Anda di halaman 1dari 158

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


Jl. R.A Kartini Nomor. 01 Pekkabata Polewali. Kode Pos 91311
Telepon. 0428-22192 Faks 0428-22192
https://perangkatdaerah.polmankab.go.id/Dlhk

FORMULIR UKL - UPL


UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

RENCANA PEMBANGUNAN
TEMPAT PEMROSESAN AKHIR
(TPA) SAMPAH

LOKASI :
JALAN RUAS SILA-SILA-SATTOKO
DESA SATTOKO, KECAMATAN MAPILLI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR
PROVINSI SULAWESI BARAT

Tahun 2022
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

KATA PENGANTAR

Peningkatan jumlah penduduk mempengaruhi timbulan sampah yang


dihasilkan yang tentunya membutuhkan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Saat ini
Kabupaten Polewali Mandar telah memiliki Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah Binuang, namun dengan di tutupnya operasional TPA Sampah Binuang
oleh masyarakat tertanggal 01 Januari 2022 oleh masyarakat, maka untuk itu
pemerintah Kabupaten Polewali Mandar berencana untuk mendirikan TPA
sampah baru yang terletak di Desa Sattoko Kecamatan Mapilli Kabupaten Polewali
Mandar Provinsi Sulawesi Barat.

Dasar ketentuan yang melandasi wajib UKL-UPL dalam kegiatan rencana


pembangunan TPA sampah di Desa Sattoko dengan kapisitas ± 100 ton/hari
adalah Lampiran I Huruf A angka 19, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar Usaha dan atau Kegiatan yang
Wajib Memiliki AMDAL, UKL UPL atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.

Acuan penyusunan formulir UKL-UPL rencana pembangunan TPA Sampah


di Desa Sattoko, mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2021 Lampiran III tentang Penyelengaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Akhirnya Pemrakarsa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu, terutama kepada Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
Sulawesi Barat beserta Tim pemeriksa yang melakukan pemeriksaan dan koreksian
dalam rangka penyempurnaan formulir UKL UPL ini.
Polewali Mandar, 25 April 2022

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar i
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

A. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB USAHA dan/atau KEGIATAN A-1

B. DESKRIPSI RENCANA USAHA dan/atau KEGIATAN

B.1 Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan B-1

B.2 Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan B-1

B.3 Skala/besaran rencana Usaha dan/atau Kegiatan B-4

C. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA C-1


PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA STANDAR
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

D. SURAT PERNYATAAN D-1

E. DAFTAR PUSTAKA E-1

F. LAMPIRAN – LAMPIRAN F-1

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar ii
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel.B.1 Titik Koordinat Poligon TPA Sampah Sattoko B-1

Tabel.B.2 Proporsi Pengunaan Lahan Rencana Pembangunan TPA B-9


Sampah di Desa Sattoko

Tabel.B.3 Rencana Jumlah Pengunaan Tenaga Kerja Konstruksi B-21

Tabel.B.4 Rencana Jenis Peralatan Pada Tahap Konstruksi B-22

Tabel.C.1 Jenis Dampak Pada Tahapan Kegiatan C-1

Tabel.C.2 Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan C-3


Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL)

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar iii
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar.B.1 Kondisi Lingkungan Sekitar TPA Sampah Sattoko B-2

Gambar.B.2 Peta Lokasi Rencana Kegiatan B-3

Gambar.B.3 Kegiatan Survey Lapangan B-20

Gambar.B.4 Contoh Struktur Jalan Akses B-25

Gambar.B.5 Contoh Detail Pipa Pengumpul Lindi B-28

Gambar.B.6 Contoh Layout Proses Teknologi Pengolahan Air B-30


Limbah Lindi
Gambar.B.7 Contoh Penutupan Lapisan Tanah B-32

Gambar.B.8 Contoh Jembatan Timbang B-33

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar iv
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

A. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB USAHA/KEGIATAN

Nama Pemrakarsa : Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kab.


Polewali Mandar

Alamat Kantor : Jl. R.A. Kartini Nomor 01 Kel. Pekkabata, Kec.


Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi
Sulawesi Barat

https : //perangkatdaerah.polmankab.go.id/Dlhk

Telepon : 0428-22192

Fax : 0428-22192

Penanggung Jawab : Ir. Hj. Rahmin, M.Si

Jabatan : Kepala Dinas

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar A-1
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

B. DESKRIPSI RENCANA USAHA dan/atau KEGIATAN

B.1 Nama Rencana Kegiatan


Nama rencana kegiatan adalah rencana pembangunan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang terletak di Desa Sattoko Kecamatan
Mapilli Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat.
B.2 Lokasi Rencana Kegiatan

Lokasi rencana kegiatan rencana pembangunan Tempat Pemrosesan


Akhir (TPA) Sampah, terletak di Jalan Ruas Silasila-Sattoko, Kecamatan
Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Lokasi
rencana kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di
Desa Sattoko dapat diakses dengan mengunakan kendaraan roda dua
maupun roda empat dengan jarak ± 30 km dari pusat kota Polewali
Mandar.
Batas administrasi lokasi rencana kegiatan pembangunan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Desa Sattoko adalah:
 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Daala Timur
 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Puliwa
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Beruangin/Kelurahan
Batupanga
 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Batupangadaala
Batas lahan usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Desa Sattoko adalah:
 Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Produksi Terbatas
 Sebelah Timur berbatasan dengan Hutan Produksi Terbatas
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Produksi Terbatas
 Sebelah Barat berbatasan dengan Hutan Produksi Terbatas
Secara geografis letak koordinat tapak rencana kegiatan pembangunan
TPA Sampah di Desa Sattoko dapat dilihat pada Tabel B.1 berikut:

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-1
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Tabel B.1 Titik Koordinat Poligon TPA Sampah di Desa Sattoko


No Longitude Latitude
1 199,135 -3,325
2 199,137 -3,325
3 199,137 -3,322
4 199,135 -3,323
5 199,135 -3,324
6 199,135 -3,322
Sumber: Data Badan Penelitian Pengembangan dan Perencanaan Kab. Polman

Keadaan disekitar lokasi rencana kegiatan pembangunan TPA Sampah


di Desa Sattoko adalah:
− Secara umum lingkungan sekitar masih kondisi alami dengan tanaman
vegetasi yang masih lebat dengan komposisi tutupan lahan 70 % alang-
alang/rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan 30 % pohon Jati Putih
(Gmelina arborea) dan Jati Merah (Tectona grandis).
− Jarak kepermukiman terdekat sekitar ± 850 m dengan lokasi rencana
kegiatan pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko dan jarak dari jalan
ruas Silasila-Sattoko sekitar ± 450 m.

Gambar. B.1. Kondisi Lingkungan Sekitar TPA Sampah di Desa Sattoko

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-2
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Gambar. B.2 Peta Lokasi Rencana Kegiatan

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-3
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

B.3 Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

TPA Sampah di DesaSattoko direncanakan menggunakan metode


Control Landfil dengan kapasitas ±100 ton/hari dan umur pakai selama 10
tahun. Penentuan kapasitas TPA Sampah di Desa Sattoko berdasarkan
proyeksi jumlah timbulan sampah masyarakat Kabupaten Polewali Mandar
yang akan terlayani dalam 10 tahun mendatang yang berjumlah 336.185
m3/hari atau 85.574 ton/hari (sumber: Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku
Mutu Air Limbah).
Secara garis besar rencana kegiatan Pembangunan TPA Sampah di desa
Sattoko mempunyai dua skala besaran kegiatan yaitu kegiatan utama dan
kegiatan penunjang.

A. Kegiatan Utama

Kegiatan utama pada kegiatan rencana Pembangunan TPA Sampah


di Desa Sattoko meliputi 3 (tiga) bagian pekerjaan yaitu;
1) Jembatan Timbang
Jembatan timbang berfungsi untuk menghitung berat sampah
yang masuk ke TPA dengan ketentuan sebagai berikut:
 Lokasi jembatan timbang harus berdekatan dengan kantor/pos
jaga dan terletak pada jalan masuk TPA.
 Jembatan timbang harus dapat menahan beban minimal 5 ton
 Lebar jembatan timbang 5 m.
 Luas jembatan timbang adalah 25 m2.
Jumlah tonase atau volume sampah yang masuk ke TPA dapat
diketahui dengan cara pembuatan jembatan timbang. Diketahuinya
jumlah volume sampah yang masuk ke TPA, maka memudahkan
dalam penentuan kebutuhan sarana dan prasarana sistem pengelolaan
persampahan.
2) Lahan Urug (Landfill)
Lahan urug pada TPA Sampah merupakan lahan penempatan
sampah yang nantinya sampah mengalami proses penguraian secara
alamiah dengan jangka waktu tertentu. Sampah pada lahan urug di

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-4
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

padatkan dengan persentase pemadatan sampah oleh Buldozer


mencapai 60 % dari total sampah yang masuk ke TPA Sampah.
Fasilitas yang ada pada lahan urug antara lain;
• Jaringan drainase untuk mengendalikan air hujan;
• Jalan operasi (sesuai kriteria No.03-3241-1994)
• Fasilitas penanganan gas dan jaringan pipa air lindi.

3) Instalasi Pengolahan Lindi


Instalasi pengolahan limbah (IPAL) lindi berfungsi untuk
memproses limbah air lindi dari hasil penguraian sampah pada lahan
urug, dimana air lindi dialirkan melalui jaringan pipa air lindi ke
instalasi pengolahan lindi (IPAL), hasil buangan air dari IPAL harus
sesuai dengan baku mutu air limbah (Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi Bagi
Usaha dan /atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah).

B. Kegiatan Penunjang

Fasilitas penunjang TPA Sampah di Desa Sattoko terdiri dari sarana


dan prasarana penunjang sebagai berikut:

1) Kantor
Kantor TPA berfungsi sebagai tempat pengendali kegiatan
pembuangan akhir mulai dari penimbangan/pencatatan sampah yang
masuk (sumber, volume/berat, komposisi dan lain-lain), pengendalian
operasi, pengaturan manajemen TPA dan lain-lain

2) Tempat Cuci Kendaraan


Truk yang telah selesai membongkar muatannya di lahan urug akan
masuk ke tempat cuci kendaraan untuk dibersihkan dari segala macam
kotoran yang menempel pada kendaraan sehingga kebersihan dapat
terjaga serta untuk meminimalisasi penyebaran pola penyakit. Sumber
air pada kegiatan ini berasal dari air hasil pengolahan limbah lindi
(outfall).

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-5
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

3) Bengkel dan Tempat Genset


Bengkel direncanakan dapat menampung 2 kendaraan dan
berfungsi sebagai tempat perbaikan apabila ada kerusakan pada
kendaraan.

4) Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3


Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) limbah B3 di maksudkan
untuk penyimpanan limbah B3 yang berasal dari hasil kegiatan
pemeliharaan armada TPA (truk dan alat berat) dan pemeliharaan
genset serta pemeliharaan alat listrik (bohlam lampu).

5) Fasilitas Penanganan Gas


Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida
dan metan dengan komposisi hampir sama disamping gas-gas lain yang
sangat sedikit jumlahnya. Kedua gas tersebut memiliki potensi besar
dalam proses pemanasan global terutama gas metan karenanya perlu
dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan lepas bebas ke
atmosfer.

Untuk itu perlu dipasang pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari
timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Pemasangan instalasi gas
perlu memperhatikan kualitas dan kondisi tanah penutup TPA. Untuk
pengamanan lingkungan diperlukan usaha pengendalian gas, berupa
pengamanan selama pengoperasian berupa saluran ventilasi. Adapun
sistem penangkap gas dapat berupa:

 Ventilasi horizontal: yang bertujuan untuk menangkap aliran gas


dalam dari satu sel atau lapisan sampah

 Ventilasi vertikal: merupakan ventilasi yang mengarahkan dan


mengalirkan gas yang terbentuk ke atas

 Pipa ventilasi lebih diarahkan pada ventilasi horizontal untuk


memudahkan pemanfaatannya
6) Zona Penyangga dan Tanaman Penyangga (Zona Hijau)

Zona penyangga dan tanaman penyangga (zona hijau) merupakan


ruang pembatas yang digunakan untuk menjaga dan melindungi

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-6
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

kawasan TPA dari pencemaran lingkungan. Zona hijau ini terdiri area
jalur hijau dan pagar pembatas yang mengelilingi lokasi keseluruhan
TPA Sampah di Desa Sattoko.

Pembuatan zona hijau ini dengan memanfaatkan komposisi jenis


dan struktur vegetasinya terdiri dari vegetasi yang tumbuh secara alami
(pohon Jati Putih (Gmelina arborea) dan Jati Merah (Tectona grandis))
dan beberapa vegetasi tambahan yang dapat menyerap kebisingan dan
polusi udara contohnya pohon kemiri (Aleurites moluccanus) dan
pohon sukun (Artocarpus altilis).

7) Sumur Pantau

Fungsi merupakan sumur untuk pemantauan migrasi cairan


pencemar lindi terhadap pengaruh kualitas air tanah. Sumur pantau
berfungsi untuk memantau keadaan kualitas air tanah yang ada di
sekitar lahan urug selama pengoperasian TPA sampai pasca operasional.
Sumur pantau/monitoring direncanakan memilik diameter 1 meter yang
terbuat dari beton. Pada lokasi TPA direncanakan senbanyak 3 (tiga)
titik.

8) Jalan Akses TPA

Jalan akses atau jalan penghubung adalah jalan yang


menghubungkan lokasi TPA dengan jaringan jalan kecamatan (jalan
utama). Panjang jalan masuk TPA ± 450 meter dan lebar ± 8 meter.

Jalan masuk TPA Sampah di Desa Sattoko sesuai dengan kriteria SNI
No. 03-3241-1997 tentang “Persyaratan Teknis Penyediaan
Pengoperasiaan, Penutupan Atau Rehabilitasi TPA” sebagai berikut:
 Dapat dilalui kendaraan truk sampah dari 2 arah.
 Lebar jalan 8 m, kemiringan permukaan jalan 2-3 % kearah
saluran drainase, tipe jalan kelas 3 dan mampu menahan beban
perlintasan dengan tekanan gandar 10 ton dan kecepatan
kendaraan 30 km/jam (sesuai dengan ketentuan Ditijen. Bina
Marga).
Lapisan perkerasan jalan TPA Sampah terdiri dari:

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-7
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

 Lapisan permukaan (surface course) adalah aspal AC-WC tebal 5


cm
 Coran Rigid Beton tebal 25 cm
 Caor lantai kerja beton tebal 10 cm
 Pondasi sirtu kelas C (CBR-25) tebal 15 cm
 Lapisan tanah yang dipadatkan tebal 20 cm

Selain sarana utama dan sarana penunjang diatas TPA Sampah di


Desa Sattoko juga di lengkapi dengan fasilitas pendukung antara lain;

a) Hidran Kebakaran
Fungsi: Prasarana mengantisipasi bahaya kebakaran
Lokasi: Terletak di dekat kantor dan fasilitas pengolahan sampah.
b) Alat Penangkal Petir
Lokasi terletak di zona bangunan penunjang sebagai daerah yang
berada di lokasi tertinggi.
c) Reservoir Penampungan Air/ tangki
Fungsi: Sebagai penampung air untuk kebutuhan air
Lokasi: Di zone bangunan penunjang
d) Sarana Penerangan
Sarana penerangan tersebar di lokasi dan mengelilingi lahan TPA
Sampah di Desa Sattoko
e) Rambu-Rambu Lalu-Lintas
Fungsi: Pengendalian dan pengarah kendaraan transportasi
pengangkut sampah di TPA Sampah di Desa Sattoko
f) Papan Nama Lokasi
Fungsi: Untuk memberikan jati diri identitas TPA Sampah
Lokasi: Terletak di pintu gerbang masuk TPA Sampah
g) Deposit Tanah Penutup
Deposit tanah penutup berfungsi sebagai tempat tanah penutup
maupun penutup antara. Deposit tanah penutup ditempatkan pada
lokasi zona tanah timbun yang terdapat dilokasi TPA Sampah

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-8
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

h) Sumber Listrik
Listrik yang dibutuhkan pada lingkungan TPA Sampah di Desa
Sattoko berasal dari PLN
i) Alat Berat
Alat berat yang dibutuhkan yaitu Backhoe Loader karena sangat
efisien dalam pemindahan tanah maupun sampah. Untuk proses
pemadatan menggunakan alat berat Bulldozer yang sangat efisien
dalam operasi pemadatan.
j) Kendaraan Operasional
Dalam operasional TPA Sampah di Desa Sattoko disediakan
kendaraan truk yang difungsikan untuk mengangkut sampah dari
sumber ke TPA dan mengangkut tanah dari deposit tanah penutup
menuju sel sampah yang diurug.

Tabel. B.2 Proporsi Penggunaan Lahan Rencana Pembangunan TPA


Sampah di Desa Sattoko
No Uraian Luas
1. Kegiatan Utama
1.1 Jembatan Timbang 12,25 m2
1.2 Lahan Urug (Landfill) 30.000 m2
1.3 Instalasi Pengolahan Lindi 232,75 m2
2. Kegiatan Penunjang
2.1 Kantor 12,25 m2
2.2 Tempat Cuci Kendaraan 54 m2
2.3 Bengkel dan Tempat Genset 42 m2
2.4 Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 150 m2
2.5 Fasilitas Penanganan Gas 12 m2
2.6 Zona Penyangga dan Tanaman Penyangga (Zona Hijau) 7.500 m2
2.7 Sumur Pantau (3 Buah) 3 m2
2.8 Pos Jaga 16 m2
2.9 Tempat Parkir 400 m2
2.10 Jalan Akses TPA 3.500 m2
Total Lahan akan terbangun (Kegiatan utama dan Kegiatan
3,84 ha
Penunjang)
3. Lahan Kosong 1,146 ha
Total Lahan 4,99 ha
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar. 2022

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-9
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

B.3.1 Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan Dengan Rencana Tata Ruang

a) Surat Keterangan RTRW


Berdasarkan Surat Keterangan RTRW Kabupaten Polewali Mandar
Nomor: B-26/DPUPR-PR/S.Ket/Kabid.V/650/3/2022 (terlampir),
rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko dinyatakan
peruntukaannya berada pada kawasan perkebunan dan kawasan Hutan
Produksi Terbatas (HPT). Penjelasan keterangan pada Surat Keterangan
RTRW tersebut adalah sebagai berikut:
- Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain selain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31,
Pasal 32, Pasal 33, dan Pasal 34 (RTRW Kab. Polewali Mandar
nomor 2 tahun 2013) dapat dilaksanakan apabila tidak mengganggu
dominasi fungsi kawasan yang bersangkutan dan tidak melanggar
ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana diatur
dalam peraturan ini
- Pemanfaatan kawasan sebagaimana di maksud pada ayat (1), dapat
dilaksanakan setelah ada kajian secara komprehensif dan setelah
mendapat rekomendasi dari badan atau pejabat yang tugasnya
mengkoordinasikan pematangan ruang di daerah (Pasal 36 Perda
RTRW Kab. Polewali Mandar nomor 3 tahun 2013).
- Pembangunan infrastruktur yang diijinkan adalah yang dibutuhkan
untuk menunjang kegiatan hasil hutan dan fungsi social (Ketentuan
Umum Prasarana Minimum dalam KUPZ Perda RTRW Kab.
Polewali Mandar nomor 2 tahun 2013).
Berdasarkan Surat Keterangan RTRW Kabupaten Polewali Mandar
tersebut diatas belum secara signifikan menjelaskan bahwa lokasi
Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko sesuai dengan peruntukannya
akan tetapi telah disepakati untuk memasukkan lokasi rencana TPA
Sampah di desa Sattoko kedalam perubahan RTRW berdasarkan Berita
Acara TKPRD Nomor: 01/BA-TKPRD/3/2022 (terlampir).
b) Surat Telaah Status Lokasi
Berdasarkan Surat Telaah Status Lokasi dari Dinas Kehutanan
Provinsi Sulawesi Barat Nomor: 601.01.02/345/III/DISHUT (terlampir)
yang intinya adalah:

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-10
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

- Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Baru Kabupaten


Polewali Mandar seluas ± 4,99 hektar yang keseluruhan areanya
berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas
- Terhadap lokasi Tempat Pemrosesan Akhir {TPA) Sampah Baru yang
berada di Kawasan Hutan, untuk diproses melalui Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan sesuai dengan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2021 tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
serta Penggunaan Kawasan Hutan.

B.3.2 Persetujuan Teknis Terkait Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku, yakni Peraturan


Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lampiran III), maka
dokumen UKL-UPL di wajibkan untuk bukti formal persetujuan teknis
terkait jenis usaha/kegiatan.
Persetujuan teknis yang di maksud sesuai aturan (lampiran III) terkait
rencana usaha dan/atau kegiatan yaitu:
1. Persetujuan Pemenuhan Baku Mutu Pemanfaatan Air Limbah untuk
aplikasi ke tanah dengan memanfaatkan air limbah untuk penyiraman
dan pencucian telah dikeluarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi Sulawesi Barat No. 1602.00.00/271/IV/2022 (terlampir).
Persetujuan teknis tersebut diatas menjelaskan secara garis besar;
A. Deskripsi Kegiatan
Proses Kegiatan yang direncanakan dan berpotensi menghasilkan
limbah:
 Proses utama
Pengurukan sampah kedalam tanah terutama sampah
organik lebih mudah terurai dan air eksternal yang masuk
kedalam urugan melarutkan dan membilas materi terlarut
dan materi organik dari hasil dekomposisi biologis sehingga
dapat menghasilkan air limbah atau disebut air lindi.
 Proses Penunjang
Pencucian kendaraan pengangkut sampah dilakukan setiap
hari setelah selesai melakukan pengangkutan sampah. Hal

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-11
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

ini dilakukan supaya masyarakat tidak terganggu oleh


cairan dan bau sampah yang masih tersisa di kendaraan.
 Mekanisme Pemanfaatan Air Limbah Imbuhan Air Tanah
Dengan Diresapkan Di Permukaan Tanah
- Air olahan yang tertampung dalam kolam
pembuangan (outfall) dialirkan kembali ke bak
pencucian kendaraan pengangkut sampah dan
digunakan sebagai air penyiraman tanaman untuk
memperkecil beban pencemaran yang terbuang ke
badan air permukaan.
- Air yang dimanfaatkan sebesar 80% dari hasil olahan
air limbah, 50% dialirkan ke bak pencucian
kendaaran pengangkutan dan 30% digunakan sebagai
penyiraman tanaman.
B. Neraca Air Limbah
Neraca yang menggambarkan sumber, kapasitas dan karakteristik
air limbah dapat dapat ditentukan dengan menentukan proses
utama dan penunjang TPA Sampah di Desa Sattoko yang
menghasilkan air limbah yaitu;
- Air lindi
Air Lindi yang dihasilkan dari proses infiltrasi kedalam lahan
urug sampah yang dapat menguras materi organik terlarut
yaitu: 0,35 mm/jam x 3 Ha = 10,5 m³/jam
- Pencucian Kendaraan Pengangkut Sampah
Penggunaan Air untuk Pencucian Kendaraan sebesar 3
m³/mobil/hari x 32 Armada = 96 m³/hari atau 4 m³/jam.
- Total Air Limbah yang dihasilkan dan diolah dalam instalasi
Pengolahan air lindi sebesar 14,5 m³/jam atau 348 m3/hari
C. Baku Mutu Air Limbah
- Baku mutu yang digunakan dalam pengendalian pencemaran
dari kegiatan TPA Sampah di Desa Sattoko adalah Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu
Lindi Bagi Usaha dan /atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah.
- Pemeriksaan terhadap parameter baku mutu lindi dilakukan
untuk 6 (enam) parameter yaitu: pH, BOD, COD, N Total,
dan Kadmium

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-12
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

D. Air Tanah
- Pemeriksaan Baku Mutu Air tanah dilakukan diakukan pada 3
titik sumur bor (sebelum lokasi penimbunan sampah, lokasi
sekitar penimbunan dan lokasi setelah penimbunan) yang
berdasarkan pada Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor
34 Tahun 2015 Tentang Baku Mutu Air Kriteria Mutu Air,
pada kelas air ke III.
- Pemeriksaan terhadap parameter baku mutu air tanah
dilakukan untuk 6 (enam) parameter yaitu: pH, BOD, COD, N
Total, dan Kadmium
E. Pengelolaan Air Limbah
1) Kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limba
Kapasitas instalasi pengolahan air limbah mampu mengolah
14,5 m3/jam atau 348 m3/hari yang dapat memenuhi baku
mutu air lindi yang terdapat dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah.
2) Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah
- Sistem pengolahan air lindi yang direncanakan adalah proses
pengolahan dengan sistem activated sludge (lumpur aktif)
merupakan sistem biakan tersuspensi dengan sirkulasi lumpur
yang meliputi proses dengan pencampuran sempurna (reactor
plug flow).
- Proses lumpur aktif termasuk dalam proses biologi aerobik,
yaitu proses penguraian polutan organik dalam air limbah
dengan menggunakan mikroorganisme dan oksigen CO2 dan
H2O, NH4 dan sel biomassa baru.
3) Unit-Unit Proses Pengolahan Air Lindi
- Unit pemisah lemak dan minyak Unit berfungsi memisahkan
memisahkan padatan dan cairan yang memiliki berat jenis
lebih kecil dari pada air limbah (lindi).
- Unit ekualisasi adalah bak penampungan yang berfungsi untuk
meminimumkan dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah
cair baik kuantitas maupun kualitas yang berbeda dan
menghomogenkan konsentrasi limbah cair.
- Unit pengendapan awal (pre-sedimentation) berfungsi untuk
memisahkan partikel yang mudah mendendap seperti pasir,

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-13
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

kerikil kecil, kepingan logam dan lain-lain supaya tidak


menggangu proses pengolahan berikutnya.
- Unit Aerasi berfungsi sebagai tempat terjadinya proses
pencampuran sempuran antara mikroorganisme dan air
lindi/limbah dengan bantuan aerator.
- Unit Penambahan NaOH berfungsi untuk menambahkan
larutan kimia NaOH dalam air lindi supaya logam kadmium
(Cd) yang terdapat dalam air lindi dapat olah.
- Unit pengendap akhir (final-sedimentation) berfungsi untuk
mengendapkan mikroorganisme yang sudah mati dan
menjadi lumpur
- Unit penampungan air lindi berfungsi sebagai tempat
penampungan air olahan air limbah dan sebagai tempat
hidupnya bio indikator dalam hal ini ikan yang cukup sensitif
terhadap perubahan kualitas air limbah.
F. Pemantauan Air Limbah
1) Pemantauan Air Limbah
- Lokasi pengambilan contoh uji Air Limbah diambil di outlet
terakhir menuju ke lahan yang disiram atau lokasi pencucian.
- Titik pengambilan contoh uji air lindi dilakukan pada unit
outlet pengendapan terakhir dan unit unit penampungan air
lindi.
- Mutu air limbah yang wajib dipantau mencakup parameter,
kadar, debit, dan beban pencemar air
- Debit air lindi olahan yang digunakan sebesar 100% untuk
pencucian kendaraaan, penyiraman tanaman dan
pemanfaatan lainnya atau seluruh air lindi yang di olah di
manfaakan
- Frekuensi pemantauan disesuaikan dengan parameter yang
dipantau (pH, BOD, COD, N Total, dan Kadmium)
- Pemeriksaan kadar air lindi secara berkala paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu) bulan yang dilakukan di
laboratorium yang telah terakreditasi dan/atau teregristrasi.
2) Pemantauan Mutu Air Tanah
- Lokasi: sumur pantau yang mewakili hulu (upstream) dan
hilir (downstream).
- Lokasi sumur (upstream) berada sesudah unit lahan urugan
dan lokasi sumur (downstream) berada sebelum lahan
urugan

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-14
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

- Parameter air tanah yang dipantau pada sumur pantau


adalah parameter yang sama dengan parameter air lindi
yaitu pH, BOD, COD, TSS, N Total, Kadmium (Cd).
- Dalam pengambilan contoh uji air tanah menggunakan
Standar Nasional Indonesia 6989.58:2008 tentang Metoda
Pengambilan Contoh Air Tanah
- Frekuensi pemantauan air tanah dilakukan paling sedikit 2
(dua) kali dalam 1 (satu) tahun dengan memperhatikan
musim hujan dan kemarau.
2. Surat Penapisan Mandiri Pemenuhan Baku Mutu Kegiatan
Pembuangan Emisi (terlampir). Surat penapisan mandiri pemenuhan
baku mutu kegiatan pembuangan emisi di buat dengan
mempertimbangkan beberapa alasan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan yaitu:
 Rencana Kegiatan TPA Sampah di Desa Sattoko tidak berlokasi di
Wilayah Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Udara (WPPMU)
Kelas I, tidak termasuk dalam daftar usaha dan/atau kegiatan
dengan dampak emisi tinggi, dan tidak memiliki baku mutu emisi
spesifik, sehingga berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2021
tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Surat
Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran
Lingkungan Rencana Kegiatan TPA Sampah di Desa Sattoko tidak
wajib Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi.
 Mesin genset beroperasi secara komulatif < 1.000 (kurang dari
seribu) jam per tahun dan digunakan sebagai sumber energi listrik
cadangan apabila terjadi pemadaman PLN, penggerak pedal
pencacah sampah, sumber energi listrik untuk alat-alat perbaikan
mobil dan alat berat, sehingga berdasarkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2021 tentang Baku Mutu Emisi Mesin Dengan Pembakaran
Dalam pasal 8 angka 1 huruf b dan d pemantauan terhadap
sumber emisi tersebut dikecualikan dan sekaligus dengan
dikeluarkannya Peraturan ini Rencana Kegiatan TPA Sampah di
Desa Sattoko tidak wajib Standar Teknis Pemenuhan Baku Mutu
Emisi.
3. Rekomendasi ANDALALIN tentang Rencana Pembangunan TPA
Sampah yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan Kab. Polewali

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-15
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Mandar No. B-172/Dishub/551.21/ANDALALIN/03/2022 (terlampir).


Rekomendasi Andalalin berisi ketentuan wajib dipenuhi sebagai
berikut:
 Menyediakan akses jalan yang layak dari dan ke Lokasi TPA,
dengan lebar minimal 8 meter, dan dibuat untuk 2 Jalur
 Menjamin terselenggaranya fungsi jalan berdasarkan aspek
keselamatan, ketertiban, kelancaran dan keamanan dengan
memperhatikan keterhubungan antara kawasan dan/atau
keterhubungan dalam kawasan sebagai antisipasi kepadatan lalu
lintas pasca pembangunan TPA Sampah
 Memasang perlengkapan jalan antara lain Warning Light dan RPPJ
di Simpang Jalan menuju lokasi TPA Sampah.

4. Instruksi Teknis Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3


Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 di susun
Berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor 6 Tahun 2021 tentang
Tata Cara Dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
A. Deskripsi Kegiatan
Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 TPA Sampah di
Desa Sattoko menyimpan limbah B3 kategori 2 yang bersumber
dari kegiatan operasional armada truk sampah dan operasional
bangunan TPA. Limbah B3 yang di hasilkan akibat kegiatan
tersebut berupa oli bekas, accu bekas, kemasan oli bekas,
onderdil/sparepart bekas, kain absorbed, sarung tangan
terkontaminasi dan bohlan lampu bekas.
B. Tempat Penyimpanan Limbah B3
 Keriteria lokasi penyimpanan TPS limbah B3 antara lain:
- Letak lokasi TPS berada di area kawasan kegiatan
- Merupakan daerah bebas banjir
- Tidak rawan bencana alam dan apabila lokasi tersebut
rawan bencana alam maka lokasi penyimpanan Limbah
B3 harus direkayasa dengan teknologi untuk
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
C. Fasilitas Penyimpanan Limbah B3
- Mempunyai sarana bongkar muat yang berfungsi untuk
mempermudah keluarnya limbah B3 dari TPS ke armada
pengangkut limbah ke tempat Pengelolaan limbah B3

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-16
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

- Fasilitas TPS limbah berupa bangunan dengan kriteria antara


lain:
 Rancang bangun sesuai dengan jenis, karakteristik,
dan jumlah limbah B3 yang disimpan
 Desain dan konstruksi yang mampu melindungi
limbah B3 dari hujan dan tertutup
 Luas ruang penyimpanan sesuai dengan jumlah
limbah B3 yang akan disimpan
 Atap dari bahan yang tidak mudah terbakar, memiliki
sistem ventilasi untuk sirkulasi udara, sistem
pencahayaan disesuaikan dengan rancang bangun
tempat Penyimpanan Limbah B3 dan lantai kedap air
dan tidak bergelombang
 Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah
bak penampung tumpahan dengan kemiringan paling
tinggi 1% (satu persen)
 Membuat saluran drainase ceceran, tumpahan
Limbah B3 dan/atau air hasil pembersihan ceceran
atau tumpahan Limbah B3, bak penampung
tumpahan untuk menampung ceceran, tumpahan
limbah B3 dan/atau air hasil pembersihan ceceran
atau tumpahan Limbah B3 dan dilengkapi dengan
simbol Limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
- Peralatan penanganan tumpahan berupa bahan/alat yang
dapat menyerap bahan limbah B3 apabila terjadi tumpahan
seperti kain mikrofiber
- Fasilitas pertolongan pertama yang berfungsi sebagai
pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan dalam kegiatan
penyimpanan limbah B3
D. Peralatan Penanggulangan Keadaan Darurat untuk fasilitas
Penyimpanan Limbah B3
- Sistem pendeteksi dan peralatan pemadam kebakaran;
dan/atau
- Alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai
E. Cara Penyimpanan Limbah B3
- Penyimpanan untuk kemasan drum ditumpuk berdasarkan
jenis kemasan, disimpan dengan sistem blok, setiap blok
terdiri atas 2 (dua) x 3 (tiga); dan memiliki lebar gang antar
blok paling sedikit 60 cm (enam puluh sentimeter) atau

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-17
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

disesuaikan dengan kebutuhan operasional untuk lalu lintas


manusia dan kendaraan pengangkut (forklift).
- Penyimpanan dengan kemasan jumbo bag disimpan dengan
sistem blok, tumpukan setiap blok paling banyak 2 (dua)
lapis, lapis paling bawah dialasi palet; dan lebar gang antar
blok paling sedikit 60 cm (enam puluh sentimeter) atau
disesuaikan dengan kebutuhan operasional untuk lalu lintas
manusia dan kendaraan pengangkut (forklift).
F. Waktu Penyimpanan Limbah B3
- Waktu penyimpanan limbah B3 TPA Sampah di Desa Sattoko
selama 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak Limbah B3
dihasilkan, untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50
kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 2
dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik umum.
G. Pemantauan dan Pelaporan
 Pemantauan pada bangunan Penyimpanan Limbah B3;
- Pengawasan pada saat menempatkan dan/atau
memindahkan Limbah B3 dari ruang Penyimpanan
Limbah B3
- Pemeriksaan terhadap kemasan Limbah B3
- Pencatatan kegiatan Penyimpanan Limbah B3 dan
- Pengawasan terhadap prosedur tata graha
(housekeeping).
 Pelaporan limbah B3 di lakukan terhadap;
- Jenis Limbah B3, karakteristik Limbah B3, dan waktu
diterimanya Limbah B3 dari setiap orang yang
menghasilkan Limbah B3
- Jenis Limbah B3, karakteristik Limbah B3, jumlah Limbah
B3, dan waktu penyerahan Limbah B3 kepada Pemanfaat
Limbah B3 dan/atau Pengolah Limbah B3
- Membuat neraca Limbah B3 yang memuat;
• Uraian sumber, jenis, dan karakteristik Limbah B3 yang
disimpan
• Jumlah atau volume Limbah B3 yang dikumpulkan
setiap bulan dan
• Jumlah atau volume Limbah B3 yang diserahkan
kepada Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3,
Pengolah Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3
setiap bulan.

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-18
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

B.3.3 Uraian Mengenai Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang


Dapat Menimbulkan Dampak Lingkungan
Komponen rencana kegiatan pembangunan TPA Sampah di Desa
Sattoko, akan merubah kondisi lingkungan secara mendasar berupa
dampak positif dan dampak negatif akibat kegiatan pembangunan
tersebut dan berpengaruh terhadap intensitas dampak yang akan terjadi.
Oleh karena itu, perlu diidentifikasi lebih jauh aktivitas kegiatannya,
sehingga bisa diminimalisir dapak yang terjadi.
Sumber atau penyebab dampak perlu ditelaah dapat dikelompokkan
dalam 4 (empat) tahap pelaksanaan proyek yakni tahap pra-konstruksi,
konstruksi, operasional dan penutupan/pasca operasional. Adapun jenis
kegiatan yang akan dilakukan pada setiap tahapan diuraikan sebagai
berikut:

A. Tahap Pra-konstruksi

1. Kegiatan Pembebasan Lahan

Rencana kegiatan pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko,


meliputi pembangunan lahan TPA, lahan utilitas penunjang TPA. Dalam
rangka penyiapan lahan TPA pihak pemrakarsa telah mempertimbangkan
kesesuaian lahan dengan keluarnya Surat Keterangan RTRW Kabupaten
Polewali Mandar Nomor: B-26/DPUPR-PR/S.Ket/Kabid.V/650/3/2022
(terlampir) dan Berita Acara Rapat Pembahasan Rencana Pembangunan
TPA Baru (TKPRD) (terlampir).

Aktivitas-aktivitas kegiatan pada saat pembebasan lahan dapat


menimbulkan dampak berupa hilangnya Hutan Produksi Terbatas seluas
4,99 ha yang berdampak pada hilangnya vegetasi dan habitat fauna
darat, dan dampaknya bersifat negatif.

2. Survey Lapangan

Kegiatan survey lapangan pada rencana kegiatan Pembangunan


pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko ini merupakan suatu aktivitas
kegiatan untuk mendapatkan kepastian informasi antara lain:

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-19
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

1) Mengumpulkan data dan pemetaan wilayah, termasuk administrasi


wilayah serta kondisi topografi
2) Penanda batas lokasi
3) Kondisi penutupan lahan dan jenis tanah
4) Kondisi penduduk disekitar lokasi dan adat istiadat penduduk
setempat
5) Jalur transportasi dan keamanan lokasi.
Aktivitas-aktivitas kegiatan pada saat survey lapangan dapat
menimbulkan dampak berupa presepsi negarif masyarakat sekitar lokasi
khususnya pada saat melakukan penandaan batas lokasi disebabkan
ketidaktahuan akan adanya pembangunan TPA Sampah.

Gambar B.3. Kegiatan Survey Lapangan

B. Tahap Konstruksi

1. Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja


Penerimaan tenaga kerja dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan pembangunan yang dilaksanakan. Sumber
tenaga kerja yang digunakan saat pembangunan TPA ini akan
memprioritaskan penduduk lokal di sekitar lokasi kegiatan khususnya
penduduk yang bermukim di sekitar proyek sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan dan keterampilan yang dimiliki.
Penerimaan tenaga kerja dilakukan secara terbuka atau langsung
oleh pemrakarsa yang diinformasikan kepada masyarakat sekitar
bekerjasama dengan aparat pemerintah setempat (RT, Kepala Desa,
Kepala Dusun dan Camat)

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-20
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Estimasi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat kegiatan


konstruksi adalah sebanyak ± 60 orang yang dilakukan secara bertahap
sesuai kegiatan pekerjaan.

Tabel. B.3 Rencana Jumlah Pengunaan Tenaga Kerja Konstruksi


No Tenaga kerja Jumlah Kualifikasi Asal
A Tenaga Kerja Ahli
1 Proyek Manager 1 S1/S2 Lokal
2 Teknik Sipil 2 S1 Lokal
3 Surveyor/Quality Control 1 S1 Lokal
4 Site Manager 1 S1 Lokal
5 Drafter 1 S1 Lokal
6 Staf Administrasi 2 S1 Lokal
B Mandor 4 SMK/SMU Lokal
C Tukang
Tukang Besi 3 SMP/SMU Lokal
Tukang Batu 8 SMP/SMU Lokal
Tukang Kayu 5 SMP/SMU Lokal
Tukang Listrik 2 SMP/SMU Lokal
D Tenaga Buruh 28 SD/SMP/SMU Lokal
E Tenaga Keamanan 2 SMK/SMU Lokal
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar. 2022

Jenis dampak dari kegiatan penerimaan tenaga kerja dalam


rencana pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko yaitu terbukanya
peluang kesempatan kerja bagi masyarakat dan dampaknya bersifat
positif.

2. Pembuatan Direksi Keet dan Basecamp

Pembuatan Direksi Keet dilakukan sebelum pekerjaan inti


dilaksanakan. Direksi Keet akan dibuat dengan ukuran minimal 4 m x 6 m
yang terbuat dari kayu berdinding tripleks dan beratap seng yang terdiri
atas ruang kerja, kantor pengawas, rung rapat, kamar mandi, WC dan
gudang yang digunakan sebagai tempat koordinasi dan diskusi
pemrakarsa.

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-21
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Pembuatan Basecamp pekerja difungsikan sebagai barak bagi tenaga


kerja pendatang. Pengadaan luas bangunan basecamp disesuaikan dengan
keadaan pekerja dan banyak pekerja yang akan tinggal.
Jenis dampak dan sifat dampak dari kegiatan pembuatan Direksi Keet
dan Basecamp yaitu peningkatan timbulan sampah, limbah cair, dan
dampaknya bersifat negatif.

3. Kegiatan Mobilisasi Peralatan

Mobilisasi peralatan dilakukan untuk mempermudah dan


mempercepat pekerjaan konstruksi. Proses mobilisasi peralatan akan
melalui ruas jalan H.S Mengga melewati Desa Kurma, Desa Beroangin ke
poros jalan Silasila-sattoko dan masuk ke lokasi pembangunan.

Tabel. B.4 Rencana Jenis Peralatan Pada Tahap Konstruksi


Jumlah
No Jenis Alat Fungsi Alat
(Unit)
1 Excavator 1 Pengalian (Akskavasi)
2 Loader/Buldoser 2 Memindahkan atau memuat material
3 Motor Grader 1 Perata bentuk permukaan tanah
4 Dump Truck 8 Alat angkut material
5 Cor Molen 4 Alat Pencampur Material Beton
6 Genset 2 Mesin Penghasil Aliran Listrik
7 Mesin Las 1 Mesin Untuk Kegiatan Las
Alat Kerja
8 -
Pertukangan
Sumber: DLHK Kab. Polewali Mandar. 2022
Jenis dampak dan sifat dampak dari kegiatan mobilisasi peralatan
adalah penurunan kualitas udara dan kebisingan, gangguan lalu-lintas dan
dampaknya bersifat negatif.

4. Kegiatan Pembersihan Lahan dan Pematangan Lahan

Lokasi rencana pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko seluas


4,99 ha merupakan hutan produksi terbatas dengan komposisi tutupan
lahan 70 % semak alang/rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan 30
% pohon Jati Putih (Gmelina arborea) dan Jati Merah (Tectona grandis).
Penyiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari pohon dan
semak belukar selanjutnya di lakukan pematangan lahan dengan perataan

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-22
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

dan pemadatan untuk kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan


pembangunan jalan, saluran dan struktur TPA.

- Pengupasan Vegetasi

Pengupasan vegetasi dilakukan dengan jalan menebang pohon-


pohon dan semak belukar yang tumbuh di lokasi TPA, hingga ke
bagian akar tanaman dan bagian tanah yang lunak. Pekerjaan
pengupasan vegetasi mengunakan alat berat atau gergaji kayu
untuk pohon yang berdiameter besar, sedangkan untuk pohon dan
ranting kecil dikerjakan secara manual mengunakan kapak.
Berdasarkan pengamatan tutupan lahan dimana jumlah pohon
jati sekitar 30% dari luas lahan yang akan dibangun (3,84 ha),
kegiatan pengupasan vegetasi khususnya tanaman pohon jati
lakukan pada lahan seluas ±1,152 ha.
Dalam melakukan penyiapan dan pembersihan lahan hanya
sebatas keperluan pembangunan fasilitas dan jalan masuk bangunan
TPA Sampah di Desa Sattoko. Diharapkan tidak menebang seluruh
pohon yang ada dalam lokasi TPA sampah, minimal disisakan
selebar ± 10 meter dari batas lahan sempadan.

- Pekerjaan Perataan dan Pemadatan

Pekerjaan perataan tanah sekaligus sebagai pemadatan tanah


mengunakan alat berat (Loader) dilakukan untuk mendapatkan
tingkat kerataan tanah yang sesuai di lakukan pada areal
pembangunan kegiatan penunjang TPA.
Jenis dampak dan sifat dampak dari kegiatan pembersihan lahan dan
pematangan lahan adalah hilangnya vegetasi dan habitat fauna darat, dan
dampaknya bersifat negatif.

5. Kegiatan Mobilisasi Material

Kegiatan mobilisasi material dapat dilakukan serempak maupun


secara berkala sesuai kebutuhan anggaran maupun jenis kegiatan
konstruksi secara efektif dan efisien.

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-23
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Proses mobilisasi material dilakukan dengan mengunakan truk


pengangkut kapasitas 2-8 ton atau sesuai dengan kelas jalan, dengan
durasi pengangkutan sesuai dengan kebutuhan. Material berupa pasir,
batu gunung, batu merah dan lain-lain diangkut berasal dari wilayah
Kecamatan Mapilli dan sekitarnya.
Pengadaan material seperti, baja ringan (spandek), kayu, tripleks,
bahan cat serta bahan lainnya akan didatangkan dari lokasi terdekat dari
Kabupaten Polewali Mandar maupun dari luar lokasi/daerah jika bahan
yang dibutuhkan tidak tersedia.
Jenis dampak dan sifat dampak dari kegiatan mobilisasi material
berupa penurunan kualitas udara dan kebisingan, gangguan lalu-lintas dan
dampaknya bersifat negatif.

6. Jalan Akses dan Operasional

a) Jalan Akses
Sistim jaringan jalan akses ke TPA sampah di Desa Sattoko
berfungsi sebagai penghubung antar kegiatan TPA dengan kriteria
sebagai berikut:
Kriteria umum;
 Pastikan rencana jalan mampu menjadi sarana lalu lintas
angkutan truk pengangkut sampah dan alat-alat berat lain yang
beroperasi dalam lahan TPA (bulldozer, excavator dan
compactor).
 Pastikan akses jalan bisa memperlancar kegiatan pembongkaran
sampah (tipping activity).
 Rancang jalan bisa berfungsi untuk pencegahan masuknya aliran
permukaan dari luar lahan efektif maupun dari dalam lahan.
 Pastikan rancangan jalan bisa memperindah area landfill
Kriteria khusus;
 Dapat dilalui kendaraan truk sampah dari 2 arah.
 Lebar jalan minimal 8 m, dengan kemiringan pemukaan jalan 2-
3% menuju arah saluran drainase,

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-24
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

 Mampu menahan beban perlintasan dengan tekanan gandar 10


ton dan kecepatan kendaraan 30 km/jam.
Lapisan perkerasan jalan TPA Sampah terdiri dari:
 Lapisan permukaan (surface course) adalah aspal AC-WC tebal 5
cm
 Coran Rigid Beton tebal 25 cm
 Caor lantai kerja beton tebal 10 cm
 Pondasi sirtu kelas C (CBR-25) tebal 15 cm
 Lapisan tanah yang dipadatkan tebal 20 cm

Gambar B.4. Contoh Struktur Jalan Akses

b) Jalan Operasional
Jalan operasi yang dibutuhkan dalam pengoperasian TPA terdiri
dari 3 jenis (SNI no.03-3241-1994), yaitu:
1) Jalan operasi penimbunan sampah, jenis jalan bersifat temporer,
setiap saat dapat ditimbun dengan sampah.

2) Jalan operasi yang mengelilingi TPA, jenis jalan bersifat permanen


dapat berupa jalan beton, aspal atau perkerasan jalan sesuai
beban dan kondisi jalan.

3) Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/pos jaga bengkel,


tempat parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis jalan bersifat
permanen.

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-25
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Jalan operasi merupakan tempat beroperasinya kendaraan


pengangkut sampah yang masuk dan ke luar dari area penimbunan
sampah. Jalan ini dilengkapi dengan tempat berputar kendaraan yang
berfungsi untuk berputar arah untuk menghindari kemacetan dan
lahan curah yang berfungsi sebagai tempat truk pengangkut sampah
menuangkan sampah dalam lahan timbun. Jalan operasi
direncanakan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
 Kecepatan kendaraan = 20 km/jam
 Lebar jalan di seluruh area TPA 5 m (beserta saluran drainase)
 Bahu jalan (kiri dan kanan jalan) selebar 0,5 meter dengan
konstruksi beton karena kesulitan transportasi peralatan aspal ke
lokasi dan daya tahan beton yang lebih lama
 Kemiringan < 6 %
 Slope tanggul jalan 1 : 1.5 dengan ketinggian 0.5 – 4.0 meter
 Beban kendaraan minimum 30 ton
 Lapisan perkerasan untuk jalan beton

Jenis dampak dan sifat dampak dari kegiatan pembuatan jalan akses
dan jalan operasional berupa penurunan kualitas udara dan kebisingan,
dan dampaknya bersifat negatif.
7. Pekerjaan Lahan/Zona TPA

Kegiatan pekerjaan lahan TPA dengan melakukan penggalian dan


perataan akan berlangsung pada tapak dan areal lahan TPA sampah.
Kegiatan penggalian dan perataan lahan operasional TPA di sesuai
dengan aspek teknis rencana kegiatan atau gambar rencana dengan
mengunakan peralatan alat berat excavator. Penggalian kontur yang
lebih tinggi dilakukan pemotongan untuk menurunkan elevasi
permukaan dan perataan bagian areal pada elevasi yang lebih rendah
agar didapatkan tapak yang sesuai.
Selain penggalian dan perataan tanah untuk pembentukan area sel
penumpukan sampah juga untuk pembentukan penempatan pipa lindi,
pipa gas, geostextile. Apabila hasil pengalian masih tersisa tanah

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-26
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

penimbunan, maka akan dimanfaatkan untuk cadangan tanah penutup


TPA yang ditempatkan pada tempat penumpukan tanah penutup.

a. Pekerjaan Lapisan Dasar Landfill

Fungsi dari sistem pelapis dasar yaitu untuk melindungi kualitas


lingkungan, terkhusus kualitas air tanah agar tidak tercemar oleh lindi
yang berasal dari sel landfill.
Beberapa kriteria dalam perencanaan lapisan dasar TPA diatur
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga, yaitu:
- Dasar TPA harus dilengkapi saluran pipa pengumpul lindi dan
kemiringan minimal 2 % kearah saluran pengumpul maupun
penampung lindi.
- Pembentukan dasar TPA harus dilakukan secara bertahap sesuai
dengan urutan zona/blok dengan urutan. Lapisan dasar TPA harus
kedap air sehingga lindi terhambat meresap kedalam tanah dan
tidak mencemari air tanah. Koefisien permeabilitas lapisan dasar TPA
harus lebih kecil dari 10-6 cm/det.
- Pelapisan dasar kedap air dapat dilakukan dengan cara melapisi
dasar TPA dengan tanah lempung yang dipadatkan (30 cm x 2) atau
geomembran setebal 1,5 – 2 mm, tergantung pada kondisi tanah.

b. Pekerjaan Sistem Pengumpul Lindi

Pengumpul lindi dibuat untuk mengumpulkan lindi agar


selanjutnya dapat diolah pada Instalasi Pengolahan Air Lindi (IPAL).
Pengumpul lindi dirancang berdasarkan topografi TPA, serta kondisi
meterologi TPA. Saluran pengumpul lindi terdiri dari saluran pengumpul
sekunder dan primer. Kriteria saluran pengumpul sekunder adalah
sebagai berikut:
- Dipasang memanjang ditengah blok/zona penimbun.

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-27
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

- Saluran pengumpul tersebut menerima aliran dari dasar lahan


dengan kemiringan minimal 2%.
- Saluran pengumpul terdiri dari rangkaian pipa PVC.
- Dasar saluran dapat dilapisi dengan liner (lapisan kedap air).
Kriteria saluran pengumpul primer adalah sebagai berikut:
- Menggunakan pipa PVC/HDPE dengan diameter minimal 300
mm, berlubang (untuk pipa ke bak pengumpul lindi tidak
berlubang saluran primer dapat dihubungkan dengan hilir saluran
sekunder oleh bak kontrol, yang berfungsi pula sebagai ventilasi
yang dikombinasikan dengan pengumpul gas vertikal.

Gambar B.5. Contoh Detail Pipa Pengumpul Lindi

c. Pekerjaan Pengolahan IPAL Lindi

Sistem pengolahan air lindi yang direncanakan adalah proses


pengolahan dengan sistem activated sludge (lumpur aktif) merupakan
sistem biakan tersuspensi dengan sirkulasi lumpur yang meliputi proses
dengan pencampuran sempurna (reactor plug flow). Proses lumpur aktif
termasuk dalam proses biologi aerobik, yaitu proses penguraian polutan
organik dalam air limbah dengan menggunakan mikroorganisme dan
oksigen CO2 dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru.
Perlengkapan atau peralatan standar yang digunakan dalam proses
pengolahan lumpur aktif meliputi:

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-28
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

- Tangki aerasi tempat bereaksinya air lindi dengan mikroorganisme


penguraian air lindi. Mikroorgnisme yang terdapat dalam air lindi
disebut activated sludge
- Bak pengendap untuk memisahkan air lindi yang telah dimurnikan
dari lumpur aktif.
- Sistem sirkulasi untuk membalikkan sebagian lumpur dari bak
pengendap ke tangki aerasi. Sirkulasi ini digunakan untuk menjaga
konsentrasi mikroorganisme dalam tangki aerasi. Tinggi rendahnya
konsentrasi mikroorganisme dalam tangki aerasi merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi efesiensi pengolahan
- Sistem pengolahan dan pembuangan kelebihan lumpur sebagai
akibat dari pertumbuhan mikroorganisme.
- Peralatan supplay udara seperti blower udara
- Sistem pengadukan untuk membuat campuran mikroorganisme
dan air lindi homogen serta mencegah pengendapan lumpur
dalam tangki aerasi. Sel mikroba membentuk flok yang akan
mengendap di tangki pengendapan.

Adapun unit-unit yang terdapat dalam proses pengolahan air lindi


sebagai berikut:
1) Unit Pemisah Lemak dan Minyak
Unit yang berfungsi memisahkan memisahkan padatan dan cairan
yang memiliki berat jenis lebih kecil dari pada air limbah (lindi).
Pemisahan dalam unit ini terjadi secara alamiah tanpa bantuan
flotasi (aided flotation).
2) Unit Ekualisasi
Unit ekualisasi adalah bak penampungan yang berfungsi untuk
meminimumkan dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair
baik kuantitas maupun kualitas yang berbeda dan
menghomogenkan konsentrasi limbah cair.
3) Unit Pengendapan Awal (pre-sedimentation)

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-29
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Unit ini berfungsi untuk memisahkan partikel yang mudah


mendendap seperti pasir, kerikil kecil, kepingan logam dan lain-
lain supaya tidak menggangu proses pengolahan berikutnya.
Partikel ini memiliki massa yang lebih berat dari material organik
di dalam air limbah lindi
4) Unit Aerasi
Unit yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses
pencampuran sempuran antara mikroorganisme dan air lindi
dengan bantuan aerator. Banyaknya jumlah aerator yang
dibutuhkan tergantung dari jumlah udara yang akan di injeksikan
kedalam air lindi.
5) Unit Penambahan NaOH
Unit ini berfungsi untuk menambahkan larutan kimia NaOH
dalam air lindi supaya logam kadmium (Cd) yang terdapat dalam
air lindi dapat olah.
6) Unit Pengendap Akhir (final-sedimentation)
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan mikroorganisme yang
sudah mati dan menjadi lumpur.

Gambar B.6. Contoh Layout Proses Teknologi Pengolahan Air Limbah Lindi

d. Pekerjaan Ventilasi Gas

Pekerjaan ventilasi gas yang berfungsi untuk mengalirkan dan


mengurangi akumulasi tekanan gas pada lahan TPA. Ventilasi gas yang
berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi akumulasi tekanan gas
mempunyai kriteria teknis sebagai berikut:

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-30
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

- Pipa ventilasi dipasang dari dasar TPA secara bertahap pada setiap
lapisan sampah dan dapat dihubungkan dengan pipa pengumpul
lindi
- Pipa ventilasi gas berupa pipa HDPE atau pipa HDPE yang tahan
terhadap tekanan diameter 150 mm (diameter lubang perforasi
maksimum 1,5 cm) yang dikelilingi oleh saluran bronjong
berdiameter 400 mm dan diisi batu pecah diameter 50-100 mm
- Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi timbunan
(setiap lapisan sampah ditambah 50 cm)
- Pipa ventilasi pada akhir timbunan harus ditambah dengan pipa
besi diameter 150 mm
- Gas yang keluar dari ujung pipa besi harus dibakar atau
dimanfaatkan sebagai energi alternative
- Jarak antara pipa ventilasi gas 50-70 m
- Gas bio dialirkan ke pipa penangkap gas melalui ventilasi sistem
penangkap gas, lalu dibakar pada gas flare. Sangat dianjurkan
menangkap gas bio tersebut untuk dimanfaatkan untuk kebutuhan
gas dan energi listrik

Jenis dampak dan sifat dampak dari kegiatan pembuatan pekerjaan


lahan TPA berupa penurunan kualitas udara dan kebisingan, dan
dampaknya bersifat negatif.

e. Pekerjaan Penutupan Tanah

Tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan,


bahaya kebakaran, timbulnya bau, berkembang biaknya lalat atau
binatang pengerat dan mengurangi timbulan lindi dengan kriteria
sebagai berikut:
- Jenis tanah penutup adalah tanah yang tidak kedap.

- Periode penutupan tanah harus disesuaikan dengan metode


pembuangannya, untuk lahan urug saniter penutupan tanah
dilakukan setiap hari, sedangkan untuk lahan urug terkendali
penutupan tanah dilakukan secara berkala.

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-31
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

- Kemiringan tanah penutup harus cukup untuk dapat mengalirkan


air hujan keluar dari atas lapisan penutup tersebut.

- Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading


dengan kemiringan tidak lebih dari 30 derajat (perbandingan 1 :
3) untuk menghidari terjadinya erosi.

Gambar. B.7. Contoh Penutupan Lapisan Tanah


Jenis dampak dan sifat dampak dari pekerjaan lahan operasional
TPA sampah berupa penurunan kualitas udara dan kebisingan, dan
dampaknya bersifat negatif.

8. Jembatan Timbang

Jembatan timbang berfungsi untuk menghitung berat sampah yang


masuk ke TPA dengan ketentuan sebagai berikut:
- Jembatan timbang diwajibkan untuk kota atau kabupaten dengan
timbulan sampah min, 5 ton/hari.
- Lokasi jembatan timbang harus dekat dengan kantor/pos jaga dan
terletak pada jalan masuk TPA.
- Jembatan timbang harus dapat menahan beban minimal 5 ton
- Lebar jembatan timbang minimal 3,5 m
Jenis jembatan timbang pada TPA Sampah Sattoko yaitu Type Pitless
dengan rancangan sebagai berikut:
- Ditempatkan pada sisi kanan jalan masuk, sehingga tidak bertemu
arus dengan truk yang keluar dari TPA

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-32
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

- Ditempatkan setelah gerbang lokasi TPA


- Memiliki akses ganda untuk masuk ke jembatan timbang dan jalan by
pass.
- Kapasitas jembatan timbang lebih rendah dibanding berat truk dan
sampah yang diangkut
- Memiliki struktur yang kuat, sehingga tidak mudah mengalami
kerusakan
- Dihubungkan dengan sistem pencatat secara elektronik untuk
menghindarkan terjadinya kesalahan dalam pencatatan
- Memiliki sistem penerangan yang cukup, untuk antisipasi sistem kerja
malam hari.
- Kapasitas direncanakan dengan kemampuan 50 ton, dengan sistem
komputer

Gambar. B.8. Contoh Jembatan Timbang type pitless

9. Pekerjaan Lahan Utilitas (Penunjang)

Pekerjaan lahan utilitas pada TPA Sampah di Desa Sattoko di


uraikan sebagai berikut:

a. Fasilitas Air Bersih


Fasilitas air bersih akan digunakan terutama untuk kebutuhan
kantor. Penyediaan air bersih ini dapat dilakukan dengan sumur
bor dan pompa. Kebutuhan air untuk kegiatan kantor ± 10
ltr/pegawai/hari (Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-33
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

PU, 1996) dengan 6 orang pegawai (struktur pengelola UPTD


TPA Sampah di Desa Sattoko) maka dalam sehari kebutuhan air
adalah ± 60 ltr/pegawai/hari atau 0.0052 ltr/detik.

Adapun Kebutuhan air dalam pada tahap konstruksi berasal dari


luar proyek dengan mendatangkan air dengan mobil tangki
selanjutnya di tampung pada bak penampungan sementara
pada lokasi proyek.

b. Bengkel/Hangar
Bengkel/garasi/hangar berfungsi untuk menyimpan dan atau
memperbaiki kendaraan atau alat besar yang rusak. Luas
bangunan yang akan direncanakan harus dapat menampung 3
kendaraan. Peralatan bengkel minimal yang harus ada di TPA
adalah peralatan untuk pemeliharaan dan kerusakan ringan.
Kegiatan perbaikan kendaraan ataupun kegiatan perawatan
kendaraan dapat menimbulkan dampak berupa limbah B3 dan
penurunan kualitas air permukaan.
c. Sumur uji
Sumur uji ini berfungsi untuk memantau kemungkinan
terjadinya pencemaran lindi terhadap air tanah disekitar TPA
dengan ketentuan sebagai berikut:
- Lokasi sumur uji harus terletak pada area pos jaga (sebelum
lokasi penimbunan sampah), dilokasi sekitar penimbunan
dan pada lokasi setelah penimbunan.
- Penempatan lokasi harus tidak pada daerah yang akan
tertimbun sampah
- Kedalaman sumur 20 – 25 m dengan luas 1 m2
Jenis dampak dan sifat dampak dari pekerjaan lahan utilitas
(penunjang) adalah timbulan sampah penurunan kualitas udara dan
kebisingan, dan dampaknya bersifat negatif.

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-34
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

C. Kegiatan Operasional

Kegiatan pada tahap operasional TPA Sampah di Desa Sattoko antara


lain:
1. Operasional armada truk sampah yang masuk dan keluar TPA
Setelah dibukanya kegiatan operasional TPA maka kegiatan
operasional truk yang mengangkut sampah akan berlangsung
hampir setiap hari. Pada kegiatan ini menimbulkan dampak
berupa penurunan kualitas udara dan sifat dampak negatif.

2. Operasional Kolam Landfill


Kegiatan operasional kolam landfill melibatkan alat berat untuk
pengurugan sampah dan tanah, serta kendaraan truk pengangkut
sampah, selain itu gas buangan akibat proses dalam kolam landfill
menimbulkan dampak berupa penurunan kualitas udara,
penularan vector penyakit dan penurunan kualitas air, sifat
dampak yang ditimbulkan negatif.

3. Operasional IPL Lindi TPA


Operasional IPL lindi pada TPA dapat menimbulkan dampak
apabila dalam pengelolaanya tidak sesuai dengan dokumen
standar teknis pemenuhan baku mutu air limbah untuk
pembuangan air limbah ke media tertentu yang telah dibuat.
Dampak yang terjadi berupa penurunan kualitas air permukaan,
sifat dampak yang ditimbulkan negatif.

4. Operasional Tempat Cuci Kendaraan

5. Operasional Kantor UPTD TPA

D. Tahap Penutupan/Pasca Operasional

Setelah operasional TPA sampah telah berakhir dan/atau sel


pembuangan sudah penuh, sehingga dilakukan kegiatan penutupan TPA
sampah yang nantinya akan di kembalikan sesuai fungsi awalnya yaitu
sebagai Hutan Produksi Terbatas (HPT).

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-35
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Pemantauan pasca operasional terhadap kualitas air tanah harus terus


dilakukan secara rutin dan berkala mengingat masih ada potensi
pencemaran dari sampah yang telah diurug/ditutup.
Pada tahap pasca operasi, sudah tidak menerima sampah lagi, namun
proses pembusukan sampah yang telah ada tetap berlansung sehingga
tetap terjadi emisi gas metan dan karbondioksida serta terbentuknya
cairan lindi.
Kegiatan pasca operasional TPA sampah antara lain:
- Inspeksi rutin
- Kegiatan revegetasi dan pemeliharaan lapisan penutup
- Penanaman dan pemeliharaan tanaman di TPA
- Pemeliharaan dan kontrol cairan lindi dan gas
- Pembersihan dan pemeliharaan saluran-saluran drainase
- Pemantauan kualitas lingkungan
Jenis dampak dan sifat dampak dari kegiatan pasca operasional
penurunan kualitas udara, penurunan kualitas air tanah, penurunan
kualitas air permukaan dan dampaknya bersifat negatif.

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar B-36
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

C. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA


PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA STANDAR PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Dampak lingkungan hidup yang akan terjadi akibat rencana Pembangunan


Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Sattoko di Desa Sattoko, Kecamatan
Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar ditetapkan melalui proses pelingkupan
dengan mempertimbangkan rona lingkungan dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Proses pelingkupan dilakukan melalui identifikasi dampak potensial,
selanjutnya diperoleh dampak nyata yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan
pembangunan TPA di sajikan pada tabel berikut:
Tabel. C.1 Jenis Dampak Pada Tahapan Kegiatan

Tahap Kegiatan Kegiatan Jenis Dampak


Presepsi Negatif Masyarakat
Tahap Pra Konstruksi Survey Lapangan
Terhadap Rencana Kegiatan
Mobilisasi Tenaga Kerja Peluang dan Kesempatan Kerja

Kegiatan Pembuatan Direksi Keet Timbulan Sampah


dan Basecamp Penurunan Kualitas Air Permukaan
Kemacetan lalu-lintas dan kerusakan
jalan
Mobilisasi Peralatan
Penurunan Kualitas Udara dan
Kebisingan
Kegiatan Pembersihan Lahan dan Hilangnya
Pematangan Lahan Vegetasi dan Habitat Fauna Darat
Tahap Konstruksi Penurunan Kualitas Udara dan
Kebisingan
Kegiatan Mobilisasi Material
Kemacetan Lalu-Lintas Dan Kerusakan
Jalan
Penurunan Kualitas Udara dan
Pembangunan Akses Jalan TPA
Kebisingan
Penurunan Kualitas Udara dan
Lahan TPA/zona TPA
Kebisingan
Timbulan Sampah
Pembuatan Fasilitas Penunjang Penurunan Kualitas Udara dan
Kebisingan
Operasional Armada Truk Sampah Penurunan Kualitas Udara
Penurunan Kualitas Udara
Tahap Operasional
Peningkatan Vektor Penyakit dan
Operasional Kolam Landfill Penularan Penyakit
Penurunan Kualitas Air Tanah

Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar C-1
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Tahap Kegiatan Kegiatan Jenis Dampak


Operasional Instalasi Pengolahan
Penurunan Kualitas Air Permukaan
Air Lindi (IPAL)
Operasional Tempat Cuci
Penurunan Kualitas Air Permukaan
Kendaraan
Timbulan Sampah
Operasional Kantor UPTD TPA
Penurunan Kualitas Air Permukaan
Penurunan Kualitas Air Tanah
Pasca Operasional Penutupan TPA Penurunan Kualitas Air Permukaan
Penurunan Kualitas Udara

Adapun dampak lingkungan yang ditimbulkan dan upaya pengelolaan


lingkungan hidup serta standar pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
dirangkum dan disajikan dalam bentuk matriks di bawah ini;

Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar C-2
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

TABEL C.2. MATRIKS UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL UPL)
RENCANA PEMBANGUNAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH DI DESA SATTOKO, KABUPATEN POLEWALI MANDAR.

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup

A TAHAP PRA-KONSTRUKSI

1. Survey Lapangan
Dengan Presepsi • Lahan TPA • Melakukan Kantor Satu kali • Memantau Kantor Satu kali Institusi
adanya negatif merupakan sosialisasi Desa selama tingkat Desa selama Pelaksana :
kegiatan masyarakat Hutan rencana Sattoko kegiatan partisipasi sattoko kegiatan o Dinas
pengukuran terhadap Produksi kegiatan Pertemua masyarakat Pertemuan Lingkungan
batas – rencana Terbatas pembangunan n dalam Konsultasi Hidup dan
batas lahan kegiatan. dan bukan TPA Sampah di Konsultasi kegiatan Masyarakat Kehutanan
dan patok- merupakan Desa Sattoko Masyarak PKM (PKM) Kab.
patok lahan ke semua at (PKM) • Memantau Polewali
penanda garapan pemangku masukan Mandar
batas lokasi • Persepsi kepentingan di dari Institusi
TPA negatif wilayah masyarakat Pengawas:
warga setempat
o Dinas
akibat tepatnya di
Lingkungan
ketidak kantor Desa
Hidup
tahuan Sattoko
Provinsi
rencana • Pemrakarsa Sulawesi
kegiatan (6 menjelaskan Barat
orang kepada o Badan
warga yang masyarakat Penelitian
di temui di terkait maksud Pengemban
sekitar dan tujuan, gan dan
lokasi) dampak yang Perencanaa
akan n Kab.
ditimbulkan Polman
serta solusi o Dinas
penanganan Pekerjaan
dampak Umum dan
kegiatan Penataan
C-3
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
pembangunan Ruang
TPA Kabupaten
• Pemrakarsa Polewali
menjelaskan Mandar
hak dan o Camat
kewajiban Mapilli
masing-masing o Kepala
pihak yang Desa
terlibat dengan Sattoko
kegiatan Penerima
pembangunan Laporan;
TPA o Dinas
Lingkungan
Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat

B TAHAP KONSTRUKSI

1. Mobilisasi Tenaga Kerja

Adanya Peluang dan • Penerimaan • Memberikan Kantor 1 (satu) • Memantau Kantor 1 (satu) kali Institusi
penerimaan Kesempatan tenaga kesempatan Desa kali pada perekrutan Desa pada saat Pelaksana :
Tenaga Kerja Kerja kerja lokal seluas-luasnya Sattoko saat tenaga sattoko dilaksanakan o Dinas
untuk sebanyak kepada dilaksanak kerja lokal kegiatan Lingkungan
pekerjaan 52 orang masyarakat an yang penerimaan Hidup dan
pembanguna akan lokal untuk kegiatan terserap tenaga kerja Kehutanan
n TPA menambah menjadi penerimaa untuk Kab.
penghasila tenaga kerja n tenaga kegiatan Polewali
n warga konstruksi. kerja pembangun Mandar
sekitar • Memprioritaska an TPA o Kontraktor
• UMK antara n masyarakat • Memantau Pelaksana
2 jt s/d 3 jt lokal yang persepsi Institusi

C-4
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
bermukim di masyarakat Pengawas:
sekitar lokasi tentang o Dinas
kegiatan untuk jumlah Lingkungan
diterima tenaga Hidup
sebagai tenaga kerja lokal Provinsi
kerja yang Sulawesi
konstruksi. terserap Barat
• Penerimaan o Dinas
tenaga kerja Transmigra
lokal si, Tenaga
disesuaikan Kerja dan
dengan Energi
keterampilan Sumber
yang dimiliki Daya
oleh tenaga Mineral
kerja yang Kabupaten
direkrut Polewali
dengan Mandar
kebutuhan o Camat
kegiatan Mapilli
pembangunan o Kepala
TPA. Desa
Sattoko
• Memberikan
Upah Minimum Penerima
sesuai dengan Laporan;
standar o Dinas
Pengupahan Lingkungan
UMK yang Hidup
berlaku pada Provinsi
wilayah Sulawesi
Kabupaten Barat
Polewali.
• Memberikan
perlindungan

C-5
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
dan jaminan
keselamatan
kepada pekerja
dengan
mengikutserta
kan dalam
program
Jaminan
Keselamatan
dan Sosial dan
BPJS
ketenagakerja
an
• Memberikan
upah kerja
lembur kepada
pekerja yang
melakukan
kerja lembur
sesuai
ketentuan dari
standar
Pengupahan PP
No. 78 Tahun
2015.
• Melibatkan
aparat
pemerintah
setempat
(lurah/kepala
desa) dalam
proses
perekrutan
tenaga kerja.

C-6
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup

2. Kegiatan Pembuatan Direksi Keet dan Basecamp

2.1 Aktifitas Timbulan • Jumlah • Menyediakan Direksi Selama Memantau Direksi Keet Selama Institusi
kegiatan Sampah timbulan tempat Keet dan kegiatan aktifitas dan kegiatan Pelaksana :
pembanguna sampah 0,3 sampah Basecamp aktifitas kegiatan Basecamp aktifitas o Dinas
n dan kg/hr domestik bagi operasional Direksi Keet operasional Lingkungan
pengoperasi (Puslitbang karyawan dan Direksi dan Direksi Keet Hidup dan
an Direksi kim dan pekerja di Keet dan Basecamp dan Kehutanan
Keet dan LPM ITB lokasi Direksi Basecamp khususnya Basecamp Kab.
basecamp 1989) Keet dan pengunaan Polewali
Basecamp. tempat Mandar
• Memasang sampah, o Kontraktor
papan keberadaan Pelaksana
peringatan lubang
Institusi
“Dilarang pembuangan
Pengawas:
Membuang akhir dan
o Dinas
Sampah petugas
Lingkungan
Sembarangan” kebersihan
Hidup
• Membuat Provinsi
lubang dengan Sulawesi
kedalaman 1 Barat
meter dan o Dinas
diameter 60 Pekerjaan
cm sebagai Umum dan
tempat Penataan
pembuangan Ruang
akhir sampah Kabupaten
organic Polewali
• Menunjuk Mandar
petugas o Camat
sebagai Mapilli
penanggungja o Kepala
Desa
C-7
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
wab Sattoko
kebersihan
Penerima
lingkungan
Laporan;
basecamp atau
o Dinas
sistem piket
Lingkungan
• Melakukan Hidup
pembersihan Provinsi
lingkungan Sulawesi
kerja setiap Barat
pagi oleh
petugas
kebersihan
2.2 Aktifitas Penurunan • Penurunan • Membuat Basecamp Selama Memantau Basecamp Selama Institusi
MCK Kualitas Air kualitas air toilet/KM yang kegiatan aktifitas kegiatan Pelaksana :
penghuni Permukaan permukaan dilengkapi aktifitas kegiatan aktifitas MCK o Dinas
Basecamp (pH, TSS, septic tank MCK Basecamp Basecamp Lingkungan
TDS, COD, untuk Basecamp khususnya Hidup dan
BOD,DO mengelola kegiatan Kehutanan
dan Total limbah cair MCK Kab.
Coliform) yang Polewali
di nilai dihasilkan oleh Mandar
berdasarka penghuni base o Kontraktor
n Peraturan camp Pelaksana
Gubernur • Septic tank Institusi
Sulawesi bersifat Pengawas:
Barat portabel o Dinas
Nomor 34
Lingkungan
Tahun
Hidup
2015
Provinsi
Tentang
Sulawesi
Baku Mutu
Barat
Air.
o Dinas
• Klasifikasi
Pekerjaan
Kelas yang
Umum dan
di gunakan
C-8
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Kelas III Penataan
Ruang
Kabupaten
Polewali
Mandar
o Camat
Mapilli
o Kepala
Desa
Sattoko
Penerima
Laporan;
o Dinas
Lingkungan
Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat
3. Mobilisasi Peralatan
3.1 Adanya Kemacetan Panjang • Membatasi Tapak Selama  Memantau Tapak Selama Institusi
Aktifitas lalu-lintas jalan yang kecepatan kegiatan kegiatan waktu dan kegiatan kegiatan Pelaksana :
pengadaan/ dan berpotensi kendaraan dan ruas mobilisasi akses jalur dan ruas mobilisasi o Dinas
mobilisasi kerusakan mengalami pada saat jalan peralatan serta jalan peralatan Lingkungan
peralatan ke jalan kerusakan mobilisasi sekitar kecepatan sekitar Hidup dan
lokasi TPA dengan peralatan pemukiman kendaraan pemukiman Kehutanan
adanya maximal 40 terdekat dalam terdekat Kab.
kegiatan km/jam dengan pelaksanaan dengan Polewali
mobilisasi • Melakukan lokasi mobilisasi lokasi Mandar
peralatan ± mobilisasi kegiatan peralatan kegiatan o Kontraktor
12 KM peralatan pada pembangun  Memantau pembangun Pelaksana
siang hari an TPA ketersediaan an TPA Institusi
rambu lalu Pengawas:
• Memasang
lintas dan o Dinas
tanda rambu
C-9
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
lalulintas dan papan Lingkungan
papan informasi Hidup
informasi kegiatan Provinsi
kegiatan  Melakukan Sulawesi
mobilisasi observasi Barat
peralatan terhadap o Dinas
mulai dari kerusakan Perhubung
jalan masuk jalan yang an
(jalan provinsi) dilalui oleh Kabupaten
ke jalan kendaraan Polewali
kabupaten angkutan Mandar
lokasi TPA peralatan o Satlantas
• Menggunakan  Memantau Polres
truk segala Kabupaten
pengangkut bentuk Polewali
alat berat dari keluhan Mandar
sumber masyarakat o Camat
menuju lokasi dalam Mapilli
TPA (tidak kegiatan o Kepala
boleh mobilisasi Desa
menjalankan peralatan Sattoko
alat berat pada
Penerima
jalan umum)
Laporan;
• Melakukan o Dinas
kerjasama Lingkungan
dalam Hidup
penentuan Provinsi
akses jalan Sulawesi
untuk kegiatan Barat
mobilisasi
peralatan
dengan Dinas
Perhubungan
Kab. Polewali
Mandar dan
C-10
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Satlantas
Polres Kab.
Polewali
Mandar

3.2 Aktifitas Penurunan • Penurunan • Mengunakan Tapak Selama • Melakukan Tapak Selama Institusi
pengadaan/ Kualitas kualitas kendaraan kegiatan kegiatan pemantauan kegiatan kegiatan Pelaksana :
mobilisasi Udara dan udara pengangkut dan ruas mobilisasi kualitas dan ruas mobilisasi o Dinas
peralatan ke Kebisingan berupa peralatan yang jalan peralatan udara jalan peralatan Lingkungan
lokasi TPA konsentrasi layak jalan sekitar (konsentrasi sekitar Hidup dan
debu, SO2, lulus uji emisi pemukiman debu, SO2, pemukiman Kehutanan
NO2, CO terdekat NO2, CO) terdekat Kab.
• Membatasi
yang dinilai dengan berdasarkan dengan Polewali
kecepatan
berdasarka lokasi Peraturan lokasi Mandar
kendaraan
n Peraturan kegiatan Pemerintah kegiatan o Kontraktor
pada saat
Pemerintah pembangun RI No.22 pembangun Pelaksana
mobilisasi
RI No.22 an TPA Tahun 2021 an TPA
kendaraan Institusi
Tahun (Lampiran
max 40 Pengawas:
2021 VII) tentang
km/jam o Dinas
(Lampiran Baku Mutu
Lingkungan
VII) • Menggunakan Udara
Hidup
tentang truk Ambient
Provinsi
Baku Mutu pengangkut • Melakukan Sulawesi
Udara material yang pemantauan Barat
Ambient memiliki standar o Dinas
knalpot kebisingan
• Penilaian Perhubung
standar yang berdasarkan
standar an
tidak bising Kepmen
kebisingan Kabupaten
berdasarka • Melakukan Negara Polewali
n Kepmen kerjasama Lingkungan Mandar
Negara dalam Hidup
o Satlantas
Lingkungan penempatan Nomor:
Polres
Hidup petugas untuk 48/MENLH/
Kabupaten
Nomor: kegiatan XI/1996
Polewali
C-11
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
48/MENLH/ mobilisasi tentang Mandar
XI/1996 peralatan Baku Mutu o Camat
tentang dengan Dinas Tingkat Mapilli
Baku Mutu Perhubungan Kebisingan o Kepala
Tingkat Kab. Polewali Desa
Kebisingan Mandar dan Sattoko
Satlantas
• Jumlah alat Penerima
Polres Kab.
berat ± 4 Laporan;
Polewali
unit dan o Dinas
Mandar
truk ± 6 Lingkungan
unit Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat

4. Kegiatan Pembersihan Lahan dan Pematangan Lahan

Keadaan Hilangnya • Terganggu • Melakukan Di dalam Dilakukan Melakukan Di dalam Dilakukan Institusi
lahan Vegetasi nya flora penyiapan dan dan sekitar sejak awal pemantauan dan sekitar sekali selama Pelaksana :
setelah dan Habitat dan fauna pembersihan lokasi kegiatan keberadaan lokasi tahap o Dinas
pembersihan Fauna Darat • Tutupan lahan hanya lingkungan tahap fauna dan lingkungan konstruksi Lingkungan
dan lahan pada sebatas kegiatan konstruksi flora yang kegiatan Hidup dan
pematangan lokasi TPA keperluan pembangun dilaksanak terganggu/hil pembangun Kehutanan
70% alang- pembangunan an TPA an ang terutama an TPA Kab.
lang dan fasilitas dan Polewali
yang
30 % jalan masuk Mandar
dilindungi
pohon jati bangunan TPA o Kontraktor
(luas lahan • Diharapkan Pelaksana
yang tidak Institusi
terkupas menebang Pengawas:
±1,152 ha) seluruh pohon o Dinas
• Dampak yang ada Lingkungan
yang dalam lokasi Hidup
terjadi TPA, minimal Provinsi
disisakan
C-12
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
berskala selebar ± 10 Sulawesi
kecil dan meter dari Barat
bersifat batas lahan o Dinas
negatif sempadan Pekerjaan
hutan yang Umum dan
tersisa Penataan
• Melakukan Ruang
pembukaan Kabupaten
lahan secara Polewali
bertahap Mandar
o Camat
• Menyiapkan
Mapilli
lahan khusus
o Kepala
untuk
Desa
penampungan
Sattoko
sementara
hasil tebangan Penerima
pohon dan Laporan;
semak o Dinas
• Membuat Lingkungan
papan Hidup
pengumuman Provinsi
larangan Sulawesi
menebang Barat
pohon/tanama
n yang
memiliki nilai
penting dan
berburu hewan
spesies
tertentu di
sekitar lokasi
bangunan TPA
• Berkoordinasi
dengan aparat

C-13
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
pemerintah
(kepala desa
Sattoko)
mengenai
pemanfaatan
hasil tebangan
pohon ke pada
masyarakat

5 Kegiatan Mobilisasi Material

5.1 Aktifitas Penurunan • Penurunan • Truk wajib Tapak Selama • Melakukan Tapak Satu kali Institusi
pengadaan/ Kualitas kualitas menutup bak kegiatan kegiatan pemantauan kegiatan selama Pelaksana :
mobilisasi Udara dan udara pengangkut dan ruas mobilisasi kualitas dan ruas kegiatan o Dinas
material dari Kebisingan berupa material jalan material udara jalan mobilisasi Lingkungan
tempat konsentrasi dengan terpal sekitar (konsentrasi sekitar material Hidup dan
pengambilan debu, SO2, • Membersihkan pemukiman debu, SO2, pemukiman Kehutanan
material ke NO2, CO dan menyiram terdekat NO2, CO) terdekat Kab.
lokasi TPA yang dinilai ceceran dengan berdasarkan dengan Polewali
berdasarka material di lokasi Peraturan lokasi Mandar
n Peraturan permukaan kegiatan Pemerintah kegiatan o Kontraktor
Pemerintah jalan dan pembangun RI No.22 pembangun Pelaksana
RI No.22 lingkungan an TPA Tahun 2021 an TPA
Institusi
Tahun kerja setiap (Lampiran
Pengawas:
2021 hari VII) tentang
o Dinas
(Lampiran Baku Mutu
• Membersihkan Lingkungan
VII) Udara
tanah/lumpur Hidup
tentang Ambient
yang Provinsi
Baku Mutu • Melakukan
melengket Sulawesi
Udara pemantauan
pada ban truk Barat
Ambient standar
sebelum keluar o Dinas
• Penilaian dari tapak kebisingan Perhubung
standar kegiatan berdasarkan an
kebisingan Kepmen Kabupaten
• Menggunakan
berdasarka Negara Polewali
truk
C-14
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
n Kepmen pengangkut Lingkungan Mandar
Negara material yang Hidup o Satlantas
Lingkungan memiliki Nomor: Polres
Hidup knalpot 48/MENLH/ Kabupaten
Nomor: standar yang XI/1996 Polewali
48/MENLH/ tidak bising. tentang Mandar
XI/1996 • Melakukan Baku Mutu o Camat
tentang Koordinasi Tingkat Mapilli
Baku Mutu dengan Dinas Kebisingan o Kepala
Tingkat Perhubungan Desa
Kebisingan Kabupaten Sattoko
• Besaran Polewali
Penerima
dampak Mandar dan
Laporan;
relatif kecil Satlantas
o Dinas
dan Polres
Lingkungan
bersifat Kabupaten
Hidup
negatif Polewali
Provinsi
(truk ± 8 Mandar dalam
Sulawesi
unit proses
Barat
pengangkutan
material.

5.2 Aktifitas Kemacetan Panjang • Membatasi Tapak Selama  Memantau Tapak Selama Institusi
pengadaan/ lalu-lintas jalan yang muatan kegiatan kegiatan waktu dan kegiatan kegiatan Pelaksana :
mobilisasi dan berpotensi kendaraan dan ruas mobilisasi akses jalur dan ruas mobilisasi o Dinas
material dari kerusakan mengalami pengangkutan jalan material serta jalan material Lingkungan
tempat jalan kerusakan bahan material sekitar kecepatan sekitar Hidup dan
pengambilan dengan sesuai standar pemukiman kendaraan pemukiman Kehutanan
material ke adanya optimal terdekat dalam terdekat Kab.
lokasi TPA kegiatan • Membatasi dengan pelaksanaan dengan Polewali
mobilisasi kecepatan lokasi mobilisasi lokasi Mandar
material ± 8 kendaraan kegiatan material kegiatan o Kontraktor
KM pada saat pembangun  Memantau pembangun Pelaksana
mobilisasi an TPA ketersediaan an TPA
Institusi
C-15
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
material rambu lalu Pengawas:
• Membuat lintas dan o Dinas
jadwal yang papan Lingkungan
jelas terkait informasi Hidup
mobilisasi kegiatan Provinsi
material,  Melakukan Sulawesi
sehingga dapat observasi Barat
disosialisasikan terhadap o Dinas
kepada kerusakan Perhubung
masyarakat jalan yang an
dilalui oleh Kabupaten
• Menggunaka
kendaraan Polewali
material
angkutan Mandar
bangunan
sumber daya material o Satlantas
alam dengan  Memantau Polres
sumber yang segala Kabupaten
memiliki izin bentuk Polewali
sesuai dengan keluhan Mandar
peraturan yang masyarakat o Camat
berlaku dalam Mapilli
kegiatan o Kepala
• Melakukan
mobilisasi Desa
Koordinasi
material Sattoko
dengan Dinas
Perhubungan Penerima
Kab. Polewali Laporan;
Mandar dan o Dinas
Satlantas Lingkungan
Polres Kab. Hidup
Polewali Provinsi
Mandar dalam Sulawesi
proses Barat
pengangkutan
bahan material

C-16
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup

6. Pembangunan Akses Jalan TPA

Adanya Penurunan • Penurunan • Menggunakan Tapak Selama • Melakukan Tapak Satu kali Institusi
aktifitas Kualitas kualitas peralatan dan kegiatan kegiatan pemantauan kegiatan selama Pelaksana :
Pembanguna Udara dan udara mesin dan ruas pembang kualitas dan ruas kegiatan o Dinas
n akses jalan Kebisingan berupa konstruksi jalan unan udara jalan pembangun Lingkungan
TPA (gas konsentrasi yang sekitar akses (konsentrasi sekitar an jalan Hidup dan
emisi debu, SO2, kondisinya laik lokasi jalan TPA debu, SO2, lokasi masuk Kehutanan
buangan NO2, CO pakai dan lulus kegiatan NO2, CO) kegiatan lokasi TPA Kab.
kendaraan, yang dinilai tes emisi pembangun berdasarkan pembangun Polewali
kadar debu berdasarka berkala. an TPA Peraturan an TPA Mandar
pada lokasi) n Peraturan • Untuk Pemerintah o Kontraktor
Pemerintah meminalisir RI No.22 Pelaksana
RI No.22 tingkat Tahun 2021
Institusi
Tahun kebisingan (Lampiran
Pengawas:
2021 tidak VII) tentang
o Dinas
(Lampiran melakukan Baku Mutu
Lingkungan
VII) kegiatan Udara
Hidup
tentang konstruksi di Ambient
Provinsi
Baku Mutu luar jam • Melakukan Sulawesi
Udara istirahat dan pemantauan Barat
Ambien waktu sholat standar o Dinas
• Penilaian kebisingan Perhubung
standar berdasarkan an
kebisingan Kepmen Kabupaten
berdasarka Negara Polewali
n Kepmen Lingkungan Mandar
Negara Hidup o Dinas
Lingkungan Nomor: Pekerjaan
Hidup 48/MENLH/ Umum dan
Nomor: XI/1996 Penataan
48/MENLH/ tentang Ruang
XI/1996 Baku Mutu Kabupaten
tentang Tingkat Polewali
Baku Mutu
C-17
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Tingkat Kebisingan Mandar
Kebisingan o Camat
• Besaran Mapilli
dampak o Kepala
relatif kecil Desa
dan Sattoko
bersifat Penerima
negatif Laporan;
(panjang o Dinas
jalan ± 450 Lingkungan
m) Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat

7. Pekerjaan Lahan/Zona TPA

Buangan gas Penurunan • Penurunan • Menggunakan Dalam Selama • Melakukan Dalam Pemantauan Institusi
emisi Kualitas kualitas peralatan dan lokasi kegiatan pemantauan lokasi dilakukan 1 Pelaksana :
kendaraan Udara dan udara mesin pembangu pembang kualitas pembangu (satu) kali o Dinas
berat, dan Kebisingan berupa konstruksi nan TPA unan udara nan TPA setiap Lingkungan
truk konsentrasi yang lahan TPA (konsentrasi periode Hidup dan
debu, SO2, kondisinya laik debu, SO2, tahap Kehutanan
NO2, CO pakai dan lulus NO2, CO) konstruksi Kab.
yang dinilai tes emisi berdasarkan lahan Polewali
berdasarka berkala. Peraturan pembanguna Mandar
n Peraturan Pemerintah n TPA o Kontraktor
• Melakukan
Pemerintah RI No.22 Pelaksana
pengalian dan
RI No.22 Tahun 2021
penimbunan Institusi
Tahun (Lampiran
memperhatika Pengawas:
2021 VII) tentang
n arah dan o Dinas
(Lampiran Baku Mutu
kecepatan Lingkungan
VII) Udara
angin guna Hidup
tentang Ambient
meminalisir Provinsi
Baku Mutu • Melakukan
peningkatan Sulawesi
C-18
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Udara partikel debu pemantauan Barat
Ambien di udara standar o Dinas
kebisingan Pekerjaan
• Penilaian • Menghindari
berdasarkan Umum dan
standar sekecil
Kepmen Penataan
kebisingan mungkin
Negara Ruang
berdasarka tercecernya
Lingkungan Kabupaten
n Kepmen bahan
Hidup Polewali
Negara bangunan
Nomor: Mandar
Lingkungan seperti semen
48/MENLH/ o Camat
Hidup dan pasir.
XI/1996 Mapilli
Nomor:
• Untuk tingkat tentang o Kepala
48/MENLH/
kebisingan Baku Mutu Desa
XI/1996
tidak Tingkat Sattoko
tentang
melakukan Kebisingan
Baku Mutu Penerima
kegiatan
Tingkat Laporan;
konstruksi di
Kebisingan o Dinas
luar jam
Lingkungan
• Jumlah alat istirahat dan
Hidup
berat ± 4 jam sholat
Provinsi
unit dan
Sulawesi
truk ± 6
Barat
unit
• Besaran
dampak
relatif kecil
dan
bersifat
negatif

8. Pembuatan Fasilitas Penunjang


8.1 Sisa material Timbulan • Jumlah  Menyiapakan Dalam Selama Melakukan Dalam Pemantauan Institusi
konstruksi sampah timbulan tempat lokasi kegiatan pengamatan lokasi dilakukan 1 Pelaksana :
berupa zak sampah 0,3 sampah aktifitas aktifitas langsung di aktifitas (satu) kali o Dinas

C-19
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
semen, kayu, kg/hr sementara pembuata pembuata lapangan pembuatan setiap Lingkungan
dan material (Puslitbang dilokasi n fasilitas n fasilitas mengenai fasilitas periode Hidup dan
lainnya kim dan pembuatan penunjang penunjan keberadaan penunjang tahap Kehutanan
LPM ITB fasilitas g. tempat konstruksi Kab.
1989) penunjang sampah, pembanguna Polewali
 Memasang papan n fasiltas Mandar
papan peringatan penunjang o Kontraktor
peringatan dan Pelaksana
“Dilarang kebersihan
Institusi
Membuang lokasi kerja.
Pengawas:
Sampah o Dinas
Sembarangan Lingkungan
 Melakukan Hidup
pembersihan Provinsi
lingkungan Sulawesi
kerja setiap Barat
pagi oleh o Dinas
petugas Pekerjaan
kebersihan Umum dan
Penataan
Ruang
Kabupaten
Polewali
Mandar
o Camat
Mapilli
o Kepala
Desa
Sattoko
Penerima
Laporan;
o Dinas
Lingkungan
Hidup

C-20
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat
8.2 Aktifitas alat Penurunan • Penurunan • Menggunakan Dalam Selama • Melakukan Dalam Pemantauan Institusi
mesin Kualitas kualitas peralatan dan lokasi kegiatan pemantauan lokasi dilakukan 1 Pelaksana :
konstruksi Udara dan udara mesin pembangun pembangu kualitas pembangun (satu) kali o Dinas
dan ceceran Kebisingan berupa konstruksi an fasilitas nan fasiltas udara an fasilitas setiap Lingkungan
sisa material konsentrasi yang penunjang penunjang (konsentrasi penunjangT periode Hidup dan
debu, SO2, kondisinya laik TPA TPA debu, SO2, PA tahap Kehutanan
NO2, CO pakai dan lulus NO2, CO) konstruksi Kab.
dinilai tes emisi berdasarkan fasiltas Polewali
berdasarka berkala. Peraturan penunjang Mandar
n Peraturan Pemerintah TPA o Kontraktor
• Menghindari
Pemerintah RI No.22 Pelaksana
sekecil
RI No.22 Tahun 2021
mungkin Institusi
Tahun (Lampiran
tercecernya Pengawas:
2021 VII) tentang
bahan o Dinas
(Lampiran Baku Mutu
bangunan Lingkungan
VII) Udara
seperti semen Hidup
tentang Ambient
dan pasir yang Provinsi
Baku Mutu • Melakukan
dapat Sulawesi
Udara pemantauan
meningkatkan Barat
Ambien standar
intesitas kadar o Dinas
• Penilaian debu di udara. kebisingan Pekerjaan
standar berdasarkan Umum dan
• Untuk tingkat Kepmen
kebisingan Penataan
kebisingan Negara
berdasarka Ruang
tidak Lingkungan
n Kepmen Kabupaten
melakukan Hidup
Negara Polewali
kegiatan Nomor:
Lingkungan Mandar
konstruksi di 48/MENLH/
Hidup o Camat
luar jam XI/1996
Nomor: Mapilli
istirahat dan tentang
48/MENLH/ o Kepala
jam sholat Baku Mutu
XI/1996 Desa
tentang Tingkat
C-21
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Baku Mutu Kebisingan Sattoko
Tingkat
Penerima
Kebisingan
Laporan;
o Dinas
Lingkungan
Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat

C. TAHAP OPERASIONAL

1. Operasional Armada Truk Sampah

Tidak Penurunan • Penurunan • Menggunakan Dalam Selama • Melakukan Dalam Dilakukan Institusi
primanya Kualitas kualitas armada truk lokasi dan kegiatan pemantauan lokasi dan secara Pelaksana :
kondisi Udara udara pengangkut sekitar operasional dan sekitar periodik o Dinas
armada truk berupa sampah yang wilayah TPA armada pengecekan wilayah TPA sekali dalam Lingkungan
penganggut konsentrasi kondisinya laik truk armada kurun waktu Hidup dan
sampah debu, SO2, pakai dan lulus sampah yang layak 6 (enam) Kehutanan
NO2, CO tes emisi pakai, bulan Kab.
yang dinilai pengunaan Polewali
• Melengkapi selama
berdasarka penutup Mandar
truk sampah tahap
n Peraturan armada dan
dengan operasional Institusi
Pemerintah kesadaran
penutup berlangsung Pengawas:
RI No.22 sopir
berupa jaring- o Dinas
Tahun menjalanka
jaring dan Lingkungan
2021 n SOP
terpal yang Hidup
(Lampiran dalam
baik pada Provinsi
VII) mengangkut
pengangkutan Sulawesi
tentang sampah
sampah Barat
Baku Mutu
• Melakukan o Camat
Udara • Supir truk
pemantauan Mapilli
Ambien dalam hal
kualitas o Kepala
pengangkutan
C-22
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
• Dampak dan udara Desa
berskala pembuangan berdasarkan Sattoko
kecil dan sampah ke Peraturan
Penerima
bersifat areal zona TPA Pemerintah
Laporan;
negatif selalu RI No.22
o Dinas
berpedoman Tahun 2021
Lingkungan
pada SOP (Lampiran
Hidup
kerja VII) tentang
Provinsi
Baku Mutu
Sulawesi
Udara
Barat
Ambient

2. Operasional Kolam Landfill


2.1 Gas buangan Penurunan • Penurunan  Melakukan Dalam Selama • Melakukan Dalam Dilakukan Institusi
alat berat, Kualitas kualitas perawatan lokasi kegiatan pemantauan lokasi secara Pelaksana :
truk dan gas Udara udara kendaran truk wilayah TPA operasional langsung di wilayah TPA periodik o Dinas
dari ventilasi berupa terkait emisi kolam lapangan sekali dalam Lingkungan
gas pada konsentrasi gas buang truk landfill terhadap kurun waktu Hidup dan
landfill debu, SO2, pengangkut perawatan 6 (enam) Kehutanan
NO2, CO sampah dari laik pakai bulan Kab.
yang dinilai titik sumber kendaraan Polewali
selama
berdasarka sampah truk, Mandar
tahap
n Peraturan menuju lokasi pembuatan
operasional Institusi
Pemerintah TPA sampah zona
berlangsung Pengawas:
RI No.22  Membuat zone pembatas,
o Dinas
Tahun pembatas dan
Lingkungan
2021 (Buffer zone) kegiatan
Hidup
(Lampiran disekeliling penutupan
Provinsi
VII) area TPA tanah
Sulawesi
tentang dengan • Melakukan Barat
Baku Mutu menanam pemantauan o Camat
Udara tanaman yang kualitas Mapilli
Ambien dapat udara o Kepala
• Berskala menyerap gas (konsentrasi Desa

C-23
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
kecil dan polutan debu, SO2, Sattoko
bersifat  Melakukan NO2, CO
Penerima
negatif pengecekkan )berdasarka
Laporan;
dan n Peraturan
o Dinas
pemeliharaan Pemerintah
Lingkungan
pipa ventilasi RI No.22
Hidup
pembuangan Tahun 2021
Provinsi
gas dalam (Lampiran
Sulawesi
lahan landfill VII) tentang
Barat
Baku Mutu
 Mengupayakan
Udara
pemanfaatan
Ambient
Gas TPA
sebagai energi
alternatif
 Melakukan
penutupan
sampah
dengan tanah
penutup pada
TPA secara
perodik
maksimal 7
hari sekali
2.2 Belum di Peningkatan Tumbuhnya  Memasang Dalam Selama • Melakukan Dalam Dilakukan Institusi
tutupnya Vektor populasi penutup setiap lokasi kegiatan pemantauan lokasi secara Pelaksana :
sampah Penyakit serangga, kendaraan truk wilayah TPA operasional mobilisasi wilayah TPA periodik o Dinas
pada lahan dan lalat, tikus pengangkut kolam truk, sekali dalam Lingkungan
landfill Penularan pada sampah sampah untuk landfill penutupan kurun waktu Hidup dan
Penyakit yang belum mengurangi sampah 6 (enam) Kehutanan
ditutup lebih mobilisasi dengan bulan Kab.
dari 7 hari vektor tanah dan Polewali
selama
dampak penyakit pengecekka Mandar
tahap
berskala  Melakukan n populasi
operasional Institusi
kecil dan penutupan serangga,
Pengawas:
C-24
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
bersifat sampah tikus dan berlangsung o Dinas
negatif dengan tanah lalat Lingkungan
penutup pada Hidup
• Memfasilitas
TPA secara Provinsi
i kegiatan
perodik Sulawesi
penyuluhan
maksimal 7 Barat
petugas TPA
hari sekali o Dinas
dengan
 Melakukan Kesehatan
Dinas
pengendalian Kab.
Kesehatan
populasi Polewali
serangga, tikus mandar
dan lalat o Camat
secara Mapilli
kontinyu dan o Kepala
teratur baik Desa
secara biologi Sattoko
dan kimia Penerima
 Melakukan Laporan;
peningkatan o Dinas
pengetahuan Lingkungan
petugas TPA Hidup
sampah Provinsi
terhadap Sulawesi
aspek vektor Barat
penyakit yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
masyarakat,
melalui
penyuluhan
yang
bekerjasama
dengan Dinas
Kesehatan
C-25
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Kab. Polewali
Mandar
2.3 Belum Penurunan • Penurunan  Membentuk Dalam Selama • Melakukan Dalam Dilakukan Institusi
maksimalnya Kualitas air kualitas air Dasar TPA lokasi kegiatan pemantauan lokasi secara Pelaksana :
liner Tanah permukaan sesuai dengan wilayah TPA operasional kesesuaian wilayah TPA periodik o Dinas
pembatas (pH, TSS, spesifikasi kolam dasar TPA, sekali dalam Lingkungan
dasar sel TDS, COD, yang landfill material kurun waktu Hidup dan
sehingga BOD,DO dipersyaratkan liner, dan 6 (enam) Kehutanan
terjadi dan Total sesuai PerMen ketersedian bulan Kab.
infiltrasi Coliform) PU sumur Polewali
selama
pada tanah di nilai No.03/PRT/M/2 pantau Mandar
tahap
keluar berdasarka 013 tentang
• Melakukan operasional Institusi
mengalir ke n Peraturan tentang
pemantauan berlangsung Pengawas:
air Gubernur Penyelenggara
kualitas air o Dinas
pemukaan Sulawesi an Prasarana
tanah (pH, Lingkungan
Barat dan Sarana
TSS, TDS, Hidup
Nomor 34 Persampahan
COD, Provinsi
Tahun dalam
BOD,DO Sulawesi
2015 Penanganan
dan Total Barat
Tentang Sampah
Coliform) o Camat
Baku Mutu Rumah Tangga
berdasarkan Mapilli
Air. dan Sampah
Peraturan o Kepala
• Klasifikasi Sejenis
Gubernur Desa
Kelas yang Sampah
Sulawesi Sattoko
di gunakan Rumah Tangga
Barat
Kelas III  Melakukan Penerima
Nomor 34
pengawasan Laporan;
Tahun 2015
yang ketat o Dinas
Tentang
terhadap Lingkungan
Baku Mutu
sistem dan Hidup
Air
material liner Provinsi
yang Sulawesi
digunakan Barat
sebagai
pembatas
C-26
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
sampah pada
TPA.
 Membuat
saluran air
hujan dan
disalurkan ke
saluran
drainase
disekeliling
lokasi kegiatan
TPA berguna
untuk
mengurangi
debit aliran
permukaan
(run off) yang
menyebabkan
peningkatan
limbah lindi.
 Melengkapi
akhir saluran
drainase
sebelum
masuk ke
badan air
dengan
sedimen trap
dan selalu
dilakukan
pemeliharaan
 Membangun
sumur pantau
minimal setiap
sisi area

C-27
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
pembangunan
TPA sampah
sesuai dengan
spesifikasi
yang
dipersyaratkan
pada PerMen
PU
No.03/PRT/M/2
013 tentang
tentang
Penyelenggara
an Prasarana
dan Sarana
Persampahan
dalam
Penanganan
Sampah
Rumah Tangga
dan Sampah
Sejenis
Sampah
Rumah Tangga

3 Operasional Instalasi Pengolahan Air Lindi (IPAL)


Pengelolaan Penurunan Melakukan • Membangun Dalam Selama • Memantau Dalam • Dilakukan Institusi
air lindi yang Kualitas Air penilaian Instalasi lokasi kegiatan tingkat lokasi secara Pelaksana :
tidak Permukaan kualitas air Pengolahan wilayah TPA operasional pemeliharaa wilayah TPA periodik o Dinas
maksimal permukaan Lindi (IPL) TPA IPL Lindi n kolam- untuk Lingkungan
dalam kolam dan buangan Sampah di kolam IPAL pemantaua Hidup dan
IPAL lindi akhir lindi Desa Sattoko lindi n hasil air Kehutanan
(outfall) harus sesuai • Melakukan buangan Kab.

C-28
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
berdasarkan dengan pemantauan akhir lindi Polewali
Permen LHK spesifikasi hasil dari dilakukan Mandar
Nomor yang buangan setiap
Institusi
P.59/2016 dipersyaratkan akhir lindi bulan
Pengawas:
tentang Baku pada Standar (outfall) selama
o Dinas
Mutu Air Teknis berdasarkan tahap
Lingkungan
Lindi Pemenuhan Permen LHK operasional
Hidup
Baku Mutu Air Nomor berlangsun
Provinsi
Limbah TPA P.59/2016 g
Sulawesi
sampah di tentang • Pelaporan Barat
Desa Sattoko Baku Mutu dilakukan o Camat
 Melakukan Air Lindi periodik Mapilli
pengecekan setiap 3 o Kepala
dan bulan Desa
pemeliharaan selama Sattoko
secara periodik tahap
pada kolam- operasional Penerima
kolam IPAL berlangsun Laporan;
lindi g o Dinas
Lingkungan
Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat

4. Operasional Tempat Cuci Kendaraan


Air bekas Penurunan Berskala  Sistem Dalam Selama Melakukan Dalam Dilakukan Institusi
cuci Kualitas Air kecil dan penyaluran air lokasi kegiatan pemantauan lokasi secara Pelaksana :
kendaraan Permukaan bersifat limbah bekas wilayah TPA operasional langsung di wilayah TPA periodik o Dinas
armada TPA negatif (8 cuci (drainase) pencucian lapangan sekali dalam Lingkungan
kendaraan) dengan kendaraan mengenai kurun waktu Hidup dan
memperhatika ketersediaan 6 (enam) Kehutanan
n kemiringan saluran bulan Kab.
(elevasi) dari drainase, Polewali
C-29
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
saluran dan dan sedimen selama Mandar
tidak ada air pond pada tahap
Institusi
buangan yang lokasi operasional
Pengawas:
tergenang pencucian berlangsung o Dinas
 Membuat kendaraan
Lingkungan
saluran Hidup
darinase Provinsi
terpisah Sulawesi
menuju titik Barat
pengollan IPAL o Camat
Lindi Mapilli
 Membuat o Kepala
sedimen pond Desa
pada kegiatan Sattoko
pencucian truk
Penerima
sampah
Laporan;
sebelum
o Dinas
dialirkan ke
Lingkungan
pipa inlet IPAL
Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat

5. Operasional Kantor UPTD TPA


5.1 Sampah Timbulan • Jumlah  Menyiapakan Dalam Selama Melakukan Dalam Dilakukan Institusi
padat sampah timbulan tempat lokasi kegiatan pengamatan lokasi secara Pelaksana :
sampah 0,3 sampah aktifitas aktifitas langsung di aktifitas periodik o Dinas
kg/hr sementara kantor kantor lapangan kantor sekali dalam Lingkungan
(Puslitbang dilokasi kantor berjalan. mengenai kurun waktu Hidup dan
kim dan  Memasang keberadaan 6 (enam) Kehutanan
LPM ITB papan tempat bulan Kab.
1989) peringatan sampah, Polewali
selama
“Dilarang papan Mandar
tahap
C-30
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Membuang peringatan operasional Institusi
Sampah dan berlangsung Pengawas:
Sembarangan kebersihan o Dinas
 Melakukan lokasi kerja. Lingkungan
pembersihan Hidup
lingkungan Provinsi
kerja setiap Sulawesi
pagi oleh Barat
petugas o Camat
kebersihan Mapilli
o Kepala
Desa
Sattoko
Penerima
Laporan;
o Dinas
Lingkungan
Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat
5.2 Air Limbah Penurunan Kebutuhan Melengkapi Dalam Selama Melakukan Dalam Satu kali Institusi
bekas kamar Kualitas Air air ± 10 KM/toilet yang lokasi kegiatan pengamatan lokasi selama Pelaksana :
mandi Permukaan ltr/pegawai/h diolah melalui aktifitas aktifitas langsung di aktifitas kegiatan o Dinas
ari septic tank kantor kantor lapangan kantor operasional Lingkungan
berdampak terhadap berjalan. mengenai kantor Hidup dan
skala kecil limbah cair keberadaan Kehutanan
yang berasal Kamar Mandi Kab.
dari fasilitas yang Polewali
kantor dilengkapi Mandar
dengan
Institusi
septic tank.
Pengawas:
o Dinas
Lingkungan

C-31
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat
o Camat
Mapilli
o Kepala
Desa
Sattoko
Penerima
Laporan;
o Dinas
Lingkungan
Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat

D. TAHAP PENUTUPAN/PASCA OPERASI

1. Penutupan TPA
1.1 Kualitas air Penurunan • Penurunan  Melanjutkan Pada efluen Dilakukan  Melakukan Pada efluen Dilakukan Institusi
tanah pada Kualitas Air kualitas air operasional IPL dan sejak awal pengujian IPL dan secara Pelaksana :
sumur Tanah permukaan IPAL lindi saluran air kegiatan kualitas air saluran air periodik o Dinas
pantau (pH, TSS, sampai aliran dekat TPA tahap tanah dekat TPA sekali dalam Lingkungan
TDS, COD, air lindi tidak serta sumur pasca Melakukan serta sumur kurun waktu Hidup dan
BOD,DO mengalir lagi ke pantau operasional pemantauan pantau 6 (enam) Kehutanan
dan Total IPL lindi Lingkungan dilaksana kualitas air Lingkungan bulan Kab.
Coliform)  Melakukan TPA kan tanah TPA sampah Polewali
selama
di nilai pemeliharaan berdasarkan Sattoko Mandar
tahap
berdasarka dan monitoring Peraturan
penutupan Institusi
n Peraturan terhadap lindi Gubernur
berlangsung Pengawas:
Gubernur dari TPA yang Sulawesi
o Dinas
Sulawesi ditutup dengan Barat Nomor
Lingkungan
C-32
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Barat melakukan 34 Tahun Hidup
Nomor 34 pengamatan 2015 Provinsi
Tahun terhadap debit Tentang Sulawesi
2015 pada inlet dan Baku Mutu Barat
Tentang outlet Instalasi Air o Camat
Baku Mutu Pengolahan Mapilli
Air. Lindi (IPL) o Kepala
• Klasifikasi  Melakukan Desa
Kelas yang penutupan TPA Sattoko
di gunakan sampah secara Penerima
Kelas III keseluruhan Laporan;
dengan o Dinas
reklamasi Lingkungan
penanaman Hidup
tumbuh- Provinsi
tumbuhan dan Sulawesi
rumput, Barat
sehingga dapat
dimanfaatkan
kembali
nantinya
1.2 Kualitas air Penurunan Melakukan  Melanjutkan Pada Dilakukan  Melakukan Pada • Dilakukan Institusi
buangan Kualitas Air penilaian operasional saluran sejak awal pemantauan saluran secara Pelaksana :
IPAL lindi Permukaan kualitas air IPAL lindi drainase kegiatan kualitas dan drainase periodik o Dinas
permukaan sampai aliran keliling tahap kebersihan keliling untuk Lingkungan
dan buangan air lindi tidak sekitar pasca drainase sekitar pemantaua Hidup dan
akhir lindi mengalir lagi ke lokasi operasional dalam lokasi lokasi n hasil air Kehutanan
(outfall) IPL lindi kegiatan dilaksana TPA kegiatan buangan Kab.
berdasarkan  Melakukan TPA kan  Melakukan TPA akhir lindi Polewali
Permen LHK pemeliharaan pengambilan dilakukan Mandar
Nomor terhadap sampel setiap
Institusi
P.59/2016 kerusakan kualitas air bulan
Pengawas:
tentang Baku saluran efluen IPL selama
o Dinas
Mutu Air drainase lindi dan tahap
Lingkungan
operasional
C-33
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Lindi sekeliling TPA saluran air berlangsun Hidup
 Melakukan dekat TPA g Provinsi
peningkatan serta sumur • Pelaporan Sulawesi
pertumbuhan pantau yang dilakukan Barat
vegetasi atau berdasarkan periodik o Camat
rerumputan Permen LHK setiap 3 Mapilli
pada tanah Nomor bulan o Kepala
penutup, dari P.59/2016 selama Desa
resiko aliran tentang tahap Sattoko
permukaan Baku Mutu penutupan Penerima
(Run off) pada Air Lindi berlangsun Laporan;
saat hujan g o Dinas
yang Lingkungan
berdampak Hidup
pada Provinsi
peningkatan Sulawesi
kekeruhan air Barat
permukaan
1.3 Belum Penurunan Penurunan  Menanam Pada Dilakukan  Melakukan Pada Dilakukan Institusi
sempurna Kualitas kualitas pepohonan dan lingkungan sejak awal pemantauan lingkungan secara Pelaksana :
tumbuhnya Udara udara berupa tanaman yang sekitar kegiatan jenis dan sekitar periodik o Dinas
vegetasi konsentrasi dapat lokasi tahap ragam lokasi sekali dalam Lingkungan
debu, SO2, menyerap kegiatan pasca pohon yang kegiatan kurun waktu Hidup dan
NO2, CO polutan dan TPA operasional di tanam TPA 6 (enam) Kehutanan
yang dinilai bersifat dilaksana  Melakukan bulan Kab.
berdasarkan pelindung kan pemantauan Polewali
selama
Peraturan  Menanam kualitas Mandar
tahap
Pemerintah pepohonan udara penutupan Institusi
RI No.22 yang sebaiknya berdasarkan berlangsung Pengawas:
Tahun 2021 bernilai Peraturan o Dinas
(Lampiran keindahan Pemerintah Lingkungan
VII) tentang RI No.22 Hidup
Baku Mutu Tahun 2021 Provinsi
Udara (Lampiran Sulawesi

C-34
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN STANDAR PEMANTAUAN LINGKUNGAN Instusi


DAMPAK LINGKUNGAN Pengelola
HIDUP HIDUP
dan
Ket.
Pemantauan
Sumber Jenis Besaran
NO Bentuk Lokasi Periode Bentuk Lokasi Periode Lingkungan
Dampak Dampak Dampak
Hidup
Ambien VII) tentang Barat
Baku Mutu o Camat
Udara Mapilli
Ambient o Kepala
Desa
Sattoko
Penerima
Laporan;
o Dinas
Lingkungan
Hidup
Provinsi
Sulawesi
Barat

C-35
PEMERINTAHKABUPATENPOLEWALIMANDAR
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Jl. RA. Kartini Pekkabata Polewali, Kode Pos 91315
Telepon. 0428- 22192 Faks 0428-22192
Website: https://perangkatdaerah.polmankab.go.id/Dlhk

SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN


PEMANTAUANLINGKUNGAN HIDUP

Kami yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Ir. Hj. Rahmin, M.Si
Jabatan : Kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kab.
Polewali Mandar
Alamat : JI. R.A. Kartini Nomor 01 Kel. Pekkabata, Kee. Polewali,
Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat
Telpon : 0428-22192
Bidang kegiatan : Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan A khir (TPA)
Sampah di desa Sattoko
Dengan ini menyatakan kesanggupan dengan sungguh-sungguh:
1. Bersedia melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan secara berkala
melaporkan hasilnya kepada instansi terkait minimal 2 kali dalam setahun.
2. Bersedia dipantau terhadap dampak dari usaha atau kegiatan kami oleh
pihak yang memiliki Surat Tugas dari pejabat yang berwenang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Apabila kami lalai melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, maka kami bersedia menghentikan usaha atau kegiatan kami
dan bersedia menanggung resiko yang ditimbulkannya serta ditindak sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Apabila terjadi perubahan perluasan lokasi/pengembangan, proses kegiatan,
kapasitas dan kegiatan operasional lainnya yang belum dimasukkan dalam
dokumen awal, maka kami bersedia menyusun kembali dokumen
lingkungan dan mengurus Persetujuan Lingkungan sesuai peraturan yang
berlaku.
Polewali Mandar, 25 A pril 2022
Yang Memberi Pernyataan,

rl1
Kepala Dinas DLHK Kab. Polman


. ;�Glj
I ..
:l :tm,
TGL 211

£ I ME
TEM
� .80AJX791141f /

Ir. Hj. RAHMIN, M.Si


NIP. 19620927 199203 2 006

UKL UPL - Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar D-1
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

E. DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, E dkk (1989). Pengkajian Laju Timbulan Sampah di Indonesia, Puslit.


Bang. Pemukiman Dept PU-LPM ITB. Jakarta

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup, (1996). Keputusan Menteri Lingkungan


Hidup Nomor 48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Sekertariat. Jakarta.

Kementerian Pekerjaan Umum. (2013). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta

Peraturan Gubernur Sulawesi Barat (2015). Peraturan Gubernur Sulawesi Barat


Nomor 34 Tahun 2015 Tentang Baku Mutu Air Kriteria Mutu Air. Mamuju

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2016). Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi Bagi Usaha dan
/atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Jakarta

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2021). Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 06 Tahun
2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Jakarta

Peraturan Pemerintah, (2021). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22


Tahun 2021 tentang Penyelengaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jakarta

Peraturan Pemerintah, (2021). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22


Tahun 2021. Lampiran III tentang Pedoman Pengisian Formulir UKL-UPL.
Jakarta

Peraturan Pemerintah, (2021). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22


Tahun 2021. Lampiran VI tentang Baku Mutu Air Nasional. Jakarta

Peraturan Pemerintah, (2021). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22


Tahun 2021. Lampiran VII tentang Baku Mutu Udara Ambien. Jakarta

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, (2021). Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar
Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. Jakarta

UKL-UPL Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar E-1
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

F. LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lampiran 1 (Perizinan dan Rekomendasi)


− Surat Keterangan RTRW.
− Berita Acara Rapat Pembahasan Rencana Pembangunan TPA Baru
(TKPRD)
− Surat Arahan Penyusunan Dokumen Lingkungan
− Surat Telaah Status Lokasi
− Surat Pernyataan bahwa rencana kegiatan Pembangunan TPA
Sampah di Desa Sattoko masih dalam tahap perencanaan dan belum
ada kegiatan
− Kesesuaian Kawasan Hutan dengan Peta Indikatif Penghentian
Pemberian Perizinan Berusaha, Persetujuan Pengunaan Kawasan
Hutan atau Persetujuan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Baru.
2. Lampiran 2 (Persetujuan Teknis)
− Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah.
− Penapisan Mandiri Pemenuhan Baku Mutu Kegiatan Pembuangan
Emisi.
− Rekomendasi ANDALALIN
3. Lampiran 3 (Pertemuan Konsultasi Masyarakat)
− Berita Acara Kegiatan PKM
− Daftar Hadir Kegiatan PKM
− Dokumentasi Kegiatan PKM
4. Lampiran 4 (Kelengkapan Peta dan Gambar)
− Peta Hasil Survey Calon Lokasi TPA Sampah di Desa Sattoko
− Peta Lokasi Sumber Air Limbah, IPAL dan Titik Penaatan
− Peta Pengelolaan Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko
− Peta Pemantauan Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko
5. Lampiran 5 (Hasil Uji Laboratorium)
− Hasil Uji Air Permukaaan
− Hasil Uji Udara Ambien
6. Lampiran 6 (Dokumentasi Kegiatan)
7. Lampiran 7 (Penyusun)

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar F-1
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

LAMPIRAN 1
PERIZINAN DAN REKOMENDASI

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

LAMPIRAN 2
PERSETUJUAN TEKNIS

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
Surat Nomor :
Tanggal : 21 April 2022

PERSETUJUAN TEKNIS
PEMANFAATAN AIR LIMBAH UNTUK APLIKASI KE TANAH
(MEMANFAATKAN AIR LIMBAH UNTUK PENYIRAMAN DAN
PENCUCIAN)
TPA SAMPAH DESA SATTOKO, KECAMATAN MAPILLI
KABUPATEN POLEWALI MANDAR

A. Pemenuhan Standar Teknis

1. Deskripsi Kegiatan
a. Jenis dan Kapasitas Kegiatan
Kabupaten Polewali Mandar termasuk dalam kategori kota kecil
dan sedang sehingga kegiatan TPA yang dibangun minimal dapat
menggunakan metode Control Landfil (metode lahan urug
terkendali) sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Metode ini dilakukan pengurugan di areal pengurugan sampah,
dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup
sekurang-kurangnya setiap tujuh hari.
TPA Sattoko berada di Desa Sattoko Kecamatan Mapilli dan
direncanakan menggunakan metode Control Landfil yaitu :
1. Melakukan penutupan timbunan sampah dengan tanah
penutup secara periodik
2. mengolah lindi yang dihasilkan sehingga effluen yang keluar
sesuai baku mutu
3. mengelola gas bio yang dihasilkan sesuai persyaratan teknis
yang berlaku
4. membangun area tanaman penyangga di sekeliling lokasi TPA
Umur pakai selama 10 tahun dengan luas untuk pembangunan
TPA sebesar 3,84 Ha dan luas lahan belum terbangun 1,14 Ha
sehingga total luas lahan TPA Sattoko sebesar 4,99 Ha.
Timbulan sampah yang diangkut ke TPA Sattoko berdasarkan
jumlah masyarakat terlayani yang diproyeksikan untuk 10 tahun
mendatang berjumlah 397,309 m³/hari atau ± 100 ton/hari
sehingga dalam menentukan luas bangunan TPA Sattoko dan
fasilitas yang dibutuhkan disesuiakan dengan proyeksi timbulan
sampah untuk 10 tahun mendatang.
b. Proses Kegiatan
Proses Kegiatan yang direncanakan dan berpotensi menghasilkan
limbah, sebagai berikut:
- Proses utama
Pengurukan Sampah kedalam Tanah terutama sampak organik
akan lebih mudah terurai dan air eksternal yang masuk
kedalam urugan akan melarutkan dan membilas materi
terlarut dan materi organik dari hasil dekomposisi biologis
sehingga dapat menghasilkan air limbah atau disebut air lindi.
Banyaknya jumlah air lindi yang dihasilkan tergantung dari
jumlah air eksternal yang masuk kedalam lahan urugan dan
jumlah air eksternal ini dapat bersumber dari curah hujan,
sehingga dalam menentukan debit air lindi yang dihasilkan
dengan menggunankan data curah hujan tertinggi 8 (delapan)
tahun terakhiryang diasumsikan akan terinfiltrasi kedalam
lahan urug.
Secara umum Air Lindi memiliki karakteristik sebagai berikut :
♦ Konsentrasi BOD dan COD tinggi
♦ Memiliki Kandungan Nitrogen yang tinggi
♦ Daya Hantar tinggi
♦ Kandungan logam berat kadang tinggi
♦ Memiliki PH Netral sampai asam
♦ Warna yang sulit dihilangkan (coklat muda sampai hitam)

- Fasilitas Penunjang
Pembangunan fasilitas penunjang seperti tempat pencucian
alat angkut, alat berat, dan air limbah dari bekas bekas
pencucian tangan dari petugas dan akan dialirkan untuk di
olah kedalam instalasi pengolahan lindi. Pencucian kendaraan
pengangkut sampah dilakukan setiap hari setelah selesai
melakukan pengangkutan sampah. Hal ini dilakukan supaya
masyarakat tidak terganggu oleh cairan dan bau sampah yang
masih tersisa di kendaraan. Proses ini juga menghasilkan air
limbah. Karakteristik Air limbah yang dihasilkan :
♦ Air keruh
♦ Jumah Zat padat terlarut (TDS)
♦ Terdapat minyak dan lemak
♦ Mengandung deterjen dan bahan limbah lain yang
berbahaya bagi lingkungan

- Mekanisme Pemenuhan Baku Mutu Pemanfaatan Air Limbah


untuk Aplikasi ke Tanah dengan memanfaatkan Air Limbah
untuk Penyiraman dan Pencucian
Layout Proses Teknologi Pengolahan Air Limbah

Air limbah yang tertampung dalam kolam Penampungan


dialirkan kembali ke bak pencucian kendaraan pengangkut
sampah dan digunakan sebagai air penyiraman tanaman untuk
memperkecil beban pencemaran yang terbuang ke badan air
permukaan. Air limbah yang dimanfaatkan untuk Pencucian
kendaaran mobil pengangkut sampah sebesar 3 m³/per
kendaraan sehingga total kebuthan air unutk pencucian
kendaaran sebesar 96 m³/hari, air limbah yang dimanfaatkan
untuk penyiraman sebesar 75 m³/hari untuk menyirami
Tanaman seluas 0,75 Ha, serta untuk kebutuhan lain
sebanyak 177 m³/hari.

c. Neraca Air
- Air Lindi
Jumlah air lindi yang dihasilkan tergantung dari jumlah air
eksternal yang masuk kedalam lahan urugan dan jumlah air
eksternal ini dapat bersumber dari curah hujan, sehingga
dalam menentukan debit air lindi yang dihasilkan dengan
menggunankan data curah hujan tertinggi.
Jumlah Curah Hujan Kec. Mapilli Tahun 2012-2020 (mm)

Jenis Hidrologi tanah penutup Landfill yang digunakan yaitu


laju infiltrasi paling minimum 03, mm/jam (Tekstur lempung
berliat, lempung debu berliat, liat berpasir, liat berdebu,liat)
untuk meminimalisir jumlah air lindi yang akan diolah.
Air Lindi yang dihasilkan dari proses infiltrasi kedalam lahan
urug sampah yang dapat menguras materi organik terlarut
yaitu :
= 0,35 mm/Jam x 3 Ha
= 10,5 m³/Jam

- Pencucian Kendaraan Pengangkut Sampah


Penggunaan Air untuk Pencucian Kendaraan sebesar
3 m³/mobil/hari x 32 Armada = 96 m³/Hari atau 4 m³/Jam.

Total Air Limbah yang dihasilkan dan diolah dalam instalasi


Pengolahan air lindi sebesar 14,5 m³/Jam.

Neraca Air Limbah

2. Baku Mutu Air Limbah


a. Air Limbah
Baku mutu yang digunakan dalam pengendalian pencemaran dari kegiatan TPA
Sattoko adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi
Bagi Usaha dan /atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.

Pemeriksaan terhadap parameter baku mutu lindi hanya dilakukan untuk 6 (enam)
parameter yaitu: pH, BOD, COD, N Total, dan Kadmium.
b. Air Tanah
Pemeriksaan Baku Mutu Air tanah dilakukan diakukan pada 3
titik sumur bor (sebelum lokasi penimbunan sampah, lokasi
sekitar penimbunan dan lokasi setelah penimbunan) dengan
parameter sebagai berikut :

3. Desain instalasi pengolahan Air Limbah

a. Kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limba


Kapasitas instalasi pengolahan air limbah mampu mengolah 14,5
m³/Jam atau 348 m³/hari yang dapat memenuhi baku mutu air
lindi yang terdapat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 tentang Baku Mutu Lindi
Bagi Usaha dan /atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah.
Sumber air limbah beserta saluran drainase, instalasi pengolahan air
limbah, saluran air limbah serta lokasi pemanfaatan air limbah

b. Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah


Sistem pengolahan air lindi yang direncanakan adalah proses
pengolahan dengan sistem activated sludge (lumpur aktif)
merupakan sistem biakan tersuspensi dengan sirkulasi lumpur
yang meliputi proses dengan pencampuran sempurna (reactor plug
flow). Proses lumpur aktif termasuk dalam proses biologi aerobik,
yaitu proses penguraian polutan organik dalam air limbah dengan
menggunakan mikroorganisme dan oksigen CO2 dan H2O, NH4
dan sel biomassa baru. Perlengkapan atau peralatan standar yang
digunakan dalam proses pengolahan lumpur aktif meliputi:
- Tangki aerasi tempat bereaksinya air lindi dengan
mikroorganisme penguraian air lindi. Mikroorgnisme yang
terdapat dalam air lindi disebut activated sludge.
- Bak pengendap untuk memisahkan air lindi yang telah
dimurnikan dari lumpur aktif.
- Sistem sirkulasi untuk membalikkan sebagian lumpur dari bak
pengendap ke tangki aerasi. Sirkulasi ini digunakan untuk
menjaga konsentrasi mikroorganisme dalam tangki aerasi. Tinggi
rendahnya konsentrasi mikroorganisme dalam tangki aerasi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efesiensi
pengolahan.
- Sistem pengolahan dan pembuangan kelebihan lumpur sebagai
akibat dari pertumbuhan mikroorganisme.
- Peralatan supplay udara seperti blower udara.
- Sistem pengadukan untuk membuat campuran mikroorganisme
dan air lindi homogen serta mencegah pengendapan lumpur
dalam tangki aerasi. Sel mikroba membentuk flok yang akan
mengendap di tangki pengendapan.

c. Unit Proses/Operasi
Unit-unit yang digunakan dalam pengolahan air lindi sebagai
berikut :
- Unit pemisah lemak dan minyak
Unit yang berfungsi memisahkan memisahkan padatan dan
cairan yang memiliki berat jenis lebih kecil dari pada air limbah
(lindi). Pemisahan dalam unit ini terjadi secara alamiah tanpa
bantuan flotasi (aided flotation).
Bak direnacanakan dengan sistem sederhana yang terdiri dari 4
buah ruangan, maka kriteria perencanaan:
- Unit ekualisasi
Bak ekualisasi adalah bak penampungan yang berfungsi untuk
meminimumkan dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah cair
baik kuantitas maupun kualitas yang berbeda dan
menghomogenkan konsentrasi limbah cair.
Kriteria Desain :

- Unit pengendapan awal (pre-sedimentation)


Unit ini berfungsi untuk memisahkan partikel yang mudah
mendendap seperti pasir, kerikil kecil, kepingan logam dan lain-
lain supaya tidak menggangu proses pengolahan berikutnya.
Partikel ini memiliki massa yang lebih berat dari material organik
di dalam air limbah lindi.
Efesiensi dalam bak pengendapan awal sekitar 30%, kriteria
perencanaan :
• Beban BOD yang masuk kedalam bak aerasi
• Waktu tinggal di dala bak: 8 jam
• Beban permukaan (surface loading) atau over flow rate (OFR):
25-50 m3/m2.hari
• Beban weir atau weir loading (wl): <250 m3/m.hari
• Kedalaman :2,5 M
Kriteria perencanaan:
• Beban BOD: 0,2-0,4 (kg/kg.hari)
• BOD – MLLS Loading: 0,3-0,8 (kg/m3.hari)
• MLSS: 1500-2000 mg/l
• Umur lumpur: 2-4 hari
• Kebutuhan udara (Qudara/Qair): 3-7
• Waktu aerasi: (T): 6-8 jam
• Rasio Sirkulasi Lumpur (Qlumpur/Qair limbah): 20-40%
• Efesiensi pengolahan: 85-95%
• Konsentrasi ss di dalam lumpur sirkulasi (return sludge), CR= 8.000
mg/l
- Unit Aerasi
Unit yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses
pencampuran sempuran antara mikroorganisme dan air lindi
dengan bantuan aerator. Banyaknya jumlah aerator yang
dibutuhkan tergantung dari jumlah udara yang akan di
injeksikan kedalam air lindi.
Sistem pengisian udara kedalam air lindi yaitu dengan aerated
fill, pada saar air lindi dialirkan kedalam kolam bak aerasi,
peralatan aerator diaktifkan, denga adanya proses aerasi udara
dan pengadukan dalam reaktor akan berubah dari kondisi
anoksik (anoxic) atau anaerobik menjadi aerobik. Konsentrasi
oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) dimonitor supaya tetap
antara 2-4 mg/l.

- Unit Penambahan NaOH


Unit ini berfungsi untuk menambahkan larutan kimia NaOH
dalam air lindi supaya logam kadmium (Cd) yang terdapat dalam
air lindi dapat olah.
Unit ini menghasilkan aliran turbulensi sehingga bahan kimia
yang dicampurkan dapat tercampur dengan sempurna, dengan
desain:
Lebar: 8 m
Panjang: 0,5 m
Kemiringan: 0,0125
- Unit pengendap akhir (final-sedimentation)
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan mikroorganisme yang
sudah mati dan menjadi lumpur. Kriteria perencanaan bak
pengendapan akhir:

- Unit penampungan Air Lindi


Unit ini berfungsi sebagai tempat penampungan air olahan air
limbah dan sebagai tempat hidupnya bio indikator dalam hal ini
ikan yang cukupsensitif terhadap perubahan kualitas air limbah.
Fungsi dari bio indikatorini sebagai faktor biologis yang
menunjukkan tingkat bahaya atau tidaknya air limbah dari
outlet IPAL TPA Sattoko, selain itu mempermudah
penanggungjawab kegiatan TPA Sattoko untuk mengendalikan
pencemaran tanpa harus melalu uji laboratorium yang
mebutuhkan biaya yang cukup besar. Air olahan yang
tertampung dialirkan kembali ke bak pencucian kendaraan
pengangkut sampah, digunakan sebagai air penyiraman
tanaman dan pemafaatan lain-lain yang sesuai dengan
peruntukkannya atau air kelas III dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Air limbah yang diolah dimanfaatkan seluruhnya.
Kriteria Desain:
Ditetapkan kedalaman = 2,5 m
Waktu tinggal dalam kolam = 24 jam
Volume bak = 24 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑥𝑥 348 𝑚𝑚3/ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
24𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗/ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
= 348 𝑚𝑚³
Luas area bak = 348 𝑚𝑚³
2,5 𝑚𝑚
= 139,2 𝑚𝑚²
Lebar Bak =8m
Panjang Bak = 139,2 𝑚𝑚²
8 𝑚𝑚
= 16 𝑚𝑚

- Kriteria Unit Proses dan Operasi


d. Bahan dan Peralatan
- Pompa Inlet
Pompa ini digunakan untuk mengalirkan air lindi dari unit
pengendapan awal kedalam unit aerasi agar kontinuitasnya tetap
sehingga dapat mencegah beban kejut dari buangan air lindi.
Jumlah pompa inlet yang dibutuhkan 1 (satu) pompa.

- Pompa Dosing
Pompa dosing digunakan mengalirkan larutan bahan kimia
NaOH kedalam bak tempat NaOH dialirkan, sebelum kolam
pengendapan terakhir untuk menghilangkan kandungan
kadmium (Cd) yang terkandung dalam air lindi. Jumlah pompa
dosing yang dibutuhkan 1 (satu) pompa.

- Bahan Kimia NaOH (Natrium Hidroksida)


NaOH yang digunakan dalam bentuk padat dengan konsentrasi
98 % atau 48% sesuai dengan ketersediaan dipasaran. NaOH
bersifat basa dan mudah larut dalam air. Jumlah NaOH yang
diberikan dalam air lindi sebanyak 2-3 ppm.

- Pompa sirkulasi lumpur


Pompa sirkulasi digunakan untuk mengembalikan
mikroorganisme yang masih hidup ke tangki pengendapan awal
supaya proses pertumbuhan mikroba lebih cepat dan mencegah
terkurasnya mikroba dalam pengolahan. Jumlah pompa yang
dibutuhkan 1 (satu) pompa.

- Blower udara
Blower udara digunakan untuk mengijeksikan O2 kedalam air
lindi supaya tetap dalam kondisi aerob. Jumlah blower yang
dibutuhkan berjumlah 2 buah dengan jenis jet aerators.

- Pompa pemanfaatan air limbah


Pompa pemanfaatan air limbah digunakan untuk mengalirkan
air limbah olahan ke bak unit pencucian kendaaran untuk
dimanfaatkan kembali.

e. Alur proses dan layout instalasi


Layout proses teknologi pengolahan Air Limbah yang dipilih dari
pre-treatment sampai dengan pengolahan akhir Air Limbah; dan
layout mulai dari inlet sampai lokasi Penampungan yang meliputi
lokasi unit-unit proses instalasi pengolahan

Layout mulai dari inlet sampai lokasi Pemanfaatan


Layout secara keseluruhan mulai dari penerimaan Air Lindi,
pengolahan Air Lindi sampai dengan pemanfaatan Air Lindi, Lokasi
pengambilan contoh uji Air Lindi, sumur pantau yang mewakili hulu
(upstream) dan hilir (downstream).

f. Pengelolaan lumpur dan gas


- Pengelolaan Lumpur
Pengelolaan lumpur (sludge) yang dihasilkan dari proses
pengendapan di bak pengendapan dilakukan pengerukan
menggunakan excavator ataupompa tinja yang berguna
memaksimalkan proses pengolahan air limbah. Lumpur di
kumpulkan dalam satu tempat dan dikeringkan, setelah kering
digunakan kembali sebagai penutup sampah di lahan urugan.
- Pengelolaan Gas
Pengelolaan gas yang timbul dari proses degradasi di TPA
dikontrol dengan cara:
 mencegah mengalir secara lateral dari lokasi TPA yang
ditutup menuju daerah sekitarnya
 tidak mengalirkan gas ke udara terbuka, dukumpulkan
pada gas-flare dan dimanfaatkan
 menggunakan perpipaan gas vertikal yang berfungsi
mengalirkan
gas yang terkumpul dalam satu lajur ke pipa penangkap
gas.
 menangkap gas untuk recovery dengan ventilasi akhir,
dibangun pada timbunan akhir yang dihubungkan
dengan saran pengumpul gas untuk dibakar dengan
gas-flare dan dimanfaatkan lebih lanjut.
 timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol sesuai
dengan perkiraan umur produksi.

- Penanganan gas di TPA Sattoko


Ventilasi gas yang berfungsi untuk mengalirkan dan
mengurangi akumulasi tekanan gas mempunyai kriteria teknis:
a) Pipa ventilasi dipasang dari dasar TPA secara bertahap pada
setiap lapisan sampah dan dapat dihubungkan dengan pipa
pengumpul lindi;
b) Pipa ventilasi gas berupa pipa HDPE atau pipa HDPE yang
tahan terhadap tekanan diameter 150 mm (diameter lubang
perforasi maksimum 1,5 cm) yang dikelilingi oleh saluran
bronjong berdiameter 400 mm dan diisi batu pecah diameter
50-100 mm;
c) Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi
timbunan (setiap lapisan sampah ditambah 50 cm);
d) Pipa ventilasi pada akhir timbunan harus ditambah dengan
pipa besi diameter 150 mm;
e) Gas yang keluar dari ujung pipa besi harus dibakar atau
dimanfaatkan sebagai energi alternative;
f) Jarak antara pipa ventilasi gas 50-70 m;
g) Gas bio dialirkan ke pipa penangkap gas melalui ventilasi
system penangkap gas, lalu dibakar pada gas flare. Gas bio
tersebut dimanfaatkan.

- Metode pemanfaatan air lindi


1. Metode penyiraman tanaman
Penyiraman tanaman dilakukan dengan menggunakan selang
penyiraman tanaman yang dibantu dengan tenaga pompa listrik.
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari disesuaikan
dengan kebutuhan air pada tanaman atau kelembapan, tetapi
apabila di siang hari telah terjadi hujan dan cukup untuk
membasahi tanaman maka penyiraman tidak perlu dilakukan.

2. Metode pencucian kendaraan


Air lindi yang sudah terolah di pompa kembali di bak
penampungan air cucian kendaaran. Pengambilan air limbah
dilakukan tiap hari atau sesuai dengan operasional kendaraan
pengangkut sampah.
4. Titik Penaatan

a. Titik Penaatan dapat dilihat pada table berikut :

5. Titik pemanfaatan Air Limbah


Titik Penataan pada outlet Air Limbah sebelum masuk kolam
Pemanfaatan (outfall) pada outlet juga dipasangi Flow meter portable
untuk mengukur debit air limbah yang masuk kedalam kolam
pemanfaatan (outfall). Air Limbah yang keluar dari Outlet tidak
melebihi baku mutu Air Kelas III. Titik koordinat latitude: -3,324285
longitude:119,136642. Air Limbah dalam kolam penampungan
dimanfaatkan untuk Pencucian Armada Pengangkut Sampah,
Penyiraman Tanaman dan kebutuhan Lainnya.

6. Titik Pemantauan Sumur Pantau

Titik pemantauan air permukaan dilakukan di sungai yang berjarak ±


550 m dari instalasi pengolahan air lindi dengan titik koordinat
latitude:-3,32745; longitude: 119,138217.

7. Frekwensi Pemantauan

No. Parameter Yang di Uji Frekwensi


Mutu Air Limbah yang Wajib Dipantau
1 Ph Sekali Per Hari
2 BOD Sekali Per Bulan
3 COD Sekali Per Bulan
4 TSS Sekali Per Bulan
5 N Total Sekali Per Bulan
6 Kadmium Sekali Per Bulan

Mutu Air Tanah yang Wajib Dipantau

8. Internalisasi Biaya Lingkungan


Beberapa biaya yang dibutuhka dalam pengendalian pencemaran
terhadap lingkungan sebagai berikut:

9. Kewajiban Pengelola Usaha


a. Wajib Memisahkan saluran Air Limbah dengan saluran limpasan
air hujan
b. Wajib memiliki unit pengolahan dan saluran Air Limbah kedap air
c. Wajib Memiliki Flow meter portable (alat ukur debit)
d. Wajib Memiliki sistem tanggap darurat instalasi pengolahan Air
Limbah
e. Dilakukan pada lahan selain lahan gambut
f. Dilakukan pada lahan dengan permeabilitas lebih besar 15
cm/jam
g. Dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas kurang
dari 1,5 cm/jam
h. Melakukan pemantauan air limbah yang dimanfaatkan ke tanah
setiap 1 (satu) bulan sekali
i. Melakukan pemantauan pada sumur pantau setiap 6 (enam) bulan
sekali
j. Melakukan pemantauan kualitas tanah setiap 1 (satu) tahun
sekali
10. Larangan Kegiatan yang dilakukan oleh Pengelola Usaha

a. Membuang Air Limbah secara sekaligus dalam 1 (satu) kali pada


lahan yang diaplikasikan
b. Mengencerkan Air Limbah yang akan dimanfaatkan
c. Membuang Air Limbah pada tanah di luar lokasi yang ditetapkan;
d. Membuang Air Limbah ke Badan Air permukaan bila kadar Air
Limbah melebihi ketentuan yang ditetapkan
e. Adanya air larian (run off) yang masuk ke Badan Air permukaan;
f. Dilaksanakan pada lahan dengan kedalaman air tanah kurang
dari 2 (dua) meter.

B. Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia

1. Struktur Organisasi

a. Kepala Dinas KLHK


Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas menyelenggarakan
fungsi:
1. Perumusan kebijakan Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
2. Pelaksanaan kebijakan Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan;
4. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup
tugasnya; dan
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait
dengan tugas dan fungsinya.

b. Kepala UPTD TPA Sattoko


1. Memeriksa dan menandatangani administrasi terkait
persuratan dan data;
2. Memeriksa data saranan dan prasarana, memberi paraf;
3. Menyusun draf pedoman pengendalian gulma di lingkungan
TPA;
4. Menyusun draf pedoman pengendalian proses pengomposan;
5. Memberi arahan penggunaan BBM armada dan alat berat;
6. Memberi arahan pengawasan dan pembinaan petugas jaga
malam;
7. Memberi arahan, pengawasan dan pembinaan sistem
pencatatan dengan komputerisasi;
8. Memberi arahan pengawasan dan pembinaan petugas
kebersihan armada;
9. Memberi arahan kebersihan lingkungan TPA;
10.Memberi arahan dan mengawasi pengendalian pencemaran
terhadap lingkungan;
11. Memberi arahan terkait penggunaan operator komputer;
12. Memberi arahan pelaksanaan pengoperasian alat berat;
13. Memberi arahan penanganan kedaan darurat;
14. Memberi arahan pelaksanaan pemadatan dan penimbunan.

c. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha UPTD TPA Sattoko


Kepala Sub. Bagian Tata Usaha UPTD TPA Sattoko menyelenggarakan
fungsi:
1. Memeriksa bahan dan menyusun pengelolaan administrasi
perkantoran;
2. Memeriksa bahan dan menyusun data UPTD;
3.Memeriksa bahan dan menyusun pedoman pengendalian gulma;
4. Memeriksa bahan dan menyusun pedoman pengomposan;
5. Memeriksa bahan data penggunaan bbm armada dan alat berat;
6. Memeriksa dan membina pengawasan TPA;
7.Memeriksa dan membina sistem pencatatan dengan
komputerisasi.;
8.Memeriksa dan membina pengawasan kebersihan armada dan
alat berat;
9.Memeriksa dan membina pengawasan kebersihan lingkungan TPA dan
kantor TPA
10.Memeriksa sistem pengendalian pencemaran terhadap
lingkungan;
11.Memeriksa dan membina penggunaan operator komputer;
12.Memeriksa dan membina pengawasan oprasional alat berat;
13.Berkoordinasi dengan pihak terkait dalam penanganan kedaan
darurat;
14.Memeriksa dan membina pengawasan operasional pemadatan
dan penimbunan sampah.

d. Unit Penanggulangan Kadaan Darurat


Unit Penanggulangan Kadaan Darurat menyelenggarakan fungsi:
1. Menyusun daftar peristiwa kedaan darurat yang mungkin terjadi
di lingkungan kerja uptd tpa sattoko;
2. Menyusun langkah-langkah penanganan kedaan darurat;
3. Melaksanakan penanganan kedaan darurat;
4. Melaporkan setiap kedaan darurat dan sistem penanganannya ke
kepala uptd TPA sattoko.

e. Pengelola Sarana dan Prasarana


1. Melaksanakan penyusunan program kerja unit sarana dan
prasarana;
2. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis sarana dan
prasarana;
3. Melaksanakan koordinasi, fasilitasi dan pengendalian teknis
sarana dan prasarana;
4. Melaksanakan pembinaan dan monitoring sarana dan prasarana

f. Pengelola Lingkungan
Pengelola Lingkungan menyelenggarakan fungsi :
1. Mengidentifkasi sumber pencemar dari aktivitas UPTD TPA
sattoko;
2. Menyusun sistem pengendalian pencemaran terhadap
lingkungan;
3. Melaksanakan pengendalian sumber pencemaran terhadap
lingkungan;
4. Melaksankan koordinasi dengan pihak terkait dalam melakukan
pengendalian pencemaran terhadap lingkungan;
5. Melaporkan hasil pengendalian pencemaran.

g. Pengelola Operasional dan Pemeliharaan


Pengelola Operasional dan Pemeliharaan menyelenggarakan fungsi
:
1. Menyusun pedoman bidang operasi dan pemeliharaan;
2. Melaksanakan pengelolan operasi dan pemeliharaan;
3. Melakukan pemeliharaan terhadap fasilitas UPTD TPA sattoko;
4.Melaksanakan sosialisasi pembinaan teknis operasonal dan
pemeliharaan;
5.Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan unit operasional
dan pemeliharaan.

2. Sumber Daya Manusia


Dalam upaya Pengendalikan pencemaran lingkungan TPA Sattoko
harus menyiapkan sumber daya manusia yang menangani dibidang
limbah dan air yaitu: penanggungjawab operasional pengelolaan air
lindi (POPAL) dan penanggung jawab pengendalian pencemaran air
(PPA). Persyaratan ini harus dipenuhi penanggung jawab TPA Sattoko
1 tahun setelah diterbitkan SLO. Adapun kompetensi yang harus
dimiliki oleh penanggungjawab POPAL dan PPA sebagai berikut:
C. Sistem Manajemen Lingkungan
Sistem manajemen lingkungan diperuntukkan di TPA Sattoko untuk
memastikan sistem pengelolaan lingkungan berjalan dengan baik,
relevan dengan kondisi lingkungan saat ini serta peraturan yang
berlaku. Dalam pengendalian pencemaran air disusun berdasarkan 4
(empat) tahapan siklus PDCA yaitu: Perencanaan (Plan), Pelaksanaan
(Do), Pemeriksaan (Check), Tindakan (Act).
Rujukan peraturan yang mendasari penyusunan prosedur
pengendalian pembuangan air lindi diatur dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5 Tahun 2021 tentang Tata
Cara Penerbitan Persetujuan dan Surat Kelayakan Operasional
Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

a. Perencanaan (Plan)
Lingkup penerapan SML di TPA Sattoko dilakukan pada tempat
atau sumber penghasil limbah yang berpotensi mencemari
lingkungan yaitu penanganan air limbah dari hasil dekomposisi di
lahan urugan yang menghasilkan air lindi, air limbah yang
bersumber dari pencucian alat kendaraan pengankut sampah,
pembangunan instalasi pengolahan air lindi, dan penanganan gas
aktivitas mikroorganisme di lahan urugan serta pengendalian pencemara air
disekitar lokasi TPA Sattoko.

1. Pengendalian Vektor Penyakit


- Dilakukan dengan cara pemadatan sampah, penutupan sampah, dan
penyemprotan insektisida secara aman dan terkendali
- Pemadatan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan alat berat untuk mencapai kepadatan sampah minimal 600
kg/m3 dengan kemiringan timbunan sampah maksimum 300.
- menggunakan tanah dan/atau material lainnya yang dapat meloloskan
air.

2. Sistem Pengumpulan dan Pengelolahan Lindi

3. Penurunan Kadar pencemar air lindi dipengaruhi oleh :


- Proses Operasional TPA
- Curah Hujan
- Dimensi Instalasi Pengolah Lindi (IPL)
- Waktu detensi
- Kedalalam kolam Pengolahan
- Pengaliran lindi diutamakan menggunakan system gravitasi
- Pengolahan lindi dilakukan dengan proses biologis, fisik,
kimia dan/atau gabungan dari proses biologis, fisik dan
kimia
- Pengolahan lindi dengan proses biologis didahului dengan
aklimatisasi
- Persyaratan efluen hasil pengolahan lindi harus sesuai
dengan baku mutu
- Dalam hal kualitas efluen hasil pengolahan lindi belum
memenuhi baku mutu dilakukan resirkulasi efluen

4. Penanganan Gas
a. Gas yang dihasilkan selama proses dekomposisi di TPA
tidak diperkenankan dialirkan ke udara terbuka; dan
menggunakan perpipaan gas vertikal dan/atau horizontal
yang berfungsi mengalirkan gas yang terkumpul untuk
kemudian dibakar atau dimanfaatkan sebagai sumber
energi.
b. Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol secara berkala

5. Pelaksanaan Keselamatan kerja


Pelaksanaan keselamatan pekerja dilakukan dengan
penyediaan fasilitas kesehatan di lokasi TPA dan menggunakan
peralatan kerja standar untuk menjamin keselamatan kerja.

TPA Sattoko memiliki unit tanggap darurat yang berfungsi:

a. Menyusun daftar peristiwa kedaan darurat yang mungkin


terjadi di lingkungan kerja UPTD TPA Sattoko
b. Menyusun langkah-langkah penanganan kedaan darurat;
c. Melaksanakan penanganan kedaan darurat;
d. Melaporkan setiap kedaan darurat dan sistem penanganannya kepada
kepala UPTD TPA Sattoko.

Dalam menangani kedaan darurat beberapa pihak yang


terlibat:
a. Unit penanggulangan kedaan darurat TPA Sattoko sebagai
unit yang aktif memantaua setiap peristiwa kejadian
darurat yang terjadi di TPA;
b. Kepala UPTD TPA sebgai pengambil kebijakan dalam
menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi di TPA dan
berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat apabila
unit tanggap darurat TPA tidak mampu dan tidak bisa
menyelesaikan.
c. Apabila pemerintah daerah setempat tidak bisa
menyelesaikan maka, kepala UPTD bersama kepala Dinas
LHK Berkoordinasi di tingkat Provinsi atau Kementerian
terkait penanganan masalah yang dimakasud.

Beberapa peristiwa darurat yang memungkinkan akan terjadi


yaitu kebakaran, gempa, longsor.
a. Kebakaran
Dalam TPA pemadaman api dapat dilakukan dengan:
1. Menggunakan air;
2. Menggali dan membongkar tumpukan sampah; dan
3. Mengatasi oksigen kontak langsung sampah.

b. Longsor
Dalam hal terjadi kelongsoran TPA penanganan
berdasarkan pada:
1. Skala kelongsoran;
2. Korban kelongsoran; dan
3. Kerusakan fasilitas.
4. Dalam hal penanganan evakuasi korban bencana perlu
melakukan koordinasi dengan instasi terkait
penanganan bencana di kabupaten kota terkait.

6. Komitmen TPA Sattoko


Komitmen TPA Sattoko dalam pengendalian pencemaran
lingkungan tertuang didalam Dokumen Lingkungan yang
disertai dengan Dokumen Teknis dalam pengendalian
pencemaran terhadadap lingkungan. Dalam dokumen
lingkungan tersebut memuat bahwa:
- TPA Sattoko berkomitmen memenuhi semua peraturan yang
berlaku yang terkait dengan proses TPA Sattoko.
- Melaksanakan program pengendalian pencemaran di wilayah
kerja TPA Sattoko khusus il limbah cair.
- Mengurangi beban emisi terhadap lingkungan yang
bersumber dari aktivitas mikrooganisme dengan membuat
alat penangkap gas serta melaksanakan proses pembuangan
sampah sesuai dengan sistem Control Lanfil.

b. Pelaksanaan (DO)
1. Persyaratan Sumber Daya Manusia
Untuk melaksanakan pengendalian pencemaran terhadap
lingkungan, TPA Sattoko menetapkan dan merekrut sumber
daya yang memiliki kompetensi keahlian dibidang lingkungan
khususnya yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran
air.
Beberapa disiplin ilmu yang diperlukan yaitu teknik
penyehatan/teknik lingkungan/sanitasi/persampahan, ilmu
lingkungan, dan rumpun ilmu pengetahuan alam yang sejenis
dan berhubungan dalam pengendalian pencemaran air serta
mampu mengaplikasikannya dan sudah tersetifikasi.
TPA Sattoko akan merekrut SDM yang sudah memiliki
pengalaman dibidang lingkungan dan mampu memahami
peraturan-peraturan yang berkaitan dalam pengelolaan
lingkungan, pengendalian pencemaran lingkungan, K3
lingkungan, dan baku mutu yang diberlakukan dalam
pengendalian pencemaran lingungan serta sudah tersetifikasi.

2. Komunikasi Internal-Eksternal
TPA Sattoko membangun komunikasi baik di dalam lingkungan
yang satu organisasi maupun di luar organisasi, supaya dalam
pengendalian penncemaran terhadap lingkunga lebih terbuka
dan dapat dipertanggungjawabkan. TPA Sattoko akan
bekerjasama dengan laboratorium-laboratorium lingkungan
terakreditasi dan alat dan bahan yang menyediakan
pendukung pengendalian pencemaran lingkungan yang sudah
terakreditasi, serta pihak yang dilibatkan adalah yang sudah
mengerti cara pengendalian pencemaran lingkungan.

3. Kesesuain Metode dan Pemutakhiran serta pengendalian informasi


Terdokumentasi
Setiap pelaksaanan kegiatan di dokumentasikan atau ada bukti
tertulis bahwa kegiatan tersebut sudah berjalan dengan baik
atau tidak sehingga dapat dievaluasi ketercapaian tujuan dan
kendala internal-eksternal yang ada. Adapun beberapa yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suatu kegiatan yaitu:
kesesuaian dengan metode atau prosedur yang ada dan
peraturan yang berlaku.
Seluruh data pengelolaann dan pemantauan lingkungan di TPA
Sattoko dicatat dan dilaporkan kepada pemerintah setempat
yang menangani bidang pengelolaan limbah dan pengendalian
pencemaran lingkungan.
Selanjutnya, dalam membangun alat pengendali pencemaran
air di TPA Sattoko terbukan untuk semua kontraktor atau
konsultan yagn telah memiliki sertifikasi kompetensi.

4. Potensi situasi darurat yang diperlukan dan respon yang


diperlukan
Kegiatan pengelolaan lingkungan dimungkinkan akan terjadi
kondisi yang tidak sesuai dengan penngelolaan lingkungan
yang disebabbkan karena faktor manusia (human error), faktor
alam, dan alat pengendali pencemaran lingkungan rusak,
sehingga membutuhkan penanganan cepat dan tepat. Faktor-
faktor tersebut dapat menyebabkan terlampauinya baku mutu
lingkungan, mengalami kebocoran pada IPAL, alat yang di
gunakan rusak dalam pengoperasian IPAL, atau pekerja salah
menganalisa data kualiitas air lindi dan lain sebagainya

c. Pemeriksaan (Chek)
1. Pemeriksaan laporan volume dan jumlah timbulan,
karakteristik sampah
sampling kualitas effluen instalasi pengolahan lindi, sumur
pantau dan udara
2. Pemantauan, pengukuran, analisa, dan mengevaluasi kinerja
dalam menetapkan kebijakan pengendalian
3. Mengevaluasi pemenuhan terhadap kewajiban penaatan
menetapkan kebijakan pengendalian Pencemaran Air
4. Melakukan internal audit secara berkala
5. Mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait
menetapkan kebijakan pengendalian Pencemaran Air, untuk
memastikan kesesuaian, kecukupan, dan keefektifan.

d. Tindakan (Act)
- TPA Sampah Sattoko melakukan tindakan yang diiperlukan
dalam rangka usaha pengendalian pencemaran lingkungan
khususnya pencemaran dari air lindi (limbah) sebagai berikut:
1. Sumber daya untuk penerapan dan pemeliharaan sistem
manajemen lingkungan terkait pengendalian ppencemaran
air limbah;
2. Sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi
pengendalian pencemaran air;
3. Pemantauan, pengukuran, analisa dan evaluasi kinerja
pengendalian pencemaran air;
4. Pemantauan air limbah yang dilakukan terhadap niilai baku
mutu air lindi yang di tetapkan dalam dokumen lingkungan
atau peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang baku mutu air limbah

- Melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem


manajemen lingkungan yang sesuai dan efektif untuk
meningkatkan kinerja pengendalian Pencemaran Air,
Pengendalian Pencemaran antara lain:
1. Memperbaiki unit-unit instalasi pengolahan air lindi yang
tidak berfungsi dengan baik, memulihkan lahan atau air
permukaan yang sudah melebihi beban pencemar yang
sudah ditetapkan.
2. Mengubah atau menambah proses dalam pengolahan air
lindi apabila diperlukan.
3. Menguatkan kapastitas sumber daya manusia dalam
menagani pengendalian pencemaran.
4. Melakukan pencatantan dan pelaporan

D. Periode waktu uji coba sistem pengolahan Air Limbah


Uji coba dilakukan setelah selesai melakukan pembangunan secara
fisik. Air lindi dan buangan dari pencucian kendaaran sudah
dihasilkan, sehingga IPAL bisa di uji Coba.

Demikian Lampiran Surat Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Limbah Pembuangan dan/atau Pemanfaatan Air Limbah
PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Jl. R.A Kartini No. 01 Pekkabata Polewali
Kode Pos 91315, Telepon. 0428- 22192 Faks 0428-22192
https: / / perangkatdaerah. polmankab. go .id/ Dlhk

PENAPISAN MANDIRI PEMENUHAN BAKU MUTU


UNTUK KEGIATAN PEMBUANGAN EMISI
PADA RENCANA KEGIATAN TPA SAMPAH SATTOKO
KECAMATAN MAPILLI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Perencanaan TPA Sampah Sattoko berada di Desa Sattoko Kecamatan Mapilli dan
direncanakan menggunakan metode control landfil dengan umur pakai selama 10 tahun. Luas
untuk nmcana pembangw:i.an TPA sampah Sat.t:.0:ko sebesar 3 ,.84 Ha -dan lu.as J.ahan .bel:um
terbangun 1,14 Ha sehingga total luas lahan TPA Sattoko sebesar 4,99 Ha.

TPA Sattoko direncanakan memiki fasilitas penunjang yang mendukung proses


operasional TPA setelah dibangun. Salah satu fasilitas penunjang yaitu geru;et yang
diperkirakan dapat memberikan dampak pencemaran udara. Adapun spesifikasi dan jam
operasional penggunaan genset dapat dilihat pada tabel berikut:

Nama Jam Operasional


Genset
Jenis kW Maksimum per Tahon
Genset 1 Genset Firman FPG 3500 L 2,8 288
Genset 2 Genset LC15900-1 18 872
Total Maksimwn Jam Operasional 960
Keterangan: *) Genset 1. berguna sebagai sumber energi listrik cadangan apabila terjadi
pemadaman PLN.
Genset 2. berguna sebagai penggera:k peda1 pencacah sampah dan sumber
·1 energi listrik untuk alat-alat perbaikan mobil dan alat berat.

1. Rencana Kegiatan TPA Sampah Sattoko tidak berlokasi di Wilayah Perlindungan dan
Pengelolaan Mutu Udara (WPPMU) Kelas I, tidak termasuk dalam daftar usaha dan/atau
kegiatan dengan dampak emisi tinggi, dan tidak memiliki baku mutu emisi spesifik,
sehingga berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan
Surat Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Rencana
Kegiatan TPA Sampah Sattoko tidak wajib Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu
Emisi.

2. Mesin genset beroperasi secara kwnulatif < 1.000 (kurang dari seribu) jam per tahun
dan digunakan sebagai swnber energi listrik cadangan apabila terjadi pemadaman PLN,
penggerak pedal pencacah sampah, sumber energi listrik untuk alat-alat perbaikan mobil
dan alat berat, sehingga berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2021 tentang Baku Mutu Emisi Mesin
Dengan Pembakaran Dalam pasal 8 angka 1 huruf b dan d pemantauan terhadap sumber
emisi tersebut dikecualikan dan sekaligus dengan dikeluarkannya Peraturan ini Rencana
Kegiatan TPA Sampah Sattoko tidak wajib Standar Teknis Pemenuhan Baku Mutu
Emisi.

Berdasarkan penapisan mandiri Pemenuhan Baku MutuuUntuk Kegiatan Pembuangan


Emisi yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Polewali
Mandar, bahwa Rencana Kegiatan TPA Sampah Sattoko tidak wajib Kajian Teknis dan
Standar Teknis Pemenuhan Baku Mutu Emisi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Penapisan mandiri ini dibuat sebagai keterangan dalam dokumen UKL-UPL untuk
mendapatkan PersetuJuan Lingkungan yang dikeluarkan oieh Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Barat.

Polewali, 11 April 2022


Ke� a Dinas,,

Pangkat : Pembina Utama Mud-a


NIP 19620927 199203 2 006
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

LAMPIRAN 3
PERTEMUAN KONSULTASI MASYARAKAT
(PKM)

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

DOKUMENTASI KEGIATAN PKM

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

LAMPIRAN 4
KELENGKAPAN PETA DAN GAMBAR

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

LAMPIRAN 5
HASIL UJI LABORATORIUM

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

LAMPIRAN 6
DOKUMENTASI KEGIATAN

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Jalan Masuk Ke Lokasi Rencana TPA Sampah di Desa Sattoko

Keadaan Tutupan Lahan Rencana TPA Sampah di Desa Sattoko

Rencana Lokasi TPA Sampah di Desa Sattoko

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Kondisi Batas Desa Sattoko

Kegiatan Pengambilan Sampling Kualitas Udara/Kebisingan


Rencana TPA Sampah di Desa Sattoko

Kegiatan Pengambilan Sampling Kualitas Udara/Kebisingan


Rencana TPA Sampah di Desa Sattoko

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Kegiatan Pengambilan Sampling Kualitas Air Permukaan Rencana


TPA Sampah di Desa Sattoko

Kegiatan Pengambilan Sampling Kualitas Air Permukaan Rencana


TPA Sampah di Desa Sattoko

Keadaan Jalan Ruas Silsila-Sattoko Sekitar Rencana TPA Sampah


di Desa Sattoko

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

Keadaan Jalan Masuk Ke Rencana TPA Sampah di Desa Sattoko


Dari Ruas Jalan Poros Polewali-Majene

Armada Truk Pengangkut Sampah Kab. Polewali Mandar

Armada Alat Berat TPA Sampah Sattoko Kab. Polewali Mandar

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

LAMPIRAN 7
PENYUSUN

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KAB. POLMAN

UKL UPL – Rencana Pembangunan TPA Sampah di Desa Sattoko Kab. Polewali Mandar

Anda mungkin juga menyukai