Anda di halaman 1dari 6

PRINSIP PENGAJARAN DAN ASESMEN YANG EFEKTIF 1

Topik 4 - Ruang Kolaborasi (Kelompok)

Nama Kelompok : 1. Ade Winarso (1923750001)


2. Afifah (1923750003)
3. Agung Nugroho (1923750005)
4. Mohamad Yusri Romadhon (1923750025)
5. Syarif Hidayatullah (1923750033)

Prodi / Bidang Studi : PPG / Bahasa Indonesia


Kelas : B
LPTK : Universitas Pancasakti Tegal
Dosen Pengampu : Dr. Tri Mulyono, M.Pd.

Tugas :

Anda telah mempelajari mengenai pendekatan CRT. Sekarang cobalah untuk melakukan studi
kasus bersama dengan kelompok anda.

Contoh Kasus 1

Pak Budi merupakan guru Ekonomi. Hari ini pak Budi akan menyampaikan materi mengenai
kewirausahaan. Sekolah pak Budi terletak di daerah dataran tinggi dan peserta didik pak Budi
sebagian besar memiliki orang tua yang bermata pencaharian petani. Bagaimana kegiatan dan
tugas yang sebaiknya diberikan pak Budi?

Diskusikanlah kasus tersebut dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching!

Contoh Kasus 2

Bonar adalah seorang siswa bersuku Batak yang berasal dari Sumatera. Saat memasuki SMP,
Bonar dan keluarganya pindah rumah ke daerah Cianjur. Sebagian besar siswa di sekolah ini
berasal dari suku Sunda. Bonar merasa kesulitan untuk beradaptasi karena perbedaan budaya.

Diskusikanlah cara guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan
berpihak pada peserta didik.
Selain kedua contoh kasus di atas, anda juga dapat menceritakan kasus serupa yang pernah
anda temukan atau mungkin pernah anda alami. Bagikanlah bersama rekan dan dosen untuk
menjadi bahan diskusi pada kegiatan ini. Kemudian kerjakanlah tugas berikut!

Apakah anda pernah menemukan kasus-kasus serupa? atau mungkin anda pernah mengalami
kesulitan karena perbedaan budaya? Anda dapat membagikan pengalaman anda kepada rekan-
rekan sebagai bahan diskusi.

Jawaban :

Contoh Kasus 1
Dengan menggunakan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT), pak Budi dapat
merancang kegiatan dan tugas yang lebih sesuai dengan latar belakang budaya peserta didiknya
yang mayoritas berasal dari keluarga petani di daerah dataran tinggi. Berikut ini adalah
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan pak Budi yaitu sebagai berikut.
1. Kaitkan materi dengan konteks local
Mulailah dengan memahami konteks lokal peserta didik. Pak Budi dapat
mengaitkan materi kewirausahaan dengan kehidupan sehari-hari di daerah dataran
tinggi, misalnya, dengan menjelaskan potensi bisnis yang dapat dikembangkan di
sektor pertanian setempat.
2. Mengundang pemateri tamu lokal
Ajak wirausaha lokal atau petani yang telah sukses untuk menjadi pemateri
tamu. Hal ini dapat memberikan inspirasi langsung dan contoh nyata bagi siswa tentang
bagaimana menerapkan konsep kewirausahaan dalam konteks lokal mereka.
3. Pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman
Implementasikan pembelajaran berbasis pengalaman dengan mengadakan
kunjungan lapangan ke pertanian atau usaha kecil lokal. Hal ini dapat memberikan
pengalaman langsung yang mengaitkan konsep kewirausahaan dengan realitas hidup
peserta didik.
4. Proyek kewirausahaan local
Berikan tugas kepada siswa untuk mengembangkan proyek kewirausahaan yang
berkaitan dengan sektor pertanian atau usaha lokal. Mendorong mereka untuk
mengidentifikasi peluang bisnis, merancang rencana mempertimbangkan keberlanjutan
dalam konteks daerah mereka.
5. Diskusi keterlibatan komunitas bisnis
Ajak siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi tentang bagaimana
kewirausahaan dapat berkontribusi pada pengembangan komunitas mereka. Diskusikan
peran kewirausahaan dalam meningkatkan ekonomi lokal dan memberdayakan
masyarakat.
6. Penekanan pada nilai budaya dan tradisional
Apresiasi terhadap nilai budaya dan tradisional dalam konteks kewirausahaan.
Pak Budi dapat menyoroti nilai-nilai seperti kerjasama, keberlanjutan, dan inovasi yang
sesuai dengan budaya lokal.
7. Mendukung keanekaragaman usaha pertanian
Diskusikan keanekaragaman usaha pertanian sebagai strategi kewirausahaan.
Fokus pada bagaimana petani dapat mengembangkan produk baru, meningkatkan nilai
tambah, atau menggabungkan teknologi modern dengan tradisi pertanian lokal.
8. Penggunaan bahasa yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
Gunakan bahasa yang relevan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Hindari istilah teknis yang mungkin tidak akrab bagi mereka dan terjemahkan konsep
kewirausahaan ke dalam konteks yang lebih dekat dengan pengalaman hidup mereka.
9. Pertimbangkan gaya pembelajaran beragam
Beradaptasi dengan gaya pembelajaran beragam siswa. Gunakan pendekatan
visual, auditorial, dan kinestetik untuk memastikan bahwa semua siswa dapat terlibat
dan memahami materi dengan baik.
10. Refleksi budaya dalam penilaian
Saat menilai karya siswa, pertimbangkan bagaimana ide kewirausahaan mereka
mencerminkan dan menghormati nilai-nilai budaya dan konteks lokal mereka. Berikan
umpan balik yang membangun dan mendorong pertumbuhan.

Dengan pendekatan Culturally Responsive Teaching, pak Budi dapat menciptakan


pengalaman belajar yang relevan, bermakna, dan memotivasi bagi siswa di daerah dataran
tinggi dengan latar belakang petani. Pendekatan ini membantu membangun hubungan
yang positif antara guru dan siswa serta memastikan bahwa pembelajaran kewirausahaan
benar-benar dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari hari.
Contoh Kasus 2

Guru memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan
berpihak pada peserta didik, terutama dalam situasi di mana ada perbedaan budaya yang
signifikan. Berikut ada beberapa cara guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung anak seperti Bonar yang menghadapi kesulitan beradaptasi, cara-cara tersebut
antara lain sebagai berikut :
1. Pentingnya pemahaman keanekaragaman budaya
Guru dapat memulai dengan memberikan pemahaman kepada seluruh kelas
tentang keanekaragaman budaya, menghargai perbedaan, dan mengenalkan keunikan
setiap siswa. Hal ini dapat membantu menciptakan sikap saling menghormati di antara
peserta didik.
2. Aktivitas pembelajaran yang bersifat kolaboratif
Desain aktivitas pembelajaran yang mendorong kolaborasi antar siswa.
Pekerjaan kelompok atau proyek bersama dapat membantu membangun hubungan
sosial, merangsang pertukaran ide, dan menciptakan suasana yang inklusif.
3. Pembentukan kelompok pendukung
Buat kelompok pendukung atau buddy system di kelas, di mana siswa yang lebih
berpengalaman membantu siswa baru untuk beradaptasi. Hal ini dapat membantu
Bonar merasa lebih nyaman dan memiliki teman-teman yang dapat membantu dalam
proses integrasi.
4. Sensitivitas terhadap perbedaan Bahasa
Guru sebaiknya memiliki sensitivitas terhadap perbedaan bahasa. Memberikan
dukungan tambahan untuk siswa yang mungkin menghadapi kesulitan dengan bahasa
lokal atau dengan menginstruksikan siswa agar menggunakan bahasa Indonesia agar
dapat lebih mudah untuk dipahami.
5. Kegiatan melibatkan orang tua
Melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah dapat membantu membangun
jaringan dukungan yang kuat. Guru dapat mengadakan pertemuan orang tua, diskusi
kelompok, atau kegiatan yang melibatkan keluarga untuk memperkuat ikatan antara
sekolah dan rumah.
6. Pelatihan kepekaan kultural bagi guru
Menyelenggarakan pelatihan kepekaan kultural bagi guru dapat meningkatkan
pemahaman mereka tentang kebutuhan dan tantangan siswa dari latar belakang budaya
yang berbeda.
7. Ruang dialog terbuka
Guru dapat menciptakan ruang dialog terbuka di kelas di mana siswa merasa
nyaman untuk berbicara tentang pengalaman dan perasaan mereka. Hal ini dapat
membuka kesempatan untuk berbagi dan memahami satu sama lain lebih baik.
8. Mengintegrasikan budaya lokal dalam pembelajaran
Guru dapat menciptakan kurikulum yang mencakup elemen budaya lokal,
memungkinkan siswa untuk merasa dihargai dan terhubung dengan lingkungan sekitar.
9. Mengatasi bullying dan diskriminasi
Guru harus proaktif dalam mengatasi perilaku bullying atau diskriminatif. Ini
termasuk menyediakan cara bagi siswa untuk melaporkan insiden tersebut dan
memberikan sanksi yang sesuai.
10. Monitoring kesejahteraan siswa secara individu
Guru dapat secara teratur memantau kesejahteraan emosional dan sosial siswa
secara individu. Ini dapat melibatkan percakapan pribadi dan memberikan dukungan
yang diperlukan.
Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini, guru dapat menciptakan
lingkungan belajar yang inklusif, mendukung, dan merangsang pertumbuhan positif bagi
semua siswa, termasuk Bonar yang mengalami kesulitan beradaptasi.

Contoh Kasus Serupa :

Seorang teman atau rekan kerja mengalami kesulitan beradaptasi di lingkungan baru
yang memiliki budaya yang berbeda. Mereka merasa canggung atau kurang nyaman karena
norma-norma sosial atau kebiasaan sehari-hari yang berbeda dari budaya mereka sendiri.
Dalam situasi ini, penting bagi teman atau rekan kerja untuk memiliki kesadaran budaya
dan keterbukaan untuk memahami perbedaan tersebut. Upaya untuk memahami nilai-nilai
budaya, mengenali perbedaan komunikasi, dan menciptakan lingkungan yang mendukung
dapat membantu meminimalkan ketidaknyamanan dan meningkatkan integrasi sosial.
Penting juga untuk memahami bahwa perbedaan budaya dapat mencakup lebih dari
sekadar perbedaan etnis. Perbedaan tersebut dapat mencakup perbedaan dalam nilai-nilai,
norma-norma, kepercayaan, dan cara berpikir.
Bagi mereka yang mengalami kesulitan karena perbedaan budaya, penting untuk
mencari dukungan dan berkomunikasi terbuka dengan orang-orang di sekitar. Memahami
bahwa tantangan ini bersifat umum dan dapat diatasi dengan upaya bersama membantu
menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi semua individu, terlepas dari latar
belakang budaya mereka.

Anda mungkin juga menyukai