Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2014-2017. Metode

yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu metode

pengambilan sampel dengan cara menetapkan kriteria-kriteria tertentu, yang dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1
Sampel Penlitian
Jumlah
Kriteria
Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia 139
pada periode 2014 – 2017
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan (22)
tahunan yang telah diaudit selama periode 2014-2017
Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan deviden secara (49)
berturut-turut selama periode 2014-2017
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam (20)
laporan keuangan tahunan
Perusahaan yang tidak mempunyai laba positif periode 2014-2017 (9)

Sampel Penelitian 39
Data yang diolah 39 x 4 tahun 156
Sumber: data sukender yang diolah

Dari tabel 4.1 diatas dapat diperoleh sampel penelitian dengan kriteria-kriteria

yang telah ditentukan sebanyak 39 perusahaan. Perusahaan yang tidak menerbitkan

58
59

laporan keuangan tahunan selama periode 2014-2017 sebanyak 22 perusahaan,

perusahaan yang tidak membagikan deviden secara berturut-turut selama periode

2014-2017 sebanyak 49 perusahaan, dan perusahaan yang tidak menggunakan mata

uang rupiah dalam laporan keuangan tahunan sebanyak 20 perusahaan, serta

perusahaan yang tidak mempunyai laba positif sebanyak 9 perusahaan. Sedangkan

periode tahun pengamatan 4 tahun sehingga didapat data sebanyak 156 data.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian

ini yang ditunjukan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2
Sampel Penelitian Perusahaan

No Kode Nama Emiten


1 INTP Indocement Tunggal Perkasa Tbk
2 AMFG Asahimas Flat Glass Co Ltd Tbk
3 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
4 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
5 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
6 LION Lion Metal Works Tbk
7 LMSH Lion Mesh Prima Tbk
8 EKAD Ekadharma Tape Industries Tbk
9 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
10 TRST Trias Sentosa Tbk
11 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
12 ASII Astra International Tbk
60

No Kode Nama Emiten


13 AUTO Astra Otoparts Tbk
14 SMSM Selamat Sempurna Tbk
15 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
16 SCCO Supreme Cable Manufacturing And Commerce Tbk
17 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
18 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
19 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
20 MYOR Mayora Indah Tbk
21 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
22 SKLT Sekar Laut Tbk
23 GGRM Gudang Garam Tbk
24 HMSP HM Sampoerna Tbk
25 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
26 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
27 KAEF Kimia Farma Tbk
28 KLBF Kalbe Farma Tbk
29 MERK Merck Tbk
30 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
31 TCID Mandom Indonesia Tbk
32 UNVR Unilever Indonesia Tbk
33 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
34 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
35 BRNA Berlina Tbk
36 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
37 GJTL Gajah Tunggal Tbk
38 BRAM Branta Mulia Tbk
39 CINT Chitose International Tbk
Sumber: data sekunder yang diolah
61

4.2 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda, yang

menguji pengaruh struktur modal, kebijakan dividen, profitabilitas, dan ukuran

perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017. Data penelitian yang digunakan adalah

sebanyak 156 data. Data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap :

1. Outliner, yaitu data yang memiiki karakteristik unik yang terlihat sangat

berbeda jauh dari data yang lainnya.

2. Logaritma Natural (Ln), yaitu data variabel yang digunakan dalam penelitian

mengalami nilai jauh diantara variabel, sehingga transform data perlu

dilakukan logaritma natural (Ln) untuk menormalitaskan data yang tidak

berdistribusi dengan normal.

4.2.1 Analisis Deskriptif

Statistik Deskriptif dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan rposes

transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan

diinterpretasikan. Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukan jumlah data yang

digunakan dalam penelitian ini serta nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata

(mean) dan tingkat sebaran data atau standar deviasi dari masing-masing variabel

yang digunakan. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut:
62

Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


PBV 156 .22 62.93 4.8867 9.48089
DER 156 .13 6.34 .9040 .88705
DPR 156 .01 3.03 .4759 .45225
ROE 156 .01 1.44 .1984 .26235
SIZE 156 20.28 33.27 28.8150 2.21535
Valid N (listwise) 156
Sumber: data sekunder yang diolah dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah data yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 156 perusahaan dengan pengamatan tahun 2014-2017. Hasil

statistic deskriptif menunjukan nilai perusahaan (PBV) memiliki nilai minimum

sebesar 0,220 dan nilai maksimum sebesar 62,930. Sedangkan untuk nilai rata-rata

sebesar 4,8867 dengan standar deviasi sebesar 9,48089. Untuk variabel struktur

modal (DER) memiliki nilai minimum sebesar 0,130 dan nilai maksimum sebesar

6,340. Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 0,9040 dengan standar deviasi sebesar

0,88705. Untuk kebijakan dividen (DPR) memiliki nilai minimum sebesar 0,010 dan

nilai maksimum sebesar 3,030.

Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 0,4759 dengan standar deviasi sebesar

0,45225. Untuk variabel profitabilitas (ROE) memiliki nilai minimum sebesar 0,010

dan nilai maksimum sebesar 1,440. Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 0,1984

dengan standar deviasi sebesar 0,26235. Untuk variabel ukuran perusahaan (SIZE)

memiliki nilai minimum sebesar 20,280 dan nilai maksimum sebesar 33,270.

Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 28,8150 dengan standar deviasi sebesar
63

2,21535. Karena tidak memenuhi salah satu dari uji asumsi klasik yaitu uji

normalitas, maka perlu dilakukan pengujian kembali, berikut ini hasil statistik

deskriptif setelah membuang data yang outliner.

Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Deskriptif
(Uji Setelah Menbuang Outliner)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


PBV 155 .22 62.93 4.8872 9.51162
DER 155 .13 6.34 .9057 .88966
DPR 155 .01 3.03 .4774 .45331
ROE 155 .01 1.44 .1985 .26320
SIZE 155 20.28 33.27 28.8169 2.22241
Valid N (listwise) 155
Sumber: data sekunder diolah dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa jumlah data yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 155 perusahaan, setelah membuang data yang dianggap

outliner. Hasil statistik deskriptif deskriptif menunjukan nilai perusahaan (PBV)

memiliki nilai minimum sebesar 0,220 dan nilai maksimum sebesar 62,930.

Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 4,8872 dengan standar deviasi sebesar

9,51162. Untuk variabel struktur modal (DER) memiliki nilai minimum sebesar

0,130 dan nilai maksimum sebesar 6,340. Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar

0,9057 dengan standar deviasi sebesar 0,88966. Untuk kebijakan dividen (DPR)

memiliki nilai minimum sebesar 0,010 dan nilai maksimum sebesar 3,030.

Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 0,4774 dengan standar deviasi sebesar

0,45331. Untuk variabel profitabilitas (ROE) memiliki nilai minimum sebesar 0,010
64

dan nilai maksimum sebesar 1,440. Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 0,1985

dengan standar deviasi sebesar 0,26320. Untuk variabel ukuran perusahaan (SIZE)

memiliki nilai minimum sebesar 20,280 dan nilai maksimum sebesar 33,270.

Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 28,8169 dengan standar deviasi sebesar

2,22241.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian, data akan diuji terlebih dahulu dengan uji

asumsi klasik untuk mengetahui apakah data tersebut memenuhi asumsi-asumsi

dasar. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian adalah Uji Normalitas, Uji

Multikolinearitas, Uji Heterokedastisitas dan Uji Autokorelasi.

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

penggangu (residual) berdistribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji

statistik menjadi tidak valid. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji

normalitas residual adalah uji statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (KS).

Jika nilai signifikansi (α = 0,05) yang telah ditetapkan maka data berdistribusi

normal. Sebaliknya jika signifikansi Kolmogorov-Smirnov pada variabel lebih kecil

dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan (α = 0,05), maka data tidak terdistribusi

normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:


65

Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 156
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 4.99650755
Most Extreme Differences Absolute .211
Positive .211
Negative -.188
Test Statistic .211
c
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data sekunder yang diolah dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.5 nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,211 dan nilai

signifikansi Kolmogorov-Smirnov menunjukan nilai 0,000 yang berarti lebih rendah

dari 0,05 sehingga data tidak berdistribusi dengan normal, maka perlu dilakukan

pengujian kembali dengan cara membuang data yang outliner dan melakukan

pengobatan dengan cara uji park menggunakan Ln . Berikut ini hasil uji normalitas

setelah membuang outliner serta uji park menggunakan Ln :


66

Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
(Setelah Melakukan Uji Park Dan Membuang Outliner)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 155
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 2.10810648
Most Extreme Differences Absolute .066
Positive .037
Negative -.066
Test Statistic .066
c
Asymp. Sig. (2-tailed) .098
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data sekunder yang diolah dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.6 Kolmogorov-Smirnovsebesar 0,066 dan nilai signifikansi

Kolmogorov-Smirnov menunjukan nilai 0,098 yang berarti lebih besar dari 0,05

sehingga data berdistribusi dengan normal.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen. Multikolinearitas

dapat dilihat dari nilai Tolerrance dan Variance Inflancion Factor (VIF). Kedua

ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh

variabel independen lainnya. Multikolinearitas dapat terjadi apabila nilai Tolerrance

< ,10 dan VIF > 10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut:
67

Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 5.866 7.515 .781 .436
LnDER .436 .214 .155 2.038 .043 .947 1.056
LnDPR -.289 .179 -.126 -1.619 .108 .906 1.104
LnROE .894 .181 .376 4.949 .000 .950 1.053
LnSIZE -1.061 2.212 -.037 -.480 .632 .903 1.107
a. Dependent Variable: LnPBV
Sumber: data sekunder diolah dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.7 pada nilai Tolenrance dan VIF terlihat bahwa tidak ada

nilai Tolenrance dibawah nilai 0,10 yaitu berkisar antara 0,903 sampai 0,947. Begitu

juga dengan nilai VIF tidak ada yang diatas 10 yaitu berkisar 1,053 sampai 1,107

sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi adanya multikolinearitas.

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokeastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas. Salah satu uji statistic yang digunakan untuk mendeteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas yaitu menggunakan uji glejser. Jika niai signifikansi

lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji

heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut:


68

Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Abs

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 3.179 1.435 2.216 .028


DER -.123 .130 -.080 -.941 .348

DPR -.201 .270 -.067 -.745 .457


ROE .930 .483 .179 1.923 .056
SIZE -.054 .050 -.088 -1.078 .283
a. Dependent Variable: Abs_RES
Sumber: data sekunder yang diolah dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa keseluruhan variabel penelitian memiliki

nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi

linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Salah

satu cara mendeteksi adanya autokorelasi dengan menggunakan uji Run test. Jika

nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi dan sebaliknya
69

akan terjadi autokorelasi jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil uji

autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Run Test

Runs Test

Unstandardized
Residual
a
Test Value -.31609
Cases < Test Value 77
Cases >= Test Value 78
Total Cases 155
Number of Runs 89
Z 1.693
Asymp. Sig. (2-tailed) .090
a. Median

Sumber: data sekunder diolah dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.9 dihasilkan nilai test adalah -0,31609 dengan nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,090 maka dapat disimpukan bahwa

tidak terdapat autokorelasi pada model regresi.

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan uji asumsi klasik diperoleh kesimpulan bahwa model regresi

tersebut telah memenuhi syarat yaitu data berdistribusi normal, tidak terdapat

multikolinearitas dan heterokedastisitas serta autokorelasi. Hasil perhitungan

menggunakan rumus linier berganda dengan bantuan program komputer Statistic

Package For Sosial Science (SPSS) versi 22 dapat diperoleh hasil pada tabel berikut:
70

Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda

a
Coefficients

Model Unstandardized Standardized


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 5.866 7.515

LnDER .436 .214 .155

1 LnDPR -.289 .179 -.126


LnROE .894 .181 .376
LnSIZE -1.061 2.212 -.037

a. Dependent Variable: Lnei2

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda tersebut diketahui persamaan

regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

PBV = 5,866 + 0,436 DER – 0,289 DPR + 0,894 ROE - 1,061 SIZE + e

Persamaan regresi tersebut memiliki arti sebagai berikut:

1. Nilai konstanta menunjukkan angka positif sebesar 5,866 menunjukan bahwa

variabel struktur modal (DER), kebijakan dividen (DPR), profitabilitas (ROE),

dan ukuran perusahaan (SIZE),dianggap konstan, maka rata-rata nilai

perusahaan adalah 5,866.

2. Nilai koefisien variabel struktur modal (DER) menunjukkan angka positif

sebesar 0,436 artinya apabila struktur modal (DER) meningkat sebesar satu

satuan maka nilai perusahaan (PBV) akan cenderung meningkat dan berlaku
71

juga sebaliknya. Dengan asumsi kebijakan dividen (DPR), profitabilitas

(ROE), dan ukuran perusahaan (SIZE) dalam keadaan konstan.

3. Nilai koefisien variabel kebijakan dividen (DPR) menunjukkan angka negatif

sebesar -0,289 artinya apabila kebijakan dividen (DPR) meningkat sebesar satu

satuan maka nilai perusahaan (PBV) akan cenderung menurun dan berlaku

juga sebaliknya. Dengan asumsi struktur modal (DER), profitabilitas (ROE),

dan ukuran perusahaan (SIZE) dalam keadaan konstan.

4. Nilai koefisien variabel profitabilitas (ROE) menunjukkan angka positif

sebesar 0,894 artinya apabila profitabilitas (ROE) meningkat sebesar satu

satuan maka nilai perusahaan (PBV) akan cenderung meningkat dan berlaku

juga sebaliknya. Dengan asumsi struktur modal (DER), kebijakan dividen

(DPR), dan ukuran perusahaan (SIZE) dalam keadaan konstan.

5. Nilai koefisien variabel ukuran perusahaan (SIZE) menunjukkan angka negatif

sebesar -1,061 artinya apabila ukuran perusahaan (SIZE) meningkat sebesar

satu satuan maka nilai perusahaan (PBV) akan cenderung menurun dan berlaku

sebaliknya. Dengan asumsi struktur modal (DER), kebijakan dividen

(DPR),dan profitabilitas (ROE) dalam keadaan konstan.

4.2.3.1 Uji Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh struktur modal, kebijakan

dividen, profitabilitas dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap nilai

perusahaan, yang dapat dlihat dari besarnya t hitung terhadap t tabel dengan uji dua sisi.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa n = 155 dan k = 5 pada tingkat signifikansi
72

dibawah 5 persen. Pada tingkat kesalahan (α = 0,05) denga menggunakan uji dua sisi

diperoleh nilai t tabel (n-k : α) = (150 : 0,05) sebesar 1,65508. Hasil analisis regresi

linier berganda parsial dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.11
Hasil Uji t (Parsial)
a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 5.866 7.515 .781 .436


LnDER .436 .214 .155 2.038 .043

LnDPR -.289 .179 -.126 -1.619 .108


LnROE .894 .181 .376 4.949 .000
LnSIZE -1.061 2.212 -.037 -.480 .632
a. Dependent Variable: LnPBV
Sumber: data sekunder yang diolah dengan SPSS

Dari persamaan tabel 4.11 makat dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengujian hipotesis (H1)

Hasil statistik uji t menunjukan variabel struktur modal (DER) berpengaruh

terhadap nilai perusahaan (PBV), hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi

sebesar 0,043 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dengan nilait hitung 2,038

lebih besar dari t tabel 1,65508 maka dapat disimpulkan struktur modal

(DER)berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV). Maka H1

diterima.
73

2. Pengujian hipotesis (H2)

Hasil statistik uji t menunjukan variabel kebijakan dividen (DPR) tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV), hal ini dibuktikan dengan nilai

signifikansi sebesar 0,108 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 dengan nilai t

hitung -1,619 lebih kecil dari t tabel 1,65508 maka dapat disimpulkan kebijakan

dividen (DPR) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).

Maka H2 ditolak.

3. Pengujian hipotesis (H3)

Hasil statistik uji t menunjukan variabel profitabilitas (ROE) berpengaruh

terhadap nilai perusahaan (PBV), hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi

sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dengan nilai t hitung 4,949

lebih besar dari t tabel 1,65508 maka dapat disimpulkan profitabilitas (ROE)

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV). Maka H3 diterima.

4. Pengujian hipotesis (H4)

Hasil statistik uji t menunjukan variabel ukuran perusahaan (SIZE) tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV), hal ini dibuktikan dengan nilai

signifikansi 0,632 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 dengan nilai t hitung -

0,480 lebih kecil dari t tabel 1,65508 maka dapat disimpulkan ukuran perusahaan

tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV). Maka H4

ditolak.
74

4.2.3.2 Uji Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh struktur modal, kebijakan

dividen, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap nilai

perusahaan, yang dapat dilihat dari besarnya F hitung terhadap F tabel dengan uji dua

sisi. Untuk menguji secara simultan dilakukan analisis masing-masing koefisien

regresi. Dalam penelitian ini diketahui bahwa n = 155 dan k = 5 pada tingkt

signifikansi dibawah 5 persen. Pada tingkat kesalahan (α = 0,05) diperoleh nilai F

tabel (k-l : n-k) = (4 : 150) sebesar 2,43. Hasil analisis berganda simultan dapat dilihat

sebagai berikut:

Tabel 4.12
Hasil Uji F (Simultan)
a
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
1 Regression 149.729 4 37.432 8.204 .000
Residual 684.393 150 4.563

Total 834.123 154

a. Dependent Variable: Lnei2


b. Predictors: (Constant), LnX4, LnX3, LnX1, LnX2
Sumber: data sekunder yang diolah dengan SPSS

Hasil perhitungan tabel 4.12 diperoleh nilai F hitung lebih besar dari F tabel yaitu

8,204 > 2,43 sedangkan dilihat dari nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,000 yang

lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disumpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti

variabel struktur modal, kebijakan dividen, profitabilitas, dan ukuran perusahaan

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan penelitian pada

model ini layak untuk diteliti.


75

4.2.3.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi ini menunjukan seberapa besar variabel bebas dapat

menjelaskan variabel dependen yang dinyatakan dalam persen (%). Hasil nilai

adjusted R-square dari regresi digunakan untuk mengetahi tingkat profitabilitas yang

dipengaruhi variabel bebasnya sebagai berikut:

Tabel 4.13
Hasil Koefisien Determinasi (R²)

b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .850 .722 .158 5.06225

a. Predictors: (Constant), SIZE, DER, DPR, ROE


b. Dependent Variable: PBV
Sumber: data sekunder yang diolah dengan SPSS

Hasil perhitungan tabel 4.13 menunjukan nilai koefisien determinasi dengan

nilai adjusted R-square sebesar 0,158. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel

independen struktur modal, kebijakan dividen, profitabilitas, dan ukuran perusahaan

mempengaruhi terhadap nilai perusahaan sebesar 15,8% persen sedangkan sisanya

sebesar 84,2% persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam

penelitian ini.
76

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan

Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa variabel struktur modal (DER)

pada tabel 4.11 tingkat signifikannya 0,043 lebih rendah dari 0,05 yang berarti

struktur modal (DER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan

(PBV).

Dari data statistik bahwa struktur modal berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan, yang artinya proporsi antara modal sendiri dan hutang yang digunakan

perusahaan, akan menentukan tinggi rendahnya nilai perusahaan. semakin tinggi

proporsi hutang maka nilai perusahaan akan semakin tinggi pula. Apabila perusahaan

terus menambah jumlah hutangnya dibandingkan dengan dipakainya modal sendiri,

maka nilai perusahaan semakin meningkat, karena pemakaian hutang akan

menurunkan risiko apabila perusahaan memakai modal sendiri, seperti risiko tidak

balik modal. Penggunaan dari hutang juga membawa keuntungan karena adanya

pengurangan pajak yang disebabkan oleh timbulnya beban bunga dari hutang

tersebut. Pembayaran bunga yang dibayarkan oleh perusahaan akan mengurangi

penghasilan terkena pajak, sehingga pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan

akan semakin kecil.

Investor menganggap penggunaan hutang oleh perusahaan itu digunakan untuk

melakukan ekspansi maupun untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan,

seperti membeli bahan baku, peralatan yang menunjang proses produksi maupun

penelitian dan pengembangan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.


77

Dimana semua proses perusahaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan laba

perusahaan. Dari hal tersebut, investor menganggap hutang yang digunakan

perusahaan untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi sehingga berdampak pula

pada meningkatnya harga saham perusahaan tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fachturahman Triatmaja, dkk (2015), Ni Kadek Rai Prastuti & I Gede Merta

Sudiartha (2016), Deviliana Purnamasari, dkk (2017), Dwi Utami, dkk (2017), dan

Amiril Mustova, dkk (2018) yang menyatakan bahwa struktur modal (DER)

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).

Sedangkan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilkukan

oleh Sri Ayem & Ragil Nugroho (2016) yang menyatakan struktur modal (DER)

tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).

4.3.2 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan

Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa variabel kebijakan dividen (DPR)

pada tabel 4.11 memiliki tingkat signifikannya 0,108 lebih tinggi dari 0,05 yang

berarti kebijakan dividen (DPR) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

nilai perusahaan (PBV).

Berdasarkan data statistik menunjukan bahwa kebijakan dividen tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa

artinya tinggi rendahnya atau diberikan atau tidaknya dividen yang dibayarkan

kepada pemegang saham tidak membuat investor tertarik menanamkan modalnya,


78

karena investor beranggapan bahwa perusahaan yang menahan labanya atau

tmemberikan dividennya dalam jumlah kecil akan digunakan untuk meningkatkan

kinerja perusahaan agar memperoleh profit yang lebih besar.

Namun tentunya investor harus memperhatikan faktor-faktor lainnya jika tidak

mempertimbangkan kebijakan dividen dalam menanamkan modalnya seperti

profitabilitas, apakah dividen yang tidak dibagikan tersebut dapat dijadikan laba

yang tinggi , karena tidak dibagikan dividen bisa saja disalahgunakan oleh pihak

perusahaan untuk kepentingan pribadinya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mentari

Indasari Pakekong, dkk (2019) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen (DPR)

tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).

Sedangkan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilkukan

oleh Ni Kadek Rai Prastuti & I Gede Merta Sudiartha (2016), AA Ngurah Dharma

Adi Putra & Putu Vivi Lestari (2016) Sri Ayem & Ragil Nugroho (2016), Mei

Yuniati, dkk (2016), dan Deviliana Purnamasari, dkk (2017) yang menyatakan

bahwa kebijakan dividen (DPR) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

(PBV).
79

4.3.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas (ROE) pada

tabel 4.11 memiliki tingkat signifikannya 0,000 lebih rendah dari 0,05 yang berarti

profitabilitas (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan

(PBV).

Berdasarkan data statistik bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan, yang artinya profitabilitas menjadi hal yang harus diperhatikan oleh

investor, karena semakin besar profitabilitas maka semakin tinggi nilai perusahaan.

Profitabilitas yang tinggi akan memberikan sinyal positif bagi investor bahwa

perusahaan berada dalam kondisi yang menguntungkan atau memiliki kemampuan

laba, dalam hal ini adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas

modal sendiri.

Investor akan lebih mempercayai perusahaan yang mampu menghasilkan laba

yang besar karena return yang diperoleh juga besar, sehingga hal tersebut menjadi

sinyal positif bagi investor dari perusahaan. Profit yang tinggi akan memberikan

indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut

meningkatkan permintaan saham, permintaan saham yang meningkatakan

menyebabkan nilai perusahaan meningkat. Temuan penelitian ini mendukung

signaling theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang earning yang semakin

meningkat merupakan sinyal bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek bagus

di masa yang akan datang Sujoko (2007) dalam (Amalia Nur Chasanah & Daniel

Kartika Adhi, 2016)


80

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh AA Ngurah

Dharma Adi Putra & Putu Vivi Lestari (2016), Sri Ayem & Ragil Nugroho (2016), I

Gusti Ngurah Gede Rudangga & Gede Merta Sudiarta (2016), Mei Yuniati, dkk

(2016) dan Amiril Mustova, dkk (2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas

(ROE) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).

Sedangkan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilkukan

oleh Dwi Utami, dkk (2017) yang menyatakan bahwa profitabilitas (ROE) tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV).

4.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE)

pada tabel 4.11 memiliki tingkat signifikannya 0,632 lebih tinggi dari 0,05 yang

berarti ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

(PBV).

Dari data statistik,bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan, hasil ini menunjukan bahwa ukuran perusahaan bukan merupakan

pertimbangan satu-satunya bagi investor dalam berinvestasi. Ukuran Perusahaan

yang dilihat dari jumlah total asset yang dimiliki perusahaan tidak menjamin nilai

perusahaan akan tinggi pula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan yang besar memang memudahkan perusahaan untuk mendapatkan akses

ke pasar modal dan relatif mendapatkan kemudahan untuk memperoleh sumber dana

(dari hutang) untuk aktivitas perusahaanny namun akan semakin besar pula modal
81

dan hutang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional perusahaan. Semakin tinggi

jumlah hutang yang diimiliki perusahaan tentunya akan menimbulkan keraguan dari

para investor untuk menanamkan modalnya, namun tentunya investor harus melihat

terlebih dahulu apakah ukuran perusahaan yang besar di imbangi dengan profit yang

tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fachturahman Triatmaja, dkk (2015), Deviliana Purnamasari, dkk (2017), dan Dwi

Utami, dkk (2017) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV).

Sedangkan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ni Kadek Rai Prastuti & I Gede Merta Sudiartha (2016), AA Ngurah Dharma

Adi Putra & Putu Vivi Lestari (2016), I Gusti Ngurah Gede Rudangga & Gede Merta

Sudiarta (2016) dan Amiril Mustova, dkk (2018) yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan (SIZE) berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).

Anda mungkin juga menyukai