Anda di halaman 1dari 29

MODUL 4 : BIAYA PRODUKSI DAN PENAWARAN

4.1. Pendahuluan

Persoalan biaya memegang peranan yang amat penting dalam pengambilan keputusan
(decision making) dari suatu usaha. Istilah biaya produksi dapat mempunyai tafsiran
bermacam-macam, sehingga pemakaian konsep yang jelas menjadi amat perlu. Jumlah
barang yang hendak diproduksi dan dijual oleh para pengusaha dengan suatu harga
tertentu sangat dipengaruhi oleh biaya produksi dalam menghasilkan barang tersebut.

Secara umum dapat dikatakan bahwa dengan istilah biaya produksi dimaksudkan
sebagai jumlah kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi yang
dipergunakan dalam proses produksi bersangkutan.

4.2. Penyajian

4.2.1. Konsep Biaya Produksi

Walaupun secara umum biaya produksi dimaksudkan sebagai jumlah kompensasi yang
diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi, namun didalam analisa ekonomi, biaya
produksi diklasifikasikan dalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik
dari analisa yang dikerjakan.

Perencanaan di bidang produksi perlu dibedakan dalam perencanaan jangka pendek


(short run planning) dan jangka panjang (long run planning). Jangka pendek
dimaksudkan sebagai suatu periode dimana di dalam proses produksi terdapat baik
itu faktor-faktor produksi yang bersifat tetap maupun yang bersifat tidak tetap
(variabel). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang tidak dapat berubah jumlah
pemakaiannya walaupun jumlah produksi ditingkatkan. Sedangkan faktor produksi tidak
tetap (variabel) adalah faktor produksi yang jumlah pemakaiannya dapat diubah-ubah.
Sedangkan yang dimaksud dengan jangka panjang adalah suatu periode produksi
dimana semua faktor produksi tidak ada lagi yang bersifat tetap, hanya ada faktor
produksi yang bersifat variabel.

Mengikuti definisi jaangka pendek dan jangka panjang dalam perencanaan produksi,
maka biaya produksi dapat dikategorikan atas 2 (dua) kelompok, yaitu:

1. Biaya-biaya produksi jangka pendek dan


2. Biaya-biaya produksi jangka panjang

4.2.1.1. Biaya-biaya Produksi Jangka Pendek

Didalam jangka pendek dengan adanya faktor-faktor produksi yang bersifat tetap dan
variabel, maka terdapatlah 2 (dua) kategori biaya, yaitu: Biaya Tetap (Fixed Cost) dan
Biaya Variabel (Variable Cost). Biaya Tetap adalah biaya yang timbul karena adanya
faktor-faktor produksi yang bersifat tetap, sedangkan Biaya Variabel adalah biaya yang
muncul karena adanya faktor-faktor produksi yang bersifat variabel.

Modul 4 1
Biaya Tetap dapat dibedakan atas dua macam yaitu Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
dan Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost). Sedangkan Biaya Variabel di bedakan
atas 3 (tiga) macam biaya yaitu Biaya Variabel Total (Total Variable Cost), Biaya Variabel
Rata-rata (Average Variable Cost) dan Biaya Marginal (Marginal Cost). Penjumlahan
antara Biaya Tetap Total dan Biaya Variabel Total dinamakan Biaya Total (Total Cost),
sedangkan jumlah dari Biaya Tetap Rata-rata dengan Biaya Variabel Rata-rata disebut
Biaya Total Rata-rata. Untuk lebih mudah, pembagian biaya produksi dipaparkan pada
skema 4.1.1.

Skema 4.1.1.
Kategori dan Macam-macam Biaya Produksi

Kategori I Kategori II
BIAYA TETAP BIAYA VARIABEL
(Fixed Cost) (Variable Cost)

1.1. 2.1
Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total
(Total Fixed Cost) (Total Variable Cost)
TFC TVC

1.2. 2.2
Biaya Tetap Rata2 Biaya Variabel Rata2
(Average Fixed Cost) (Average Variable Cost)
AFC AVC

2.3.
Biaya Marginal
(Marginal Cost)
MC

Biaya Total (Total Cost)


TC = TFC + TVC

Biaya Total Rata2


(Total Average Cost)
TAC = AFC + AVC

(1) Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) = TFC

Biaya ini mewakili biaya-biaya untuk factor-faktor produksi tetap. Biaya ini hanya
mempunyai arti dalam jangka pendek, dimana factor-faktor produksi yang
digunakan masih ada yang bersifat tetap. Jumlah biaya ini tidak tergantung pada
jumlah produk yang dihasilkan.

Modul 4 2
Contoh:
 biaya yang telah dikeluarkan untuk membeli lahan (tanah) usaha
 biaya yang telah dikeluarkan untuk membuat kandang ternak usaha
 biaya yang telah dikeluarkan untuk membeli traktor

Biaya-biaya yang telah dipakai untuk membeli faktor-faktor produksi dalam


contoh di atas tidak akan berubah-ubah lagi jumlahnya walaupun jumlah
produksi yang dihasilkan belum ada, atau sedikit ataupun banyak.

(2) Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) = TVC

Biaya ini mewakili jumlah biaya-biaya untuk pengadaan factor-faktor produksi


variable. Biaya ini dapat berbentuk uang tunai, barang, atau nilai uang jasa dan
kerja yang sesungguhnya tidak dibayarkan. Biaya ini dihitung dalam jangka
pendek tertentu. Antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan Biaya Variabel
Total terdapat hubungan yang secara hipotetik digambarkan seperti pada Grafik
4.1.

Pada Grafik 4.1 terlihat bahwa bentuk kurva Biaya Variabel Total (TVC)
ditentukan oleh bentuk kurva fungsi produksi atau kurva produk total dari suatu
proses produksi. Ditinjau dari sumbu horizontal, TVC mula-mula cekung
terhadap sumbu horizontal, dan sesudah titik balik B', berubah menjadi
cembung. Hal ini karena secara hipotetis produksi mula-mula berlangsung
dengan “kenaikan hasil yang semakin bertambah” dan setelah titik balik B
berubah menjadi “kenaikan hasil yang semakin berkurang”.

Tanpa memperhatikan apakah produksi berlangsung dengan “kenaikan hasil


yang semakin bertambah” atau “kenaikan hasil yang semakin berkurang”, secara
umum dapat dikatakan bahwa makin banyak jumlah produk yang dihasilkan,
biaya variable total menjadi semakin besar.

Modul 4 3
Grafik 4.1. Kurva Biaya Variabel Total (TVC)

Y, jlh produksi

Kurva Produk Total

●B

X, Fak. prod

Biaya Produksi

Kurva TVC

●B’

Y, jlh produksi

(3) Biaya Total (Total Cost) = TC

Dalam suatu proses produksi, jumlah Biaya Variabel Total (TVC) dan Biaya
Tetap Total (TFC) merupakan Biaya Total (TC):

TC = TVC + TFC

Hubungan antara jumlah produk yang dihasilkan dengan Biaya Total


digambarkan pada Grafik 4.2.

Modul 4 4
Grafik 4.2. Hubungan antara Kurva Produksi dengan Kurva=kurva Biaya Variabel Total,
Biaya Tetap Total, dan Biaya Total

Y, jlh produksi

Kurva Produk Total

●B

X, Fak. prod

Biaya Produksi
Kurva TC

Kurva TVC

●B’
Kurva TFC

Y, jlh produksi

Tanpa memperhatikan apakah produksi berlangsung dengan “kenaikan hasil


yang semakin bertambah” atau “kenaikan hasil yang semakin berkurang”, secara
umum dapat dikatakan bahwa makin banyak jumlah produk yang dihasilkan,
semakin banyak Biaya Total yang digunakan. Kegunaan Biaya Total adalah
untuk menentukan pendapatan dari suatu usaha. Nilai Produk Total (Total
Revenue=TR) dikurangi Biaya Total adalah keuntungan yang diperoleh
perusahaan.

∏ = TR – TC

Dimana:
∏ = Keuntungan
TR = Total Revenue ( Nilai Produk Total)
TC = Total Cost (Biaya Total)
(4) Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost) = AFC

Modul 4 5
Yang dimaksud dengan Biaya Tetap Rata-rata (AFC) ialah Biaya Tetap Total
(TFC) dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan pada tiap tingkat produksi:

TFC
AFC =
Y

Dimana:
AFC = Average Fixed Cost (Biaya Tetap Rata-rata)
TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total)
Y = Jumlah Produksi

Hubungan antara Biaya Tetap Rata-rata dengan jumlah produksi digambarkan


pada Grafik 4.3. Disana terlihat bahwa makin banyak produk yang dihasilkan,
Biaya Tetap Rata-rata makin rendah.

Grafik 4.3. Kurva Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost)

Biaya

Kurva AFC

Y, jlh produksi
0

(5) Biaya Variabel Rata-rata (Average Variabel Cost) = AVC

Yang dimaksud denga Biaya Variabel Rata-rata ialah hasil bagi antara Biaya
Variabel Total dengan jumlah produksi. Apabila jumlah faktor produksi variabel
yang digunakan misalnya X dan harga satuan X adalah Hx, maka besarnya Biaya
Variabel Total (TVC) adalah:

TVC = X . Hx

Modul 4 6
Kemudian, jika jumlah produk yang dihasilkan sebanyak Y, maka besarnya Biaya
Variabel Rata-rata (AVC) dapat dihitung dengan:

X . Hx
AVC =
Y

atau,
X
AVC = . Hx
Y

tetapi karena:

X 1
=
Y produk rata-rata

maka:

Hx
AVC =
produk rata-rata

Dengan rumus terakhir ini berarti bahwa jika harga satuan X yaitu H x tetap
(konstan) maka :

(a) apabila Produk Rata-rata naik, Biaya Variabel Rata-rata akan menurun,
(b) apabila Produk Rata-rata mencapai titik maksimum, Biaya Variabel Rata-
rata akan mencapai titik minimum, dan
(c) apabila Produk Rata-rata turun, Biaya Variabel Rata-rata akan meningkat.

Keadaan seperti itu dapat disimak pada Grafik 4.4., yang memperlihatkan bahwa:
pada saat Produk Rata-rata mencapai titik maksimum di C I , Biaya Variabel Rata-
rata mencapai titik maksimum CII .

Grafik 4.4. Kurva Biaya Variabel Rata-rata (Average Variabel Cost)

Modul 4 7
Y, jlh prod

Y1 C
Kurva Produk Total

CI

X, Faktor prod.
0

Biaya

Kurva AVC

●CII

Y, jlh prod

0 Y1

(6) Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost) = ATC

Yang dimaksud denga Biaya Total Rata-rata ialah jumlah antara Biaya Tetap
Rata-rata (AFC) dengan Biaya Variabel Rata-rata (AVC). Atau dengan kata lain,
Biaya Total Rata-rata merupakan hasil bagi antara Biaya Total (Total Cost)
dengan jumlah produksi.

ATC = AFC + AVC

Atau

TC
ATC =
Y

Dimana:
TC = Total Cost (Biaya Total)
Y = Jumlah produksi

Modul 4 8
Hubungan antara Biaya Total Rata-rata dengan jumlah produk yang dihasilkan
digambarkan pada Grafik 4.5.

Grafik 4.5. Kurva Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost = ATC)

Y, jlh prod

Y1
C
Kurva Produk Total

CI
Kurva Produk Rata-rata

X, Faktor prod.
0

Kurva Biaya Total Rata-rata (ATC)


Biaya

Kurva Biaya Variabel Rata-rata


M (AVC)

CII

Kurva Biaya Tetap


Rata-rata (AFC)
Y, jlh prod
0
Y1

Pada Grafik 4.5, dapat dilihat dengan nyata bahwa Kurva Biaya Total Rata-rata
(ATC) terletak di atas kurva Biaya Variabel Rata-rata (AVC). Hal ini karena Biaya
Total Rata-rata di setiap tingkat produksi lebih besar daripada Biaya Variabel
Rata-rata. Titik minimum M pada kurva Biaya Total Rata-rata terletak disebelah
kanan titik minimum kurva Biaya Variabel Rata-rata CII, sebab sampai pada jarak
tertentu setelah titik minimum kurva Biaya Variabel Rata-rata (AVC), Kenaikan
AVC masih lebih kecil dari penurunan Biaya Tetap Rata-rata (AFC) hingga ATC
masih terus turun sampai AVC mencapai titik minimumnya. Kurca ATC baru
mulai naik, apabila kenaikan AVC sudah lebih besar dari penurunan AFC.

(7) Biaya Marginal (Marginal Cost = MC)

Yang dimaksud dengan Biaya Marginal adalah biaya tambahan yang


dikeluarkan pengusaha untuk mendapatkan tambahan 1 (satu) satuan
produk pada suatu tingkat produksi tertentu. Oleh karenanya, konsep Biaya
Marginal ditinjau dari segi pengambilan keputusan dalam suatu usaha produksi

Modul 4 9
menduduki tempat yang paling penting dibanding konsep biaya lain yang telah
dibahas seblumnya.

Untuk lebih jelasnya, pengertian tentang konsep Biaya Marginal perhatikanlah


contoh berikut ini:

Misalkan:
 produksi berada pada tingkat produksi sebanyak 100 satuan, dan
 untuk menambah produksi sebanyak 1 (satu) satuan diperlukan
tambahan biaya sebesar Rp. 500,-

maka:
Biaya Marginal pada tingkat produksi 100 satuan adalah sebesar:
Rp.500,-/1 satuan tambahan produksi = Rp. 500,-

Biaya Marginal (MC) besarnya hanya dipengaruhi oleh Biaya Variabel saja dan
besarnya berbeda-beda pada tingkat-tingkat produksi yang berlainan. Kalau
pada tingkat produksi 100 satuan seperti pada contoh di atas, Biaya Marginalnya
sebesar Rp. 500,- maka mungkin pada tingkat rpoduksi 150 satuan besarnya
bukan Rp. 500,- lagi.

Untuk mendapatkan rumus umum tentang konsep Biaya Marginal, perhatikan


misal berikut ini:

Misalkan:
 Untuk menambah produksi sebanyak ΔY satuan diperlukan
tambahan faktor produksi sebasar ΔX.
 Harga satuan faktor produksi X adalah Hx

Maka:
Tambahan biaya untuk mendapatkan tambahan produksi sebanyak
ΔY satuan adalah sebesar:

Hx . ΔX

Hx . ΔX
Biaya Marginal (MC) = ............................................................(1)
ΔY

ΔX
= * Hx .............................................(2)
ΔY

ΔX 1
Karena = = ……………maka:
ΔY Produk Marginal

Hx
Biaya Marginal (MC) = .............. ....................(3)
Produk Marginal

Dengan anggapan bahwa Hx adalah konstan, maka:

Modul 4 10
 apabila Produk Marginal naik, maka Biaya Marjinal akan turun,
 apabila Produk Marginal mencapai titik maksimum, Biaya Marginak akan
mencapai titik minimum, dan
 apbila Produk Maginal turun, maka Biaya Marginal akan naik

Keadaan demikian lebih jelas digambarkan pada Grafik 4.6 bikrikut ini:

Grafik 4.6. Hubungan antara Kurva Produk Maginal dengan Kurva Biaya
Maginal (MC)

Y, jlh prod

Y2 C
Kurva Produk Total

Kurva Produk Marginal


B
Y1
BI CI Kurva Produk Rata-
rata
X, Faktor prod.
0
Kurva MC

Biaya

BII

Y, jlh prod

Y1 Y2

(8) Beberapa Kurva Biaya yang disajikan Bersama

Modul 4 11
Untuk hubungan atau keterkaitan beberapa kurva biaya yang penting dengan
fungsi produksi (Kurva Produk Total), maka kurva-kurva dimaksud digambarkan
pada Grafik 4.7.

Grafik 4.7. Hubungan antara Jumlah Produksi dengan Beberapa Biaya


Produksi

Y, jlh prod

Y2 C
Kurva Produk Total

Kurva Produk Marginal


B
Y1
BI CI Kurva Produk Rata-
rata

X, Faktor prod.
0
Kurva MC
Kurva ATC
Biaya

Kurva AVC

CII
BII

Kurva AFC
Y, jlh prod

Y1 Y2

Perhatikanlah pada Grafik 4.7, letak titik titik minimum dari kurva MC, kurva AVC
dan kurva ATC:
 titik minimum dari kurva MC yaitu B II terletak pada ordinat yang lebih
rendah dari kurva AVC,
 titik minimum kurva AVC yaitu CII lebih rendah dari titik minimum kurva
ATC (titik M)

Modul 4 12
 Kurva MC melewati titik=titik minimum kurva AVC dan kurva ATC, karena
pada titik itu, besarnya Produk Marginal sama dengan besarnya Produk
Rata-rata (perhatikan titik CI , dimana kurva Produk Marginal berpotongan
dengan kurva Produk Rata-rata).
 Apabila Biaya Total Rata-rata (ATC) turun, Biaya Marginal (MC) lebih kecil
dari ATC, sedangkan bila ATC meningkat, maka MC akan menjadi lebih
besar dari ATC. Oleh karenanya kurva MC akan memotong kurva ATC
pada titik minimum ATC (titik M).

4.2.1.2. Biaya-biaya Produksi Jangka Panjang

Telah disinggung sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan jangka panjang adalah
suatu periode produksi dimana semua faktor produksi tidak ada lagi yang bersifat
tetap, atau jumlahnya dapat diubah-ubah atau juga hanya ada faktor produksi yang
bersifat variabel. Dengan demikian, dalam jangka panjang tidak ada lagi biaya yang
bersifat tetap, baik itu Biaya Tetap Total maupun Biaya Tetap Rata-rata. Yang ada
hanyalah Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost =ATC) dan Biaya Marginal (Marginal
Cost = MC). Dalam hal ini, Biaya Total Rata-rata (ATC) identik dengan Biaya Variabel
Rata-rata (Average Variable Cost = AVC).

Didalam jangka panjang, perusahaan dapat merubah besarnya (skala) usaha sesuai
dengan yang diinginkan. Setiap kemungkinan ujuran (skala) usaha akan mempunyai
Kurva Biaya Variabel Rata-rata (kurva AVC) sendidir-sendiri. Misalkan seperti pada Grafik
4.8., ada beberapa Kurva AVC yang bersifat jangka pendek. Di bagian luar dari kurva-
kurva AVC itu, akan merupakan Kurva Biaya Total Rata-rata Jangka Panjang atau sering
pula disebut sebagai Kuarva Perencanaan (planning curve).

Modul 4 13
Grafik 4.8. Kurva-kurva Biaya Rata-rata Jangka Panjang
Dan Biaya Marginal Jangka Panjang

Biaya E

D
A
C
B

Kurva Biaya Rata-rata


Jangka Panjang

Y, Jlh Produksi

Kurva Biaya Marginal Jangka Panjang

0 M

Kurva biaya jangkang panjang ini merupakan kurva biaya yang ditaksir secara subjektif
yang menunjukkan hubungan antara biaya dan produksi, jika usaha-usaha itu dibangun
dengan berbagai ukuran (skala). Kurva-kurva A, B, C, D, dan E pada Grafik 4.8 adalah
kurva-kurva Biaya Variabel Rata-rata jangka pendek dari usaha-usaha dengan berbagai
ukuran yang direncanakan. Hasil produksi sebesar OM akan merupakan ukuran yang
paling efisien, karena pada ukuran (skala) itulah Biaya Rata-rata akan minimum.

Ukuran-ukuran usaha dimana Biaya Rata-rata jangka panjang masih menurun dinamakan
ukuran usaha yang masih menguntungkan untuk diperluas (economies of scale), sedang
ukuran-ukuran usaha dimana Biaya Rata-rata jangka panjang sudah naik dinamakan
ukuran usaha yang tidak lagi menguntungkan untuk diperluas (diseconomies of scale).

“Economies of scale” umumnya terjadi karena biaya masih dapat dikurangi dengan jalan
menggunakan faktor-faktor produksi dengan lebih efisien, misalnya dengan mengadakan
spesialisasi kerja atau dengan penggunaan teknologi yang dapat menghasilkan produk
dengan lebih besar. Sebagai contoh; biaya pengangkutan atau pengiriman barang
menggunakan truk konteiner sekarang ini lebih murah dari cara lama dengan truk-truk
kecil.

“Diseconomies of scale” umumnya terjadi karena masalah pengelolaan (managemen),


jika usaha itu sudah terlalu besar. Umum sudah mengetahui bahwa jika suatu usaha
sudah terlalu besar, sering timbul masalah atau kesukaran-kesukaran dalam
mengkoordinasikan faktor-faktor produksi, termasuk semakin sulitnya dilakukan kontrol.

Salah satu alasan dari penggabungan beberapa usaha yang kecil-kecil sejenis menjadi
suatu usaha yang lebih besar adalah karena alasan “economies of scale” tadi. Dengan
penggabungan itu biaya total rata-rata dapat diperkecil, sehingga keuntungan dapat
diperbesar. Sebaliknya, terjadi pemecahan suatu perusahaan besar menjadi anak-anak
perusahaan, atau menjadi departemen-departemen usaha karena untuk menghindari

Modul 4 14
“diseconomies of scale”, sehingga masing-masing anak perusahaan atau departemen-
departemen usaha dapat bekerja pada kondisi “economies of scale”.

4.3. Penawaran (Supply)

4.3.1. Hubungan antara Konsep Penawaran dan Konsep Biaya Produksi

Didalam menjual suatu barang, pengusaha berusaha mendapatkan harga yang setinggi-
tingginya. Dengan segala daya upaya pengusaha mengusahakan mempengaruhi
konsumen agar konsumen bersedia membeli barang-barang yang dihasilkannya itu,
dengan harga yang setinggi mungkin. Jalan yang paling umum ditempuh pengusaha
dalam mempengaruhi konsumen ialah melalui iklan dan propaganda.

Jumlah barang yang ditawarkan pengusaha ke pasaran tergantung kepada harga


barang itu sendiri di pasar, yaitu harga yang bersedia dibayar konsumen. Apabila
harga yang bersedia dibayar konsumen cukup tinggi, maka para pengusaha akan
bersedia memproduksi lebih banyak barang tersebut untuk dijual di pasar itu. Sebaliknya,
Apabila harga yang bersedia dibayar konsumen rendah, maka jumlah barang yang
diproduksi oleh para pengusaha juga akan menjadi sedikit, karena tidak ada insentif
(ransangan) bagi pengusaha untuk menghasilkan barang lebih banyak. Demikianlah
menjadi mudah untuk dipahami, bahwa harga yang akan dibayar oleh konsumen
berhubungan erat dengan jumlah barang yang akan dihasilkan dan/atau ditawarkan
oleh pada produsen.

Di dalam ilmu ekonomi, jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen pada harga,
tempat dan waktu tertentu dinamakan penawaran (supply). Untuk jelasnya perhatikan
contoh yang menggunakan data hipotetis pada Tabel 4.1 dan Grafik 4.9. Pada Tabel 4.1.,
terlihat bahwa makin tinggi harga satuan barang Y, makin banyak jumlah barang Y yang
mau dijual produsen barang tersebut. Apabila data Tabel 4.1 digambarkan dalam grafik,
maka keadaannya dapat diamati pada Grafik 4.9.

Tabel 4.1. Hubungan Antara Harga dan Jumlah Barang yang Ditawarkan

Harga Satuan Barang Y Jumlah Penawaran Barang Y


(Rp) (Satuan)
500 1.000
600 1.600
700 2.000
800 2.250
900 2.450
1.000 2.620

Grafik 4.9. Kurva Penawaran Barang Y (angka-angka hipotetis)

Modul 4 15
1100

1000
Supply curve
900

800

Harga satuan (Rp) 700

600

500

400

300

200

100

0
750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500 2750

Jumlah penawaran

Garis yang menunjukkan hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang
ditawarkan dinamakan Kurva Penawaran (Supply Curve). Kurva penawaran pada
umumnya bersudut positif (positively sloping), yang berarti bahwa perubahan harga
barang dan perubahan jumlah barang yang ditawarkan adalah searah. Artinya, jika harga
naik, jumlah barang yang ditawarkan juga naik, dan jika harga turun, jumlah barang yang
ditawarkan juga akan menurun.

Pada uraian mengenai hubungan antara faktor produksi dengan jumlah produksi, telah
diketahui bahwa untuk mencapai keuntungan maksimum, pengusaha harus
berpegang pada syarat:

dY .......................................................
Hy ● = Hx
dX (1)

Dimana:
Hy adalah harga satuan produk Y,
Hx adalah harga satuan faktor produksi X, dan
dY/dX adalah produk marginal dari faktor produksi X

Persamaan (1) di atas dapat diubah menjadi:

Hx .......................................................
Hy =
dY/dX (2)

Kemudian, dari bahasan tentang Biaya Marginal (Marginal Cost = MC) terdahulu telah
diketahui pula bahwa:

Hx = Biaya Marginal (MC ..........................................(3)

Modul 4 16
dY/dX

Jadi apabila persamaan (2) dan (3) didapatkanlah persamaan (4) berikut ini:

Hx
Hy = = Biaya Marginal (MC ..........................................(4)
dY/dX

Dengan demikian dapatlah ditarik kesimpulan bahwa untuk mendapat keuntungan


maksimum, pengusaha harus menghasilkan barang sebanyak jumlah tertentu, dimana
Biaya Marginal pada jumlah tertentu tersebut sama dengan harga satuan barang itu di
pasar. Namun demikian, harus diingat bahwa apabila harga satuan produk tersebut
berada di bawah titik minimum Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost = AVC),
pengusaha tidak mungkin memproduksi dan/atau menawarkan sejumlah tertentu itu,
karena dalam keadaan demikian Biaya Variabel yang dikeluarkan tidak dapat lagi tertutupi
oleh hasil penjualan barang tersebut, apalagi untuk menutup Biaya Total dari produksi
barang itu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurva Biaya Marginal yang berada di atas titik minimum
Biaya Variabel Rata-rata (AVC) adalah merupakan kurva penawaran dari barang tersebut.
Untuk jelasnya perhatikan Grafik 4.10.

Grafik 4.10. Kurva Penawaran Suatu Barang sama dengan Kurva Biaya Marginal
yang Berada di Atas Titik Minimum Kurva AVC.

Kurva MC
Harga
D
Kurva ATC

Kurva AVC
C
H2

H1
B

Y, jlh barang
0

Pada Grafik 4.10, terlihat bahwa pada harga satuan barang Y sebesar H1 kurva Biaya
Variabel Rata-rata (ATC) minimum dan berpotongan dengan kurva Biaya Maginal (MC).
Sehingga pada harga satuan barang Y minimum sama dengan H1 kurva penawaran
barang Y adalah BCD, yaitu bagian dari kurva Biaya Marginal yang berada diatas titik
minimum Biaya Variabel Rata-rata (AVC). Jika harga satuan barang Y lebih kecil dari H1,
maka penawaran barang Y sama dengan nol.

Untuk lebih jelas, maka perhatikanlah contoh masalah berikut ini:

Modul 4 17
Jika diketahui Fungsi Biaya Total (TC) dari suatu proses produksi untuk menghasilkan
barang Y adalah:

TC = 2 3
5 + 3Y – 4 Y + 6Y

Maka, tentukanlah Fungsi Penawaran produk Y tersebut.

dTC 2
Biaya Marginal = = 3 – 8 Y + 18Y
dY

2 3
3Y – 4Y + 6Y
Biaya Variabel Rata-rata (AVC) =
Y
= 2
3 – 4Y + 6Y

Biaya Variabel Rata-rata (AVC) akan mencapai titik minimum apabila turunan pertamanya
sama dengan nol, yaitu apabila:

d(AVC)
= – 4 + 12Y
Y
12 Y = 4
Y = 4/12 = 0,33

Jadi pada waktu Y sama dengan 0,33 satuan itu, Biaya Variabel Rata-rata (AVC) adalah
sebesar :

Biaya Variabel Rata-rata (AVC) = 2


3 – 4Y + 6Y
= 2
3 – 4 (0,33) + 6 ( 0,33)
= 3 - 1,32 + 0,65
= 2,34

Jadi pada harga satuan barang Y berada < 2,34 penawaran barang Y adalah nol (tidak
ada penawaran). Timbul pertanyaan: berapakah jumlah barang Y yang ditawarkan jika
harga satuan barang Y ≥ 2,34 ?. Untuk itu, perlu dimisalkan dulu bahwa harga satuan
barang Y adalah sebesar Hy. Agar pengusaha mendapat keuntungan maksimum Hy
harus sama dengan Biaya Marginal (lihat rumus Biaya Marginal). Jadi:

Biaya Marginal = 2
3 – 8 Y + 18Y

Hy = 2 atau
3 – 8 Y + 18Y
2 = 0 atau
18Y – 8 Y – (Hy – 3)

Y = 8 ± √ 64 – 72 (3 - Hy)

Modul 4 18
36

Jadi kurva penawaran barang Y untuk Hy ≥ 2,34, mengikuti fungsi sebagai berikut:

Y = 8 ± √ 64 – 72 (3 - Hy)
36

Sedangkan barang Y yang ditawarkan sama dengan nol atau tidak ada jika Hy < 2,34.

Soal: Tentukanlah jumlah barang Y yang ditawarkan bila harga satuan Y sebesar $ 10,-

4.3.2. Elastisitas Penawaran

Ditinjau dari sudut penawaran, barang-barang ataupun jasa dapat dibagi atas barang-
barang elastis dan barang-barang tidak elastis (inelastis). Yang dimaksud dengan
barang-barang elastis adalah barang-barang yang persentase pertambahan jumlah
penjualannya lebih tinggi dari persentase pertambahan kenaikan harga barang itu.
Sebaliknya, barang-barang yang tidak elastis adalah barang-barang yang persentase
pertambahan jumlah penjualannya lebih rendah dari persentase pertambahan kenaikan
harga barang itu.

Besarnya elastisitas penawaran suatu barang dapat dirumuskan sebagai berikut:

ΔY / Y
Et =
Δ H y / Hy

dimana:
Et = Elastisitas penawaran produk Y
Y = Jumlah barang Y yang ditawarkan pada harga Hy
ΔY = Perubahan barang Y yang ditawarkan
Hy = Harga satuan barang Y semula
Δ Hy = Perubahan harga satuan barang Y

Jika fungsi kurva penawaran barang Y diketahui, maka elastisitas penawarannya pada
tiap titik pada kurva penawaran itu dapat dihitung secara geometris. Untuk ini
perhatikanlah Grafik 4.11.

Modul 4 19
Grafik 4.11. Penentuan Elastisitas Penawaran secara Geometris.

Harga

L K
F

P
H
t

R // T

Y
0
//
M G N

Misalkan harga satuan barang Y semula sebesar OH dan jumlah barang yang dijual pada
harga tersebut dimisalkan sebesar OM. Kenudian harga naik menjadi OF dan jumlah
barang yang dijual naik menjadi OG. Apabila perubahan harga itu kecil, maka LK akan
mendekati nol, hingga OG akan mendekati ON. Berdasarkan rumus elastisitas yang
dikemukankan sebelum ini, maka elastisitas penawaran Barang Y pada titik P adalah
sebagai berikut:

ΔY / Y MN/OM PS/OM PS OH
Et =
Δ Hy / Y
=
KS/OH
=
KS/OH
=
KS * OM

PS MP PS MP
=
KS
* OM
=
KS
* RT

Karena segi tiga RTP sama dan sebangun dengan segi tiga PKS, maka:

PS RT
= =
KS PT

Jadi:
PS MP RT MP MP
Et di titik P =
KS
* RT
=
PT
* RT
=
PT

Modul 4 20
Kesimpulan yang dapat ditarik dari perhitungan geometris di atas ialah bahwa elastisitas
penawaran di suatu titik pada kurva penawaran selalu dapat dihitung dengan jalan
membuat garis singgung pada kurva penawaran melalui titik bersangkutan (perhatikan
garis putus-putus RK). Garis singgung ini akan memotong sumbu horisontal dan sumbu
vertikal grafik kurva penawaran. Melalui titik potong garis singgung dengan sumbu
vertikal, ditarik garis sejajar dengan sumbu horisontal (garis RT). Kemudian melalui titik
singgung ditarik garis tegak lurus ke sumbu horisontal (Garis MP). Dan dapatlah
ditentukan elastisitas penawaran pada titik P (titik singgung tersebut) yaitu MP/PT pada
Grafik 4.11 di atas.

Dari cara geometris di atas, dapat pula disimpulkan bahwa apabila garis singgung
tersebut memotong bagian positip dari sumbu vertikal maka elastisitas penawaran
pada titik singgung adalah > 1, atau bersifat elastis. Sebaliknya apabila garis
singgung tersebut memotong bagian negatip dari sumbu vertikal maka elastisitas
penawaran pada titik singgung adalah < 1, atau bersifat tidak elastis. Untuk lebih
jelas, perhatikan Grafik 4.12.

Grafik 4.12. Penawaran Barang tang Elastis dan yang Tidak Elastis

H H

+ P
t
PI

Q T t

R Y MI Y
O RI
O M

- QI
TI

>1 <1
MP MIPI

Modul 4 21
PT PITI
(elastis) (tidak elastis)

Dari Grafik 4.12 dapat juga ditarik kesimpulan bahwa: penawaran barang pada suatu titik
kurva penawaran dikatakan elastis apabila garis singgung yang ditarik dari titik
tersebut memotong sumbu horisontal di bagian yang negatif. Sebaliknya dikatakan
tidak elastis apabila garis singgung yang ditarik dari titik tersebut memotong
horisontal dibagiannya yang positip. Dengan kata lain, makin curam kurva
penawaran suatu barang, maka barang itu makin tidak elastis, Sebaliknya makin
kurang curam kurva penawaran suatu barang, makin elastis penawaran barang
tersebut.

Elastisitas penawaran pada umumnya bertanda positif, karena perubahan harga pada
umumnya searah dengan perubahan jumlah barang yang ditawarkan. Jika harga naik,
pada umumnya jumlah barang yang ditawarkan juga naik.

Apabila fungsi penawaran suatu barang merupakan fungsi yang kontinue, maka definisi
elastisitas penawaran menjadi:

dY H
Et =:
dH Y
Dimana dY/dH merupakan derivat pertama dari fungsi penawaran barang Y terhadap
harga H.

Karena dalam praktek fungsi kurva penawaran seringkali tidak dapat diketahui karena
data yang diperoleh minim sekali, maka untuk menentukan elastisitas penawaran barang
tersebut dapat dipakai “elastisitas busur” dengan rumus sebagai berikut:

ΔY / Ȳ
Ebs =
ΔH/Ȟ

dimana:
Ebs = Elastisitas penawaran busur
Ȳ = Jumlah penawaran rata-rata dari pengamatan
ΔY = Perubahan jumlah barang Y yang ditawarkan
Ȟ = Harga rata-rata dari pengamatan
ΔH = Perubahan harga satuan barang

Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas penawaran antara lain adalah:

1. Dapat tidaknya pengusaha menyesuaikan jumlah produksi dengan terjadinya


perubahan harga.
Barang-barang yang mudah menyesuaikan produksinya dengan perubahan
harga adalah lebih elastis dibanding yang sukar menyesuaikan produksinya.
Di bidang pertanian misalnya, produksi tanaman tahunan seperti komoditi
kopi mempunyai elstisitas yang lebih kecil dibanding produksi tanaman
semusim seperti padi. Berdasarkan ini pula, dapat diduga bahwa elastisitas

Modul 4 22
penawaran produksi pertanian lebih rendah daripada elstisitas penawaran
produksi industri, karena produksi pertanian banyak tergantung pada alam,
seperti ilkim, kesuburan tanah, hama penyakit dan lain-lain.

2. Tahan tidaknya barang disimpan lama.


Barang-barang yang dapat disimpan lebih lama, elastisitas penawarannya
lebih elastis dibanding barang-barang yang kurang dapat disimpan lama.
Ikan basah, daging mentah dan sayuran-sayuran segar kurang elastis
penawarannya dibanding ikan asin, daging olahaha (abon dan se’i) dan
buah-buahan dalam kaleng.

4.3.3. Jumlah Penawaran Perusahaan-perusahaan Sejenis

Suatu perusahaan akan menyesuaikan jumlah produk yang dihasilkannya dengan


perubahan Biaya Marginal produk tersebut. Tingkat produksi akan dijalankan sedemikian
rupa sehingga harga satuan dari produk yang dihasilkan sama dengan Biaya Marginal.
Perlu diingat lagi bahwa, bahagian dari Kurva Biaya Marginal yang berada disebelah atas
titik minimum Kurva Biaya Variabel Rata-rata adalah sama dengan kurva penawaran
barang yang diproduksi.

Kurva penawaran perusahaan-perusahaan sejenis (industry supply curve) adalah jumlah


dari kurva-kurva Biaya Marginal perusahaan-perusahaan bersangkutan dalam suatu
jangka waktu tertentu. Apabila harga naik, jumlah produk yang dihasilkan masing-masing
perusahaan sejenis itu akan naik pula. Kenaikan jumlah produk yang ditawarkan itu bukan
saja karena kenaikan produksi perusahaan-perusahaan sejenis yang sudah ada, tetapi
juga karena masuknya perusahaan baru sebagai respon terhadap kenaikan harga barang
di pasaran.

Jika diumpamakan ada 4 (empat) buah perusahaan sejenis A, B, C, dan Dyang


menghasilkan suatu produk tertentu Y, maka masing-masing perusahaan akan
mempunyai kurva Biaya Marginal dan Biaya Variabel Rata-rata yang berbeda, sesuai
dengan perbedaan-perbedaan yang ada diantara perusahaan tersebut, misalnya halam
hal manegemen, letak perusahaan, upah buruh, biaya transportasi, dan lain-lain. Untuk
jelasnya digambarkan pada Grafik 4.13.

Grafik 4.13. Kurva-kurva Biaya Marginal dan Biaya Variabel Rata-rata dari 4
Perusahaan Sejenis dengan Memproduksi Barang Y

MC

H4 MC

H3 AVC
AVC
H2

H1

Modul 4 23
0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 12

(A) (B)

MC MC

H4 AVC AVC

H3

H2

H1

0 2 4 6 8 10 12 0 2 4 6 8 10 12

(C) (D)

Perhatikan Grafik 4.13 dan Tabel 4.2. Apabila harga produk sebesar H1, maka hanya
perusahaan A yang dapat berproduksi sebanyak 6 (enam) satuan. Perusahaan-
perusahaan B, C dan D belum atau tidak dapat berproduksi karena dengan harga produk
sebesar H1 mereka tidak mampu membiayai Biaya Variabel Rata-rata perusahaan
mereka masing-masing. Sehingga jumlah penawaran di pasar hanya 6 (enam) satuan.

Dengan alasan yang sama, pada harga produk H2 hanya perusahaan A dan B yang
berproduksi masing-masing sebesar 8 (delapan) dan 6 (enam) satuan, sementara
perusahaan C dan D belum dapat berproduksi. Sehingga jumlah penawaran di pasar
menjadi 14 satuan.

Ketika harga naik menjadi H3, hanya perusahaan D yang belum atau tidak dapat
berproduksi, sementara perusahaan A, B dan C berturut-turut memproduksi barang
sebesar 10, 8 (delapan) dan 6 (enam) satuan. Sehingga pada harga produk sebesar H3,
total barang yang ditawarkan di pasar mencapai 24 satuan.

Selanjutnya, ketika harga naik menjadi H4 semua perusahaan sudah dapat berproduksi
dengan tingkat produksi: perusahaan A, B, C dan D berturut-turut sebesar 12, 10, 8
(delapan) dan 10 satuan. Sehingga pada harga produk sebesar H3, total barang yang
ditawarkan di pasar mencapai 40 satuan.

Tabel 4.2. Jumlah Penawaran Perusahaan-perusahaan Sejenis

Harga Jumlah Produksi Masing-masing Perusahaan Jumlah


Satuan (satuan) Penawaran
(Rp) A B C D (Satuan)
H1 6 - - - 6
H2 8 6 - - 14
H3 10 8 6 - 24
H4 12 10 8 10 40

Modul 4 24
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penawaran barang di pasar akanbertambah dengan
naiknya harga satuan barang. Kenaikan jumlah produk yang ditawarkan itu selain karena
naiknya produksi dari perusahaan-perusahaan yang sedang berjalan (berproduksi), juga
karena munculnya perusahaan baru yang sejenis dan/atau perusahaan sejenis yang
belum dapat berproduksi atau menghentikan produksi memulai lagi usahanya.

Analisa membandingkan kurva Biaya Marginal serta Biaya Variabel Rata-rata


antara beberapa perusahaan sejenis seperti analisa Grafik 4.13 dan Tabel 4.2
disebut Comparative Advantage Analysis ( Analisa Keunggulan
Komparatif). Analisa ini, di bidang pertanian antara lain dapat dipakai untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan:

(a) Di lokasi tertentu, komoditi apa yang paling menguntungkan untuk


diusahakan?
(b) Untuk mengusahakan satu komoditi tertentu, di lokasi manakah yang
paling menguntungkan?

Tiap pengusaha harus mengetahui tentang elastisitas penawaran barang yang


dihasilkannya, agar dalam menghadapi perubahan-perubahan harga pasar, ia dapat
menyesuaikan jumlah produksinya dengan harga-harga yang berlaku pada waktu
tertentu. Misalnya jika pengusaha mengetahi elastisitas penawaran barang produksinya
adalah 1,5, maka itu berarti jika harga barang naik 10%, produksi barangnya dapat
ditingkatkan sebesar 15% dari produksi sebelum harga naik.

Apabila konsumen menghendaki jumlah barang yang lebih banyak apakah pengusaha
mampu memenuhi Keinginan konsumen?. Untuk menjawabnya, haruslah diingat bahwa
penambahan produksi berarti menambah penggunaan faktor-faktor produksi. Makin
banyak faktor produksi digunakan dalam proses produksi, Nilai Produk Marginalnya makin
berkurang. Ini berarti bahwa Biaya Marginal perusahaan makin lama makin besar. Karena
syarat untuk mencapai keuntungan maksimum adalah bahwa Biaya Marginal harus sama
dengan harga satuan produk yang dihasilkan, maka perusahaan tadi hanya mampu
memenuhi keinginan konsumen tadi jika konsumen bersedia pula meningkatkan harga
pembeliannya sesuai dengan kenaikan harga-harga faktor produksi, sehingga biaya
marginal dapat ditekan kembali. Keadaan ini dapat lebih jelas dengan memperhatikan
Grafik 4.14.

Grafik 4.14. Hubungan Antara Penawaran dan Permintaan

H
m2 t1

m1
H3
Q t2
H2
P
H1
R

Modul 4 25
Y
0 Y1 Y2 Y3

Dimisalkan kurva permintaan pasar konsumen terhadap produk Y digambarkan oleh


kurva m1 dan kurva penawaran produk Y digambarkan oleh kurva t1, maka harga
kesimbangan terjadi pada H1 dengan jumlah permintaan dan penawaran sebesar Y1.
Misalkan pada harga H1, permintaan konsumen bertambah, berarti kurva t1 bergeser ke
kanan misalnya menjadi kurva m2 dengan jumlah permintaan sebesar Y3.

Pada jumlah sebesar Y3, pengusaha hanya mau memenuhi peningkatan permintaan
konsumen jika harga produk naik dari H1 menjadi H3, kalau tidak pengusaha hanya
menjual sebanyak Y1. Akibatnya terjadilah keseimbangan harga yang baru yaitu pada
harga H2 dengan jumlah penawaran sama dengan jumlah permintaan yaitu sebesar Y2.

Kesimpulannya adalah: pengusaha baru mau memenuhi keinginan konsumen menaikan


jumlah permintaannya bila harga dinaikan. Namun demikian, pengusaha dapat saja
memenuhi permintaan konsumen sebanyak Y3 jika terjadi penurunan harga-harga faktor
produksi, yang berarti kurva penawaran juga bergesar ke kanan menjadi t2.

Dari Grafik 4.14 dapat dilihat bahwa dengan pergeseran kurva permintaan dan
penawaran itu, keinginan konsumen untuk mendapatkan jumlah barang yang lebih
banyak telah dapat dipenuhi oleh produsen tanpa menaikkan harga barang< Efek yang
sama dengan penurunan harga input itu akan dapat dicapai oleh produsen apabila ia
berhasil menterapkan teknologi baru yang lebih efisien daripada teknologi yang
digunakan sebelumnya.

4.3. Penutup

4.3.1. Ringkasan

4.3.2. Evaluasi

4.3.2.1. Soal Latihan

4.3.2.2. Test Formatif 4

4.3.2.3. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

1 Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan yang benar, kecuali:


a. Secara umum dapat dikatakan bahwa dengan istilah biaya produksi
dimaksudkan sebagai jumlah kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor-
faktor produksi yang dipergunakan dalam proses produksi bersangkutan

Modul 4 26
b. didalam analisa ekonomi, biaya produksi diklasifikasikan dalam beberapa
golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisa yang dikerjakan
c. Jangka pendek dimaksudkan sebagai suatu periode dimana di dalam proses
produksi terdapat baik itu faktor-faktor produksi yang bersifat tetap maupun
yang bersifat tidak tetap (variabel)
d. jangka panjang adalah suatu periode produksi dimana semua faktor produksi
tidak ada lagi yang bersifat variabel, hanya ada faktor produksi yang bersifat
tetap.

2. Mana pernyataan erikut ini yang salah


a. Mengikuti definisi jaangka pendek dan jangka panjang dalam perencanaan
produksi, maka biaya produksi dapat dikategorikan atas 2 (dua) kelompok,
yaitu: Biaya-biaya produksi jangka pendek dan Biaya-biaya produksi jangka
panjang
b. Didalam jangka pendek dengan adanya faktor-faktor produksi yang bersifat
tetap dan variabel, maka terdapatlah 2 (dua) kategori biaya, yaitu: Biaya
Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Variabel (Variable Cost)
c. Biaya Tetap adalah biaya yang timbul karena adanya faktor-faktor produksi
yang bersifat tetap, sedangkan Biaya Variabel adalah biaya yang muncul
karena adanya faktor-faktor produksi yang bersifat variabel.
d. Biaya Tetap dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu Biaya Tetap Total (Total
Fixed Cost), Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost) dan Biaya Marginal

3. Manakah pernyataan dibawah ini yang benar:


a. Biaya Variabel di bedakan atas 3 (tiga) macam biaya yaitu Biaya Variabel
Total (Total Variable Cost), Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost)
dan Biaya Marginal (Marginal Cost)
b. Penjumlahan antara Biaya Tetap Total dan Biaya Variabel Rata-rata
dinamakan Biaya Total (Total Cost)
c. Jumlah dari Biaya Tetap Rata-rata dengan Biaya Variabel Total disebut
Biaya Total Rata-rata
d. Biaya Tetap Total hanya mempunyai arti dalam jangka panjang

4. Dalam jangka pendek, di bidang pertanian/peternakan berikut ini adalah contoh


biaya-biaya produksi yang tergolong dalam Biaya Tetap (Fixed Cost), kecuali:
a. Biaya untuk membeli tanah (lahan), traktor dan untuk membuat kandang
permanen
b. Biaya untuk membeli tanah, pupuk, makanan ternak dan traktor.
c. Biaya untuk membeli traktor, membeli generator, dan membuat kandang
permanen.
d. Biaya untuk instalasi pipa air, instalasi listrik, dan membuat bak penampung
air.

5. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang benar tentang Biaya Variabel, kecuali:
a. Biaya Variabel merupakan biaya yang mewakili jumlah biaya-biaya untuk
pengadaan factor-faktor produksi variable.
b. kurva Biaya Variabel Total (TVC) ditentukan oleh bentuk kurva fungsi
produksi atau kurva produk total dari suatu proses produksi.
c. Ditinjau dari sumbu horizontal, TVC mula-mula cembung terhadap sumbu
horizontal, dan sesudah titik balik B', berubah menjadi cekung.
d. Tanpa memperhatikan apakah produksi berlangsung dengan “kenaikan
hasil yang semakin bertambah” atau “kenaikan hasil yang semakin
berkurang”, secara umum dapat dikatakan bahwa makin banyak jumlah

Modul 4 27
produk yang dihasilkan, biaya variable total menjadi semakin besar.

6. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang benar tentang Biaya Total (TC),
kecuali:
a. Dalam suatu proses produksi, jumlah Biaya Variabel Total (TVC) dan Biaya
Tetap Total (TFC) merupakan Biaya Total (TC).
b. TC = TFC + TVC
c. Tanpa memperhatikan apakah produksi berlangsung dengan “kenaikan
hasil yang semakin bertambah” atau “kenaikan hasil yang semakin
berkurang”, secara umum dapat dikatakan bahwa makin menurun jumlah
produk yang dihasilkan, semakin banyak Biaya Total yang digunakan.
d. Kegunaan Biaya Total adalah untuk menentukan pendapatan dari suatu
usaha. Nilai Produk Total (Total Revenue=TR) dikurangi Biaya Total adalah
keuntungan yang diperoleh perusahaan.

7. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang benar tentang Biaya Tetap Rata-rata
(AFC), kecuali:
a. Yang dimaksud dengan Biaya Tetap Rata-rata (AFC) ialah Biaya Tetap Total
(TFC) dibagi dengan jumlah faktor produksi yang digunakan pada tiap tingkat
produksi.
b. Yang dimaksud dengan Biaya Tetap Rata-rata (AFC) ialah Biaya Tetap Total
(TFC) dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan pada tiap tingkat
produksi.
c. Jika Biaya Tetap Rata-rata = AFC, Biaya Tetap = TFC dan Jumlah Produksi
= Y, maka AFC = TFC/Y
d. Jika jumlah produksi naik, maka Kurva Biaya Tetap Rata-rata akan menurun

8. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang benar tentang Biaya Variabel Rata-rata
(AVC), kecuali:
a. Yang dimaksud denga Biaya Variabel Rata-rata ialah hasil bagi antara Biaya
Variabel Total dengan jumlah produksi.
b. Apabila jumlah faktor produksi variabel yang digunakan misalnya X dan
harga satuan X adalah Hx, maka besarnya Biaya Variabel Total (TVC)
adalah: TVC = X. Hx.
c. Lanjutan dari pernyataan poin (b), Kemudian, jika jumlah produk yang
dihasilkan sebanyak Y, maka besarnya Biaya Variabel Rata-rata (AVC) dapat
dihitung dengan: AVC = X. Hx / Y
d. Rumus seperti pada poin (c), dapat juga ditulis dengan : AVC = 1/produk
rata-rata.

9. Jika pernyataan poin (c) pada soal No. 8 adalah benar, maka pernyataan berikut
juga benar, kecuali:
a. apabila Produk Rata-rata naik, Biaya Variabel Rata-rata akan menurun,
b. apabila Produk Rata-rata mencapai titik maksimum, Biaya Variabel Rata-rata
akan mencapai titik minimum.
c. apabila Produk Rata-rata turun, Biaya Variabel Rata-rata akan meningkat
d. apabila Produk Rata-rata mencapai titik minimum, Biaya Variabel Rata-rata
akan mencapai titik maksimum.

10.

Modul 4 28
4.3.2.4. Kunci Jawaban Test Formati 4

4.3.2.5. Dafta Pustaka

Modul 4 29

Anda mungkin juga menyukai