Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD MAHDI RAKAN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048980316

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4336/Hukum Ketenagakerjaan

Kode/Nama UT Daerah : Pangkalpinang

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA

/
1. Sejak Pandemi Corona Virus Desiase 19 (Covid-19) melanda Indonesia banyak
perusahaan yang terdampak dan merugi sehingga melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja yang berujung pada terjadi perselisihan antara Perusahaan dan Pekerja. Dalam
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU
Ketenagakerjaan), PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan
pengusaha. Salah satu perselisihan terjadi antara Riyadi dengan PT. Securty Aman
Terkendali (PT. SAT). Riyadi yang telah bekerja sejak 2010 hingga saat ini dengan
tanpa ada penandatanganan kontrak kerja diberhentikan begitu saja hanya dengan
memberikan uang pisah sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).
Pertanyaan :
a. Mengacu pada Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial, maka perselisihan apakah yang terjadi antara
Riyadi dengan PT. Securty Aman Terkendali (PT. SAT) ?
Berdasarkan dengan ilustrasi diatas maka riyandi selaku karyawan dari PT SAT
tersebut mengalami perselisihan yang tergolong kedalam jenis ataupun kategori
perselisihan PHK, yang mana hal tersebut dapat terlihat dari pemutusan kontrak
kerja yang dilakukan oleh pihak perusahaan tanpa penandatanganan kontrak
kerja diberhentikan terlebih dahulu kepada Riyandi selaku karyawan dari
perusahaan tersebut,
b. Selain jenis perselisihan yang dialami Riyadi dengan PT. Securty Aman Terkendali
(PT. SAT) masihkah terdapat perselisihan hubungan industrial yang lain jika
mengacu pada Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial?
Berdasarkan dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial, perselisihan hubungan industrial terdiri dari
beberapa macam diantaranya :
1. perselisihan hak;

/
Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya
hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap
ketentuan peraturan perundangundangan, perjanjian kerja, peraturan
perusa-haan, atau perjanjian kerja bersama.
2. perselisihan kepentingan;
Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan
kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan,
dan/atau perubahan syaratsyarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian
kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama
3. perselisihan pemutusan hubungan kerja;
Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan
kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.
4. perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan
Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh adalah perselisihan antara
serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain
hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham
mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikatpekerjaan

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan


Industrial menjelaskan ada tahapan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan
perselisihan hubungan industrial baik perselisihan hak, kepentingan, pemutusan
hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan.
Tahapan penyelesaian tersebut adalah bipartit, Tripartit (Konsiliasi, Arbitrase dan
Mediasi) dan melalui Pengadilan Hubungan Industrial. Salah satu proses Tripartit
yang sering digunakan para pihak dalam menyelesaikan perselisihan sebelum masuk
ke Pengadilan Hubungan Industrial adalah Mediasi yaitu suatu proses penyelesaian
yang menggunakan pihak ketiga netral yang disebut dengan Mediator.

Pertanyaan :
a. Apa dan bagaimana kekuatan hukum dari produk hukum yang dikeluarkan
Mediator dalam proses penyelesaian melalui Mediasi Hubungan Industrial ? dan

/
bagaimana para pihak menyikapi produk hukum yang dikeluarkan Mediator
tersebut ?
Berdasarkan dengan pasal 13 yang disebutkan pada Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
menjelaskan jika penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui mediasi
dapat dibuat sebuah perjanjian bersama yang ditandatangani oleh para pihak
dan disaksikan
oleh mediator serta didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri di wilayah hukum pihak - pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk
mendapatkan akta bukti pendaftaran, adapun kekuatan hukum dari produk
hukum yang dikeluarkan oleh mediator tersebut memiliki kekuatan hukum tetap
dalam proses penyelesaian melalui Mediasi Hubungan Industrial, kemudian
bagaimana para pihak menyikapi produk hukum yang dikeluarkan Mediator
telah di sampaikan di dalam pasal 13 ayat 3 point b yang menjelaskan bahwa
apabila Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
huruf e tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan
dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah Perjanjian Bersama didaftar untuk
mendapat penetapan eksekusi.

b. Bagaimana implikasi hukum upaya pengajuan gugatan yang tidak melampirkan


atau menyertakan produk hukum dari Mediator sebagai pihak ketiga netral
dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial ?
Upaya pengajuan gugatan yang tidak melampirkan atau menyertakan produk
hukum dari Mediator sebagai pihak ketiga netral dalam penyelesaian
perselisihan hubungan industrial di dalam pasal 83 ayat 1 telah disebutkan jika
Pengajuan gugatan yang tidak dilampiri risalah penyelesaian melalui mediasi
atau konsiliasi, maka hakim Pengadilan Hubungan Industrial wajib
mengembalikan gugatan kepada pengugat. kemudian pada ayat 2 ditambahkan
jika Hakim berkewajiban memeriksa isi gugatan dan bila terdapat kekurangan,
hakim meminta penggugat untuk menyempurnakan gugatannya.

/
c. Mengapa dalam proses penyelesaian di Pengadilan Hubungan Industrial
dikecualikan dari tahapan mediasi ? sertakan dasar hukumnya.
Alasan mengapa dalam proses penyelesaian di Pengadilan Hubungan Industrial
dikecualikan dari tahapan mediasi telah dijelaskan di dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
yang mana telah disebutkan jika sebelum sebuah perkara berkaitan dengan
perselisihan hubungan industrial diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial
terlebih dahulu melalui mediasi, Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
menumpuknya perkara perselisihan hubungan industrial di pengadilan,
kemudian dijelaskan pula jika Perselisihan hak yang telah dicatat pada instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan tidak dapat diselesaikan
melalui konsiliasi atau marbitrase namun sebelum diajukan ke Pengadilan
Hubungan Industrial terlebih dahulu melalui mediasi.

3. Kesalahan berat merupakan salah satu alasan yang dapat dijadikan dasar
Pemutusan Hubungan Kerja oleh Perusahaan. Sejak dikeluarkan Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 12/PUU-I/2003 mengalami perubahan mekanisme
Pemutusan Hubungan Kerja, begitu juga munculnya Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021.
Pertanyaan :
Bagaimana perbedaan mekanisme pemutusan hubungan kerja karena kesalahan
berat sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 12/PUU-I/2003 dan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah
Nomor 35 Tahun 2021 ?
Perbedaan mekanisme pemutusan hubungan kerja karena kesalahan berat sesuai
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 12/PUU-I/2003 dan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun
2021 terletak pada dua hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian perkara
dari masing – masing aturan tersebut yang mana PHK dapat dilakukan setelah
adanya sebuah putusan pidana yang dberikan dengan memiliki kekuatan hukum
tetap ataupun PHK dapat dilakukan apabila pekerja telah ditahan dan tidak dapat
melaksanakan pekerjaan sebagaimana tanggungjawabnya, kemudian dari ketiga
aturan tersebut juga terdapat perbedaan penyebutan dari yang awalnya di dalam

/
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 12/PUU-I/2003 faktor penyebab terjadinya
sebuah PHK disebut dengan Kesalahan berat pada Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 12/PUU-I/2003, maka di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
Tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021, kesalahan
berat tersebut berubah penyebutannya menjadi alasan mendesak.

Sumber :
Hardjoprajitno, Purbadi. 2020. Hukum Ketenagakerjaan. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Suprayogi, Agus. 2016. Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Karena Kesalahan
Berat Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 012/PUU-I/2004. Jakarta :
Universitas Esa Unggul.
https://jurnal.fh.unpad.ac.id/index.php/jbmh/article/view/252#:~:text=Proses
%20penyelesaian%20perselisihan%20hubungan%20industrial%20berdasarkan
%20Undang%2DUndang%20Nomor%202,industrial)%20kemudian%20ke
%20Pengadilan%20Hubungan
https://www.fardalaw.com/id/2019/01/14/penerapan-phk-karena-kesalahan-
berat-pasca-putusan-mk/
https://disnakertrans.ntbprov.go.id/sebaiknya-anda-tahu-jenis-perselisihan-
hubungan-industrial/#:~:text=Pasal%202%20UU%20PPHI%20mengatur,buruh
%20hanya%20dalam%20satu%20perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai