Anda di halaman 1dari 4

Judul Opini : Kepemimpinan Kultural

Nama Calon ketua Umum : Juzriansyah


NIM Calon Ketua Umum: 105191111922
Nama Calon wakil Ketua Umum : Putri Rahayu
NIM Calon wakil Ketua Umum : 105191103722

“KEPEMIMPINAN KULTURAL”

Pemimpin merupakan faktor penentu dalam suksesnya sebuah program kerja dari
suatu organisasi. Kualitas seorang pemimpin menentukan keberhasilan organisasi yang
sedang di pegang karena pemimpin dikatakan berhasil jika mampu mengelola organisasi, bisa
mempengaruhi orang lain, dan menunjukkan bagaimana perbuatan dan perilaku yang benar
yang harus dilakukan secara bersama. Keberhasilan para pemimpin merupakan kombinasi
antara kompetensi, keterampilan, dan wawasan pemimpin untuk mengembangkan budaya
organisasi. Budaya organisasi mengacu pada sistem semantik terpadu dari anggotanya yang
membedakan suatu organisasi dari yang lain. Sistem ini merupakan karakteristik utama yang
setelah diteliti lebih rinci akan dihormati oleh organisasi tersebut. Budaya organisasi adalah
karakteristik, ciri khas, dan kepribadian organisasi yang dibangun bersama oleh para anggota
organisasinya dan sebaliknya. Budaya organisasi menentukan perilaku anggotanya.
Salah satu pembentukan budaya organisasi melalui seorang pemimpin adalah dengan
gaya kepemimpinan dan perilaku yang dapat menciptakan nilai dan aturan kerja yang dapat
mempengaruhi dan mengatur perilaku individu dalam ruang lingkup organisasi. Selain itu,
pemimpin dan juga pendiri organisasi dapat mempengaruhi pembentukan budaya organisasi,
menunjukkan bahwa pemimpin dan pendiri organisasi memiliki peran penting dalam
membangun budaya organisasi. Kepemimpinan aktif, positif, dan inovatif seperti itu sangat
penting bagi organisasi untuk membangun budaya organisasi yang lebih kuat. Menjadi
seorang pemimpin berarti memiliki keterampilan sosial, karena pemimpin berkaitan erat
tentang bagaimana cara 'mengurus orang' daripada cara menjalankan bisnis karena sejatinya
pemimpin adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Pemimpin
membutuhkan anggotanya untuk membantu menjalankan tugasnya, sedangkan anggota
membutuhkan pemimpin untuk membantu mereka menuntun ke tujuan dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan Kultural adalah pendekatan kepemimpinan yang mendasarkan
tindakan-tindakannya pada membangun, mengembangkan, dan memelihara budaya
organisasi yang positif dan berkelanjutan. Budaya organisasi merujuk pada seperangkat nilai-
nilai, norma, keyakinan, sikap, dan perilaku yang diadopsi dan dipertahankan oleh anggota
organisasi. Kepemimpinan kultural menempatkan fokus pada peran penting pemimpin dalam
membentuk dan mempengaruhi budaya organisasi tersebut.
Ada beberapa elemen kunci yang membedakan kepemimpinan kultural dari
pendekatan kepemimpinan lainnya. Pertama, kepemimpinan kultural mengakui bahwa
budaya organisasi tidak dapat dibentuk atau diubah secara instan. Sebaliknya, itu adalah
proses yang berkelanjutan yang membutuhkan waktu, upaya, dan kesabaran dari semua
anggota organisasi, terutama pemimpin. Kedua, kepemimpinan kultural memahami bahwa
budaya organisasi tidak hanya ditentukan oleh apa yang dikatakan oleh pemimpin, tetapi juga
oleh tindakan dan perilaku mereka yang diamati oleh anggota organisasi lainnya. Oleh karena
itu, pemimpin yang efektif dalam konteks ini adalah mereka yang mampu menjadi teladan
bagi nilai-nilai dan norma-norma yang diinginkan dalam budaya organisasi. Ketiga,
kepemimpinan kultural menghargai pentingnya keterlibatan dan partisipasi seluruh anggota
organisasi dalam proses pembentukan budaya. Ini berarti memberdayakan anggota untuk
berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif, berdaya saing, dan
berorientasi pada pembelajaran.
Salah satu contoh yang sering dikutip dalam konteks kepemimpinan kultural adalah
perusahaan teknologi Google. Google dikenal karena budaya kerja yang inovatif, kolaboratif,
dan inklusif. Salah satu pendekatan yang diterapkan oleh pemimpin Google adalah
memfasilitasi pertemuan berkala di mana karyawan diizinkan untuk secara terbuka berbagi
gagasan, memberikan umpan balik, dan mengatasi masalah yang mungkin mereka hadapi.
Pendekatan ini memperkuat nilai-nilai kolaborasi dan komunikasi terbuka dalam organisasi,
yang pada gilirannya membentuk budaya kerja yang kreatif dan berorientasi pada solusi.
Adapunn, Kepemimpinan Kultural menurut buku The Leadership Experience (2018)
adalah kepemimpinan yang secara aktif menggunakan sinyal dan simbol untuk
mempengaruhi budaya. Kepemimpinan kultural mempengaruhi budaya ada di dua bidang
utama:
1) Pemimpin budaya memperjelas visi budaya organisasi yang dapat diikuti anggotanya
secara realistis. Hal ini mengartikan bahwa pemimpin mendefinisikan dan
mengkomunikasikan nilai-nilai inti yang akan dikomunikasikan oleh anggotanya. Nilai
mengacu pada misi atau tujuan utama yang jelas.
2) Pemimpin budaya bertanggung jawab terhadap kegiatan sehari-hari anggota yang
memperkuat visi dan misi budaya mereka. Pemimpin perlu mengontrol dan memastikan
bahwa proses kerja dan sistem penghargaan ada dan meningkatkan nilainya. Para pemimpin
budaya "menjalani sejarah" karena mereka lebih banyak tindakan daripada berbicara.
Kepemimpinan Kultural juga berperan penting dalam menciptakan lingkungan kerja
yang inklusif dan mempromosikan keberagaman. Dalam organisasi yang memiliki budaya
kultural yang kuat, anggota organisasi merasa dihargai, diakui, dan didukung tanpa
memandang latar belakang, identitas, atau karakteristik pribadi mereka. Pemimpin yang
memprioritaskan inklusif dan keberagaman tidak hanya menciptakan lingkungan kerja yang
lebih adil dan merangsang, tetapi juga meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Studi telah menunjukkan bahwa organisasi yang memprioritaskan keberagaman memiliki
tingkat retensi yang lebih tinggi, inovasi yang lebih baik, dan kinerja finansial yang lebih kuat
daripada mereka yang tidak melakukannya.
Namun, penting untuk diingat bahwa kepemimpinan kultural bukanlah solusi ajaib
untuk semua tantangan yang dihadapi oleh organisasi. Meskipun penting, budaya organisasi
hanya salah satu dari banyak faktor yang memengaruhi kinerja dan keberhasilan organisasi.
Pemimpin yang mencoba mengubah budaya organisasi harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang dinamika dan kompleksitas organisasi mereka, serta mampu menavigasi
tantangan dan hambatan yang mungkin muncul selama proses perubahan budaya. Selain itu,
kepemimpinan kultural tidak selalu sesuai untuk setiap situasi atau konteks organisasi. Ada
situasi di mana pendekatan lain, seperti kepemimpinan transaksional atau transformasional,
mungkin lebih sesuai atau efektif. Oleh karena itu, pemimpin perlu memiliki keterampilan
dan pengetahuan yang luas tentang berbagai pendekatan kepemimpinan dan kemampuan
untuk menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sesuai dengan kebutuhan dan konteks
spesifik organisasi mereka.
Dalam konteks globalisasi dan kompleksitas yang terus berkembang dari lingkungan
bisnis saat ini, kepemimpinan kultural menjadi semakin penting. Organisasi yang mampu
menciptakan budaya yang inklusif, inovatif, dan berorientasi pada pembelajaran memiliki
keunggulan kompetitif yang signifikan dalam menghadapi tantangan dan peluang yang
muncul. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif adalah mereka yang tidak hanya mampu
mengelola tugas dan tanggung jawab mereka secara efisien, tetapi juga mampu
mempengaruhi dan membentuk budaya organisasi yang mendukung tujuan dan visi
organisasi secara keseluruhan.
Kepemimpinan Kultural mencakup beberapa hal, seperti:
1) Ceremony, kegiatan yang direncanakan yang membentuk suatu acara khusus untuk
kepentingan anggota internal maupun eksternal untuk memberikan kesadaran akan nilai
dari sebuah organisasi. Acara tersebut bisa dilakukan dengan seminar yang sekaligus
memberikan penghargaan terhadap keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.
2) Story, narasi yang didasari oleh kejadian yang benar terjadi yang sering diulang dan
dibagikan kepada anggotanya. Pemimpin dapat menggunakan cerita untuk menjelaskan
nilai inti organisasi. Kadangkala cerita tersebut tidak didukung oleh fakta, namun
konsisten dengan nilai dan kepercayaan dari organisasi.
3) Symbol, merupakan sebuah tindakan atau peristiwa yang menyampaikan nilai budaya ke
orang lain atau ke anggotanya.
4) Specialized Language, bahasa dapat membentuk dan mempengaruhi nilai dari sebuah
organisasi. tidak jarang pemimpin menggunakan slogan untuk mengekspresikan nilai-
nilai utama organisasi karena slogan dapat dengan mudah tertanam di benak anggota
sehingga dalam menjalankan pekerjaannya slogan tersebut akan secara naluriah menjadi
bagian dari anggota tersebut.
5) Selection and Socialization, pemimpin perlu mempertajam seleksi dan sosialisasi anggota
baru organisasi dengan budaya yang sehat dan kuat. Pemimpin berperan menjadi panutan
dari anggotanya untuk menerapkan nilai budaya organisasi yang mereka inginkan untuk
dijalani.
6) Daily Actions, cara pemimpin untuk membangun nilai budaya organisasi adalah dengan
menerapkan dan mendukung kegiatan budaya organisasi dengan tindakan sehari-hari.
Sudah sepantasnya seorang pemimpin menjadi panutan bagi anggotanya, sehingga
seorang pemimpin perlu mengadopsi perilaku yang sejalan dengan nilai budaya
organisasi.
Untuk menciptakan dan mempertahankan budaya organisasi tentunya tidak mudah.
Namun, jika seorang pemimpin dengan konsisten membangun kebiasaan diatas, maka
pengetahuan akan nilai budaya organisasi akan sepenuhnya terwujud dengan baik pada
anggotanya melalui perilaku sehari-hari mereka.

Anda mungkin juga menyukai