Geomorfologi Rentan Bencana
Geomorfologi Rentan Bencana
(Lulusan Master Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai – Universitas
Gadjah Mada)
Setiap kali datang bulan-bulan basah dimana jumlah hari hujan setiap
bulannya tinggi, kita semua disibukkan untuk selalu waspada terhadap
adanya berbagai ancaman bencana alam terutama bencana banjir, longsor
dan angin puting beliung. Ketiga macam ancaman bencana ini sangat
berkaitan dengan keadaan iklim, dan kondisi geomorfologis suatu wilayah.
Banjir akan selalu menjadi ancaman pada wilayah dengan topografi datar,
sebaliknya longsor akan selalu mengancam pada wilayah yang berlereng
curam, Sedangkan angin puting beliung sangat bergantung pada kondisi
tekanan udara yang ada.
Melihat penyebab bencana alam di atas dapat dipastikan bahwa bencana itu
terkait dengan proses geomorfologi dari wilayah hamparan bumi ini.
Geomorfologi sebagai cabang ilmu kebumian adalah mempelajari bentuk-
bentuk permukaan bumi yang dikaitkan dengan proses-proses penyebabnya
dan distribusi bahan penyusun yang ada. Permukaan bumi tidak statis namun
selalu dinamis. Dinamika permukaan bumi ini disebabkan oleh adanya proses
baik yang dari dalam bumi ( endogen ) maupun dari luar permukaan bumi
( exogen ).
Bencana besar telah melanda di berbagai kawasan dunia dalam kurun dua
bulan terakhir ini, angin puting beliung di Filipina, banjir di besar di Bangkok
Thailand, Bangladesh, dan tak ketinggalan banjir langganan di Ibukota
Negara kita ini, Jakarta. Di tingkatan lokal di Manado yang manjadi
langganan banjir adalah di Tanjung (Kelurahan Karame) dan juga di kampung
Tubir. Kedua lokasi tersebut merupakan lembah alluvial yang proses
terbentuknya adalah melalui proses air dan memang lokasi tersebut juga
merupakan jalur meander (bekas aliran sungai).
Hari minggu lalu tanggal 27 Januari 2013 juga telah terjadi Banjir dan
Longsor yang melanda beberapa tempat di Sulawesi Utara. Tempat-tempat
terjadi bencana misalnya di Munte, daerah tersebut secara geomorfologis
adalah merupakan Sitem Lahan Kipas dan Lahar, Perbukitan dan Pegunungan
dengan kelerengan bervariasi sedang hingga sangat curam. Materi penyusun
adalah endapan lahar, kipas aluvium, andesit, basaltis dan materi gunung
apimuda. Kipas alluvium dan endapan lahar cenderung “ unconsolidated ” dan
apabila terletak pada daerah yang berkemiringan apalagi terjal terutama di
ruas-ruas jalan hasil pemotongan ( cut area ), maka wilayah ini akan mudah
longsor sebagaimana terjadi beberapa hari yang lalu.
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa sebagian besar bentuklahan di
Sulawesi Utara adalah pegunungan dan perbukitan yang mempunyai
kerentanan dari sedang hingga tinggi terhadap bencana longsor. Sedangkan
daerah yang relative datar yang hanya kurang lebih 21 % dari total wilayah
Sulawesi Utara di huni oleh lebih dari 70 % jumlah penduduk. Daerah datar
ini sangat rentan terhadap bahaya Banjir.
Selain itu secara keseluruhan bahwa Pulau Sulawesi adalah termasuk dalam
jajaran Ring of Fire Sirkum Pasifik dalam sistem tektonik global sangat rentan
terhadap bahaya gempabumi dan tsunami. Sebagian dari wilayah Sulawesi
juga rentan terhadap bahaya gunungapi seperti Seputaran Gunung Lokon
(sangat Aktiv) dan Mahawu seputaran gunung Soputan (Sangat Aktiv),
seputaran Gunung Ambang di Bolaang Mongondow, Gunung Karangetang di
Kabupaten Sitaro, Gunung Awu Di Kepulauan Sangihe, Gunung Ruang di
Sitaro.