Anda di halaman 1dari 13

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS


TEGALGEDE

NOMOR : 025/SK/PKM-TGD/I/2022

TENTANG PEDOMAN REKONSILIASI OBAT

PEDOMAN
REKONSILIASI OBAT

Kata Pengantar

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan


meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas. Peningkatan
kinerja pelayanan kesehatan dasar yang ada di Puskesmas dilakukan sejalan
dengan perkembangan kebijakan yang ada pada berbagai sektor. Adanya
kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi diikuti pula dengan menguatnya
kewenangan daerah dalam membuat berbagai kebijakan. Selama ini penerapan
dan pelaksanaan upaya kesehatan dalam kebijakan dasar Puskesmas yang
sudah ada sangat beragam antara daerah satu dengan daerah lainnya, namun
secara keseluruhan belum menunjukkan hasil yang optimal. Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas ditetapkan antara lain dalam upaya melindungi
keselamatan pasien (patient safety) dari penggunaan obat yang tidak rasional.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dilakukan oleh tenaga farmasi meliputi
kegiatan pengelolaan obat dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi
klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan petugas farmasi kepada
pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko
terjadinya efek samping obat atau medication eror Ketika pasien datang ke
puskesmas, salah satunya adalah kegiatan rekonsiliasi obat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan
untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat
tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan
Obat (medication error) rentan terjadi pada saat pasien datang ke
puskesmas bagian UGD atau pada saat pasien datang ke rawat jalan untuk
pengobatan.
B. Tujuan Pedoman
1. memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien

2. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya


instruksi dokter

3. mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi


dokter

4. Mencegah kesalahan penggunaan obat (omission, duplikasi, salah obat,


salah dosis, interaksi obat) dan Menjamin penggunaan obat yang
efektif,aman,rasional.
B. Sasaran Pedoman
1. Pasien
C. Ruang Lingkup Pedoman
Pelayanan kefarmasian klinik di puskemas yaitu rekonsiliasi obat di
lakukan pada dua tempat yaitu di UGD dan Rawat jalan. Kegiataan ini
harus di dukung oleh sumber daya manusia, sarana , dan prasarana.
D. Batasan Operasional

● Saat pasien datang ke UGD atau pada saat pengobatan rawat jalan.

● Pasien mengalami perpindahan bangsal atau unit layanan lain dalam

suatu instansi puskesmas (contoh:misalkan pasien harus adanya


rujukan Ketika di wawancarai apoteker mengenai penggunaan obat
dan di konsulkan ke dokter di butuhkan nya tindakan lebih lanjut
yaitu keharusannya di rujuk kerumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut).

● Perpindahan dari pusekmas menuju rumah sakit.


BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Pelayanan Kefarmasian klinik di puskesmas mengenai rekonsiliasi obat
diselenggarakan oleh apoteker,ttk (tenaga teknis kefarmasian) dengan
catatan yang di beri kewenangan oleh apoteker untuk melakukan
rekonsiliasi obat, dan dokter yang bertugas di unit gawat darurat. Tenaga
Teknis Kefarmasian dan/atau asisten tenaga kefarmasian yang melakukan
Pelayanan Kefarmasian harus di bawah supervisi Apoteker. Apoteker dan
Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan administrasi
seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian Apoteker harus
memenuhi kriteria:
1. Persyaratan administrasi :
a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi.
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang masih berlaku.
c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku. d. Memiliki Surat
Izin Praktik Apoteker (SIPA) yang masih berlaku.
2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
3. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan
diri, baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan
atau mandiri.
5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang-undangan, sumpah Apoteker, standar profesi (standar
pendidikan, standar pelayanan, standar kompetensi, dan kode etik) yang
berlaku.
B. Distribusi Ketenagaan
Maka hal ini rekonsiliasi obat dilakukan dan yang berwenang hanya
Apoteker penanggung jawab di puskesmas dan dokter yang menjalankan
tugas nya di puskesmas tersebut, dan rekonsiliasi ini di lakukan di dua
tempat yaitu unit gawat darurat (UGD) dan rawat jalan pengobatan
pasien.
C. Jadwal Kegiatan

● Kegiatan rekonsiliasi obat dilakukan pada saat jam kerja


BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Puskesmas dengan fasilitas Kesehatan tingkat pertama untuk pasien
yang berobat dengan memiliki ruangan terdiri dari pendaftaran +
pembayaran,
pemeriksaan kebidanan, Lab, Ruang gigi dan mulut, UGD,ruang
dokter, terakhir Farmasi.

B. Standar Fasilitas
Untuk standar fasilitas Kesehatan tingkat pertama puskesmas
dikategorikan memiliki fasilitas yang minim sehingga pasien-pasien
untuk penyakit kronis dan perlu nya penanganan khusus seperti
penyakit diabetes militus,hipertensi,jantung dll itu jika mereka di
katakana penyakit nya sudah parah maka pihak puskesmas hanya
cukup memberikan rujukan untuk mereka ke poli di rumah sakit
dengan syarat jika bpjs di perlukan nya persyaratan-persyaratan
sesuai ketentuan puskesmas.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
1. Pengumpulan data Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang
dan akan digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi, rute,
Obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat
alergi pasien serta efek samping Obat yang pernah terjadi. Khusus
untuk data alergi dan efek samping Obat, dicatat tanggal kejadian,
Obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan efek samping, efek
yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data riwayat penggunaan Obat
didapatkan dari pasien, keluarga pasien, daftar Obat pasien, Obat yang
ada pada pasien, dan rekam medik/medication chart. Data Obat yang
dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sebelumnya. Semua Obat
yang digunakan oleh pasien baik Resep maupun Obat bebas termasuk
herbal harus dilakukan proses rekonsiliasi.
2. Komparasi, Petugas kesehatan membandingkan data Obat yang pernah,
sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah
bilamana ditemukan ketidakcocokan/perbedaan diantara data-data
tersebut. Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada Obat yang
hilang,berbeda, ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang
didokumentasikan pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat
bersifat disengaja (intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep
maupun tidak disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu
adanya perbedaan pada saat menuliskan Resep.
3. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi. Bila ada ketidak sesuaian , maka dokter harus dihubungi
kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh Apoteker
adalah:
a. menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak
disengaja.
b. mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti.
c. memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi Obat.
4. Komunikasi, melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga
pasien atau perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker
bertanggung jawab terhadap informasi Obat yang diberikan. (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
5. Metode
Bertanya langsung kepada pasien atau keluarga pasien

6. Langkah Kegiatan
a) Melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat.

b) Melakukan konfirmasi akurasi riwayat penggunaan obat dengan cara


memverifikasi beberapa sumber data (rekam medis admisi sebelumnya,
catatan pengambilan obat di apotek, obat yang dibawa pasien)
c) Membandingkan data Obat yang pernah/sedang digunakan pasien
sebelum admisi dengan resep pertama dokter saat admisi. Apakah
terdapat diskrepansi (perbedaan). Jika ditemukan perbedaan, maka
apoteker menghubungi dokter penulis resep
d) Melakukan klarifikasi dengan dokter penulis resep apakah:

a. Obat dilanjutkan dengan rejimen tetap

b. Obat dilanjutkan dengan rejimen berubah

c. Obat dihentikan

e) Mencatat hasil klarifikasi di Formulir Rekonsiliasi Obat Saat Admisi

f) Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau


perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung
jawab terhadap informasi obat yang diberikan. Berikut contoh petunjuk
teknis rekonsiliasi:
a) Rekonsiliasi obat saat admisi ditulis dalam tabel rekonsiliasi obat di
halaman terakhir formulir Rekonsiliasi
b) Rekonsiliasi obat diisi oleh dokter/apoteker yang menerima pasien
c) Penggunaan obat sebelum admisi diisi dengan memilih tidak atau ya
dengan memberikan tanda “√”. Jika pasien menggunakan obat
sebelum admisi maka pengisian dilanjutkan ke kolom rekonsiliasi
obat saat admisi.
d) Kolom rekonsiliasi obat saat admisi meliputi:

(1) Kolom Nama Obat

Kolom nama obat diisi dengan nama dan bentuk sediaan obat
yang digunakan oleh pasien sebelum admisi. Obat yang tidak
diketahui namanya saat admisi tetap harus ditulis sesuai
keterangan pasien/keluarga pasien. Kolom nama obat TIDAK
ditujukan untuk obat-obat di luar sediaan obat yang digunakan
pasien sebelum admisi.
(2) Kolom Dosis

Kolom dosis diisi dengan dosis obat yang akan diberikan diikuti
dengan satuan berat atau unit yang sesuai dengan daftar
singkatan.Misalnya: 500 mg, 250 mg, 10 unit.
(3) Kolom Frekuensi

Kolom frekuensi diisi dengan berapa kali dan jumlah obat yang
diberikan dalam 24 jam (contoh: 2x½, 3x1).
(4) Kolom Cara Pemberian

Kolom cara pemberian diisi dengan PO (per oral), IV (intravena),


IM (Intramuskular) atau Subkutan.
(5) Waktu Pemberian Terakhir

Waktu pemberian terakhir diisi dengan tanggal terakhir obat


diberikan.
(6) Kolom tindak lanjut diisi dengan memilih salah satu yang sesuai
dengan memberikan tanda “√” :
I. Lanjut aturan pakai sama,pilih ini jika aturan pakai saat
dirawat sama dengan saat sebelum admisi.
II. Lanjut aturan pakai berubah, pilih ini jika aturan pakai saat
dirawat berbeda dengan saat sebelum admisi.
III. Stop, pilih ini jika obat dihentikan penggunaan saat dirawat.

(7) Kolom Perubahan Aturan Pakai

Kolom perubahan aturan pakai diisi jika aturan pakai obat


berubah saat admisi
e) Instruksi obat baru meliputi obat substitusi sebelum admisi dan
obat baru yang digunakan saat perawatan dituliskan pada formular
instruksi pengobatan.
Lakukan review rekonsiliasi obat saat admisi ketika pasien akan pulang.
BAB VI

PEDOMAN KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN REKONSILIASI


OBAT
FORM REKONSILIASI OBAT

OBAT YANG DIGUNAKAN / DIBAWA DARI RUMAH


Nama Pasien :
Tanggal Lahir :
No MR :

Tgl Nama Obat Dosis Frekuensi Cara Status Obat Status Obat Nama & TTD
Saat Admisi Saat Pulang
Obat Pemberian Dokter
(Lingkari Salah satu)

L /T/H L/H

L /T/H L/H

L /T/H L/H

L /T/H L/H

L /T/H L/H

L /T/H L/H

L /T/H L/H

L /T/H L/H

L /T/H L/H

L /T/H L/H

L /T/H L/H

L /T/H L/H

Keterangan :

1. L : Lanjut
2. T : Tunda
3. H : Hentikan
Daftar Rekonsiliasi Obat

Tulis identitas Pasien


Nama :
Tanggal Lahir :
No MR :

Riwayat Alergi :
Alergi Obat :
# Khusus Antibiotika, Tandai P/E/D
(keterangan : P = Profilaksis E = Empirik D = Definitif)

No Tgl & Nama Obat Dosis Frekuensi Cara Antibiotik Nama & Dihentikan Ttd
Jam Pemberia P/E/D ttd Farmasi
n Tgl & Nama &
Dokter
Jam ttd Dokter
Penggunaan Obat sebelum Admisi
DPJP :
Nama :
No MR :
Ruangan :
Tidak menggunakan obat sebelum admisi
Ya dengan rincian sebagai berikut

Rekonsiliasi Obat saat Admisi


Daftar Obat di bawah ini meliputi obat resep dan non resep yang digunakan sebulan terakhir dan masih dipakai saat masuk rumah sakit
Instruksi obat baru dituliskan pada rencana keperawatan
Revew kembali saat pasien akan pulang

No Nama Obat Dosis Frekuensi Cara Waktu Tindak Perubahan


pemberian pemberian Lanjut Aturan
terakhir Pakai

Lanjut
aturan pakai
sama
Lanjut
aturan pakai
berubah
Stop

Lanjut
aturan pakai
sama
Lanjut
aturan pakai
berubah
Stop

Lanjut
aturan pakai
sama
Lanjut
aturan pakai
berubah
Stop

Lanjut
aturan pakai
sama
Lanjut
aturan pakai
berubah
Stop

Lanjut
aturan pakai
sama
Lanjut
aturan pakai
berubah
Stop

Lanjut
aturan pakai
sama
Lanjut
aturan pakai
berubah
Stop

Lanjut
aturan pakai
sama
Lanjut
aturan pakai
berubah
Stop

Lanjut
aturan pakai
sama
Lanjut
aturan pakai
berubah
Stop

Lanjut aturan pakai sama


Lanjut aturan pakai berubah
Stop

Diketahui Oleh farmasi


Nama :
Tanggal dan Tanda Tangan :

BAB IX
PENUTUP

Data pada proses rekonsiliasi obat dicatat pada formulir rekonsiliasi obat.
Kesimpulan rekonsiliasi obat yaitu: pengobatan tidak dilanjutkan, pengobatan
dilanjutkan pada saat pasien datang dengan perubahan regimen; dan diskrepansi
pengobatan antara profil pasien sebelum rawat inap dan hasil wawancara pasien.
Proses rekosiliasi obat merupakan tanggung jawab apoteker rumah sakit agar
pengobatan pasien rawat inap dilakukan secara rasional. Namun demikian karena
keterbatasan jumlah apoteker, maka rekonsiliasi obat juga dibantu oleh perawat dan
dokter

Anda mungkin juga menyukai