Anda di halaman 1dari 3

DAMPAK EL NIÑO DAN BAGAIMANA MEMITIGASINYA

Oleh Agus Santoso Budiharso


Pengamat Lingkungan, Dosen Universitas Prisma, Sekretaris Dewan Pakar Kagama Cabang Manado

Sebagaimana yang telah di lansir oleh BMKG pada tanggal 6 Maret 2023 bahwa kedatangan musim
kemarau tahun 2023 lebih cepat daripada yang diharapkan. Selanjutnya, curah hujan selama musim
kemarau diperkirakan akan berada dalam kisaran normal hingga lebih kering dari biasanya. Puncak
Musim Kemarau 2023 diperkirakan akan terjadi pada Agustus 2023. Pada bulan Agustus ini
diperkirakan akan terjadi El Niño dengan peluang sekitar 50 – 60 %.
Apa itu El Niño? El Niño adalah fenomena iklim yang terjadi di wilayah Samudra Pasifik tropis, yang
ditandai dengan pemanasan air permukaan yang tidak biasa di wilayah tersebut. El Niño merupakan
bagian dari siklus yang lebih besar yang dikenal sebagai El Niño-Southern Oscillation (ENSO), yang
melibatkan fluktuasi suhu permukaan laut dan tekanan udara antara Samudra Pasifik bagian timur dan
barat. Siklus ini terdiri dari tiga fase: El Niño, La Niña, dan kondisi netral. Fenomena El Niño dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
Indian Ocean Dipole (IOD)

Sumber : https://www.edubio.info/2016/01/pengaruh-el-nino-terhadap-pertanian.html

Saat El Niño terjadi, suhu permukaan laut di Indonesia cenderung lebih sejuk daripada kondisi normal.
Situasi ini mengakibatkan berkurangnya pembentukan awan yang dihasilkan dari penguapan air laut,
yang pada akhirnya mengurangi curah hujan di Indonesia. El Niño tidak muncul setiap tahun, dan para
pakar meteorologi serta kelautan masih memiliki pengetahuan terbatas tentang penyebab utama
fenomena ini.
El Niño biasanya terjadi setiap 2 hingga 7 tahun sekali dan berlangsung selama beberapa bulan hingga
lebih dari satu tahun. Fenomena ini mempengaruhi pola cuaca dan iklim di seluruh dunia, termasuk
perubahan suhu, curah hujan, dan kecepatan angin. Dampak El Niño pada cuaca dan iklim tergantung
pada kekuatan dan durasi pemanasan tersebut, serta interaksi dengan sistem cuaca dan iklim lainnya.
Secara umum dampak El Niño yang sudah banyak diketahui adalah sebagai berikut :
1. Curah hujan yang lebih tinggi dan banjir di pantai Pasifik Amerika Selatan.
2. Kekeringan dan kebakaran hutan di bagian barat Pasifik, termasuk Indonesia dan Australia.
3. Perubahan pola cuaca yang menyebabkan musim dingin yang lebih hangat dan lebih basah di
bagian tenggara Amerika Serikat, serta musim dingin yang lebih kering di bagian barat laut.
4. Pengurangan hasil panen dan kelangkaan sumber daya air di beberapa wilayah yang terkena
dampak.
Akibat El Niño di Indonesia dapat mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia, yang memiliki dampak
pada berbagai sektor kehidupan. Dampak El Niño di Indonesia meliputi:
Kekeringan: El Niño cenderung menyebabkan kekeringan di beberapa bagian Indonesia, terutama di
wilayah bagian barat. Kebakaran hutan dan lahan: Kekeringan yang disebabkan oleh El Niño seringkali
memicu kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, terutama di wilayah Kalimantan dan Sumatra.
Perubahan pola curah hujan: El Niño dapat mengubah pola musim hujan di Indonesia, dengan hujan
yang lebih sedikit dan musim kemarau yang lebih panjang.
Gangguan ekosistem perairan: Pemanasan air permukaan laut yang terkait dengan El Niño dapat
mengganggu ekosistem perairan dan mengurangi jumlah ikan, terutama di perairan Pasifik bagian
timur. Dampak ekonomi: Dampak El Niño pada sektor pertanian, perikanan, dan sumber daya alam
lainnya bisa mempengaruhi ekonomi Indonesia. Penurunan hasil panen dan produktivitas sektor
perikanan dapat menimbulkan masalah pangan dan pendapatan bagi masyarakat yang bergantung
pada sektor-sektor tersebut.
Dampak itu juga akan dirasakan di Sulawesi Utara, dimana dampak ini mungkin mirip dengan dampak
yang dialami di berbagai wilayah Indonesia lainnya, namun intensitas dan efek spesifiknya dapat
bervariasi tergantung pada kondisi lokal. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi di
Sulawesi Utara selama El Niño terjadi:
1. Kekeringan dan perubahan pola curah hujan: Selama El Niño, Sulawesi Utara mungkin
mengalami kekeringan dan perubahan pola curah hujan, dengan hujan yang lebih sedikit dan
musim kemarau yang lebih panjang. Hal ini dapat mempengaruhi pertanian, perikanan, dan
sumber daya air di daerah tersebut.
2. Penurunan hasil pertanian: Kekeringan dan perubahan pola hujan yang disebabkan oleh El
Niño dapat mengakibatkan penurunan hasil panen, terutama untuk tanaman seperti padi,
jagung, dan kelapa. Hal ini bisa berdampak pada perekonomian dan ketahanan pangan di
Sulawesi Utara.
3. Kebakaran hutan dan lahan: Kekeringan yang disebabkan oleh El Niño meningkatkan risiko
kebakaran hutan dan lahan di Sulawesi Utara. Kebakaran ini menghasilkan polusi udara yang
parah dan menimbulkan dampak negatif pada kualitas udara, kesehatan manusia, serta habitat
hewan dan tumbuhan.
4. Gangguan pada perikanan: El Niño dapat menyebabkan perubahan suhu dan keadaan
perairan, yang berdampak pada ekosistem perairan dan mengurangi jumlah ikan. Hal ini bisa
mempengaruhi industri perikanan dan kehidupan masyarakat pesisir di Sulawesi Utara.
5. Dampak ekonomi: Dampak El Niño pada sektor pertanian, perikanan, dan sumber daya alam
lainnya di Sulawesi Utara bisa berpengaruh pada ekonomi lokal. Penurunan hasil panen dan
produktivitas sektor perikanan dapat menimbulkan masalah pangan dan pendapatan bagi
masyarakat yang bergantung pada sektor-sektor tersebut.
Untuk mengurangi dampak El Niño di Sulawesi Utara, pemerintah dan masyarakat perlu meningkatkan
kesiapsiagaan dan daya adaptasi. Langkah-langkah seperti pengelolaan air yang lebih baik,
penggunaan teknologi pertanian yang ramah lingkungan, dan peningkatan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya konservasi lingkungan dapat membantu mengatasi dampak El Niño di daerah ini.
Program program yang dapat mengurangi dampak El Niño antara lain:
 Reforestasi dan rehabilitasi lahan: Melakukan reforestasi dan rehabilitasi lahan yang rusak dapat
mengurangi risiko kebakaran hutan dan lahan serta meningkatkan kapasitas daerah dalam
menyerap air hujan, sehingga mengurangi dampak kekeringan.
 Pengembangan infrastruktur yang ramah iklim: Membangun infrastruktur yang ramah iklim,
seperti sistem irigasi yang efisien, tangki penampungan air, dan sistem pengelolaan banjir, dapat
membantu masyarakat menghadapi perubahan pola curah hujan yang diakibatkan oleh El Niño
dan perubahan iklim.
 Diversifikasi mata pencaharian: Mendorong masyarakat untuk mendiversifikasi mata
pencaharian mereka, misalnya dengan menggabungkan pertanian, perikanan, dan sektor
ekonomi lainnya, dapat meningkatkan ketahanan ekonomi terhadap dampak El Niño dan
perubahan iklim.
 Peningkatan sistem peringatan dini: Meningkatkan sistem peringatan dini dan memperbaiki
koordinasi antara lembaga pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah akan
membantu mengurangi dampak El Niño dan bencana alam yang terkait.
 Penelitian dan pendidikan: Melakukan penelitian untuk memahami lebih lanjut tentang dampak
El Niño di Sulawesi Utara dan mengembangkan strategi adaptasi yang efektif, serta
meningkatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang perubahan iklim dan dampaknya,
akan membantu mengurangi kerentanan terhadap El Niño dan perubahan iklim.
Program-program tersebut diatas adalah merupakan Adaptasi terhadap El Niño dan perubahan iklim.
Dimana program tersebut merupakan proses yang berkelanjutan yang melibatkan koordinasi antara
berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat, dan organisasi
non-pemerintah dan juga akademisi yang dikenal dengan Pentahelix. Dengan bekerja bersama dan
menerapkan strategi yang efektif, Sulawesi Utara dapat menjadi lebih tangguh terhadap dampak El
Niño dan perubahan iklim. Semoga.

Anda mungkin juga menyukai