Evaluasi Pemetaan Desa Menggunakan GIS
Evaluasi Pemetaan Desa Menggunakan GIS
Oleh
Agus Santoso Budiharso
Direktur Lembaga Kursus dan Pelatihan Geospasial Bumi Nusantara
Disampaikan pada
Evaluasi Perkembangan Desa Wilayah III B (Sulawesi)
Tanggal 19-21 November 2015 Di Makassar, Sulawesi Selatan
I. Latar Belakang
Menurut Gistut (1994) Sistem Informasi Geografi -SIG adalah sistem yang dapat
mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan
deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang
ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan
teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak
dan struktur organisasi.
Selain itu masih banyak lagi definisi antara lain bahwa SIG adalah kumpulan
yang terorganisir dari perangkat keras computer, perangkat lunak, data geografi
dan personil yang dirancang untuk memperoleh menyimpan, memperbaiki,
memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua informasi yang
berreferensi geografi.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka dapat dipahami bahwa SIG paling
tidak ada memuat lima komponen yaitu :
a. perangkat keras computer,
b. perangkat lunak,
c. Metodologi
d. data geografi dan
e. personil dalam hal ini Sumberdaya Manusia bidang Geospasial
Sebagai ilustrasi komponen Sistem Informasi Geografi dapat dilihat pada Gambar berikut
ini :
(http://geograph88.blogspot.co.id/2013/06/komponen-sistem-informasi-geografis-sig.html)
Peranan data spasial dalam SIG adalah sangat sentral dan sangat penting. Data
spasial adalah sebuah data yang berorientasi geografis dan memiliki sistem
koordinat tertentu sebagai dasar referensinya, yang biasanya sudah disusun dalam
layer-layer tematis, contohnya jalan, sungai, hutan, dll.
Data Spasial ini memuat lokasi (spasial) dan sekaligus deskripsinya. Informasi lokasi
(spasial) merupakan informasi yang berkaitan dengan suatu koordinat baik
koordinat geografi (lintang dan bujur) maupun koordinat Cartesian XYZ (absis,
ordinat dan ketinggian), termasuk diantaranya sistem proyeksi. Sedangkan Informasi
deskriptif (atribut) atau informasi non-spasial merupakan informasi suatu lokasi yang
memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengan lokasi tersebut, contohnya
jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya. Informasi atribut
seringkali digunakan pula untuk menyatakan kualitas dari lokasi.
Data Spasial menurut modelnya dibedakan menjadi dua yaitu Data Raster dan Data Vektor.
a) Peta Analog
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah, peta kawasan hutan dan
perairan, dan sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak.
Data Atribut
Berikut ini adalah ilustrasi hubungan antara data Spasial dan Atrubutnya yang sudah
disusun dalam sebuah basis data SIG (Geo-Database)
Gambar 4. Hubungan antara data Spasial dan Atrubutnya (Agus Santoso 2012-
Materi Kursus GIS DASAR)
Gambar 5. Gambar Data Spasial dengan Atributnya
Kaitannya dengan data-data geografi, SIG merupakan alat analisis yang handal.
Pemanfaatan SIG menjadi bagian penting dan mampu memberikan analisis serta
kesimpulan yang bisa diandalkan. Berikut ini beberapa manfaat dan kemampuan
SIG:
Bidang sosial
Selain dalam inventarisasi sumber daya alam dan perencanaan pola pembangunan,
SIG juga dapat dimanfaatkan dalam bidang sosial. Dalam bidang sosial SIG dapat
dimanfaatkan pada hal-hal berikut:
Melihat kenyataan di atas maka SIG dapat dimanfaatkan dalam perencanaan dan
evaluasi pengembangan kawasan perdesaaan. Perencanaan adalah suatu proses
yang berkesinambungan dan berkelanjutan mulai dari tahap pengumpulan data,
penyusunan rencana, hingga tahap evaluasi dan monitoring. Proses perencanaan
merupakan kegiatan yang tidak pernah selesai, karena selalu memerlukan
peninjauan ulang atau pengkajian guna memberikan umpan balik dalam proses
evaluasi. Siklus perencanaan pengembangan wilayah pedesaan secara umum
dapat digambarkan sebagai berikut :
Di daerah pedesaan (rural) manajemen tata guna lahan lebih banyak mengarah ke
sektor pertanian. Dengan terpetakannya curah hujan, iklim, kondisi tanah,
ketinggian, dan keadaan alam, akan membantu penentuan lokasi tanaman, pupuk
yang dipakai, dan bagaimana proses pengolahan lahannya.
Setelah citra tegak didapat maka dilakukan proses digitasi pada setiap kenampakan
yang ada pada citra tersebut. Digitasi dilakukan dengan mendasarkan batas-batas
kenampakan, misalnya sawah, jalan, sungai, perkebunan, tanah kosong, ruang
terbuka dan lain-lain.
Setelah proses digitasi selesai selanjutnya dengan program yang ada dapat
diketahui luasan masing-masing. Dengan diketahui luasan penggunaan lahan yang
ada di Desa kuala ini maka dapat digunakan untuk evaluasi, misalnya Hasil panen
padinya di desa itu berapa. Karena Hasil panen nda tolok ukurnya misalnya 4
Ton/ha per musim tanam, maka kalau dalam setahun dual kali panen hasil produksi
padinya tinggal dikalikan dengan luas sawah ada. Begitu juga hasil perkebunan
kelapa yang ada dengan cara yang sama hasil panennya dapat dihitung.
Proses selanjutnya adalah melayout peta untuk pelbagai keperluan pengambilan
keputusan dan publikasi.
Berikut ini adalah hasil perencanaan pemetaan Desa Kuala sebagai studi kasus:
Daftar Pustaka :
Agus Santoso Budiharso, 2012. Modul Pelatihan Sistem Informasi Tingkat Dasar.
LKP Geospasial Bumi Nusantara, Manado
http://geograph88.blogspot.co.id/2013/06/komponen-sistem-informasi-geografis-sig.html di
akses tanggal 11 November 2015
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-data-spasial-dan-definisi.html di akses
tanggal 11 November 2015