KELAS I
LILY CANIA
Kelas J
Kelompok 7
Disusun oleh:
Lily Cania
041311233030
041311233031
041311233036
Dwi Mollyta
041311233037
041311233039
041311233044
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya dan memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya, kami tidak dapat menyelesaikannya
dengan baik.
Makalah ini berisi rangkuman bab 10 dari buku Effective Leadership karangan Achua
Lussier tentang Leadership of Ethics, Diversity, and Culture dengan menyajikan poin-poin
penting.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Khususnya kepada Dosen mata
kuliah Kepemimpinan Universitas Airlangga yang telah membimbing kami. Semoga makalah
ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam penyusunan makalah ini, tentu kami merasa
masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan yang akan datang. Terimakasih
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui kekuatan budaya dalam roses eksekusi strategi.
2. Untuk mengetahui apa perbedaan antara tindakan kepemimpinan simbolik dan
substantive untuk pembentukan budaya organisasi
3. Untuk mengetahui apa saja 4 tipe dari budaya yang ditemukan dalam organisasi.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Hofstedes theory of National Culture
identities
5. Untuk mengetahui apa saja contoh dari praktik organisasi yang dapat membantu
perkembangan lingkuangan kerja yang etis.
6. Untuk mengetahui apa saja manfaat dari menganut keragaman.
1.3 MANFAAT
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam chapter ini, kita akan membahas isu-isu dalam budaya, etika, dan keragaman dalam
organisasi dan peran pemimpin dalam membentuknya. Tanpa memperhatikan jenis organisasi
dan ukurannya, organisasi yang secara konsisten mencapai hasil yang luar biasa memiliki
karakteristik yang serupa, mereka semua memiliki apa yang kita sebut sebagai highperforming culture. Organisasi yang memiliki high-performing culture memiliki profil yang
jelas yang membuat mereka terpisah dari performers rata-rata, sebuah profil yang
melibatakan karakteristik khusus dari sebuah budaya perusahaan yang kuat, reputasi untuk
pemimpin etis, dan tenaga kerja yang berbakat dan beragam. Tiga topic utama yang terdapat
dalam chapter ini adalah budaya organisasi, etika, dan keberagaman.
organisasi. Ilmu yang dipelajari selama waktu sulit tersebut akhirnya menjadi dasar untuk
harapan peran yang memandu perilaku masa depan, dan menjadi tertanam dalam ingatan dari
anggota organisasi. Dibagi oleh pemimpin dan pengikut, harapan ini berlanjut sebagaimana
pegawai baru terpacu untuk merangkul mereka. kita harus ingat bahwa nilai dan norma dapat
juga dipelajari selama waktu kesuksesan dan pencapaian.
Dari luar, budaya juga bisa dikenakan pada organisasi oleh keinginan pemimpin baru untuk
merubaha budaya yang telah ada sehingga itu menyatu dengan nilai, strategi, dan visi
personalnya. Merubah budaya yang sudah ada itu memerlukan waktu tetapi pemimpin yang
bertekad dapat menggunakan kekuasaan, status, imbalan, dan mekanisme lain untuk merubah
atau memodifikasi budaya. Ini bisa jadi suatu usaha yang sulit jika nilai dari pemimpin baru
itu sema/sebangun dengan anggota organiasi. Perubahan yang tidak diterima dalam budaya
yang berakar dpat mendorong reaksi emosional, sering bersifat intens. Namun, ketika nilai
pengikut sama/sebangun dengan pemimpin, mereka cenderung bereaksi untuk berubah secara
lebih positif. Sebah studi menyarankan bahwa ketika emosi pengikut terhadap budaya yang
diusulkan berubah tersebut diakui dan diperlakukan dengan hormat, orang aan lebh terlibat
dalam perubahan. Model klasik untuk mengefektifkan perubahan adalah pendekatan tiga
tahap, unfreezing, cognitive restructuring, and refreezing. Model ini telah ditampilkan oleh
beberapa pendekatan untuk mengimplementasikan perubahan budaya.
Sebuah budaya ditopang sebagai setiap generasi pemimpin dan pengikut merangkul dan
menyampaikan ke generasi berikutnya melalui mekanisme seperti cerita, artefak, ritual,
slogan, dan ritual khusus. Mekanisme ini memproduksi serta memperkuat budyaa yang
diterima. Mereka membuat DNA budaya yang memberikan identitas pada individu dalam
organisasi.
Kekuatan Budaya
Budaya organisasi menjelaskan caranya merespon perubahan dalam lingkungan internal dan
eksternal. Respon untuk perubahan di lingkungan eksternal misalnya peluang dan ancaman
yang muncul tercermin dalam visi, misi, tujuan, dan strategi utama organisasi. Respon
terhadap internal seperti halnya bagaimana kekuasaan dan status ditentukan, bagaimana
sumber daya dialokasikan, kriteria keanggotaan, atau bagaimana pemimpin dan pengikut
berhubungan dan berinteraksi dengan sesame, tercermin pada peraturan, prosedur, dan prinsip
sekupulan individu yang terkurung atau fraksi ketika menghadapi ancaman dari lingkungan
eksternal.
kualitas,
kepuasan
pelanggan,
inovasi,
tingkat
turnover
dan
peraturan. Pelaksanaan budaya yang tinggi menggunakan upacara dan even sosial lainnya
untuk menguatkan nilai perusahaan. Juga, pelaksanaan budaya yang tinggi, pemimpin
menceritakan kepada karyawan baru untuk mengilustrasikan nilai utama perusahaan, yang
kemudian menciptakan pemahaman diantara pekerja. Mereka juga menggunakan simbol,
ritual, dan bahasa spesial seperti slogan untuk menyampaikan makna dan nilai.
Sangat berorientasi pada orang
Organisasi dengan pelaksanaan budaya yang tinggi melihat karyawannya sebagai aset nomer
satu mereka. Mereka memperlakukan karyawan dengan bermartabat dan hormat,
memberikan mereka otonomi yang lebih besar, mengikutsertakan mereka dalam pengambilan
keputusan, merayakan pencapaian individual atau kelompok, dan menggunakan penghargaan
dan hukuman untuk menjalankan standar kinerja yang tinggi.
Hubungan timbal balik berkembang ketika organisasi mampu menarik menahan, dan
menghargai pekerja yang menonjol. Karyawan seperti ini lebih cenderung berperilaku yang
bisa membantu kesuksesan organisasi.
Orientasi hasil
Pelaksanaan budaya yang tinggi sangat berorientasi hasil. Kontrol dibentuk untuk
mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasikan data kinerja karyawan. Pelaksanaan
budaya yang tinggi memiliki keinginan yang kuat untuk membangun hubungan antara sistem
penghargaan dan kinerja. Semua karyawan dan manajernya dilatih pada proses yang
mengarah pada tujuan. Tujuan tersebut membentuk dasar dari evaluasi kinerja dan umpan
balik antara pemimpin-pengikut.
Menekankan pada keunggulan
Pelaksanaan budaya yang tinggi menciptakan suasana yang mana terdapat tekanan
konstruktif untuk menjadi yang terbaik. Manajemen mengikuti aturan yang menghasilkan
praktek terbaik pada industri. Ketika sebuah organisasi berkinerja secara konsisten pada atau
dekat dengan tingkat puncak, sepanjang waktu pengejaran keunggulan menjadi cara hidup
dan bagian penting dari budaya.
merubah budaya agar cocok dengan strategi yang dipilih. Kurangnya kecocokan akan
menghalangi atau membatasi pelaksanaan strategi.
Menghubungkan program penghargaan dan insentif secara langsung terhadap pengukuran
baru dari kinerja strategis adalah sebuah tindakan membentuk budaya karena hal itu
memberikan pemimpin pengaruh untuk memberikan penghargaan hanya untuk kinerja yang
mendukung strategi dan budaya. Sering terjadi kasus didalam banyak organisasi ,ketika
strategi berubah, perubahan dalam struktur penghargaan cenderung terlambat.
Pada akhirnya, pemimpin bisa mendesain lingkungan kerja fisik untuk mencerminkan nilai
yang mereka inginkan untuk dipromosikan didalam organisasi. Sebagai contoh, memiliki
fasilitas makan biasa untuk semua karyawan, tidak ada area parkir khusus dan kantor yang
mirip adalah konsisten dengan nilai persamaan. Tata ruang kantor terbuka dengan dinding
lebih sedikit yang memisahkan karyawan adalah konsisten dengan nilai untuk komunikasi
terbuka.
Tindakan simbolis
Tindakan simbolis yang pemimpin bisa lakukan untuk mempengaruhi budaya termasuk
pemodelan perilaku yang diharapkan, mengenali, dan merayakan pencapaian, dan menjadi
terlihat. Eksekutif senior adalah model peran, dan cerita yang mereka katakan, keputusan
yang mereka buat dan tindakan yang mereka ambil menyatakan harapan budaya implisit
untuk pengikut. Karyawan belajar apa yang paling bernilai dalam sebuah organisasi dengan
melihat sikap dan perilaku apa yang pemimpin perhatikan dan hargai, dan apakah perilaki
pemimpin itu sendiri sesuai dengan nilai yang menyertai. Karyawan ingin melihat bahwa
pemimpin mereka "walk the walk". Sebagai contoh, ketika eksekutif puncak mengarahkan
usaha untuk pengurangan biaya dengan membatasi tambahan eksekutif atau ketika mereka
menekankan kepentingan untuk merespon kebutuhan pelanggan dengan mengharuskan
anggota tim manajemen puncak untuk menghabiskan sebagian dari setiap minggu berbicara
dengan pelanggan dan memahami kebutuhan mereka, tindakan tersebut adalah contoh yang
bagus.
Pemimpin bisa menjadwalkan upacara untuk merayakan dan menghormati orang yang
tindakan dan kinerjanya memberikan contoh budaya baru. Upacara menguatkan nilai spesifik
dan menciptakan ikatan emosional dengan mengijinkan karyawan berbagi pada momen
penting. Sebuah budaya yang merayakan pencapaian membantu untuk mempertahankan
karyawan yang berharga. Upacara sering termasuk pemberian hadiah.
Tindakan simbolis lain dimana seorang pemimpin bisa gunakan untuk mempengaruhi budaya
adalah dengan sederhana menjadi tampak. Seorang pemimpin yang muncul pada fungsi resmi
untuk memuji pengikut yang memberi contoh nilai dan mempraktekkan budaya baru,
membuat simbolis, namun isyarat instrukif. Pemimpin yang efektif juga akan membuat
kemunculan yang spesial pada acara tidak resmi seperti workshop pelatihan karyawan untuk
menekankan prioritas utama, nilai, norma budaya dan prinsip etis. Bagi pengikut, hanya
dengan kemunculan eksekutif dan hal hal yang mereka tegaskan secara jelas
mengkomunikasikan komitmen manajemen terhadap budaya baru.
Tipe-Tipe Budaya
Daripada memandang budaya sebagai hal yang baik atau buruk, hal tersebut dapat dipandang
sebagai pembangun keberagaman terhadap lingkungan organisasi bisnis, kepribadian
pemimpin, riwayat masa lalu, dan perilaku pegawai saat ini. Tidak ada budaya organisasi
yang terbaik. Budaya ideal adalah yang mendukung misi dan strategi organisasi.
Budaya Kooperatif
Merepresentasikan kepercayaan kepemimpinan dalam kekuatan, saling memperkuat
pertukaran dan hubungan antara pegawai dan departemen. Dalam tipe budaya ini, kebijakan
pengoperasian, prosedur, dan praktek semua didesain dengan satu tujuan dalam pikiran
untuk mendorong kooperasi, kerja tim, pembagian kekuatan, dan persahabatan antara
pegawai. Pemikiran manajemen adalah didasarkan pada keyakinan bahwa kesuksesan
organisasi dipengaruhi oleh lebih banyak hubungan kooperatif efektif di dalam organisasi
daripada hubungan eksternal (pandangan teori berdasarkan sumber daya perusahaan). Hal ini
merupakan budaya fokus secara internal. Pendukung budaya kooperatif berpendapat bahwa
dalam lingkungan kerja dinamis saat ini dicirikan oleh perubahan konstan dan proyek tidak
pasti membuat lingkungan kerja dimana pekerja berkolaborasi satu sama lain dan bekerja
dalam keefektifan tim tinggi membuat sinerhi dan meningkatkan produktivitas. Ini
merupakan budaya pegawai yang diberdayakan untuk bertindak dan berpikir seperti pemilik
daripada tangan yang dibayar.
Budaya Adaptif
Budaya Persaingan
Merepresentasikan pola pikir kepemimpinan yang menggalakkan dan menilai lingkungan
kerja dengan persaingan tinggi. Kebijakan, prosedur, praktek kerja, dan aturan organisasi
semuanya didesain untuk mendidik persaingan baik internal (pegawai versus pegawai,
departemen versus departemen, atau divisi versus divisi) dan persaingan eksternal
(perusahaan versus kompetitor). Sebuah organisasi dengan budaya persaingan beroperasi
lingkungan pasar yang matang dalam persaingan yang sengit. Budaya persaingan berfokus
pada target spesifik seperti pertumbuhan dalam market share, pendapatan, atau profitabilitas.
Hal ini merupakan budaya yang dikendalikan bahwa persaingan nilai, inisiatif pribadi,
keagresifan, pencapaian, dan kemauan untuk bekerja lama dan keras untuk tim.
Budaya Birokrasi
Merepresentasikan pola pikir kepemimpinan yang menilai perintah, stabilitas, status, dan
efisiensi. Budaya birokrasi menekankan kepatuhan yang ketat terhadap kumpulan aturan,
kebijakan, dan prosedur dimana memastikan cara yang teratur dalam melakukan bisnis.
Organisasi dengan budaya birokrasi sangat berstruktur tinggi dan efisiensi. Dapat dilakukan
dengan perusahaan yang mengejar strategi kepemimpinan berbiaya rendah namun tidak untuk
strategi diferensiasi. Saat ini budaya birokrasi menjadi sulit bertahan karena menghadapi
ancaman globalisasi yang tinggi dan ditekankan untuk berubah menjauh dari birokrasi karena
membutuhkan fleksibilitas dan adaptasi yang lelbih tinggi.
Menghindari
Ketidakpastian
Maskulinitas
Panjang
Tinggi
Kolektivisme
Menghindari
Ketidakpastian
Feminisme
Pendek
Rendah
Individualisme merupakan keadaan psikologis dimana orang memandang dirinya yang utama
sebagai individu dan meyakini kepentingannya dan nilainya utama. Nama lain dari
individualisme adalah budaya otonomi atau budaya ekspresi diri. Kolektivisme merupakan
keadaan pemikiran dimana nilai dan tujuan dari kelompok merupakan yang utama.
dinamis dari ekonomi global dan pemahaman multikultural dan pemahaman. Lebih banyak
organisasi yang bergantung pada manajer dengan pengalaman internasional untuk memimpin
tenaga kerja yang beragam dan berkompetisi dalam pasar.
Etika Kepemimpinan
Pentingnya kepemimpinan etis dapat dilihat dalam krisis masa lalu. Krisis ini
mengungkapkan besarnya dan dalam beberapa kasus kriminal, kegagalan dari kedua etika
dan kepemimpinan dalam industri perbankan dan keuangan, pasar subprime real estate, dan
pemerintah. Daftar pemahaman etika AACSB adalah sebuah kompetensi yang penting. Hal
ini mungkin menjelaskan mengapa beberapa perguruan tinggi dan universitas menambahkan
kursus etika dalam kurikulum mereka. Etika adalah standar yang mempengaruhi perilaku
benar dan salah. Etika memberikan pedoman untuk menilai perilaku dan pengambilan
keputusan. Pembahasan etika dalam Bab 3 adalah dari perspektif individu. Penekanannya
adalah pada bagaimana ciri-ciri dan sikap kepribadian seseorang, tingkat perkembangan
moral, dan konteks situasional yang mempengaruhi perilaku etis. Pada bagian ini, kita
meneliti etika dari perspektif organisasi: peran kepemimpinan dalam menciptakan lingkungan
kerja yang etis. Ini adalah konsep yang berlaku tidak hanya untuk perusahaan besar, tetapi
juga usaha kecil dan menengah.
mereka berfungsi sebagai tolok ukur untuk menilai baik keputusan perusahaan maupun
tindakan dan perilaku individu. Semakin banyak organisasi telah menambahkan kode etik ke
dalam daftar dari pernyataan formal dan pernyataan publik. Mereka dipandang sebagai alat
untuk menyoroti budaya tanggung jawab sosial organisasi.
Pemimpin harus terus berkomunikasi dengan anggota mengenai nilai tidak hanya mengamati
kode etik tetapi juga melaporkan pelanggaran etika. "Daerah abu-abu harus diidentifikasi
dan dibicarakan secara terbuka dengan anggota, dan pedoman ditawarkan ketika perselisihan
muncul. Hal ini umumnya percaya bahwa semakin karyawan dari sebuah organisasi
diberitahu tentang harapan etis, semakin besar kemungkinan mereka untuk melakukan hal
yang benar. Sebuah Kode etik tidak ada konsekuensinya jika budaya perusahaan yang etis
dan dukungan manajemen puncak kurang.
Komite Etika
Memiliki kode etik tidak menjamin bahwa setiap orang akan berperilaku etis. Menegakkan
kode etik itu sangat penting. Untuk memastikan konsistensi dan menjaga budaya etis
merupakan bagian yang berkelanjutan dari kehidupan organisasi, pemimpin yang efektif juga
membutuhkan penciptaan komite etika dituduh menyelesaikan pelanggaran etika dan
memperbarui standar etika. Dalam organisasi lain tanggung jawab diberikan kepada
ombudsperson. Ombudsperson yang beretika adalah satu orang yang diserahi tanggung
jawab bertindak sebagai kata hati (conscience) organisasi. Dia mendengar dan menyelidiki
keluhan dan menunjukkan etika potensi kegagalan untuk manajemen puncak. Di banyak
perusahaan besar, etika departemen dengan staf penuh-waktu sekarang bagian dari struktur
organisasi dan diberi tugas untuk membantu karyawan berurusan dengan masalah etik dari
hari kehari atau pertanyaan.
Pelatihan dan Program Pendidikan
Pelatihan dan pendidikan memberikan kesempatan bagi setiap orang dalam organisasi untuk
diberitahu dan dididik pada kode perusahaan etika dan kewajiban tanggung jawab sosial.
Pelatihan mengajarkan karyawan bagaimana menggabungkan etika dalam perilaku da4.
Singkatnya, pelatihan membantu untuk menyelaraskan perilaku anggota dengan nilai-nilai
organisasi. Seperti disebutkan sebelumnya, AACSB sudah termasuk pemahaman dan
penalaran etis kemampuan sebagai salah satu bidang pengetahuan dan keterampilan dan
mendorong sekolah bisnis untuk menambahkannya ke kurikulum. Banyak sarjana dan
praktisi sekarang percaya bahwa sekolah bisnis harus memainkan peran lebih besar dalam
menanamkan nilai-nilai etika pada siswa mereka, yang, setelah semua, pemimpin bisnis masa
depan. Organisasi harus melatih karyawan mereka untuk fokus tidak hanya pada imperatif
ekonomi generasi keuntungan tetapi juga penting fidusia perilaku etis berlabuh dan tanggung
jawab sosial.
Mekanisme pengungkapan
Sebagai bagian dari menegakkan perilaku etis, organisasi proaktif juga melembagakan
mekanisme pengungkapan untuk mendorong karyawan untuk melaporkan setiap pengetahuan
tentang pelanggaran etika. Bertiup peluit (Whistle Blowing) adalah pengungkapan karyawan
praktik ilegal atau tidak etis pada bagian dari organisasi. Pada tahun 2002, skandal
perusahaan seperti Enron dan WorldCom sekitarnya meninggalkan banyak orang bertanyatanya mengapa tidak ada yang meniup peluit pada praktek-praktek ini lebih cepat.
Belakangan tahun itu, majalah Time bernama tiga wanita, termasuk Sherron Watkins Enron
Corporation, sebagai People of the Year. Sherron Watkins adalah orang yang pertama kali
mencoba untuk meniup peluit pada skandal Enron tapi tidak ada yang akan mendengarkan.
Whistle-blowing dapat berisiko bagi mereka yang memilih untuk melakukannya-mereka
telah diketahui menderita konsekuensi termasuk dikucilkan oleh rekan kerja, diturunkan atau
ditransfer ke pekerjaan kurang diinginkan, dan bahkan kehilangan pekerjaan mereka.
Kebijakan yang menjaga organisasi dalam melalui kemunduran ini akan memberikan sinyal
untuk perlindungan karyawan dari komitmen untuk menegakkan perilaku etis. Beberapa
Organisasi telah melakukan ini dengan membuka hotline untuk memberikan kenyamanan
pada karyawan untuk melaporkan tindakan tidak etis atau ilegal.
Kepemimpinan Otentik
Bangkit dari skandal perusahaan yang melibatkan perusahaan seperti Enron, WorldCom,
Siemens, Samsung, dan Tyco-belum lagi krisis ekonomi yang parah yang kita lalui semuakebutuhan untuk memiliki lembaga dan pemimpin keyakinannya tinggi menjadi lebih
penting. Keandalan, integritas, dan keaslian terutama akan diperlukan pemimpin bisnis kami.
Banyak orang sekarang mengatakan kita perlu pemimpin yang otentik, orang dari integritas
tertinggi, berkomitmen untuk membangun organisasiyang abadi, pemimpin yang memiliki
rasa yang mendalam dari tujuan dan benar untuk nilai-nilai mereka. Kita perlu pemimpin
yang memiliki keberanian untuk memberitahu pengikutnya kebenaran keras bahkan jika itu
bukan apa yang ingin mereka dengar. Kepentingan dalam kepemimpinan otentik telah
menyebabkan beberapa orang untuk mengajukan pertanyaan apakah kepemimpinan otentik
adalah hal besar berikutnya dalam kepemimpinan, atau hanya angan dalam pikiran. Untuk
sepenuhnya menghargai model kepemimpinan baru ini, kita fokus pada tiga pertanyaan: apa
itu kepemimpinan otentik, apa karakteristik pemimpin otentik, dan apa dampaknya pada
perilaku pengikut, sikap, dan kinerja?
penilaian diri mereka. Komponen ketiga, perilaku otentik, adalah keinginan pemimpin untuk
mencocokkan nya atau mendukung nilai-nilai dari tindakan. Hal ini membangun integritas
pemimpin dan kredibilitas dengan pengikut. Komponen keempat dan terakhir, transparansi
relasional, adalah tentang keterbukaan dan keterbukaan diri. Hal ini meningkatkan
kepercayaan pengikut kepada pemimpin, dan kepercayaan yang terjadi menjadi batu penjuru
kepemimpinan otentik.
termotivasi dari keinginan untuk disukai, tapi dari nilai dan tujuan mereka. Mereka
mengetahui siapa mereka dan tidak takut menjadi diri mereka sendiri. Pemimpin otentik juga
menunjukkan komitmen yang kuat untuk mencapai tujuan organisasi dan mereka
menempatkan premi untuk kontribusi dari para pengikut mereka untuk mencapai tujuan
tersebut. Karena model kepemimpinan tersebut berpusat pada kepercayaan dan tetap satu
kata, pemimpin otentik tidak menginginkan kegagalan; mereka tidak ingin mengambil resiko
dan membiarkan orang yang telah mempercayai mereka jatuh.
Pemimpin otentik juga mengenai keberanian dan karakter. Karakter menyediakan
kompas moral untuk pengambilan keputusan. Khususnya untuk keputusan yang sulit. Ketika
menghadapai kepuusan yang sulit, pemimpin otentik mengetahui apa yang mereka
perjuangkan, dan mereka memiliki keberanian untuk bertindak sesuai prinsip mereka
meskipun keputusan yang diambil tidak disukai. Pemimpin yang berani mampu berani
berbicara mengenai kebenaran yang salah, kelemahan diri sendiri, dan mengakui kesalahan.
yang transparan dan berkualitas tinggi antara pemimpin dan pengikut. Hal ini memungkinkan
bentuk positif dari leader member exchange relationship. Meningkakan citizenship
behavior, kepuasan kerja, dan retensi pada pengikut organisasi. Karena pemimpin otentik
konsisten dengan perilaku mereka, pengikut mengetahui apa harapan dari pemimpin mereka
dan apa yang diharapkan oleh mereka. Pemimpin otentik membawa ke tingkatan yang lebih
tinggi dalam mengidentifikasi. Penemuan sebah studi mengungkapkan bahwa pemimpin
otentik terkait dengan penilaian yang lebih tinggi dari perilaku kepemimpinan
transformasional. Pentingnya kepemimpinan otentik dalam meningkatkan kinerja tim dan
individu telah banyak diperdebatkan, dengan beberapa studi yang menemukan dukungan
kuat dan yang lain-lain hanya dukungan parsial.
Keragaman Kepemimpinan
Keragaman (diversity) adalah dimasukkannya semua kelompok di semua tingkatan
dalam suatu organisasi. Selama tiga dekade terakhir, tempat kerja di AS menjadi lebih
beragam. Sejumlah faktor telah memberikan kontribusi untuk tren ini; antaranya adalah
tindakan hak-hak sipil, yang melarang sebagian besar jenis diskriminasi kerja; meningkatkan
imigrasi, yang telah menghasilkan populasi dengan ras dan etnis campuran; dan perubahan
demografi dan bagian dari Amerika dengan Disabilities Act (ADA) yang telah lebih jauh
memperluas ruang lingkup keragaman di tempat kerja.
Di bagian ini, kami mengeksplorasi perubahan demografi dan dampaknya terhadap
keragaman tenaga kerja, manfaat merangkul keanekaragaman, menciptakan budaya
keragaman dukungan, dan dampak globalisasi pada kepemimpinan keragaman.
seseorang
keragaman tenaga kerja, AS terus berkembang pesat, pemimpin yang efektif harus
menciptakan budaya kerja yang memungkinkan pekerja dari berbagai latar belakang dapat
berhasil. Ada ketertarikan
untuk
mengubah
pandangan
mereka
dan
pendekatan
mereka
terhadap
untuk mendapatkan akses di pasar yang lain mungkin tidak mudah menemukan akses
tersebut.
2. Perusahaan yang merangkul keragaman akan mampu merekrut dari kolam yang lebih
besar, melatih dan mempertahankan pemain unggul, dan memaksimalkan manfaat
dari tenaga kerja yang beragam. Ketika sebuah organisasi memiliki reputasi untuk
menghargai keanekaragaman, ia cenderung untuk menarik calon pekerja terbaik di
antara perempuan dan kelompok budaya yang beragam lainnya. Misalnya, banyak
merekrut SDM telah menemukan bahwa dengan berfokus pada keanekaragaman
dalam iklan perekrutan membantu menarik pelamar yang berasal dari berbagai latar
belakang. Pencari kerja minoritas mungkin merasa lebih nyaman melamar pekerjaan
dengan perusahaan yang terbukti memiliki catatan keragaman.
3. Merangkul Keragaman dapat menjadi biaya yang efektif. Organisasi yang sepenuh
hati merangkul keragaman dan membuat semua orang merasa dihargai atas kontribusi
mereka dapat meningkatkan kepuasan kerja kelompok yang beragam, sehingga
menurunkan omset dan ketidakhadiran dan biaya yang terkait. Praktek manajemen
keragaman dapat menyebabkan efek positif pada komitmen karyawan untuk
organisasi.
4. Merangkul keanekaragaman dapat memberikan pemecahan masalah dasar yang lebih
luas dan lebih dalam pada pengambilan keputusan. Solusi kreatif untuk masalah yang
mungkin untuk dicapai dalam kelompok kerja yang beragam dari kelompok homogen.
dalam kelompok-kelompok yang beragam, orang membawa perspektif yang berbeda,
pengetahuan, informasi, keahlian, dan keterampilan untuk masalah - menghasilkan
solusi yang lebih baik dan inovasi yang lebih besar. Di perusahaan yang inovatif,
pemimpin ditantang untuk menciptakan lingkungan organisasi yang dapat memelihara
dan mendukung pemikiran kreatif dari berbagi beragam sudut pandang.
Tidak ada konsensus tentang efek langsung dari keragaman di bawah line (profitabilitas).
Terapat orang-orang yang merasa bahwa keragaman mengarah ke hasil yang lebih baik
(seperti yang tercantum di atas) karena kekayaan dari beragam perspektif dan manfaat ini
secara tidak langsung mempengaruhi lini bawah; Namun, ada juga orang yang merasa bahwa
keragaman menghambat kinerja karena tim yang beragam mungkin karena kurang kohesif
dan bahwa tidak ada hubungan langsung antara keragaman dan profitabilitas. Kelompok
ketika mereka mencoba untuk mengasimilasi ke tempat kerja. Bagi organisasi untuk
merangkul dan didalam keragaman nilai konsep itu sendiri harus tertanam dalam budaya
organisasi.
Sebuah organisasi yang memiliki budaya yang kuat dari keanekaragaman memiliki komitmen
untuk menarik, mempertahankan, dan mempromosikan karyawan dari latar belakang
minoritas dan menawarkan sebuah sistem yang memberikan penghargaan inisiatif keragaman
pada seluruh organisasi. Perusahaan terbaik melihat kepatuhan keragaman (dengan fokus
pada hanya mengelola angka) untuk keragaman institusionalisasi (dengan fokus pada hasil).
Program keragaman dan menjadi organisasi yang terdiversifikasi adalah dua hal yang
berbeda. Ini adalah kesenjangan yang ada antara kebijakan etis formal dan praktek
sebenarnya.
Selama bertahun-tahun, literatur telah mengidentifikasi sejumlah faktor yang dapat
meningkatkan dan mempromosikan budaya yang kuat dari keanekaragaman.Exhibit10.5
mengidentifikasi tujuh faktor tersebut, yang dibahas secara singkat di bawah.
Factors that a Pro-Diversity Culture
komitmenya. CEO dan tim manajemen puncak akan menyaring ke unit operasi individu,
sehingga membuat keragaman konsep dilembagakan. Komitmen CEO dianggap alfa dan
omega dari upaya organisasi untuk menciptakan budaya yang mendukung keragaman. Ini
adalah landasan dari setiap inisiatif keanekaragaman yang sukses. Pemimpin tertinggi secara
aktif harus mengejar tujuan untuk mengubah budaya organisasi untuk bersatu yang
menghargai keragaman di setiap tingkatan organisasi-dari atas ke bawah.
filosofi organisasi
Keragaman harus ada sebuah filosofi organisasi eksplisit bahwa jelas mengingkari segala
bentuk diskriminasi. Organisasi yang memiliki tingkat keragaman tinggi memiliki filosofi
yang melampaui dan
sebagai keharusan strategis untuk organisasi yang sukses. Dalam organisasi tersebut, setiap
usaha dilakukan untuk menghilangkan keragaman blocker atau hambatan. Keanekaragaman
blocker adalah kebijakan dan praktik yang mengakibatkan konsekuensi yang dimaksudkan
atau yang tidak diinginkan seperti stereotip dan prasangka, keyakinan etnosentris, efek dan
akhirnya lingkungan kerja yang tidak ramah perusahaan.
Pro-Diversity Human Resource policies and Practices
Dalam organisasi yang telah mencapai keberhasilan keragaman, beberapa jenis tindakan
inclusionary adalah sub elemen dari departemen HR. Departemen HR adalah pintu gerbang
melalui mana semua karyawan harus lulus untuk menjadi anggota organisasi. Inisiatif HR
dapat berkontribusi untuk penerimaan yang lebih besar dari keragaman. Contohnya, sebuah
inisiatif
HR yang mengatur pelaksanaan audit budaya periodik, atau salah satu yang
merayakan prestasi keragaman, dan survei rutin sikap dan opini karyawan, cara untuk
meningkatkan kesadaran keanekaragaman. Paparan berulang dengan tema keragaman akan
membantu untuk mempromosikan pesan bahwa keragaman adalah bagian normal dan
diterima dari kehidupan sehari-hari dalam organisasi. Juga, seperti komunikasi di rumah dan
newsletter akan mendorong keterlibatan karyawan dan membantu mengirimkan pesan dalam
keberagaman.
Including Diversity as a Criterion for Measuring Success
Faktor terakhir yang terkait dengan program keanekaragaman sukses adalah sejauh mana
tujuan keragaman termasuk di antara kriteria untuk mengukur kinerja manajerial.
Kompensasi harus terikat dengan tujuan keragaman dan pada metrik keragaman dan progress.
Tujuan organisasi untuk meningkatkan kesadaran kesetaraan dapat mencakup kegiatan
khusus, seperti menulis artikel untuk perusahaan atau departemen buletin, merekrut lebih
minoritas dalam posisi manajerial, mengembangkan dan menerapkan lokakarya diskriminasi
penyegaran, atau mengatasi masalah keragaman pada waktu yang tepat. Dengan mengejar
tindakan ini, keberhasilan diukur tidak hanya dalam hal keuangan, tetapi juga pada
kemampuan seorang manajer untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu.
Pelatihan dan Pendidikan
Pelatihan keragaman dapat memfasilitasi pengelolaan tenaga kerja yang beragam. Tujuan dari
pelatihan keragaman adalah untuk mengembangkan organisasi sebagai komunitas yang
terintegrasi di mana setiap karyawan merasa dihormati, diterima, dan dihargai tanpa
memandang jenis kelamin, ras, etnis, atau karakteristik yang membedakan lainnya. Sesi
pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang empati bagi
orang-orang dari budaya dan latar belakang. Ada banyak program keanekaragaman-pelatihan
dengan banyak tujuan yang berbeda.
kegiatan kesadaran, di mana peserta belajar tentang orang lain yang berbeda dari
mereka dalam ras, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya.
Program pelatihan keragaman bisa bertahan berjam-jam atau hari. Mereka dapa tmelakukan
dari para ahli di luar keberagaman, atau oleh anggota yang ada dari suatu organisasi dengan
keahlian dalam keragaman. Organisasi kecil lebih mungkin untuk mengandalkan bantuan luar
sementara organisasi yang lebih besar mereka sering memiliki sendiri di-rumah staf. Tujuan
utama dari program pelatihan keragaman mencakup satu atau lebih hal berikut:
pemahaman meningkatkan anggota 'satu sama lain dan hubungan pekerjaan mereka.