Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sekar Embun Widia Ningrum

Nim : 042393495
Matkul : Hukum Acara Pidana
TUGAS 1

Kasus

PONOROGO, KOMPAS.com - Tertangkap basah meniduri istri orang, Gun (44), seorang duda
beranak satu diarak telanjang mengelilingi desa oleh pemuda setempat di Dukuh Walikukun,
Desa Bangunrejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Senin (21/8/2017)
sore. Kasubag Humas Polres Ponorogo, AKP Sudarmanto, Senin ( 21/8/2017) malam,
mengatakan, pemuda di Dukuh Walikukun menangkap basah Gun saat hendak keluar rumah
lewat pintu belakang. Saat itu, Gun diduga usai meniduri Sun (46). Setelah ditangkap, Gun
kemudian diarak dalam keadaan telanjang. Lalu Gun dibawa ke rumah kepala desa. Di rumah
kepala desa, Gun kemudian diberi sarung untuk menutupi tubuhnya. Selanjutnya Gun dan Sun
dijemput anggota Polsek Sukorejo. Keduanya dijerat dengan tuduhan perzinahan.

Dari Kasus diatas analisislah pertanyaan berikut :

1. Analisislah kasus diatas dan berikan alasan mengapa tindakan pelaku dapat dihukum
? Berikan argumentasi saudara ?

2. Apakah perkara diatas termasuk delik aduan atau delik laporan ? dan
bandingkan karakteristik dari kedua delik tersebut ?

3. Menurut saudara apakah Jaksa Penuntut Umum akan memberikan dakwaan tunggal
atau dakwaan komulatif ? berikan argumentasi saudara ?

Jawab!

Soal 1

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP ) yang berlaku saat ini, delik zina sudah diatur dan
masuk dalam rumusan delik. Adapun, ketentuan mengenai zina diatur dalam Pasal 284 KUHP, dapat
dirumuskan sebagai berikut :
(1) diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
1.a. Seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel) padahal diketahui bahwa
pasal 27 BW berlaku baginya.

b. Seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui bahwa pasal 27 BW
berlaku baginya.

2.a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut
bersalah telah kawin;

b. Seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui
olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya.

(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/isteri yang tercemar, dan
bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan
permintaan bercerai atau pidah meja atau ranjang karena alasan itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, pasal 73, pasal 75 KUHP
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai.
(5) Jika bagi suami isteri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan
belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja atau
ranjang menjadi tetap.

Pasal ini mengatur tentang perzinahan atau yang biasa disebut gendak (overspel). Oleh karena Sun
sudah menikah, maka perbuatan dengan Gun dapat dikualifisir sebagai perzinahan, dan karenanya polisi
dan jaksa bisa menggunakan pasal 284 KUHP.

Selain itu apabila merujuk pada ketentuan KUHP yang berlaku saat ini, terdapat 4 (empat syarat) agar
seseorang dapat dinyatakan telah melakukan perbuatan zina, yaitu :

1. melakukan persetubuhan dengan perempuan atau laki-laki bukan suaminya atau bukan istrinya
(orang ini tidak harus telah menikah);

2. dirinya tidak tunduk pada Pasal 27 KUH Perdata;

3. pasangannya yang melakukan persetubuhan itu tunduk pada Pasal 27 KUHPerdata

4. diketahuinya bahwa pasangannya melakukan persetubuhan itu telah bersuami atau beristri, dan
berlaku ketentuan Pasal 27 KUHPerdata berlaku bagi pasangannya bersetubuh itu.
Dari uraian di atas, menurut pendapat saya bahwa jelas perbuatan yang dilakukan oleh Gus dan Sun
termasuk perbuatan zina karena Gun melakukan persetubuhan dengan Sun yang diketahui bahwa
Sun bukan istrinya. Untuk itu tindakan pelaku dapat dihukum dengan ancaman hukuman dalam
pasal 284 KUHP adalah sembilan bulan penjara.

Soal 2

Perbuatan perzinahan termasuk delik aduan yang hanya bisa dituntut apabila terdapat pengaduan dari
pihak yang berhak mengadukan hal tersebut. Pengaduan ini sifatnya juga dibatasi oleh hukum dalam
jangka waktu 6 bulan sejak kejadian tersebut diketahui atau dalam jangka waktu 9 bulan apabila
pengadu berada di luar negeri.

Dalam perkara pidana, suatu proses perkara dilakukan berdasarkan pada deliknya. Terkait hal ini, ada
dua jenis delik yang biasanya digunakan, yakni delik biasa dan delik aduan. Berikut perbedaan antara
keduanya, sebagai berikut:

Di dalam Pasal 1 butir 24 KUHAP, Laporan diartikan sebagai pemberitahuan yang disampaikan
oleh seseorang yang memiliki hak berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang
terkait peristiwa pidana yang telah/berlangsung, atau diduga akan terjadi.

Menurut Pasal 1 butir 24 KUHAP tersebut, siapa saja bisa membuat laporan ke polisi, baik atas kemauan
sendiri atau atas kewajibannya yang diamanatkan oleh undang-undang. Isi laporan merupakan hal-hal
yang berkaitan dengan tindak pidana, yang disaksikan, diketahui, atau dialami sebagai korban.

Sedangkan delik aduan, menurut KBBI mengartikan delik sebagai perbuatan yang dapat dikenakan
hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang; tindak pidana. Kemudian, definisi
aduan berdasarkan KBBI adalah perihal atau perkara yang diadukan; hal mengadukan. Secara etimologis,
delik aduan berarti tidak pidana yang diadukan.

Jika ditinjau secara hukum atau dalam pemrosesan suatu perkara, delik aduan berarti delik yang hanya
bisa diproses apabila ada pengaduan atau laporan dari orang yang menjadi korban tindak pidana. E.
Utrecht dalam Hukum Pidana II mengungkapkan bahwa dalam delik aduan, penuntutan terhadap delik
tersebut digantungkan pada persetujuan dari yang dirugikan atau korban.
Dari uraian di atas tentang pengertian laporan dan pengaduan yang dirumuskan dalam KUHAP tersebut
sudah diketahui perbedaan mendasar antara laporan dan aduan. Pihak yang melakukan pemberitahuan
berbeda, demikian juga dengan proses hukumnya. Untuk lebih jelasnya berikut perbedaan kedua hal
tersebut.

1. Isi
Laporan memuat isi tentang terjadinya suatu tindak pidana, baik yang telah berlangsung,
sedang berlangsung, atau pun diduga akan terjadi. Sedangkan pengaduan berisi tentang
pemberitahuan pelanggaran hak yang disertai permintaan untuk menindak pelaku.
2. Jenis Tindak Pidana
Dalam laporan jenis tindak pidana yang diberikan merupakan tindak pidana umum, sedangkan
dalam pengaduan, jenis tindak pidana yang diberikan adalah tindak pidana aduan.
3. Pihak yang Melaporkan
Perbedaan laporan dan pengaduan juga terlihat jelas dalam hal pihak yang melaporkannya.
Dalam laporan, pihak yang bisa melapor adalah setiap orang. Sedangkan dalam pengaduan,
pihak yang bisa mengadu adalah hanya orang-orang yang terlibat dalam tindak pidana tersebut.
4. Proses Tindakan
Laporan terkait tindak pidana, dalam prosesnya tidak bisa dicabut lagi, sedangkan di dalam
pengaduan masih dapat dicabut paling lambat 3 bulan sejak dilakukannya pengaduan.
Jadi ketika seseorang melaporkan tindakan pidana ke polisi, maka laporan tersebut tidak bisa
dicabut lagi. Tetapi saat seseorang mengadukan orang lain terkait tindak pelanggaran hak ke
polisi, aduan tersebut masih bisa dicabut kembali.
5. Waktu Penyampaian
Setiap tindakan pidana atau kejahatan telah diatur dalam undang-udang bahwa wajib
dilaporkan seketika, atau sesegera mungkin, kepada pihak berwajib. Batas waktu berakhirnya
laporan tersebut bergantung pada waktu kadaluarsa perkara. Sedangkan di dalam pengaduan,
jika pengadu berada di Indonesia, waktu penyampaiannya maksimal 6 bulan setelah kejadian
tindak pidana. Sedangkan jika pengadu berada di luar negeri, waktu penyampaiannya paling
lama hingga 9 bulan.

Jadi kesimpulannya, baik laporan dan pengaduan keduanya mengandung arti pemberitahuan terkait
tindak pidana terhadap pihak berwajib, dalam hal ini adalah polisi. Walaupun keduanya merupakan
pemberitahuan, yang membedakannya adalah jenis hukum materiilnya.
Soal 3

Pengertian dakwaan tunggal adalah surat dakwaan yang bentuknya tunggal, di dalamnya
hanya terdapat satu tindak pidana saja yang didakwa kepada seseorang terdakwa atau lebih dari
seorang terdakwa. Di sini, dalam berkas perkara hanya ada satu tindak pidana yang dilakukan terdakwa,
dan penuntut umum beranggapan cukup satu tindak pidana yang didakwakan.

Dalam hal ini menurut pendapat saya pada kasus yang dialami oleh Gun dan Sun yang terkait ke dalam
tindak pidana perzinahan (Pasal 284 KUHP), untuk Jaksa Penuntut Umum akan memberikan dakwaan
tunggal, mengapa demikian? Sebab hanya satu tindak pidana saja yang didakwakan yaitu terkait
perzinahan.

Sumber:

BMP Hukum Acara Pidana (HKUM4406)

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 284 tentang Perzinahan.

Anda mungkin juga menyukai