BAB 2 4 - CETAK-januari
BAB 2 4 - CETAK-januari
TINJAUAN TEORI
menyerang. Ketika tubuh diserang oleh virus yang mirip dengan yang ada di dalam
vaksin, antibodi akan tetap berada di dalam aliran darah dan membentuk sistem
kekebalan tubuh. Dalam hal ini, tubuh akan bereaksi dengan membunuh virus
tersebut seolah-olah itu adalah vaksin. Tubuh akan terlindung dari bahaya dan
Biasanya, bayi baru lahir dan balita adalah yang paling membutuhkan
vaksinasi. bayi baru lahir dan balita, sementara orang-orang dari semua usia dapat
biasanya jauh lebih tinggi jika diberikan pada usia tertentu, seperti pada anak kecil
direncanakan.
1. Melindungi tubuh bayi atau anak dari kuman dan virus yang dapat
2. Melindungi anak dari penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri.
baik mereka tumbuh dan berkembang, dan produktivitas sumber daya manusia
Berdasarkan buku vaksin Indonesia yang disusun oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) (Utami et al., 2023) terdapat beberapa jenis imunisasi yaitu :
1. Imunisasi Hepatitis B
plasenta dan melalui cairan tubuh penderita. Satu HB (HB-PID) atau 0,5 ml
empat kali. Bayi menerima dosis pertama antara usia 0 -7 hari, dan dosis kedua
kelumpuhan dan kekakuan pada leher dan punggung, 30% anak-anak dan
remaja yang menderita polio meninggal dunia. Makanan atau minuman yang
tidak bersih yang tercemar virus polio adalah sarana penularannya. Salah satu
cara penyebaran virus polio adalah melalui sanitasi yang buruk. Vaksinasi
vaksin polio melalui suntikan (IPV) atau tetes (OPV). Formulasi vaksinasi
DTP Combo (DTwP atau DTaP) biasanya diberikan bersamaan dengan vaksin
polio IPV. Vaksin polio pediatrik diberikan dalam dua dosis, dosis pertama
pada saat lahir dan dosis kedua pada usia dua bulan (Utami et al., 2023).
3. Imunisasi BCG
organ-organ lain di dalam tubuh, adalah penyebab infeksi TBC. Penyakit ini
dan berkeringat di malam hari. Penurunan berat badan lebih banyak terjadi
paru, penyakit ini sangat berbahaya. Nyawa pasien dapat terancam jika tidak
sebelum anak berusia satu bulan. Lakukan tes tuberkulin sebelumnya jika
diberikan kepada anak yang berusia lebih dari tiga bulan. Jika hasil tes
4. Imunisasi DTP Combo ( Vaksin DTP, Polio IPV, Hib, dan Hepatitis B )
termasuk tubuhnya kaku dan kejang, dan bisa berakibat fatal. Batuk yang
kronis dan tidak kunjung sembuh adalah tanda pertusis. Bakteri Haemophilus
5. Imunisasi Pneumonia
infeksi telinga tengah (otitis media) pada bayi, orang dewasa, dan orang tua,
serta radang selaput otak (meningitis). Dosis pertama diberikan pada usia dua
bulan, dosis kedua pada usia empat bulan, dosis ketiga pada usia enam bulan,
dan dosis keempat pada usia dua belas bulan (Utami et al., 2023).
6. Imunisasi Rotavirus
diare merupakan penyebab kematian kedua yang paling umum pada anak-
anak, setelah pneumonia. Rotavirus sangat menular dan, jika tidak diobati,
dapat bertahan hidup di dalam lingkungan selama berminggu-minggu atau
rotavirus hanya dapat diberikan secara diteteskan kedalam mulut atau oral.
Dosis 1 mulai usia 6-12 minggu , dosis 2 interval 4 sampai 10 minggu dari
rentan (orang lanjut usia, wanita hamil, dan anak-anak) dari penyakit influenza
dan komplikasinya. Gejala infeksi virus influenza berbeda dengan gejala flu
biasa atau salesma. Gejala-gejala tersebut meliputi demam tinggi, batuk, pilek,
sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, muntah, dan diare
(terutama pada anak-anak). Karena virus influenza sangat menular, virus ini
anak ,orang dewasa dan lansia dapat menerima vaksinasi influenza . Dosis
yang diberikan pada usia < 9 ,2 kali pada tahun pertama pemberian (interval 1
bulan), lalu diulang tiap 1 tahun. Sedangkan pada usia >9 tahun 1 dosis
Ruam kemerahan yang menutupi seluruh tubuh, disertai demam, mata berair,
batuk, bersin, dan kulit gatal, adalah gejala infeksi campak. Hal ini dapat
menyebabkan masalah yang berhubungan dengan pneumonia. Ibu hamil yang
tertular rubella berisiko mengalami kematian atau gangguan berat pada janin.
Dosis 1 pada saat usia 9 bulan, dosis 2 usia 18 bulan (dapat juga diberikan
MMR) ,dosis 3 usia 5 tahun (dapat juga diberikan MMR) (Utami et al., 2023).
melalui air liur (droplet) atau kontak langsung dengan lesi atau ruam, dapat
menerima vaksinasi ini mulai dari usia satu tahun. Dosis yang diberikan, dosis
1 usia 12 bulan ,dosis 2 Usia 14 bulan. Usia 13 tahun ke atas dan untuk
dengue yang disebarkan oleh gigitan nyamuk, dapat dihindari secara efektif
anak dan dewasa berusia 6 tahun hingga 45 tahun. Jadwal imunisasi demam
berdarah pada nak mulai usia 6 tahun, 2 dosis dengan jarak antar dosis 3 bulan.
Jadwal dewasa maksimal usia 45 tahun2 dosis dengan jarak antar dosis 3 bulan
1. Hepatitis B
menyebabkan peradangan hati. Kontak darah adalah cara yang paling umum
bagi penyakit ini untuk menyebar. Cairan tubuh yang terinfeksi juga dapat
diidentifikasi dengan tes darah. Hepatitis B akut pada anak yang lebih besar
2. Polliomielitis ( Polio )
yang sangat menular. Virus polio masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
melalui makanan atau air yang terkontaminasi, atau melalui kontak dengan
tinja orang yang terinfeksi. Virus ini tumbuh di dalam usus dan dikeluarkan
oleh orang yang terinfeksi melalui tinja, di mana virus ini dapat menginfeksi
Fase inkubasi virus polio, yang biasanya berlangsung selama 7-10 hari, tetapi
juga dapat berlangsung hingga 35 hari, sangat menular. Melalui bibir, virus
saraf. Karena hingga 90% orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala
2021).
4. Difteri
Penyakit ini ditandai dengan sakit tenggorokan, demam, dan tidak enak badan.
keabuan dan tampak tidak bersih yang dapat menyebar ke struktur lain dan
secara umum, anak-anak yang pernah menderita difteri hanya memiliki sedikit
antibodi terhadap penyakit ini. Vaksinasi DPT dan terapi pembawa adalah dua
5. Campak
penyakit ini dan disebarkan melalui udara ketika orang batuk atau bersin.
Tanda-tanda awal campak mirip dengan gejala flu, tetapi beberapa hari
dan mata merah muncul. Ruam merah biasanya dimulai pada wajah dan
berpindah ke area tubuh lainnya, dan terdapat titik-titik putih kecil di dalam
mulut yang disebut dengan bintik Koplik. Imunisasi MMR (campak, gondong,
usia 5 dan 6 tahun. Menahan diri untuk tidak berinteraksi dengan pasien
campak: Jangan melakukan kontak fisik dengan seseorang yang Anda tahu
6. Tuberkulosis
menyerang paru-paru, tetapi juga dapat merusak kulit, tulang, ginjal, usus,
otak, kelenjar getah bening, dan pembuluh limfatik. Ketika seorang pasien
batuk, berbicara, atau bersin tanpa menutup mulut atau hidung atau
orang-orang di sekitarnya melalui air liur mereka. Diharapkan para orang tua
anak menderita TBC. Secara umum, berat badan anak dan indikator fisik lain
dari TBC paru dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini ( Kemenkes.,
2022 ).
7. Meningitis
sangat tinggi bila si Kecil tak mendapatkan vaksinasi lengkap, memiliki daya
penyakit infeksi saluran napas, telinga, sinus, atau gigi berlubang. Di sisi lain,
bila meningitis yang terjadi pada anak disebabkan oleh infeksi kuman TB,
gejalanya dapat berupa batuk, demam, berat badan sulit naik, pembesaran
kelenjar getah bening, dan sesak napas. Gejala meningitis pada anak, antara
ubun – ubun menonjol, leher kaku dan sulit digerakkan (Meisadona et al.,
2015).
8. Pertusis
Pertusis, sering juga disebut batuk rejan, adalah penyakit bakteri pada
paru-paru dan sistem pernapasan. Penyakit ini dapat berakibat fatal dan sangat
menular, terutama pada anak kecil dan bayi baru lahir. Infeksi Bordetella
seseorang bersentuhan atau menghirup air liur seseorang yang menderita batuk
rejan, bakteri akan berpindah. Gejala batuk rejan sering muncul lima hingga
nama lain dari antibiotik pencegahan, adalah pemberian obat kepada mereka
Dampak yang ditimbulkan apabila imunisasi tidak sesuai jadwal atau tidak
lengkap akan menimbulkan beberapa risiko yang salah satunya yaitu stunting.
Faktor-faktor yang membuat tumbuh kembang balita menjadi optimal salah satunya
bayi. Apabila anak memiliki status kesehatan kurang maka anak akan mengalami
perlambatan tumbuh kembang. Anak yang mengalami penyakit kronis akan
pada balita di Puskesmas Putat Jaya Surabaya, hal tersebut dibuktikan dengan hasil
uji bahwa pengaruh tidak langsung (-0,022) lebih besar dari pengaruh langsung (-
0,117).
2.1.1 Stunting
stunting tidak muncul hingga anak berusia dua tahun, namun kondisi ini dapat
kaya nutrisi. Pola asuh yang buruk, sanitasi dan kebersihan yang tidak
memadai, kurangnya pemahaman ibu tentang gizi anak, dan layanan kesehatan
stunting lebih mungkin untuk jatuh sakit atau meninggal sebagai akibat dari
gizi yang tidak mencukupi selama kehamilan dan tahun-tahun awal kehidupan,
serta penyakit yang berulang sebelum atau setelah kelahiran (Adriani et al.,
2022).
2.2.2 Faktor Penyebab Stunting
Menurut ( Iseu Siti Aisyah et al., 2020) secara umum beberapa factor
1. Asupan Makanan
Dibutuhkan nutrisi untuk menjadi sehat dan tumbuh. Pola makan yang sehat
berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh yang lebih baik, kehamilan dan
kelahiran yang aman, dan kemungkinan lebih rendah terkena penyakit tidak
menular yang memperpendek usia harapan hidup pada bayi, anak-anak, dan
ibu. Agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang, nutrisi sangatlah penting.
kesehatannya dipengaruhi oleh status gizinya, karena gizi juga penting untuk
menjaga dan memulihkan kesehatan. Pola makan yang kurang nutrisi akan
menyebabkan stunting.
2. Penyakit Infeksi
pada anak, yang berdampak pada penurunan nafsu makan, sehingga asupan
jangka waktu yang lama dan disertai dengan muntah dan diare, maka anak
mental maupun fisik, dan mencegah mereka mencapai potensi penuh mereka.
3. Pola Asuh
Pola asuh yang baik untuk mencegah stunting dapat ditemukan dalam
memenuhi kebutuhan gizi anak seperti sumber energi dari beras, umbi-
umbian, dll. Sumber bahan pembangun adalah zat-zat terkontrol seperti ikan,
angka stunting pada anak yang disebabkan oleh jarangnya pemberian makan,
utuh, dan praktik pemberian makan yang tidak tepat. Praktik pemberian makan
yang rendah mengakibatkan rendahnya asupan energi dan zat gizi yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan linier pada anak. Selain itu, anak tidak mendapat
pertumbuhannya.
seperti diare, parasit usus, demam, malaria, dan banyak penyakit lainnya.
pertumbuhan terhambat.
5. Faktor Pendidikan
konsumsi makanan melalui bagian dari sistem pangan pada balita. Pelatihan
ibu muncul sebagai prediktor terkuat dari stunting, sebagai faktor keluarga
yang dapat dimodifikasi, dengan hubungan yang kuat dan konsisten dengan
gizi buruk .
seusianya. Tubuh pendek adalah salah satu ciri umum anak pengidap masalah
stunting terlihat juga lebih mudah lelah dan selincah anak pada umumnya.
dampaknya yang lebih spesifik seperti berikut (Laily & Indarjo, 2023).
3. Mudah sakit
Tata laksana stunting meliputi tata laksana medis sesuai kondisi yang
satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah program pemberian imunisasi
dasar bagi bayi dan balita secara lengkap. Imunisasi bekerja dengan
uji Chi Square p = 0,12 (p > 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada
dibandingkan dengan balita yang memiliki status imunisasi dasar yang tidak
lengkap. Akan tetapi dari balita yang mempunyai imunisasi tidak lengkap
masih ditemukan balita dengan tubuh normal dan balita yang mempunyai
& Hidajah (2020) yang menunjukkan bahwa status imunisasi tidak memiliki
hubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 2-5 tahun di Indonesia.
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan teori yang menyatakan
bahwa vaksin dapat menurunkan risiko kematian pada anak. Pemberian vaksin