Kelompok 5 - Tugas MAKK
Kelompok 5 - Tugas MAKK
Kelompok 5:
Silvani (2311018011)
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 7
2.1 Definisi Stunting .......................................................................................................... 7
2.2 Definisi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) ..................................................... 8
2.3 Kebijakan Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik
(KEK) .......................................................................................................................... 9
2.4 Pelaku Kebijakan (Actor) ........................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 14
3.2 Saran ........................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
4
rendah yaitu 3,1% sedangkan provinsi dengan persentase Ibu Hamil KEK tertinggi adalah
Papua Barat (40,7%), Nusa Tenggara Timur (25,1%) dan Papua (24,7%) (Kemenkes RI,
2021).
Kebijakan pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil terutama yang mengalami
Kurang Energi Kronik (KEK) mendesak karena memberikan solusi efektif dalam
mengatasi masalah stunting. Makanan tambahan yang kaya nutrisi dapat meningkatkan
status gizi ibu hamil, mengurangi risiko KEK, dan secara langsung membantu mencegah
stunting pada janin. Urgensi kebijakan ini juga terlihat dari dampak ekonomi jangka
panjang, di mana investasi dalam kesehatan ibu hamil dapat menghasilkan masyarakat
yang lebih produktif dan berdaya saing. Melalui pendekatan ini, kebijakan pemberian
makanan tambahan tidak hanya menjadi respons kesehatan yang mendesak tetapi juga
investasi strategis dalam membentuk masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi
generasi mendatang.
5
1.4 Manfaat Penulisan
1. Memberikan pemahaman mendalam tentang kompleksitas masalah stunting dan
urgensi intervensi gizi pada ibu hamil, memberikan landasan untuk pengembangan
kebijakan yang lebih efektif dalam mengatasi stunting dan meningkatkan
kesejahteraan anak-anak.
2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemangku
kepentingan terhadap peran krusial ibu hamil dalam pencegahan stunting, mendorong
implementasi kebijakan pemberian makanan tambahan, dan merangsang diskusi serta
tindakan konkret untuk menciptakan kondisi kesehatan optimal bagi pertumbuhan
generasi mendatang.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta
faktor genetik. (Kemenkes RI, 2022b)
2.3 Kebijakan Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik
(KEK)
Kementerian Kesehatan RI menyediakan pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan
PMT berbahan pangan lokal melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik. Namun
demikian, pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan serupa dapat berasal dari berbagai
sumber. Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan tersebut, telah disusun Petunjuk Teknis
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan Pangan Lokal Bagi Balita dan Ibu
Hamil. Kebijakan PMT ini bertujuan meningkatkan status gizi ibu hamil melalui
pemberian makanan tambahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan sasaran
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Ibu Hamil Risiko KEK (Kemenkes RI,
2018b).
9
Gambar 2. Algoritme deteksi dan penanganan Ibu Hamil KEK
Intervensi gizi dalam pelayanan ANC Terpadu diantaranya pengukuran status gizi
(timbang badan dan ukur panjang/tinggi badan, ukur Lingkar Lengan Atas (LiLA),
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), konseling gizi dan edukasi kepada Ibu hamil
tentang pentingnya konsumsi makanan bergizi selama kehamilan.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal merupakan salah satu
strategi penanganan masalah gizi pada Balita dan ibu hamil. Kegiatan PMT tersebut perlu
disertai dengan edukasi gizi dan kesehatan untuk perubahan perilaku misalnya dengan
dukungan pemberian ASI, edukasi dan konseling pemberian makan, kebersihan serta
sanitasi untuk keluarga.
Kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong kemandirian
pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan. Indonesia merupakan negara terbesar
ketiga di dunia dalam keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat,
30 jenis ikan, 6 jenis daging, 4 jenis unggas; 4 jenis telur, 26 jenis kacang-kacangan, 389
jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu (Badan Ketahanan
Pangan, 2020 dan Neraca Bahan Makanan, 2022). Hal tersebut menunjukkan bahwa
potensi pemanfaatan pangan lokal sangat terbuka luas termasuk untuk penyediaan pangan
keluarga, termasuk untuk perbaikan gizi Ibu hamil dan balita. Namun demikian
ketersediaan bahan pangan yang beraneka ragam tersebut belum dimanfaatkan secara
maksimal sebagai bahan dasar Makanan Tambahan (MT).
10
Hasil evaluasi pendistribusian PMT dengan desain penelitian fenomenologi yang
dilakukan oleh (Puspitasari et al., 2021) disebutkan bahwa distribusi di Puskesmas Karya
Wanita Pekanbaru saat ini sudah sesuai juknis yang telah ditetapkan, untuk pendistribusian
staf gizi berkolaborasi dengan kader dalam mendata ibu hamil KEK, kemudian staf gizi
mendistribusikan PMT secara langsung. Meskipun proses distribusi belum sepenuhnya
tergambarkan di wilayah lain, diharapkan adopsi juknis yang konsisten dapat menjadi
kunci perbaikan gizi ibu hamil secara lebih luas.
Penyelenggaraan program PMT yang baik akan meningkatkan perbaikan gizi pada ibu
hamil KEK. Penelitian yang dilakukan oleh (Pastuty et al., 2018) disampaikan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna ukuran LILA sebelum PMT-P (Pemberian makanan
tambahan dan pemulihan) dan setelah PMT-P diberikan selama 90 hari pada ibu hamil
KEK di Kota Palembang. Senada dengan penelitian (Fitriana et al., 2020) disimpulkan
bahwa ada perbedaan LiLa sebelum dan sesudah PMT-P pangan lokal pada ibu hamil KEK
di wilayah kerja Puskesmas Bengkuring Kota Samarinda.
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan risiko ibu hamil KEK dengan kejadian
stunting menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil penelitian (Adila et al., 2023)
menunjukkan bahwa ibu dengan riwayat KEK selama kehamilan memiliki persentase yang
lebih signifikan dalam menyebabkan stunting pada anak dibandingkan dengan ibu yang
tidak memiliki riwayat KEK selama kehamilan di Nagari Aua Kuning Kabupaten Pasaman
Barat pada tahun 2022. Sedangkan penelitian oleh tim menyebutkan bahwa tidak ada
hubungan signifikan antara riwayat Kekurangan Energi Kronis (KEK) selama kehamilan
dan kejadian stunting di wilayah Jakarta Timur pada tahun 2021. Sehingga perlu dikaji
lebih mendalam apakah riwayat KEK selama kehamilan menjadi faktor risiko langsung
untuk stunting pada anak balita.
11
Implementasi kebijakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
kebijakan. Setelah sebuah kebijakan dikembangkan, atau keputusan tentang kebijakan
dibuat, kebijakan tersebut harus diimplementasikan agar dapat memberikan dampak pada
populasi yang dituju. Bahkan kebijakan yang telah dirancang dengan baik dan
menggunakan dasar-dasar bukti ilmiah yang baik tidak akan memberikan dampak yang
diharapkan bila tidak diimplementasikan dengan baik.
Selain harus memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk dapat
mengimplementasikan kebijakan, penting untuk mempertimbangkan aspek
kepemimpinan, tingkat komitmen, dan ideologi yang dapat mempengaruhi bagaimana
para pemangku kepentingan melakukan implementasi kebijakan.
Implementasi kebijakan yang efektif membutuhkan dukungan yang berkelanjutan dari
pemerintah dan organisasi baik ditingkat nasional dan regionalm serta individu-individu
yang televan. Kurangnya kepemimpinan yang memiliki kapabilitas yang baik akan dapat
menjadi penghalang implementasi kebijakan. Para pemimpin yang memiliki kapabilitas
yang baik dapat memberikan panduan tentang kegiatan pelaksanaan kebijakan. Dukungan
dari pelaksana kebijakan lokal, populasi sasaran, dan komitmen dari organisasi pendukung
juga penting. Sehingga dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan kesehatan
membutuhkan komitmen dari orang-orang yang berada di posisi pimpinan, dukungan dari
semua pemangku kepentingan yang berhubungan dengan kebijakan tesebut, dan
pertimbangan nilai-nilai serta ideologi dari sasaran kebijakan (Wright, 2017).
Sebagai salah satu bentuk komitmen dan implemetasi untuk mempercepat penurunan
stunting, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting. Perpres ini merupakan payung hukum bagi Strategi
Nasional (Stranas) Percepatan Penurunan Stunting yang telah diluncurkan dan
dilaksanakan sejak tahun 2018. Perpres ini juga untuk memperkuat kerangka intervensi
yang harus dilakukan dan kelembagaan dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting.
Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting 14% di tahun 2024 dan target
pembangunan berkelanjutan di tahun 2030 berdasarkan capaian di tahun 2024.
Berdasarkan Lima Pilar Percepatan Penurunan Stunting, akan disusun Rencana Aksi
Nasional (RAN) untuk mendorong dan menguatkan konvergensi antar program melalui
pendekatan keluarga berisiko stunting.
Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 juga menetapkan Tim Percepatan
Penurunan Stunting yang terdiri dari Pengarah dan Pelaksana. Wakil Presiden menjadi
Ketua Pengarah yang didampingi oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan
12
Kebudayaan serta menteri-menteri lainnya. Sedangkan, Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional ditunjuk menjadi Ketua Pelaksana. Tim Percepatan
Penurunan Stunting juga dibentuk di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan desa/kelurahan.
Pada tingkat Desa akan melibatkan tenaga kesehatan, penyuluh KB, tim penggerak PKK,
PPKDB (Peran Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa), Sub-PPKDB / Kader
Pembangunan Manusia dan kader-kader lain yang disesuaikan dengan kebutuhan desa.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stunting merupakan masalah kesehatan global yang memiliki dampak serius terhadap
pertumbuhan fisik dan kognitif anak-anak. Faktor risiko stunting mencakup sejumlah
aspek kompleks yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan kesehatan. Dalam konteks
ini, KEK pada ibu hamil muncul sebagai faktor risiko utama yang memperburuk kondisi
stunting pada anak. Salah satu langkah menurunkan angka kejadian stunting adalah
melalui kebijakan pemerintah dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan
Pangan Lokal Bagi Balita dan Ibu Hamil. Kebijakan PMT ini bertujuan meningkatkan
status gizi ibu hamil melalui pemberian makanan tambahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan dengan sasaran Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Ibu Hamil
Risiko KEK.
3.2 Saran
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal pada ibu hamil dengan
KEK adalah kebijakan yang dalam implementasinya membutuhkan keterlibatan banyak
pihak, sumber daya yang memadai, tingkat komitmen, kepemimpinan, serta dukungan yang
berkelanjutan dari pemerintah dan organisasi baik di tingkat nasional maupun regional.
Selain menyediakan anggaran khusus, pemerintah perlu melakukan monitoring dan
evaluasi yang ketat sesuai alur koordinasi percepatan penanganan stunting dari tingkat desa
hingga ke tingkat tertingginya yaitu Wakil Presiden.
Pelaksanaan intervensi gizi yang dititipkan dalam program ANC pun harus
dilaksanakan dengan baik agar proses skrining ibu hamil KEK dapat segera dideteksi dan
ditangani sesuai protap nya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Adila, W. P., Yanti, R. S., & Mayetti. (2023). The relationship of chronic energy deficiency
(CED), exclusive breastfeeding, and economic with stunting in Nagari Aua Kuning West
Pasaman. Midwifery and Health Sciences, 10(6).
BKKBN. (2021). Kebijakan dan Strategi Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia : Modul
1 Training of Trainer Pendampingan Keluarga dalam Percepatan Penurunan Stunting
bagi Fasilitator Tingkat Provinsi. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN).
Dewey, K. G. (2016). Reducing stunting by improving maternal, infant and young child
nutrition in regions such as South Asia: evidence, challenges and opportunities. Maternal
& Child Nutrition, 12(S1), 27–38. https://doi.org/10.1111/mcn.12282
Fitriana, Pramardika, D. D., & Rahmawati. (2020). EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) MAKANAN MATANG
BERBAHAN LOKAL PADA BUMIL KEK. BUNDA EDU-MIDWIFERY JOURNAL
(BEMJ), 3.
https://stunting.go.id/perpres-nomor-72-tahun-2021-tentang-percepatan-penurunan-stunting/
Izzati, R. F., & Mutalazimah, M. (2022). Energy, Protein Intake, and Chronic Energy
Deficiency in Pregnant Women: A Critical Review.
https://doi.org/10.2991/ahsr.k.220403.010
Kemenkes RI. (2018a). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Kementerian
Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2018b). Petunjuk Teknis Pendidikan Gizi dalam Pemberian Makanan
Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita. Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2021). Laporan Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2021.
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2022). Buku Saku: Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2022b). Faktor-faktor Penyebab Kejadian Stunting pada Balita.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1529/faktor-faktor-penyebab-kejadian-
stunting-pada-balita
Kemenkes RI. (2023). Bijak Memilih Makanan untuk Balita dan Ibu Hamil.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2793/bijak-memilih-makanan-untuk-balita-
dan-ibu-hamil
Pastuty, R., KM, R., & Herawati, T. (2018). EFEKTIFITAS PROGRAM PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN-PEMULIHAN PADA IBU HAMIL KURANG ENERGI
KRONIK DI KOTA PALEMBANG. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(3), 179–188.
https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.3.179-188
15
Puspitasari, M., Mitra, Gustina, T., Rany, N., & Zulfayeni. (2021). PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN IBU HAMIL KEK DI PUSKESMAS KARYA WANITA PEKANBARU.
Jurnal Kesehatan Manarang, 7(2).
Ramadhani, H. A. N., & Ronoatmodjo, S. (2023). History of Chronic Energy Deficiency (CED)
during Pregnancy and the Incidence of Stunting among Children Aged 0-59 Months in
East Jakarta. Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan, 17(1), 196–202.
https://doi.org/10.33860/jik.v17i1.1738
Sumiati, I., Kania, N., Arifin, S., Syahadatina Noor, M., & . H. (2020). Meta Analysis Study:
Risk Factors Related To The Events Of Loss Of Chronic Energy (KEK) In Pregnant
Women. International Journal of Scientific and Research Publications (IJSRP), 11(1),
628–631. https://doi.org/10.29322/IJSRP.11.01.2021.p10975
Wright, A. (2017). What’s so important about health policy implementation? In SPICe Briefing
(pp. 17–62). the Scottish Parliament .
16