B.231.15.0436-07-BAB-IV-2019081502474
B.231.15.0436-07-BAB-IV-2019081502474
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2014-2017. Metode
yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu metode
Tabel 4.1
Sampel Penlitian
Jumlah
Kriteria
Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia 139
pada periode 2014 – 2017
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan (22)
tahunan yang telah diaudit selama periode 2014-2017
Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan deviden secara (49)
berturut-turut selama periode 2014-2017
Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam (20)
laporan keuangan tahunan
Perusahaan yang tidak mempunyai laba positif periode 2014-2017 (9)
Sampel Penelitian 39
Data yang diolah 39 x 4 tahun 156
Sumber: data sukender yang diolah
Dari tabel 4.1 diatas dapat diperoleh sampel penelitian dengan kriteria-kriteria
58
59
periode tahun pengamatan 4 tahun sehingga didapat data sebanyak 156 data.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian
Tabel 4.2
Sampel Penelitian Perusahaan
Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2017. Data penelitian yang digunakan adalah
sebanyak 156 data. Data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap :
1. Outliner, yaitu data yang memiiki karakteristik unik yang terlihat sangat
2. Logaritma Natural (Ln), yaitu data variabel yang digunakan dalam penelitian
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan
digunakan dalam penelitian ini serta nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata
(mean) dan tingkat sebaran data atau standar deviasi dari masing-masing variabel
yang digunakan. Hasil statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut:
62
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa jumlah data yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 156 perusahaan dengan pengamatan tahun 2014-2017. Hasil
sebesar 0,220 dan nilai maksimum sebesar 62,930. Sedangkan untuk nilai rata-rata
sebesar 4,8867 dengan standar deviasi sebesar 9,48089. Untuk variabel struktur
modal (DER) memiliki nilai minimum sebesar 0,130 dan nilai maksimum sebesar
6,340. Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 0,9040 dengan standar deviasi sebesar
0,88705. Untuk kebijakan dividen (DPR) memiliki nilai minimum sebesar 0,010 dan
Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 0,4759 dengan standar deviasi sebesar
0,45225. Untuk variabel profitabilitas (ROE) memiliki nilai minimum sebesar 0,010
dan nilai maksimum sebesar 1,440. Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 0,1984
dengan standar deviasi sebesar 0,26235. Untuk variabel ukuran perusahaan (SIZE)
memiliki nilai minimum sebesar 20,280 dan nilai maksimum sebesar 33,270.
Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 28,8150 dengan standar deviasi sebesar
63
2,21535. Karena tidak memenuhi salah satu dari uji asumsi klasik yaitu uji
normalitas, maka perlu dilakukan pengujian kembali, berikut ini hasil statistik
Tabel 4.4
Hasil Uji Statistik Deskriptif
(Uji Setelah Menbuang Outliner)
Descriptive Statistics
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa jumlah data yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 155 perusahaan, setelah membuang data yang dianggap
memiliki nilai minimum sebesar 0,220 dan nilai maksimum sebesar 62,930.
Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 4,8872 dengan standar deviasi sebesar
9,51162. Untuk variabel struktur modal (DER) memiliki nilai minimum sebesar
0,130 dan nilai maksimum sebesar 6,340. Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar
0,9057 dengan standar deviasi sebesar 0,88966. Untuk kebijakan dividen (DPR)
memiliki nilai minimum sebesar 0,010 dan nilai maksimum sebesar 3,030.
Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 0,4774 dengan standar deviasi sebesar
0,45331. Untuk variabel profitabilitas (ROE) memiliki nilai minimum sebesar 0,010
64
dan nilai maksimum sebesar 1,440. Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 0,1985
dengan standar deviasi sebesar 0,26320. Untuk variabel ukuran perusahaan (SIZE)
memiliki nilai minimum sebesar 20,280 dan nilai maksimum sebesar 33,270.
Sedangkan untuk nilai rata-rata sebesar 28,8169 dengan standar deviasi sebesar
2,22241.
Sebelum melakukan pengujian, data akan diuji terlebih dahulu dengan uji
dasar. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian adalah Uji Normalitas, Uji
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
penggangu (residual) berdistribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji
Jika nilai signifikansi (α = 0,05) yang telah ditetapkan maka data berdistribusi
dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan (α = 0,05), maka data tidak terdistribusi
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized
Residual
N 156
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 4.99650755
Most Extreme Differences Absolute .211
Positive .211
Negative -.188
Test Statistic .211
c
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data sekunder yang diolah dengan SPSS
dari 0,05 sehingga data tidak berdistribusi dengan normal, maka perlu dilakukan
pengujian kembali dengan cara membuang data yang outliner dan melakukan
pengobatan dengan cara uji park menggunakan Ln . Berikut ini hasil uji normalitas
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
(Setelah Melakukan Uji Park Dan Membuang Outliner)
Unstandardized
Residual
N 155
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 2.10810648
Most Extreme Differences Absolute .066
Positive .037
Negative -.066
Test Statistic .066
c
Asymp. Sig. (2-tailed) .098
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data sekunder yang diolah dengan SPSS
Kolmogorov-Smirnov menunjukan nilai 0,098 yang berarti lebih besar dari 0,05
dapat dilihat dari nilai Tolerrance dan Variance Inflancion Factor (VIF). Kedua
ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
< ,10 dan VIF > 10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut:
67
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 5.866 7.515 .781 .436
LnDER .436 .214 .155 2.038 .043 .947 1.056
LnDPR -.289 .179 -.126 -1.619 .108 .906 1.104
LnROE .894 .181 .376 4.949 .000 .950 1.053
LnSIZE -1.061 2.212 -.037 -.480 .632 .903 1.107
a. Dependent Variable: LnPBV
Sumber: data sekunder diolah dengan SPSS
Berdasarkan tabel 4.7 pada nilai Tolenrance dan VIF terlihat bahwa tidak ada
nilai Tolenrance dibawah nilai 0,10 yaitu berkisar antara 0,903 sampai 0,947. Begitu
juga dengan nilai VIF tidak ada yang diatas 10 yaitu berkisar 1,053 sampai 1,107
ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Salah satu uji statistic yang digunakan untuk mendeteksi ada
lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji
Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Abs
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Salah
satu cara mendeteksi adanya autokorelasi dengan menggunakan uji Run test. Jika
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi autokorelasi dan sebaliknya
69
akan terjadi autokorelasi jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil uji
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value -.31609
Cases < Test Value 77
Cases >= Test Value 78
Total Cases 155
Number of Runs 89
Z 1.693
Asymp. Sig. (2-tailed) .090
a. Median
Berdasarkan tabel 4.9 dihasilkan nilai test adalah -0,31609 dengan nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,090 maka dapat disimpukan bahwa
tersebut telah memenuhi syarat yaitu data berdistribusi normal, tidak terdapat
Package For Sosial Science (SPSS) versi 22 dapat diperoleh hasil pada tabel berikut:
70
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda
a
Coefficients
PBV = 5,866 + 0,436 DER – 0,289 DPR + 0,894 ROE - 1,061 SIZE + e
sebesar 0,436 artinya apabila struktur modal (DER) meningkat sebesar satu
satuan maka nilai perusahaan (PBV) akan cenderung meningkat dan berlaku
71
sebesar -0,289 artinya apabila kebijakan dividen (DPR) meningkat sebesar satu
satuan maka nilai perusahaan (PBV) akan cenderung menurun dan berlaku
satuan maka nilai perusahaan (PBV) akan cenderung meningkat dan berlaku
satu satuan maka nilai perusahaan (PBV) akan cenderung menurun dan berlaku
perusahaan, yang dapat dlihat dari besarnya t hitung terhadap t tabel dengan uji dua sisi.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa n = 155 dan k = 5 pada tingkat signifikansi
72
dibawah 5 persen. Pada tingkat kesalahan (α = 0,05) denga menggunakan uji dua sisi
diperoleh nilai t tabel (n-k : α) = (150 : 0,05) sebesar 1,65508. Hasil analisis regresi
Tabel 4.11
Hasil Uji t (Parsial)
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
terhadap nilai perusahaan (PBV), hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi
sebesar 0,043 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dengan nilait hitung 2,038
lebih besar dari t tabel 1,65508 maka dapat disimpulkan struktur modal
diterima.
73
berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV), hal ini dibuktikan dengan nilai
signifikansi sebesar 0,108 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 dengan nilai t
hitung -1,619 lebih kecil dari t tabel 1,65508 maka dapat disimpulkan kebijakan
Maka H2 ditolak.
terhadap nilai perusahaan (PBV), hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dengan nilai t hitung 4,949
lebih besar dari t tabel 1,65508 maka dapat disimpulkan profitabilitas (ROE)
berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV), hal ini dibuktikan dengan nilai
signifikansi 0,632 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 dengan nilai t hitung -
0,480 lebih kecil dari t tabel 1,65508 maka dapat disimpulkan ukuran perusahaan
ditolak.
74
perusahaan, yang dapat dilihat dari besarnya F hitung terhadap F tabel dengan uji dua
regresi. Dalam penelitian ini diketahui bahwa n = 155 dan k = 5 pada tingkt
tabel (k-l : n-k) = (4 : 150) sebesar 2,43. Hasil analisis berganda simultan dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji F (Simultan)
a
ANOVA
Hasil perhitungan tabel 4.12 diperoleh nilai F hitung lebih besar dari F tabel yaitu
8,204 > 2,43 sedangkan dilihat dari nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,000 yang
lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat disumpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan penelitian pada
menjelaskan variabel dependen yang dinyatakan dalam persen (%). Hasil nilai
adjusted R-square dari regresi digunakan untuk mengetahi tingkat profitabilitas yang
Tabel 4.13
Hasil Koefisien Determinasi (R²)
b
Model Summary
nilai adjusted R-square sebesar 0,158. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel
sebesar 84,2% persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini.
76
4.3 Pembahasan
pada tabel 4.11 tingkat signifikannya 0,043 lebih rendah dari 0,05 yang berarti
struktur modal (DER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan
(PBV).
Dari data statistik bahwa struktur modal berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan, yang artinya proporsi antara modal sendiri dan hutang yang digunakan
proporsi hutang maka nilai perusahaan akan semakin tinggi pula. Apabila perusahaan
menurunkan risiko apabila perusahaan memakai modal sendiri, seperti risiko tidak
balik modal. Penggunaan dari hutang juga membawa keuntungan karena adanya
pengurangan pajak yang disebabkan oleh timbulnya beban bunga dari hutang
penghasilan terkena pajak, sehingga pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan
seperti membeli bahan baku, peralatan yang menunjang proses produksi maupun
perusahaan untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi sehingga berdampak pula
Fachturahman Triatmaja, dkk (2015), Ni Kadek Rai Prastuti & I Gede Merta
Sudiartha (2016), Deviliana Purnamasari, dkk (2017), Dwi Utami, dkk (2017), dan
Amiril Mustova, dkk (2018) yang menyatakan bahwa struktur modal (DER)
Sedangkan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilkukan
oleh Sri Ayem & Ragil Nugroho (2016) yang menyatakan struktur modal (DER)
pada tabel 4.11 memiliki tingkat signifikannya 0,108 lebih tinggi dari 0,05 yang
berarti kebijakan dividen (DPR) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
artinya tinggi rendahnya atau diberikan atau tidaknya dividen yang dibayarkan
profitabilitas, apakah dividen yang tidak dibagikan tersebut dapat dijadikan laba
yang tinggi , karena tidak dibagikan dividen bisa saja disalahgunakan oleh pihak
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mentari
Indasari Pakekong, dkk (2019) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen (DPR)
Sedangkan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilkukan
oleh Ni Kadek Rai Prastuti & I Gede Merta Sudiartha (2016), AA Ngurah Dharma
Adi Putra & Putu Vivi Lestari (2016) Sri Ayem & Ragil Nugroho (2016), Mei
Yuniati, dkk (2016), dan Deviliana Purnamasari, dkk (2017) yang menyatakan
(PBV).
79
tabel 4.11 memiliki tingkat signifikannya 0,000 lebih rendah dari 0,05 yang berarti
(PBV).
nilai perusahaan, yang artinya profitabilitas menjadi hal yang harus diperhatikan oleh
investor, karena semakin besar profitabilitas maka semakin tinggi nilai perusahaan.
Profitabilitas yang tinggi akan memberikan sinyal positif bagi investor bahwa
laba, dalam hal ini adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas
modal sendiri.
yang besar karena return yang diperoleh juga besar, sehingga hal tersebut menjadi
sinyal positif bagi investor dari perusahaan. Profit yang tinggi akan memberikan
indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut
signaling theory yang menyatakan bahwa perusahaan yang earning yang semakin
di masa yang akan datang Sujoko (2007) dalam (Amalia Nur Chasanah & Daniel
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh AA Ngurah
Dharma Adi Putra & Putu Vivi Lestari (2016), Sri Ayem & Ragil Nugroho (2016), I
Gusti Ngurah Gede Rudangga & Gede Merta Sudiarta (2016), Mei Yuniati, dkk
(2016) dan Amiril Mustova, dkk (2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas
Sedangkan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilkukan
oleh Dwi Utami, dkk (2017) yang menyatakan bahwa profitabilitas (ROE) tidak
pada tabel 4.11 memiliki tingkat signifikannya 0,632 lebih tinggi dari 0,05 yang
(PBV).
yang dilihat dari jumlah total asset yang dimiliki perusahaan tidak menjamin nilai
ke pasar modal dan relatif mendapatkan kemudahan untuk memperoleh sumber dana
(dari hutang) untuk aktivitas perusahaanny namun akan semakin besar pula modal
81
dan hutang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional perusahaan. Semakin tinggi
jumlah hutang yang diimiliki perusahaan tentunya akan menimbulkan keraguan dari
para investor untuk menanamkan modalnya, namun tentunya investor harus melihat
terlebih dahulu apakah ukuran perusahaan yang besar di imbangi dengan profit yang
tinggi.
Fachturahman Triatmaja, dkk (2015), Deviliana Purnamasari, dkk (2017), dan Dwi
Utami, dkk (2017) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) tidak
Sedangkan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ni Kadek Rai Prastuti & I Gede Merta Sudiartha (2016), AA Ngurah Dharma
Adi Putra & Putu Vivi Lestari (2016), I Gusti Ngurah Gede Rudangga & Gede Merta
Sudiarta (2016) dan Amiril Mustova, dkk (2018) yang menyatakan bahwa ukuran