Anda di halaman 1dari 4

Timun Mas

Timun Mas : Amadeo


Mbok Randha : Nadia
Raksasa : Moty
Nenek Tua Pertapa: Yoga
Murid Pertapa I : John
Murid Pertapa II : Daniel
Setan Kober : Cevin
Narator : Rosenda

BABAK I

Pada zaman dahulu hiduplah seorang janda bernama Mbok Randha, di sebuah desa
kecil. Dia bekerja sebagai petani, hidupnya sederhana. Selama ini Mbok Randha sangat
menginginkan anak untuk membantunya bekerja. Namun, Tuhan belum mengabulkan
keinginan wanita tua itu.

Mbok Randha :”Akhirnya pekerjaanku sudah selesai. Seandainya aku punya seorang anak,
pasti aku tidak selelah ini.”

Sore itu Mbok Randha sedang mencari kayu bakar di hutan. Saat Ia akan pulang,
tiba-tiba Raksasa menghampirinya. Raksasa memberikan tawaran kepada Mbok Randha.

Raksasa :”Wahai petani, Jika kau menginginkan anak akan kuberikan kepadamu
seorang anak.”
Mbok Randha :(Dengan terkejut)”Apa?! Benarkah begitu tuan raksasa?”
Raksasa :”Tentu saja tapi dengan satu syarat. Setelah dia berumur 15 tahun, kau harus
mengembalikannya kepadaku!”
Mbok Randha :”Mengapa demikian, tuan?”
Raksasa :”Aku akan menyantapnya, hahaha! Mengapa? Apakah kau keberatan?”

Mbok Randha tampak berpikir, namun langsung menyetujui tawaran Raksasa itu
tanpa mempedulikan persyaratan yang diberikan. Ia sangat ingin memiliki anak.

Mbok Randha:”Baiklah, tuan! Saya setuju dengan persyaratanmu.”


Raksasa :”Ambilah biji mentimun ini. Rawatlah di ladangmu!”

Mbok Randha akhirnya merawat timun itu di ladangnya. Harapan Mbok Randha
semakin besar, ia tidak sabar menggendong anak. Setelah dua minggu lamanya, diantara 2
buah mentimun yang iya tanam ada satu buah yang paling besar dan berkilau seperti emas.

Mbok Randha :”Wah, buah ini besar sekali! baiklah akan ku belah dengan hati-hati.”
Setelah dibelah, Mbok Randha kaget melihat isi timun itu. Ternyata isinya adalah
sebuah bayi perempuan yang cantik. (suara tangis bayi)

Mbok Randha :”Sungguh tak biasa sekali dirimu, nak! Mulai saat ini ibu akan menamaimu
Timun Mas, karena kamu berasal dari timun yang berwarna emas.”

BABAK II

Semakin hari Timun Mas tumbuh menjadi gadis jelita yang rajin membantu ibunya.
Seiring bertambahnya usia Timun Mas, Mbok Randha mulai khawatir. Ia teringat
perjanjiannya dengan raksasa itu. Suatu malam Mbok Randha bermimpi, agar anaknya
selamat ia harus menemui petapa di gunung gundhul. Esok harinya Mbok Randha berencana
ke sana.

Mbok Randha :”Timun Mas, bunda hari ini akan pergi ke gunung gundhul. Kamu jangan ke
mana-mana, ya!”
Timun Mas :”Bunda bolehkah aku ikut juga?”
Mbok Randha :”Maaf anakku, kamu jaga rumah saja ya.”
Timun Mas :”Baiklah bunda.”

BABAK III

Di perjalanan menuju gunung gundhul, Mbok Randha bertemu dengan sosok usil
bernama setan kober.

Setan Kober :”Mau ke mana kamu?”


Mbok Randha :”Saya ingin pergi ke gunung gundul, tolong jangan ganggu saya!”
Setan Kober :”Berani juga kamu, dasar mak-mak! Pergi saja ke arah utara! Disanalah
pertapa itu tinggal!”

Mbok Randha mengikuti arahan setan kober. Tentu saja itu hanya tipu muslihat,
rumah pertapa itu sebenarnya ada di selatan. Tak lama, Mbok Randha bertemu dengan dua
orang yang sedang beristirahat di pinggir kali.

Mbok Randha :”Izin bertanya, wahai anak muda. Apakah kalian tahu dimana pertapa
tinggal.”
Pertapa I :”Tentu saja kami tahu. Sepertinya saat ini ibu sedang salah jalan. Di utara
tidak ada rumah pertapa!”
Mbok Randha :”Bagaimana aku bisa mempercayai kalian?”
Pertapa II :”Karena kami muridnya! Sudahlah kubur saja harapan untuk bertemu guru
kami! Beliau tidak suka diganggu.”

Dua orang itu pergi meninggalkan Mbok Randha. Mbok Randha memutuskan untuk
terus pergi ke utara, dia menghiraukan perkataan salah satu pertapa tadi. Setelah
menyeberangi sungai. Mbok Randha membantu seorang nenek yang kakinya terjebak di akar
pohon besar.

Nenek Pertapa :”Terimakasih banyak! Ketika orang-orang mencariku ke selatan, kau malah
pergi ke utara. Namun syukurlah takdir membawamu kepadaku! Terimalah bungkusan ini
dan pulanglah. Anakmu pasti selamat!”
Mbok Randha :”Terimakasih banyak!”

Tiba-tiba Pertapa itu menghilang begitu saja.

BABAK IV

Mbok Randha pulang dengan gembira. Sesampainya dirumah ia langsung


menceritakan semuanya pada Timun Mas.

Timun Mas :”Bunda aku tidak ingin disantap raksasa itu. Aku takut berpisah dengan
bunda.”
Mbok Randha :”Wahai anakku, jangan takut. Bunda menyayangimu dan takut kehilanganmu.
Ini ambilah bungkusan ini, gunakan saat berhadapan dengan raksasa itu. Jangan lupa
meminta perlindungan pada Sang Pencipta ya nak!”
Timun Mas :”Baiklah bunda.”

BABAK V

Esok paginya Raksasa datang untuk menagih janji.

Raksasa :”Wahai petani kecil, saya datang untuk mengambil apa yang sudah saya
titipkan! Cepat serahkan anak itu atau ku hancurkan desa ini!”
Mbok Randha :”Anakku cepatlah lari!”

Raksasa murka dan akhirnya mengejar Timun Mas. Langkah kaki gadis itu tentu saja
kalah dengan raksasa. Timun Mas akhirnya mengeluarkan batu dari bungkusan tersebut.
Raksasa mengaung kesakitan saat ribuan batu berukuran sedang tiba-tiba menghujani
kepalanya. Namun nampaknya raksasa itu masih sanggup berdiri.

Raksasa :”Dasar gadis tidak tau diri, jangan harap bisa lolos dariku!”

Timun Mas melemparkan garam dan terasi secara bersamaan lalu berlari menjauh.
Tiba-tiba Raksasa tertarik ke bawah tanah oleh cacing-cacing yang berukuran sangat besar.
Dan ditimbun oleh tanah.

Raksasa :”TIDAK! SELAMATKAN AKU!”


Timun Mas :”Itulah akibat ingin menyantapku!”
Timun Mas akhirnya bisa kembali pulang dan hidup bahagia bersama ibunya.

Pesan moral dari cerita tersebut yaitu kita harus selalu waspada dan berani melawan orang
yang berniat jahat. Selain itu, kita juga harus percaya bahkan Tuhan akan memberikan
pertolongan selama kita terus berusaha dan berdoa.

Anda mungkin juga menyukai