Materi PKN
Materi PKN
PGMI 6B
NIM : ________________________
ii
iii
MATERI PERKULIAHAN MATKUL PEMBELAJARAN PKn SD/MI
PGMI 6B
iv
DAFTAR ISI
i
PENILAIAN PEMBELAJARAN PKN SD/MI ................................................................. 30
A. Pengertian Penilaian ........................................................................................................ 30
B. Jenis-jenis Penilaian ........................................................................................................ 31
C. Langkah-langkah Penggunaan Penilaian pada Pembelajaran PKn SD/MI ..................... 33
SILABUS PEMBELAJARAN PKN SD/MI ....................................................................... 34
A. Prinsip-prinsip Silabus ..................................................................................................... 34
B. Komponen-komponen Silabus ........................................................................................ 34
C. Langkah-langkah Penggunaan Penilaian pada Pembelajaran PKn SD/MI .................... 38
RPP PEMBELAJARAN PKN SD/MI ................................................................................ 39
A. Fungsi RPP ...................................................................................................................... 39
B. Komponen-Komponen RPP ............................................................................................ 40
C. Menyusun RPP PKn SD/MI ............................................................................................ 41
KETERAMPILAN-KETERAMPILAN PEMBELAJARAN SD/MI .............................. 42
A. Keterampilan Pembelajaran PKN SD/MI ....................................................................... 42
B. Teknik Penyampaian Pembelajaran PKN di SD/MI ....................................................... 45
C. Aplikasi Keterampilan Pembelajaran dalam Pembelajaran PKN SD/MI ....................... 46
ii
PENGEMBANGAN INDIKATOR PEMBELAJARAN PKn DI SD/MI
A. Pengertian Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar secara spesifik yang dapat
dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Terdapat banyak pengertian
atau definsi indikator, beberapa yang cukup baik diantaranya adalah sebagai berikut:
Indikator adalah statistic dan hal yang normative yang menjadi perhatian kita yang membantu
kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif, dan berimbang terhadap kondisi-kondisi
atau aspek-aspek yang penting dari suatu masyarakat (Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan
Kesejahteraan, Amerika Serikat, 1969).
Indikator adalah variable yang membantu kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang
terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO,1981).
Menurut Darwin Syah, indikator adalah tanda ataupun ciri yang menunjukkan siswa telah
mampu memenuhi standar kompetensi yang diterapkan/berlaku.
Indikator pembelajaran atau indikator pendidikan adalah penjabaran secara keseluruhan dari
kompetensi dasar. Dimana penjabaran ini menujukkan respon yang diberikan peserta didik terkait
dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh pendidik. Indikator dikembangkan sesuai
dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah, dan
dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat di observasi. Indikator
digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Indikator pendidikan juga merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan
tolak ukur sejauh mana peguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu.
Adapun dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
1. Tujuan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam kompetensi
dasar.
2. Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah.
3. Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan atau daerah.
Indikator pembelajaran adalah hal yang sangat penting di dalam kegiatan belajar, bahkan bisa
dikatakan menentukan keberhasilan di dalam kegiatan pembelajaran. Adapun fungsi dari indikator
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman bagi tenaga pendidik dalam menyusun alat ukur pembelajaran.
2. Sebagai alat penunjuk akan adanya perubahan di dalam suatu kegiatan atau kejadian tertentu.
3. Sebagai pedoman untuk merencanakan dan melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kegiatan pembelajaran.
4. Sebagai pedoman saat hendak mengembangkan kegiatan pembelajaran berdasarkan
karakteristik, potensi, kebutuhan, dan lingkungan.
5. Sebagai pedoman untuk memberikan penilaian terhadap hasil kegiatan belajar mengajar.
2
C. Kompetensi Inti 1,2,3 dan 4 pada Mata Pelajaran PKn SD/MI
KI 1 Sikap Spiritual KD 1 Sikap Spiritual
1. Menerima, menjalankan, dan 1.1 Bersyukur kepada Tuhan YME atas nilai-nilai
menghargai ajaran agama yang Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
dianutnya 1.2 Menghargai kewajiban, hak, dan tanggung jawab
sebagai warga masyarakat dan umat beragama
dalam kehidupan sehari-hari
1.3 Mensyukuri keberagaman sosial budaya
masayarakat sebagai anugerah Tuhan YME dalam
konteks Bhineka Tunggal Ika
1.4 Mensyukuri manfaat persatuan dan kesatuan sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa
KI 2 Sikap Sosial KD 2 Sikap Sosial
2. Menunjukkan perilaku jujur, 2.1 Bersikap tanggung jawab, cinta tanah air, dan rela
disiplin, tanggung jawab, santun, berkorban sesuai nilai sila Pancasila
peduli, dan percaya diri dalam 2.2 Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam
berinteraksi dengan keluarga, memenuhi kewajiban dan hak sebagai warga
teman, guru dan tetangganya masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
serta cinta tanah air 2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman sosial budaya
masyarakat dalam konteks Bhineka Tunggal Ika
2.4 Menampilkan sikap jujur pada penerapan nilai-nilai
persatuan dan kesatuan untuk membangun
kerukunan di bid sosial budaya.
KI 3 Pengetahuan KD 3 Pengetahuan
3. Memahami pengetahuan faktual 4.1 Mengidentifikasi nilai-nilai Pancasila dalam
dengan cara mengamati, kehidupan sehari-hari
mendengar, melihat, membaca 4.2 Memahami hak, kewajiban dan tanggung jawab
dan menanya berdasarkan rasa sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari
ingin tahu tentang dirinya, 4.3 Menelaah keberagaman sosila budaya masyarakat
makhluk ciptaan Tuhan dan 4.4 Menggali manfaat persatuan dan kesatuan untuk
kegiatannya, dan benda-benda membangun kerukunan hidup
yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah
KI 4 Keterampilan KD 4 Keterampilan
4. Menyajikan pengetahuan faktual 4.1 Menyajikan hasik identifikasi nilai-nilai Pancasila
dalam Bahasa yang jelas dan dalam kehidupan sehari-hari
logis, dalam karya yang estetis, 4.2 Menjelaskan hak, kewajiban dan tanggung jawab
dalam gerakan yang sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-
mencerminkan anak sehat, dan hari
dalam tindakan yg 4.3 Menyelenggarakan kegiatan yang mendukung
mencerminkan perilaku anak keberagaman sosial budaya masyarakat
beriman dan berakhlak mulia 4.4 menyajikan hasil penggalian tentang manfaat
persatuan dan kesatuan untuk membangun
kerukunan
3
D. Mekanisme Pengembangan Kompetensi Dasar dari K1, K2, K3 dan K4 pada Mata
Pelajaran PKn SD/MI
1. Menganalisis tingkat kompetensi dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
Menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD diperlukan untuk memenuhi tuntutan
minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat mengembangkan
indikator melebihi standar minimal tersebut. Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja
menunjukkan penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta
keterampilan. Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang
digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang
dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan.
2. Menganalisis karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah,
Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta didik,
dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian. Setiap mata pelajaran memiliki
karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi
pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator. Guru harus melakukan kajian
mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran PKN sebagai acuan mengembangkan
indikator. Karakteristik mata pelajaran PKN dapat dikaji pada dokumen standar isi.
Karakteristik peserta didik dan sekolah juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan
indikator, artinya dalam menetapkan indikator pada KD yang sama bisa jadi indikatornya
berbeda pada sekolah yang berbeda.
3. Menganalisis kebutuhan dan potensi
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah, dan daerah perlu dianalisis untuk dijadikan
bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan pendidikan
seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan serta mengembangkan potensi
peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapat pendidikan sesuai dengan potensi dan
kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya. Indikator juga harus
dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang, sehingga
diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan
kurikulum melalui pengembangan indikator.
4. Merumuskan indikator
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
b. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang
digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD
dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan
kebutuhan peserta didik.
c. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
d. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi
dan materi pelajaran.
e. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan
kata kerja operasional yang sesuai. Contoh kata kerja yang dapat digunakan sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran.
f. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator
4
ANALISIS MATERI PKn DI SD/MI
5
B. Landasan Dasar Penentuan Materi Pembelajaran PKn SD/MI
Telah kita ketahui bersama bahwa otonomi pendidikan ternyata membawa implikasi pada
perubahan sistem manajemen pendidikan dari pola sentralisasi ke desentralisasi. Sebagai implikasi
selanjutnya, saat ini dikembangkan sistem manajemen pendidikan yang demokratis dan non
monopolistik. Kurikulum yang saat ini disebut KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan), yakni
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing madrasah atau
sekolah. Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam
pengembangan kurikulum yaitu:
1. PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
2. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
3. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
4. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Kedua peraturan Menteri Pendidikan
Nasional tersebut.
5. Panduan BSNP. Begitu juga dengan mata pelajaran Pkn MI, standar kompetensi dan
kompetensi dasarnya dapat dilihat dalam permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dengan berlakunya kurikulum model KTSP di
madrasah, berarti menuntut guru meningkatkan kualitas tugas dan perananya.
8
PENGEMBANGAN MATERI PKn SD/MI
9
Di samping itu, bahan ajar dapat menggantikan sebagian peran guru dan mendukung
pembelajaran individual. Hal ini akan memberi dampak positif bagi guru, karena sebagian
waktunya dapat dicurahkan untuk membimbing belajar siswa. Dampak positifnya bagi siswa,
dapat mengurangi ketergantungan pada guru dan membiasakan belajar mandiri.
3. Kriteria Pemilihan Bahan Ajar
Audrey & Nichols dalam Hidayat mengungkapkan kriteria bahan ajar sebagai berikut:
a. Isi pelajaran hendaknya cukup valid, artinya kebenaran materi tidak disangsikan lagi dan
dapat dipahami untuk mencapai tujuan.
b. Bahan yang diberikan haruslah cukup berarti atau bermanfaat. Hal itu berhubungan dengan
keluasan dan kedalaman bahan.
c. Bahan hendaknya menarik.
d. Bahan hendaknya berada dalam batas-batas kemampuan anak untuk mempelajarinya.
10
C. Pengembangan Materi/Bahan Ajar PKn SD/MI
Pengembangan materi pembelajaran PKn hendaknya diarahkan pada ketentuan yang telah ada
dalam standar isi sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Pembelajaran materi PKn
harus pula mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan dalam ketentuan Permendiknas tersebut,
yakni:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Pengembangan materi pembelajaran tersebut disesuaikan dengan tingkat pengembangan
kognitif dan afektif siswa, maupun umur siswa. Disamping itu juga harus mengacu pada tingkat
kedalaman dan keluasan materi. Ada 3 (tiga) macam pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Dasar, yaitu:
1. Pendekatan Expanding Community Approach
Expanding Community Approach merupakan perluasan materi tingkat lingkungan terkecil
hingga terluas, tingkat konkrit ke abstrak, konkrit sederhana ke hal yang lebih kompleks, tingkat
diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan dengan
expanding community approach digunakan untuk membuat sebuah hierarkis materi yang
dimulai dari konsep sederhana menjadi konsep yang lebih luas (Islamy, 2019).
2. Pendekatan pembentukan konsep
Merupakan pengembangan materi pembelajaran yang berorientasi pada abstraksi suatu
obyek dengan memperhatikan unsur-unsur seperti: nama konsep, ciri-ciri pokok, ciri lain,
contoh positif, contoh negatif, dan kesimpulan.
3. Pendekatan Spiral
Merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan materi pembelajaran PKn yang
berorientasi kedalaman materi yaitu pengembangan materi yang mengacu pada ketiga domain
dalam pembelajaran yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotorik.
Pendekatan ini mengartikulasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dengan
jabaran nilai disetiap jenjangnya (Ahmad Yani, 2017).
11
PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PKn DI SD/MI
14
7. Pendekatan Komitmen
Pendekatan komitmen dalam pendidikan nilai dan moral mengarahkan dan menekankan
pada seperangkat nilai yang akan mendasari pola pikir setiap guru yang bertanggungjawab
terhadap pendidikan nilai dan moral. Dalam Pembelajar an PKn sudah barang tentu yang
menjadi komitmen dasarnya adalah nilai-nilai moral pancasila serta UUD 1945, karena menjadi
komitmen bangsa dan Negara Indonesia untuk terus dilestarkan sebagai nilai-nilai luhur.
Tujuan utama pendekatan ini, adalah untuk melatih disiplin siswa & siswi dalam pola pikir dan
tindakannya agar senantiasa sesuai dengan nilai-nilai moral yang telah menjadi komitmen
bersama itu. Oleh karena nilai-nilai yang menjadi komitmen tersebut adalah nilai-nila bersama,
maka pendekatan tersebut diharapkan dapat membina integrasi social para siswa. Persoalannya
bagaimana dapat dilakaukan di MI/SD.
8. Pendekatan Memadukan (Union Approch).
Pendekatan ini berusaha menyatukan diri peserta didik dengan pengalama riil yang
dirancang oleh guru dalam peroses belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
benar-benar mengalami secara langsung pengalaman- pengalaman yang direncenakan guru
melalui berbagai metode. Di antaranya adala partisipatori, simulasi, sosio drama dan studi
lapangan.
17
METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN PKn SD/MI
23
b. Pembelajaran mandiri yang membangun minat individu peserta didik untuk bekerja sendiri
dalam rangka mencappai tujuan yang bermakna dengan mengaitkan materi bahan ajar
dengan kehidupan sehari–hari.
c. Bekerja sama untuk membantu peserta didik bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu mereka untuk mengerti bagaimana berkomunikasi dengan yang lain.
2. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
a. Pengertian PAKEM
Pakem adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Maksudnya aktif disini bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya dan mengemukakan gagasan.
Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari peserta didik dalam memebangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya merima kucuran ceramah guru tentang
pengtahuan. peran aktif dari peserta didik sangat penting dalam rangka pembentukan
generasi yang kreatif, yanag mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik. Meneyenangkan adalah
suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik memusatkan
perhatiannya secarah penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatian tinggi. Menurut
hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar.
Secara garis besar PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar.
2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan senagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan-bahan yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
b. Karakteristik PAKEM
Untuk memberikan pemahaman yang baik tentang PAKEM berikut dielaborasi secara
jelas makna dari pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan. Diketahui bahwa untuk
mendefinisikan makna aktif dalam belajar para ahli pembelajaran memiliki persepektif
yang beragam berikut diuraikan beberapa definisi tentang belajar aktif diantaranya adalah:
1) Menurut Meyers dan Jones (1993) bahwa belajar aktif meliputi pemberian kesempatan
kepada pembelajar untuk melakukan diskusi yang penuh makna, mendengar, menulis,
membaca dan merefleksi materi, gagasan.
2) Menurut Paulson dan Faust (1990) mendeskripsikan belajar aktif secara sederhana
yaitu segala sesuatu yang dilakukan pembelajar atau peserta didik selain hanya
menjadi pendengar pasif ceramah dari pengajar.
3) Menurut Jont Report, America Association for Education (1996) mendefinisikan
belaja sebagai suatu proses pencarian makna secara aktif oleh pembelajar atau peserta
didik.
Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran aktif
merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif
24
membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam kegiatan. Pembelajaran
aktif dikembangkan bedasarkan asumsi bahwa:
1) Belajar merupakan suatu proses, maka keaktifan peserta didik mutlak dibutuhkan
dalam pembelajran, belajar tidaklah seperti menonton olahraga. Peserta didik tidak
akan belajar banyak hanya dengan duduk di kelas dan mendengarakn guru, mengingat
tugas-tugas, dan mengajukan jawaban.
2) Seseorang memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang lain, paling tidak dikenal
tiga cara belajar (gaya belajar) pada diri peserta didik yaitu visual, auditorial, dan
kenestetik.
Berdasarkan uraian belajar aktif tersebut diatas, dapat didefinisikan beberapa hal
karakteristik pembelajaran yang aktif diantaranya sebagai berikut:
1) Peserta didik juga merasa nyaman mengemukakan pendapat atau menanggapi
pendapat orang lain karena lebih banyak berinteraksi antar peserta didik.
2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif melainkan mengerjakan
bebagai hal (membaca, melihat, mendengar, melakukan, eksperimen, dan berdiskusi)
yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
3) Peserta didik terlibat dengan pemanfaatan berbagai sumber belajar baik di dalam
maupun di luar kelas.
c. Penerapan Pakem
Untuk mewujudkan penerapan PAKEM ada beberapa hal yang perlu diperhatiakn oleh
guru agar tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
1) Menciptakan pembelajaran aktif
a) Guru bersahabat dan bersikap terbuka
Akrab, murah senyum, menyapa nama, dan menepuk pundak adalah beberapa
teknik untuk menunjukkan bahwa guru bersahabat dengan peserta didik. Sering
berinteraksi dan terjun ke kelompok-kelompok bahkan duduk di bangku kerja
kelompok peserta didik menunjukkan guru yang akrab.
b) Guru mengajukan pertanyaan yang mengundang banyak jawaban peserta didik
Pertanyaan yang seharusnya diajukan oleh guru adalah pertanyaan-pertanyaan
yang mengundang banyak jawaban dari peserta didik. Sebagai misal guru dapat
membawa sesuatu yang ditaruh dalam kotak, lalu peserta didik diminta menduga
apa yang dibawa oleh guru tersebut? Kegiatan semacam ini akan mengundang
banyak jawaban sehingga banyak peserta didik yang terlibat atau perpendapat di
kelas.
c) Guru merespon dan menghargai semua jawaban peserta didik
Setiap jawaban peserta didik hendaknya diberikan reward oleh guru sungguhpun
jawaban tersebut sesungguhnya kurang mengena. Reward dapat berupa, acungan
jempol, atau tepuk di pundak. Dalam hal ini guru juga perlu memberikan balikan
yang positif dan tolaran terhadap jawaban yang kurang tepat. Respon positif guru
akan mengembangkan motivasi tersendiri bagi peserta didik.
2) Menciptakan pembelajaran kreatif
a) Guru membangun lingkungan belajar yang kretif
Sikap dan tindakan kretif dapat didorong dengan lingkungan sekitar yang krestif
pula. Guru dapat mendorong kreativitas peserta didik dengan cara membangun
lingkungan kelas yang kreatif. Pemanfaatan bahan-bahan bekas sebagai piranti
25
kelas, pemajangan hasil karya peserta didik, majalah dinding merupakan beberapa
teknik merangsang kreativitas peserta ddik.
b) Guru memberi kesempatan peserta didik menghasilkan karya atau menuangkan
kreativitas
Tugas mandiri dapat diberikan kepada peserta didik untuk menuangkan ide-ide
kretivitasnya utamanya dalam bentuk hasil karya peserta didik.
c) Guru menghargai dan memajangkan hasil karya peserta didik
Ketika peserta didik menghasilkan karya tertentu, guru dapat memberikan
umpan balik yang meningkatkan harga diri positif mereka. Lebih lanjut
menayangkan atau memajang hasil karya siswa merupakan salah satu bentuk
penghargaan terhadap hasil karya peserta didik
3) Menciptakan pembelajaran efektif
a) Guru memberikan tugas dengan jelas
Memberikan tugas dengan jelas merupakan salah satu faktor penting agar
pemeblajaran berjalan dengan efektif. Seringkali kita tidak menyadari bahwa tugas-
tugas yang kita berikan belum dipahami sepenuhnya oleh peserta didik. Hal ini akan
berakibat tugas tidak terselesaikan dengan baik, peserta didik salah mengerjakan
tugas ataupun peserta didik perlu penjelasan lanjutan.
b) Guru memperhatikan waktu
Setiap kali guru memberikan tugas misalnya untuk eksplorasi atau persiapan
diskusi, guru perlu menentukan batas waktu. Penentuan batas waktu ini maksudnya
agar peserta didik dapat menyelesaikan kerja tepat pada waktunya.
c) Guru memanfaatkan sumber belajar dan media belajar yang tepat
Sebagaimana telah diketahui, peserta didik lebih mudah memahami konsep jika
guru melibatkan peserta didik pada pengalaman nyata. Oleh karenannya, guru
haruslah cermat dan kreatif dalam memanfaatkan sumber belajar dan media belajar
khususnya yang terdapat di sekitar sekolah.
4) Menciptakan pembelajaran menyenangkan
a) Guru tampil semangat, antusias, dan gembira
Penampilan guru merupakan faktor utuma terciptanya suasana pembelajaran
yang menyenangkan. Guru yang murah senyum, antusias, dan gembira akan
membangkitkan suasana aman bagi peserta didik.
b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
Salah satu indikator suasana pembelajaran yang kondusif adalah jaminan rasa
aman secara psikologis. Balikan positif dari guru, komentar yang toleran terhadap
pendapat yang kurang tepat, serta “tidak ada ide yang jelek” merupakan beberapa
contoh suasana yang menjamin rasa aman siswa untuk berpartisipasi di kelas.
c) Guru memanfaatkan energizer dan humor
Bagaimana baiknya pembelajaran dilaksanakan, kadangkala peserta didik juga
mengalami kejenuhan. Pada saat ini guru dapat menampilkan game atau energizer
sehingga kelas menjadi segar kembali. Ice breaker juga dapat dimanfaatkan
umumnya untuk memecahkan kebekuan suasana ketika peralihan dari satu
pelajaran ke pelajaran lainnya. Akan lebih baik jika guru mampu menyelipkan
humor-humor ringan di sela-sela pembelajaran atau presentasinya.
26
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus
keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
1) Berikan informasi dan sampaikan tujuan serta skenario pembelajaran.
2) Organisasikan peserta didik dalam kelompok kooperatif.
3) Bimbing peserta didik untuk melakukan kegiatan/berkooperatif.
4) Evaluasi.
5) Berikan penghargaan (reward)
c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif
1) Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions)
Tipe STAD terdiri dari 5 komponen yakni:
a) Presentasi Kelas.
b) Pembentukan Tim.
c) Kuis.
d) Perubahan/perkembangan skor individu.
e) Pengakuan tim.
2) Tipe KI (Kelompok Investigasi)
Langkah-langkah model ini adalah:
a) Kemukakan masalah/pertanyaan berdasarkan dari hasil pengamatan.
b) Kegiatan kelompok kooperatif untuk menjawab masalah (pengamatan lebih lanjut
atau eksperimen).
c) Melaporkan hasil kegiatan kelompok berupa produk atau presentasi.
d) Penghargaan kelompok.
3) Kepala Bernomor Struktur (KBS) merupakan modifikasi dari Number Heads
Together.
Langkah-langkah model ini adalah:
a) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
b) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang
berangkai.
c) Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok.
d) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
e) Merumuskan kesimpulan.
4) Think-Pair-Share
Thinking: beri kesempatan siswa untuk mencari jawaban tugas secara mandiri, pairing:
bertukar pikiran dengan teman sebangku, dan sharing: berdiskusi dengan pasangan
lain. Langkah-Langkah:
a) Guru menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Siswa diminta untuk berpikir tentang topik materi/permasalahan yang
disampaikan guru secara individual.
c) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebangku dan mengutarakan hasil
pemikirannya masing-masing tentang topiknya tadi.
27
d) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan mengemukakan
hasil diskusinya untuk berbagi jawaban dengan seluruh peserta didik di kelas.
e) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
f) Guru memberi kesimpulan.
g) Penutup.
5) Tipe Mind Mapping
Langkah-langkah:
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru mengemukakan konsep/permasalahan utama yang akan ditanggapi oleh
siswa.
c) Membentuk kelompok diskusi.
d) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat subkonsep atau alternatif jawaban
hasil diskusi.
e) Tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
f) Dari data-data di papan tulis, peserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
6) Dua Tinggal, Dua Tamu
Langkah-langkah:
a) Satu kelompok beranggota 4 orang.
b) Beri tugas untuk diskusi.
c) Setelah selesai, dua siswa bertamu ke kelompok lain.
d) Dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya.
e) Tamu kembali ke kelompok dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
7) Time Token
Model ini menggunakan kartu, langkah-langkahnya adalah:
a) Semua siswa diberi “kartu berbicara”.
b) Di dalam kelompok siswa yang sudah menyampaikan pendapat harus
menyerahkan satu kartunya.
c) Demikian seterusnya sampai siswa yang sudah habis kartunya tidak berhak
berbicara lagi.
8) Student Fasilitator and Expailing (SFE)
Langkah-langkah:
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru mempresentasikan materi.
c) Memberikan kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kepada siswa lainnya
baik melalui bagan atau peta konsep lainnya.
d) Guru menyimpulkan pendapat/ide peserta didik.
e) Guru menerangkan/merangkum semua materi yang dipresentasikan.
f) Penutup.
4. Pengajaran Langsung
Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center. menurut
Arends (1997), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang
28
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan.
Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Guru menjelaskan materi pembelajaran.
c. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik seperti memberi latihan soal.
d. Memberi tugas di rumah.
5. Pengajaran Berdasarkan Masalah
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya
dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sekitarnya, pengetahuan ini cocok
untuk pengembangan pengetahuan dasar maupum kompleks.
a. Tujuan Pengajaran Berdasarkan Masalah
Berdasarkan karakteristiknya pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan:
1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
masalah.
2) Menjadi pembelajar yang mandiri
b. Manfaat Pengajaran Berdasarkan Masalah
Pengajaran berdasarkan masalah tidak di rancang untuk membantu guru memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalah di
kembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah dan keterampilan Intelektual.
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1) Kelebihan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
b) Memupuk sifat inquiry siswa
c) Memupuk kemampuan Problem solving
2) Kekurangan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a) Persiapan pembelajaran yang kompleks
b) Sering terjadi miss-konsepsi
c) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup lama.
29
PENILAIAN PEMBELAJARAN PKn SD/MI
A. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan data/informasi yang digunakan untuk mengukur
ketercapaian suatu tujuan. Pengertian menurut Slavin (2011:262) menyatakan penilaian adalah
suatu pengukuran sejauh mana siswa telah mempelajari tujuan yang ditetapkan bagi mereka.
Sedangkan menurut Iryanti (2004:3) menjelaskan penilaian adalah suatu kegiatan pengukuran,
kuantitatif, penetapan mutu pengetahuan siswa secara menyeluruh, dan terintegrasi dalam proses
pembelajaran, serta menggunakan beragam bentuk. Pengertian penilaian lainnya menurut Uno dan
Koni (2012:2) penilaian sebagai salah satu bentuk penilaian dan komponen dalam evaluasi.
Penilaian tidak dapat dipisahkan dari tindakan pengukuran yang bersifat kuantitatif dan penilaian
yang bersifat kualitatif.
Menurut Mehrens dan Lehmann (Nasoetion, 1993:4) penilaian merupakan suatu pertimbangan
profesional atau suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk membuat suatu pertimbangan
mengenai nilai sesuatu. Secara sistematis Gronlund (Nasoetion, 1993:5) hasil penilaian merupakan
perpaduan antara temuan kuantitatif dengan pertimbangan yang dibuat penilai atau hasil penilaian
merupakan perpaduan antara temuan kualitatif dengan pertimbangan yang dibuat penilai. Penilaian
adalah suatu proses sistematis yang mengandung pengumpulan informasi, menganalisis, dan
menginterpretasi informasi tersebut untuk membuat keputusan-keputusan. Penilaian merupakan
bagian integral dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Penilaian harus dipandang sebagai salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran, bukan hanya sebagai cara
untuk menilai keberhasilan peserta didik (Kunandar, 2007: 379-380).
Hart seperti dikutip Muslich (2011:2) menyatakan, assesmen didefinisikan sebagai proses
pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik yang
diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja/kinerja atau
prestasi peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas terkait. Proses asesmen mencakup sejumlah
bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik. Assesmen ini dilaksanakan
secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran sehingga disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK
dilakukan dengan berbagai cara seperti pengumpulan kerja peserta didik (portofolio), hasil karya
(product), penugasan (project), kinerja (performance) dan tes tertulis (paper and pencil). Jadi
menurut Masnur Muslich penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan
menafsirkan data hasil pengukuran.
Dalam pembelajaran, penilaian adalah cara yang digunakan oleh pendidik dalam mengukur
kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang digunakan. Penilaian hasil
belajar peserta didik dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya
selalu mengandung ketiga ranah itu, namun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut
teori lebih minitik beratkan pada ranah kognitif sedangkan mata pelajaran yang menuntut
kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotorik, dan keduanya selalu
mengandung ranah afektif (Sudrajat, 2008: 2).
30
Kunandar (2007: 383) menjelaskan bahwa dalam penilaian ada emat unsur pokok, yaitu (1)
objek yang dinilai; (2) kriteria sebagai tolak ukur; (3) data tentang objek yang dinilai; dan (4)
pertimbangan keputusan (judgement). Dengan demikian proses penilaian meliputi menentukan
objek yang akan dinilai, membuat atau menentukan kriteria ukuran, mengumpulkan data, baik
melalui tes maupun nontes dan membuat keputusan.
Sehingga dapat didefinisikan penilaian sebagai komponen dalam evaluasi yang digunakan
untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang bersifat kualitatif sebagai dasar
pengambilan keputusan tentang tingkatan pengetahuan siswa secara menyeluruh. Secara sederhana
penilaian (assessment) dapat pula diartikan sebagai proses pengukuran untuk memperoleh data
karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu.
B. Jenis-jenis Penilaian
1. Asesmen Diagnostik (Pre-asesmen)
Sebelum menyusun instruksi pembelajaran, penting untuk mengetahui sifat dan karakter
siswa. Tujuan dalam penilaian ini yaitu untuk mengetahui kelebihan, kekurangan serta keahlian
dan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum memulai pembelajaran. Setelah memiliki
informasi tersebut, barulah instruksi pembelajaran dapat disusun. Berikut adalah hal yang bisa
dilakukan dalam penilaian ini:
a. Kuis singkat
b. Wawancara siswa
c. Refleksi siswa
d. Diskusi kelas
e. Grafik pembelajaran (mind map, flow charts, KWL chart)
Tip: Lakukan asesmen ini di awal tahun akademik, awal semester, awal pembelajaran, dll.
Sebaiknya, berikan juga penilaian yang sama tiap akhir tahun akademik atau akhir semester
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berkembang.
2. Asesmen Formatif
Asesmen ini digunakan sebagai usaha pertama untuk mengembangkan instruksi
pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memantau pembelajaran siswa agar guru dan mendapat
feedback. Hal ini berguna untuk mengetahui apa saja yang masih bisa dibenahi dalam instruksi
guru. Berdasarkan feedback ini, guru jadi bisa tahu sebaiknya harus fokus ke mana untuk
mengembangkan instruksi pembelajaran. Berikut beberapa contoh asesmen atau penilaian
formatif:
a. Portofolio
b. Tugas Kelompok
c. Laporan Perkembangan Belajar
d. Diskusi kelas
e. Kuis
f. Aplikasi mengajar kelas virtual
Tip: Tiap akhir kelas, guru juga bisa dapat membuat sebuah “exit ticket” secara digital,
yaitu semacam visualisasi berupa diskusi singkat atau pertanyaan untuk merampung
pembahasan di kelas hari itu. Gunanya agar guru dapat dengan lebih mudah mengetahui sampai
mana pemahaman siswa dan mendorong refleksi pembelajaran.
3. Asesmen Sumatif
Asesmen sumatif mengukur perkembangan siswa sebagai penilaian pembelajaran. Tak
hanya itu, asesmen ini juga mengukur efektivitas pembelajaran dan respon terhadap instruksi.
Ujian sebetulnya juga merupakan jenis asesmen sumatif dan menyediakan data untuk guru dan
31
pemimpin sekolah. Hasil ujian dapat membantu merepresentasikan perkembangan siswa,
namun tidak selalu menyediakan feedback yang jelas mengenai proses pembelajaran dan
mungkin saja malah menciptakan kebiasaan belajar hanya untuk lulus tes. Selain itu, ujian juga
bisa menjadi sumber stress bagi Bapak dan Ibu guru karena harus mempersiapkan siswa agar
bisa lulus sehingga juga memengaruhi arahan pembelajaran.
Berikut ini adalah cara melakukan asesmen sumatif yang menyenangkan yang dapat
dilakukan oleh guru:
a. Merekam podcast
b. Menulis naskah untuk seni peran
c. Menyusun proyek belajar pribadi
Tip: Dengan menggunakan pengukuran dari performa siswa, asesmen sumatif dapat
bermanfaat untuk guru dalam meningkatkan pelajaran dari waktu ke waktu, sebab penilaian
sumatif juga merupakan refleksi kualitas pembelajaran sebagaimana halnya terhadap siswa.
4. Asesmen Konfirmatif
Ketika instruksi pembelajaran telah terlaksana dalam kelas, penilaian masih penting untuk
dilakukan. Tujuan dari asesmen konfirmatif yaitu untuk mengetahui apakah instruksi
pembelajaran masih efektif dalam periode waktu tertentu, misalnya satu tahun. Melalui
asesmen ini, guru bisa mengetahui apakah cara mengajar yang dilakukan masih tepat untuk
siswa. Asesmen konfirmatif dapat dikatakan sebagai perpanjangan dari asesmen sumatif.
5. Asesmen Acuan Normatif
Asesmen ini didesain untuk membandingkan siswa individu terhadap kelompok
sebayanya. Biasanya asesmen ini berdasarkan standar nasional, ataupun ketika berdasarkan
nilai rata-rata di sekolah. Asesmen Acuan Normatif menarik kesimpulan mengenai pencapaian
siswa berdasarkan berbagai titik data yang luas. Berikut beberapa contoh asesmen acuan
normatif:
a. Tes IQ
b. Tes Fisik
c. Seleksi Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN, UTBK, dll).
6. Asesmen Acuan Kriteria
Mudahnya, Asesmen ini mengukur performa siswa terhadap sebuah tujuan atau objektif
tertentu. Di dalam kelas, hal ini berarti mengukur performa siswa terhadap standar tingkat kelas
dan dapat mencakup ujian akhir untuk menilai pemahaman siswa. Di luar kelas, Asesmen
Acuan Kriteria muncul dalam ujian seperti misalnya, ujian lisensi profesional, Ujian Nasional
terhadulu, dll. di mana siswa harus menjawab benar persentase tertentu dari pertanyaan yang
ada agar bisa lulus. Perbedaannya dengan Asesmen Normatif, Asesmen Acuan Kriteria tidak
mengukur individu terhadap kelompok sebayanya, namun untuk mendapatkan nilai yang
memberi wawasan mengenai kelebihan dan area yang masih bisa dibenahi.
7. Asesmen Ipsatif
Asesmen Ipsatif adalah tipe penilaian sebagai pembelajaran yang membandingkan hasil
terdahulu dengan percobaan kedua, untuk memotivasi siswa dalam menyusun tujuan
meningkatkan kemampuan mereka. Kerangka penilaian dua tahap ini membantu siswa untuk
belajar dari kesalahannya dan memotivasi mereka untuk menjadi lebih baik lagi. Ditambah lagi,
siswa juga jadi dapat belajar bahwa memelajari sesuatu adalah sebuah proses dan tidak
terperangkap dalam gratifikasi instan. Guru dapat menerapkan Asesmen Ipsatif dengan cara-
cara berikut:
a. Tugas Portfolio
b. Project-based learning
c. Remedial
32
C. Langkah-langkah Penggunaan Penilaian pada Pembelajaran PKn SD/MI
1. Menyusun Rencana Penilaian atau Evaluasi Hasil Belajar
Dalam merencanakan penilaian atau evaluasi hasil belajar, ada beberapa hal yang perlu
dilakukan, yaitu:
a. Merumuskan tujuan dilakukannya penilaian atau evaluasi, termasuk merumuskan tujuan
terpenting dari diadakannyu penilaian. Hal ini perlu dilakukan agar arah proses penilaian
jelas.
b. Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan
c. Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk menilai proses dan hasil belajar para
peserta didik. Sejumlah instrumen yang mungkin digunakan adalah butir-butir soal tes,
daftar cek, panduan wawancara, dan lain-lain.
d. Menentukan metode penskoran jawaban siswa.
e. Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan penilaian atau evaluasi (kapan, berapa kali, dan
berapa lama).
f. Mereview tugas-tugas penilaian.
2. Menghimpun Data
Dalam kegiatan ini Anda sebagai guru hisa memilih teknik tes dengan menggunakan tes
atau memilih teknik non tes dengan melakukan pengamatan, wawancara atan angket. Ketika
melakukan penilaian prestasi peserta didik, para guru harus memahami situasi dan kondisi
lingkungan fisik dan psikologis. Lingkungan fisik harus tenang dan nyaman. Selama proses
penilaian berlangsing, guru jaga harus memonitor jalannya penilaian dan membantu agar
semuanya berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Melakukan Verifikasi Data
Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan data yang "baik" (yakni data
yang akan memperjelas gambaran mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi) dari data
yang "kurang baik" (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran mengenai peserta didiki.
4. Mengolah dan Menganalisis Data
Tujuan dari langkah ini adalah memberikan makna terhadap data yang telah dihimpun.
Agar data yang terhimpun tersebut bisa dimaknai, kita bosa menggunakan teknik statistik
dan/atau teknik non statistik, berdasarkan pada mempertimbangkan jenis data.
5. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi terhadap makna yang terkandung
pada data yang telah diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sejumlah kesimpulan.
Kesimpulan- kesimpulan yang dibuat tentu saja harus mengacu pada sejumlah tujuan yang telah
ditentukan di awal.
6. Menyimpan Instrumen Penilaian dan Hasil Penilaian
Langkah keenam ini memang perlu disampaikan di sini untuk mengingatkan para guru,
sebab dengan demikian mereka dapat menghemat sebagian waktunya untuk ha-hal yang lebih
baik. Dengan disimpannya instrumen dan ringkasan dan jawaban siswa, termasuk herbagai
catatan tentang upaya memperbaiki instrumen, sewaktu- waktu Anda membutuhkan untuk
memperbaiki instrumen tes pada tahun berikutnya maka tidak akan membutuhkan waktu yang
lama. Tentu saja, perubahan disana-sini perlu dilakukan karena isi dan struktur unit pelajaran
yang dipelajari siswa juga telah berubah.
7. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis, dan disimpulkan maka Anda
sebagai guru atau evaluator bisa mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan sebagai
tindak lanjut konkret dari kegiatan penilaian. Dengan demikian, seluruh kegiatan penilaian yang
telah dilakukan akan membawa banyak manfaat karena terjadi berbagai perubahan dan atau
perbaikan.
33
SILABUS PEMBELAJARAN PKn SD/MI
A. Prinsip-prinsip Silabus
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum yang berisikan garis- garis
besar materi pembelajaran. Dalam membuat silabus, harus diperhatikan beberapa prinsip. Prinsip-
prinsip tersebut sebagai patokan agar bagaimana silabus dapat digunakan. Tujuan silabus adalah
untuk memudahkan, Jika silabus dibuat hanya dapat dipahami oleh pembuatnya sendiri, maka
silabus akan kehilangan subsansinya. Prinsip- prinsip yang dimaksud disini adalah penjaga gawang
agar silabus mudah dibaca orang lain dan dapat dimengerti pula. Adapun prinsip pengembangan
silabus yaitu:
1. Ilmiah
Mengingat silabus berisikan garis-garis besar materi pembelajaran yang akan dipelajari
siswa, maka materi pembelajaran yang disajikan dalam silabus harus memenuhi kebenaran
ilmiah. Untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus dilibatkan para
pakar dibidang keilmuan masing-masing mata pelajaran.
2. Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa
Pendidik perlu mendalami perkembangan peserta didik dari perkembangan fisik,
emosional, dan intelektual. Dari pemahaman tersebut tentunya agar para pendidik ini lebih tahu
langkah apa yang akan mereka ambil agar proses belajar mengajar terlaksana dengan baik dan
bisa mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dan pendidik perlu memahami perkembangan
peserta didik agar dapat membantu pendidik dalam memilih lingkungan belajar terbaik dan
mengenal kepribadian siswanya dengan lebih baik. Cakupan kedalaman tingkat kesukaran dan
urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan
psikologis siswa
3. Sistematis
Karena silabus dianggap sebagai suatu system, sesuai konsep dan prinsip system
penyusunan silabus dilakukan secara sistematis, sejalan dengan pendekatan system atau
langkah-langkah pemecahan masalah. Silabus merupakan satu kesatuan yang mempunyai
tujuan yang terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berhubungan.
Komponen pokok silabus terdiri dari standar kompetensi, KD, indikator, dan materi
pembelajaran.
4. Relevansi
Silabus memiliki relevansi dengan kehidupan nyata peserta didik. Artinya silabus memiliki
keterkaitan dan kesesuaian dengan kehidupan sehari-hari.
5. Konsistensi
Silabus memiliki kesamaan tujuan antar komponen. Artinya, Jika kompetensi dasar yang
harus dikuasai peserta didik beberapa macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus
meliputi macam tersebut.
6. Kecukupan
Kecukupan adalah bahwa silabus mengandung materi yang cukup untuk mendukung
tercapainya standar kompetensi. Artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak.
B. Komponen-komponen Silabus
Yang dimaksud dengan komponen adalah unsur-unsur yang harus ada dalam pembuatan
silabus. Karena silabus itu adalah gabungan berbagai komponen- kompoten tersebut. Dalam
membuat silabus minimal ada 8 komponen yang harus ada. Delapan komponen itu adalah sebagai
berikut:
34
1. Standar Kompetensi.
Standar kompetensi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik
dalam suatu mata pelajaran. Penempatan standar kompetensi pada silabus dimaksudkan untuk
memandu pengajar atau pengembang silabus dalam menjabarkan Kompetensi Dasar menjadi
pengalaman belajar, sehingga rangkaian kegiatan belajar pesdik tidak menyimpang dari koridor
kemampuan peserta didik yang ingin dicapai.
2. Kompetensi Dasar
Penempatan komponen kompetensi dasar dalam silabus sangat penting, hal ini berguna
untuk mengingatkan para pengajar seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang harus
dicapainya. Di dalam komponen kompetensi dasar ini juga dimuat hasil belajar, yaitu penyataan
unjuk kerja yang diharapkan setelah peserta didik mengalami pembelajaran dalam kompetensi
tertentu.
3. Indikator
Indikator merupakan kompetensi dasar yang lebih spesifik. Apabila serangkaian indikator
dalam satu kompetensi dasar sudah dapat dicapai oleh peserta didik, berarti target kompetensi
dasar tersebut sudah terpenuhi.
Indikator merupakan karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respon yang harus
dapat dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik, untuk menunjukkan bahwa peserta didik
tesebut telah mencapai kompetensi dasar tertentu.
Penyusunan indikator memperhatikan hal-hal berikut:
a. Indikator dikembangkan dari kompetensi dasar.
b. Indikator dibuat dengan menggunakan kata kerja operasional dengan tingkat berpikir
menengah dan tinggi,
c. Tiap kompetensi dasar dijabarkan menjadi tiga atau lebih indikator
d. Indikator yang ada dalam dokumen kurikulum harus dikembangkan kembali oleh pengajar,
yang juga dapat menjadi acuan atau panduan atau konstruk bagi pengajar dalam membuat
indikator penilaian.
4. Materi Pokok
Materi pook adalah bagian dari struktur keilmuan suatu kajian yang dapat berupa
pengertian konseptual, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan.
Penempatan materi pokok di dalam silabus berfungsi sebagai payung dari setiap uraian materi
yang disajikan dalam pengalaman belajar peserta didik.
5. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik
secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan langkah pembelajaran
sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu. Selain itu,
pendekatan pembelajaran yang bersifat spiral (mudah ke suka; konkret ke abastak; dekat ke
jauh) juga memerlukan urutan pembelajaran yang terstruktur.
Rumusan pernyataan dalam pengalaman belajar minimal mengandung dua unsur penciri
yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu: kegiatan peserta
didik dan materi. Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan kegiatan
peserta didik dan materi pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Peserta Didik
35
Dalam kegiatan peserta didik yang akan digunakan dalam pembelajaran sebaiknya
dipertimbangkan hal-hal berikut:
1) Hendaknya memberi peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah dan
menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan pengajar atau pendidik;
2) Merupakan pola yang mencerminkan ciri khas dalam pengembangan keterampilan
dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Misalnya observasi di lingkungan sekitar,
penyelidikan, eksperimen, pemecahan masalah, simulasi, wawancara dengan nara
sumber, pengembangan teknologi, penggunaan peta dan foto, pemanfaatan kliping.
3) Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia:
4) Bervariasi dengan mengombinasikan atara kegiatan belajar perseorangan, pasangan,
kelompok, dan klasikal;
5) Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik seperti bakat,
kemampuan, minat, latar belakang keluarga, sosial-ekonomi dan budaya serta masalah
khusus yang dihadapi peserta didik yang bersangkutan.
b. Materi
Agar penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka
perlu diperhatikan kriteria untuk menseleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut
antara lain:
1) Sahih (valid)
Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji
kebenaran dan kesahihannya. Pengertian ini juga berkaitan dengan keaktualan materi,
sehingga materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan
memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2) Tingkat kepentingan (signifikansi)
Dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut: sejauh mana
materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Di mana dan mengapa
penting? Dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang
yang benar-benar diperlukan oleh peserta didik.
3) Kebermanfaatan (utility)
Manfaat harus dilihat dari semua sisi, baik secara akademis maupun non
akademis. Bermanfaat secara akademis artinya pendidik harus yakin bahwa materi
yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuand an keterampilan yang
yang akan dikembangkan lebih lanjut pda jenjang pendidikan berikutnya. Bermanfaat
secara non-akademis maksudnya adalah bahwa materi yang dapt diajarkan dapat
mengembangkan kecapakan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Layak dipelajari (learnability)
Materinya memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya
(tidak terlalu mudah, atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakannya terhadap
pemanfaatan bahan ajar dan kodisi setempat.
5) Menarik Minat (interesti)
Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik
untuk mempelajari lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada peserta didik
harus mampu menumbuh kembangkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan
dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
36
6. Alokasi Waktu
Untuk merencanakan pembelajaran, lamanya waktu yang diperlukan untuk menguasai
Kompetensi Dasar yang ingin dicapai perlu ditentukan alokasi waktunya. Penentuan besarnya
alokasi waktu ini terggantung kepada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran
dengan mempertimbangkan jumlah, keluasan dan kedalaman Kompetensi Dasar, serta tingkat
kepentingannya dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Alokasi waktu yang dicamtukan
dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk menguasai
satu Kompetensi Dasar.
7. Sumber/Bahan/Alat.
a. Sumber
Sumber belajar yang strategis bagi pendidik adalah buku, brosur, majalah, sruat kabar,
poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto dan lingkungan sekitar.
Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Lingkungan alam seperti bentang alam yang berupa gunung, danau, pantai, laut, sungai
dan lain-lain.
2) Lingkungan sosial misalnya keluarga, rukun tetangga, desa, kota, pasar, dan
sebagainya. Lingkungan budaya dapat berupa candi, adat istiadat dan sebagainya.
Pembelajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin sumber belajar untuk
memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Penentuan materi pelajaran dan
sumber belajar harus dipilih, di saring dan diselaraskan dengan Kompetensi Dasar
yang ingin dicapai.
b. Bahan
Bahan yang dimaksud di sini adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum
atau proses pembelajaran lainnya. Bahan-bahan yang digunakan tentunya harus sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran.
c. Alat/Media
Alat bantu belajar berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran. Oleh
karena itu hendaknya dipilih alat bantu yang memiliki ciri-ciri:
1) Menarik perhatian dan minat peserta didik.
2) Meletakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara konkrit yang sekaligus
mencegah atau mengurangi verbalisme.
3) Merangsang tumbuhnya pengertian dan atau usaha pengembangan nilai- nilai.
4) Berguna dan berfungsi ganda.
5) Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh pendiik atau
diambil dari lingkungan sekitar.
Salah satu prinsip belajar menyatakan bahwa makin banyak alat bantu pembelajaran
dimanfaatkan secara tepat dalam pembelajaran, makin besar daya serap peserta didik
terhadap materi yang dipelajarinya. Dengan demikian, dalam pembelajaran seorang
pendidik harus menggunakan berbagai alat bantu pembelajaran dan memanfaatkannya
secara tepat. Memanfaatkan alat bantu pembelajaran secara tepat artinya dapat memilih
alat yang cocok dengan materi yang dibahas dan mendemostrasikan alat tersebut pada saat
yang tepat, sehingga dapat berfungsi memperjelas informasi atau konsep yang sedang
dibicarakan.
37
8. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Pemilihan bentuk penilaian dalam silabus, seperti: penilian tertulis (paper and pencil),
produk (product), unjuk kerja (Performance), Projek (project), dan portopolio (portpolio) harus
memperhatikan kemampuan-kemampuan yang dapat mendorong kemampuan penalaran dan
kreativitas peserta didik serta sesuai dengan ciri khas dari mata pelajaran yang bersangkutan.
Penulisan bentuk penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai sehingga
memudahkan dalam pembuatan soal-soalnya. Beberapa kriteria atau hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penilaian antara lain:
a. Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan
sikap;
b. Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar sedang berlangsung,
misalnya: mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja
peserta didik serta memberikan tes;
c. Pemilihan cara dan bentuk penilaian berdasarkan atas tuntutan kompetensi dasar mengacu
kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian umpan balik, pemberian informasi
kepada peserta didik tetang tingkat keberhasilan belajamya, memberikan laporan kepada
orang tua;
d. Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan peluang kepada peserta didik
untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu melakukannya;
e. Tidak bersifat diskriminatif artinya tidak memilih-milih mana peserta didik yang berhasil
dan mana yang gagal dalam menerima pembelajaran.
38
RPP PEMBELAJARAN PKn SD/MI
A. Fungsi RPP
Sebagai seorang pendidik yang profesional guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar
pengajarannya berhasil. Salah satu factor yang bisa membawa keberhasilan itu, ialah guru
senantiasa menyusun RPP sebelumnya. Sedikitnya terdapat 2 fungsi RPP dalam kurikulum
2013.Kedua fungsi tersebut adalah Fungsi Perencanaan dan Fungsi Pelaksanaan.
1. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan RPP adalah bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya
dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang
matang. Oleh karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran guru wajib memiliki persiapan,
baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis. Komponen-komponen yang harus dipahami guru
dalam pengembangan kurikulum 2013 antara lain: kompetensi dasar, materi standar, hasil
belajar, indikator hasil belajar, penilaian, dan prosedur pembelajaran. (Mukhtar. 2013: 65)
2. Fungsi Pelaksanaan
Dalam pengembangan kurikulum 2013, rencana pelaksanaan pembelajaran harus disusun
secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan
penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual.
Dengan demikian, rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi untuk mengefektifkan proses
pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan.
Adapun menurut Wina Sanjaya mengemukakan bahwa fungsi RPP:
1. Fungsi Kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matangakan memberikan umpan
balik sehingga dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Guru dapat
meningkatkan serta memperbaiki program melalui umpan balik tersebut. Secara kreatif guru
akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan serta menemukan hal baru.
2. Fungsi Inovatif
Suatu inovasi akan muncul jika guru memahami adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Kesenjangan tersebut dapat ditangkap manakala guru memahami akan proses yang
dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan
dan terprogram secara utuh. Dalam kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.
3. Fungsi Selektif
Melalui proses perencanaan guru dapat menyeleksi strategi mana yang lebih efektif dan
efisien untuk dikembangkan. Selain itu berkaitan dengan materi pelajaran guru dapat
menentukan materi mana yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4. Fungsi Komunikatif
Dokumen perencanaan harus dapat mengomunikasikan kepada setiap orang baik tentang
tujuan maupun hasil yang ingin dicapai, strategi atau rangkaian kegiatan yang bisa dilakukan.
5. Fungsi Prediktif
Perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan serta hasil yang akan diperoleh.
6. Fungsi Akurasi
Melalui perncanaan guru dapat menakar setiap waktu yang diperlukan untuk
menyampaikan bahan pelajaran tertentu serta guru dapat menghitung jam pelajaran efektif.
7. Fungsi Pencapaian Tujuan
Mengajar bukanlah hanya sekedar menyampaikan materi, melainkan membentuk manusia
secara utuh. Dengan begitu pembelajaran memiliki dua sisi yang sama penting yaitu sisi hasil
belajar serta sisi proses belajar. Melalui perencanaan kedua sisi tersebut dapat dilakukan secara
seimbang.
39
8. Fungsi Kontrol
Melalui perencanaan guru dapat mengontrol materi mana yang sudah di pahami dan belum
dipahami atau mengontrol keberhasilan siswa sehingga guru dapat mengembangkan
pembelajaran selanjutnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi RPP sebagai acuan bagi pendidik untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan
efisien.
B. Komponen-Komponen RPP
Menurut Prastowo (2017:70) dan Hanafi (2009:166-167) mengemukakan komponen-
komponen dalam rencana pelaksanaan pembelajaran adalah, sebagai berikut:
1. Identitas Mata Pelajaran/ Identitas RPP
Komponen pertama ini merupakan data yang menyajikan informasi tentang nama sekolah/
madrasah, tema/ subtema, materi pokok, serta alokasi waktu.
2. Standar Kompetensi/ Kompetensi Inti
SK/ KI merupakan kualifikasi atau kemampuan minimal peserta didik dalam menguasai
aspek afeltik, kognitif, dan psikomotorik yang diharapkan dapat dicapai pada setiap kelas dan
atau semester pada suatu mata pelajaran. KI berfungsi sebagai unsur pengorganisasian
(organising element) Kompetensi Dasar. KI dirancang dalam empat kelompok yang saling
berkaitan, yaitu: KI-1 adalah KI Sikap Spiritual; KI-2 adalah KI Sikap Sosial; KI-3 adalah KI
Pengetahuan/ Kognitif; KI-4 adalah KI Keterampilan/ Psikomotorik. KI-1 dan KI-2 dipelajari
secara tidak langsung, yaitu ketika waktu belajar peserta didik tentang KI-3 dan KI-4.
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang
diturunkan dalam dari KI. Kd adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,
pengetahuan, serta keterampilan yang bersumber pada KI yang harus dikuasai peserta didik.
Dalam K-13, KD-1 dan KD-2 turunan dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam
indikator, karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator
yang dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran
langsung.
4. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi adalah penjabaran dari kompetensi dasar yaitu berupa
perilaku yang dapat diukur atau di observasi untuk melihat ketercapaian dari kompetensi dasar
yang menjadi acuan penilaian suatu mata pelajaran.
5. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi Pembelajaran
Memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir
uraian sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi Waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar.
8. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar
dan proses pembelajaran yang kondusif agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan
dengan situasi dan kondisi peserta didik, karakteristik dari setiap indikator, dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
40
9. Kegiatan Pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi perincian dari kegiatan eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi, yaitu; mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengomunikasikan.
c. Penutup
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan
balik, dan tindak lanjut.
10. Penilaian Hasil Belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator
pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian.
11. Sumber Belajar
Penentuan sumber belajar didasarkna pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
44
8. Keterampilan Memberi Penguatan pada pembelajaran PKn MI
Dalam pembelajaran, penguatan sangat diperlukan. Penguatan sangat berguna untuk
menumbuhkan motivasi pada peserta didik agar kinerjanya supaya lebih baik lagi. Sebaliknya
bagi siswa yang kinerjanya belum baikpun perlu dimotivasi dengan penguatan agar tidak patah
semangat. Tujuan memberi penguatan adalah: meningkatkan perhatian peserta didik;
membangkitkan dan memelihara motivasi peserta didik; memudahkan peserta didik belajar;
serta mengontrol dan memodifikasi peserta didik. Jenis penguatan ada 2 (dua) macam:
a. Penguatan verbal, yaitu penguatan yang disampaikan dengan kata-kata atau kalimat yang
berupa komentar pujian, dukungan, pengakuan atau dorongan,
b. Penguatan nonverbal yaitu penguatan yang disampaikan dengan gerakan, mendekati,
mimik dan sentuhan, kegiatan atau simbol.
Ada beberapa syarat dalam memberi penguatan agar berhasil dalam menumbuhkan
motivasi siswa, yaitu (1) suasana yang hangat dan antusias, (2) bermakna, (3) respon positif,
(4) jelas sasaran, dan (5) bervariasi. Untuk aplikasi keterampilan penguatan, hal ini dapat
dilakukan kepada seseorang (mahasiswa atau mahasiswi), kelompok, penguatan dilakukan
dengan segera, adanya variasi dalam penguatan, pemberian penguatan tak penuh.
48