Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH

KEREKAYASAAN DALAM PERENCANAAN

Nama : Muhromi Haspiadi


Nim : 2021D1C048
Dosen :
Yusril Ihza Mahendra, ST/., MT

Fakultas Teknik PWK


Universitas Muhammadiyah Mataram
Mataram
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial
ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan
hidup pada suatu wilayah. Kebijakan pengembangan wilayah sangat diperlukan karena
kondisi fisik geografis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang sangat berbeda
antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga penerapan kebijakan
pengembangan wilayah itu sendiri harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu
permasalahan di wilayah bersangkutan.
Berkaitan dengan pernyataan di atas, Menurut ilmu geografi model
pengembangan atau pembangunan wilayah berkembang berbeda dengan yang ada di
negara maju, Wilayah yang maju adalah wilayah yang memiliki standar hidup yang
tinggi dengan indikasi perekonomian yang sudah merata, penggunaan teknologi tinggi
dan telah berhasil dalam berbagai bidang contohnya Kota Bandung, sedangkan Negara
berkembang adalah suatu Negara yang pendapatan rata-ratanya rendah, infastruktur
relatif berkembang, dan indeks perkembangan manusia berada di bawah standar normal
global seperti kota Yogyakarta.
Adapun Pada wilayah-wilayah maju model pengembangan wilayah dilakukan
menggunakan sistem desentralisasi atau terpusat. Menurut Eko Titis Prasongko dan
Rudi Hendrawansyah dalam Geografi sistem tersebut membentuk model pola tertentu,
seperti metropolis menyebar, metropolis galaktika, metropolis bintang, hingga
metropolis cincin. Di sisi lain, model pembangunan wilayah yang berkembang lebih
kompleks. Tidak seperti wilaya maju, wilayah berkembang tidak memiliki tata ruang
yang baik ataupun pola pengembangan yang jelas. Menurut Prasongko dan
Hendrawansyah negara berkembang cenderung menunjukkan pola ketidak teraturan
dan kesemerawutan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.1 Pengembangan Apa Yang Dilakukan Kota Bandung Sehingga Dikategorikan
Sebagai Kota Yang Maju?
1.2 Perencanaan Apa Saja Yang Dilakukan Kota Yogyakarta Dalam Proses
Perkembangan Wilayahnya?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengembangan Yang Dilakukan Kota Bandung Dalam Hal Perencanaan


Pengambangan yang dilakukan kota bandung sehingga dikategorikan sebagai kota
maju adalah konsep ‘smart city’ Konsep ‘smart city’ memiliki daya tarik tersendiri baik
di kalangan akademisi, pelaku ekonomi, maupun birokrasi pemerintahan. Istilah ‘smart
city’ sendiri memiliki beragam definisi, tetapi secara umum dapat dibagi menjadi dua.
Pertama, smart city mengacu kepada semakin meningkatnya peranan perangkat komputer
dan teknologi digital dalam lingkungan perkotaan seperti jaringan nirkabel, perangkat
sensor, dan kamera yang digunakan untuk memonitor, mengelola, serta mengatur lalu
lintas kota yang bersifat real-time
Kedua, istilah ‘smart city’ mengacu pada pengembangan ekonomi di wilayah
perkotaan. Menurut perspektif ini, sebuah kota menjadi “pintar” baik secara ekonomi
maupun pemerintahan apabila mampu memunculkan kreativitas, inovasi, dan
kewirausahaan yang digerakkan oleh warga yang juga “pintar”. Selain adanya peranan
teknologi juga harus ditunjang oleh kapital manusia dan kapital sosial serta kebijakan
ekonomi yang lebih luas untuk meningkatkan pertumbuhan serta manajemen
pengembangan perkotaan yang kemudian menjadikan sebuah kota ‘pintar’. Dengan kata
lain, smart city harus tetap diimbangi oleh kapasitas warganya yang juga cerdas (smart
people).
Adapun desain arsitektur pengembangan smart city di Kota Bandung dibuat secara
umum dan juga untuk masing-masing komponen. Terdapat sepuluh desain arsitektur
dalam pengembangan smart city di Kota Bandung, yaitu
1) Pemerintahan (smart government pendapatan, perizinan, dan aset)
2) Pendidikan (smart education)
3) Transportasi (smart transportation, smart parking)
4) Kesehatan (smart health)
5) Energi (smart grid/smart energy)
6) Keamanan (smart surveillance)
7) Lingkungan (smart environment)
8) Masyarakat/Sosial (smart society, smart reporting, smart passport)
9) Keuangan (smart payment)
10) Perdagangan (smart commerce)
Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dari implementasi smart city di Kota
Bandung adalah agar kondisi kota menjadi sehat, nyaman ditempati, mudah untuk
mendapatkan pendidikan, aman, tidak macet, memiliki daya saing, serta berkelanjutan
(sustainable). Sementara itu, smart city hanyalah sarana bagi masyarakat dan pemerintah
di dalam menjalankan demokrasi partisipatif.
Demokrasi partisipatif adalah pengambilan keputusan dengan melibatkan peran serta
masyarakat dalam berbagai bidang baik politik, ekonomi, dan sosial. Menyediakan sebuah
forum untuk saling tukar gagasan dan prioritas, penilaian akan public interest dalam
dinamikanya, serta diterimanya proposal-proposal perencanaan. Peran serta masyarakat
atau keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam perencanaan, pengambilan
keputusan, atau pelaksanaannya terhadap proyekproyek pembangunan untuk masyarakat.
2.2 Perencanaan Wilayah Kota Yogyakarta Dalam Proses Perkembangan
Dalam melakukan proses perkembangan didaerahnya pemerintah kota Yogyakarta
melakukan perencanaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang diatur secara ketat dalam UU
No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Sebanyak 30% dari luas total kota harus
digunakan sebagai ruang terbuka hijau yaitu 20% sebagai RTH publik dan 10% RTH
sebagai pribadi.
RTH sangat diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan air dan udara bersih bagi
masyarakat serta menciptakan estetika kota. salah satu kota yang mengalami pertumbuhan
dan perkembangan pesat adalah Kota Yogyakarta yang terjadi dalam beberapa tahun
terakhir. Keadaan ini akan terus mengalami perkembangan seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan aktifitas yang ada di Kota Yogyakarta
Adapun Ruang Terbuka Hijau di Kota Yogyakarta dibagi menjadi 2 bentuk yang terdiri
dari 14 jenis penggunaan, yaitu :
1. RTH Publik (10,03%) terdiri dari
a. Area Hijau (4,79%)
b. Jalur Pengaman Jalan (0,22%),
c. Kebun Binatang (0,45%),
d. Lapangan Olah Raga (0,59%),
e. Parkir Terbuka (0,95%),
f. Taman Kota (0,25%),
g. Taman Rekreasi (0,41%),
h. Pemakaman Umum (0,94%),
i. Sempadan Sungai (1,43%) ;
2. RTH Private (7,75%) terdiri dari
a. Lapangan Upacara (0,01%),
b. Sawah (2,69%),
c. Taman Kantor dan Gedung Komersil (4,53%),
d. Taman Perumahan dan Permukiman (0,52%).
Secara umum ruang hijau yang ukurannya luas terletak di pinggiran kota dan akan
semakin berkurang atau mengecil saat mendekati pusat kota. Adapun arahan RTH sendiri
terdiri dari sebaran luas, bentuk dan fungsi RTH. Kondisi eksisting digunakan untuk
mengetahui kuantitas, kualitas dan fungsi peruntukan RTH yang ada di Kota Yogyakarta.
Kecukupan RTH digunakan untuk menghitung standarisasi jumlah RTH yang dibutuhkan
suatu kota. Area yang berpotensi RTH digunakan untuk menentukan area mana saja yang
dapat digunakan sebagai RTH. RTRW Kota Yogyakarta digunakan untuk melihat apakah
suatu area sudah sesuai peruntukannya.
Luas RTH eksisting Kota Yogyakarta adalah 584,45 ha. RTH ini merupakan RTH
alami dan binaan sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya. RTH ini
sebagian berbentuk kawasan seperti area hijau, area olahraga, taman kota, taman kantor,
lahan pertanian dan sebagian lagi berbentuk jalur pengaman jalan dan jalur sempadan
sungai. Fungsi yang dominan di RTH ini adalah fungsi ekologis, estetika, sosial dan
ekonomi. Banyaknya area terbangun dan mahalnya harga lahan di Kota Yogyakarta
sehingga sangat sulit untuk melakukan penambahan area RTH, maka pengembangan RTH
di kota ini di fokuskan pada pengembangan RTH kenyamanan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan di antara kedua kota tersebut dapat dilihat dari sektor perencanaan
yang dimana Kota Bandung pemerintahannya lebih terfokus kepada pengembangan
Metode smart city nya mereka percaya dengan mengembangkan metode tersebut
Kota Bandung dapat lebih maju lagi kedepannya, sedangkan Kota Yogyakarta lebih
terfokus kepada pengembangan RTH, yang dimana kita tahu sedikitnya lahan
kosong disana yang membuat pemerintah Yogyakarta melakuan RTH untuk
meningkatkan ketersediaan air dan udara bersih bagi masyarakat serta menciptakan
keindahan kota walaupun daerahnya yang terbilang cukup padat.
3.2 Saran
Pemerintah kabupaten Kota Harus lebih giat lagi dalam mengelola wilayah
wilayahnya masing-masing agar bisa menjadi wilayah yang tidak lagi dalam proses
berkembang tapi maju dalam segala sektor perencanaan wilayah dan Kota

3.3 Daftar Pustaka

1. https://www.researchgate.net/profile/AgusSugiyono/publication/275648788_P
engembangan_Energi_Alternatif_di_Daerah_Istimewa_Yogyakarta_Prospek_
Jangka_Panjang/links/554238690cf23ff7168242b9/Pengembangan-Energi-
Alternatif-di-Daerah-Istimewa-Yogyakarta-Prospek-Jangka-Panjang.pdf.
2. http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_1
74451079248.pdf.
3. https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/multikultura/article/view/4682/3
103

Anda mungkin juga menyukai