Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Rizki Aliza Nazarudin

NIM : E1111211006
PRODI : Ilmu Hubungan Internasional
MATA KULIAH : Hukum Laut Internasional
KELAS : B Reguler A
DOSEN PENGAMPU : Adibrata Iriansyah , S.IP, MA

Definisi, Sejarah dan Perkembangan ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif)

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah suatu wilayah yang ditetapkan sejauh 200 mil dari garis
pantai, di mana sebuah negara memiliki hak atas segala sumber daya alam di dalamnya dan
berwenang untuk menetapkan kebijakan hukum serta mengatur aktivitas navigasi di wilayah
tersebut. Pengukuran batas ZEE biasanya dilakukan saat air laut surut, dan ZEE Indonesia mulai
berlaku pada tahun 1980. Aturan ZEE mencakup hak-hak pemerintah Indonesia untuk mengatur
eksploitasi sumber daya alam di dasar laut, permukaan, dan bawah laut, serta melakukan penelitian
terhadap sumber daya laut dan hayati di dalamnya. ZEE diperlukan karena pentingnya laut dalam
mendukung kehidupan manusia, termasuk sebagai sumber daya ikan, energi, mineral, dan berbagai
manfaat ekologis seperti menjaga keseimbangan iklim dan siklus hidrologi.
Konsep ZEE pertama kali diajukan oleh Kenya pada tahun 1971 dalam Asian-African Legal
Constitutive Committee, dan kemudian didukung oleh beberapa negara di Asia dan Afrika serta
Amerika Serikat. Pada tahun 1976, konsep ZEE secara universal diakui oleh anggota UNCLOS
(United Nations Convention on the Law of the Sea), menegaskan pentingnya ZEE dalam konteks
kepemilikan wilayah laut. Sejak itu, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) menjadi fundamental dalam
hukum laut internasional karena mengatur hak dan kewajiban negara-negara pantai terkait
eksploitasi sumber daya laut di wilayah mereka. Dengan adanya ZEE, negara memiliki kontrol
yang lebih besar atas sumber daya alam di perairan yang terletak di dekat pantai mereka,
memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan ekonomi mereka sendiri.
Selain itu, ZEE juga memainkan peran penting dalam pelestarian lingkungan laut karena
memberikan negara-negara pantai wewenang untuk mengatur dan melindungi ekosistem laut di
wilayah mereka. Dengan demikian, ZEE tidak hanya tentang ekonomi, tetapi juga tentang
keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan jangka panjang.
Penerimaan universal terhadap ZEE oleh anggota UNCLOS menandai langkah maju dalam upaya
mengatur dan menjaga sumber daya laut global. Ini menegaskan komitmen internasional untuk
menghormati hak-hak negara-negara pantai sambil juga memperhatikan kepentingan bersama
dalam pelestarian dan pemanfaatan sumber daya laut secara bertanggung jawab. Secara
keseluruhan, Zona Ekonomi Eksklusif telah menjadi landasan penting dalam kerangka hukum laut
internasional, memainkan peran kunci dalam mengatur aktivitas ekonomi, menjaga lingkungan,
dan mempromosikan kerjasama internasional di wilayah laut global.
Pada sekitar tahun 1980, Indonesia mulai menerapkan konsep Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE),
yang membentang dari Sabang hingga Merauke, meliputi sekitar 17.499 pulau dengan total luas
wilayah sekitar 7,81 juta km², di mana 3,25 juta km² adalah lautan. Pengumuman resmi ZEE
Indonesia dibuat pada 21 Maret 1980 oleh Mochtar Kusumaatmadja, yang menjabat sebagai
Menteri Luar Negeri saat itu. Penguatan legalitas ZEE terjadi pada 22 Agustus 1983, ketika
pemerintah mengajukan RUU tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Setelah melalui proses pembahasan dan mendapatkan persetujuan dari
DPR pada 18 Oktober 1983, RUU tersebut disahkan menjadi Undang-Undang No 5 Tahun 1983
tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia oleh Presiden. Selanjutnya, Undang-Undang tersebut
secara resmi mengatur ZEE Indonesia, memberikan landasan hukum yang kuat untuk negara
mengelola dan melindungi sumber daya alam yang berada di wilayah perairan mereka. Dengan
demikian, Indonesia memperoleh wewenang untuk mengontrol eksploitasi sumber daya alam di
dalam ZEE mereka, serta menerapkan kebijakan hukum dan lingkungan yang sesuai dengan
kepentingan nasional dan internasional.
Pengesahan Undang-Undang No 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
menandai komitmen Indonesia untuk memperkuat kedaulatannya di lautannya dan untuk
berpartisipasi aktif dalam kerangka hukum laut internasional. Dengan demikian, langkah ini tidak
hanya merupakan pencapaian hukum yang signifikan bagi Indonesia, tetapi juga penting dalam
konteks hukum laut global. Secara keseluruhan, penerapan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
pada tahun 1980-an melalui Undang-Undang No 5 Tahun 1983 mencerminkan perhatian serius
pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan sumber daya alam lautannya, serta komitmen mereka
untuk memastikan bahwa kepentingan nasional dipertahankan dan dihormati dalam kerangka
hukum laut internasional.

Anda mungkin juga menyukai