Anda di halaman 1dari 11

Isian Substansi Proposal

PENELITIAN DOSEN PEMULA (PDP)


Petunjuk:Pengusul hanya diperkenankan mengisi di tempat yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk
pengisian dan tidak diperkenankan melakukan modifikasi template atau penghapusan di setiap bagian.

Tuliskan judul usulan penelitian


JUDUL USULAN
Compact City Sebagai Upaya Penyediaan Sarana Penunjang Ecotourism Sail Tidore

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang diusulkan.
RINGKASAN
Penerapan konsep compact city secara umum ditujukan untuk efisiensi penggunaan ruang
dengan konsep pemusatan aktivitas dalam kawasan. Konsep compact city berupaya untuk
mengefektifkan penggunaan lahan, dapat meningkatkan interaksi sosial serta penurunan tingkat
kesenjangan sosial. Konsep compact city didesain agar kawasan permukiman, perdagangan dan
jasa, perkantoran dan lain-lain menjadi terpusat, dengan konsep compact city menjadikan
sarana pendukung perkembangan kota menjadi linkage. Ecotourism Tidore memiliki potensi
keindahan alam maupun kekayaan budaya yang bernilai cukup tinggi dalam pasar industri
ekowisata. Potensi alam Tidore berupa sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya,
keanekkaragaman flora maupun fauna dan dengan keindahan pemandangan yang masih alami.
Untuk kebudayaan sendiri Tidore memiliki kesenian, bahasa daerah, ritual khusus kebudayaan.
Dengan adanya Sail Tidore dengan tujuan untuk mengembangkan sektor pariwisata, terutama
wisata bahari di Tidore yang menjadi lintasan pelayaran. Sehingga dengan adanya sail Tidore
tentunya menjadi faktor penting dalam menunjang ecotourism, dengan tidak adanya sarana
pendukung diantaranya perdagangan dan jasa yang dimana menjadi tolak ukur yang sangat
penting dalam menunjang ecotourism, tentunya hal tersebut menjadi permasalahan yang harus
direncanakan dalam persiapan sail Tidore. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran
sarana pendukung indikator compact city dalam menunjang ecotourism sail Tidore. Metode
yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan indikator-indikator urban compactness yang
meliputi percampuran fungsi atau mixed use, aksesbilitas sarana perkotaan dengan sebaran
ecotourism, dan kerterkaitan jaringan jalan dengan transportasi yang menghubungkan
ecotourism. Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan teknik analisis deskriptif
kuantitatif, analisis spasial, dan analisis scoring. luaran yang ditargetkan dari penelitian yang
dilakukan ini yaitu compact city terkait kertersedianya sebaran sarana pendukung ecotourism
dalam menunjang sail Tidore. Luaran pada penelitian adalah jurnal pembangunan wilayah dan
kota yang terpublish pada publikasi jurnal Nasional terakreditasi SINTA 2 pada laman
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/pwk. Uraian TKT yang di usulkan pada penelitian ini
berada pada ukuran 2 dengan Target Pencapaian level 3, yang menggunakan pelaksanaan
penelitian dengan analisis spasial program Arcgis sehingga semua penelitian yang dilakukan
dapat mendapatkan hasil yang diinginkan.

Kata kunci maksimal 5 kata

KATA KUNCI
compact city; ecotourism; linkage; urban compactness, perkotaan tidore
Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan
permasalahan yang akan diteliti, tujuan khusus dan studi kelayakannya. Pada bagian ini perlu
dijelaskan uraian tentang spesifikasi keterkaitan skema dengan bidang fokus atau renstra
penelitian
LATAR PT.
BELAKANG
Konsep compact city ini berupaya untuk mengefektifikan penggunaan lahan,
meminimalisir konsumsi energy, biaya transportasi serta menjaga kestabilan lingkungan. Kota
kompak memiliki hubungan dengan ruang terbuka hijau yang dijelaskan bahwa ruang terbuka
hijau merupakan kewajiban bagi kota di negara berkembang untuk lebih mementingkannya [1].
Konsep compact city berupaya untuk mengefektifkan penggunaan lahan, dapat meningkatkan
interaksi sosial serta penurunan tingkat kesenjangan sosial. Konsep compact city didesain agar
kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran dan lain-lain menjadi terpusat.
Berdasarkan penjumlahan ketersediaan sarana pendukung compact city ialah sarana
perdagangan dan jasa yang keseluruhan berjumlah 258 unit yang tersebar di Wilayah Perkotaan
Tidore mengindikasikan tingkat compact city yang semakin kompak, sedangkan Kelurahan
dengan keseluruhan ketersediaan sarana perdagangan dan jasa tinggi mengindikasikan tingkat
compact city yang semakin tinggi. Dari enam kelurahan yang di identifikasi terdapat Kelurahan
Indonesiana yang memiliki ketersediaan sarana yang paling tinggi, hal ini disebabkan karena
central bisnis district berada di kelurahan tersebut. Sisanya terdapat lima kelurahan memiliki
tingkat kekompakan kota yang dikategorikan rendah diantaranya Kelurahan Goto, Kelurahan
Tuguwaji, Kelurahan Gamtufkange, Kelurahan Tomagoba [2]. Konsep kota kompak yaitu
kepadatan dari pola pengembangan kota yang berdekatan, wilayah perkotaan yang
dihubungkan oleh sistem transportasi publik, dan aksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan
lokal [3].
Kota Tidore memiliki ekowisata (ecotorism) yang jumlahnya cukup banyak dan
beragam. Beberapa diantaranya yaitu Bukit Lona dan Pulau Maitara, sebagai salah satu
kawasan wisata di Kecamatan Tidore dan Tidore Utara, salah satunya ecotorism yang terkenal
adalah Pulau Maitara yang dimanfaatkan sebagai pengembangan kawasan ekowisata yang
dapat mengimbangi dampak yang terjadi akibat dari perencanaan pariwisata konvensional.
Potensi-potensi ecotorism Pulau Maitara tersebut belum didukung sepenuhnya ketersediaan
sarana dan prasarana pariwisata yang memadai untuk pengembangan wisata Pulau Maitara itu
sendiri, sehingga untuk saat ini Pulau Maitara belum mampu dimanfaatkan sebagai salah satu
kawasan ekowisata yang dapat meningkatkan pendapatan daerah baik untuk Kota Tidore
Kepulauan maupun Provinsi Maluku Utara. Pengembangan ekowisata di Pulau Maitara ini
masih mengalami permasalahan seperti kurangnya variasi kegiatan wisata dan fasilitas
penunjang wisata seperti kemudahan akses untuk menuju lokasi wisata, hal tersebut
menyebabkan rendahnya minat wisatawan untuk berkunjung [4].
Hasil penelitian sebelumnya telah diketahui mengenai kekompakan Wilayah Perkotaan
Tidore, compact city Tidore sangat berpengaruh terhadap penyediaan sarana pendukung
perkotaan [2]. Data yang ada saat ini belum dapat memberikan gambaran secara jelas terkait
penyediaan sarana pendukung perkotaan dalam menunjang ecotourism Perkotaan Tidore.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan sebuah kajian mengenai compact city sebagai upaya
penyediaan sarana pendukung ecotourism Perkotaan Tidore. Agar dapat menjawab
permasalahan penyediaan dan sebaran sarana pendukung perkotaan tersebut. Tujuan khusus
dari penelitian ini adalah merumuskan strategi dan memetakan sebaran sarana pendukung
compact city dalam menunjang ecoutorism Perkotaan Tidore pengelolaan ekosistem terumbu
karang di Kawasan Konservasi Perairan Pulau Mare. Manfaat yang diharapkan dari penelitian
ini yaitu sebagai referensi bagi pemerintah daerah terkait compact city penyediaan dalam
penyedian sarana pendukung, skema keterkaitan skema penelitian nasional, penelitian ini
berkaitan dengan
bidang fokus pengembangan parawisata. dan juga sebagai pengayaan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan compact city dan ecotourism serta acuan bagi penelitian selanjutnya.

Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam
bidang yang diteliti/teknologi yang dikembangkan. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini.
TINJAUAN PUSTAKA
State Of The Art
Analisis tingkat urban compactness (compact city) di Wilayah Perkotaan Tidore dengan
sasaran kepadatan, fungsi campuran, aksesibilitas kota dan Keterkaitan jaringan Jalan dan
transportasi dengan menggunakan metode skoring dari variabel tersebut yang telah di jelaskan
di atas. Variabel di atas dipilih karena sebagai karakteristik dalam pengukuran suatu kota yang
di katakan kompak di dalam pengukuran urban compactness di Wilayah Perkotaan Tidore.
Oleh karena itu, dari hasil analisis dinilai dan dihitung tingkat urban compactness di Wilayah
Perkotaan Tidore. Berdasarkan hasil penilaian, dan penelitian dapat dilihat dan disimpulkan
bahwa nilai dari 6 kelurahan yang ada di Perkotaan Tidore dengan tingkat Urban compactness
paling tinggi dimiliki oleh Kelurahan Gamtufkange, sementara itu kelurahan terbawah dengan
skor urban compactness paling rendah dengan pengukuran variabel urban compactness
ditempati oleh kelurahan tuguwaji. Dari hasil akhir tersebut dapat dikatakan bahwa kawasan
yang paling kompak di Perkotaan Tidore yaitu Kelurahan Gamtufkange kemudian kawasan
yang paling tidak kompak yaitu Kelurahan Tuguwaji [2].
Compact city memiliki beberapa karakteristik yaitu : compact city merupakan suatu
bentuk yang kota yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi dan memusat compact city
merupakan suatu bentuk yang kota yang memusatkan beberapa aktivitas dan fungsi dengan
metode mix used. compact city merupakan suatu bentuk yang kota yang intensitas yang tinggi
terhadap penggunaan memiliki suatu moda transportasi dan industri [5]. Kota yang menggurita
merupakan suatu fenomena akibat dari pertumbuhan dan perkembangan kota sebagai pusat
aktivitas maupun perekonomian. Hal ini ditandai dengan munculnya permukiman berkepadatan
rendah yang tersebar secara acak pada daerah pinggiran kota atau peripheral. Pertumbuhan
yang dikatakan mirip tentakel gurita yang menjalar ini menimbulkan berbagai dampak
eksternalitas negatif yang berupa polusi, tingkat efisiensi energi, pemerataan ekonomi dan
permasalahan transportasi [6]. Konsep kota kompak merupakan perbaikan dari konsep kota
yang berkembang secara sporadis atau urban sprawl [7]. Dampak fenomena urban sprawl
sangat mempengaruhi dinamika Kota. Dinamika kota sama sekali tidak direncanakan dengan
baik dan matang. Kota yang kompak telah mengalami gejala kekompakan hal ini dapat lihat
dari aspek kepadatan [8]. Kota komapk yang mengedepankan aspek kepadatan yang tinggi dan
penggunaan lahan campuran serta dilengkapi dengan fasilitas transpotasi umum yang memadai.
Namun, untuk menerapkan konsep ini di kota-kota di negara berkembang perlu dilakukan
kajian lebih lanjut. Beberapa wilayah suburban telah menunjukkan tingkat kekompakan
berdasarkan indikator compact city, seperti aspek kepadatan penduduk dan kepadatan
bangunan serta penyebaran fasilitas dengan fungsi campuran yang relatif dekat dalam satu
Kawasan [9].
Dalam praktek pengembangan kawasan wisata, berbagai wisata alam telah lama
dikembangkan di seluruh dunia termasuk Indonesia, namun tidak semuanya dikembangkan
dengan konsep ecotourism. Bahkan suatu kawasan wisata yang diklaim dikembangkan dengan
konsep ecotourism, namun belum tentu tepat disebut sebagai suatu kawasan wisata yang
dikembangkan dengan konsep ecotourism. Hal ini tergantung dari seberapa besar prinsip-
prinsip ecotourism dijalankan atau dilaksanakan pada kawasan wisata tersebut. Hal ini juga
terjadi dalam pengembangan wisata alam pada umumnya di Indonesia [10]. Kesimpulan
khusus, menjelaskan
secara lebih rinci tentang kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk pengembangan konsep wisata
ecotourism seperti digambarkan dalam kesimpulan umum, yaitu : a. Menyatu dan harmonis, b.
Aman dan nyaman, c. Swakelola, d. Kemudahan akses informasi, e. Pengembangan lingkungan
[11].
Ekowisata (ecotourism) merupakan sejenis pariwisata yang berwawasan lingkungan
Maksudnya, melalui aktivitas yang berkaitan dengan alam, wisatawan diajak melihat alam dari
dekat, menikmati keaslian alam dan lingkungannya sehingga membuatnya tergugah untuk
mencintai alam. Semuanya ini sering disebut dengan istilah back-to-nature. Berbeda dengan
pariwisata yang biasa kita kenal, ekowisata dalam penyelenggaraannya tidak menuntut
tersedianya fasilitas akomodasi yang modern atau glamour yang dilengkapi dengan peralatan
yang serba mewah atau bangunan artifisial yang berlebihan [12]. Ekowisata adalah perjalanan
wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
setempat. Peran aktif dalam mengelola potensi ekowisata ini penting karena pengetahuan alam
dan potensi budaya memiliki nilai jual sebagai daya tarik ekowisata. Perkembangan ekowisata
mempengaruhi masyarakat pada aspek ekologi, sosial, dan ekonomi [13]. Ekowisata berbasis
masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan pedesaan melalui sector pariwisata,
yang tidak hanya menyuguhkan sumber daya wisata yang masih alami, namun juga
berkontibusi terhadap konservasi lingkungan, dan masyarakat sebagai pengendali utama dalam
pengembangannya [14].
Pola tutupan lahan secara signifikan mempengaruhi kawasan ekowisata. Memahami pola
dinamis perubahan tutupan lahan penting untuk manajemen yang efisien pengaruh perubahan
tutupan lahan pada kawasan mangrove. Pemeriksaan tutupan vegetasi mangrove dilakukan
dengan menggunakan analisis fraksi tutupan vegetasi. tutupan vegetasi mangrove dipengaruhi
oleh aktivitas penggunaan lahan. Diperlukan manajemen yang tepat untuk menghindari
hilangnya kawasan bakau lebih lanjut, dan perencanaan pengelolaan tutupan lahan yang tepat
diperlukan untuk melestarikan kawasan mangrove dan melestarikan ekowisata. Ekowisata
didengungkan sebagai Kawasan Lindung yang mampu menyeimbangkan konservasi
keanekaragaman hayati faktor-faktor penentu pengembangan ekowisata berkelanjutan di dalam
diantaranya terdapat keanekaragaman hayati yang kaya, prasarana jalan, habitat flora fauna dan
pengembangan ekowisata diahruskan menerapkan rencana pengembangan dan pengelolaan
ekowisata melalui Kemitraan Pemerintah Swasta, dalam pengembangan ekowisata
berkelanjutan yang dapat mendorong pencapaian sustainable development goal [15][16].
Ekowisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang dijalankan masyarakat lokal,
ekowisata dikembangkan untuk membantu sumber pendapatan masyarakat sekitar. Ekowisata
dianggap sebagai keberlanjutan dan merupakan pendukung aspek ekonomi, sosial, budaya dan
lingkungan untuk didalam pembangunan. Penerapan ekowisata mengembangkan strategi
berdasarkan potensi alam dan budaya lokal. Utuk mengukurnya salah satunya dengan analisis
(SWOT) sebagai strategi perencanaan ekowisata. untuk pengembangan ekowisata di wilayah
studi. strategi yang diadopsi dianalisis lebih lanjut menggunakan proses hierarki analitis (AHP)
dan Fuzzy AHP untuk mengidentifikasi hierarki strategi prioritas terbaik untuk pengembangan
ekowisata. SWOT-AHP dan metode AHP SWOT-Fuzzy digabungkan untuk mendapatkan
prioritas strategi terbaik didalam pembangunan. [17] [18] [19]. Ekowisata telah menjadi praktik
berbasis pasar yang semakin penting dalam konservasi alam perluasan komodifikasi alam
dalam beberapa kasus memerlukan pemahaman tentang cara pengelolaan alam dan makhluk
hidup [20].

Dari tabel 1 dibawah dapat diketahui bahwa aspek orisinalitas penelitian ini relative
dibandingkan dengan penelitian terdahulu Adapun penelitian-penelitian lain yang pernah
dilakukan terkait dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Perbandingan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu

Sumber : Berbagai artikel publikasi


ROAD MAP PENELITIAN

2020 2021

PENELITIAN PENELITIAN
TERDAHULU TAHUN I
Implementasi konsep compact city Derajat
pada BWKpengu
I kota
k surakarta

Gambar 1. Road map penelitian

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang akan dikerjakan selama waktu yang
diusulkan. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang jelas, semua
tahapan untuk mecapai luaran beserta indikator capaian yang ditargetkan. Pada bagian ini harus
juga dijelaskan tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan penelitian yang
diusulkan.
METODA
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Kawasan Kota Tidore Kepulauan, Daerah
Waktu penelitian direncanakan pada Tahun 2022.

Gambar 2. Peta lokasi Penelitian


Jenis Penelitian
Penelitian tentang studi compact city sebagai upaya penyediaan sarana penunjang
ecotourism Sail Tidore, terkait penelitian ini dilakukan salah satunya adalah mengetahui
tingkat sebaran saran compact city di wilayah Perkotaan Tidore dalam mendukung penyediaan
sarana pemenuhuna ectourism. Yang dalam teorinya, dikatakan bahwa kawasan yang lebih
kompak adalah kawasan dengan kepadatan yang tinggi, percampuran fungsi yang beragam,
aksesibilitas yang memudahkan, serta keterkaitan jaringan jalan dengan transportasi yang
saling terhubung. Kemudian merumuskan variabel-variabel berdasarkan teori-teori atau
pendapat ahli, dengan sasaran penelitian yang berkaitan dengan compact city di Wilayah
Perkotaan Tidore. Alat analisis yang di gunakan adalah dengan menggunakan Geographic
Information System (GIS).

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik
pengumpulan data primer yang dilakukan melalui observasi. Selanjutnya teknik pengumpulan
data sekuder melalui studi literatur / studi pustaka / dan studi dokumentasi dilakukan, instansi
yang dituju untuk mengupulkan data sekuder, instansi yang mana antara lain Dinas Tata Kota
Tidore Kepulauan, Bapelitbang Kota Tidore Kepulauan, Dinas Perhubungan Kota Tidore
Kepulauan dan Dinas PU Kota Tidore Kepulauan, Dinas Pariwisata Kota Tidore.
Variabel dan Analisis Data Penelitian

Gambar 3. Analisis data penelitian


Tahap persiapan

Survey literatur

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Menentukan variabel Menentukan Sumber Data

Menentukan Dan menyusun Instrumen Penelitian

 LUARAN Observasi Lapangan Dan  LUARAN



Tingkat percampuran fungsi 
Data Primer
penggunaan lahan 
Perijinan Mengumpulkan Data Sekunder

Aksesibilitas kota

Keterkaitan jaringan jalan Data
 LUARAN
Data Primer
dan Data
Sekunder

dengan ekowisata Data jumlah penduduk
Perkotaan Tidore
Pengolahan Data 
Data luasan Penggunaan
 LUARAN lahan terbangun Perkotaan

Data aspek tingkat kepadatan Analisis Data Tidore

Data tingkat percampuran 
Data luas Wilayah Perkotaan
fungsi penggunaan lahan Tidore

Data aksesibilitas kota Laporan Penelitian 
Data jumlah fasilitas :

Data keterkaitan jaringan perekonomian Perkotaan
jalan dengan ecotourism Selesai Tidore

Peta jaringan jalan Perkotaan
 LUARAN Tidore
 
Compact City Sebagai Upaya Peta Jaringan trayek angkutan

Penyediaan Sarana Penunjang umum Perkotaan Tidore
Ecotourism Sail Tidore

Gambar 4. Diagram alir penelitian

Kepakaran Dan Tugas Anggota Tim Peneliti

Penelitian dosen pemula yang diusulkan membutuhkan dua kepakaran, yaitu: 1)


kepakaran dalam keilmuan Perencanaan Wilayah dan Kota untuk menangani bidang compact
city; dan 2) kepakaran dalam keilmuan tentang Analisis Lingkungan untuk menangani bidang
ecotourism. Penelitian ini membutuhkan tim dengan kepakaran dalam perencanaan, identifikasi
dan analisis data. Secara teknis pengambilan data, tim akan dibantu oleh tiga orang mahasiswa
yang berperan membantu kelancaran proses sampling di lokasi penelitian. Pelibatan mahasiswa
dalam penelitian ini juga merupakan implementasi dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka
(MBKM). Secara detail kepakaran dan tugas anggota tim dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kepakaran dan Tugas Anggota Tim Peneliti

Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL PENELITIAN

Bulan
No Nama Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persiapan Penelitian
 Review literatur penunjang
1  Observasi lokasi penelitian
 Perijinan penelitian
Pelaksanaan Penelitian
 Pemetaan variabel dan sumber data
2  Pengumpulan data primer
 Pengumpulan data di instansi terkait
 Analisis data
Pelaporan
 Penyusunan draf laporan kemajuan
3  Upload laporan kemajuan
 Penyusunan draf laporan akhir
 Upload laporan akhir
Publikasi
Penyusunan draf hasil penelitian
4 - Penyusunan draf artikel jurnal
- Revisi dan publikasi hasil penelitian
Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah et.al. 2014. GIS - Based Sustainable City Compactness assessment using
integration of MCDM, bayes theorem and RADAR technology
2. Indra, Altarans.2020. Derajat Pengukuran Kekompakan Kota Wilayah Perkotaan Tidore.
Jurnal Teknik Volume 13 Nomor 2, 26-37
3. Sonny Tilaar dkk. 2017. Urban compactness Kota Manado. Jurnal Spasial. Volume 4
Nomor 2, 116-122.
4. Yetty, Rheza Pratama, Johan Fahri. 2020. Pengembangan Ekowisata dalam Upaya
Pemberdayaan Masyarakat Lokal di Desa Maitara Tengah Kecamatan Tidore Utara. Jurnal
Abdidas, Volume 1 Nomor 5, 442 - 449
5. De Roo, G., & Miller, D. 2019. Compact cities and sustainable urban development: A
critical assessment of policies and plans from an international perspective. New Delhi:
Routledge
6. Gde Bagus, Andhika Wicaksan. Ida Bagus Gede, Parama Putra. 2019. Compact City :
Menuju Sustainabilitas Terhadap Fenomena Urban Sprawl. Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur,
Volume 7, Nomor 1, 20–28
7. I. P. Praditya, 2015. Faktor-Faktor Pengaruh Ukuran Urban compactness di Kota
Denpasar, Bali,” jurnal Institut Teknologi Sepuluh Nopember
8. A. N. Aisyah, 2017. Strategi Penerapan Kota Kompak Berdasarkan Pola Urban
compactness di Kota Bekasi,” jurnal Institut Teknik Sepuluh Nopember
9. Andi Muhammad Akbar. 2018. strategi pengendalian pola pergerakan dan penggunaan
lahan berbasis konsep compact city di kecamatan rappocini Kota Makassar. Jurnal
Arsitektur, Kota dan Permukiman
10. Syaparuddin. Dearmi Artis. 2018. Paradigm of Ecotourism-Based Tourism Develoment in
Context of Regional Economic Development Acceleration. Jurnal Ekonomi Regional
Unimal Volume 01 Nomor 3
11. Yayu Rubiyanti. 2020. Konsep Ecotourism Masa Transisi Pandemi Covid-19 di Desa
Wisata Kerajinan Bambu Brajan Yogyakarta Lintas Ruang: Jurnal Pengetahuan dan
Perancangan Desain Interior, volume 8 Nomor 2, 39-47
12. Haerani, H. 2012. Pengembangan kawasan ekowisata di pulau maitara kota tidore
kepulauan. I(Ekowisata), jurnal plano madani. volume 1 Nomor 1, 39–46
13. Emma, Hijriati. Rina, Mardiana.2014. Pengaruh ekowisata berbasis masyarakat Terhadap
perubahan kondisi ekologi, social dan ekonomi di kampung batusuhunan, sukabumi. jurnal
sosiologi pedesaan, Volume 2 Nomor 3, 146-159
14. Dhayita, Rukti Tanaya dan Iwan, Rudiarto. 2014. Potensi pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat Di kawasan rawa pening, kabupaten semarang. Jurnal Teknik PWK.
Volume 3 Nomor 1, 71-81
15. Shafikah Idris et.al. 2021. The dynamics of landscape changes surrounding a firefly
ecotourism area. Global Ecology and Conservation.
16. Gadinga W. Forje. Martin N. Tchamba , Manasseh Eno-Nku. 2020. Determinants of
ecotourism development in and around protected areas: The case of Campo Ma’an
National Park in Cameroon. Scientific African.
17. Seyyed, Mehdi Hosseini. Mohammad, Mahdi Paydar .Mostafa, Hajiaghaei-Keshteli. 2021.
Recovery solutions for ecotourism centers during the Covid-19 pandemic: Utilizing Fuzzy
DEMATEL and Fuzzy VIKOR methods. Expert Systems With Applications
18. Nemai Sahani. 2021. Application of hybrid SWOT-AHP-FuzzyAHP model forformulation
and prioritization of ecotourism strategiesin Western Himalaya, India. International
Journal of Geoheritage and Parks
19. Seyyed Mehdi Hosseini a, Mohammad Mahdi Paydar a, Mehdi Alizadeh b, Chefi Triki .
2021. Ecotourism supply chain during the COVID-19 pandemic: A real case Study.
Applied Soft Computing
20. Lubabun, Ni’am a. Stasja Koot. Joost, Jongerden. 2021. Selling captive nature: Lively
commodification, elephant encounters, and the production of value in Sumatran
ecotourism, Indonesia. Geoforum

Anda mungkin juga menyukai