Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

Dosen Pengampu: Dr. dr. Rahmat Bakhtiar, MPPM

KEBIJAKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

BAGI IBU HAMIL KURANG ENERGI KRONIK (KEK)

Kelompok 5:

Muhammad Ridho Fadlillah (2311018002)

Ahmad Yusron (2311018008)

Silvani (2311018011)

Fatwa Fitriono Islam (2311018012)

Dini Adriyanti (2311018044)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1.3 ⁠Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 7
2.1 Definisi Stunting .......................................................................................................... 7
2.2 Definisi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK) ..................................................... 8
2.3 Kebijakan Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik
(KEK) .......................................................................................................................... 9
2.4 Pelaku Kebijakan (Actor) ........................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 14
3.2 Saran ........................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan sumber daya manusia berkualitas merupakan amanat prioritas
pembangunan nasional. Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu untuk
keberhasilan pembangunan sumber daya manusia. Ibu hamil dan Balita merupakan salah
satu kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian khusus, karena dampak jangka
panjang yang ditimbulkan apabila mengalami kekurangan gizi. Selain itu, usia balita
merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan rawan terhadap
kekurangan gizi. Begitu pula dengan Ibu hamil, apabila Ibu hamil mengalami kekurangan
gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin yang berisiko untuk melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan atau Stunting (Kemenkes RI, 2023).
Stunting merupakan masalah kesehatan global yang memiliki dampak serius terhadap
pertumbuhan fisik dan kognitif anak-anak. Fenomena ini muncul ketika anak mengalami
kekurangan gizi pada periode kritis masa pertumbuhan, terutama selama 1.000 hari
pertama kehidupan, dari kehamilan hingga dua tahun pertama setelah kelahiran. Stunting
tidak hanya mencerminkan ketidaksetaraan akses terhadap gizi dan kesehatan, tetapi juga
mengakibatkan konsekuensi jangka panjang seperti penurunan produktivitas, daya saing
dan potensi intelektual anak-anak. Keberlanjutan stunting membawa dampak besar pada
sistem kesehatan dan perekonomian suatu negara, menciptakan lingkaran kemiskinan yang
sulit dihentikan. Dengan memahami bahwa ibu hamil memiliki peran sentral dalam
mengatasi masalah stunting, khususnya melalui pencegahan Kurang Energi Kronik
(KEK), kebijakan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil menjadi krusial untuk
menciptakan dasar kesehatan yang optimal bagi pertumbuhan generasi mendatang
(BKKBN, 2021).
Faktor risiko stunting mencakup sejumlah aspek kompleks yang berkaitan dengan
sosial, ekonomi, dan kesehatan. Dalam konteks ini, KEK pada ibu hamil muncul sebagai
faktor risiko utama yang memperburuk kondisi stunting pada anak. KEK pada ibu hamil
tidak hanya mengancam kesehatan mereka sendiri, tetapi juga memberikan dampak
signifikan pada pertumbuhan janin yang sedang berkembang. Kondisi ini dapat
menyebabkan berbagai masalah, termasuk kelahiran bayi dengan berat rendah,
pertumbuhan janin yang terhambat, dan risiko kematian perinatal yang meningkat. KEK
pada ibu hamil juga dapat mengakibatkan komplikasi serius seperti preeklampsia dan
3
keguguran. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang faktor risiko ini khususnya
KEK, membuka pintu untuk pengembangan strategi intervensi yang lebih cermat dan
terarah. Dengan mengidentifikasi dan menangani KEK pada tahap awal kehamilan, upaya
pencegahan stunting dapat dilakukan secara efektif, memberikan harapan untuk memutus
mata rantai stunting dan meningkatkan kesehatan anak-anak serta masyarakat secara
keseluruhan (Dewey, 2016).
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 prevalensi balita
wasting sebesar 7,7% dan Balita stunting 21,6%. Sedangkan data Riskesdas (2018)
menunjukkan prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 14,1%,
sedangkan pada Ibu hamil sebesar 17.3%. Selain itu prevalensi anemia pada ibu hamil
sebesar 48,9% (Kemenkes RI, 2022).
Lebih dari separuh Ibu hamil memiliki asupan energi sangat kurang (<70% angka
kecukupan energi) dan sekitar separuh Ibu hamil juga mengalami kekurangan asupan
protein (<80% angka kecukupan yang dianjurkan). Upaya peningkatan status kesehatan
dan gizi pada Ibu hamil juga dilakukan melalui Antenatal Care Terpadu (ANC Terpadu).
Berdasarkan Riskesdas 2013 dan 2018, cakupan pelayanan ANC Ibu hamil (K4)
cenderung meningkat yaitu dari 70% menjadi 74,1%. Untuk mencapai target 100% pada
tahun 2024, cakupan pelayanan ANC masih perlu ditingkatkan (Kemenkes RI, 2018a).
Berikut gambaran Persentase Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Berdasarkan Provinsi Tahun 2021.

Grafik 1. Persentase Ibu Hamil KEK Berdasarkan Provinsi Tahun 2021


Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat 7 provinsi yang persentase ibu hamil KEK
nya masih di atas target 14,5%, sementara 27 provinsi lainnya sudah mencapai target yang
diharapkan. DKI Jakarta adalah provinsi dengan persentase Ibu Hamil KEK yang paling

4
rendah yaitu 3,1% sedangkan provinsi dengan persentase Ibu Hamil KEK tertinggi adalah
Papua Barat (40,7%), Nusa Tenggara Timur (25,1%) dan Papua (24,7%) (Kemenkes RI,
2021).
Kebijakan pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil terutama yang mengalami
Kurang Energi Kronik (KEK) mendesak karena memberikan solusi efektif dalam
mengatasi masalah stunting. Makanan tambahan yang kaya nutrisi dapat meningkatkan
status gizi ibu hamil, mengurangi risiko KEK, dan secara langsung membantu mencegah
stunting pada janin. Urgensi kebijakan ini juga terlihat dari dampak ekonomi jangka
panjang, di mana investasi dalam kesehatan ibu hamil dapat menghasilkan masyarakat
yang lebih produktif dan berdaya saing. Melalui pendekatan ini, kebijakan pemberian
makanan tambahan tidak hanya menjadi respons kesehatan yang mendesak tetapi juga
investasi strategis dalam membentuk masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi
generasi mendatang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari stunting?
2. Apa definisi dari ibu hamil kurang energi kronik (KEK)?
3. Bagaimana kebijakan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi
kronik (KEK) di Indonesia?
4. Siapa aktor (pelaku kebijakan) yang berperan dalam program pemberian makanan
tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronik (KEK) di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi stunting
2. Mengetahui definisi ibu hamil kurang energi kronik (KEK)
3. Mengetahui kebijakan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi
kronik (KEK)
4. Mengetahui pelaku kebijakan (actor) yang berperan dalam program pemberian
makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronik (KEK) di Indonesia

5
1.4 Manfaat Penulisan
1. Memberikan pemahaman mendalam tentang kompleksitas masalah stunting dan
urgensi intervensi gizi pada ibu hamil, memberikan landasan untuk pengembangan
kebijakan yang lebih efektif dalam mengatasi stunting dan meningkatkan
kesejahteraan anak-anak.
2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemangku
kepentingan terhadap peran krusial ibu hamil dalam pencegahan stunting, mendorong
implementasi kebijakan pemberian makanan tambahan, dan merangsang diskusi serta
tindakan konkret untuk menciptakan kondisi kesehatan optimal bagi pertumbuhan
generasi mendatang.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Stunting


Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan
otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga anak lebih pendek dari
anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kekurangan gizi
dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak
(1000 Hari Pertama Kelahiran). Stunting adalah kondisi ketika balita memiliki tinggi
badan di bawah rata-rata. Hal ini diakibatkan asupan gizi yang diberikan, dalam waktu
yang panjang, tidak sesuai dengan kebutuhan. Stunting berpotensi memperlambat
perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental,
rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes,
hipertensi, hingga obesitas. (Kemenkes RI, 2023).
Rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral,
dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani. Ibu yang masa remajanya
kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada
pertumbuhan tubuh dan otak anak. Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah
terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, dan hipertensi.
Jarak kelahiran anak yang pendek. Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan
termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan anak. (Kemenkes RI, 2022b)
Stunting juga dapat disebabkan oleh masalah asupan gizi yang dikonsumsi selama
kandungan maupun masa balita. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi
sebelum masa kehamilan, serta masa nifas, terbatasnya layanan kesehatan seperti
pelayanan antenatal, pelayanan post-natal dan rendahnya akses makanan bergizi,
rendahnya akses sanitasi dan air bersih juga merupakan penyebab stunting. Multi faktor
yang sangat beragam tersebut membutuhkan intervensi yang paling menentukan yaitu
pada 1000 hari pertama kehidupan. (Kemenkes RI, 2022b)
Faktor Penyebab stunting juga dipengaruhi oleh pekerjaan ibu, tinggi badan ayah,
tinggi badan ibu, pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, pola asuh, dan pemberian
ASI eksklusif, selain itu stunting juga disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti
pendidikan ibu, pengetahuan ibu mengenai gizi, pemberian ASI eksklusif, umur

7
pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan zink dan zat besi, riwayat penyakit infeksi serta
faktor genetik. (Kemenkes RI, 2022b)

2.2 Definisi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)


Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil merupakan kondisi yang dialami
ibu hamil karena ketidakseimbangan asupan gizi energi dan protein, sehingga zat yang
dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Kurangnya asupan gizi pada ibu hamil selain
membahayakan kesehatan ibu, juga akan berdampak pada terlambatnya pertumbuhan dan
perkembangan janin. Kecukupan asupan nutrisi pada ibu hamil dilihat dari status gizi ibu
hamil salah satunya dapat digambarkan dengan ukuran lingkar lengan atas (LILA). Risiko
KEK dapat dicegah dengan menjaga status gizi ibu hamil dengan LILA tidak kurang dari
23,5 cm (Puspitasari et al., 2021).
Kejadian KEK pada ibu hamil memiliki risiko terjadinya abortus, perdarahan, partus
lama, infeksi, BBLR, prematur, lahir cacat, dan penyebab kematian maternal secara tidak
langsung. Kejadian KEK pada ibu hamil dapat dicegah dengan pemberian makanan
tambahan (PMT). PMT dimaksudkan berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas
daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat. PMT yang diberikan kepada ibu hamil
dalam hal ini hanya untuk sebagai tambahan makanan atau cemilan, di saat ibu hamil tidak
nafsu makan maka PMT menjadi alternatif untuk pemenuhan nutrisi ibu hamil, pada
trimester 1 PMT yang dikonsumsi yaitu 2 keping/hari, sedangkan pada trimester II dan III
PMT yang dikonsumsi 3 keping/hari (Puspitasari et al., 2021).
Menurut Call dan Lenvison (1974) dalam(Sumiati et al., 2020), status nutrisi dari
seseorang atau sebuah komunitas dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu jenis makanan
yang dikonsumsi dan derajat kesehatan, khususnya ada tidaknya wabah penyakit menular
yang menjangkiti orang atau komunitas tersebut. Dua faktor tersebut merupakan faktor
yang langsung mempengaruhi status nutrisi. Sementara itu, terdapat juga faktor-faktor
tidak langsung yang mempengaruhi status nutrisi yaitu penambahan zat nutrients pada
makanan yang dimakan, penambahan makanan di luar keluarga, daya beli masyarakat,
kebiasaan makan di suatu daerah, fasilitas kesehatan yang tersedia, dan lingkungan fisik
serta sosial.
Sementara itu, berdasarkan teori dari UNICEF (1998) dalam (Sumiati et al., 2020),
faktor-faktor yang menyebabkan kondisi kurang energi kronis pada ibu hamil dapat dibagi
menjadi dua faktor, faktor langsung dan tidak langsung. Faktor yang langsung berpengaruh
terhadap kondisi KEK pada ibu hamil adalah insufisiensi nutrisi yang dikonsumsi dan
8
penyakit-penyakit menular. Sementara itu, kurangnya pengetahuan, kurangnya suplai
makanan, pola asuh yang tidak adekuat, serta sarana kesehatan yang tidak adekuat
merupakan faktor-faktor yang tidak langsung.
Secara umum, kekurangan energi kronis diakibatkan dari ketidakseimbangan antara
jumlah asupan energi yang lebih rendah daripada yang dibutuhkan oleh tubuh. Sebagai
akibatnya, kekurangan energi kronis menghasilkan berat badan dan deposit lemak yang
rendah. Kehamilan menyebabkan peningkatan pada metabolisme energi sehingga
menyebabkan peningkatan kebutuhan terhadap asupan energi dan nutrisi lainnya. Selama
kehamilan, dibutuhkan asupan energi ekstra sebesar 350-450 kalori per hari pada trimester
kedua dan ketiga. Kehamilan cukup bulan membutuhkan asupan energi sekitar 80.000 kcal
untuk memenuhi metabolisme ibu dan janinnya serta dibutuhkan juga untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin serta plasenta. Asupan energi tambahan bagi ibu hamil umumnya
dipenuhi dari makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak (Izzati & Mutalazimah,
2022).

2.3 Kebijakan Pemberian Makanan Tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik
(KEK)
Kementerian Kesehatan RI menyediakan pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan
PMT berbahan pangan lokal melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik. Namun
demikian, pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan serupa dapat berasal dari berbagai
sumber. Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan tersebut, telah disusun Petunjuk Teknis
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan Pangan Lokal Bagi Balita dan Ibu
Hamil. Kebijakan PMT ini bertujuan meningkatkan status gizi ibu hamil melalui
pemberian makanan tambahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan sasaran
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Ibu Hamil Risiko KEK (Kemenkes RI,
2018b).

9
Gambar 2. Algoritme deteksi dan penanganan Ibu Hamil KEK
Intervensi gizi dalam pelayanan ANC Terpadu diantaranya pengukuran status gizi
(timbang badan dan ukur panjang/tinggi badan, ukur Lingkar Lengan Atas (LiLA),
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), konseling gizi dan edukasi kepada Ibu hamil
tentang pentingnya konsumsi makanan bergizi selama kehamilan.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal merupakan salah satu
strategi penanganan masalah gizi pada Balita dan ibu hamil. Kegiatan PMT tersebut perlu
disertai dengan edukasi gizi dan kesehatan untuk perubahan perilaku misalnya dengan
dukungan pemberian ASI, edukasi dan konseling pemberian makan, kebersihan serta
sanitasi untuk keluarga.
Kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong kemandirian
pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan. Indonesia merupakan negara terbesar
ketiga di dunia dalam keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat,
30 jenis ikan, 6 jenis daging, 4 jenis unggas; 4 jenis telur, 26 jenis kacang-kacangan, 389
jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu (Badan Ketahanan
Pangan, 2020 dan Neraca Bahan Makanan, 2022). Hal tersebut menunjukkan bahwa
potensi pemanfaatan pangan lokal sangat terbuka luas termasuk untuk penyediaan pangan
keluarga, termasuk untuk perbaikan gizi Ibu hamil dan balita. Namun demikian
ketersediaan bahan pangan yang beraneka ragam tersebut belum dimanfaatkan secara
maksimal sebagai bahan dasar Makanan Tambahan (MT).

10
Hasil evaluasi pendistribusian PMT dengan desain penelitian fenomenologi yang
dilakukan oleh (Puspitasari et al., 2021) disebutkan bahwa distribusi di Puskesmas Karya
Wanita Pekanbaru saat ini sudah sesuai juknis yang telah ditetapkan, untuk pendistribusian
staf gizi berkolaborasi dengan kader dalam mendata ibu hamil KEK, kemudian staf gizi
mendistribusikan PMT secara langsung. Meskipun proses distribusi belum sepenuhnya
tergambarkan di wilayah lain, diharapkan adopsi juknis yang konsisten dapat menjadi
kunci perbaikan gizi ibu hamil secara lebih luas.
Penyelenggaraan program PMT yang baik akan meningkatkan perbaikan gizi pada ibu
hamil KEK. Penelitian yang dilakukan oleh (Pastuty et al., 2018) disampaikan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna ukuran LILA sebelum PMT-P (Pemberian makanan
tambahan dan pemulihan) dan setelah PMT-P diberikan selama 90 hari pada ibu hamil
KEK di Kota Palembang. Senada dengan penelitian (Fitriana et al., 2020) disimpulkan
bahwa ada perbedaan LiLa sebelum dan sesudah PMT-P pangan lokal pada ibu hamil KEK
di wilayah kerja Puskesmas Bengkuring Kota Samarinda.
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan risiko ibu hamil KEK dengan kejadian
stunting menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil penelitian (Adila et al., 2023)
menunjukkan bahwa ibu dengan riwayat KEK selama kehamilan memiliki persentase yang
lebih signifikan dalam menyebabkan stunting pada anak dibandingkan dengan ibu yang
tidak memiliki riwayat KEK selama kehamilan di Nagari Aua Kuning Kabupaten Pasaman
Barat pada tahun 2022. Sedangkan penelitian oleh tim menyebutkan bahwa tidak ada
hubungan signifikan antara riwayat Kekurangan Energi Kronis (KEK) selama kehamilan
dan kejadian stunting di wilayah Jakarta Timur pada tahun 2021. Sehingga perlu dikaji
lebih mendalam apakah riwayat KEK selama kehamilan menjadi faktor risiko langsung
untuk stunting pada anak balita.

2.4 Pelaku Kebijakan (Actor)


Dalam upaya memastikan dan mengatasi masalah gizi selama kehamilan, WHO
merekomendasikan pendidikan gizi dan mendorong ibu hamil mendapatkan makanan
bergizi seimbang dan pemenuhan kebutuhan protein, bersama dengan pemberian tablet
tambah darah dan penguatan melalui konseling. Rekomendasi WHO ini telah menjadi
kebijakan Kementerian Kesehatan dimana sejak tahun 2016 memberi makan tambahan
pabrikan baik pada ibu hamil KEK dan balita gizi kurang. Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016.

11
Implementasi kebijakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
kebijakan. Setelah sebuah kebijakan dikembangkan, atau keputusan tentang kebijakan
dibuat, kebijakan tersebut harus diimplementasikan agar dapat memberikan dampak pada
populasi yang dituju. Bahkan kebijakan yang telah dirancang dengan baik dan
menggunakan dasar-dasar bukti ilmiah yang baik tidak akan memberikan dampak yang
diharapkan bila tidak diimplementasikan dengan baik.
Selain harus memiliki sumber daya manusia yang memadai untuk dapat
mengimplementasikan kebijakan, penting untuk mempertimbangkan aspek
kepemimpinan, tingkat komitmen, dan ideologi yang dapat mempengaruhi bagaimana
para pemangku kepentingan melakukan implementasi kebijakan.
Implementasi kebijakan yang efektif membutuhkan dukungan yang berkelanjutan dari
pemerintah dan organisasi baik ditingkat nasional dan regionalm serta individu-individu
yang televan. Kurangnya kepemimpinan yang memiliki kapabilitas yang baik akan dapat
menjadi penghalang implementasi kebijakan. Para pemimpin yang memiliki kapabilitas
yang baik dapat memberikan panduan tentang kegiatan pelaksanaan kebijakan. Dukungan
dari pelaksana kebijakan lokal, populasi sasaran, dan komitmen dari organisasi pendukung
juga penting. Sehingga dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan kesehatan
membutuhkan komitmen dari orang-orang yang berada di posisi pimpinan, dukungan dari
semua pemangku kepentingan yang berhubungan dengan kebijakan tesebut, dan
pertimbangan nilai-nilai serta ideologi dari sasaran kebijakan (Wright, 2017).
Sebagai salah satu bentuk komitmen dan implemetasi untuk mempercepat penurunan
stunting, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting. Perpres ini merupakan payung hukum bagi Strategi
Nasional (Stranas) Percepatan Penurunan Stunting yang telah diluncurkan dan
dilaksanakan sejak tahun 2018. Perpres ini juga untuk memperkuat kerangka intervensi
yang harus dilakukan dan kelembagaan dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting.
Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting 14% di tahun 2024 dan target
pembangunan berkelanjutan di tahun 2030 berdasarkan capaian di tahun 2024.
Berdasarkan Lima Pilar Percepatan Penurunan Stunting, akan disusun Rencana Aksi
Nasional (RAN) untuk mendorong dan menguatkan konvergensi antar program melalui
pendekatan keluarga berisiko stunting.
Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 juga menetapkan Tim Percepatan
Penurunan Stunting yang terdiri dari Pengarah dan Pelaksana. Wakil Presiden menjadi
Ketua Pengarah yang didampingi oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan
12
Kebudayaan serta menteri-menteri lainnya. Sedangkan, Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional ditunjuk menjadi Ketua Pelaksana. Tim Percepatan
Penurunan Stunting juga dibentuk di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan desa/kelurahan.
Pada tingkat Desa akan melibatkan tenaga kesehatan, penyuluh KB, tim penggerak PKK,
PPKDB (Peran Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa), Sub-PPKDB / Kader
Pembangunan Manusia dan kader-kader lain yang disesuaikan dengan kebutuhan desa.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stunting merupakan masalah kesehatan global yang memiliki dampak serius terhadap
pertumbuhan fisik dan kognitif anak-anak. Faktor risiko stunting mencakup sejumlah
aspek kompleks yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan kesehatan. Dalam konteks
ini, KEK pada ibu hamil muncul sebagai faktor risiko utama yang memperburuk kondisi
stunting pada anak. Salah satu langkah menurunkan angka kejadian stunting adalah
melalui kebijakan pemerintah dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan
Pangan Lokal Bagi Balita dan Ibu Hamil. Kebijakan PMT ini bertujuan meningkatkan
status gizi ibu hamil melalui pemberian makanan tambahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan dengan sasaran Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Ibu Hamil
Risiko KEK.

3.2 Saran
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal pada ibu hamil dengan
KEK adalah kebijakan yang dalam implementasinya membutuhkan keterlibatan banyak
pihak, sumber daya yang memadai, tingkat komitmen, kepemimpinan, serta dukungan yang
berkelanjutan dari pemerintah dan organisasi baik di tingkat nasional maupun regional.
Selain menyediakan anggaran khusus, pemerintah perlu melakukan monitoring dan
evaluasi yang ketat sesuai alur koordinasi percepatan penanganan stunting dari tingkat desa
hingga ke tingkat tertingginya yaitu Wakil Presiden.
Pelaksanaan intervensi gizi yang dititipkan dalam program ANC pun harus
dilaksanakan dengan baik agar proses skrining ibu hamil KEK dapat segera dideteksi dan
ditangani sesuai protap nya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adila, W. P., Yanti, R. S., & Mayetti. (2023). The relationship of chronic energy deficiency
(CED), exclusive breastfeeding, and economic with stunting in Nagari Aua Kuning West
Pasaman. Midwifery and Health Sciences, 10(6).
BKKBN. (2021). Kebijakan dan Strategi Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia : Modul
1 Training of Trainer Pendampingan Keluarga dalam Percepatan Penurunan Stunting
bagi Fasilitator Tingkat Provinsi. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN).
Dewey, K. G. (2016). Reducing stunting by improving maternal, infant and young child
nutrition in regions such as South Asia: evidence, challenges and opportunities. Maternal
& Child Nutrition, 12(S1), 27–38. https://doi.org/10.1111/mcn.12282
Fitriana, Pramardika, D. D., & Rahmawati. (2020). EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) MAKANAN MATANG
BERBAHAN LOKAL PADA BUMIL KEK. BUNDA EDU-MIDWIFERY JOURNAL
(BEMJ), 3.
https://stunting.go.id/perpres-nomor-72-tahun-2021-tentang-percepatan-penurunan-stunting/
Izzati, R. F., & Mutalazimah, M. (2022). Energy, Protein Intake, and Chronic Energy
Deficiency in Pregnant Women: A Critical Review.
https://doi.org/10.2991/ahsr.k.220403.010
Kemenkes RI. (2018a). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Kementerian
Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2018b). Petunjuk Teknis Pendidikan Gizi dalam Pemberian Makanan
Tambahan Lokal bagi Ibu Hamil dan Balita. Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2021). Laporan Kinerja Ditjen Kesehatan Masyarakat Tahun 2021.
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2022). Buku Saku: Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2022b). Faktor-faktor Penyebab Kejadian Stunting pada Balita.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1529/faktor-faktor-penyebab-kejadian-
stunting-pada-balita
Kemenkes RI. (2023). Bijak Memilih Makanan untuk Balita dan Ibu Hamil.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2793/bijak-memilih-makanan-untuk-balita-
dan-ibu-hamil
Pastuty, R., KM, R., & Herawati, T. (2018). EFEKTIFITAS PROGRAM PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN-PEMULIHAN PADA IBU HAMIL KURANG ENERGI
KRONIK DI KOTA PALEMBANG. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(3), 179–188.
https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.3.179-188

15
Puspitasari, M., Mitra, Gustina, T., Rany, N., & Zulfayeni. (2021). PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN IBU HAMIL KEK DI PUSKESMAS KARYA WANITA PEKANBARU.
Jurnal Kesehatan Manarang, 7(2).
Ramadhani, H. A. N., & Ronoatmodjo, S. (2023). History of Chronic Energy Deficiency (CED)
during Pregnancy and the Incidence of Stunting among Children Aged 0-59 Months in
East Jakarta. Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan, 17(1), 196–202.
https://doi.org/10.33860/jik.v17i1.1738
Sumiati, I., Kania, N., Arifin, S., Syahadatina Noor, M., & . H. (2020). Meta Analysis Study:
Risk Factors Related To The Events Of Loss Of Chronic Energy (KEK) In Pregnant
Women. International Journal of Scientific and Research Publications (IJSRP), 11(1),
628–631. https://doi.org/10.29322/IJSRP.11.01.2021.p10975
Wright, A. (2017). What’s so important about health policy implementation? In SPICe Briefing
(pp. 17–62). the Scottish Parliament .

16

Anda mungkin juga menyukai