Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Peternakan Vol 18(2): 137-146, September 2021

Available online at: p-ISSN: 1829-8729 | e-ISSN: 2355-9470


http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/peternakan Accredited: 10/E/KPT/2019
DOI:http://dx.doi.org/10.24014/jupet.v18i2:13203

Strategi Kebijakan Pengembangan Sapi Potong Rakyat di Kecamatan


Ringinrejo Kabupaten Kediri
Strategy of Beef Cattle Development Policy at Ringinrejo Sub-District Kediri Regency

J. A. Putritamara1*, M. B. Hariyono1, N. P. Sari2, & Z. Fanani1


1 Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
2 Mahasiswa Pasca Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145
*Email korespondensi: nichepermata@gmail.com

• Diterima: 17 Juni 2021 • Direvisi: 30 Agustus 2021 • Disetujui: 19 September 2021

ABSTRAK. Penelitian bertujuan untuk menentukan strategi dan membentuk kebijakan yang bersifat win-win solution
dalam mengembangkan usaha sapi potong rakyat di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Analisis data yang digunakan
dengan metode kuantitatif yaitu dengan menggunakan IFAS dan EFAS yang dilanjutkan dengan AHP (Analisis Hierarchy
Process). Hasil penelitian menunjukkan pada kuadran III sehingga perlu membuat ulang strategi yang pernah dilakukan
oleh stakeholders dalam mengembangkan usaha sapi potong, karena faktor internal memiliki kelemahan yang banyak
dibandingkan dengan kekuatan yang ada, namun peluang yang ada dapat mengurangi ancaman dalam mengembangkan
usaha. Hasil tersebut diperoleh 4 strategi antara lain dari startegi S-O bahwa perlu membangun kerjasama dengan peternak
besar yang memiliki manajemen teknis pemeliharaan sapi potong yang sudah baik dan tingkat produktifitas usaha tinggi,
strategi W-O memperbaiki hubungan peternak dengan lembaga pemerintah pusat melalui peningkatan aparatur dari modal
sosial dengan memberikan bantuan ternak, teknis pemeliharaan sesuai dengan yang dibutuhkan peternak, strategi S-T
bergabung dengan kelompok ternak feedloting sebagai pemasok sapi yang akan di feedlot sehingga mampu menjual ternak
tanpa blantik (peternak sekaligus blantik) dan strategi W-T yaitu bekerjasama dengan peternak feedlot dengan produktifitas
tinggi untuk meningkatkan trust. Analisis AHP dilakukan untuk menentukan prioritas strategi yang telah dibuat sehingga
hasilnya dapat mendukung strategi agar peternak rakyat bergabung dengan kelompok ternak feedloting sebagai pemasok
sapi yang akan di feedlot.

Kata kunci: AHP, kebijakan, pengembangan, sapi potong, strategi.

ABSTRACT. Objectives of the research were to determine strategy and establish win-win solution policy in developing beef cattle business
at Ringinrejo Sub-district, Kediri Regency. Data analysis used quantitative method by using IFAS and EFAS, and then followed by AHP
(Analysis Hierarchy Process). Results of the research showed that on Quadrant III, so that it requires to reconstruct the strategy, which
has been performed by the stakeholders in developing the beef cattle business, due to internal factors have more weaknesses than the
strength, but the existed opportunity could minimize any threat in developing the business. It results 4 strategies that include strategy S-
O, which requires to establish cooperation with the big farmerss who have already owned excellent technical management in breeding and
high productivity; strategy W-O improves mutual cooperation between the farmers and central governmental institution through the
increasing apparatus from social capital by offering cattle assistance, technique of maintenance that conforms to the breeders need; strategy
S-T is joining with the group of feedloter as cattle supplier that is going to be feedlot, so that they will be able to sell the cattle without any
middleman and strategy W-T is joining and cooperating with the feedloter who have high productivity in order to increase trust. In order
to give priority on strategies, it followed by AHP analysis, the result showed that the breeders will join with the group of feedloting farmers
as cattle supplier (feedloter).

Keywords: AHP, policy. Development, beef cattle, strategy.

PENDAHULUAN meningkatkan usahanya karena produk


peternakan merupakan produk pangan yang
Era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 bersaing ketat dengan produk impor dari negara
saat ini menuntut peternak untuk semakin lain yang memiliki harga pasar jauh di bawah

137
Jurnal Peternakan, Vol 18(2): 137-146, September 2021

harga produk lokal. Hal ini di jelaskan oleh tersebut masih dijalankan secara tradisional dan
Kementerian Perdagangan (2013) bahwa harga belum bersifat komersial. Peternak juga harus
paritas impor eceran daging sapi cenderung mendapat jaminan bahwa usaha tersebut layak
turun, sedangkan harga eceran domestik dan memberikan keuntungan. Hal ini juga
cenderung naik. Faktor yang lain mendukung diperjelas oleh Yastini (2010) bahwa peternak
kenaikan harga tersebut dikarenakan adanya tradisional masih memanfaatkan pemeliharaan
program penyebaran ternak sapi oleh berbagai sapi potong berdasarkan pengalaman terdahulu
instansi yang pengadaannya bersumber dari dan informasi dari sesame peternak. Kegiatan
ternak domestik sehingga terjadi rendahnya penyuluhan yang yang diberikan dari
pasokan untuk keperluan pemotongan dan pemerintah setempat belum maksimal.
berdampak pada kenaikan harga di pasar. Di
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
samping permasalahan tersebut meningkatnya
(2019) menyebutkan dalam SK No.
jumlah penduduk juga berpengaruh signifikan
189/KPTS/PK.210/F/2019 bahwa program
pada kebutuhan bahan pangan. Atem dan Niko
UPSUS SIWAB diharapkan mampu
(2020) mengemukakan bahwa jika kelaparan
meningkatkan populasi sapi dan kerbau demi
sampai dialami oleh penduduk atau sampai
tercukupinya protein hewani bagi masyarakat.
terancam kondisi rawan pangan maka dapat
Program ini juga diharapkan mampu terlaksana
dipastikan tidak akan ada ketenangan dan
di semua daerah yang memiliki potensi
kedamaian dalam negara tersebut.
pengembangan sapi potong rakyat walaupun
Salah satu upaya yang dilakukan oleh usaha sapi potong di Indonesia adalah sebagai
pemerintah dalam menyediakan jumlah ivestasi bagi pemilik usaha, namun dengan
ketersediaan produk peternakan untuk adanya strategi yang perlu diterapkan dengan
komoditas sapi potong adalah melalui Upaya melibatkan beberapa stakeholders sehingga
Khusus Percepatan Populasi Sapi dan Kerbau peternak mampu meningkatkan skala usaha
Bunting (UPSUS SIWAB). UPSUS SIWAB dengan menambah jumlah populasi ternak.
merupakan salah satu program yang digalakkan
Kabupaten Kediri merupakan salah satu
oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2016
wilayah yang cocok untuk pengembangan sapi
melalui pelaksanaan Inseminasi Buatan dan
potong jika dilihat dari topografi wilayahnya
pelaksanaan intensifikasi kawin alami
yang berada pada 07˚45’-07˚55’ LS dan 111˚05’-
(Kementrian Pertanian, 2016). Program ini
112˚3’BT dengan ketinggian 64 meter di atas
memiliki target yaitu dapat menghasilkan sapi
permukaan laut (Pemkab Kediri, 2014). Jenis
indukan dewasa siap bunting sebanyak empat
sapi yang dipelihara oleh masyarakat
juta ekor dan ditargetkan tingkat kebuntingan
Kabupaten Kediri adalah Simental, Limousin
73% atau setara tiga juta ekor betina bunting
dan Peranakan Ongole. Badan Pusat Statistik
(Kementrian Pertanian, 2017). Program tersebut
(2019) Kabupaten Kediri memiliki populasi sapi
juga merupakan salah satu upaya yang tidak lain
potong sebanyak 223.020 ekor pada tahun 2018.
adalah untuk mengurangi jumlah impor dengan
Berdasarkan angka tersebut Kabupaten Kediri
cara meningkatkan jumlah ketersediaan, karena
mampu menjadi salah satu wilayah
selama ini antara jumlah permintaan dan
penyumbang sapi potong nasional. Upaya yang
ketersediaan belum tercukupi.
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kediri
Rusdiana dan Soeharsono (2017) dalam meningkatkan jumlah populasi adalah
menjelaskan bahwa untuk mensukseskan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
program tersebut dibutuhkan dukungan dari peternak dan aparatur melalui kelembagaan,
peternak sapi potong walaupun kegiatan peningkatan Sumber Daya Alam (SDA) melalui

138
Strategi Kebijakan Pengembangan Sapi Potong Rakyat di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri (Putritamara, dkk)

pemanfaatan limbah hasil pertanian sebagai pengalaman beternak sekurang-kurangnya 5


pakan ternak, peningkatan kerjasama dengan tahun dan merupakan petani tanaman pangan.
pihak praktisi dan akademisi dari riset dan
Analisis data menggunakan 2 (dua)
upaya peningkatan permodalan dengan
metode kuantitatif yaitu menggunakan analisis
pemerintah dan lembaga keuangan melalui
SWOT untuk untuk menentukan strategi yang
Kredit Usaha Rakyat.
akan dibuat dan analisis AHP untuk
Menurut BPS (2020) menjelaskan bahwa menentukan 1 kebijakan dari strategi yang
sumber penghasilan utama sebagian besar tergolong dalam prioritas skala utama. Utsalina
penduduk di Kecamatan Ringinrejo pada tahun dan Primandari (2020) menjelaskan metodologi
2019 adalah sebagai petani dan peternak analisis SWOT menggunakan beberapa tahap
sehingga sehingga kesempatan untuk meliputi:
mengembangkan usaha sapi potong dapat
1. Menentukan variabel yang diamati
ditingkatkan. Pada penelitian ini dengan latar
(produktivitas usaha; sistem kelembagaan
belakang kondisi peternak dan peternakan sapi
peternak dengan stakeholders; akses pasar;
potong maka penulis terfokus pada
kinerja modal; dukungan sistem logistik
pembentukan strategi kebijakan pengembangan
usaha; dan social capital), membuat daftar
sapi potong di wilayah Ringinrejo.
kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman (disesuaikan dengan kondisi
MATERI DAN METODE lokasi penelitian).
2. Menentukan bobot setiap faktor mulai dari
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan
1 (sangat penting) sampai 0 (tidak penting)
Ringinrejo Kabupaten Kediri dengan
sesuai data hasil wawancara.
menggunakan metode purposive sampling. BPS
3. Menentukan rating setiap faktor dari 5
(2018) menunjukkan bahwa Kabupaten Kediri
(sangat bagus) sampai 1 (buruk) sesuai data
sebagai sentra peternakan sapi potong terbesar
hasil wawancara.
ke-6 se Jawa Timur dengan jumlah populasi
4. Bobot dan rating dikalikan.
ternak sapi potong sebanyak 203.020 ekor.
5. Membuat skor tertimbang per faktor untuk
Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan dari
menghasilkan total skor.
Bulan Juli sampai Agustus 2019. Penentuan
6. Perhitungan kombinasi strategi matrik
sampel dilakukan dengan metode non
SWOT.
probability sampling dengan purposive
7. Memilih faktor internal dan ekternal untuk
sampling dimana peneliti tidak memberikan
menjadi kriteria dan bobot dalam
seluruh sampel untuk menjadi responden yaitu
pendukung keputusan.
sebanyak 62 peternak. Hal ini sesuai penjelasan
Sugiyono (2016) bahwa pengambilan sumber Saediman dkk. (2015) menjelaskan bahwa
data pertimbangan tertentu sebab tidak sampel prinsip penting pada analisis AHP meliputi
memiliki kriteria yang sesuai dengan teknik penyusunan hirarki, penentuan prioritas, dan
dengan semua dengan yang diteliti. Sehingga pemberian bobot. Pada pengisian kuisioner AHP
peneliti menetapkan kriteria-kriteria tertentu dilakukan menggunakan teknik perbandingan
yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang berpasangan dengan menggunakan skala angka
digunakan. Peneliti mengambil sampel untuk penilaian 1-9 dengan keterangan sebagai
skala kepemilikan lebih dari 5 ST terbagi atas 2 berikut:
(dua) kelomok yaitu skala menengah (4-7 ekor)
1. Nilai 1 (atribut satu dengan yang lainnya
dan skala besar (8-10 ekor) (Sopiyana, 2006);
sama penting).

139
Jurnal Peternakan, Vol 18(2): 137-146, September 2021

2. Nilai 3 (atribut satu sedikit lebih penting menetapkan strategi pengembangan,


(agak kuat) dari atribut lainnya. perencanaan strategis dan keperluan lainnya.
3. Nilai 5 (atribut satu lebih penting dari
atribut lainnya. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Nilai 7 (atribut satu jauh lebih penting dari
atribut lainnya). Strategi Pengembangan Sapi Potong di
5. Nilai 9 (atribut satu mutlat lebih penting Kecamatan Ringinrejo Kediri
dari atribut lainnya). Berdasarkan hasil penelitian bahwa dalam
6. Nilai 2,4,6,8 (nilai tengah diantara dua pengembangan sapi potong rakyat di
penilaian). Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri berada
7. Respirokal (jika atribut I dibandingkan pada kuadaran III dimana faktor internal
dengan j mendapat nilai bukan nol, maka j memiliki kelemahan karena aspek kelemahan
jika dibandingkan dengan i mempunyai lebih tinggi dibandingkan dengan aspek
nilai kebalikannya). kekuatan sehingga sumbu x untuk faktor
Nilai-nilai numerik yang diperoleh dapat internal memiliki hasil negatif sedangkan faktor
menggambarkan tingkat pengaruh maupun eksternal bernilai positif karena peluang
tingkat kepentingan relatif faktor-faktor yang memiliki nilai tinggi dibandingkan dengan
ada, baik dalam kelompok SWOT maupun antar ancaman yang ada di dalam pengembangan sapi
kelompok SWOT dan dapat digunakan untuk potong Ringinrejo.

Lingkungan Mendukung (+)

W-O O S-O
Pemeliharaan Agresif Pertumbuhan Stabil

III I
Internal Lemah (-)

(-1,870;2,181)

Internal Kuat (-)


Pemeliharaan Selektif Pertumbuhan Cepat

W S

Berputar Diversifikasi Besar-besaran

Posisi Pengembangan Sapi Potong di Kecamatan Ringinrejo

IV II

Ceruk Diversifikasi Terpusat

W-T T S-T
Lingkungan Kurang Mendukung (-)

Gambar 1. Diagram Cartesius

Pada diagaram cartesius menunjukkan peternak sangat terbatas dan minim, (2)
perlu dilakukan pemeliharaan secara selektif penyuluhan dari dinas peternakan jarang
karena lemahnya faktor internal dari dilakukan karena kurang mendapat respon
produktivitas antara lain (1) peternak masih postif dari peternak. Peternak berasumsi bahwa
lemah dalam penggunaan teknologi sedangkan beberapa SDM dari dinas selalu bekerjasama
saat ini peternak harus bersaing dengan pasar dengan jagal sehingga peternak memiliki asumsi
global dan impor terus masuk ke dalam negeri negatif terhadap aparat setempat. Berdasarkan
sehingga antara SDM dan teknologi saling kasus yang pernah dialami oleh peternak bahwa
bertolak belakang sehingga akses informasi tidak sedikit bantuan tawaran yang diberikan

140
Strategi Kebijakan Pengembangan Sapi Potong Rakyat di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri (Putritamara, dkk)

oleh jagal untuk langsung membeli sapi namun teknis pemeliharaan sapi potong dari hulu
ternyata jagal membeli dengan harga yang jauh sampai hilir karena menjalankan budidaya sapi
lebih murah karena adanya isu yang muncul potong berdasar pengalaman yang pernah
dari dinas yang tidak berpihak ke peternak dilakukan tanpa didukung dengan ilmu
justru bekerjasama dengan lembaga pemasaran pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan
dan jagal untuk mendapatkan keuntungan formal, (4) pemahaman peternak terhadap
sendiri sehingga dari kasus tersebut membuat pejantan unggul kurang sehingga angka
peternak kehilangan kepercayaan terhadap inbreeding juga tinggi karena pejantan unggul
stakeholders yang seharusnya saling bersinergi dikawinkan dengan ternak di satu wilayah
meningkatkan produktifitas usaha ternak. (3) kecamatan Ringinrejo, (5) pengetahuan kurang
Pengetahuan peternak sangat kurang terhadap terhadap penyakit dan cara penanangannya.

Tabel 1. Analisis IFAS dan EFAS


INTERNAL/ STRENGTH WEAKNESS
EKTERNAL 1. Kontinyuitas ketersediaan 1. Frekuensi penggunaan
pakan di Kecamatan teknologi di era revolusi
Ringinrejo industri 4.0
2. Permintaan Produksi Sapi 2. Penyuluhan di Kecamatan
Potong Ringinrejo
3. Kenaikan bobot badan sapi 3. Pengetahuan peternak
saat dijual sesuai dengan terhadap pengolahan pakan
permintaan pasar dan jenis sumber pakan
4. Harga Inseminasi Buatan 4. Pengetahuan peternak
5. Frekuensi pelaksanaan IB terhadap reproduksi
6. BCS ternak dimana standar 5. Pemahaman peternak
BCS normal bahkan tinggi (3,5- terhadap kriteria pejantan
5) unggul
7. Integrasi dengan usaha tani 6. Pemahaman peternak
tanaman pangan mendukung terhadap jenis penyakit dan
penambahan modal usaha sapi pengendaliannya
potong 7. Kegiatan penyuluhan tentang
8. Berdasarkan kebutuhan usaha ternak sapi potong
keduanya apakah antara 8. Keinginan peternak untuk
usahatani tanaman pangan bergabung dengan kelompok
dan usaha ternak saling ternak
berkaitan 9. Kerjasama peternak dengan
9. Pemasaran luas di luar dinas setempat
Ringinrejo 10. Jarak desa dengan konsumen,
10. Motivasi beternak pusat kota dan pasar hewan
11. Modal usaha 11. Jangkauan peternak ke pasar
hewan
12. Kondisi jalan di Kecamatan
Ringinrejo
13. Ketersediaan angkutan umum
14. Akses internet dan signal
telepon
15. Fasilitas RPH, pasar hewan,
akses dan fasilitas

141
Jurnal Peternakan, Vol 18(2): 137-146, September 2021

16. Keinginan untuk bergabung


dengan kemitraan/ kerjasama
dengan investor luar dengan
kontrak formal
17. Keinginan peternak
mengembangkan usaha
melalui lembaga keuangan
18. Bentuk tolong-menolong
antar peternak
19. Peternak membantu ternak
milik orang lain yang
mengalami kasus reproduksi
20. Tindakan proaktif (apakah
setiap orang memiliki
empathy dan proaktif kepada
sesama peternak)
21. Partisipasi peternak
(hubungan dalam kelompok
sosial)
22. Peternak tidak memiliki
kelompok informal yang
berkaitan dengan usahaternak

OPPORTUNITY S-O W-O


1. Peluang IB sexing Membangun kerjasama dengan Memperbaiki hubungan peternak
2. Adanya dukungan dari peternak besar yang memiliki dengan lembaga pemerintah pusat
lembaga-lembaga pemerintah manajemen teknis pemeliharaan melalui peningkatan aparatur dari
pusat dan lembaga lainnya sapi potong yang sudah baik dan modal sosial dengan memberikan
dalam rangka peningkatan tingkat produktifitas usaha tinggi bantuan ternak, teknis
aparatur pemeliharaan sesuai dengan yang
3. Pemenuhan permintaan dibutuhkan peternak
tenaga kerja
4. Perkembangan teknologi
Komunikasi
THREAT S-T W-T
1. Peran blantik tinggi Bergabung dengan kelompok Bekerjasama dengan peternak
2. Informasi pasar dikuasai oleh ternak feedloting sebagai pemasok feedlot dengan produktifitas tinggi
blantik sapi yang akan di feedlot sehingga untuk meningkatkan trust
3. Kelompok ternak feedloting mampu menjual ternak tanpa
memiliki pasar yang luas blantik (peternak sekaligus
blantik)
Sumber: Data primer diolah, September 2019.

Berdasarkan hasil analisis IFAS dan EFAS tinggi, peternak yang dimaksud adalah peternak
diperoleh 4 strategi yang akan dilaksanakan yang memiliki skala kepemilikan besar serta
untuk S-O dimana membangun kerjasama permodalan yang kuat dan memiliki manajemen
dengan peternak besar yang memiliki teknis pemeliharaan yang sudah baik serta
manajemen teknis pemeliharaan sapi potong dengan populasi yang banyak maka
yang sudah baik dan tingkat produktifitas usaha

142
Strategi Kebijakan Pengembangan Sapi Potong Rakyat di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri (Putritamara, dkk)

produktifitas usaha semakin baik, dan usaha Kecamatan Ringinrejo terdapat kelompok ternak
ternak sapi potong sebagai pekerjaan utama. yang sudah mandiri namun sistem budidayanya
adalah feedloting sehingga cukup cepat untuk
Strategi W-O yaitu memperbaiki
dilakukan proses penjualan ternak dan peternak
hubungan peternak dengan lembaga
juga melakukan penjualan sendiri ke pasar
pemerintah daerah dan pusat melalui
hewan yang artinya peternak juga sekaligus
peningkatan aparatur dari modal sosial dengan
menjadi blantik, sehingga dengan strategi ini
memberikan bantuan ternak, teknis
peternak diharapkan mampu meningkatkan
pemeliharaan sesuai dengan yang dibutuhkan
posisi tawar dengan cara menjadi blantik untuk
peternak. Strategi tersebut dibuat karena modal
usahanya sendiri.
sosial peternak terhadap lembaga pemerintahan
sangat lemah terutama pada kepercayaan, Strategi W-T adalah membentuk
peternak tidak percaya terhadap bantuan yang kerjasama dengan peternak feedlot dengan
diberikan oleh pihak manapun karena produktifitas tinggi untuk meningkatkan trust.
berdasarkan pengalaman peternak yang justru Peternakan feedlot yang ada di Kecamatan
malah menurunkan produktifitas usaha jika Ringinrejo termasuk dalam kategori peternak
dibantu oleh lembaga pemerintah setempat yang sudah berdaya dari segi finansial dan
seperti kualitas bibit yang diberikan untuk mampu memasarkan ternaknya tanpa melalui
peternak tidak semua bibit unggul dan peternak lembaga pemasaran sehingga peternak juga
berasumsi bahwa pemerintah bekerjasama merangkap sebagai lembaga pemasaran, dan
dengan jagal dimana keberadaan jagal bagi dengan adanya kelompok ternak yang memiliki
peternak mampu merusak harga jual ternak. sistem permodalan kuat harapannya mampu
Berdasarkan pengalaman yang pernah diperoleh membantu peternak yang masih memiliki
peternak maka kredibilitas peternak terhadap populasi sedikit karena aspek finansial yang
pemerintah setempat sangat rendah, sehingga rendah sehingga peternak yang memelihara sapi
asumsinya peternak lebih baik menjalankan potong untuk pembibitan mampu memasok ke
usaha sesuai dengan kemampuan finansial yang peternak feedlot untuk dilakukan proses
ada bahkan beberapa responden memelihara penggemukkan. Peternak feedlot tidak perlu
ternak hanya sebagai investasi sehingga perlu mencari stock sapi potong dari daerah lain
adanya peningkatan SDM untuk aparatur dalam karena akan dipasok dari peternak kecil di
menguatkan modal sosial terutama membangun Kecamatan Ringinrejo.
tingkat kepercayaan peternak.
Berdasarkan hasil analisis Analysis
Strategi S-T dimana bergabung dengan Hierarchy Process (AHP) menunjukkan bahwa
kelompok ternak feedloting sebagai pemasok sapi dari 4 strategi yang telah dibuat dari masing-
yang akan digemukkan sehingga mampu masing aspek sehingga diperoleh hasil analisis
menjual ternak tanpa blantik (peternak sekaligus pada Tabel 2.
blantik). Strategi ini dibuat karena hampir
seluruh peternak menjual sapinya ke blantik,
sehingga angka ketergantungan peternak
terhadap blantik sangat tinggi karena
keterbatasan pengetahuan peternak terhadap
harga pasar dan jarak tempuh pemeliharaan ke
pasar hewan juga jauh sehingga peternak
memilih blantik sebagai lembaga pemasaran
untuk menjual ternaknya di pasar hewan. Di

143
Jurnal Peternakan, Vol 18(2): 137-146, September 2021

Tabel 2. Hasil Analisis AHP


Sistem
Produktivitas Kelembagaan Dukungan
Akses Kinerja Modal
Srategi Usaha Sapi Peternak Sistem Eigen Prioritas
Pasar Modal Sosial
Potong dengan Logistik
stakeholders

Membangun kerjasama
dengan peternak besar
yang memiliki manajemen
teknis pemeliharaan sapi 0,294 0,058 0,086 0,059 0,124 0,060 0,092 IV
potong yang sudah baik
dan tingkat produktifitas
usaha tinggi

Memperbaiki hubungan
peternak dengan lembaga
pemerintah pusat melalui
peningkatan aparatur dari
modal sosial dengan
0,227 0,329 0,184 0,336 0,269 0,141 0,261 III
memberikan bantuan
ternak, teknis
pemeliharaan sesuai
dengan yang dibutuhkan
peternak

Bergabung dengan
kelompok ternak feedloting
sebagai pemasok sapi yang
akan di feedlot sehingga 0,317 0,339 0,435 0,320 0,353 0,505 0,379 I
mampu menjual ternak
tanpa blantik (peternak
sekaligus blantik)

Bekerjasama dengan
peternak feedlot dengan
0,163 0,274 0,295 0,286 0,254 0,294 0,268 II
produktifitas tinggi untuk
meningkatkan trust

Sumber: Data primer diolah, September 2019.

Berdasarkan hasil analisis dari strategi (peternak sekaligus blantik) karena kelompok
yang telah diperoleh dari analisis IFAS dan ternak feedloting memiliki pangsa pasar yang
EFAS yang kemudian dilanjutkan analisis AHP lebih luas dan peternak juga berperan sebagai
bahwa strategi yang menjadi prioritas utama blantik sehingga lebih mampu menentukan
dalam pengembangan sapi potong di posisi tawar dibandingkan harus menyerahkan
Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri adalah semuanya ke blantik.
bergabung dengan kelompok ternak feedloting
Prioritas yang ke II adalah dengan strategi
sebagai pemasok sapi yang akan di feedlot
membentuk kerjasama dengan peternak feedlot
sehingga mampu menjual ternak tanpa blantik

144
Strategi Kebijakan Pengembangan Sapi Potong Rakyat di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri (Putritamara, dkk)

dengan produktifitas tinggi untuk serta memberikan bantuan dalam bentuk materil
meningkatkan trust. Kepercayaan yang dalam proses pelaksanaan.
dibangun antara peternak rakyat dan peternak
feedlot harus dibangun sejak awal bekerjasama DAFTAR PUSTAKA
karena dalam dunia bisnis kepercayaan
merupakan hal yang penting. Strategi Atem dan N. Niko. 2020. Persoalan Kerawanan
Pangan pada Masyarakat Miskin di Wilayah
meningkatkan trust dan produktifitas ternak
Perbatasan Entikong (Indonesia-Malaysia)
dengan cara peternak feedlot memberikan
Kalimantan Barat. Jurnal Surya Masyarakat.
sosialisasi serta membantu dalam proses
2(2) : 94-104.
penggemukan ternak, untuk membangun
Badan Pusat Statistik. 2018. Populasi Sapi Potong
kepercayaan peternak maka peternak feedlot
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur
harus memberikan bukti nyata terlebih dahulu.
Tahun 2009-2017.

Badan Pusat Statistik. 2019. Ternak Menurut


KESIMPULAN
Kabupaten/Kota Daerah Provinsi Jawa Timur,
Kesimpulan pada penelitian ini yaitu 2017-2018.

strategi yang diprioritaskan untuk peternak sapi Badan Pusat Statistik. 2020. Kecamatan Ringinrejo
potong di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten dalam Angka 2020.
Kediri dengan bergabung dengan kelompok Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2019.
ternak feedloting sebagai pemasok sapi yang akan Pedoman Pelaksanaan Upaya Khusus
di feedlot sehingga mampu menjual ternak tanpa Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan
blantik (peternak sekaligus blantik); Kerbau Bunting Tahun Anggaran 2019. SK No.
bekerjasama dengan peternak feedlot dengan 189/KPTS/PK.210/F/2019.
produktifitas tinggi untuk meningkatkan trust. Kementrian Perdagangan. 2013. Analisis Faktor-
Diharapkan strategi yang diprioritaskan Faktor yang Mempengaruhi Harga Eceran
tersebut dapat menjadi masukan dalam Daging Sapi Dalam Negeri. Makalah. Pusat
perumusan kebijakan terhadap pengembangan Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan
peternakan sapi potong di Kecamatan Ringinrejo Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Perdagangan.
Kabupaten Kediri.
Kementrian Pertanian. 2016. Upaya Khusus
KONFLIK KEPENTINGAN Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan
Kerbau Bunting. No.
Bersama pernyataan ini penulis dan 48/Permentan/PK.210/10/2016.
seluruh anggota tim peneliti menyatakan tidak Kementrian Pertanian. 2017. Perubahan Atas
sedang memiliki konflik kepentingan yang Peraturan Menteri Pertanian Nomor
berhubungan dengan keuangan, pribadi, atau 49/Permentan/Pk.440/10/2016 Tentang
lainnya dengan orang atau organisasi lain yang Pemasukan Ternak Ruminansia Besar Ke
terkait dengan materi yang dibahas dalam Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
No 2/Permentan/Pk.440/2/2017.
naskah.
Pemerintah Kabupaten Kediri. 2014. Profil
UCAPAN TERIMA KASIH Kabupaten Kediri.
https://www.kedirikab.go.id/index.php?opti
Terima kasih kepada LPPM Universitas on=com_content&view=article&id=1526&Ite
mid=987.
Brawijaya dan Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya yang telah memberikan ijin penelitian

145
Jurnal Peternakan, Vol 18(2): 137-146, September 2021

Rusdiana dan Soeharsono. 2017. Program Siwab Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif,
Untuk Meningkatkan Populasi Sapi Potong Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
dan Nilai Ekonomi Usaha Ternak. Forum
Utsalina, D.S., dan L.A. Primandari. 2020. Analisis
Penelitian Agro Ekonomi. 35(2) : 125-137.
SWOT dalam Penentuan Bobot Kriteria pada
Saediman, H., M.A. Limi., dan Y.Indarsyih. 2015. Pemilihan Strategi Pemasaran Menggunakan
Aplikasi SWOT-AHP untuk Mengalisis Faktor- Analytic Network Process. Jurnal Ilmiah
Faktor yang Mempenbgaruhi Pengembangan Teknik Informatika. 14(1) : 41-50.
Komoditas Padi Sawah di Provinsi Sulawesi
Yastini, N.N. 2010 . Masalah Yang dihadapi
Tenggara. Prosiding Seminar Nasional
Kelompok Ternak dalam Mengembangkan
Agribisnis. Kendari: 9 Maret 2015. Hal: 416-
Agribisnis Ternak Sapi. Jurnal DWIJENAGRO.
426.
1(1):49-55.
Sopiyana, S. 2006. The Analysis of Application of
Technical Management on Various Small
Holder Dairy Farm Scale in Garut Regency
West Java. Animal Production. 8(3) : 216-225.

146

Anda mungkin juga menyukai