Anda di halaman 1dari 3

KASPOS

KASUS POSISI
Bapak Subroto dan Ibu Sulastri merupakan sepasang suami istri yang
menikah pada tanggal 2 Maret 2004 berdasarkan akta nikah nomer
126/01/V/2004. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua orang anak yang
bernama Samsul Arifin yang lahir pada tanggal 4 Februari 2005 berdasarkan akta
kelahiran nomor AL.580.0087671 dan anak kedua yang bernama Sarah Saputri
yang lahir pada tanggal 11 Januari 2010 berdasarkan akta kelahiran nomor
AL.670.0076861.

Pada tanggal 20 Juni 2017 Bapak Subroto meninggal dunia dikarenakan


kecelakaan berdasarkan Surat Keterangan Kematian Subroto, nomor
474.5/139/PM/VII/2017. Beliau meninggalkan harta warisan berupa rumah yang
berdiri di sebidang tanah seluas 112 meter 2 SHM a.n. Subroto yang terletak di
Jalan Durian Raya, Srondol Wetan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang,
Provinsi Jawa Tengah sesuai dengan sertifikat Hak Milik nomor 5017 tanggal 26
Mei 2006, yang diwariskan kepada kedua anaknya (Samsul Arifin dan Sarah
Saputri).

Pada bulan Desember 2019, ibu Sulastri memerintahkan anaknya untuk


menjual harta warisan berupa rumah beserta tanah tersebut karena si ibu tidak
dapat memenuhi kebutuhan ekonomi. Ibu Sulastri memberi kuasa lisan kepada
adiknya yang bernama Sudarto sebagai wali ijin jual atas anaknya dikarenakan
kedua anaknya yang masih dibawah umur. Pemberian kuasa tersebut disebabkan
oleh kondisi ibu Sulastri yang tidak dapat kembali ke Indonesia karena adanya
virus corona di Wuhan, China tempat beliau bekerja.

Dalam Pasal 98 Ayat (1) Kompilasi Hukum Islam menyebutkan:

Batas umur anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun,
sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum pernah
melangsungkan perkawinan. Kemudian dalam pasal 50 ayat (1) UU Nomor 1
Tahun 1974 mengenai perkawinan menyebutkan:

1. Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah


melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di kekuasaan orang tua,
berada di bawah kekuasaan wali.
2. Perwalian itu mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta
bendanya.

Dan disebutkan pula dalam pasal 110 ayat (1) s.d. (4) Kompilasi Hukum Islam
bahwa wali berkewajiban mengurus diri dan harta anak yang di bawah
perwaliannya dan berkewajiban memberikan bimbingan agama, Pendidikan, dan
keterampilan lainnya. Wali dilarang mengikat, membebani dan mengasingkan
harta anak yang berada di bawah perwaliannya, kecuali menguntungkan atau
tidak dapat dihindarkan. Selain itu, wali bertanggung jawab terhadap harta anak
dan mengganti kerugian yang timbul sebagai akibat kesalahan atau kelalaiannya.
Pertanggung jawaban dari wali harus dibuktikan setiap setahun sekali;

Anda mungkin juga menyukai