Anda di halaman 1dari 54

MATERI PERKULIAHAN MATKUL PEMBELAJARAN PKn SD/MI

PGMI 6B

Dosen Pembimbing : Ujang Endang, S.Ag., M.Pd.

Nama Mahasiswa : ________________________

NIM : ________________________

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM DARUSSALAM (UID)
CIAMIS JAWA BARAT
2024

ii
iii
MATERI PERKULIAHAN MATKUL PEMBELAJARAN PKn SD/MI
PGMI 6B

Dosen Pembimbing : Ujang Endang, S.Ag., M.Pd.

Nama Mahasiswa : Meri Sriwahyuni


NIM : 2107000851

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM DARUSSALAM (UID)
CIAMIS JAWA BARAT
2024

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... i


PENGEMBANGAN INDIKATOR PEMBELAJARAN PKN DI SD/MI ....................... 1
A. Pengertian Indikator ........................................................................................................ 1
B. Perbedaan antara Kompetensi Inti dengan Kompetensi Dasar ........................................ 1
C. Kompetensi Inti 1,2,3 dan 4 pada Mata Pelajaran PKn SD/MI ....................................... 3
D. Mekanisme Pengembangan Kompetensi Dasar dari K1, K2, K3 dan K4 pada .............. 4
Mata Pelajaran PKn SD/MI
ANALISIS MATERI PKN SD/MI ...................................................................................... 5
A. Pengertian Materi Pembelajaran ...................................................................................... 5
B. Landasan Dasar Penentuan Materi Pembelajaran PKn SD/MI ....................................... 6
C. Sumber Bahan Ajar Materi Pembelajaran ....................................................................... 6
D. Prinsip- prinsip Pemilihan Bahan ajar PKn SD/MI ......................................................... 6
E. Aspek-aspek Penentuan Materi Pelajaran PKn SD/MI ................................................... 7
F. Langkah-langkah Analisis Materi Pembelajaran PKn MI ............................................... 8
PENGEMBANGAN MATERI PKN SD/MI ...................................................................... 9
A. Konsep Dasar Bahan Ajar ............................................................................................... 9
B. Aspek-Aspek Ruang Lingkup Materi Pembelajaran PKn SD/MI ................................... 10
C. Pengembangan Materi/Bahan Ajar PKn SD/MI ............................................................. 11
PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PKN SD/MI ............................. 12
A. Konsep Pendekatan dan Strategi ..................................................................................... 12
B. Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran PKn MI/SD dan Penerapanya .......... 13
C. Macam-Macam Strategi Pembelajaran PKN MI/SD dan Penerapannya ........................ 15
METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN PKN SD/MI .............................................. 18
A. Pengertian dan Konsep Metode Pembelajaran ................................................................ 18
B. Pengertian dan Konsep Media Pembelajaran .................................................................. 18
C. Macam-macam Metode Pembelajaran PKn SD/MI ........................................................ 19
D. Macam-macam Media Pembelajaran PKn SD/MI .......................................................... 20
E. Praktek Metode Pembelajaran dan Media Pembelajaran PKn SD/MI ............................ 20
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PKN SD/MI ........................................................ 22
A. Pengertian Model-model Pembalajaran .......................................................................... 22
B. Macam-Macam Model Pembelajaran dan Penerapannya ............................................... 23
C. Model Pembelajaran PKn Untuk Kelas Bawah dan Kelas Tinggi .................................. 29

i
PENILAIAN PEMBELAJARAN PKN SD/MI ................................................................. 30
A. Pengertian Penilaian ........................................................................................................ 30
B. Jenis-jenis Penilaian ........................................................................................................ 31
C. Langkah-langkah Penggunaan Penilaian pada Pembelajaran PKn SD/MI ..................... 33
SILABUS PEMBELAJARAN PKN SD/MI ....................................................................... 34
A. Prinsip-prinsip Silabus ..................................................................................................... 34
B. Komponen-komponen Silabus ........................................................................................ 34
C. Langkah-langkah Penggunaan Penilaian pada Pembelajaran PKn SD/MI .................... 38
RPP PEMBELAJARAN PKN SD/MI ................................................................................ 39
A. Fungsi RPP ...................................................................................................................... 39
B. Komponen-Komponen RPP ............................................................................................ 40
C. Menyusun RPP PKn SD/MI ............................................................................................ 41
KETERAMPILAN-KETERAMPILAN PEMBELAJARAN SD/MI .............................. 42
A. Keterampilan Pembelajaran PKN SD/MI ....................................................................... 42
B. Teknik Penyampaian Pembelajaran PKN di SD/MI ....................................................... 45
C. Aplikasi Keterampilan Pembelajaran dalam Pembelajaran PKN SD/MI ....................... 46

ii
PENGEMBANGAN INDIKATOR PEMBELAJARAN PKn DI SD/MI

A. Pengertian Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar secara spesifik yang dapat
dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Terdapat banyak pengertian
atau definsi indikator, beberapa yang cukup baik diantaranya adalah sebagai berikut:
 Indikator adalah statistic dan hal yang normative yang menjadi perhatian kita yang membantu
kita dalam membuat penilaian ringkas, komprehensif, dan berimbang terhadap kondisi-kondisi
atau aspek-aspek yang penting dari suatu masyarakat (Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan
Kesejahteraan, Amerika Serikat, 1969).
 Indikator adalah variable yang membantu kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang
terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO,1981).
 Menurut Darwin Syah, indikator adalah tanda ataupun ciri yang menunjukkan siswa telah
mampu memenuhi standar kompetensi yang diterapkan/berlaku.
Indikator pembelajaran atau indikator pendidikan adalah penjabaran secara keseluruhan dari
kompetensi dasar. Dimana penjabaran ini menujukkan respon yang diberikan peserta didik terkait
dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh pendidik. Indikator dikembangkan sesuai
dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah, dan
dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat di observasi. Indikator
digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Indikator pendidikan juga merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan
tolak ukur sejauh mana peguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran tertentu.
Adapun dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
1. Tujuan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam kompetensi
dasar.
2. Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah.
3. Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan atau daerah.
Indikator pembelajaran adalah hal yang sangat penting di dalam kegiatan belajar, bahkan bisa
dikatakan menentukan keberhasilan di dalam kegiatan pembelajaran. Adapun fungsi dari indikator
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman bagi tenaga pendidik dalam menyusun alat ukur pembelajaran.
2. Sebagai alat penunjuk akan adanya perubahan di dalam suatu kegiatan atau kejadian tertentu.
3. Sebagai pedoman untuk merencanakan dan melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kegiatan pembelajaran.
4. Sebagai pedoman saat hendak mengembangkan kegiatan pembelajaran berdasarkan
karakteristik, potensi, kebutuhan, dan lingkungan.
5. Sebagai pedoman untuk memberikan penilaian terhadap hasil kegiatan belajar mengajar.

B. Perbedaan antara Kompetensi Inti dengan Kompetensi Dasar


1. Kompetensi inti (KI)
Kompetensi Inti (KI) adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) yang harus dimiliki peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang
menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar. KI merupakan terjemahan atau
1
operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang
dinyatakan telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu. Kompetensi Inti
mencakup empat dimensi yang mencerminkan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan.
Keempat dimensi tersebut dirancang sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata
pelajaran, atau program dalam mencapai standar kompetensi lulusan. Kompetensi yang
berkaitan dengan sikap spiritual dan sosial dikembangkan secara tidak langsung. Kompetensi
yang berkaitan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung
(indirect teaching), yaitu pada saat peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi
kelompok 3) dan penerapan pengetahuan atau keterampilan (kompetensi inti kelompok 4). Hal
itu pula yang nantinya akan menjadi perbedaan KD 3 dan KD 4. Dimana KD 3 berisi
pengetahuan, sementara KD 4 berisi penerapan atau keterampilan.
2. Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus
diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi dasar berisi sejumlah kemampuan
yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Di dalam setiap rumusan kompetensi dasar,
terdapat unsur kemampuan berpikir yang dinyatakan dalam kata kerja dan materi.
Kompetensi Dasar berisi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada
kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dukembangkan dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal dan ciri suatu mata pelajaran.
Contoh KI dan KD
KI 3 (Pengetahuan) KI 4 (Keterampilan/penerapan)
3.(contoh KI 1) memahami pengetahuan 4. (contoh KI 1) menyajikan pengetahuan
factual dengan cara mengamati (mendengar, factual dalam Bahasa yang jelas dan logis
melihat, membaca) dan menanya dalam karya yang estetis, dalam Gerakan
berdasarkan rasa ingin tahutentang dirinya, yang mencerminkan anak sehat dan dalam
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan Tindakan yang mencerminkan perilaku
benda-benda yang dijumpainya di rumah dan anak beriman dan berakhlak mulia.
di sekolah
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 (contoh KD 3) menjelaskan kegiatan 4.1 (Contoh KD 4) mempraktikkan
persiapan membaca permulaan (cara duduk kegiatan persiapan membaca permulaan
wajar dan baik, jarak antara mata dan buku, (duduk wajar dan baik, jarak antara mata
cara memegang buku, cara membalik dan buku, cara memegang buku,
halaman, gerakan mata, pemilihan tempat menggerakan mata yang benar dari kiri ke
yang baik, yakni dengan cahaya yang terang, kanan, memilih tempat yang memadai,
dan etika membaca buku yang benar. yakni dengan cahaya yang terang dengan
benar.

2
C. Kompetensi Inti 1,2,3 dan 4 pada Mata Pelajaran PKn SD/MI
KI 1 Sikap Spiritual KD 1 Sikap Spiritual
1. Menerima, menjalankan, dan 1.1 Bersyukur kepada Tuhan YME atas nilai-nilai
menghargai ajaran agama yang Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
dianutnya 1.2 Menghargai kewajiban, hak, dan tanggung jawab
sebagai warga masyarakat dan umat beragama
dalam kehidupan sehari-hari
1.3 Mensyukuri keberagaman sosial budaya
masayarakat sebagai anugerah Tuhan YME dalam
konteks Bhineka Tunggal Ika
1.4 Mensyukuri manfaat persatuan dan kesatuan sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa
KI 2 Sikap Sosial KD 2 Sikap Sosial
2. Menunjukkan perilaku jujur, 2.1 Bersikap tanggung jawab, cinta tanah air, dan rela
disiplin, tanggung jawab, santun, berkorban sesuai nilai sila Pancasila
peduli, dan percaya diri dalam 2.2 Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam
berinteraksi dengan keluarga, memenuhi kewajiban dan hak sebagai warga
teman, guru dan tetangganya masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
serta cinta tanah air 2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman sosial budaya
masyarakat dalam konteks Bhineka Tunggal Ika
2.4 Menampilkan sikap jujur pada penerapan nilai-nilai
persatuan dan kesatuan untuk membangun
kerukunan di bid sosial budaya.
KI 3 Pengetahuan KD 3 Pengetahuan
3. Memahami pengetahuan faktual 4.1 Mengidentifikasi nilai-nilai Pancasila dalam
dengan cara mengamati, kehidupan sehari-hari
mendengar, melihat, membaca 4.2 Memahami hak, kewajiban dan tanggung jawab
dan menanya berdasarkan rasa sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari
ingin tahu tentang dirinya, 4.3 Menelaah keberagaman sosila budaya masyarakat
makhluk ciptaan Tuhan dan 4.4 Menggali manfaat persatuan dan kesatuan untuk
kegiatannya, dan benda-benda membangun kerukunan hidup
yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah
KI 4 Keterampilan KD 4 Keterampilan
4. Menyajikan pengetahuan faktual 4.1 Menyajikan hasik identifikasi nilai-nilai Pancasila
dalam Bahasa yang jelas dan dalam kehidupan sehari-hari
logis, dalam karya yang estetis, 4.2 Menjelaskan hak, kewajiban dan tanggung jawab
dalam gerakan yang sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-
mencerminkan anak sehat, dan hari
dalam tindakan yg 4.3 Menyelenggarakan kegiatan yang mendukung
mencerminkan perilaku anak keberagaman sosial budaya masyarakat
beriman dan berakhlak mulia 4.4 menyajikan hasil penggalian tentang manfaat
persatuan dan kesatuan untuk membangun
kerukunan

3
D. Mekanisme Pengembangan Kompetensi Dasar dari K1, K2, K3 dan K4 pada Mata
Pelajaran PKn SD/MI
1. Menganalisis tingkat kompetensi dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
Menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD diperlukan untuk memenuhi tuntutan
minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat mengembangkan
indikator melebihi standar minimal tersebut. Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja
menunjukkan penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta
keterampilan. Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang
digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang
dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan.
2. Menganalisis karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah,
Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta didik,
dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian. Setiap mata pelajaran memiliki
karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi
pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator. Guru harus melakukan kajian
mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran PKN sebagai acuan mengembangkan
indikator. Karakteristik mata pelajaran PKN dapat dikaji pada dokumen standar isi.
Karakteristik peserta didik dan sekolah juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan
indikator, artinya dalam menetapkan indikator pada KD yang sama bisa jadi indikatornya
berbeda pada sekolah yang berbeda.
3. Menganalisis kebutuhan dan potensi
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah, dan daerah perlu dianalisis untuk dijadikan
bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan pendidikan
seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan serta mengembangkan potensi
peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapat pendidikan sesuai dengan potensi dan
kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya. Indikator juga harus
dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang, sehingga
diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan
kurikulum melalui pengembangan indikator.
4. Merumuskan indikator
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
b. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang
digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD
dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan
kebutuhan peserta didik.
c. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
d. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi
dan materi pelajaran.
e. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan
kata kerja operasional yang sesuai. Contoh kata kerja yang dapat digunakan sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran.
f. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator

4
ANALISIS MATERI PKn DI SD/MI

A. Pengertian Materi Pembelajaran


Dalam melakukan proses pembelajaran diperlukan bahan ajar atau materi pembelajaran
(instructional materialis) yang secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Materi pembelajaran merupakan sesuatu yang disajikan guru untuk diolah dan dipahami
oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, materi pembelajaran merupakan salah satu unsur atau komponen yang penting untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran yang berupa fakta, konsep, generalisasi, hukum atau aturan, dan
sebagainya yang terkandung dalam mata Pelajaran.
Materi pokok merupakan operasionalisasi atau penjabaran dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Untuk lebih jelasnya dalam jenis-jenis bahan pembelajaran dapat dibedakan
berdasarkan beberapa hal. Berdasarkan bentu-bentuk pesan bahan pembelajaran dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Konsep
Konsep adalah gagasan atau ide- ide yang memiliki ciri- ciri umum. Konsep merujuk pada
suatu yang mempunyai arti abstrak, dalam pengertian sesuatu yang diabstrakkan dari peristiwa
yang konkrit (fakta). Karena konsep masih berupa gambaran atau segala sesuatu bertindak atau
hubungan dari berbagai kosep yang telah teruji kebenaranya sehingga berlaku dimana saja dan
kapan saja. Antara konsep dan prinsip terdapat sifat materi yang disebut generalisasi yang
menunjukan hubungan beberapa konsep yang berlaku pada suatu kondisi tertentu.
2. Fakta
Merujuk pada suatu penerapan suatu konsep yang menunjukan nama obyek atau peristiwa
yang terjadi secara nyata pada suatu daerah atau tempat tertentu.
3. Proses
Proses adalah serangkaian peristiwa yang merupakan gerakan-gerakan perkembangan dari
suatu benda atau manusia. Suatu proses dapat terjadi secara sadar atau tidak disadari. Dapat
juga merupakan cara melaksanakan kegiatan operasioanl atau proses pembuatan, proses
perubahan warna pada daun yang kena hama wereng dan sebagainya.
4. Nilai
Nilai merujuk pada suatu pola, ukuran, atau merupakan suatu tipe atau model. Umumnya
nilai bertalian dengan pengakuan atau kebenaranya yang bersifat umum, tentang baik dan
buruk.
5. Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti
secara jasmani dan juga berarti secara rohani. Biasanya kedua aspek tersebut tidak lepas satu
sama lain, kendatipun tidak selalu demikian adanya.
6. Prosedur
Prosedur adalah tahap-tahap atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu aktivitas
atau kegiatan. Secara garis besar bahan atau materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi
empat, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan.

5
B. Landasan Dasar Penentuan Materi Pembelajaran PKn SD/MI
Telah kita ketahui bersama bahwa otonomi pendidikan ternyata membawa implikasi pada
perubahan sistem manajemen pendidikan dari pola sentralisasi ke desentralisasi. Sebagai implikasi
selanjutnya, saat ini dikembangkan sistem manajemen pendidikan yang demokratis dan non
monopolistik. Kurikulum yang saat ini disebut KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan), yakni
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing madrasah atau
sekolah. Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam
pengembangan kurikulum yaitu:
1. PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
2. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
3. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
4. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Kedua peraturan Menteri Pendidikan
Nasional tersebut.
5. Panduan BSNP. Begitu juga dengan mata pelajaran Pkn MI, standar kompetensi dan
kompetensi dasarnya dapat dilihat dalam permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dengan berlakunya kurikulum model KTSP di
madrasah, berarti menuntut guru meningkatkan kualitas tugas dan perananya.

C. Sumber Bahan Ajar Materi Pembelajaran


Sumber bahan ajar merupakan tempat bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan
ajar peserta didik dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, peserta didik diberi tugas mencari
artikel tentang sistem pemerintahan dikoran, majalah atau internet dan lain-lain. Berdasarkan
sumbernya, bahan pembelajaran dapat dikelompokan meliputi empat jenis sebagai berikut:
1. Bahan cetak (printed) antara lain: handout, buku, modul, lembar kerja, brosur, foto atau gambar,
model atau maket.
2. Bahan pembelajaran dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compactdisk audio.
3. Bahan pembelajaran pandang dengar (audio visual) seperti: video compact disk, film.
4. Bahan pembelajaran interaktif (interactive teaching material) seperti compact disk interactive.

D. Prinsip- prinsip Pemilihan Bahan ajar PKn SD/MI


Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi
pembelajaran. Prinsip- prinsip dalam pemilihan materi Pembelajaran meliputi:
1. Prinsip relevansi artinya keterkaitan
Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan erat dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Prinsip konsistensi
Jika KD yang harus dikuasai siswa ada dua macam, maka bahan yang diajarkan kepada
peserta didik juga harus meliputi dua macam. Misalnya KD yang harus dikuasai siswa adalah
pentingnya hidup rukun dan tolong menolong.
3. Prinsip kecukupan
Merupakan materi yang akan diajarkan kepada anak didik hendaknya memadai tidak boleh
terlalu sedikit jga tidak boleh terlal banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu
mencapai SK dan KD, sebaliknya jika terlalu banyak akan memerlukan waktu pembelajaran
yang lama yang seharusnya bisa digunakan untuk materi yang lain.
6
E. Aspek-aspek Penentuan Materi Pelajaran PKn SD/MI
Materi yang terkandung dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar harus dikembangkan
oleh guru. Pengembangan materi oleh guru adalah memperluas serta menekankan tujuan
penguasaan materi yang harus dikuasai oleh siswa dalam bentuk tingkah laku. Untuk memperkaya
materi dapat dilihat dalam beberapa buku teks, dari telaah buku teks guru dapat mengembangkan
materi dalam kegiatan pembelajaran, baik materi pokok yang harus benar-benar dikuasai oleh siswa
(materi esensial) maupun materi yang merupakan bahan pengayaan untuk pengembangan wawasan
berfikir serta informasi tambahan kepada siswa.
1. Penyiapan dan pengelolaan materi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan dan pengelolaan materi, antara lain:
a. Materi berisi pokok-pokok isi materi.
b. Rincian dan uraian batasan ruang lingkup, baik aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
c. Penguasaan materi melalui pola kegiatan belajar di dalam kelas.
d. Penilaian kesesuaian materi dengan hasil belajar perlu dilakukan secara terus menerus
dengan prinsip penilaian berbasis kelas.
Setelah memilih jenis materi pembelajaran, maka selanjutnya guru dapat mengembangkan
materi pembelajaran dengan acuan beberapa pertanyaan-pertanyaan kunci yang perlu di jawab
oleh guru:
a. Apakah tujuan?
b. Bagaimana mengorganisasikan materi pembelajaran yang disajikan?
c. Apa nilai praktis dan manfaat dari materi pembelajaran yang akan disajikan?
d. Bagaimana perkembangan intelektual peserta didik?
e. Berapa waktu yang tersedia?
Dengan menjawab pertanyaan tersebut tentunya kita mampu menyimpulkan bahwa:
a. Materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Materi pembelajaran hendaknya diorganisasikan secara sistematis dan berkesinambungan.
c. Materi pembelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun
konseptual, yang memiliki nilai praksis dan nilai guna dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan
intelektual para siswa.
e. Materi pembelajaran hendaknya memperhatikan waktu yang tersedia.
2. Kriteria penentuan materi pembelajaran
Dengan mengacu pada keterangan diatas, lebih lanjut dapat di nyatakan bahwa ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih atau menetapkan materi pelajaran yakni
tujuan pengajaran, pentingnya bahan, nilai praktis, dan tingkat perkembangan peserta didik.
Kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam sisitem intruksional
yang mendasari penentuan strategi belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Kriteria tujuan instruksional. Suatu mata pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk
mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku.
b. Materi pelajaran supaya terjabar. Rincian materi, pelajaran berdasarkan pada tuntutan
dimana setiap tujuan instruksional khusus telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati
dan diukur.
c. Materi pelajaran relevan dengan kebutuhan peserta didik.
d. Materi pelajaran harus sesuai dengan kondisi masyarakat.
7
e. Materi pelajaran harus mengandung segi-segi etika.
f. Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematis dan logis.
g. Materi pelajaran harus bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi yang ahli dan
masyarakat.

F. Langkah-langkah Analisis Materi Pembelajaran PKn MI


Adapun langkah-langkah untuk menganalisis bahan ajar adalah dengan mengevaluasi
komponen-komponen materi yang mencakup kelayakan isi, kebahasan, sajian, dan kegrafikan.
1. Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:
a. Kesesuaian dengan SK, KD.
b. Kesesuaian dengan perkembangan anak.
c. Kesesuain dengan ebutuhan bahan ajar.
d. Kebenarran substansi materi pembelajaran.
e. Manfaat untuk penambahan wawasan.
f. Kesesuaian dengan nilai- nilai moral dan nilai- nilai moral dan nilai-nilai sosial.
2. Komponen kebahasaan, antara lain mencakup:
a. Keterbahasaan.
b. Kejelasan informasi
c. Kesesuain dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
d. Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efesien (jelas dan singkat).
3. Komponen penyajian antara lain mencakup:
a. Kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai.
b. Urutan sajian.
c. Pemberian motivasi, daya Tarik.
d. Interaksi (pemberian stimulus dan respon).
e. Kelengkapan informasi.
4. Komponen kegrafikan antara lain mencakup:
a. Penggunaan font, jenis dan ukuran.
b. Layout atau tata letak.
c. Ilustrasi, gambar, foto.
d. Desain tampilan.

8
PENGEMBANGAN MATERI PKn SD/MI

A. Konsep Dasar Bahan Ajar


1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas (Mudlofir, 2015:128). Dalam
pengertian ini, Mudlofir menitik beratkan pada bentuk bahan yang digunakan. Bahan ajar
adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Pendapat lain ada pula yang berpendapat bahwa
bahan ajar adalah informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Pandangan-pandangan tersebut juga
dilengkapi oleh Pannen (2001, dalam Andi Prastowo 2015: 17) yang mengungkapkan bahwa
bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang
digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Widodo dan Jasmadi dalam Lestari (2013: 1), bahan ajar adalah seperangkat sarana atau
alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara
mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau sub kompetensi dengan segala kompleksitasnya.
Pengertian ini menggambarkan bahwa suatu bahan ajar hendaknya dirancang dan ditulis dengan
kaidah instruksional karena akan digunakan oleh guru untuk membantu dan menunjang proses
pembelajaran.
2. Fungsi bahan ajar
Menurut Prastowo dalam Lestari (2011: 8), berdasarkan strategi pembelajaran yang
digunakan, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
a. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain:
1) Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendalian proses
pembelajaran.
2) Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.
b. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain:
1) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran
2) Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses peserta didik
dalam memperoleh informasi
3) Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya
c. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain:
1) Sebagai bahan yang terintegrasi dalam proses belajar kelompok, dengan cara
memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang peran orang-
orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses
pembelajaran kelompoknya sendiri.
2) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, dan apabila dirancang sedemikian
rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Bahan ajar memiliki fungsi
strategis bagi proses pembelajaran yang dapat membantu guru dan siswa dalam
kegiatan pembelajaran, sehingga guru tidak terlalu banyak menyajikan materi.

9
Di samping itu, bahan ajar dapat menggantikan sebagian peran guru dan mendukung
pembelajaran individual. Hal ini akan memberi dampak positif bagi guru, karena sebagian
waktunya dapat dicurahkan untuk membimbing belajar siswa. Dampak positifnya bagi siswa,
dapat mengurangi ketergantungan pada guru dan membiasakan belajar mandiri.
3. Kriteria Pemilihan Bahan Ajar
Audrey & Nichols dalam Hidayat mengungkapkan kriteria bahan ajar sebagai berikut:
a. Isi pelajaran hendaknya cukup valid, artinya kebenaran materi tidak disangsikan lagi dan
dapat dipahami untuk mencapai tujuan.
b. Bahan yang diberikan haruslah cukup berarti atau bermanfaat. Hal itu berhubungan dengan
keluasan dan kedalaman bahan.
c. Bahan hendaknya menarik.
d. Bahan hendaknya berada dalam batas-batas kemampuan anak untuk mempelajarinya.

B. Aspek-Aspek Ruang Lingkup Materi Pembelajaran PKn SD/MI


1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,
kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib disekolah,
norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan perdagangan
internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak kewajiban dan anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat,
instrumen nasional dan internasional HAM, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga negara
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai
keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara.
5. Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-
konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar Negara dengan konstitusif.
6. Kekuasan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan
otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya.
7. Demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat
demokrasi.
8. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
9. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globalisasi.

10
C. Pengembangan Materi/Bahan Ajar PKn SD/MI
Pengembangan materi pembelajaran PKn hendaknya diarahkan pada ketentuan yang telah ada
dalam standar isi sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Pembelajaran materi PKn
harus pula mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan dalam ketentuan Permendiknas tersebut,
yakni:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Pengembangan materi pembelajaran tersebut disesuaikan dengan tingkat pengembangan
kognitif dan afektif siswa, maupun umur siswa. Disamping itu juga harus mengacu pada tingkat
kedalaman dan keluasan materi. Ada 3 (tiga) macam pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Sekolah Dasar, yaitu:
1. Pendekatan Expanding Community Approach
Expanding Community Approach merupakan perluasan materi tingkat lingkungan terkecil
hingga terluas, tingkat konkrit ke abstrak, konkrit sederhana ke hal yang lebih kompleks, tingkat
diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan dengan
expanding community approach digunakan untuk membuat sebuah hierarkis materi yang
dimulai dari konsep sederhana menjadi konsep yang lebih luas (Islamy, 2019).
2. Pendekatan pembentukan konsep
Merupakan pengembangan materi pembelajaran yang berorientasi pada abstraksi suatu
obyek dengan memperhatikan unsur-unsur seperti: nama konsep, ciri-ciri pokok, ciri lain,
contoh positif, contoh negatif, dan kesimpulan.
3. Pendekatan Spiral
Merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan materi pembelajaran PKn yang
berorientasi kedalaman materi yaitu pengembangan materi yang mengacu pada ketiga domain
dalam pembelajaran yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotorik.
Pendekatan ini mengartikulasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dengan
jabaran nilai disetiap jenjangnya (Ahmad Yani, 2017).

11
PENDEKATAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN PKn DI SD/MI

A. Konsep Pendekatan dan Strategi


1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) SD/MI
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas membutuhkan pendekatan dan strategi
yang tepat dan mempersiapkannya dengan matang. Strategi yang dimaksud ialah siasat atau
kiat yang sengaja direncanakan guru berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar
pelaksanaan pembelajaran berjalan lancar dan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai
secara tuntas dan efektif. Persiapan pembelajaran tersebut mencakup penentuan materi dan
prosedur- prosedur yang akan ditempuh dalam pembelajaran yang meliputi persiapan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas, peran serta siswa, sistem
evaluasi, dan upaya tindak lanjut (feed back).
Dalam pembelajaran konvensional, semua proses dan prosedur yang sebagaimana
dipaparkan di atas, belum tersentuh secara maksimal. Sehingga seringkali proses pembelajaran
terganggu. Bahkan menjadi tidak efektif. Dari berbagai pengalaman yang ada, saat anak masih
belum mengeyam pendidikan di bangku sekolah, anak selalu lincah, selalu belajar apa yang
diinginkannya dengan riang gembira, memanfaatkan apapun yang ada di sekitarnya yang
menarik perhatiannya untuk belajar, dan membangun sendiri pengetahuannya lewat
pengalaman sehari-hari. Akan tetapi setelah memasuki bangku sekolah, semua hal itu berubah.
Anak dipaksa belajar dengan cara guru, suasana belajar menegangkan, belajar menjadi tidak
bermakna, anak mempelajari sesuatu yang tidak menarik perhatiannya, terjadi "penjinakan"
pada anak di kelas dan makin tinggi tingkat kelas anak, makin kurang inisiatif dan
keberaniannya dalam bertanya dan mengemukakan pendapat.
Keberhasilan guru dalam menerapkan pembelajaran yang efektif akan sangat tergantung
dari pendekatan dan strategi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang
berlangsung.
2. Pengertian Pendekatan
Pendekatan (approach) diartikan sebagai cara menangani masalah, atau prosudur khusus
untuk membuka suatu organ atau satu bagian. Juga diartikan sebagai cara menangani konflik-
konflik pribadi. Atau diartikan sebagai langkah awal atau langkah pendahuluan.
Istilah pendekatan dapat digunakan dalam berbagai aspek:
a. Pendekatan behavioristik adalah metode untuk memperlajari individu-individu melalui
observasi atas apa yang mereka kerjakan.
b. Pendekatan dialog yaitu; di dasarkan pada pandangan bahwa manusia memiliki dua
hubungan fundamental yang berbeda. Misalnya hubungan dengan Pencipta dan hubungan
dengan sesama ciptaan
c. Pendekatan holistik adalah pendekatan menyeluruh terhadap manusia guna memperoleh
segala macam pengertian tentang manusia itu sendiri.
d. Pendekatan normatif yaitu pendekatan yang menggunakan norma-norma tetentu sebagai
patokan dan standar.
e. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang bersifat sosial dengan tujuan memperkuat
atau menyanggah pengamatan itu sendiri.
f. Pendekatan sistem adalah kecendrungan metodologis yang meyakini metode riset sebagai
jalan terbaik untuk memperoleh ilmu pengetahuan. (LPKN: 2006).
3. Pengertian Strategi Pembelajaran
Arti strategi, secara umum adalah keahlian mengatasi masalah-masalah. Kata strategi ini
digunakan sesuai apa yang ingin dikembangkan untuk memudahkan mencapai tujuan,
misalnya, prosedur terapi tingkah laku untuk mengubah cara berpikir yang salah dan
12
membangun kesanggupan mengatasi masalah, digunakan strategi kognitif. Pada mulanya
strtategi berkaitan dengan perang yaitu ahli dalam siasat berperang. (LPKN: 2006)
Pengertian strategi pembelajaran cukup beragam walaupun pada dasarnya sama. Joni
(1983) berpendapat bahwa yang dimaksud strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan Gerlach dan Elly (1989) menyatakan bahwa strategi adalah suatu
cara yang terpilih untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu. Definisi yang lain menyebutkan bahwa strategi adalah suatu garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Djamarah dan Zain, 2002).
Dengan demikian, pengertian strategi dalam pembelajaran adalah suatu prosedur yang
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan (Ruminiati: 2007)
Dalam buku Panduan Dosen Pendidikan Kewargaan yang disusun oleh Tim ICCE UIN
Jakarta: 2004, ditegaskan, bahwa pada tingkat mahasiswa & mahasiswi sebagai calon guru
MI/SD, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan pendekatan pembelajaran
orang dewasa. Penerapannya lebih menekakan pada paradigma humanistik, dan pengalaman
belajar kontekstual, agar peroses pembelajaran menjadi menyenangkan, lebih bermakna,
dialogis, partisipatif dan kreatif. Pembelajaran yang mampu mendekatkan peserta didik pada
realitas sosial, yang di dalamnya peserta didik bisa menemukan jati dirinya sebagai manusia
yang sadar akan tanggungjawab individu dan social terdorong untuk berbuat sesuatu dan dapat
membangun kehidupan bersama.
Strategi pembelajaran yang digunakan akan sangat mempengaruhi suasana peroses
pembelajaran berlangsung dan tingkat keberhasilan transformasi belajar. Untuk itu pengajarnya
harus menguasai keterampilan menerapkan starategi-starategi yang tidak hanya
mengembangkan kemampuan kognitif mahasiwa & mahasiswa, tetapi juga menumbuh
kembangkan afeksi dan psikomotor mahasiswa & mahasiswi secara terintegrasi dan
komperhensif sebagai wujud kompetensi.

B. Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran PPKn MI/SD dan Penerapanya


Pembahasan ini dalam kaitannya dengan pendekatan Pembelajaran PKn merupakan dasar-dasar
dalam pelaksanaan peroses belajar mengajar mata pelajaran PKn di MI/SD. Pendekatan ini akan
dibahas dengan mengacu pada Pembelajaran PKn sebagai pendidikan nilai - moral. Ada delapan
pendekatan yang dipandang bisa mencapai tujuan Pembelajaran PKn antara lain;
1. Evokasi
Pendekatan ini menekanakan pada inisiatif peserta didik untuk mengekspresikan dirinya
secara spontan yang di dasarkan pada kebebasan dan kesempatan. Dalam mengimplikasikan
pendekatan ini peranan guru amat diperlukan dalam apa yang disebut dengan "breaking the
ice", agar setiap anak merasakan adanya suasana terbuka, bersahabat dan kondusif untuk dapat
"menyatakan dirinya, menyatakan apa yang menjadi pemikirannya dan mengunkapkan
perasaannya. Demikian juga peranan keluarga dan masyarakat amat penting, agar peserta didik
bisa memadukan pendidikan formal di sekolah dan pengalaman di luar sekolah, khususnya
berkaitan dengan nilai moral yang dibahas dalam kelas harus sejalan dengan apa yang
dialaminya dalam kehidupan keluarga dan dalam masyarakat. Jika tidak ada kesesuaian antara
tiga unsur tersebut, akan terjadi komflik dalam diri anak, yang dalam istilah pendidikan
kewarganegaraan "intra personal complicť. Komplik dalam diri anak bisa berlanjut menjadi
komplik antarpribadi yang disebut "inter personal complicť karena melihat tidak adanya
keajekan antara nilai yang dipelajari dan diyakininya dengan apa yang terjadi di sekolah dan di
dalam masyarakat secara keseluruhan.
13
2. Inkulkasi (Menanamkan)
Pedekatan ini didasarkan pada sejumlah pertanyaan nilai yang telah di susun dahulu oleh
guru. Tujuannya adalah agar pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah nilai tersebut
dapat di gunakan untuk mempengaruhi dan sekaligus mengarahkan siswa kedalam suatu
kesimpulan nilai yang sudah di rencanakan. Dalam aplikasinya tehnik mangajar nilai yang tepat
adalah tehnik inkuiri nilai (value inquiry) di mana target nilai yang diharapkan dapat dicapai
dengan memanipulasikan kedalam sejumlah pertanyaan.
3. Pendekatan Kesadaran.
Dalam hal ini, yang menjadi sasaran adalah bagaimana mengungkap dan membina
kesadaran peserta didik tentang nilai-nilai tertentu yang ada pada dirinya atau pada orang lain.
Tentu saja kesadaran itu akan tumbuh menjadi sesuatu yang menumbuhkan kesadarannya
tentang nilai atau seperangkat nilai tertentu. Hanya dengan kesadaran tertenetu itu melalui
kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh guru, anak dapat mengungkapkan nilai-nilai dirinya
atau nilai- nilai orang lain. Jendela Johary (Johary window) kiranya dapat membantu
menumbuhkan kesadaran siswa tentang dirinya atau diri orang lain.
4. Penalaran Moral
Salah satu pendekatan dalam pendidikan moral adalah penalaran moral. Anak dilibatkan
dalam suatu dilema moral, sehingga keputusan yang diambil terhadap dilema moral harus dapat
diberikan alasan-alasan moralnya yang masuk akal. Dilemma moral adalah salah satu bentuk
teknik mengajar nilai dan moral yang dianggap tepat terutama bagi kelas-kelas yang tinggi
misalnya kelas IV, V, dan VI. Patut disadari bahwa dalam pendidikan nilai dan moral berbagai
cara dapat digunakan sebagai stimulus dalam melibatkan nalar dan afeksi siswa & siswi, dengan
melalui pertanyaan, pernyataan, gambar, ceritra dan gambaran keadaan yang bersifat dinamis.
Dalam pendekatan dilematis sebagai salah satu bentuk dalam pembelajaran PKn akan lebih
afektif jika guru melibatkan secara intens nalar dan perasaan siswa untuk meberi alasan-alasan
moral tsb. Peranan stimulus yang di dasarkan pada hal yang bersifat dilematis, akan
mengundang peserta didik mengkaji dengan nalar nilai dan moral yang terlibat dalam masalah
yang bersifat dilematis tersebut. Yang menjadi fokus dalam pendekatan ini adalah nalarnya atau
yang berkaitan dengan kognitifnya dan kematangan perkembangan moral.
5. Pendekatan Analisis Nilai
Melalui pendekatan ini peserta didik diajak untuk mengkaji atau menganalisis nilai yang
ada dalam suatu media atau stimulus yang memang di siapkan oleh guru dalam mengjarkan
pendidikan nilai dan moral. Tentu saja sudah dibekali dengan kemampuan analisisnya. Dalam
melakukan analisis nilai, tentu saja peserta didik akan sampai pada tahapan menilai apakah
suatu nilai diangap baik atau dianggap buruk. Analisis nilai dapat dimulai dari sekedar
melaporkan apa yang dilihat dan dihadapi sampai pada memilih dan mengemukakan hasil
pengkajian yang lebih teliti dan lebih tepat.
6. Pengungkapan Nilai
Pendekatan ini lebih pada upaya meningkatkan kesadaran diri (self-awareness) dan
memperhatikan diri (self caring) dan bukannya pemecahan masalah. Pendekatan ini juga lebih
membantu peserta didik menemukan dan memeriksa nilai mereka untuk menemukan
keberartian dan rasa aman diri. Oleh sebab itu pertimbangan adalah faktor kunci, namun
pertimbangan yang dimaksud adalah pertimbangan tentang yang disenangi dan yang tidak
disenangi, bukan sesuatu yang diyakini seseorang sebagai hal yang benar atau salah. Melalui
pendekatan ini peserta didik dibina kesadaran emosionalnya tentang nilai yang ada dalam
dirinya melalui cara-cara kritis dan rational, dan akhinya menguji kebenaran, kebaikan dan
ketepatannya.

14
7. Pendekatan Komitmen
Pendekatan komitmen dalam pendidikan nilai dan moral mengarahkan dan menekankan
pada seperangkat nilai yang akan mendasari pola pikir setiap guru yang bertanggungjawab
terhadap pendidikan nilai dan moral. Dalam Pembelajar an PKn sudah barang tentu yang
menjadi komitmen dasarnya adalah nilai-nilai moral pancasila serta UUD 1945, karena menjadi
komitmen bangsa dan Negara Indonesia untuk terus dilestarkan sebagai nilai-nilai luhur.
Tujuan utama pendekatan ini, adalah untuk melatih disiplin siswa & siswi dalam pola pikir dan
tindakannya agar senantiasa sesuai dengan nilai-nilai moral yang telah menjadi komitmen
bersama itu. Oleh karena nilai-nilai yang menjadi komitmen tersebut adalah nilai-nila bersama,
maka pendekatan tersebut diharapkan dapat membina integrasi social para siswa. Persoalannya
bagaimana dapat dilakaukan di MI/SD.
8. Pendekatan Memadukan (Union Approch).
Pendekatan ini berusaha menyatukan diri peserta didik dengan pengalama riil yang
dirancang oleh guru dalam peroses belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
benar-benar mengalami secara langsung pengalaman- pengalaman yang direncenakan guru
melalui berbagai metode. Di antaranya adala partisipatori, simulasi, sosio drama dan studi
lapangan.

C. Macam-Macam Strategi Pembelajaran PKN MI/SD dan Penerapannya


Di antara strategi-strategi yang dipandang tepat dalam pembelajaran PKn MI diantaranya:
1. Membaca Buku Ajar (Reading Guide)
Para siswa-siswi dapat diminta untuk membaca materi yang akan dibahas dengan membuat
kisi-kisi panduan. Langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Tentukan materi ajar yang akan dibaca
b. Buat pertanyaan yang harus dijawab setelah membaca materi
c. Akhiri sesi dengan memberikan komentar terhadap jawaban.
2. Mencari informasi (Information Search)
Strategi ini dilakukan dengan mengambil materi dari berbagai sumber: koran, majalah,
tabloid dan sebagainya langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Siswa-siswi mencari informasi dalam teks atau bahan bacaan
b. Buatlah pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam teks
c. Bagilah kelas dalam kelompok-kelopok kecil (3-5 orang siswa & Siswi)
d. Jelaskan pertanyaan yang Anda buat kepada kelompok-kelompok tersebut
e. Mintalah mahasiswa mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di dalam hand out yang
dibagikan atau bahan bacaan yang ditentukan.
f. Anda mengembangkan jawaban mahasiswa untuk menambah informasi, sehingga jawaban
semakin jelas.
3. Pengalaman Penting (Critical Incident)
Strategi ini digunakan ketika memulai pembelajaran dengan tujuan untuk melibatkan siswa
dan siswi sejak awal dengan meminta mereka mengungkapkan pengalaman-pengalamannya.
Juga digunakan bila tujuan pembelajarannya mengajarkan siswa dan siswi untuk berempati
(merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain). Langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Mintalah siswa dan siswi untuk mengingat kembali masa lalu mereka yang paling
mengesankan, baik yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan.
b. Mintalah siswa dan siswi untuk menceritakan pengalaman mas'alah yang terjadi dan soslusi
yang telah dilakukannya.
c. Bahas kembali apa yang telah diceritakannya
d. Ambil pelajaran dari pengalaman tersebut.
15
4. Melihat Kejadian Sebenarnya (Seeing How It Is)
Dimaksudkan untuk memahami suatu kondisi tidak lazim yang terjadi atau yang dihadapi
oleh seseorang. Dengan strtegi ini, siswa dan siswi diminta membayangkan bagaimana dan apa
yang dilakukan oleh orang yang mengalami kondisi tersebut. Seperti orang yang teralienasi
karena minoritas atau stigma social. Langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Tentukan suatu kondisi, peristiwa, tokoh atau yang dapat diperankan.
b. Tunjuklah seorang siswa dan siswi untuk memamerkan dengan serius dengan gaya atau
atribut tokoh yang sesungguhnya untuk menggunkakan peran, pandangan dan sebagainya.
c. Mintalah siswa dan siswi untuk bertanya dan menanggapi peran yang baru saja diperagakan
dengan mengajak mereka untuk memahami, merasakan dan mengindetifikasi persoalan
serta mencari soslusi dari masalah.
5. Jigsaw
Strategi ini digunakan jika materi yang akan di pelajari dapat dibagi menjadi beberapa
bagian, dengan melibatkan semua siswa dan siswi dalam pembelajaran dan sekaligus melatih
mengajarkan sesuatu kepada orang lain. Langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Bentuklah beberapa kelompok dari siswa dan siswi yang ada
b. Tentukan materi yang akan di bahas pada setiap kelompok. Setiap kelompok mendapat
bahagian yang berbeda dengan kelompok lain
c. Mintalah dari tiap kelompopk menunjuk salah satu anggota untuk menjadi juru bicara
kelompok.
d. Mintalah kepada tiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban
e. Mintalah juru bicara untuk mempersentsikan kelompok lain
f. Juru bicara tampil kedepan, dan diskusi panel berjalan.
6. Curah Gagasan (Brainstorming).
Strategi ini merupakan langkah inventarisasi ide melalui curah pendapat tentang topic
tertentu dengan bebas tampa seleksi. Langkahnya:
a. Tentukan topik bahasan
b. Ajaklah mahasiswa & mahaiswi untuk mengungkapkan pendangan/ide yang berhubungan
dengan topik yang akan dibahas.
c. Catat semua respons yang muncul
d. Pada langkah ahir dosen harus membahas satu persatu respon yang muncul.
7. Diskusi Kelompok Kecil (Small Group Discussion).
Di maksudkan untuk membangun kerja sama indiviu dalam kelompok. Kecakapan analitis
dan kepekaan social, serta bertanggung jawab individu dalam kelompok. Langkahnya sbb:
a. Bagilah mahasiswa kedalam empat atau lima kelompok
b. Berikan bacaan untuk masing-masing kelompok untuk di diskusikan
c. Dari tiap-tiap kelompok, mintalah mereka untuk menunjuk juru bicara masing- masing dan
mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya
d. Mintalah kelompok lain untuk bertanya atau menanggapi juru bicara.
8. Adu Argumen (Point Conterpoint).
Strategi ini untuk merangsang diskusi, membangun argumentasi dan memiliki pemahaman
yang lebih mendalam tentang berbagai isu kompleks. Langkah- langkahnya adalah sebagai
berikut.
a. Pilih masalah kontraversial yang mempunyai dua sisi atau lebih
b. Bagilah kelas sesuai dengan jumlah posisi yang telah ditentukan.
c. Minta setiap kelompok untuk membangun argumen yang menguatkan posisi masig-
masing. Kondisikan kelompok dapat bekerja dengan semangat partnership.
d. Kondisikan perdebatan antar kelompok secara aktif, demokratis, dinamis artikulatif,
dealektis dan berkeadaban.
16
9. Debat Aktif (Active Debate)
Startegi ini dapat mendorong siswa dan siswi untuk berpikir kritis, argumentative dan
reflektif. Dan secara aktif melibatkan semua siswa dan siswi di dalam kelas bukan hanya para
pelaku debatnya (presenter) saja tetapi semua yang terlibat di dalamnya. Langkahnya adalah
sebagai berikut.
a. Ajukan sebuah masalah yang bersifat controversial dengan membuat dua kelompok pro
dan kontra
b. Buatlah dua subgroup dari tiap-tiap kelompok untuk menyiapkan argumentasi
c. Sediakan dua kursi untuk juru bicara masing-masing, dan mulailah debat dengan pengantar
argumentasi dari masing-masing kelompok.
d. Setelah di rasakan cukup hentikanlah debat untuk sementara dan mintalah para juru bicara
untuk kembali ke subgroupnya untuk mendiskusikan argument lawan.
e. Setelah itu, debat dapat di mulai lagi dengan mengomentari argument lawan, dan juru
bicara lawan mempertahankan argumentasinya.
f. Setelah dirasakan cukup, hentikanlah debat dan minta para mahasiswa & mahasiswi untuk
berbaur kembali. Dosen mereview apa yang telah terjadi dalam suasana actve debat itu.
10. Bermain Peran (Role Playing)
Bertujuan untuk mengajarkan siswa-siswi berempati. Strategi ini dapat menstimulasi siswa
dan siswi untuk mengasosiasikan dirinya dalam suatu peran tertentu, sehingga mereka lebih
memahami, mendalami dan mengerti tindakan social yang di lakukan oleh orng lain di
lingkungan social. Ada tiga aspek yang harus di perhatikan 1) mengambil peran, 2) membuat
peran, 3) tawar menawar peran. Filosofis strategi ini "memakai sepatu orang lain". Langkahnya
adalah sebagai berikut.
a. Buatlah permasalahan yang diangkat dari setting atau kejadian aktual yang berekembang
di masyarakat yang relevan dengan materi pembelajaran
b. Tunjuklah dua orang atau lebih untuk memerankan tokoh yang terlibat dalam kejadian
tersebut. Dan mintalah kepada pemeran untuk bertindak seperti yang di lakukan oleh para
actor sesungguhnya dengan mebuat smacam sekenario dialog.
c. Mintalah peserta lain untuk mengamati dan mencatat adegan yang berlangsung untuk
dijadikan sebagai bahan evaluasi dan tanggapan. Kemudian mintalah komentar dari
peserta.
11. Mengomentari Poster Gambar (Poster Comment)
Bertujuan untuk menstimulasi dan meningkatkan kreativitas dan mendorong penghayatan
siswa dan siswi terhadap suatu permasalahan. Dalam strategi ini mahasiswa di dorong untuk
bisa mengungkapkan pendapatnya secara lisan tentang suatu poster atau gambar. Langkahnya:
a. Pilih sebuah poster atau gambar yang ada kaitannya dengan pokok bahasan yang akan
dibahas
b. Mintalah siswa dan siswi untuk mengamati dan menghayati terlebih dahulu gambar atau
poster tersebut.
c. Mintalah mereka berdiskusi secara berkelompok kemudian mereka harus memberi
komentar atau pendapat tentang gambar tersebut.
d. Mintalah siswa dan siswi untuk memberikan soslusi atau rekomendasi berkaitan dengan
poster atau gambar tersebut.
12. Peta Konsep (Concept Maping).
Strategi ini menuntut daya kreativitas dan kemampuan tingkat analisis tinggi. siswa dan
siswi diminta untuk membuat sintesis atau diagram dari konsep- konsep yang saling berkaitan,
dengan memberikan tanda panah atau garis yang memiliki arti hubungan antarkonsep tersebut.
a. Berikan bahan bacaan kepada siswa dan siswi, kemudian diskusikan dengan melakukan
brainstorming dan elisitasi sebanyak mungkin.
b. Pilih beberapa kata kunci atau konsep-konsep utama, kemudian tuangkan dalam bagang
yang menghubungkan dengan konsep utama.
c. Hubungkan konsep-konsep tersebut dengan garis, dan bunyikan atau beri label pada garis-
garis tersebut.

17
METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN PKn SD/MI

A. Pengertian dan Konsep Metode Pembelajaran


Dari segi Bahasa, metode berasal dari Bahasa Yunani yaitu methodos yang terdiri dari meta
artinya sesudah atau melampaui dan hodos artinya cara atau jalan. Metode secara istilah adalah cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Metode pembelajaran adalah pendekatan sistematis dalam bentuk tahapan tertentu
yang membantu menyederhanakan pelaksanaan pembelajaran. Penegasan ini didukung oleh
pandangan Iskandar Wassid dan Sunendar, yang berpendapat bahwa metode pembelajaran adalah
pendekatan sistematis untuk memfasilitasi pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran dalam
rangka mencapai tujuan yang diinginkan atau ditetapkan.
Sutikno berpendapat bahwa konsep metode secara harfiah berarti jalan. Metode adalah teknik
atau proses yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Wina Sanjaya, metode
pembelajaran adalah sarana untuk mengimplementasikan rencana yang telah dikembangkan
sebelumnya dalam tindakan dunia nyata untuk mendapatkan hasil terbaik. Sementara itu, Sudjana
mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik yang digunakan guru untuk
mengembangkan hubungan dengan siswa saat mengajar.

B. Pengertian dan Konsep Media Pembelajaran


Dalam bahasa Latin, media dimaknai sebagai antara. Media merupakan bentuk jamak dari
medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Sadiman (2012: 6) mengemukakan
bahwa kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dikaitkan dengan pembelajaran, media dimaknai
sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi
berupa materi ajar dari pengajar kepada peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media
merupakan wahana penyuluhan informasi belajar atau penyaluran pesan berupa materi ajar oleh
guru kepada siswa sehingga siswa menjadi lebih tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan.
Media dapat diartikan sebagai alat bantu untuk menunjang keberhasilan pembelajaran di
kelas. Hal ini dipertegas oleh Zainiyati (2013: 63) bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Sedangkan definisi media pembelajaran menurut Yaumi (2018: 7) adalah semua bentuk
peralatan fisik yang didesain secara terencana untuk menyampaikan informasi dan membangun
interaksi. Peralatan fisik yang dimaksud mencakup benda asli, bahan cetak, visual, audio, audio-
visual, multimedia, dan web. Peralatan yang dirancang dan dikembangkan secara sengaja agar
sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran. Satu hal yang perlu diingat bahwa peranan
media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan. Secanggih apa pun media tersebut, tidak dapat dikatakan menunjang
pembelajaran apabila keberadaannya menyimpang dari isi dan tujuan pembelajarannya. Sedangkan
pengertian media PKn adalah media yang terpilih dan cocok untuk pembelajaran PKn.
18
C. Macam-macam Metode Pembelajaran PKn SD/MI
1. Metode ceramah
Metode ceramah juga dikenal sebagai metode lama atau konvensional. Hal ini dapat
dimengerti mengingat bahwa strategi ini telah lama digunakan untuk mengirimkan informasi
kepada siswa. Metode ini telah menerima banyak kritik karena guru aktif sementara siswa diam.
Meskipun seperti itu, metode ceramah bisa diaplikasikan bersama metode lain dan kegiatan
tanya jawab (Lufri, 2020: 48).
2. Metode diskusi kelompok
Metode diskusi merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan materi pembelajaran
berupa isu-isu yang harus dijawab bersama siswa. Diskusi kelompok juga merupakan perputaran
gagasan setiap individu untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Metode TGT (team game tournament)
Guru memperkenalkan informasi aktual. Anak-anak membuat kelompok berlatih yang
beragam (memodifikasi pengaturan untuk anak-anak di kelas awal). Setiap tim bersaing dalam
kompetisi akademik.
4. Metode STAD (student team achievement division)
Guru mengajar siswa. Siswa membuat kelompok (memodifikasi kebutuhan murid kelas
awal). Setiap kelompok membahas masalah (setiap siswa harus memahami tanggapan
kelompok). Satu orang dari setiap kelompok menjawab pertanyaan (kuis). Nilai kelompok
ditentukan oleh nilai masing-masing anggota.
5. Bermain peran
Setiap kelompok ditugaskan untuk membuat permainan peran berdasarkan subjek yang
sedang dipertimbangkan. Satu kelompok bereaksi terhadap temuan permainan peran dari
kelompok lain.
6. Metode inkuiri
Metode inkuiri adalah pendekatan yang dapat membolehkan peserta didik supaya
mengenali sesuatu yang sudah mereka telaah. Peserta didik diposisikan sebagai topik
pembelajaran aktif dalam penyelidikan. Teknik inkuiri dapat diimplementasikan di kelas dengan
membagi tanggung jawab mempelajari suatu masalah.
7. Metode memecahkan masalah
Menurut Sudirman, pendekatan pemecahan masalah adalah cara menyajikan materi
pembelajaran dengan menggunakan masalah sebagai titik awal percakapan, yang kemudian
dievaluasi dan disintesis oleh siswa dalam upaya menemukan solusi atau jawaban. Dengan
demikian, pendekatan pemecahan masalah adalah teknik pembelajaran yang membahas
kesulitan untuk mengidentifikasi jawaban atau masalah. Pendekatan pemecahan masalah,
seperti metode instruksional, sangat baik untuk mengembangkan sikap ilmiah siswa. Teknik ini
mengajarkan siswa bagaimana memecahkan masalah menggunakan prosedur kerja metode
ilmiah (Aqib, 2022: 114).
8. Metode projek
Siswa diberikan teknik proyek berupa isu-isu yang harus dibenahi. Siswa menyelesaikan
masalah dan kemudian solusinya didiskusikan di kelas. Proyek adalah kegiatan yang mungkin
dilakukan siswa dalam kelompok atau secara mandiri di dalam atau di luar kelas. Proyek juga
dapat mengambil bentuk model desain yang menunjukkan bagaimana alat yang dibuat oleh
siswa beroperasi. Metode proyek adalah teknik pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
menggunakan benda sehari-hari sebagai sumber belajar (Sudirman, 2023: 208).
19
D. Macam-macam Media Pembelajaran PKn SD/MI
Mata pelajaran PKn mempunyai misi membina nilai, moral, dan norma secara utuh dan
berkesinambungan. Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak warga negara yang baik, yaitu
yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Pada pedoman belajar mengajar sekolah
dasar, PKn memiliki karakter yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri atau hal-hal yang bersifat khusus, yang pada
prinsipnya PKn lebih menekankan pada pembentukan aspek moral (afektif) tanpa meninggalkan
aspek yang lain. Untuk mencapai sasaran dan target tersebut, dalam pelaksanaan pembelajaran
diperlukan penataan alat, bahan, dan sumber belajar agar dapat dilihat dan mudah digunakan oleh
siswa. Sumber belajar dapat berupa media cetak, model, gambar-gambar, laporan, dan kliping.
Media pembelajaran dalam PKn harus dapat menstimulus lahirnya proses pembelajaran yang aktif
dan kreatif. Dalam pedoman pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PKn SD/MI, ada beberapa
syarat yang harus diperhatikan untuk media PKn, yaitu:
1 Membawakan sesuatu atau sejumlah isi pesan harapan.
2 Memuat nilai atau moral kontras.
3 Diambil dari dunia kehidupan nyata.
4 Menarik minat dan perhatian siswa.
5 Terjangkau oleh kemampuan belajar siswa.
Berdasarkan jenisnya, media dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Media auditif, adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja. Misalnya tape
recorder dan radio.
2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Yang termasuk jenis
ini antara lain gambar, foto, dan lain sebagainya.
3. Media audio visual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Beberapa
contoh media audiovisual yaitu televisi, video, film, atau demontrasi langsung.
Merancang media pembelajaran PKn sangat tergantung dari jenis media yang digunakan. Di
bawah ini diulas kembali jenis media yang dapat digunakan dan dikembangkan dalam pembelajaran
PKn, yaitu:
1 Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matriks, gambar, data, dan lain-lain.
2 Hal-hal yang bersifat materil, seperti model-model.
3 Gerak, sikap, dan perilaku, seperti simulasi, bermain peran, dan role playing.
4 Cerita, kasus yang mengundang dilema moral, dan lain-lain.

E. Praktek Metode Pembelajaran dan Media Pembelajaran PKn SD/MI


1. Praktek metode pembelajaran PKn SD/MI
Berikut adalah langkah-langkah penerapan metode pembelajaran yang dapat diterapkan
pada pelajaran PKn SD/MI:
a. Metode TGT (team game tournament)
1) Perencanaan tindakan
Mempersiapkan kondisi siswa dalam kelas: berdoa, memeriksa kebersihan kelas,
mengabsen siswa, memberikan informasi tentang prosedur permainan, dan
mengklarifikasi materi serta pertanyaan pada lembar kerja siswa.
20
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Guru menyiapkan kartu soal, lembar kerja siswa, dan bahan.
b) Membentuk kelompok yang terdiri dari tujuh kelompok dan masing-masing
kelompok terdiri dari empat siswa.
c) Guru memberi arahan aturan permainan sesuai dengan aturan dalam TGT.
d) Siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat orang yang
merupakan campuran menurut tingkatan prestasi dan jenis kelamin.
e) Guru menyiapkan materi berikut soal tesnya.
f) Semua siswa memerhatikan materi dan kisi-kisi soal tes yang diberikan guru. Tiap
anggota secara bersama saling memastikan bahwa semua anggota sudah paham
dengan penjelasan, dan bersiap untuk mengerjakan soal tes.
g) Pada tahap ini semua siswa mengerjakan kuis secara mandiri tanpa saling
membantu satu sama lain. Setelah selesai, Guru melakukan penghitungan skor.
Hasilnya berupa penempatan posisi tiap siswa berdasarkan level prestasinya
(empat kategori, dilambangkan dengan angka).
h) Dilanjutkan ke tahap permainan, skenarionya adalah setiap siswa dalam satu
kelompok berlomba dengan kelompok lain untuk menjawab soal yang sudah
disediakan dan menjawabnya secara bergantian hingga soal terjawab semua.
b. Metode bermain peran
Langkah-langkah Penerapannya adalah sebagai berikut:
1) Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
2) Guru membentuk kelompok siswa yang beranggotakan 5 orang.
3) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
4) Setiap kelompok mempelajari skenario yang dibuat guru dan mempraktekannya di
depan kelas.
5) Masing-masing siswa duduk dikelompoknya masing-masing sambil memperhatikan
atau mengamati skenario yang sedang diperagakan.
6) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
7) Guru memberikan kesimpulan secara umum.
8) Evaluasi dan penutup.
2. Praktek media pembelajaran PKn SD/MI menggunakan Media pembelajaran Pop-up book
Media pembelajaran pop-up yang dikerjakan adalah pada mata pelajaran PKn kelas VI Bab
3 materi kerja sama negara di kawasan Asia Tenggara. Materi tersebut mencakup negara-negara
yang berada di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam organisasi ASEAN. Untuk
mempermudah pemahaman siswa tentang ASEAN, maka dibuatlah salah satu media yang
berbentuk pop-up. Proses pembuatan media pembelajaran pop-up book PKn kelas VI meliputi
berbagai tahapan, antara lain:
a. Mengidentifikasi materi pelajaran yang akan dibuat media pembelajaran.
b. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat media pembelajaran pop-up
PKn kelas VI (menggunakan kertas buffalo, kain flannel, pensil warna, kertas HVS, pensil,
penghapus, lem, gunting, dll).
c. Karena media pembelajaran pada kelas tinggi yaitu kelas VI mata pelajaran PKn materi
kerja sama negara di kawasan Asia Tenggara, yang meliputi negara-negara anggota
ASEAN. Sedangkan materi sangat banyak, jadi untuk yang dibuat pada media
pembelajaran pop-up adalah ringkasan identitas masing-masing negara yang termasuk
dalam ASEAN.
d. Membuat ikon negara yang termasuk dalam ASEAN guna mempermudah mengenali
nama-nama Negara.
e. Membuat identitas masing-masing Negara yang termasuk dalam ASEAN, meliputi nama
negara, ibu kota negara, mata uang, lagu kebangsaan, bahasa nasional, batas wilayah, dll.
f. Membuat cover dari kain flannel.
21
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PKn SD/MI

A. Pengertian Model-model Pembalajaran


Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui
pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik
seseorang sejak lahir. Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa
belajar. Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk dapat belajar
dengan baik. Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan.
Soekanto, dkk (dalam Nurulwati, 2002 :10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran
adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan, aktivitas belajar mengajar.”
Sedangkan, Arends (2001: 24), menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis
digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep,
pembelajaran kooperatif, pengajaran berbasis masalah, dan diskusi kelas.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran
yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model
pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, tingkat
perkembangan kognitif siswa, dan saran atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan dapat tercapai. Jadi dapat disimpulakan, bahwa model pembelajaran
merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas.
Adapun model pembelajaran PKn adalah suatu kegiatan yang diranang oleh guru untuk
membantu, membimbing maupun memotivasi peserta didik mempelajari suatu informasi tentang
kewarganegaraan dalam suatu proses yang telah dirancang secara sistematis mencakup segala
kemungkinan yang terjadi.
Model pembelajaran dilandasi dengan teori-teori belajar modern. Teori belajar pada dasarnya
merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses
di dalam pikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat
lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar. Teori-teori belajar inilah yang melandasi
model pembelajaran, sebagai berikut:
1. Teori belajar konstruktivisme
Menurut teori ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah
bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan
untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-
ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan srtategi
mereka sendiri umtuk belajar. guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga
tersebut (Nur, 2002: 8).
2. Teori perkembangan kognitif piaget
Menurut piaget (dalam slavin, 1994: 145), perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
22
lingkungannya. Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori
piaget.
a. Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya.
b. Memperhatikan peranan pelik dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
3. Teori pengajaran John Dewey
Menurut John Dewewy metode reflektif di dalam memecahkan masalah yaitu, suatu proses
berpikir aktif, hati-hati, yang dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang
denitif.
4. Teori pemrosesan informasi
Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan
dari otak. Peristiwa-peristiwa mental diuaraikan sebagai transformasi-transformasi informasi
dari input (stimulus) ke output (respon).
5. Teori belajar bermakna David Ausubel
Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Belajar bermakna
merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang (Dahar, 1988: 137).
6. Teori penemuan Jerome Bruner
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Joreme
Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan. Bruner menyarankan agar siswa-siswa
hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip,
agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-
eksperiimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
7. Teori pembelajaran Sosial Vygotsky
Vygotsky berpendapat seperti piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil
dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Teori ini lebih menekankan pada aspek
social dari pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak
bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas yang belum
dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka.
8. Teori pembelajaran perilaku
Prinsip yang paling penting dari teori belajar perilaku adalah bahwa perilaku berubah
sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi langsung dari perilaku tersebut. Konsekuensi yang
menyenangkan akan memperkuat perilaku, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak
menyenangkan akan memperlemah perilaku.

B. Macam-Macam Model Pembelajaran dan Penerapannya


1. Contextual Learning (CTL)
Pembelajaran kontextual learning adalah model pembelajaran yang bertujuan membantu
peserta didik untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
Komponen Contextual Learning (CTL):
a. Membuat hubungan yang bermakna antara sekolah dan konteks kehidupan nyata.

23
b. Pembelajaran mandiri yang membangun minat individu peserta didik untuk bekerja sendiri
dalam rangka mencappai tujuan yang bermakna dengan mengaitkan materi bahan ajar
dengan kehidupan sehari–hari.
c. Bekerja sama untuk membantu peserta didik bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu mereka untuk mengerti bagaimana berkomunikasi dengan yang lain.
2. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
a. Pengertian PAKEM
Pakem adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Maksudnya aktif disini bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya dan mengemukakan gagasan.
Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari peserta didik dalam memebangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya merima kucuran ceramah guru tentang
pengtahuan. peran aktif dari peserta didik sangat penting dalam rangka pembentukan
generasi yang kreatif, yanag mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik. Meneyenangkan adalah
suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga peserta didik memusatkan
perhatiannya secarah penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatian tinggi. Menurut
hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar.
Secara garis besar PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Peserta didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar.
2) Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan senagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi peserta didik.
3) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan-bahan yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
b. Karakteristik PAKEM
Untuk memberikan pemahaman yang baik tentang PAKEM berikut dielaborasi secara
jelas makna dari pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan. Diketahui bahwa untuk
mendefinisikan makna aktif dalam belajar para ahli pembelajaran memiliki persepektif
yang beragam berikut diuraikan beberapa definisi tentang belajar aktif diantaranya adalah:
1) Menurut Meyers dan Jones (1993) bahwa belajar aktif meliputi pemberian kesempatan
kepada pembelajar untuk melakukan diskusi yang penuh makna, mendengar, menulis,
membaca dan merefleksi materi, gagasan.
2) Menurut Paulson dan Faust (1990) mendeskripsikan belajar aktif secara sederhana
yaitu segala sesuatu yang dilakukan pembelajar atau peserta didik selain hanya
menjadi pendengar pasif ceramah dari pengajar.
3) Menurut Jont Report, America Association for Education (1996) mendefinisikan
belaja sebagai suatu proses pencarian makna secara aktif oleh pembelajar atau peserta
didik.
Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran aktif
merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif

24
membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam kegiatan. Pembelajaran
aktif dikembangkan bedasarkan asumsi bahwa:
1) Belajar merupakan suatu proses, maka keaktifan peserta didik mutlak dibutuhkan
dalam pembelajran, belajar tidaklah seperti menonton olahraga. Peserta didik tidak
akan belajar banyak hanya dengan duduk di kelas dan mendengarakn guru, mengingat
tugas-tugas, dan mengajukan jawaban.
2) Seseorang memiliki cara belajar yang berbeda dengan orang lain, paling tidak dikenal
tiga cara belajar (gaya belajar) pada diri peserta didik yaitu visual, auditorial, dan
kenestetik.
Berdasarkan uraian belajar aktif tersebut diatas, dapat didefinisikan beberapa hal
karakteristik pembelajaran yang aktif diantaranya sebagai berikut:
1) Peserta didik juga merasa nyaman mengemukakan pendapat atau menanggapi
pendapat orang lain karena lebih banyak berinteraksi antar peserta didik.
2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif melainkan mengerjakan
bebagai hal (membaca, melihat, mendengar, melakukan, eksperimen, dan berdiskusi)
yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
3) Peserta didik terlibat dengan pemanfaatan berbagai sumber belajar baik di dalam
maupun di luar kelas.
c. Penerapan Pakem
Untuk mewujudkan penerapan PAKEM ada beberapa hal yang perlu diperhatiakn oleh
guru agar tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
1) Menciptakan pembelajaran aktif
a) Guru bersahabat dan bersikap terbuka
Akrab, murah senyum, menyapa nama, dan menepuk pundak adalah beberapa
teknik untuk menunjukkan bahwa guru bersahabat dengan peserta didik. Sering
berinteraksi dan terjun ke kelompok-kelompok bahkan duduk di bangku kerja
kelompok peserta didik menunjukkan guru yang akrab.
b) Guru mengajukan pertanyaan yang mengundang banyak jawaban peserta didik
Pertanyaan yang seharusnya diajukan oleh guru adalah pertanyaan-pertanyaan
yang mengundang banyak jawaban dari peserta didik. Sebagai misal guru dapat
membawa sesuatu yang ditaruh dalam kotak, lalu peserta didik diminta menduga
apa yang dibawa oleh guru tersebut? Kegiatan semacam ini akan mengundang
banyak jawaban sehingga banyak peserta didik yang terlibat atau perpendapat di
kelas.
c) Guru merespon dan menghargai semua jawaban peserta didik
Setiap jawaban peserta didik hendaknya diberikan reward oleh guru sungguhpun
jawaban tersebut sesungguhnya kurang mengena. Reward dapat berupa, acungan
jempol, atau tepuk di pundak. Dalam hal ini guru juga perlu memberikan balikan
yang positif dan tolaran terhadap jawaban yang kurang tepat. Respon positif guru
akan mengembangkan motivasi tersendiri bagi peserta didik.
2) Menciptakan pembelajaran kreatif
a) Guru membangun lingkungan belajar yang kretif
Sikap dan tindakan kretif dapat didorong dengan lingkungan sekitar yang krestif
pula. Guru dapat mendorong kreativitas peserta didik dengan cara membangun
lingkungan kelas yang kreatif. Pemanfaatan bahan-bahan bekas sebagai piranti
25
kelas, pemajangan hasil karya peserta didik, majalah dinding merupakan beberapa
teknik merangsang kreativitas peserta ddik.
b) Guru memberi kesempatan peserta didik menghasilkan karya atau menuangkan
kreativitas
Tugas mandiri dapat diberikan kepada peserta didik untuk menuangkan ide-ide
kretivitasnya utamanya dalam bentuk hasil karya peserta didik.
c) Guru menghargai dan memajangkan hasil karya peserta didik
Ketika peserta didik menghasilkan karya tertentu, guru dapat memberikan
umpan balik yang meningkatkan harga diri positif mereka. Lebih lanjut
menayangkan atau memajang hasil karya siswa merupakan salah satu bentuk
penghargaan terhadap hasil karya peserta didik
3) Menciptakan pembelajaran efektif
a) Guru memberikan tugas dengan jelas
Memberikan tugas dengan jelas merupakan salah satu faktor penting agar
pemeblajaran berjalan dengan efektif. Seringkali kita tidak menyadari bahwa tugas-
tugas yang kita berikan belum dipahami sepenuhnya oleh peserta didik. Hal ini akan
berakibat tugas tidak terselesaikan dengan baik, peserta didik salah mengerjakan
tugas ataupun peserta didik perlu penjelasan lanjutan.
b) Guru memperhatikan waktu
Setiap kali guru memberikan tugas misalnya untuk eksplorasi atau persiapan
diskusi, guru perlu menentukan batas waktu. Penentuan batas waktu ini maksudnya
agar peserta didik dapat menyelesaikan kerja tepat pada waktunya.
c) Guru memanfaatkan sumber belajar dan media belajar yang tepat
Sebagaimana telah diketahui, peserta didik lebih mudah memahami konsep jika
guru melibatkan peserta didik pada pengalaman nyata. Oleh karenannya, guru
haruslah cermat dan kreatif dalam memanfaatkan sumber belajar dan media belajar
khususnya yang terdapat di sekitar sekolah.
4) Menciptakan pembelajaran menyenangkan
a) Guru tampil semangat, antusias, dan gembira
Penampilan guru merupakan faktor utuma terciptanya suasana pembelajaran
yang menyenangkan. Guru yang murah senyum, antusias, dan gembira akan
membangkitkan suasana aman bagi peserta didik.
b) Guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
Salah satu indikator suasana pembelajaran yang kondusif adalah jaminan rasa
aman secara psikologis. Balikan positif dari guru, komentar yang toleran terhadap
pendapat yang kurang tepat, serta “tidak ada ide yang jelek” merupakan beberapa
contoh suasana yang menjamin rasa aman siswa untuk berpartisipasi di kelas.
c) Guru memanfaatkan energizer dan humor
Bagaimana baiknya pembelajaran dilaksanakan, kadangkala peserta didik juga
mengalami kejenuhan. Pada saat ini guru dapat menampilkan game atau energizer
sehingga kelas menjadi segar kembali. Ice breaker juga dapat dimanfaatkan
umumnya untuk memecahkan kebekuan suasana ketika peralihan dari satu
pelajaran ke pelajaran lainnya. Akan lebih baik jika guru mampu menyelipkan
humor-humor ringan di sela-sela pembelajaran atau presentasinya.

26
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus
keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
1) Berikan informasi dan sampaikan tujuan serta skenario pembelajaran.
2) Organisasikan peserta didik dalam kelompok kooperatif.
3) Bimbing peserta didik untuk melakukan kegiatan/berkooperatif.
4) Evaluasi.
5) Berikan penghargaan (reward)
c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif
1) Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions)
Tipe STAD terdiri dari 5 komponen yakni:
a) Presentasi Kelas.
b) Pembentukan Tim.
c) Kuis.
d) Perubahan/perkembangan skor individu.
e) Pengakuan tim.
2) Tipe KI (Kelompok Investigasi)
Langkah-langkah model ini adalah:
a) Kemukakan masalah/pertanyaan berdasarkan dari hasil pengamatan.
b) Kegiatan kelompok kooperatif untuk menjawab masalah (pengamatan lebih lanjut
atau eksperimen).
c) Melaporkan hasil kegiatan kelompok berupa produk atau presentasi.
d) Penghargaan kelompok.
3) Kepala Bernomor Struktur (KBS) merupakan modifikasi dari Number Heads
Together.
Langkah-langkah model ini adalah:
a) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
b) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang
berangkai.
c) Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok.
d) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
e) Merumuskan kesimpulan.
4) Think-Pair-Share
Thinking: beri kesempatan siswa untuk mencari jawaban tugas secara mandiri, pairing:
bertukar pikiran dengan teman sebangku, dan sharing: berdiskusi dengan pasangan
lain. Langkah-Langkah:
a) Guru menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Siswa diminta untuk berpikir tentang topik materi/permasalahan yang
disampaikan guru secara individual.
c) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebangku dan mengutarakan hasil
pemikirannya masing-masing tentang topiknya tadi.
27
d) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan mengemukakan
hasil diskusinya untuk berbagi jawaban dengan seluruh peserta didik di kelas.
e) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
f) Guru memberi kesimpulan.
g) Penutup.
5) Tipe Mind Mapping
Langkah-langkah:
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru mengemukakan konsep/permasalahan utama yang akan ditanggapi oleh
siswa.
c) Membentuk kelompok diskusi.
d) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat subkonsep atau alternatif jawaban
hasil diskusi.
e) Tiap kelompok membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
f) Dari data-data di papan tulis, peserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru
memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
6) Dua Tinggal, Dua Tamu
Langkah-langkah:
a) Satu kelompok beranggota 4 orang.
b) Beri tugas untuk diskusi.
c) Setelah selesai, dua siswa bertamu ke kelompok lain.
d) Dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada dua tamunya.
e) Tamu kembali ke kelompok dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
7) Time Token
Model ini menggunakan kartu, langkah-langkahnya adalah:
a) Semua siswa diberi “kartu berbicara”.
b) Di dalam kelompok siswa yang sudah menyampaikan pendapat harus
menyerahkan satu kartunya.
c) Demikian seterusnya sampai siswa yang sudah habis kartunya tidak berhak
berbicara lagi.
8) Student Fasilitator and Expailing (SFE)
Langkah-langkah:
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru mempresentasikan materi.
c) Memberikan kesempatan peserta didik untuk menjelaskan kepada siswa lainnya
baik melalui bagan atau peta konsep lainnya.
d) Guru menyimpulkan pendapat/ide peserta didik.
e) Guru menerangkan/merangkum semua materi yang dipresentasikan.
f) Penutup.
4. Pengajaran Langsung
Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center. menurut
Arends (1997), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang

28
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan.
Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Guru menjelaskan materi pembelajaran.
c. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik seperti memberi latihan soal.
d. Memberi tugas di rumah.
5. Pengajaran Berdasarkan Masalah
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya
dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sekitarnya, pengetahuan ini cocok
untuk pengembangan pengetahuan dasar maupum kompleks.
a. Tujuan Pengajaran Berdasarkan Masalah
Berdasarkan karakteristiknya pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan:
1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
masalah.
2) Menjadi pembelajar yang mandiri
b. Manfaat Pengajaran Berdasarkan Masalah
Pengajaran berdasarkan masalah tidak di rancang untuk membantu guru memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pengajaran berdasarkan masalah di
kembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah dan keterampilan Intelektual.
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1) Kelebihan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
b) Memupuk sifat inquiry siswa
c) Memupuk kemampuan Problem solving
2) Kekurangan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a) Persiapan pembelajaran yang kompleks
b) Sering terjadi miss-konsepsi
c) Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup lama.

C. Model Pembelajaran PKn Untuk Kelas Bawah dan Kelas Tinggi


1. Model Pembelajaran PKn Untuk Kelas Bawah
a. Model Pembelajaran Contextual Learning (CTL).
b. Model Pembelajaran PAKEM.
c. Model Pembelajaran Langsung.
d. Model Pembelajaran Kooperatif.
2. Model Pembelajaran PKn Untuk Kelas Tinggi
a. Model Pembelajaran Contextual Learning (CTL).
b. Model Pembelajaran PAKEM.
c. Model Pembelajaran Langsung.
d. Model Pembelajaran Kooperatif.
e. Model Pembelajaran Berbasis masalah.

29
PENILAIAN PEMBELAJARAN PKn SD/MI

A. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan data/informasi yang digunakan untuk mengukur
ketercapaian suatu tujuan. Pengertian menurut Slavin (2011:262) menyatakan penilaian adalah
suatu pengukuran sejauh mana siswa telah mempelajari tujuan yang ditetapkan bagi mereka.
Sedangkan menurut Iryanti (2004:3) menjelaskan penilaian adalah suatu kegiatan pengukuran,
kuantitatif, penetapan mutu pengetahuan siswa secara menyeluruh, dan terintegrasi dalam proses
pembelajaran, serta menggunakan beragam bentuk. Pengertian penilaian lainnya menurut Uno dan
Koni (2012:2) penilaian sebagai salah satu bentuk penilaian dan komponen dalam evaluasi.
Penilaian tidak dapat dipisahkan dari tindakan pengukuran yang bersifat kuantitatif dan penilaian
yang bersifat kualitatif.
Menurut Mehrens dan Lehmann (Nasoetion, 1993:4) penilaian merupakan suatu pertimbangan
profesional atau suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk membuat suatu pertimbangan
mengenai nilai sesuatu. Secara sistematis Gronlund (Nasoetion, 1993:5) hasil penilaian merupakan
perpaduan antara temuan kuantitatif dengan pertimbangan yang dibuat penilai atau hasil penilaian
merupakan perpaduan antara temuan kualitatif dengan pertimbangan yang dibuat penilai. Penilaian
adalah suatu proses sistematis yang mengandung pengumpulan informasi, menganalisis, dan
menginterpretasi informasi tersebut untuk membuat keputusan-keputusan. Penilaian merupakan
bagian integral dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Penilaian harus dipandang sebagai salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran, bukan hanya sebagai cara
untuk menilai keberhasilan peserta didik (Kunandar, 2007: 379-380).
Hart seperti dikutip Muslich (2011:2) menyatakan, assesmen didefinisikan sebagai proses
pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik yang
diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisis atau menjelaskan unjuk kerja/kinerja atau
prestasi peserta didik dalam mengerjakan tugas-tugas terkait. Proses asesmen mencakup sejumlah
bukti-bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik. Assesmen ini dilaksanakan
secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran sehingga disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK
dilakukan dengan berbagai cara seperti pengumpulan kerja peserta didik (portofolio), hasil karya
(product), penugasan (project), kinerja (performance) dan tes tertulis (paper and pencil). Jadi
menurut Masnur Muslich penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan
menafsirkan data hasil pengukuran.
Dalam pembelajaran, penilaian adalah cara yang digunakan oleh pendidik dalam mengukur
kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang digunakan. Penilaian hasil
belajar peserta didik dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya
selalu mengandung ketiga ranah itu, namun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut
teori lebih minitik beratkan pada ranah kognitif sedangkan mata pelajaran yang menuntut
kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotorik, dan keduanya selalu
mengandung ranah afektif (Sudrajat, 2008: 2).

30
Kunandar (2007: 383) menjelaskan bahwa dalam penilaian ada emat unsur pokok, yaitu (1)
objek yang dinilai; (2) kriteria sebagai tolak ukur; (3) data tentang objek yang dinilai; dan (4)
pertimbangan keputusan (judgement). Dengan demikian proses penilaian meliputi menentukan
objek yang akan dinilai, membuat atau menentukan kriteria ukuran, mengumpulkan data, baik
melalui tes maupun nontes dan membuat keputusan.
Sehingga dapat didefinisikan penilaian sebagai komponen dalam evaluasi yang digunakan
untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang bersifat kualitatif sebagai dasar
pengambilan keputusan tentang tingkatan pengetahuan siswa secara menyeluruh. Secara sederhana
penilaian (assessment) dapat pula diartikan sebagai proses pengukuran untuk memperoleh data
karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu.

B. Jenis-jenis Penilaian
1. Asesmen Diagnostik (Pre-asesmen)
Sebelum menyusun instruksi pembelajaran, penting untuk mengetahui sifat dan karakter
siswa. Tujuan dalam penilaian ini yaitu untuk mengetahui kelebihan, kekurangan serta keahlian
dan pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum memulai pembelajaran. Setelah memiliki
informasi tersebut, barulah instruksi pembelajaran dapat disusun. Berikut adalah hal yang bisa
dilakukan dalam penilaian ini:
a. Kuis singkat
b. Wawancara siswa
c. Refleksi siswa
d. Diskusi kelas
e. Grafik pembelajaran (mind map, flow charts, KWL chart)
Tip: Lakukan asesmen ini di awal tahun akademik, awal semester, awal pembelajaran, dll.
Sebaiknya, berikan juga penilaian yang sama tiap akhir tahun akademik atau akhir semester
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berkembang.
2. Asesmen Formatif
Asesmen ini digunakan sebagai usaha pertama untuk mengembangkan instruksi
pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memantau pembelajaran siswa agar guru dan mendapat
feedback. Hal ini berguna untuk mengetahui apa saja yang masih bisa dibenahi dalam instruksi
guru. Berdasarkan feedback ini, guru jadi bisa tahu sebaiknya harus fokus ke mana untuk
mengembangkan instruksi pembelajaran. Berikut beberapa contoh asesmen atau penilaian
formatif:
a. Portofolio
b. Tugas Kelompok
c. Laporan Perkembangan Belajar
d. Diskusi kelas
e. Kuis
f. Aplikasi mengajar kelas virtual
Tip: Tiap akhir kelas, guru juga bisa dapat membuat sebuah “exit ticket” secara digital,
yaitu semacam visualisasi berupa diskusi singkat atau pertanyaan untuk merampung
pembahasan di kelas hari itu. Gunanya agar guru dapat dengan lebih mudah mengetahui sampai
mana pemahaman siswa dan mendorong refleksi pembelajaran.
3. Asesmen Sumatif
Asesmen sumatif mengukur perkembangan siswa sebagai penilaian pembelajaran. Tak
hanya itu, asesmen ini juga mengukur efektivitas pembelajaran dan respon terhadap instruksi.
Ujian sebetulnya juga merupakan jenis asesmen sumatif dan menyediakan data untuk guru dan
31
pemimpin sekolah. Hasil ujian dapat membantu merepresentasikan perkembangan siswa,
namun tidak selalu menyediakan feedback yang jelas mengenai proses pembelajaran dan
mungkin saja malah menciptakan kebiasaan belajar hanya untuk lulus tes. Selain itu, ujian juga
bisa menjadi sumber stress bagi Bapak dan Ibu guru karena harus mempersiapkan siswa agar
bisa lulus sehingga juga memengaruhi arahan pembelajaran.
Berikut ini adalah cara melakukan asesmen sumatif yang menyenangkan yang dapat
dilakukan oleh guru:
a. Merekam podcast
b. Menulis naskah untuk seni peran
c. Menyusun proyek belajar pribadi
Tip: Dengan menggunakan pengukuran dari performa siswa, asesmen sumatif dapat
bermanfaat untuk guru dalam meningkatkan pelajaran dari waktu ke waktu, sebab penilaian
sumatif juga merupakan refleksi kualitas pembelajaran sebagaimana halnya terhadap siswa.
4. Asesmen Konfirmatif
Ketika instruksi pembelajaran telah terlaksana dalam kelas, penilaian masih penting untuk
dilakukan. Tujuan dari asesmen konfirmatif yaitu untuk mengetahui apakah instruksi
pembelajaran masih efektif dalam periode waktu tertentu, misalnya satu tahun. Melalui
asesmen ini, guru bisa mengetahui apakah cara mengajar yang dilakukan masih tepat untuk
siswa. Asesmen konfirmatif dapat dikatakan sebagai perpanjangan dari asesmen sumatif.
5. Asesmen Acuan Normatif
Asesmen ini didesain untuk membandingkan siswa individu terhadap kelompok
sebayanya. Biasanya asesmen ini berdasarkan standar nasional, ataupun ketika berdasarkan
nilai rata-rata di sekolah. Asesmen Acuan Normatif menarik kesimpulan mengenai pencapaian
siswa berdasarkan berbagai titik data yang luas. Berikut beberapa contoh asesmen acuan
normatif:
a. Tes IQ
b. Tes Fisik
c. Seleksi Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN, UTBK, dll).
6. Asesmen Acuan Kriteria
Mudahnya, Asesmen ini mengukur performa siswa terhadap sebuah tujuan atau objektif
tertentu. Di dalam kelas, hal ini berarti mengukur performa siswa terhadap standar tingkat kelas
dan dapat mencakup ujian akhir untuk menilai pemahaman siswa. Di luar kelas, Asesmen
Acuan Kriteria muncul dalam ujian seperti misalnya, ujian lisensi profesional, Ujian Nasional
terhadulu, dll. di mana siswa harus menjawab benar persentase tertentu dari pertanyaan yang
ada agar bisa lulus. Perbedaannya dengan Asesmen Normatif, Asesmen Acuan Kriteria tidak
mengukur individu terhadap kelompok sebayanya, namun untuk mendapatkan nilai yang
memberi wawasan mengenai kelebihan dan area yang masih bisa dibenahi.
7. Asesmen Ipsatif
Asesmen Ipsatif adalah tipe penilaian sebagai pembelajaran yang membandingkan hasil
terdahulu dengan percobaan kedua, untuk memotivasi siswa dalam menyusun tujuan
meningkatkan kemampuan mereka. Kerangka penilaian dua tahap ini membantu siswa untuk
belajar dari kesalahannya dan memotivasi mereka untuk menjadi lebih baik lagi. Ditambah lagi,
siswa juga jadi dapat belajar bahwa memelajari sesuatu adalah sebuah proses dan tidak
terperangkap dalam gratifikasi instan. Guru dapat menerapkan Asesmen Ipsatif dengan cara-
cara berikut:
a. Tugas Portfolio
b. Project-based learning
c. Remedial
32
C. Langkah-langkah Penggunaan Penilaian pada Pembelajaran PKn SD/MI
1. Menyusun Rencana Penilaian atau Evaluasi Hasil Belajar
Dalam merencanakan penilaian atau evaluasi hasil belajar, ada beberapa hal yang perlu
dilakukan, yaitu:
a. Merumuskan tujuan dilakukannya penilaian atau evaluasi, termasuk merumuskan tujuan
terpenting dari diadakannyu penilaian. Hal ini perlu dilakukan agar arah proses penilaian
jelas.
b. Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan
c. Menyusun instrumen yang akan dipergunakan untuk menilai proses dan hasil belajar para
peserta didik. Sejumlah instrumen yang mungkin digunakan adalah butir-butir soal tes,
daftar cek, panduan wawancara, dan lain-lain.
d. Menentukan metode penskoran jawaban siswa.
e. Menentukan frekuensi dan durasi kegiatan penilaian atau evaluasi (kapan, berapa kali, dan
berapa lama).
f. Mereview tugas-tugas penilaian.
2. Menghimpun Data
Dalam kegiatan ini Anda sebagai guru hisa memilih teknik tes dengan menggunakan tes
atau memilih teknik non tes dengan melakukan pengamatan, wawancara atan angket. Ketika
melakukan penilaian prestasi peserta didik, para guru harus memahami situasi dan kondisi
lingkungan fisik dan psikologis. Lingkungan fisik harus tenang dan nyaman. Selama proses
penilaian berlangsing, guru jaga harus memonitor jalannya penilaian dan membantu agar
semuanya berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Melakukan Verifikasi Data
Verifikasi data perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan data yang "baik" (yakni data
yang akan memperjelas gambaran mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi) dari data
yang "kurang baik" (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran mengenai peserta didiki.
4. Mengolah dan Menganalisis Data
Tujuan dari langkah ini adalah memberikan makna terhadap data yang telah dihimpun.
Agar data yang terhimpun tersebut bisa dimaknai, kita bosa menggunakan teknik statistik
dan/atau teknik non statistik, berdasarkan pada mempertimbangkan jenis data.
5. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan
Kegiatan ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi terhadap makna yang terkandung
pada data yang telah diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan sejumlah kesimpulan.
Kesimpulan- kesimpulan yang dibuat tentu saja harus mengacu pada sejumlah tujuan yang telah
ditentukan di awal.
6. Menyimpan Instrumen Penilaian dan Hasil Penilaian
Langkah keenam ini memang perlu disampaikan di sini untuk mengingatkan para guru,
sebab dengan demikian mereka dapat menghemat sebagian waktunya untuk ha-hal yang lebih
baik. Dengan disimpannya instrumen dan ringkasan dan jawaban siswa, termasuk herbagai
catatan tentang upaya memperbaiki instrumen, sewaktu- waktu Anda membutuhkan untuk
memperbaiki instrumen tes pada tahun berikutnya maka tidak akan membutuhkan waktu yang
lama. Tentu saja, perubahan disana-sini perlu dilakukan karena isi dan struktur unit pelajaran
yang dipelajari siswa juga telah berubah.
7. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi
Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis, dan disimpulkan maka Anda
sebagai guru atau evaluator bisa mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan sebagai
tindak lanjut konkret dari kegiatan penilaian. Dengan demikian, seluruh kegiatan penilaian yang
telah dilakukan akan membawa banyak manfaat karena terjadi berbagai perubahan dan atau
perbaikan.
33
SILABUS PEMBELAJARAN PKn SD/MI

A. Prinsip-prinsip Silabus
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum yang berisikan garis- garis
besar materi pembelajaran. Dalam membuat silabus, harus diperhatikan beberapa prinsip. Prinsip-
prinsip tersebut sebagai patokan agar bagaimana silabus dapat digunakan. Tujuan silabus adalah
untuk memudahkan, Jika silabus dibuat hanya dapat dipahami oleh pembuatnya sendiri, maka
silabus akan kehilangan subsansinya. Prinsip- prinsip yang dimaksud disini adalah penjaga gawang
agar silabus mudah dibaca orang lain dan dapat dimengerti pula. Adapun prinsip pengembangan
silabus yaitu:
1. Ilmiah
Mengingat silabus berisikan garis-garis besar materi pembelajaran yang akan dipelajari
siswa, maka materi pembelajaran yang disajikan dalam silabus harus memenuhi kebenaran
ilmiah. Untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus dilibatkan para
pakar dibidang keilmuan masing-masing mata pelajaran.
2. Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa
Pendidik perlu mendalami perkembangan peserta didik dari perkembangan fisik,
emosional, dan intelektual. Dari pemahaman tersebut tentunya agar para pendidik ini lebih tahu
langkah apa yang akan mereka ambil agar proses belajar mengajar terlaksana dengan baik dan
bisa mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dan pendidik perlu memahami perkembangan
peserta didik agar dapat membantu pendidik dalam memilih lingkungan belajar terbaik dan
mengenal kepribadian siswanya dengan lebih baik. Cakupan kedalaman tingkat kesukaran dan
urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan
psikologis siswa
3. Sistematis
Karena silabus dianggap sebagai suatu system, sesuai konsep dan prinsip system
penyusunan silabus dilakukan secara sistematis, sejalan dengan pendekatan system atau
langkah-langkah pemecahan masalah. Silabus merupakan satu kesatuan yang mempunyai
tujuan yang terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berhubungan.
Komponen pokok silabus terdiri dari standar kompetensi, KD, indikator, dan materi
pembelajaran.
4. Relevansi
Silabus memiliki relevansi dengan kehidupan nyata peserta didik. Artinya silabus memiliki
keterkaitan dan kesesuaian dengan kehidupan sehari-hari.
5. Konsistensi
Silabus memiliki kesamaan tujuan antar komponen. Artinya, Jika kompetensi dasar yang
harus dikuasai peserta didik beberapa macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus
meliputi macam tersebut.
6. Kecukupan
Kecukupan adalah bahwa silabus mengandung materi yang cukup untuk mendukung
tercapainya standar kompetensi. Artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak.

B. Komponen-komponen Silabus
Yang dimaksud dengan komponen adalah unsur-unsur yang harus ada dalam pembuatan
silabus. Karena silabus itu adalah gabungan berbagai komponen- kompoten tersebut. Dalam
membuat silabus minimal ada 8 komponen yang harus ada. Delapan komponen itu adalah sebagai
berikut:
34
1. Standar Kompetensi.
Standar kompetensi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik
dalam suatu mata pelajaran. Penempatan standar kompetensi pada silabus dimaksudkan untuk
memandu pengajar atau pengembang silabus dalam menjabarkan Kompetensi Dasar menjadi
pengalaman belajar, sehingga rangkaian kegiatan belajar pesdik tidak menyimpang dari koridor
kemampuan peserta didik yang ingin dicapai.
2. Kompetensi Dasar
Penempatan komponen kompetensi dasar dalam silabus sangat penting, hal ini berguna
untuk mengingatkan para pengajar seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang harus
dicapainya. Di dalam komponen kompetensi dasar ini juga dimuat hasil belajar, yaitu penyataan
unjuk kerja yang diharapkan setelah peserta didik mengalami pembelajaran dalam kompetensi
tertentu.
3. Indikator
Indikator merupakan kompetensi dasar yang lebih spesifik. Apabila serangkaian indikator
dalam satu kompetensi dasar sudah dapat dicapai oleh peserta didik, berarti target kompetensi
dasar tersebut sudah terpenuhi.
Indikator merupakan karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respon yang harus
dapat dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik, untuk menunjukkan bahwa peserta didik
tesebut telah mencapai kompetensi dasar tertentu.
Penyusunan indikator memperhatikan hal-hal berikut:
a. Indikator dikembangkan dari kompetensi dasar.
b. Indikator dibuat dengan menggunakan kata kerja operasional dengan tingkat berpikir
menengah dan tinggi,
c. Tiap kompetensi dasar dijabarkan menjadi tiga atau lebih indikator
d. Indikator yang ada dalam dokumen kurikulum harus dikembangkan kembali oleh pengajar,
yang juga dapat menjadi acuan atau panduan atau konstruk bagi pengajar dalam membuat
indikator penilaian.
4. Materi Pokok
Materi pook adalah bagian dari struktur keilmuan suatu kajian yang dapat berupa
pengertian konseptual, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan.
Penempatan materi pokok di dalam silabus berfungsi sebagai payung dari setiap uraian materi
yang disajikan dalam pengalaman belajar peserta didik.
5. Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik
secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Penentuan urutan langkah pembelajaran
sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu. Selain itu,
pendekatan pembelajaran yang bersifat spiral (mudah ke suka; konkret ke abastak; dekat ke
jauh) juga memerlukan urutan pembelajaran yang terstruktur.
Rumusan pernyataan dalam pengalaman belajar minimal mengandung dua unsur penciri
yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu: kegiatan peserta
didik dan materi. Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi dalam pemilihan kegiatan
peserta didik dan materi pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Peserta Didik

35
Dalam kegiatan peserta didik yang akan digunakan dalam pembelajaran sebaiknya
dipertimbangkan hal-hal berikut:
1) Hendaknya memberi peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah dan
menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan pengajar atau pendidik;
2) Merupakan pola yang mencerminkan ciri khas dalam pengembangan keterampilan
dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Misalnya observasi di lingkungan sekitar,
penyelidikan, eksperimen, pemecahan masalah, simulasi, wawancara dengan nara
sumber, pengembangan teknologi, penggunaan peta dan foto, pemanfaatan kliping.
3) Disesuaikan dengan ragam sumber belajar dan sarana belajar yang tersedia:
4) Bervariasi dengan mengombinasikan atara kegiatan belajar perseorangan, pasangan,
kelompok, dan klasikal;
5) Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta didik seperti bakat,
kemampuan, minat, latar belakang keluarga, sosial-ekonomi dan budaya serta masalah
khusus yang dihadapi peserta didik yang bersangkutan.
b. Materi
Agar penjabaran dan penyesuaian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka
perlu diperhatikan kriteria untuk menseleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut
antara lain:
1) Sahih (valid)
Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji
kebenaran dan kesahihannya. Pengertian ini juga berkaitan dengan keaktualan materi,
sehingga materi yang diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan
memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2) Tingkat kepentingan (signifikansi)
Dalam memilih materi perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut: sejauh mana
materi tersebut penting dipelajari? Penting untuk siapa? Di mana dan mengapa
penting? Dengan demikian, materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang
yang benar-benar diperlukan oleh peserta didik.
3) Kebermanfaatan (utility)
Manfaat harus dilihat dari semua sisi, baik secara akademis maupun non
akademis. Bermanfaat secara akademis artinya pendidik harus yakin bahwa materi
yang diajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuand an keterampilan yang
yang akan dikembangkan lebih lanjut pda jenjang pendidikan berikutnya. Bermanfaat
secara non-akademis maksudnya adalah bahwa materi yang dapt diajarkan dapat
mengembangkan kecapakan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Layak dipelajari (learnability)
Materinya memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya
(tidak terlalu mudah, atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakannya terhadap
pemanfaatan bahan ajar dan kodisi setempat.
5) Menarik Minat (interesti)
Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik
untuk mempelajari lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada peserta didik
harus mampu menumbuh kembangkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan
dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
36
6. Alokasi Waktu
Untuk merencanakan pembelajaran, lamanya waktu yang diperlukan untuk menguasai
Kompetensi Dasar yang ingin dicapai perlu ditentukan alokasi waktunya. Penentuan besarnya
alokasi waktu ini terggantung kepada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran
dengan mempertimbangkan jumlah, keluasan dan kedalaman Kompetensi Dasar, serta tingkat
kepentingannya dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Alokasi waktu yang dicamtukan
dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk menguasai
satu Kompetensi Dasar.
7. Sumber/Bahan/Alat.
a. Sumber
Sumber belajar yang strategis bagi pendidik adalah buku, brosur, majalah, sruat kabar,
poster, lembar informasi lepas, naskah brosur, peta, foto dan lingkungan sekitar.
Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Lingkungan alam seperti bentang alam yang berupa gunung, danau, pantai, laut, sungai
dan lain-lain.
2) Lingkungan sosial misalnya keluarga, rukun tetangga, desa, kota, pasar, dan
sebagainya. Lingkungan budaya dapat berupa candi, adat istiadat dan sebagainya.
Pembelajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin sumber belajar untuk
memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Penentuan materi pelajaran dan
sumber belajar harus dipilih, di saring dan diselaraskan dengan Kompetensi Dasar
yang ingin dicapai.
b. Bahan
Bahan yang dimaksud di sini adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum
atau proses pembelajaran lainnya. Bahan-bahan yang digunakan tentunya harus sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran.
c. Alat/Media
Alat bantu belajar berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran. Oleh
karena itu hendaknya dipilih alat bantu yang memiliki ciri-ciri:
1) Menarik perhatian dan minat peserta didik.
2) Meletakkan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara konkrit yang sekaligus
mencegah atau mengurangi verbalisme.
3) Merangsang tumbuhnya pengertian dan atau usaha pengembangan nilai- nilai.
4) Berguna dan berfungsi ganda.
5) Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri oleh pendiik atau
diambil dari lingkungan sekitar.
Salah satu prinsip belajar menyatakan bahwa makin banyak alat bantu pembelajaran
dimanfaatkan secara tepat dalam pembelajaran, makin besar daya serap peserta didik
terhadap materi yang dipelajarinya. Dengan demikian, dalam pembelajaran seorang
pendidik harus menggunakan berbagai alat bantu pembelajaran dan memanfaatkannya
secara tepat. Memanfaatkan alat bantu pembelajaran secara tepat artinya dapat memilih
alat yang cocok dengan materi yang dibahas dan mendemostrasikan alat tersebut pada saat
yang tepat, sehingga dapat berfungsi memperjelas informasi atau konsep yang sedang
dibicarakan.

37
8. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Pemilihan bentuk penilaian dalam silabus, seperti: penilian tertulis (paper and pencil),
produk (product), unjuk kerja (Performance), Projek (project), dan portopolio (portpolio) harus
memperhatikan kemampuan-kemampuan yang dapat mendorong kemampuan penalaran dan
kreativitas peserta didik serta sesuai dengan ciri khas dari mata pelajaran yang bersangkutan.
Penulisan bentuk penilaian harus disertai dengan aspek-aspek yang akan dinilai sehingga
memudahkan dalam pembuatan soal-soalnya. Beberapa kriteria atau hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penilaian antara lain:
a. Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan
sikap;
b. Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar sedang berlangsung,
misalnya: mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja
peserta didik serta memberikan tes;
c. Pemilihan cara dan bentuk penilaian berdasarkan atas tuntutan kompetensi dasar mengacu
kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian umpan balik, pemberian informasi
kepada peserta didik tetang tingkat keberhasilan belajamya, memberikan laporan kepada
orang tua;
d. Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan peluang kepada peserta didik
untuk menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu melakukannya;
e. Tidak bersifat diskriminatif artinya tidak memilih-milih mana peserta didik yang berhasil
dan mana yang gagal dalam menerima pembelajaran.

C. Langkah-langkah Penggunaan Penilaian pada Pembelajaran PKn SD/MI


Dalam penyusunan silabus PKn Tidak ada format baku dalam membuatnya. Seorang pendidik
bebas menentukan format seperti apa yang ia sukai. Silabus yang baik adalah silabus yang mudah
dibaca dan dipahami, tidak hanya buat si pembuatnya tetapi juga orang lain. Karena itu, silabus yang
sederhana tetapi mudah dipaharni lebih baik dari pada rumit tetapi hanya dipahami oleh pembuatnya
sendiri.
Walau membuat silabus tidak ada format baku, ada beberapa prinsip yang yang harus
diperhatikan yaitu:
1 Harus memperhatikan aspek keterbacaan. Artinya, silabus tersebut dapat dibaca oleh diri
sendiri dan orang lain, bukan hanya dibaca tetapi juga dipahami
2 Adanya keterkaitan antar berbagai komponen silabus. Artinya antara Standar Kompetensi
hingga penilaian memiliki ikatan yang padu;
3 Bersifat praktis bagi penggunannya.

38
RPP PEMBELAJARAN PKn SD/MI

A. Fungsi RPP
Sebagai seorang pendidik yang profesional guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar
pengajarannya berhasil. Salah satu factor yang bisa membawa keberhasilan itu, ialah guru
senantiasa menyusun RPP sebelumnya. Sedikitnya terdapat 2 fungsi RPP dalam kurikulum
2013.Kedua fungsi tersebut adalah Fungsi Perencanaan dan Fungsi Pelaksanaan.
1. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan RPP adalah bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya
dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang
matang. Oleh karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran guru wajib memiliki persiapan,
baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis. Komponen-komponen yang harus dipahami guru
dalam pengembangan kurikulum 2013 antara lain: kompetensi dasar, materi standar, hasil
belajar, indikator hasil belajar, penilaian, dan prosedur pembelajaran. (Mukhtar. 2013: 65)
2. Fungsi Pelaksanaan
Dalam pengembangan kurikulum 2013, rencana pelaksanaan pembelajaran harus disusun
secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan
penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual.
Dengan demikian, rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi untuk mengefektifkan proses
pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan.
Adapun menurut Wina Sanjaya mengemukakan bahwa fungsi RPP:
1. Fungsi Kreatif
Pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matangakan memberikan umpan
balik sehingga dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Guru dapat
meningkatkan serta memperbaiki program melalui umpan balik tersebut. Secara kreatif guru
akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan serta menemukan hal baru.
2. Fungsi Inovatif
Suatu inovasi akan muncul jika guru memahami adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Kesenjangan tersebut dapat ditangkap manakala guru memahami akan proses yang
dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan
dan terprogram secara utuh. Dalam kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi.
3. Fungsi Selektif
Melalui proses perencanaan guru dapat menyeleksi strategi mana yang lebih efektif dan
efisien untuk dikembangkan. Selain itu berkaitan dengan materi pelajaran guru dapat
menentukan materi mana yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4. Fungsi Komunikatif
Dokumen perencanaan harus dapat mengomunikasikan kepada setiap orang baik tentang
tujuan maupun hasil yang ingin dicapai, strategi atau rangkaian kegiatan yang bisa dilakukan.
5. Fungsi Prediktif
Perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan serta hasil yang akan diperoleh.
6. Fungsi Akurasi
Melalui perncanaan guru dapat menakar setiap waktu yang diperlukan untuk
menyampaikan bahan pelajaran tertentu serta guru dapat menghitung jam pelajaran efektif.
7. Fungsi Pencapaian Tujuan
Mengajar bukanlah hanya sekedar menyampaikan materi, melainkan membentuk manusia
secara utuh. Dengan begitu pembelajaran memiliki dua sisi yang sama penting yaitu sisi hasil
belajar serta sisi proses belajar. Melalui perencanaan kedua sisi tersebut dapat dilakukan secara
seimbang.
39
8. Fungsi Kontrol
Melalui perencanaan guru dapat mengontrol materi mana yang sudah di pahami dan belum
dipahami atau mengontrol keberhasilan siswa sehingga guru dapat mengembangkan
pembelajaran selanjutnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi RPP sebagai acuan bagi pendidik untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan
efisien.

B. Komponen-Komponen RPP
Menurut Prastowo (2017:70) dan Hanafi (2009:166-167) mengemukakan komponen-
komponen dalam rencana pelaksanaan pembelajaran adalah, sebagai berikut:
1. Identitas Mata Pelajaran/ Identitas RPP
Komponen pertama ini merupakan data yang menyajikan informasi tentang nama sekolah/
madrasah, tema/ subtema, materi pokok, serta alokasi waktu.
2. Standar Kompetensi/ Kompetensi Inti
SK/ KI merupakan kualifikasi atau kemampuan minimal peserta didik dalam menguasai
aspek afeltik, kognitif, dan psikomotorik yang diharapkan dapat dicapai pada setiap kelas dan
atau semester pada suatu mata pelajaran. KI berfungsi sebagai unsur pengorganisasian
(organising element) Kompetensi Dasar. KI dirancang dalam empat kelompok yang saling
berkaitan, yaitu: KI-1 adalah KI Sikap Spiritual; KI-2 adalah KI Sikap Sosial; KI-3 adalah KI
Pengetahuan/ Kognitif; KI-4 adalah KI Keterampilan/ Psikomotorik. KI-1 dan KI-2 dipelajari
secara tidak langsung, yaitu ketika waktu belajar peserta didik tentang KI-3 dan KI-4.
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang
diturunkan dalam dari KI. Kd adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,
pengetahuan, serta keterampilan yang bersumber pada KI yang harus dikuasai peserta didik.
Dalam K-13, KD-1 dan KD-2 turunan dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam
indikator, karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator
yang dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran
langsung.
4. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi adalah penjabaran dari kompetensi dasar yaitu berupa
perilaku yang dapat diukur atau di observasi untuk melihat ketercapaian dari kompetensi dasar
yang menjadi acuan penilaian suatu mata pelajaran.
5. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi Pembelajaran
Memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir
uraian sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi Waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar.
8. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan guru hendaknya dapat menciptakan suasana belajar
dan proses pembelajaran yang kondusif agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan
dengan situasi dan kondisi peserta didik, karakteristik dari setiap indikator, dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
40
9. Kegiatan Pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi perincian dari kegiatan eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi, yaitu; mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengomunikasikan.
c. Penutup
Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan
balik, dan tindak lanjut.
10. Penilaian Hasil Belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator
pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian.
11. Sumber Belajar
Penentuan sumber belajar didasarkna pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

C. Menyusun RPP PKn SD/MI


Untuk dapat menyusun RPP yang baik dan benar, selain memperhatikan prinsip pengembangan
dan penyusunan tersebut, para gurujuga harus mengikuti langkah-langkah dalam menyusun RPP,
khususnya pada Kurikulum 2013. Menurut Permendikbud No. 81 tahun 2013 ada beberapa langkah
yang harus diikuti dalam penyusunan RPP, antara lain sebagai berikut:
1. Pendidik mencantumkan identitas, yang terdiri atas: nama sekolah, mata pelajaran / tema, atau
subtema, kelas, semester, alokasi waktu yang ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai.
2. Menentukan Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pencapaian kompetensi yang dikutip dari
silabus.
3. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan KD dengan menggunakan kata – kata
operasional.
4. Mencantumkan materi ajar yang ditulis dalam bentuk uraian sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.
5. Memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta
karakteristik dari setiap kompetensi yang hendak dicapai yang tergambar jelas pada indikator
pencapaian kompetensi.
6. Menentukan langkah pembelajaran yang memuat: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup.
7. Mencantumkan sumber dan media belajar yang digunakan
8. Pemilihan sumber belajar mengacu pada rumusan yang ada pada silabus yang dikembangkan.
Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media cetak dan elektronik,
narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional dan bisa
langsung dikatakan bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya sumber belajar dalam silabus
dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan bahan ajar yang sebenarnya.
Menentukan penilaian yang meliputi penilaian proses dan hasil belajar. Yang terdiri dari tehnik,
bentuk, instrument penilaian (tes dan non tes), kunci jawaban dan pedoman penskoran serta tugas.
41
KETERAMPILAN-KETERAMPILAN PEMBELAJARAN SD/MI

A. Keterampilan Pembelajaran PKN SD/MI


Dalam pembelajaran tentu memerlukan keterampilan mengajar agar dalam pelaksanaanya
berjalan maksimal. Diantara beberapa keterampilan-ketarmpilan pembelajaran pkn ialah:
1. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Dalam Pembelajaran PKn MI
Keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan dalam menciptakan kesiapan
mental bagi siswa-siswi untuk mulai menerima pelajaran. Keterampilan ini berupaya untuk
menyiapkan mahasiswa-mahasiswi untuk memasuki kegiatan inti. Keterampilan membuka
memiliki tujuan (1) menyiapkan mental siswa-siswi, (2) membangkitkan motivasi, (3)
memberikan gambaran tentang tugas dan kegiatan (4) mengaitkan pengalamanan mahasiswa-
mahasiswi dengan materi.
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam membuka pelajaran yaitu:
a. Menarik perhatian, hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan media, melakukan variasi
metode.
b. Menimbulkan motivasi, kegiatan membangkitkan motivasi dapat dilakukan dengan
menunjukkan sikap hangat dan antusias, menimbilkan rasa ingin tahu siswa-siswi,
mengemukaan ide yang bertentangan atau memperhatikan minat anak.
c. Memberi acuan, kegiatan memberi acuan dapat berupa mengemukakan tujuan dan batas-
batas tugas, menyarankan langah-langkah yang dilakukan, mengingatkan masalah pokok
yang akan dibahas atau mengajukan pertanyaan.
d. Membuat kaitan, kegiatan ini ialah mengaitkan materi pembelajaran dengan yang terjadi
dilingkungan.
Selanjutnya, keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan untuk mengakhiri
pelajaran. Keterampilan ini juga bisa berarti kegiatan untuk memantapkan atau menindaklanjuti
materi yang telah dibahas. Untuk kegiatan tindak lanjut ini, guru dapat meminta peserta didik
untuk merangkum atau mengemukakan kesimpulannya.
Pembelajaran dapat ditutup dengan menilai penguasaan peserta didik terhadap materi. Cara
menilainya dapat dilakukan dengan Tanya jawab secara lisan, meminta anak
mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru atau menyatakan pendapat,
memberikan soal tertulis. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa komponen keterampilan
menutup pelajaran adalah meninjau kembali, mengevaluasi penguasaan, memberikan tindak
lanjut.
Dalam prosesnya, keterampilan membuka dan menutup memiliki prinsip-prinsip
penerapan yaitu: bermakna, berurutan dan berkesinambungan. Bermakna memiliki arti bahwa
kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik peserta didik. Sedangkan prinsip
berurutan dan berkesinambungan berarti bahwa dosen harus memberikan kegiatan yang tidak
lepas dari materi dan seluruh materi terkait dengan tujuan pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta didik.
2. Keterampilan bertanya pada pembelajaran PKn MI
Keterampilan bertanya memiliki peran sangat penting dalam pembelajaran. Cara guru
mengajukan pertanyaan mempunyai pengaruh terhadap pencapaian hasil belajar dan cara
42
berfikir peserta didik. Keterampilan bertanya memiliki tujuan untuk membangkitkan minat dan
rasa ingin tahu, memusatkan perhatian, meningkatkan interaksi, mendiagnosis, mendorong
anak untuk berpendapat dan mengukur hasil belajar.
Keterampilan bertanya diawali dari pertanyaan sehari-hari yang pasti dihadapi oleh semua
orang. Misalnya mengapa tiap negara harus memiliki warga negara? apa kewajiban warga
negara terhadap negaranya?. Pertanyaan tersebut dapat dikembangkan sejauh kebutuhan materi
pembelajaran. Setiap pertanyaan dilontarkan, hendaknya bertujuan untuk meningkatkan
interaksi/mengaktifkan siswa, memberikan motivasi siswa, memeriksa pemahaman siswa
tentang materi yang telah diterangkan. Dalam hal ini kualitas pertanyaan yang disampaikan
guru akan menentukan kualitas jawaban yang diberikan siswa.
3. Keterampilan Menjelaskan pada Pembelajaran PKn MI
Keterampilan menjelaskan adalah keterampilan dalam cara menyajikan informasi yang
telah disusun secara terorganisasi dan sistematis, sehingga mudah untuk dipahami dan
dimengerti. Tujuan dari keterampilan menjelaskan adalah untuk membantu memudahkan siswa
dalam memahami konsep, bernalar, dan terlibat dalam berpikir, dan untuk mendapat balikan
dari siswa mengenai tingkat pemahamannya. Komponen keterampilan menjelaskan ada dua,
yaitu:
a. Merencanakan, yang berkaitan dengan penyusunan isi pesan yang akan disampaikan dan
kesesuaian pesan dengan karakteristik siswa yang akan menerima
b. Menyajikan yang berkaitan dengan cara dan metode dalam menyampaikan penjelasan yang
meliputi:
 kejelasan dalam berbahasa, kelancaran dan ucapan,
 penggunaan contoh dan ilustrasi,
 pemberian tekanan pada pesan-pesan penting melalui suara dan ikhtisar,
 balikan dengan memberi kesempatan mengajukan pertanyaan dan mimik siswa.
Prinsip penggunaan keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran dapat diberikan di
awal, di tengah atau di akhir pelajaran. Penggunaan keterampilan ini juga harus relevan dengan
tujuan, materi yang bermakna, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang peserta didik.
4. Keterampilan Mengelola Kelas dalam Pembelajaran PKn MI
Pengertian mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan kondisi kelas agar
berlangsung secara optimal. Mengelola kelas memiliki beberapa prinsip, di antaranya adalah
(1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada
hal-hal positif, dan (6) penanaman disiplin diri. Semangat, suasana yang dinamis dan
kemandirian harus ditanamkan dan selalu diupayakan dalam kelas. Keterampilan mengelola
kelas memiliki komponen sebagai berikut:
a. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal yang meliputi:
 Menunjukkan sikap tanggap dengan cara memandang secara seksama, mendekati,
memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas.
 Membagi perhatian secara visual dan verbal.
 Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam
pembelajaran.
 Memberi petunjuk yang jelas.
 Memberi teguran secara bijaksana.
 Memberi penguatan ketika diperlukan.
43
b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal yang
meliputi:
 Memodifikasi perilaku
 Pengelolaan kelompok dengan cara (1) peningkatan kerja sama dan keterlibatan, (2)
menanggapi konflik dan memperkecil masalah yang timbul.
 Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.
5. Keterampilan Mengadakan Variasi pada Pembelajaran PKn MI
Keterampilan mengadakan variasi adalah keterampilan dalam membuat perubahan-
perubahan cara (inovasi) dalam kegiatan proses pembelajaran. Contoh dengan pendekatan
model pembelajaran bermain peran, simulasi, akan membawa anak ke variasi yang tidak
menjemukan. Keterampilan mengadakan variasi memiliki tujuan untuk mengurangi kebosanan
dan meningkatkan motivasi yang mengarah pada peningkatan kualitas proses dan hasil belajar,
serta meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan. Keterampilan
variasi terdiri dari:
a. Variasi gaya mengajar, dapat meliputi variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan,
kontak pandang. gerakan badan dan mimik, pergantian posisi.
b. Variasi media, variasi media dan bahan pengajaran meliputi media visual, media audio dan
media taktil.
c. Variasi pola interaksi, berupa klasikal, kelompok dan perorangan.
d. Variasi pola kegiatan, berupa: diskusi, latihan, demonstrasi, observasi dan mendengarkan
penjelasan.
Prinsip-prinsip penerapan variasi meliputi: wajar dan beragam; relevan dengan tujuan;
lancar dan berkesinambungan; terencana, luwes dan sesuai dengan balikan peserta didik.
6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil dalam Pembelajaran PKn MI
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah atau
didalam kelas bisa disebut sebagai kelompok kecil. Keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil ini memiliki komponen sebagai berikut:
 memusatkan perhatian pada permasalahan,
 memperjelas masalah,
 menganalisis pandangan mahasiswa-mahasiswi,
 menyebarkan kesempatan berpartisipasi,
 menutup diskusi yang biasanya disertai kesimpulan atau penegasan dari guru.
7. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan dalam Pembelajaran PKn MI
Kelompok kecil perorangan adalah keterampilan yang mengadakan (1) pendekatan secara
pribadi, (2) mengorganisasikan siswa (3) membimbing dan memudahkan belajar, (4)
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Oleh karenanya, pengajaran
kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan
guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih
akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.

44
8. Keterampilan Memberi Penguatan pada pembelajaran PKn MI
Dalam pembelajaran, penguatan sangat diperlukan. Penguatan sangat berguna untuk
menumbuhkan motivasi pada peserta didik agar kinerjanya supaya lebih baik lagi. Sebaliknya
bagi siswa yang kinerjanya belum baikpun perlu dimotivasi dengan penguatan agar tidak patah
semangat. Tujuan memberi penguatan adalah: meningkatkan perhatian peserta didik;
membangkitkan dan memelihara motivasi peserta didik; memudahkan peserta didik belajar;
serta mengontrol dan memodifikasi peserta didik. Jenis penguatan ada 2 (dua) macam:
a. Penguatan verbal, yaitu penguatan yang disampaikan dengan kata-kata atau kalimat yang
berupa komentar pujian, dukungan, pengakuan atau dorongan,
b. Penguatan nonverbal yaitu penguatan yang disampaikan dengan gerakan, mendekati,
mimik dan sentuhan, kegiatan atau simbol.
Ada beberapa syarat dalam memberi penguatan agar berhasil dalam menumbuhkan
motivasi siswa, yaitu (1) suasana yang hangat dan antusias, (2) bermakna, (3) respon positif,
(4) jelas sasaran, dan (5) bervariasi. Untuk aplikasi keterampilan penguatan, hal ini dapat
dilakukan kepada seseorang (mahasiswa atau mahasiswi), kelompok, penguatan dilakukan
dengan segera, adanya variasi dalam penguatan, pemberian penguatan tak penuh.

B. Teknik Penyampaian Pembelajaran PKN di SD/MI


Proses mengajar sangat membutuhkan berbagai teknik mengajar dalam mendukung proses
pembelajaran. Teknik pembelajaran ialah suatu pengetahuan tentang cara-cara yang dilakukan
dalam oleh guru dalam menyajikan bahan pembelajaran. Berikut sejumlah teknik yang umum
diterapkan dosen maupun guru dalam mengajar:
1. Teknik Ceramah
Teknik penyampaian materi yang pertama adalah teknik ceramah, yaitu penyampaian
materi yang dilakukan secara lisan dan secara langsung di hadapan mahasiswa. Teknik ini
sering disebut teknik perkuliahan konvensional, sebab sudah ada sejak lama dna diterapkan
sejak zaman dulu sampai sekarang. Sayangnya teknik ini berfokus pada dosen dan kerap hanya
menyampaikan ulang materi dari buku, jurnal, dan referensi lain. Mahasiswa akan mudah
bosan, sehingga teknik ini sangat dianjurkan untuk dibatasi. Kecuali jika memang diperlukan.
Namun, jika merasa suatu materi lebih ideal diterapkan dengan ceramah maka bisa dijadikan
prioritas untuk digunakan.
2. Teknik Diskusi
Teknik kedua dalam mengajar adalah teknik diskusi, yaitu penyampaian materi perkuliahan
dengan cara dilakukan aktivitas pertukaran pikiran, gagasan dan pendapat antara dua orang atau
lebih. Teknik diskusi juga bisa dilakukan dengan membentuk kelompok, dimana satu kelompok
terdiri dari beberapa mahasiswa. Sehingga kelompok tersebut menyampaikan materi dan
disusul dengan pertanyaan dari kelompok lainnya.
3. Teknik Eksperimen
Teknik eksperimen adalah teknik penyampaian materi dengan mendukung mahasiswa
untuk melakukan kegiatan riset secara ilmiah. Sehingga ada kegiatan penelitian yang dilakukan
mahasiswa, biasanya dibentuk kelompok. Riset ini akan menghasilkan suatu teori atau bahkan
produk jika berbasis proyek. Penerapannya bisa untuk mata kuliah apapun, sebab kegiatan riset
45
bisa dilakukan di semua bidang keilmuan. Lewat teknik ini, dosen bisa mendukung
pengembangan keterampilan riset mahasiswanya.
4. Teknik Demonstrasi
Menurut Syah (2000), teknik pembelajaran demonstrasi adalah metode mengajar dengan
cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan. Beberapa jenis materi
perkuliahan sangat mungkin diterapkan dengan teknik ini. Terutama yang memang tersedia
tools untuk menunjukan bukti nyata dari materi yang sudah diterapkan di lapangan atau tersedia
alat peraga yang mendukung
5. Teknik Karya Wisata
Teknik mengajar berikutnya adalah teknik karya wisata, yaitu teknik penyampaian materi
di luar kelas atau bahkan di luar lingkungan kampus. Sehingga dilakukan kunjungan ke suatu
tempat yang relevan dengan materi perkuliahan. Misalnya, pada saat dosen menjelaskan
mengenai perangkat keras komputer. Maka bisa melakukan kunjungan ke pabrik perakitan
komputer maupun tempat usaha yang melayani service komputer. Sehingga bisa melihat
hardware komputer secara langsung.
6. Teknik Resitasi
Teknik penyampaian materi perkuliahan yang terakhir adalah teknik resitasi, yaitu proses
penyampaian materi dengan metode ceramah dan ditutup dengan mewajibkan mahasiswa
menyusun ringkasan. Selain ceramah, teknik penyampaian materi secara diskusi juga bisa
ditutup dengan teknik resitasi. Sehingga teknik ini cocok dikombinasikan dengan teknik
mengajar lain. Sebab proses membuat ringkasan bisa diterapkan di teknik manapun sekaligus
menunjang pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan.
Dalam menentukan teknik mengajar, setiap dosen mendapat kebebasan. Baik memilih salah
satu, mengkombinasikan beberapa teknik, sampai melakukan variasi sehingga diterapkan
bergantian. Biasanya disesuaikan dengan karakter materi dan mahasiswa.

C. Aplikasi Keterampilan Pembelajaran dalam Pemblajaran PKN di SD/MI


Aplikasi keterampilan atau bisa dikatakan sebagai implementasi dalam pembelajaran, ialah
perlu diperhatikan aspek-aspek yang dapat mendukung berjalannya keterampilan yang akan
dilakukan. Diantara beberapa aspek tersebut ialah (Kuswanto,2020):
1. Menarik perhatian siswa
Guru dalam melaksanakan kegiatan di awal pembelajaran menemui kondisi kelas yang
beragam. Sebagian besar siswa belum fokus pada guru dan kegiatan pembelajaran. Untuk
menghadapi kondisi yang demikian, guru melakukan beberapa langkah untuk menarik
perhatian siswa untuk fokus kepada guru. Banyak strategi yang dilakukan untuk dapat menarik
perhatian siswa pada saat awal masuk kelas. Mulai dari sapaan ringan, tepuk angka, aba-aba
atau bahkan hanya dengan diam dan berdiri di depan kelas untuk beberapa saat sampai perhatian
seluruh siswa terfokus kepada guru.
Kegiatan di awal pembelajaran akan mudah dilaksanakan jika perhatian siswa terfokus
pada guru. Kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan guru seperti mengucap salam, mengabsen
kehadiran siswa, menanyakan kabar dan memberikan penanaman nilai-nilai karakter kepada
46
siswa. Semua kegiatan lanjutan yang dilakukan guru akan dengan mudah dilaksanakan dan
diterima oleh siswa, karena kondisi siswa sudah terfokus perhatiaanya kepada guru dan
kegiatan pembelajaran.
2. Menumbuhkan motivasi siswa
Guru melakukan kegiatan dalam rangka untuk menumbuhkan motivasi siswa, baik secara
langsung melalui pesan-pesan yang disampaikan ataupun kegiatan-kegiatan yang secara tidak
langsung. Pada kegiatan awal pembelajaran, guru melakukan serangkaian kegiatan yang
disebut sebagai kegiatan Alpha Zone. Kegiatan Alpha Zone bertujuan untuk membawa siswa
ke dalam zona alpha atau zona nyaman.
Adapun berbagai aktivitas yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan alpha zone meliputi
game bermain peran, tepuk-tepuk semangat, tepuk angka, senam otak, bermain tebak-tebakan
sampai menghadirkan tokoh sederhana ke dalam kelas. Kegiatan alpha zone dapat dilakukan
secara variatif, sehingga siswa tidak bosan dengan kegiatan alpha zone. Waktu yang diperlukan
untuk kegiatan alpha zone sekitar 5-7 menit di awal pembelajaran. Setelah mengikuti kegiatan
alpha zone siswa akan berada dalam kondisi yang kendho, rileks dan siap untuk menerima
respon atas apa yang disampaikan guru. Pada kondisi yang nyaman ini, maka akan muncul
motivasi dan semangat dari dalam diri siswa tanpa guru harus menyampaikan motivasi
langsung secara lisan kepada siswa. Motivasi ini akan muncul jika pendidik mampu untuk
menciptakan suasana belajar yang hangat, menyenangkan dan antusias dengan memperhatikan
minat peserta didik.
3. Memberikan kaitan materi Pada kegiatan membuka pelajaran
Penting bagi seorang guru untuk dapat membuat kaitan materi atau melakukan apersepsi
terhadap materi pembelajaran sebelum masuk kepada kegiatan inti pembelajaran atau materi
inti. Dalam membuat kaitan materi melalui kegiatan yang biasa disebut scene setting. Scene
setting merupakan kegiatan yang secara tidak sadar membawa anak mengarah kepada materi
yang akan dipelajari hari itu. Kegiatan scene setting dilakukan guru melalui penyajian sebuah
cerita yang berasal dari pengalaman sehari-hari.
Dengan menyimak cerita, siswa secara tidak sadar telah diarahkan untuk memahami suatu
konsep materi yang akan disajikan guru pada kegiatan inti pembelajaran. Scene setting secara
tidak langsung telah mampu menanamkan pemahaman konsep materi secara sederhana kepada
siswa.
4. Mengembangkan konsep materi pembelajaran dari abstrak menjadi kongkret
Dalam mengembangkan konsep materi lebih menekankan pada pembelajaran memberikan
pengalaman nyata atau langsung (direct experiences) melalui kegiatan pembelajaran di luar
kelas. Sebagai contoh, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbelanja di
minimarket dekat sekolah, setelah itu siswa diminta melaporkan kegiatan apa saja yang telah
dilakukan saat berbelanja di minimarket. Dengan pengalamannya, siswa akan membangun
konsep pengetahuan tentang jual beli, hak dan kewajiban pembeli serta hak dan kewajiban
sebagai penjual.
5. Mengembangkan konsep materi pembelajaran melalui variasi media pembelajaran
Guru pada kegiatan inti pembelajaran selalu memanfaatkan media yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan agar pembelajaran dapat menarik perhatian siswa dan mudah
dipahami
47
6. Melakukan refleksi pembelajaran
Pada akhir pembelajaran, guru melaksanakan kegiatan refleksi pembelajaran. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui respon siswa setelah mengikuti pembelajaran. Guru perlu
mengetahui bagaimana perasaan siswa setelah kegiatan pembelajaran, hal-hal apa yang disukai
dan tidak disukai siswa saat pembelajaran. Kegiatan refleksi dapat digunakan untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan metode, strategi dan media pembelajaran yang diterapkan guru. Hasil
dari kegiatan refleksi pembelajaran ini dapat digunakan guru untuk bahan evaluasi
pembelajaran selanjutnya.
Kegiatan refleksi pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai metode dengan
melibatkan siswa. Guru dapat melakukan refleksi pembelajaran. dengan melakukan tanya
jawab langsung dengan siswa tentang kesan-kesan setelah siswa mengikuti pembelajaran.
Selain itu kegiatan refleksi dapat dilakukan secara tertulis dan tertutup, yaitu setiap siswa
menuliskan ungkapan perasaan selama mengikuti kegiatan pembelajaran, kendala-kendala
yang ditemui dan harapan untuk pembelajaran selanjutnya. Metode refleksi tertulis dan tertutup
memberikan keleluasaan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya
setelah mengikuti pembelajaran dalam selembar kertas
7. Merangkum materi pembelajaran
Guru Memastikan tujuan pembelajaran dapat dicapai dan siswa menguasai materi
pembelajaran yang telah disampaikan pada kegiatan inti. Untuk memastikan hal tersebut, guru
dapat merangkum materi pembelajaran secara garis besar. Kegiatan ini sekaligus bertujuan
untuk memberikan penguatan akhir terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan
kepada siswa. Kegiatan merangkum materi pembelajaran dapat dilakukan melalui pertanyaan
pancingan yang sifatnya mengulas kembali materi pembelajaran. Selain itu guru meminta siswa
untuk menuliskan pokok-pokok materi yang telah dipelajari pada kegiatan inti, atau secara
bersama-sama siswa menyebutkan pokok-pokok materi pembelajaran yang telah dipelajari.
8. Melakukan evaluasi dan rencana tindak lanjut
Guru mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai dan memahami materi pembelajaran
yang telah disampaikan oleh guru. Untuk itu guru melakukan kegiatan evaluasi dan penugasan
sebagai rencana tindak lanjut. Kegiatan evaluasi dan rencana tindak lanjut dilakukan guru
dengan memberikan beberapa pertanyaan secara tertulis kepada siswa. Siswa menuliskan
jawaban pada lembar jawab yang sudah disediakan guru. Selain tertulis, guru juga dapat
melakukan evaluasi secara lisan dengan memberikan beberapa pertanyaan secara acak kepada
siswa.
Pada saat kegiatan evaluasi terkendala dengan terbatasnya waktu, maka guru dapat
memberikan penugasan kepada siswa sebagai rencana tindak lanjut untuk pertemuan
selanjutnya. Kegiatan evaluasi dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam
pembelajaran dengan pemberian nilai atau skor diakhir kegiatan evaluasi. Selain itu kegiatan
evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
siswa, sehingga guru dapat melakukan rencana kegiatan tindak lanjut dengan melakukan remidi
maupun pengayaan materi yang belum dikuasai siswa untuk mengetahui sejauh mana kesulitan-
kesulitan yang dialami oleh siswa.

48

Anda mungkin juga menyukai