Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD MAHDI RAKAN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048980316

Kode/Nama Mata Kuliah : Tindak Pidana Korupsi

Kode/Nama UT Daerah : Pangkalpinang

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
Jawaban:

1. 1. Hak hidup adalah hak paling mendasar yang tidak bisa dikurangi dalam keadaan apapun yang
dijamin oleh konstitusi. Di sisi lain, hukuman mati masih ada dalam hukum positif di Indonesia
untuk mencegah dan menimbulkan efek jera bagi para pelaku tindak pidana, salah satunya bagi
pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana terdapat dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang UU
No. 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi yang mana pemberatannya adalah penerapan
pidana mati.

“Padahal tidak ada korelasi antara penerapan hukuman mati dengan upaya pencegahan dan
efek jera di dalam pemberantasan tindak korupsi,” ungkap Ketua Komnas HAM RI Ahmad
Taufan Damanik ketika menjadi pembicara dalam Diskusi Daring bertajuk "Hukuman Mati untuk
Koruptor: Apakah Tepat?" yang diselenggarakan oleh Imparsial bersama narasumber lain
Anggota Komisi III DPR RI Arsul Sani, Juru Bicara KPK Ali Fikri, Koordinator ICW Adnan Topan
Husodo, Peneliti Imparsial Amalia Suri dan dimoderatori oleh Peneliti Imparsial Gustika Jusuf
(Jumat, 12/3/2021).

Taufan lantas menilai vonis hukuman mati bukan lah solusi yang tepat untuk memberantas
korupsi, karena selain tidak cukup efektif mengatasi tindak pidana korupsi, juga bertentangan
dengan norma hak asasi manusia. Menurut Taufan, Indonesia tidak saja dinilai dari seberapa
kuat membangun sistem pencegahan dan penindakan terhadap praktek korupsi, tetapi juga
akan dinilai seberapa jauh memiliki komitmen kepatuhan terhadap standar hak asasi manusia.

2. Di Indonesia, mulai dari media cetak hingga media online tidak terlepas dengan pemberitaan
terkait isu korupsi. Isu korupsi tersebut ramai tidak hanya dalam berita skala nasional, tetapi
juga dalam pemberitaan lingkup internasional. Hal ini menunjukkan bahwa kasus korupsi di
Indonesia telah menjadi pusat pemberitaan di media internasional.

Melihat realitas tersebut, ada banyak desakan publik untuk menghukum para pelaku tindak
pidana korupsi dengan hukuman mati. Hal ini wajar, mengingat tindakan korupsi tidak hanya
merugikan lembaga/instansi dan masyarakat, melainkan juga merugikan negara.

Publik kemudian berupaya memasukkan klausul hukuman mati dalam beberapa Pasal yang
terdapat dalam UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Hukuman mati bagi pelaku tindak pidana korupsi di
beberapa negara masih diberlakukan hingga saat ini. Seperti negara Cina, Korea Utara, Irak, Iran,
Thailand, Laos, Vietnam, Myanmar dan Maroko.

Sayangnya, Indonesia sendiri sebagai negara yang menempati posisi ke-30 dari 85 negara yang
menduduki peringkat sebagai negara paling korup di dunia menurut US News, upaya untuk
memberlakukan hukuman mati di Indonesia mengalami pro kontra yang sangat kuat di
masyarakat. Mereka yang tidak setuju dengan hukuman mati, menentang penghapusan
hukuman mati dari sistem peradilan pidana Indonesia dengan mempertanyakan kemampuan
hukum dalam menangkal kejahatan dan memberantas pelaku kejahatan. korupsi.
Lemahnya penegakan hukum Indonesia menjadi akar penyebab sulitnya pemberantasan kasus
korupsi yang dilakukan oleh oknum pejabat. Hal ini terlihat dari informasi dalam laporan
Mahkamah Agung tahun 2017 tentang hukuman bagi individu koruptor. Menurut Mahkamah
Agung, 442 kasus korupsi telah diputuskan. Sebanyak 269 kasus atau 60,68 persen dari para
terdakwa dijatuhi hukuman antara satu sampai dua tahun, dan sebanyak 400 kasus atau 90,27
persen dari para terdakwa divonis secara khusus. Kemudian, sebanyak 42 kasus atau 9,73
persen terdakwa diputus bebas, dan sebanyak 28 kasus atau 6,33 persen terdakwa divonis
kurang dari satu tahun. Individu yang korup menerima hukuman yang sangat sedikit
berdasarkan data ini. Hal ini berbeda dengan laporan Mahkamah Agung tentang kasus pidana
terorisme dan narkoba yang diancam hukuman minimal sepuluh tahun penjara atau bahkan
hukuman mati.

Secara teoritis, orang yang melakukan korupsi adalah mereka yang melakukan kejahatan berat
yang dilakukan oleh pejabat tinggi, karena ini adalah sifat dari kejahatan tersebut. Bahkan ketika
korupsi menyebar, penyelidikan terorganisir dilakukan. Tindak pidana korupsi diklasifikasikan
lebih menyeluruh dibandingkan dengan tindak pidana terorisme dan narkoba yang berdampak
luas pada seluruh aspek kehidupan.

3. Jika diteliti ketentuan tentang tindak pidana korupsi seperti yang terdapat dalam Pasal 2 ayat
(1) UU PTPK, akan ditemukan tiga unsur utama, yaitu: Pertama, secara melawan hukum; Kedua,
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi; dan ketiga, merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.

2. 2. Ketua Umum PPP Romahurmuziy (Rommy) terkena operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK
terkait kasus suap jual-beli jabatan di Kementerian Agama. Saat ini Rommy sudah ditetapkan
sebagai tersangka bersama dua orang lainnya."Dalam perkara ini, diduga RMY (Romahurmuziy)
bersama-sama dengan pihak Kementerian Agama RI menerima suap untuk mempengaruhi hasil
seleksi jabatan pimpinan tinggi di Kemenag, yaitu Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Gresik dan
Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jawa Timur," kata Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di
kantornya, Jl Kuningan Persada, Jakarta, Sabtu (16/3/2019).Jumat, 15 Maret 201
07.00 WIB
Tim KPK mendapat informasi bahwa sekitar pukul 07.00 akan ada penyerahan uang dari Muafaq
Wirahadi (MFQ) ke Rommy di Hotel Bumi Surabaya. Diduga terjadi penyerahan uang dari Haris
Hasanuddin (HRS) kepada Rommy melalui Amin Nuryadin (ANY), yang merupakan asisten
Rommy.

07.30 WIB
Setelah itu, tim mendapatkan bukti adanya dugaan penyerahan uang. Tim mengamankan
Muafaq Wirahadi dan sopirnya bersama Abdul Wahan (AHB), yang merupakan calon anggota
DPRD Kabupaten Gresik dari PPP. Mereka diamankan di Hotel Bumi Surabaya.Dari Muafaq
Wirahadi, KPK mengamankan uang Rp 17,7 juta dalam amplop putih.
Setelah itu, tim mengamankan ANY, yang telah memegang sebuah tas kertas tangan dengan
logo salah satu bank yang berisi uang Rp 50 juta. Selain itu, dari ANY diamankan uang Rp
70.200.000. Jadi total uang yang diamankan ANY Rp 120.200.000.

07.50 WIB
Tim mengamankan Rommy di hotel.

08.40 WIB
KPK mengamankan HRS dan uang Rp 18,85 juta.

17.00 WIB
KPK mendatangi kantor Kemenag dan menyegel sejumlah ruangan, di antaranya ruangan Menag
dan ruangan Sekjen Kemenag.

Total uang yang diamankan tim sebesar Rp 156.758.000. Rommy dijerat dengan Pasal 12 huruf a
atau huruf b atau Pasal 11 UU Nomor 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo
Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Sedangkan Muafaq Wirahadi dan Haris Hasanuddin disangkakan
melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf atau huruf b atau Pasal 13 UU Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai