Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SITI MARYAM

NIM : 821167924
TUGAS :1
MATA KULIAH : PDGK4407
1. Saa adalah guru disekolah niormal biasa, guru SD. Namun ada salah satu anak
saudara saya ang sekolah di aasan anak kebutuhan khusus, namun jarak rumah dengan
sekolahnya sangat jauh, maka orang tua anak tersebut berkoordinasi dengan pihak
sekolah untuk mengmbil guru privat di rumah,. Anak yang saya didik ini adalah anak
kebutuhan khusus tipe daun syndrom. Anak tersebut membutuhkan perhatian khusus
dan juga bimbingan khusus.
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
merupakan salah satu peraturan di Indonesia yang mengatur hak pendidikan bagi
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dalam undang-undang tersebut, terdapat pasal-
pasal yang menyatakan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang
layak, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Hal ini sejalan dengan prinsip
inklusi dalam pendidikan, yang menekankan bahwa setiap individu, termasuk ABK,
memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas tanpa
diskriminasi.
Dalam implementasinya, Undang-Undang tersebut mendorong adanya
penyelenggaraan pendidikan inklusif di semua tingkatan pendidikan, mulai dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, yang memperhatikan kebutuhan dan
potensi setiap anak, termasuk ABK. Pemerintah dan institusi pendidikan diwajibkan
untuk menyediakan fasilitas, program, dan layanan pendukung yang sesuai dengan
kebutuhan individu ABK agar mereka dapat mengakses dan menikmati pendidikan
dengan optimal.
Dengan demikian, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menjadi landasan hukum
yang penting dalam menjamin hak pendidikan bagi ABK di Indonesia, serta
menggarisbawahi pentingnya inklusi dan kesetaraan akses dalam dunia pendidikan

3. SUDAH, Karena di Indonesia anak kebutuan khusus sangat di peratikan selain


mendapatkan pendidikan ang layak anak kebutuan khusus juga di berikan kesempatan
untuk mengemangkan minat dan bakat ang di miliki nya sebagai suatu kelebihan
baginya. Sehingga anak ABK terlihat sejajar seperti anak pada umumna. Sekolah atau
pendidikan anak kebutuhan khusus pun sama dengan pendidikan pada anak
umumnya. Kurikulum ang digunakan juga sama.
Contohnya :
1) Di adakannya festival permainan alat musik, maka anak ABK pun bisa ikut
mendaftar dan bermain musik seperti halna anak normal pada umumnya.
2) Di adakannya lomba menyanyi, seperti Ajang pencarian bakat menyanyi
dangdut Indosiar, sala satu peserta nya juga anak ABK ang bernama PUTRI,
Bahkan putri mendapat penghargaan. Hingga kini Putri sudah go international.
4. Menentukan layanan pendidikan yang paling tepat bagi Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap kebutuhan dan karakteristik
individu ABK tersebut. Namun, dalam konteks promosi inklusi dan kesetaraan akses
dalam pendidikan, layanan pendidikan inklusi merupakan pilihan yang paling tepat.
Berikut adalah alasan-alasannya:
1) Promosi Kesetaraan: Layanan pendidikan inklusi bertujuan untuk menyatukan
semua anak dalam satu lingkungan pendidikan yang sama, tanpa membedakan
berdasarkan kemampuan atau kebutuhan. Hal ini mencerminkan prinsip
kesetaraan, di mana setiap individu memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
2) Mendukung Diversitas: Lingkungan pendidikan inklusi memungkinkan
adanya keragaman dalam hal kemampuan, kebutuhan, dan latar belakang. Ini
menciptakan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar dari satu sama lain,
memahami dan menghargai perbedaan, serta mengembangkan keterampilan
sosial yang penting untuk kehidupan di masyarakat yang multikultural.
3) Pengembangan Potensi: Dalam lingkungan inklusi, ABK memiliki
kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Mereka
mendapatkan akses ke kurikulum yang sama dengan anak-anak lain, namun
dengan dukungan tambahan yang sesuai dengan kebutuhan individu mereka.
Hal ini dapat membantu mereka mencapai prestasi akademik dan
mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan
di masa depan.
4) Mengurangi Stigma dan Diskriminasi: Melalui pendidikan inklusi, stigma dan
diskriminasi terhadap ABK dapat dikurangi. Dengan adanya interaksi yang
positif antara ABK dan teman-teman sebaya serta guru, persepsi masyarakat
terhadap kemampuan dan kontribusi ABK dapat berubah menjadi lebih positif.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa pendidikan inklusi juga
memerlukan upaya yang besar dalam hal persiapan, pelatihan, dan dukungan bagi
guru dan staf sekolah, serta penyediaan fasilitas dan sumber daya yang memadai.
Namun, manfaat jangka panjangnya bagi ABK dan masyarakat secara keseluruhan
membuat layanan pendidikan inklusi menjadi pilihan yang paling tepat dalam
memastikan hak pendidikan bagi semua anak, termasuk ABK.
5. Dalam konteks layanan untuk anak berbakat dari aspek kognitif, model layanan
kognitif-afektif mungkin menjadi yang paling efektif. Berikut adalah alasan-
alasannya:
1) Fokus pada Pengembangan Kognitif: Model layanan kognitif-afektif
menempatkan penekanan pada pengembangan kemampuan kognitif, termasuk
pemecahan masalah, kreativitas, dan kemampuan berpikir abstrak. Hal ini
sesuai dengan kebutuhan anak berbakat yang memiliki potensi kognitif yang
tinggi dan membutuhkan stimulasi intelektual yang sesuai.
2) Integrasi Aspek Emosional: Model ini juga memperhatikan aspek afektif atau
emosional dalam pengembangan anak. Dengan memperhatikan kesejahteraan
emosional anak, model ini membantu menciptakan lingkungan yang
mendukung pertumbuhan kognitif yang optimal. Keseimbangan antara
pengembangan kognitif dan aspek emosional menjadi penting untuk
menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan menyeluruh anak
berbakat.
3) Penyesuaian dengan Kebutuhan Individu: Model layanan kognitif-afektif
cenderung menawarkan pendekatan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
individu. Anak berbakat seringkali memiliki kebutuhan yang berbeda-beda
dalam hal stimulasi kognitif dan dukungan emosional. Model ini
memungkinkan adanya penyesuaian yang lebih fleksibel terhadap kebutuhan
dan minat anak, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih
bermakna dan memuaskan.
4) Pengembangan Keterampilan Metakognitif: Model ini juga dapat membantu
anak berbakat mengembangkan keterampilan metakognitif, yaitu kemampuan
untuk memahami dan mengatur proses berpikir mereka sendiri. Dengan
demikian, anak dapat belajar untuk mengenali kekuatan dan kelemahan
mereka dalam belajar, serta mengembangkan strategi untuk mengatasi
tantangan akademik yang kompleks.
Dengan demikian, model layanan kognitif-afektif menawarkan pendekatan
yang seimbang antara pengembangan kognitif dan emosional, penyesuaian dengan
kebutuhan individu, dan pengembangan keterampilan metakognitif yang penting bagi
perkembangan optimal anak berbakat dari segi kognitif.

Anda mungkin juga menyukai