Jurnal 1
Jurnal 1
1
DOI: http://dx.doi.org/10.20473/jmv.vol4.iss1.2021 online pada https://e-journal.unair.ac.id/JMV
SINTA RISTEKDIKTI
Kerja Sama
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
dengan
Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia
ALAMAT REDAKSI
DEWAN REDAKSI
Staf Administrasi
Choirun Nisa, S.IIP., Universitas Airlangga, Indonesia
MITRA BESTARI
Terima kasih kepada mitra bestari yang membantu memberikan review dan menilai pada
Jurnal Medik Veteriner.
Prof. Dr. Pudji Srianto, drh., M.Kes., Universitas Airlangga, Indonesia
Prof. Dr. Bambang Sektiari L. DEA., drh., Universitas Airlangga, Indonesia
Prof. Hong Kean Ooi, DVM., PhD., Azabu University, Japan
Prof. Fedik A. Rantam, drh., Universitas Airlangga, Indonesia
Prof. Dr. Suwarno, drh., M.Si., Universitas Airlangga, Indonesia
Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS., Universitas Udayana, Indonesia
Prof. Dr. RTS. Adikara, drh., M.S., Akp. TOT., Universitas Airlangga, Indonesia
Thomas Larsson Duran, DVM., M.Sc., PhD., James Cook University, Australia
Celia Hitomi Yamamoto, MD., Ph.D., Universidade Federal de Juiz de Fora, Brazil
Dr. Mufasirin, M.Si., drh., Universitas Airlangga, Indonesia
Dr. Soeharsono, drh., M.S., Universitas Airlangga, Indonesia
Dr. Nusdianto Triakoso, drh., MP., Universitas Airlangga, Indonesia
Noor Hidayah Mohd Isa, DVM., MVM., PhD., Universiti Putra Malaysia, Malaysia
Dr. Rondius Solfaine, MP., APVET., drh., Universitas Wijaya Kusuma, Indonesia
Dr. Nanik Hidayatik, drh., M.Si., Bogor Agricultural University, Indonesia
Jurnal Medik Veteriner (JMV) terdaftar dengan nomor pISSN 2615-7497; eISSN 2581-012X
yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga dan Perhimpunan
Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
Jurnal Medik Veteriner (JMV) telah terakreditasi oleh Direktorat Jenderal Penguatan Riset
dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Republik
Indonesia dengan Nomor: 28/E/KPT/2019 berlaku sejak 26 September 2019.
Jurnal Medik Veteriner (JMV) menyajikan artikel hasil penelitian, laporan kasus, kegiatan
pengembangan masyarakat dan studi literatur di bidang kedokteran hewan dan diterbitkan
sebanyak 2 kali dalam setahun, yakni bulan April dan Oktober. Jurnal Medik Veteriner
dimanfaatkan para praktisi, dosen, peneliti, mahasiswa dan relawan bidang kedokteran hewan.
Pemuatan artikel di Jurnal Medik Veteriner dilakukan melalui Open Journal System (OJS).
Informasi lengkap untuk pemuatan artikel dan petunjuk penulisan artikel tersedia di website
dan setiap terbitan. Artikel yang masuk akan melalui proses seleksi editor dan mitra bestari.
VISI
Menjadi jurnal terkemuka dan bereputasi di tingkat nasional maupun internasional dalam
bidang ilmu kedokteran hewan.
MISI
1. Menjadikan jurnal sebagai sarana untuk kemajuan dan perkembangan intelektualitas
civitas akademika dalam menyongsong Universitas Airlangga World Class University;
2. Menyelenggarakan pengelolaan jurnal yang akuntabel dan berkualitas untuk
meningkatkan jumlah produk intelektual berupa jurnal ilmiah;
3. Menjadi referensi unggulan bagi civitas akademika dan peneliti bidang kedokteran
hewan dan dipublikasikan sebagai jurnal ilmiah.
Lingkup Jurnal, menerbitkan manuskrip berkualitas tinggi dan mempunyai kebaruan yang
berfokus pada ilmu hewan dan kedokteran hewan. Bidang studi antara lain: anatomi, patologi,
kedokteran dasar, kesehatan masyarakat veteriner, mikrobiologi, reproduksi hewan,
parasitologi, peternakan dan kesejahteraan hewan. Nutrisi hewan, hewan kesayangan, kuda,
hewan akuatik, hewan liar, obat herbal, akupunktur, epidemiologi, biomolekuler, forensik,
hewan laboratorium dan hewan model infeksi manusia juga memenuhi lingkup jurnal.
Bahasa
Utama : Bahasa Indonesia
Tambahan : Bahasa Inggris
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil gen reseptor Follicle Stimulating Hormone
(rFSH) pada sapi silangan antara bangsa Madura dengan bangsa Limousin (Madrasin). Penelitian ini
menggunakan sampel darah utuh dari satu sapi Madura, satu sapi Limousin, dan satu sapi silangan Madrasin.
Sampel darah sapi Madura dan sapi silangan Madrasin diambil dari Galis, Pamekasan, Jawa Timur dan sampel
sapi Limousin diambil dari Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor, Jawa Barat. Sampel darah diambil dan
digunakan untuk analisis profil gen yang meliputi amplifikasi DNA dengan metode Polymerase Chain Reaction
(PCR) dan sekuensing DNA di Institute of Tropical Disease, Universitas Airlangga. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa fragmen DNA rFSH berukuran 211bp. Kesimpulannya PCR dapat mendeteksi gen rFSH
sapi silangan Madrasin yang bersifat polimorfik.
Abstract
The aim of this study was to know about genetic profile of Folicle Stimulating Hormone Receptor
(rFSH) in Madrasin crossbreed between Madura breed and Limousin breed (Madrasin). The research are using
whole blood samples from Madura breed, Limousin breed, and Madrasin crossbreed. Madura breed and
Madrasin crossbreed sample were taken from Galis, Pamekasan, East Java and Limousin breed is taken from
Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor, West Java. Samples were used for genetic profile analysis such as
DNA amplification with Polymerase Chain Reaction (PCR) method and DNA sequencing in Institute of Tropical
Disease, Universitas Airlangga. The result showed that DNA fragment of rFSH is 211bp. In conclusion, this
study can detect rFSH gene Madrasin crossbreed which is polymorpism.
Upaya yang harus dilakukan untuk darah sapi Limousin berasal dari Balai Embrio
mengantisipasi hal tersebut adalah meningkatan Ternak (BET) Cipelang, Bogor, Jawa Barat
produktivitas dan kapasitas reproduksi sapi lokal dengan rentang umur 2 – 6 tahun, berat badan
yang ada di Indonesia melalui perbaikan mutu 200 – 400 kg.
genetik (Sudjana, 2009). Meningkatkan fertilitas
dengan cara seleksi genetik cenderung menjadi Ekstraksi DNA
semakin penting karena sekarang sudah DNA dari sample darah sapi Madura, sapi
diketahui bahwa penurunan fertilitas tidak dapat Limousin, dan sapi hasil persilangan Madura dan
sepenuhnya oleh manajemen yang lebih baik Limousin di ekstraksi dengan cara memasukan
(Omer et al., 2016). Perbaikan mutu genetik 10 ml sampel darah ke dalam tabung ependorf
diupayakan melalui seleksi terhadap sifat steril kemudian ditambahkan dengan 180 uL
reproduksi. Perkembangan terakhir dalam tissue lysis buffer (ATL) dan 20 uL protease
biologi molekuler dan statistik telah yang kemudian vortex 5 detik dan inkubasi pada
memfasilitasi penggunaan variasi dan seleksi suhu 56oC selama 1 – 3 jam, selama inkubasi
genom untuk gen terutama dalam perbaikan tube diangkat dan digoyangkan 5 detik. Vortex
genetik ternak. kembali selama 15 detik kemudian ditambahkan
Pemanfaatan penerapan teknologi 200 uL lysis buffer (AL), lalu vortex 5 detik.
molekuler dapat digunakan sebagai metode Tambahkan ethanol 96 - 100% lalu vortex 5
seleksi pada tingkat DNA, dalam hal ini DNA detik. Semua campuran diatas dimasukan ke
yang berperan dalam sifat reproduksi. Gen yang dalam tube DNeasy Mini Spin Column
memiliki peranan penting dalam reproduksi (QIAGEN®) yang disangga oleh tube 2 ml,
adalah gen reseptor Follicle Stimulating kemudian ditambah 500 uL larutan wash buffer 1
Hormone (rFSH) (Fan and Hendrickson, 2005). (AW 1) lalu centrifuge dengan kecepatan 8000
Gen rFSH diperlukan untuk memproduksi rpm dalam waktu 1 menit. Campuran yang
reseptor FSH yang membawa FSH ke target berada dalam tube DNeasy Mini Spin Column
jaringan sehingga dapat berfungsi untuk (QIAGEN®) dipindahkan ke tube 2 ml yang
spermatogenesis pada jantan dan oogenesis pada baru, kemudian ditambahkan 500 uL wash buffer
betina. FSH reseptor terekspreksi pada sel-sel 2 (AW 2) dan centrifuge kembali dengan
granulose di ovarium dan sel-sel sertoli di testis. kecepatan 1400 rpm selama 3 menit, kemudian
Gen rFSH sangat penting dalam proses tube 2 ml yang digunakan sebagai penyangga
pembentukan sperma pada sapi jantan dan ovum dibuang dan diganti oleh tube 1,5 ml yang baru.
pada sapi betina (Aguirre and Timossi, 1998). Campuran yang berada di dalam tube
Yang et al., (2010) mengusulkan bahwa gen DneasyMini Spin Column ditambahkan 200 uL
rFSH sebagai penanda molekuler yang sesuai buffer AE kemudian diinkubasi selama 1 menit
karena pengaruhnya terhadap variabel pada suhu ruangan, untuk langkah terakhir
superovulasi. Oleh karena itu perlu dilakukan dilakukan centrifuge dengan kecepatan 8000 rpm
penelitian untuk mengetahui profil gen rFSH dalam waktu 1 menit.
pada sapi silangan Madrasin.
Pembuatan PCR Mix
METODE PENELITIAN Diambil masing-masing 10uL Primer rFSH
forward dan reverse dan dimasukkan kedalam
Sampel Penelitian tabung ependorf steril, Forward: 5’ TCC CTG
Sampel yang digunakan untuk penelitian ini CCC TTC AGT GAC GAA 3’, Reverse: 5’ AGA
adalah darah utuh (whole blood) yang berasal TAC GCC GTC CCT TTA CCT 3’ (Sharifiyazdi
dari sapi Madura, sapi silangan Madrasin, dan et al., 2018) kemudian sebanyak 100 uL GoTaq
sapi Limousin. Sampel darah sapi Madura dan Green MasterMix (Promega Corp.) dimasukkan
sapi silangan Madrasin berasal dari Galis, kedalam tabung ependorf steril dan dicampurkan
Pamekasan, Jawa Timur sedangkan sampel dengan primer serta ditambahkan H2O sebanyak
90µL. Sebanyak 20uL Mix Primer dan GoTaq gel agarose diangkat untuk diamati dibawah
Green Mastermix (Promega Corp.) dimasukkan sinar UV dan dimasukkan dalam Gel
kedalam tabung PCR lalu ditambahkan DNA 5 Documentation untuk melihat band hasil
uL pada masing-masing tabung PCR. amplifikasi gen rFSH.
M 1 2 3
500
400
300
200
100
Gambar 1. Hasil elektroforesis PCR pada darah (1) Sapi Madura, (2) Sapi silangan Madrasin, dan
(3) sapi Limousin. Keterangan M=Marker DNA: produk PCR (211bp).
Gambar 2. Urutan nukleotida gen rFSH. Refseq = Genbank, rFSH 1 = sapi Madura, rFSH 2 = sapi
silangan Madrasin, rFSH 3 = sapi Limousin.
menit, denaturasi 95oC selama 45 detik, ditentukan oleh keberhasilan penempelan primer
penempelan primer (annealing) 60oC selama 45 pada gen target. Loss et al., (2008); Marson et
detik, suhu pemanjangan DNA baru 72oC selama al., (2008); dan Hernandez et al., (2009)
1 menit dan suhu pemanjangan akhir 72oC menggunakan suhu annealing 58oC selama 30
selama 5 menit, namun pada penelitian ini detik dalam mengamplifikasi ruas gen rFSH dan
menggunakan suhu annealing 60oC selama 45 menghasilkan produk PCR yang baik. Muladno
detik. (2002) menambahkan bahwa suhu penempelan
Suhu annealing merupakan suhu yang primer (annealing) berkisar antara 36°C sampai
memungkinkan terjadinya penempelan primer dengan 72°C, namun suhu yang biasa digunakan
pada DNA yang merupakan proses paling 50-60°C. Perbedaan suhu annealing dengan hasil
penting dalam amplifikasi. Viljoen et al., (2005) penelitian ini dapat disebabkan adanya
menyatakan jika keberhasilan amplifikasi gen perbedaan komposisi mix sebagai komponen
Dai, L., Zhao, Z., Zhao, R., Xiao, S., Jiang, H., Limousin in Madura island. JITV, 8(2), 98-
Yue, X., Li, Z., Gao, Y., Liu, J., & Zhang, J. 106.
(2009). Effects of novel single nucleotide
polymorphisms of the FSH beta-subunit Latronico, A., & Arnhold, I. (2006). Inactivating
gene on semen quality and fertility in bulls. mutations of LH and FSH receptors from
Animal Reproduction Science, 114, 14 – 22. genotype to phenotype. Pediatric
Endocrinology, 4, 28-31.
Fan, Q. R., & Hendrickson, W. A. (2005).
Structure of human follicle-stimulating Loss, P. R. A., Silveira, J. C., Glanzer, W. G.,
hormone in complex with its receptor. Moraes, J. C. F., & Weimer, T. A. (2008).
Nature, 433, 269–277. Diversidade genetic de doadoras de
embrioes das racas Nelore e Aberdeen
Gromoll, J., Simoni, M., Nordhoff, V., Behre, angus. Veterinaria em foco, 5, 85-92.
H.M., De, Geyter C., & Nieschlag, E.
(1996). Functional and clinical Marson, E. P., Ferraz, J. B. S., Meirelles, F. V.,
consequences of mutations in the FSH Balieireo, J. C. C., & Eler, J. P. (2008).
receptor. Molecular Cell Endocrinology, Effects of polymorphism of LHR and FSHR
125, 177 – 182. genes on sexual precocity in a Bos Taurus
X Bos Indicus beef composite population.
Hartatik, T., Mahardika, D., Azharinto, Widi, T. Genetic Molecular, 7, 243-25.
S., Mastuti, & Baliarti, E. (2009).
Karakteristik dan Kinerja Induk Sapi Muladno. (2002). Seputar Teknologi Rekayasa
Silangan Limousin-Madura dan Madura Di Genetika. Pustaka Wirausaha Muda dan
Kabupaten Sumenep dan Pamekasan. USESE Foundation, Bogor, pp: 73-75.
Buletin Peternakan, 33(3), 143-147.
Omer, N. N., Gornas, N., Rahmatalla, S. A., &
Hernandez, B. C., Cevrantes, P., Montiel, F., Ahmed, M. A. (2016). Genetic
Canseco, R., & Carrasco, A. (2009). Allelic Characterization of Indigenous Sudanese
variants of fshr gene in cow of different Cattle Using FSHR and LHR Genes.
genotypes in mexico. Journal of Animal American Scientific Research Journal for
Veterinary Advance, 8, 2489-2494. Engineering, Technology, and Sciences, 24,
1 – 9.
Huhtaniemi, I. T., & Aittomaki, K. (1998).
Mutations of follicle-stimulating hormone Omitasari, A. (2017). Perbedaan Performans
and its receptor;effects on gonadal function. Reproduksi Sapi Madura dan Sapi Madrasin
Journal European Endocrinology, 138, (Maduralimousin) Di Kabupaten Sumenep
473–481. Pulau Madura. [Skripsi]. Universitas
Brawijaya.
Huitema, H. (1982). Peternakan di Daerah
Tropis Arti Ekonomi dan Kemampuannya, Sharifiyazdi, H., Mirzaei, A., & Ghanaatian, Z.
Penelitian di Beberapa Daerah Indonesia. (2018). Characterization of Polymorphism
Yayasan Obor Indonesia dan PT Gramedia, in The FSH Receptor Gene and Its Impact
Jakarta. on Some Reproductive Indices in Diary
Cows. Animal Reproduction Science, 188,
Kutsiyah, F., Kusmartono, & Trinil, S. (2003). 45 – 50.
Comparative study of the productivity of
Madura Cattle and Its crossbreed with Sudjana, T. (2009). Peranan Teknologi dalam
Percepatan Peningkatan Populasi Sapi.
Makalah pada Seminar Nasional Percepatan resources: approaches and technologies for
Peningkatan Populasi Sapi di Indonesia. in situ and ex situ conservation. Animal
CENTRAS, Bogor. Genetic Resources Information, 5, 70 – 85.
Viljoen, G. J., Nel., L. H., & Crowther, J.R. Yang, W. C., Li, S. J., Tang, K. Q., Hua, G. H.,
(2005). Molecular Diagnostic PCR Zhang, C. Y., Yu, J. N., Han, L., Yang, L.
Handbook. Springer, Dordrecht, G. (2010). Polymorphisms in the 5
Netherland, pp: 235-245. upstream region of the FSH receptor gene,
and their association with superovulation
Woolliams, J. A., Matika, O., & Pattison, J. traits in Chinese Holstein cows. Animal
(2008). Conservation of animal genetic Reproduction Science, 119, 172–177.
***