain (misalnya jika terjadi tindakan pemerasan,
pengancaman, atau ada unsur paksaan), maka JPU dapat memberikan dakwaan
kumulatif, yaitu mendakwa terdakwa berdasarkan beberapa pasal yang sesuai
dengan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan.

Dengan keterangan yang terbatas dari kasus diatas, tampaknya kemungkinan


besar JPU akan memberikan dakwaan tunggal terkait dengan perzinahan, kecuali
ada faktor lain yang tidak disebutkan yang bisa menyebabkan JPU menambahkan
pasal lain dalam dakwaannya. Argumentasi ini didasarkan pada informasi yang
diberikan, dimana tidak ada indikasi adanya pelangaran hukum lain selain
perzinahan. Namun, keputusan akhir tergantung pada semua bukti yang
dikumpulkan selama penyelidikan dan penilaian JPU terhadap kasus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai