Skripsi Ka Di Upload ALAH LENGKAP
Skripsi Ka Di Upload ALAH LENGKAP
SKRIPSI
Oleh
DADANG KURNIA
Bp. 1410812024
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG2019
1
HAMBATAN SOSIOKULTURAL
PENGRAJINPANDAI BESI TRADISIONAL
DALAMMENGEMBANGKAN INDUSTRIDI NAGARI
SUNGAIPUA KECAMATAN SUNGAI PUA
KABUPATEN AGAM
SKRIPSI
Tugas untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Oleh
DADANG KURNIA
Bp. 1410812024
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2019
2
3
4
5
KATA PENGANTAR
di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam. Shalawat berserta
pemimpin mulia dan contoh teladan bagi seluruh umat di muka bumi ini. Skripsi
bangku kuliah Jurusan Sosiologi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Andalas.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari segala bimbingan, bantuan dan
dukungan dari semua pihak yang diberikan kepada penulis. Untuk itu pada
dan Ibunda Maswati, semoga ibu selalu sehat sampai saya dapat
6
Aamiin. Dan untuk uda Marta Rahimahullah yang menjadi panutan bagi
penulis dalam menjalani kehidupan semoga uda sampai pada tujuan hidup
yang kita impikan selama di dunia, Aamiin. Terimakasih atas segala do’a,
Putra dan adikku tercinta Rahmi Burnawati semoga kita sukses baik itu di
Eka Putra, M.Si selaku pembimbing II. Terimakasih banyak atas waktu,
3. Bapak dan ibu penguji Dr. Bob Alfiandi, M.Si, Dr. Indraddin, M.Si,
Zuldesni, S.Sos, MA dan Drs. Alfitri, MS, selaku tim penguji, terimakasih
Ketua Jurusan Sosiologi Bapak Drs. Jendrius M.Si dan Sekretaris Jurusan
7
perkuliahan. Staf akademik yang telah membantu dalam proses
administrasi Kak Usi Utami, dan Buk As, terimakasih untuk keikhlasannya
membantu penulis.
pengrajin pandai besi, anak pengrajin pandai besi dan pekerja yang telah
kepada penulis.
Irwan, Wahyu, erin, anggi, yaya, intan, anggun, ipit dan teman-teman
lain, kita terpisahkan oleh perguruan tinggi namun tidak membuat itu
Rahman sebagai ketua, Abrar, Nindy, Ai, Icall Adli, Aji, Iwid dan Aizil
8
bersilaturahmi namun juga dapat meningkatkan potensi anak Nagari
berwarna. Ripal, Risyad, Hakim, Budi, Adil, Fahri, Hendrik, Aydil, Rizal,
Afdil, Archhh, Fadli, Camaik, Acung, dan yang lain yang tidak bisa
terjaga, Aamiin.
satu korong Duku. Zaki, Caney, Dhani, Erda, iwid dan fadhel yang telah
hidup selama 40 hari dalam satu rumah, kalian sudah seperti saudara bagi
ide, masukan dan pemikiran baik itu proses penyelesaikan skripsi maupun
jalan yang akan di tempuh penulis dalam meraih hidup yang lebih
bermakna.
membantu penulis. Semoga segala bantuan, petunjuk dan bimbingan yang telah
Ta’ala, Aamiin Allahumma Aamiin. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
9
dari segi teknik maupun materinya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati
penulis membuka diri terhadap segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin. Sebelum dan sesudahnya penulis
mengucapkan terimakasih.
DADANG KURNIA
1410812024
10
ABSTRAK
Industri pandai besi tradisional Nagari Sungai Pua merupakan industri yang
mengolah besi menjadi alat-alat pertanian danalat-alat rumah tangga.Industri
pandai besi merupakan identitas nagari, terlihat pada lambang Nagari Sungai Pua
yaitu ada gambar batu lantuang yang biasa digunakan pengrajin pandai besi dalam
proses produksinya. Diantara produknya adalah sabit, lading, kapak, pisau dan
lain sebagainya. Dengan perkembangan zaman industri pandai besi mengalami
penurunan. Penurunan tersebut tampak dari bengkel dan pengrajin pandai besi
yang semakin sedikit.Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan
hambatan sosial pengrajin pandai besi tradisional dalam mengembangkan industri
di Nagari Sungai Pua, 2) Mendeskripsikan hambatan kultural pengrajin pandai
besi tradisional dalam mengembangkan industri di Nagari Sungai Pua. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif dan pemilihan
informan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam. Untuk
memahami masalah ini peneliti menggunakan teori modernisasi dari alex inkeles
berupa unsur pokok masyarakat modern dan w.w Rostow tentang tahapan proses
pembangunan masyarakat yang bergerak secara linear, dari masyarakat
terbelakang menuju masyarakat modern yang terdiri dari lima tahap yaitu
masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas landas, bergerak
kedewasaan, dan konsumsi massa yang tinggi.
Hasil penelitian ini adanya hambatan sosial yang terjadi seperti: 1) Adanya
pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi yang tidak menjanjikan untuk
masa depan 2) Pendidikan yang tinggi akan membuat anak pengrajin enggan
untuk meneruskan usaha orang tuanya sebagai pengrajin pandai besi.3)Kurangnya
pengetahuan para pengrajin tentang pemanfaatan teknologi yang canggih dalam
pemasaran. 4)Kesulitan pengrajin menjual hasil industrinya akibat dari produk
sejenis dipasaran dijual dengan harga murah.Hambatan kultural yang terjadi
seperti : 1)Orang tua mengupayakan anaknya untuk tidak melanjutkan usaha
karena prospek yang tidak menjamin. 2)Pengrajin pandai besi muda sulit
mendapatkan jodoh dari kampung yang sama 3)Keluarga pengrajin
memprioritaskan merantau daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi.
Kata Kunci: Pandai Besi Tradisional, Hambatan Sosial dan Hambatan Kultural
11
ABSTRACT
The results of this study are social barriers that occur such as: 1) The existence of
the public's view of the blacksmith industry that is not promising for the future 2)
Higher education will make children of craftsmen reluctant to continue their
parents' business as blacksmith craftsmen. 3) Lack of knowledge of the craftsmen
about the use of sophisticated technology in marketing. 4) The difficulty of the
craftsmen selling their industrial products as a result of similar products on the
market being sold at cheap prices. Cultural obstacles that occur such as: 1) Parents
seek their children to not continue the business because of the prospect that is not
guaranteed. 2) young blacksmith craftsmen find it difficult to get a mate from the
same village 3) Craftsman families prioritize migrating rather than working as
blacksmith craftsmen.
12
DAFTAR ISI
Hal.
Pernyataan
Halaman Pengesahan
Halaman Persetujuan
ABSTRAK.........................................................................................................................iv
ABSTRACT......................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................. ....................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. ......xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang..........................................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................................9
1.4.1 Manfaat Akademis..............................................................................................9
1.4.2 Manfaat Praktis...................................................................................................9
1.5 Tinjauan Pustaka......................................................................................................10
1.5.1 Pengertian Industri............................................................................................10
1.5.2 Tinjauan
Sosiologis...........................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.5.3 Penelitian yang
Relevan....................................................................................Error! Bookmark not
defined.
1.6 Metode Penelitian ....................................................................................................19
1.6.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian........................................................................19
1.6.2 Informan
Penelitian...........................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.6.3 Data yang Telah
Diambil..................................................................................Error! Bookmark not
defined.
1.6.4 Teknik dan Proses Pengumpulan Data
.............................................................Error! Bookmark not defined.
1.6.5 Unit Analisis ....................................................................................................29
1.6.6 Analisis Data
....................................................................................................Error! Bookmark
not defined.
1.6.7 Lokasi
Penelitian...............................................................................................Error!
Bookmark not defined.
13
1.6.8 Definisi Operasional
Konsep............................................................................Error! Bookmark not
defined.
1.6.9 Jadwal
Penelitian...............................................................................................Error!
Bookmark not defined.
14
3.2.1 Keinginan Orang Tua terhadap Anak untuk Tidak Melanjukan Usaha Pandai
Besi..................................................................................................................72
3.2.2 Pengrajin Pandai Besi Muda Sulit Mendapatkan Jodoh dari Kampung yang
Sama.................................................................................................................75
3.2.4 Prioritas Merantau dari pada Bekerja sebagai Pengrajin Pandai Besi..............81
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................85
4.2 Saran.....................................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................88
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah industri berasal dari bahasa latin yaitu industria yang berarti buruh
atau tenaga kerja, istilah industri sering digunakan secara umum dan luas yaitu
Kegiatan itu antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik
barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan
barang yang lebih tinggi kegunaannya (Sukirno, 1995: 54). Sedangkan menurut
15
Undang-Undang nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian menyebutkan industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
menghasilkan nilai tambah dan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian
atau saling dapat mengganti secara erat (Hasibuan, 1994:64). Industri merupakan
suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem perekonomian atau
sistem mata pencahariannya dan merupakan suatu usaha dari manusia dalam
menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia (Sutanta, 2010:82). Badan Pusat
menjadi 4 golongan, yaitu industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang
atau lebih, industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang,
industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5–19 orang dan industri rumah
industri tersebut berada. Baik itu dilihat pada daerah industri tersebut berada,
16
jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan pekerja, teknologi yang digunakan, cara
pada daerah tersebut dan lain sebagainya. Pengaruh sosiokultural berdampak pada
positif ataupun pengaruh yang memberikan dampak negatif. Jika pengaruh yang
industri untuk dapat bertahan dan akan terus berkembang namun jika berdampak
Sosiokultural adalah semua hal yang berhubungan dengan segi sosial dan
budaya masyarakat setempat, baik itu pendidikan, ekonomi, adat istiadat, politik,
teknologi dan lain sebagainya. Tentu ini sangat berpengaruh terhadap laju
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia yang didapatkan dengan belajar (2002:203).
dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-
simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan melalui proses
17
diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi dengan
generasi ini dapat dilihat pada industri pandai besi. Kepandaian pada industri
pandai besi diwariskan secara turun temurun. Industri pandai besi banyak tersebar
Rappang dan masih banyak terdapat industri pandai besi di daerah lain seperti di
Hasil industri pandai besi di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua
Kabupaten Agam cukup dikenal. Ini terbukti pada buku Mos’oed Abidin
pandai besi “apa basi” dengan menghasilkan alat pertanian, alat rumah tangga,
alat kesenian dan cendramata dari besi dan tembaga (Abidin, 2005:381). Tidak
hanya itu logo pada lambang Nagari Sungai Pua terlihat ada gambar batu lantuang
yang biasa digunakan pengrajin untuk pemproduksi alat-alat pertanian dan alat-
alat rumah tangga. Ini membuktikan pandai besi merupakan identitas mata
pencaharian di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam. (lihat
pada lampiran)
Namun disisi lain terlihat adanya penurunan industri pandai besi dari tahun
ke tahun. Penurunan tersebut ada pada penelitian dari Ismayanti yang berjudul
“Industri Pandai Besi di Nagari Sungai Puar : studi kasus Industri Pandai Besi
adanya penurunan jumlah unit industri dari tahun ke tahun. Yaitu pada tahun 1969
18
Nagari Sungai Pua memiliki 98 unit usaha pandai besi, lalu pada tahun 1979
jumlah unit usaha pandai besi menurun menjadi 78 unit. Sembilan tahun
kemudian yaitu pada tahun 1988 terdapat 60 unit usaha. Pada tahun 1995
penurunan menjadi 44 unit usaha. Pada tahun 1998 usaha pandai besi menjadi 39
unit.
Penurunan industri pandai besi di Nagari Sungai Sungai Pua juga terlihat
19
Tabel 1.1
Jumlah Pengrajin dan Unit Industri Pandai Besi di Nagari Sungai Pua pada
tahun 2016
No Jorong Desa Unit Banyak Pekerja
1 Limo Suku Kubu 2 3
Tanjuang Balik 4 10
Kampuang Baru 2 4
Surau Kapau 3 7
Kajaih 6 11
Cimbuak 4 10
Kampuang Durian 5 11
Tiagan 2 4
2 Tangah Koto Kampuang Dalam 2 2
Sawah Dahulu 1 6
3 Kapalo Koto Kampuang Pili 1 2
Tanah Tumbuah 1 2
4 Galuang Kubu Tangah 1 2
5 Limo Kampuang Kubu Cubadak 2 4
Jumlah 36 78
Sumber : LPJ Nagari Sungai Pua Tahun 2016
Data jumlah pengrajin dan unit industri pandai besi Nagari Sungai Pua
tahun 2016 menunjukan jumlah pengrajin pandai besi pada tahun 2016 sebanyak
78 orang pekerja dan jumlah unit industri sebanyak 36 unit industri. Selanjutnya
pada tahun 2018 jumlah pengrajin dan unit industri pandai besi adalah sebagai
berikut :
20
Tabel 1.2
Jumlah Pengrajin dan Unit Industri Pandai Besi di Nagari Sungai Pua pada
tahun 2018
No Jorong Desa Unit Banyak Pekerja
1 Limo Suku Kubu 2 2
Tanjuang Balik 4 8
Kampuang Baru 2 3
Surau Kapau 3 4
Kajaih 5 8
Cimbuak 4 5
Kampuang Durian 5 7
Tiagan 1 2
2 Tangah Koto Kampuang Dalam 2 2
Sawah Dahulu 1 6
3 Kapalo Koto -
4 Galuang -
5 Limo Kampuang -
Jumlah 29 47
Sumber : LPJ Nagari Sungai Pua Tahun 2018
Dari data pengrajin dan unit industri pandai besi Nagari Sungai Pua tahun
2018 terlihat banyak pengrajin pandai besi berjumlah 47 orang dan unit industri
orang dan unit industri berjumlah 36 unit. Dari data-data tersebut membuktikan
Penurunan unit industri dan pengrajin pandai besi di Nagari Sungai Pua
menjadi masalah yang serius dihadapi karena industri pandai besi ini merupakan
ikon mata pencarian unggulan yang ada di Nagari Sungai Pua. Sehingga dengan
sosiokultural di Nagari Sungai Pua yang semakin hari semakin berubah karena
21
sosiokultural adalah hambatan yang disebabkan oleh hambatan sosial dan
penurunan jumlah unit industri pandai besi dan penurunan jumlah pekerja industri
pandai besi di Nagari Sungai Pua. Penurunan ini disebabkan oleh adanya
adanya hambatan yang terjadi di lingkungan tempat industri pandai besi berada.
pengertian yang hampir sama. Hambatan sosial merupakan hambatan yang terjadi
dan diakibatkan dari cara pandang masyarakat Nagari Sungai Pua terhadap
tindakan dari proses produksi pandai besi seperti asap yang ditimbulkan pada saat
memanggang bara api, ataupun dentingan yang ditimbulkan pada saat menempa
Hambatan dalam kultural berupa adanya stigma atau pandangan yang tidak
baik terhadap pekerjaan sebagai pengrajin pandai besi. Stigma tersebut berasal
dari pelaku industri dan masyarakat setempat terhadap pekerjaan pandai besi.
Stigma dari pelaku industri berupa keinginan orang tua terhadap anak untuk tidak
melanjutkan usaha sebagai pengrajin pandai besi, kebiasaan pencarian jodoh yang
22
mengharuskan berasal dari daerah yang sama, sistem pengajaran kepandaian
di kampung halaman sebagai pengrajin pandai besi. Stigma kurang baik juga
berasal dari masyarakat setempat yaitu berupa pandangan masyarakat jika salah
seorang keluarga menikah dengan orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai
besi dan pilihan merantau daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang hal ini, maka yang menjadi
Kabupaten Agam.
Agam.
pandai besi tradisional yang di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua
Kabupaten Agam.
23
1.4 Manfaat Penelitian
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi peneliti lain, untuk
tradisional.
Andalas.
24
1.5 Tinjauan Pustaka
pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang
juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan
ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan
atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
NO 5 TAHUN 1984)
dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang, industri kecil yaitu perusahaan dengan
tenaga kerja 5-19 orang, industri sedang atau menengah yaitu perusahaan dengan
tenaga kerja 20-99 orang, dan industri besar adalah perusahaan dengan tenaga
kerja lebih dari 100 orang. Industri kecil dan rumah tangga merupakan usaha yang
memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya. Industri kecil dan rumah
25
tangga memiliki modal yang relatif kecil serta menggunakan teknologi sederhana
menurut ilmu asal usul bahasa adalah berasal dari kata dasar “rajin” yang
mendapat imbuhan ke-an, menunjuk kata benda yang dihasilkan melalui proses
yang membutuhkan sifat rajin, teliti, cermat dan kreatif dari pembuatnya. Jadi
pengrajin adalah orang yang bekerja membuat barang kerajinan yang memiliki
oleh budaya. Sosial merupakan aspek yang berhubungan dengan manusia dan
yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat berkelanjutan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
26
Menurut Selo Soemardjan (Soerjono Soekanto, 2006:22), masyarakat adalah
dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Dari pendapat ahli tersebut
jika melihat asumsi pada rumusan masalah maka teori yang cocok digunakan
dalam penelitian ini adalah teori Modernisasi. Teori modernisasi berangkat dari
konsep yang memiliki arti khusus dan disepakati oleh teoritisi modernisasi di
tahun 1950-an dan tahun 1960-an yang didefinisikan dalam tiga cara yaitu
perubahan menuju tipe sistem sosial, ekonomi dan politik yang telah maju di
Eropa Barat menyebar ke Eropa lain dan dari abad ke 17 hingga 19 dan kemudian
menyebar ke negara Eropa lain dan dari abad ke 19 dan 20 ke negara Amerika
Selatan, Asia, dan Afrika”. Gambaran serupa juga dikemukakan oleh Wilbert
kemajuan dunia Barat yang ekonominya makmur dan situasi politiknya stabil”
standar yang dianggap modern baik oleh masyarakat banyak maupun oleh elit
penguasa. Tetapi standar ini berbeda-beda. Apa yang disebut sumber atau pusat
27
modernitas dalam arti masyarakat rujukan, unggul, tempat asal prestasi yang
2015:20)
3. Pergantian tenaga binatang dan manusia oleh energi benda mati dan produksi
mesin.
tempat tertentu.
Dibidang politik ditandai dengan oleh transisi dari kekuasaan suku ke sistem
mobilitas dan prestasi individual ketimbang pada status yang diwarisi (Stompka,
2008)
28
1. Bebas dari kekuasaan tradisional, anti dokmatis dalam berfikir.
kepuasan.
sebagai suatu upaya perubahan sosial yang terarah (directed change) sehingga
1. Adanya sikap untuk siap menerima hal-hal atau pengalaman baru dan
terbuka untuk inovasi dan perubahan seperti sikap bathin dan sikap pikiran.
memikirkan dan merencanakan masa depan dengan bertitik tolak pada masa
29
7. Menghargai harkat dan derajat manusia.
masyarakat dengan ukuran yang rasional bukan terpaku pada perbedaan ras.
berulang-ulang dengan fakta yang baru dan berbeda, sehingga dalam satu obyek
bisa banyak hal yang bisa dilihat hingga akan menghasilkan penelitian yang
sempurna. Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada beberapa penelitian lainnya.
pandai besi dan hambatan yang dihadapi oleh pengrajin pandai besi di Kelurahan
30
jaringan. Dalam hal ini terdapat unsur pallanro (pemilik) dan ana’ guru
guru. Kemudian ditemukan pula jaringan sosial yang berbasis etnis, dimana
jaringan ini terjadi pada pelaku sesama profesi. Selain jaringan sosial
dengan hasil kerajinan yang mereka hasilkan. Hal ini terlihat dari hasil karya
yang sudah keluar dari wilayah Kabupaten Sidrap, yakni sudah sampai ke
bahkan sudah keluar dari wilayah Sulawesi, yaitu Kalimantan dan Papua.
3. Selain peningkatan dari jumlah barang kerajinan yang terus meningkat dan
Massepe, ternyata terdapat kendala yang cukup serius dalam proses industri
pandai besi ini, yaitu susahnya mendapatkan bahan baku untuk membuat
ibukota Kabupaten Sidrap yakni Pangkajene atau paling jauh dari Makassar
tapi karena bahan baku semakin langka didapatkan, maka para pengrajin
31
mendatangkan bahan baku dari Samarinda dan Balikpapan, dimana butuh
waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih mahal agar bahan baku tersebut
sampai ke tangan para pengrajin. Selain masalah bahan baku yang susah
dihadapi para pengrajin pandai besi adalah tidak adanya perhatian dari
lembaga sosial, baik lembaga sosial dari pemerintah maupun lembaga resmi
non pemerintah. Selama ini para pengrajin bekerja secara mandiri, mulai
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau) yang berjudul “Pengembangan industri pandai
(Studi Kasus Desa Teratak) dengan permasalahan yang diangkatkan adalah faktor-
ekonomi Islam terhadap industri pandai besi. Dari penelitian ini didapatkan bahwa
Keahlian yang didapat dari orang tua, saudara, teman dan pemerintah pun telah
ikut dalam pengembangan industri pandai besi, yaitu dinas perindustrian dan
industri pandai besi. Modal awal untuk membuka usaha industri pandai besi ini
32
diperlukan, dalam memproduksi produk pandai besi ini dari segi bahan baku dapat
diperoleh dari daerah setempat, kecuali besi, blower dan gerinda. Harga yang
yang pertama adalah dari segi pemasaran, yaitu untuk masuk pasar luar negeri
yang melalui cara legal. Dalam hal ini belum adanya pasar bebas. Yang kedua
yaitu dari segi bahan baku yang masih menggunakan besi bekas, tentunya akan
segi pengolahan besi bekas itu sendiri yang membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mengolah besi itu menjadi sebuah produk seperti yang di inginkan.
Tinjauan ekonomi Islam terhadap industri pandai besi ini tidak ada terdapat hal-
pada fokus penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Guszainal Ahmadi tahun
terhadap industri pandai besi sedangkan pada penelitian Ismada Idham tahun 2012
jaringan sosial ekonomi pengrajin pandai besi dan hambatan yang dihadapi oleh
Sidenreng Rappang.
33
Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam terfokus pada hambatan sosiokultural
pengrajin pandai besi dalam mengembangkan industri yang dibagi kepada dua
faktor yaitu hambatan sosial dan hambatan budaya yang terjadi di lingkungan
menganalisis data berupa kata-kata baik lisan maupun tulisan dan perbuatan
kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-
angka. Data yang dianalisis dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
34
Agam, sehingga peneliti dapat menjelaskan temuan data secara mendalam dan
lebih mendetail.
sosial yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Penggunaan metode
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan atau memo dan dokumen resmi
melihat dan mendengarkan apa saja yang berhubungan dengan penelitian ini,
dan data sesuai fakta yang mendukung dalam penelitian dengan obyektif tentang
Kabupaten Agam.
informasi yang akan berguna bagi pembentukan konsep dan preposisi sebagai
35
adalah orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya ataupun orang lain
atau suatu kejadian atau suatu hal kepada peneliti atau pewawancara.
1. Informan Pengamat
orang lain atau suatu hal kepada peneliti. Informan ini merupakan orang lain yang
mengetahui orang yang kita teliti atau pelaku kejadian yang diteliti. Mereka dapat
disebut sebagai saksi suatu kejadian atau pengamat lokal. Informan pengamat
1) Orang yang dituakan di Nagari Sungai Pua yaitu Tokoh adat atau niniak
Sungai Pua.
yang tentu mengetahui jalannya proses produksi pada industri pandai besi.
2. Informan Pelaku
sendiri. Informan pelaku dalam penelitian ini adalah pelaku industri yang
36
1) Pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai Pua yang telah
penelitian dan keberadaan mereka yang diketahui oleh peneliti (Afrizal, 2005: 66).
dilakukan (Afrizal, 2014: 140). Tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk
(konteks sosial) serta menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan
teori yang dibangun. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 9 orang yang
terdiri dari informan pengamat dan informan pelaku dapat dilihat dalam tabel
berikut:
37
Tabel 1.3
Informan Penelitian
Jenis Jenis
No Nama Umur Pekerjaan
Kelamin Informan
1 Doni Dt Bandaro Basa 36 Laki-Laki Konveksi Pengamat
2 Fiki Ananda Amd 32 Laki-Laki Wali Nagari Pengamat
3 Red 54 Perempuan Konveksi Pengamat
4 Asih St Pangulu 56 Laki-Laki Nangkodoh Pelaku
5 Indra St Rajo Ameh 54 Laki-Laki Nangkodoh Pelaku
6 Anes 43 Laki-Laki Nangkodoh Pelaku
7 Rizki Oktavio A 26 Laki-Laki Anak Nangkodoh Pelaku
8 Rezki Rahmad 28 Laki-Laki Anak Nangkodoh Pelaku
9 Basa 47 Laki-Laki Tukang Asah Pelaku
Sumber : Data Primer 2019
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data
yang dikumpulkan adalah melalui sumber data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
dilakukan kepada pemilik, pekerja maupun anak laki-laki pemilik industri pada
saat informan sedang bekerja namun tidak dalam keadaan sibuk sedangkan
observasi adalah pengamatan secara langsung pada bengkel industri pandai besi
memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek
38
sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data dan pengamatan
pihaknya maupun dari pihak subjek (Moleong, 2006:175). Dalam observasi ini
membahas kondisi bengkel, jam mulai dan berakhirnya kerja, jumlah pekerja, dan
ada atau tidaknya anak laki-laki dari pemilik yang membantu dalam proses
pengerjaan dengan cara menelusuri ke lokasi yaitu rumah industri pandai besi.
Nagari Sungai Pua. Data primer yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
penelitian.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang memperkuat data primer dimana dapat diperoleh dari
media pendukung dan relevan dengan penelitian ini. Data sekunder dapat
literatur hasil penelitian seperti skripsi, tesis terdahulu, web/ internet, koran, surat-
surat dan artikel. Data sekunder yang saat ini digunakan dalam penelitian ini
adalah Lembar Penanggung Jawab (LPJ) Nagari Sungai Pua dan Profil Nagari
Sungai Pua.
39
informasi melalui observasi dan wawancara mendalam (Nasution, 1992:34). Pada
penelitian ini, peneliti yang menjadi instrumen utama dan terjun kelapangan untuk
1. Observasi
Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam baik itu ke bengkel-
bengkel pandai besi maupun lingkungan sekitar bengkel industri pandai besi.
Observasi ini dilakukan agar peneliti dapat melihat secara langsung dan
hasil yang didapatkan dari wawancara saja tidak akan cukup untuk menjawab
dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi
diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek (Moleong,
2006:175).
industri pandai besi yang ada di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua
Kabupaten Agam namun tidak pada semua bengkel industri pandai besi. Peneliti
melakukan observasi di dua bengkel industri pandai besi yaitu pada bengkel pak
Ril Sutan Mudo dan bengkel Anes. Peneliti melakukan observasi pada saat
sebelum menulis proposal penelitian yaitu pada bulan juni tahun 2018. Pemilihan
dua bengkel ini karena tempatnya yang berdekatan sehingga memudahkan dalam
40
proses pengamatan. Peneliti melakukan observasi pada saat bengkel industri
pandai besi dibuka yaitu pada sekitar pukul 06.00 WIB sampai pada pukul 16.00
WIB.
Pada observasi yang pertama di bengkel Bapak Ril Sutan Mudo. Bapak Ril
Sutan Mudo membuka bengkel industri pada pukul 06.00-16.00. Bapak Ril
memiliki pekerja satu orang yaitu sebagai pengasah sabit sekaligus penggerinda
sabit. Bapak Ril hanya bekerja dari barang setengah jadi menjadi barang yang
nantinya telah bisa dipasarkan dengan merek sendiri. Kegiatan di bengkel industri
Bapak Ril adalah pagi saat Bapak Ril selesai membuka bengkel, Bapak Ril
memanggang bara di luar bengkel terlebih dahulu yang dialasi dengan atap seng.
Pada saat api membara bara mengeluarkan asap yang begitu tebal sehingga
hampir menutupi rumah tetangga yang tinggal di sekitar bengkel Bapak Ril.
Terlihat tetangga sibuk menutup pintu jendela. Mungkin karena takut asap
tersebut memasuki rumah mereka. Setelah lebih kurang setengah jam lebih Bapak
Ril memindahkan bara api tersebut ke tungku yang ada di dalam bengkel. Barulah
Bapak Ril mulai bekerja menyapuh besi ”lanjaran” yang telah di beli ke pemilik
menggunakan palu sedang di atas landasan besi besar. Pada penempaan besi ini
keluar dentingan yang cukup memekakan telinga. Suara dentingan tersebut juga
terdengar dari bengkel pandai besi yang berada tidak jauh dari bengkel industri
Bapak Ril. Ini berlangsung lama sampai lanjaran selesai dikerjakan. Sewaktu
Bapak Ril sedang melakukan proses pengerjaan lanjaran pekerja datang dan
lansung mengambil besi yang sudah di sepuh Bapak Ril. Pekerja mulai bekerja
41
dengan menggerinda besi yang sudah sepuh Bapak Ril. Sesudah selesai pekerja
menjepitkan sabit ke besi di atas tonggak dan di pasak bagaian bawah. Pekerja
tahap melalui asahan yang berbeda-beda. Ini berlangsung sampai jam setengah
empat sore sewaktu bengkel akan di tutup. Sampai bengkel industri Bapak Ril
tutup tidak ada anak pak Ril yang ikut membantu dalam proses produksi pandai
besi.
Observasi yang kedua yaitu pada bengkel industri pandai besi Bapak Anes.
Bapak Anes hanya memproduksi barang pandai besi sampai pada tahap
pembuatan setengah jadi “lanjaran”. Bapak Anes buka bengkel industri pada
pukul 06.00-12.00. Sama seperti bengkel industri pandai besi Bapak Ril. Bapak
Anes juga memanggang bara di luar bengkel sebelum pekerja datang. Proses
pemanggangan bara juga mengeluarkan asap yang begitu tebal sehingga udara di
pagi itu tidak segar lagi untuk dihirup karena sudah bercampur dengan asap hasil
pembakaran bara. Setelah pekerja datang Bapak Anes memindahkan bara api ke
dalam tungku. Bapak Anes dan pekerja langsung memegang palu berukuran
sedang dan penyapit sabit sedangkan pekerja memegang palu besar. Bapak Anes
mulai dengan memanggang besi per. Setelah besi per memerah Bapak Anes
beberapa bagian. Proses pemotongan ini dilakukan dengan pahat besi yang sudah
tersambung dengan penjepit sedangkan pekerja bertugas memukul pahat besi yang
42
dipegang oleh Bapak Anes. Setelah itu potongan-potongan besi tersebut dibakar
kembali sampai berwarna kemerahan dan barulah ditempa sampai tipis dan
membentuk pola sabit setengah jadi “lanjaran”. Bapak Anes hanya bekerja
2. Wawancara Mendalam
sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian dan tetap dilakukan dengan
teknik ini agar data yang diperoleh menjadi banyak dan mendalam sehingga
terlihat apa saja hambatan sosiokultural pengrajin pandai besi tradisional dalam
informan sedang bekerja atau menemui langsung ke rumah informan pada pagi,
di lakukan di siang hari pada hari libur sehingga kantor Wali Nagari bisa
43
ataupun masalah-masalah kepada Wali Nagari Sungai Pua Yaitu Bapak Fiki
Ananda Amd. Wawancara dengan pemilik industri pandai besi dan pekerja
bekerja sehingga data yang di peroleh dapat lansung diamati dengan panca indra
dan di ambil untuk keperluan data dokumen. Wawancara dengan anak pemilik,
tetangga dan niniak mamak dilakukan di rumah informan dengan waktu yang
rumah informan.
Alat dalam pengumpulan data yang digunakan pada saat penelitian adalah
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
2. Buku catatan dan pena digunakan untuk mencatat seluruh keterangan yang
berlangsung.
dalam penelitian yang dilakukan atau dengan pengertian lain objek yang diteliti
analisis suatu penelitian dapat berupa individu, kelompok, organisasi, benda, dan
44
penelitian ini adalah pemilik industri, pekerja, anak laki-laki pemilik industri,
niniak mamak, tetangga dan Wali Nagari yang berhubungan dengan hambatan
sampai pada tahap penulisan data atau merupakan suatu proses penyusunan data
supaya data mudah dibaca dan ditafsirkan oleh peneliti. Menurut Miles dan
Huberman analisis data kualitatif adalah mereduksi data, menyajikan data dan
menarik kesimpulan. Reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data penting dan tidak
penting dari data yang telah terkumpul. Penyajian data yaitu penyajian informasi
yang tersusun. Kesimpulan data yaitu sebagai tafsiran atau interpretasi terhadap
data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri dan orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
45
Analisis data penelitian kualitatif adalah suatu proses yang sistematis untuk
keseluruhan dari data yang telah dikumpulkan untuk menghasilkan klasifikasi atau
(Afrizal, 2014:175).
penting dari penelitian kualitatif, karena aktivitas ini sangat menolong peneliti
untuk dapat menghasilkan data yang berkualitas disebabkan peneliti telah mulai
pada masa proses pengumpulan data. Aktivitas analisis data selama proses
Dalam data ini akan dianalisa sesuai dengan konsep Miles dan Huberman,
diperhatikan dan ada yang tidak. Reduksi data dilakukan selama penelitian
data).
46
2. Penyajian data, yaitu sebagai menyusun sekumpulan informasi yang
tindakan.
Alasan peneliti melakukan penelitian industri pandai besi di Nagari Sungai Pua
adalah industri pandai besi di daerah ini dahulunya merupakan industri rumahan
yang menjadi andalan mata pencarian di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai
Pua Kabupaten Agam. Selain itu adanya gambar batu lantuang (landasan untuk
membuat barang tajam di Nagari Sungai Pua) yang terdapat pada lambang Nagari
Nagari Sungai Pua namun pada kenyataannya semakin hari industri di Nagari
Sungai Pua semakin menurun, penurunan ini dapat dilihat pada jumlah rumah
47
1.6.8 Definisi Operasional Konsep
antara para individu yang saling terhubung satu sama lain pada industri
Kabupaten Agam.
Tabel 1.4
Jadwal Penelitian
Jadwal Kegiatan
No Nama Kegiatan 2018 2019
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Pra lapangan
2 Mengumpulkan
data lapangan
3 Analisis data
4 Ujian skripsi
48
BAB II
Nagari Sungai Pua merupakan nagari yang juga menjadi sebuah nama dalam
satu kecamatan, yaitu Kecamatan Sungai Pua, di Kabupaten Agam. Nagari Sungai
Pua terletak di kaki Gunung Merapi atau sekitar 10 KM dari kota Bukittinggi
kearah Gunung Merapi. Secara geografis Nagari Sungai Pua terletak pada posisi
dengan :
Nagari Sungai Pua terletak di Kecamatan Sungai Pua yang terdiri dari 5
49
Tabel 2.1
Luas Nagari Sungai Pua
No Jorong Dusun Luas (Ha)
1 Kapalo Koto 1.Ateh Gaduang, Kampuang Pili, 217
Tareh
2.Tanjuang Medan, Pincuran
Tangah
3.Tanah Tumbuah
4.Sikumbang, Jambak Ateh,
Tabek Barawak
2 Limo 1.Kubu Cubadak 206
Kampuang 2.Surau Baurek
3.Panji
4.Pincuran Baru
5.Kampuang IV
3 Tangah 1.Mesjid 191
Koto 2.KampuangDalam
3.Gobah
4.Sawah Daulu
4 Limo Suku 1.Kubu 399
2.Lukok
3.Kampuang Baru
4.Surau Kapau
5.Tanjuang Balik
6.Surau Batu
7.Tiagan Koto Marapak
5 Galuang 1.Kubu Tangah 200,9
2.Tanjuang Gadang
3.Kubu Ponggok
Jumlah 1213,9
Sumber : Kecamatan Sungai Pua
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Jorong Limo Suku mempunyai
daerah yang paling luas di kanagarian Sungai Pua yaitu 399 Ha. Kemudian diikuti
oleh Jorong Kapalo Koto dengan luas yaitu 217 Ha, dilanjutkan oleh Jorong Limo
Kampuang 206 Ha, Jorong Galuang dengan Luas 200.9 Ha dan yang terakhir
50
2.2 Kondisi Penduduk
Dari data di atas diperoleh adanya 14.179 jiwa penduduk Nagari Sungai Pua
dengan kepala keluarga berjumlah 3.562 yang penyebarannya tidak merata di tiap-
tiap jorong. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Jorong Limo Suku dengan
jumlah penduduk 6.097 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1417.
Setelah itu Jorong Kapalo Koto dengan jumlah penduduk sebanyak 3096 orang
dan kepala keluarga sebanyak795. Disusul oleh Jorong Limo Kampuang dengan
jumlah penduduk sebanyak 2407 dan kepala keluarga sebanyak 644. Setelah itu
Jorong Tangah Koto dengan jumlah penduduk 1394 dan kepala keluarga sebanyak
377. Dan penduduk yang paling sedikit terdapat di Jorong Galuang yaitu sebanyak
1185 dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 329 dari seluruh jumlah penduduk
Nagari Sungai Pua. Ini merupakan hasil pemutakhiran data penduduk di Nagari
51
2.2.2 Jumlah Penyebaran Penduduk Berdasarkan Umur
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Nagari Sungai Pua Berdasarkan Umur
Limo Kapalo Tangah Limo
No. Umur Galuang Jumlah
Kampuang Koto Koto Suku
1 0-11 bln 16 38 16 80 14 232
2 1-4 thn 247 257 131 614 88 1337
3 5-6 thn 95 120 50 208 40 513
4 7-12 thn 255 220 151 733 71 1430
5 13-15 thn 142 175 79 323 65 784
6 16-18 thn 126 181 94 338 72 811
7 19-25 thn 250 368 146 732 163 1659
8 26-34 thn 368 478 178 985 142 2151
9 35-49 thn 422 551 279 1009 239 2432
10 50-54 thn 118 171 81 283 71 724
11 55- 59 thn 101 138 64 252 62 617
12 60-64 thn 91 116 42 215 56 520
13 65-69 thn 50 120 32 150 44 396
14 >70 thn 126 163 51 175 58 573
Jumlah 2407 3096 1394 6097 1185 14179
Sumber:LPJ Nagari Sungai Pua Tahun 2017
Dari data jumlah penduduk Nagari Sungai Pua berdasarkan kelompok umur
di atas menjelaskan bahwa jumlah kelompok umur paling besar di Nagari Sungai
Pua yaitu antara umur 35-49 dengan jumlah 2432 orang. Sedangkan jumlah
penduduk Nagari Sungai Pua yang paling sedikit berdasarkan umur adalah antara
umur 0-11 bulan yaitu sejumlah 232 orang. Data ini merupakan data penduduk
Nagari Sungai Pua berdasarkan umur dari Lembar Penaggung Jawab (LPJ)
52
2.2.3 Jumlah Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Nagari Sungai Pua Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jorong Perempuan Laki-laki Jumlah
1 Limo Kampuang 1181 1226 2407
2 Kapalo Koto 1580 1516 3096
3 Tangah Koto 682 712 1394
4 Limo Suku 3172 2925 6097
5 Galuang 573 612 1185
Jumlah 7188 6991 14179
Sumber : Hasil pemutakhiran data kependudukan tahun 2017
Dari data diatas diperoleh jumlah penduduk Nagari Sungai Pua yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6991 orang dan jumlah penduduk Nagari
Sungai Pua berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 7188 orang. Ini
pencaharian:
53
Tabel .2.5
Jumlah Penduduk Nagari Sungai Pua berdasarkan Mata Pencaharian
JORONG
No Uraian Limo Kapalo Tangah Limo Jumlah
Galuang
Kampuang Koto Koto Suku
1. Tidak bekerja 15 16 12 15 11 69
2. Petani 208 320 79 224 116 947
3. Konveksi 140 130 63 285 9 627
4. Jasa 33 66 37 139 16 291
5. Dagang 79 250 140 400 43 912
6. Pegawai Swasta 16 46 32 99 28 221
7. PNS 12 23 32 54 15 136
8. Buruh 374 347 103 929 236 1988
9. Pengrajin 7 5 10 179 1 202
10. IRT 546 689 303 1313 237 3088
Jumlah 1.430 1.892 810 3.637 712 8.481
Sumber:LPJ Nagari Sungai Pua Tahun 2017
merupakan perkiraan terbaru yaitu pada tahun 2017 lalu. Berdasarkan data diatas
dapat diketahui bahwa penduduk Nagari Sungai Pua yang bekerja sebagai
pengrajin adalah sebanyak 202 orang. Sekretaris Nagari Sungai Pua yaitu Masneli
S.Pi mengatakan dari data tersebut industri pandai besi tradisional masuk dalam
besi saja, sebab di Nagari Sungai Pua terdapat banyak pengrajin seperti pengrajin
adanya data terbaru mengenai rincian jumlah pekerja dari industri pandai besi,
pengrajin sulaman, kambang loyang dan sebagainya. Oleh karena itu industri
berjumlah 202 pengrajin dan merupakan rincian penduduk Nagari Sungai Pua
54
Dari kelima jorong yang terdapat di Nagari Sungai Pua ada yang memiliki
1. Jorong Limo Kampuang dan Kapalo Koto, pada umumnya bekerja sebagai
petani, selain itu ada yang bekerja sebagai pegawai, pedagang dan konveksi.
2. Jorong Tangah Koto dan Galuang pada umumnya bergerak pada sektor
perdagangan, disamping itu ada yang bekerja sebagai petani, pegawai dan
konveksi.
khususnya industri pandai besi. Selain itu ada yang bekerja sebagai
Usaha industri pandai besi dilakukan oleh masyarakat Nagari Sungai Pua
di dekat rumah yaitu berada sekitar 10-15 meter dari rumah. Pemisahan antara
bengkel dilakukan dengan maksud agar asap dan debu tidak masuk ke dalam
rumah. Di sebagian rumah ada yang menggabungkan bengkel industri pandai besi
dengan tempat tinggal namun penggabungan bengkel dengan rumah tetap dibatasi
2.3.1 Adat
untuk bertingkah laku baik dan bermoral. Ini tertuang pada falsafah hidup
Minangkabau yaitu Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah yang berarti
syara mangato adat mamakai. Dalam artian semua kegiatan adat istiadat yang
55
yaitu agama islam. Falsafah ini sangat dipegang teguh oleh masyarakat di Nagari
Nagari Sungai Pua merupakan salah satu nagari yang termasuk ke dalam
wilayah hukum adat Minangkabau. Keadaan social di Nagari Sungai Pua bisa
dikatakan terjalin erat antara para penduduknya. Ini terlihat dari bagaimana cara
penduduk saling menghormati dengan penduduk lainnya. Hal tersebut tidak lepas
dari pengaruh hukum adat yang ada dan meninggalkan ketimpangan sosial antara
masyarakat. Peran niniak mamak di Nagari Sungai Pua sangat dominan, baik
dilihat secara ba anak kemenakan maupun secara hidup bernagari. Peran niniak
mamak yang dominan juga ada pada falsafah minang yaitu anak di pangku
kamanakan di jinjiang yang berarti anak di besarkan dengan kasih sayang namun
masyarakat di Nagari Sungai Pua. Ini karena mereka mempunyai peran dan fungsi
yang kuat dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan, adat dan budaya terutama
malapeh marapulai untuk pihak keluarga laki-laki dan mananti marapulai untuk
pihak keluarga perempuan. Dalam prosesi tersebut akan dilakukan kebiasaan dari
adat minang seperti sambah manyambah yang dilakukan oleh niniak mamak
56
kedua mempelai yaitu niniak mamak dari mempelai laki-laki dan niniak mamak
Salah satu ciri dari masyarakat Nagari Sungai Puadan menjadi budaya
sudah lama ada pada masyarakat di Nagari Sungai Pua. Masyarakat Nagari Sungai
Pua memilih merantau untuk menuntut ilmu serta mencari rezeki agar nantinya
didominasi oleh penduduk laki-laki yang berumur 18–45 tahun dengan kota
2.3.2 Keagamaan
memeluk satu agama yaitu agama Islam. Di Nagari Sungai Pua banyak terdapat
Selain itu masjid juga digunakan untuk keperluan keagamaan lainnya seperti acara
khatam Al-Qur’an, lomba MTQ dan sebagainya. Pada umumnya setiap mesjid
dan mushala memiliki MDA (Madrasah Diniyah Aliyah) dan TPA (Tempat
pemahaman dasar tentang ilmu agama. Sekalipun begitu guru dalam mengajar di
MDA dan TPA berasal dari Nagari Sungai Pua yang telah menimba ilmu ke
Dalam dua tahun sekali anak-anak yang mengaji di MDA atau TPA akan di
khatam dan di arak keliling kampung dengan di iringi oleh musik-musik gendang
dan pionika. Kebiasaan ini selalu dilakukan oleh masyarakat Nagari Sungai Pua
57
untuk memberikan apresiasi kepada anak-anak mereka yang telah dapat membaca
biasanya dilakukan pada kamis malam setelah shalat magrib selesai dilaksanakan
2.3.3 Pendidikan
hal penting dalam memajukan Sumber Daya Manusia (SDM). Tentu ini
serta peningkatan mutu dan kualitas suatu masyarakat. Berikut jumlah penduduk
58
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Limo Kapalo Tangah Limo
No Uraian Galuang Jumlah
Kampuang Koto Koto Suku
1 Tidak/belum sekolah 263 295 147 694 102 1501
2 Belum tamat SD 286 330 129 565 135 1445
3 Tamat SD 780 909 332 1.249 199 3469
4 Tamat SLTP 520 420 275 1.497 230 2942
5 Tamat SLTA 463 893 380 1.555 369 3660
6 Tamat D I/D II 16 30 18 95 20 179
7 Tamat D III 9 60 35 119 38 261
8 Tamat D IV/S1 68 148 74 300 90 680
9 Tamat S2 2 9 3 20 2 36
10 Tamat S3 0 2 1 3 0 6
14.17
Jumlah 2.407 3.096 1.394 6.097 1.185
9
Sumber : Hasil Pemutakhiran Data Kependudukan Tahun 2017
Sungai Pua paling banyak adalah tamat SLTA yaitu sebesar 3660 orang.
Sedangkan tingkat pendidikan penduduk Nagari Sungai Pua paling rendah adalah
anggota masyarakat yang memiliki peran penting dalam membangun suatu daerah
59
pemuda dan anak-anak di Nagari Sungai Pua. Seperti olahraga bola, sepak takrau,
2. Kelompok tani
kelompok tani agar tercipta wadah penyaluran inspirasi serta berkonsultasi dalam
masalah pertanian.
Pendidikan : 2 unit TK, 6 unit SD, 1 unit MTs, 2 unit SMP, 1 unit
Nagari Sungai Pua terdiri dari lima jorong yaitu Jorong Kapalo Koto, Limo
Kampuang, Tangah Koto, Limo Suku dan Galuang yang terletak di Kecamatan
Sungai Pua, Kabupaten Agam. Nagari Sungai Pua adalah Nagari yang berada
tepat di kaki Gunung Marapi. Nama Sungai Pua berasal dari Batang Pua artinya
sungai sedangkan Pua adalah nama pohon, pohon Pua ini tumbuh disepanjang
pinggir batang / sungai yang membelah kampuang lidah api sampai Cingkariang.
Saat ini kali tersebut dapat dilihat sebagai sungai mati, sungguhpun demikian
60
curam dan lebarnya memberi bekas bagaimana derasnya arus air yang pernah
mengaliri Batang Pua tersebut semasa masih berfungsi. Lahar puncak Gunung
Merapi juga mengalir ke sebelah Utara menuju Barat membentuk fungsi sungai
(Limo Kampuang, Ampuah dan terus ke Limo Suku). Di pinggir kiri kanan
sepanjang lahar yang mengalir itu tumbuh Batang Pua yang tingginya tidak lebih
(http://www.nagari-sungaipua.com/hal-sejarah-.html).
Industri pandai besi di Nagari Sungai Pua telah lama berdiri yaitu sejak
lebih kurang 100 tahun yang lalu. Pada awal masuknya industri pandai besi ke
menjadi berkurang karena hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki
industri pandai besi atau lebih dikenal sebagai “apa basi”. Industri pandai besi di
Nagari Sungai Pua juga sama dengan industri pandai besi yang ada di daerah lain
yaitu membuat alat-alat pertanian dan alat rumah tangga, Mulai dari membuat
pisau, sabit, cangkul, kapak, lading atau golok dan sebagainya. Keahlian dalam
mengolah besi bekas menjadi barang yang bermanfaat sudah menjadi warisan
(KBBI) disebut dengan “pandai besi”. Namun dalam kajian ini penulis memilih
istilah “apa basi” sebagaimana digunakan oleh masyarakat Minang secara umum.
Akan tetapi terkhususnya istilah ini di Nagari Sungai Pua adalah “bagarak basi”.
61
Hal ini dikarenakan penyebutan bagarak basi mengandung nilai budaya serta
Istilah lain yang muncul berkat keberadaan pandai besi dalam kawasan
pertanian ialah “industri pandai besi”. Selain menyatakan pandai besi sebagai
sebuah industri, istilah ini juga menunjukkan bila pandai besi sudah dimiliki
rakyat sejak lama. Adapun yang dimaksud pandai besi di sini adalah kepandaian
jumlah pekerja antara 2-8 orang termasuk pemilik industri. Mereka bekerja dari
jam 06:00 pagi sampai jam 16:00 sore bahkan lebih dengan diselingi istirahat
siang seperti shalat dan makan, mereka bekerja berdasarkan keahlian masing-
besi di Nagari Sungai Pua beserta siapa saja yang bertugas di dalamnya :
Pemotongan besi dilakukan oleh dua atau tiga orang yang terdiri dari
pandai besi), dan dua orang tukang tapo (pekerja yang pemegang palu besar).
Banyaknya tukang tapo tergantung pada jumlah pesanan atau keinginan dari
penjepit yang panjang dan meletakkannya di atas batu lantuang (besi besar
62
yang digunakan sebagai landasan dalam menempa besi) setelah itu
nangkodoh mengambil pahat yang telah terikat dengan sapit panjang dan
Pembuatan lanjaran (besi yang telah ditempa sesuai pola seperti bentuk dasar
sabit, lading, pisau, kapak, cangkul dan sebagainya) dilakukan oleh dua atau
tiga orang yang sama pada tahap awal yaitu tahap pemotongan besi.
batu lantuang namun pada tahap ini tidak menggunakan pahat tetapi langsung
besar. Titik tempat tukang tapo menempa tidak boleh sembarangan, harus
sesuai dengan dimana nangkodoh menempa besi sebelum tukang tapo karena
nangkodoh yang menentukan lanjaran apa yang akan dibuat seperti lanjaran
selesai yaitu dengan menghaluskan atau membentuk kembali sudut besi yang
telah terpola menggunakan mesin gerinda duduk. Hal ini dilakukan agar
ujung permukaan besi yang tidak rata dapat diratakan dengan mesin gerinda
63
sehingga barang yang hendak di buat sesuai dengan pola yang telah
direncanakan.
layang)
Proses manggarinda layang dilakukan oleh satu orang yaitu dengan cara
menipiskan mata sabit menggunakan mesin gerinda layang. Ini berguna untuk
dengan memanaskan tangkai pisau/ sabit ke dalam bara api sampai sedikit
pemilik industri.. proses ini tidak selalu di panggang terlebih dahulu. Ada
Penyepuhan besi dilakukan oleh nangkodoh saja karena pada tahap ini tidak
sampai permukaan lanjaran rata. Setelah itu dimasukkan ke dalam air atau oli.
Pemilihan air atau oli dalam penyepuhan tergantung pada keahlian masing-
penyapuhan menggunakan oli dan air. Pada penggunaan oli penyepuhan yang
64
terlalu lama akan membuat besi lunak dan mudah bengkok jika terkena batu
atau benda keras lain dan jika penyepuhan terlalu cepat maka besi tidak akan
air. Penyepuhan yang terlalu lama akan membuat besi mudah patah dan tidak
bisa digunakan lagi namun jika penyepuhan terlalu cepat maka bessi tidak
akan matang. Proses ini yang menentukan hebat atau tidaknya nangkodoh.
usia sekolah atau yang sedang menempuh ilmu pendidikan di SMP dan SMA.
Proses maasah melalui tiga tahap yaitu pertama menghilangkan bekas gerinda
pada sisi mata pisau/ sabit menggunakan asahan kasar. Kedua menghilangkan
bekas asahan kasar pada sisi sabit/ pisau menggunakan asahan halus
sebagai pengkilap sabit/pisau dengan cara lumuran sabun yang sudah di beri
air.
dengan menggunakan dua jenis kain yaitu kain berbahan kaos untuk
mengeringkan pisau yang terlalu basah dan setelah itu menggunakan kain
65
9. “Maagiah punco”
(getah kayu biasanya terletak pada pohon alpukat) terlebih dahulu. Setelah
tangkai.
tidak semuanya dilalui oleh bengkel industri pandai besi di Nagari Sungai Pua.
Ada bengkel yang khusus membuat lanjaran.Ada juga yang membeli lanjaran
dan hanya melakukan proses finishing. Hal ini terjadi karena semakin
66
BAB III
Bab ini mendeskripsikan hasil temuan dan analisis data selama penelitian
observasi. Seperti yang disampaikan dalam bab 1, bahwa tujuan penelitian ini
sosial dan hambatan kultural yang terjadi dalam pengembangan industri pandai
besi tradisional di Nagari Sungai Pua. Temuan data tersebut didapatkan dari
informan yang akan diuraikan dalam bentuk kata-kata, argumentasi dan informasi
Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari 3 orang
salah satunya terdapat pada hambatan sosial. Hambatan tersebut dibagi menjadi
empat bagian yaitu, pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi yang
67
pemanfaatan teknologi yang canggih dalam pemasaran dan persaingan dengan
Kabupaten Agam.
untuk masa depan terlihat pada beberapa jawaban masyarakat yang menjadi
argumen masyarakat yang menunjukkan bahwa industri pandai besi memang tidak
terhadap industri pandai besi yang tidak menjanjikan untuk masa depan :
Tetangga yang tinggal berdekatan dengan bengkel industri pandai besi, Red
(48 tahun)
Bahasa Indonesianya :
Ibuk Red merupakan tetangga yang tinggal di dekat bengkel industri pandai
besi Bapak Anes. Ibuk Red menjelaskan pekerjaan sebagai pengrajin pandai besi
68
kurang bagus jika dikerjakan oleh pemuda karena hasil dari bekerja sebagai
pengrajin pandai besi tidak seberapa. Selain itu hasil tersebut tidak dapat
memenuhi kebutuhan untuk menikah. Hal ini tentu akan membuat pengrajin muda
malas untuk bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena tidak adanya prospek
Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Niniak Mamak Doni Datuak Sinaro
“...Kalau bagarak ko di arok an kini, ambo raso ndak bisa doh sabab
hasil yang didapek indak bisa mambuek urang sejahtera . inti no kalo
ka nio kayo ndak bisa bakarajo iko doh, kalau untuak iduik makan se
lai bisa...”(Wawancara tanggal 27 Januari 2019)
Bahasa Indonesianya :
Bapak Doni Datuak Sinaro Panjang yang merupakan niniak mamak suku
piliang di Nagari Sungai Pua juga menjelaskan bahwa bekerja sebagai pengrajin
pandai besi tidak bisa membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dikarenakan
hasil yang didapat tidak seberapa. Jika ingin kaya, bukanlah bekerja sebagai
pengrajin pandai besi jalannya, disebabkan bekerja sebagai pengrajin pandai besi
Hal serupa dijelaskan Wali Nagari Bapak Fiki Ananda,Amd (32 tahun)
69
Bahasa Indonesianya
pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi yang tidak menjanjikan untuk
masa depan memang masyarakat memandang bahwa tidak ada prospek baik yang
dihasilkan dari bekerja sebagai pengrajin pandai besi ini. Penilaian mereka
didasarkan terhadap hasil yang didapat oleh para pengrajin. Hasil yang didapat
terlihat pada pengrajin yang masih hidup sederhana dan belum sejahtera.
Dari hasil interpretasi di atas maka teori yang cocok untuk menganalisis
keinginan untuk mengubah nasib. Hal tersebut terlihat dari masyarakat yang
Bagi sebuah industri, baik itu industri kecil, menengah maupun industri
besar tentulah membutuhkan ilmu dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Ilmu tersebut bisa didapatkan dengan cara pendidikan formal ataupun nonformal.
70
pendidikan nonformal didapatkan dari pelatihan, dan sejenisnya yang diperoleh
dari pendidikan. Begitu juga dengan industri pandai besi di Nagari sungai Pua.
Ilmu yang didapat oleh para pengrajin pandai besi tergolong pada ilmu
pendidikan non formal. Alasannya kepandaian dalam mengolah besi menjadi alat
rumah tangga atau alat-alat pertanian didapatkan dari orang tua yang berlatar
secara turun temurun kepada anak cucu mereka. Itulah sebabnya penurunan
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua. Hal ini yang membuat terjadinya
Bahasa Indonesianya :
71
tidak ada menolong ayah bekerja dirumah, pada saat libur saya pulang
kampung saya juga tidak ada menolong di bengkel. Karena rasanya
malu untuk bekerja sebagai pengrajin pandai besi...”
(Wawancara tanggal 24 Januari 2019)
Robi Putra merupakan anak Bapak Indra yang bekerja sebagai pengrajin
pandai besi. Saat Robi masih di bangku SMA dia sering membantu Bapak Indra
bekerja di bengkel. Namun setelah beranjak kuliah di Jakarta Robi tidak ada lagi
menolong ayahnya walaupun Robi pulang pada saat libur panjang dia tidak ada
pandai besi. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bapak Indra Sutan Rajo Ameh yang
Pemilik industri pandai besi Indra Sutan Rajo Ameh (54 tahun)
“...Apak sakola tamaik SMP nyo. Dulu sakola ko indak baitu bana
doh makasuiknyo tu indak paralu bana, beda jo kini.. Kalau kini kan
diwajiban anak-anak ko sakola sampai SMA. Jadi kini asa lai sakola
anak-anak tu maleh hati no untuak karajo di bengke. Apolai alah
sampai pulo kuliah....”(Wawancara tanggal 2 Februari 2019)
Bahasa Indonesianya :
Bapak Indra yang merupakan pemilik industri pandai besi sekaligus pekerja
hanya menempuh bangku sekolah pada jenjang SMP. Bapak Indra juga
pendidikan malas untuk bekerja sebagai pengrajin pandai besi apalagi jika sampai
72
pada jenjang perkuliahan. Seperti anaknya Robi yang telah menempuh pendidikan
di Jakarta. Saat pulang Robi tidak ada membantu Bapak Indra bekerja di bengkel.
Penjelasan dari anak Bapak Indra yang lain, Rahmat Rezki (28 tahun)
“...Sakola den sampai kelas duo SMA no. Dek alah tingga maleh se
hati den ka sakola. Kalau tamaik den sakola mungkin indak iko gai
karajo den doh dan ditanyo bana ka urang lain indak mungkin amuah
urang karjo iko kalo lah tamaik sakola apolai nan alah kuliah lo.
Biasono anak urang pagarak nan indak tamak sakola karajnyo iko
manaruihan usaho apakno...” (Wawancara tanggal 02 Februari 2019)
Bahasa Indonesianya :
“...Saya sekolah sampai kelas dua SMA. Karena sudah tinggal kelas
rasanya malu untuk melanjutkan sekolah. Kalau saya tamat sekolah
mungkin bukan ini pekerjaan saya dan jika ditanya kepada orang lain
tidak mungkin dia mau kerja ini jika tamat sekolah apalagi yang sudah
kuliah. Biasanya anak pengrajin pandai besi yang tidak menamatkan
sekolah akan bekerja sebagai pengrajin pandai besi untuk meneruskan
usaha bapaknya...” (Wawancara tanggal 02 Februari 2019)
Rahmat Reski yang merupakan kakak dari Robi Putra. Mereka berdua
adalah anak dari pemilik bengkel industri pandai besi yaitu Bapak Indra. Rahmat
mengatakan beliau sekolah hanya sampai kelas dua SMA. Jika beliau
menamatkan sekolah mungkin tidak akan bekerja sebagai pengrajin pandai besi
dan anak laki-laki pengrajin pandai besi di Nagari Sungai Pua yang tidak
pengrajin pandai besi. Berbeda dengan orang yang telah menamatkan sekolah
apalagi sampai pada jenjang perkuliahan mereka tidak akan mau bekerja sebagai
Penjelasan sama juga dijelaskan anak nangkodoh lain yaitu anak dari Bapak
73
“...Aden sampai kelas satu SMA no, alah duo kali tingga maleh se hati
den sakola, maabihan pitih se kato gaek den. Rato-rato urang
pagarak tu indak tamaik sakola, ado nan tamaik SMA paliangan ciek-
cieknyo. Indak amuah urang karajo bagarak tu kalau tamaik sakola
do, aden selah kini nan indak tamaik sakola amuah juo den marantau
pado bagarak tu. Duo tahun den talok bagarak, sudah tu marantau
den lai...” (Wawancara tanggal 06 Februari 2019)
Bahasa Indonesianya :
“...Saya sampai kelas satu SMA. Sudah dua kali tinggal sekolah malu
rasanya kalau mau melanjutkan, kata orang tua saya hanya
menghabiskan uang saja. Rata-rata pengrajin pandai besi tidak tamat
sekolah, ada yang tamat SMA itu cuma beberapa orang. Orang tidak
mau bekerja sebagai pengrajin pandai besi jika sudah tamat sekolah,
sedangkan saya yang tidak tamat sekolah lebih memilih merantau
daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Hanya dua tahun saya
mampu bekerja di bengkel, sesudahnya saya merantau...”
(Wawancara tanggal 06 Februari 2019)
Riski Oktavio Arifin merupakan anak dari Bapak Asih yang merantau ke
sekolah lebih memilih merantau daripada melanjutkan usaha orang tua sebagai
pengrajin pandai besi apalagi orang yang memang menamatkan bangku sekolah.
Hal ini serupa dengan penjelasan dari ayah Riski Oktavio Arifin, Asih Sutan
Bahasa Indonesianya :
“...Anak saya saja yang tidak tamat sekolah tidak mau bekerja sebagai
pengrajin pandai besi apalagi mereka yang sekolah. Apalagi yang
sampai pada jenjang perkuliahan mereka pasti malu bekerja sebagai
pengrajin pandai besi, karna pekerjaannya kotor. Saya juga tidak ada
melihat pekerja pandai besi yang tamat SMA, palingan yang berhenti
sekolah saat di SMA...” (Wawancara tanggal 24 Januari 2019)
74
Bapak Asih merupakan pemilik industri pandai besi sekaligus bertugas
(Riski Oktavio Arivin) yang tidak tamat sekolah tidak mau bekerja sebagai
pengrajin pandai besi apalagi mereka yang sekolah dan sampai pada jenjang
perkuliahan karena pekerjaan yang tergolong kotor. Bapak Asih juga melihat tidak
ada pekerja yang tamat sekolah bekerja sebagai pengrajin pandai besi yang ada
“...Indak usah mangecekan urang lain. Aden se nan tamaik SMP malu
juo karajo bagarak ko apolai anak-anak nan lai sakola sampai kuliah.
Rasono indak pantas urang nan basakola tu karajo iko doh
bakumuah-kumuah, paliang kurang urang nan tamaik SMA tu
karajono maolah kain...” (Wawancara tanggal 26 Januari 2019)
Bahasa Indonesianya :
“...Tidak perlu membicarakan orang lain. Saya saja yang hanya tamat
SMP malu bekerja sebagai pengrajin pandai besi apalagi anak-anak
yang sekolah sampai kuliah. Rasanya tidak pantas mereka yang
sekolah tinggi bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena kotor,
setidaknya mereka yang tamat SMA kerjanya konveksi...”
(Wawancara tanggal 26 Januari 2019)
juga menjelaskan bahwa mereka yang menempuh pendidikan tinggi tidak pantas
bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena pekerjaan sebagai pengrajin pandai
besi terlihat kotor. Bapak Anes juga mengatakan sedangkan dia yang hanya tamat
SMP malu bekerja sebagai pengrajin padai besi apalagi mereka yang sekolah
75
industri pandai besi untuk berkembang. Hambatan tersebut sangat jelas terlihat
karena dahulu saat orang tua mereka yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi
Mereka yang telah menempuh pendidikan enggan untuk bekerja sebagai pengrajin
pandai besi maupun melanjutkan usaha orang tua sebagai pengrajin pandai besi.
Mereka yang tetap bertahan bekerja sebagai pengrajin pandai besi hanyalah yang
pengrajin pandai besi lebih diprioritaskan daripada tetap bekerja sebagai pengrajin
pandai besi. Mereka yang telah menempuh pendidikan malu untuk melanjutkan
usaha keluarga yang berdampak pada sulitnya industri pandai besi untuk
yang tidak menamatkan bangku sekolah. Ini menujukan bahwa tingginya standar
besi sulit berkembang bahkan dengan standar tersebut membuat industri pandai
76
3.1.3 Kurangnya Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Teknologi yang
pengrajin dalam memanfaatkan teknologi yang canggih terlihat pada tidak adanya
produknya. Sedangkan pada dasarnya teknologi tersebut telah bisa di akses hanya
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua terhambat untuk berkembang sehingga
tertinggal oleh para pesaingnya. Para pemilik industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua hanya terpaku pada pemasaran model lama yakni memasarkan produk
pemasaran produk :
77
Bahasa Indonesianya:
Hal ini juga Wali Nagari menjelaskan hampir keseluruhan para pengrajin pandai
Penjelasan dari tetangga pengrajin pandai besi Ibuk Red (48 tahun)
Bahasa Indonesianya :
bersebelahan dengan bengkel industri pandai besi Bapak Anes juga menjelaskan
bahwa handphone dapat dimanfaatkan untuk menjual produk pandai besi. Seperti
halnya yang ia temukan di pasar aur. Namun hal ini tidak dimanfaatkan oleh para
pengrajin pandai besi di Nagari Sungai Pua untuk memasarkan produknya agar
Penjelasan dari informan pengamat yaitu Bapak Fiki Ananda dan Ibuk Red
juga berbanding lurus dengan informasi yang didapat dari informan pelaku bahwa
78
para nangkodoh yang merupakan pemilik industri pandai besi tidak menggunakan
Bahasa Indonesianya :
Penjelasan yang sama juga disampaikan oleh nangkodoh lain, Anes (42
tahun)
“...Indak tau den kalau bisa manjua barang ko lewat hape doh...”
(Wawancara tanggal 24 Januari 2019)
Bahasa Indonesianya :
Bapak Indra Sutan Rajo Ameh (54 tahun) sebagai nangkodoh di bengkelnya
“...Indak tau pak kalau hape tu bisa untuak manggaleh. Apak jarang
pai ka balai manjua iko, dek biasono ba antaan ka kadai sutan
pangeran seno ...”(Wawancara tanggal 24 Januari 2019)
Bahasa Indonesianya :
“...Bapak tidak tahu hp itu bisa untuk jualan. Saya jarang pergi ke
pasar untuk menjual ini, karena biasanya hanya mengentarkan ke
79
kedai Sutan Pangeran (tengkulak yang menjual alat-alat dapur dan
alat-alat pertanian)...” (Wawancara tanggal 24 Januari 2019)
Dari penjelasan tiga orang pemilik industri pandai besi yaitu Bapak Asih,
Anes dan Bapak Indra Sutan Rajo Ameh yang menyatakan tidak ada penggunakan
pernyataan yang diberikan Bapak Wali Nagari Fiki Ananda dan Ibuk Red bahwa
pandai besi sehingga menyebabkan industri pandai besi di Nagari Sungai Pua sulit
berkembang.
tidak adanya pengetahuan dari para pemilik industri pandai besi mengenai
memasarkan produk yang mereka produksi. Para pemilik industri pandai besi
hanya terpaku pada model pemasaran lama yaitu menjual produk pandai besi
dengan cara mendatangi lansung pasar-pasar sekitar dan ada juga yang
mengalami kemajuan. Namun berbeda dengan yang terjadi pada pengrajin pandai
besi di Nagari Sungai Pua. Mereka tidak dapat mengadopsi teknologi baru
80
3.1.4 Persaingan dengan Produk Sejenis
persaingan produk sejenis. Hambatan ini sangat jelas terlihat ketika harga yang
diberikan produk sejenis jauh lebih murah jika dibandingkan dengan industri
pandai besi di Nagari Sungai Pua. Harga yang ditetapkan produk pabrik sangat
alat-alat rumah tangga yang juga diproduksi pandai besi di Nagari Sungai Pua
tersebar sampai ke pasar-pasar kecil atau pasar tradisional. Hal ini memberikan
ruang yang sempit bagi produk pandai besi Nagari Sungai Pua memasarkan
produknya di pasar tradisional sehingga membuat hasil industri pandai besi sulit
terjual. Kesulitan industri pandai besi Nagari Sungai Pua dalam memasarkan
produknya selain pada saingan dengan produk sejenis juga didapatkan dari sering
terlambatnya tengkulak memberikan uang hasil industri pandai besi para pengrajin
di Nagari Sungai Pua sehingga para pengrajin terkendala dalam memenuhi biaya
produksi yang mengakibatkan produksi terhenti atau mandek. Tentu ini menjadi
hambatan bagi industri pandai besi untuk berkembang. Hambatan tersebut serupa
dengan hasil wawancara yang didapatkan dari informan pelaku dan beberapa
informan pengamat.
81
banyak tasebar di pasa-pasa ketek seperti halnyo pisau jerman, cap
buayo, itu sadonyo hasil dari buatan pabrik. Dan mereka manjua
barang nyo jauah labiah murah dari harago pandai basi nan di awak
sahinggo susah produk awak tajua...”
(wawancara tanggal 13 Januari 2019)
Bahasa Indonesianya :
bahwa permasalahan industri pandai besi di Nagari Sungai Pua yang paling utama
usahanya.
Hal serupa juga disampaikan oleh tetangga pangrajin yaitu Red (54 tahun)
Bahasa indonesia :
82
Ibuk Red juga menjelaskan hal yang serupa dengan penjelasan Bapak Wali
adalah karena harga yang ditetapkan atau ditawarkan barang sejenis jauh melebihi
melemahkan daya jual dari industri pandai besi Nagari Sungai Pua.
Datuak Sinaro Panjang yaitu Doni (36 tahun) juga menjelaskan hal yang
sama.
Bahasa indonesia :
kapak berhenti berproduksi lantaran telah banyaknya kapak buatan pabrik yang
dijual di pasar. Peredaran buatan pabrik tersebut juga dibarengi dengan harga
yang murah sehingga pengrajin pandai besi yang memproduksi kapak mengalami
masuknya produk yang sama dengan harga murah ke pasar nasional maupun
83
menjadikan para pengrajin malas untuk bekerja. Selain itu harga penjualan produk
para pengrajin pandai besi tradisional tidak bisa diturunkan lantaran tingginya
biaya produksi dan proses pembuatan yang memakan waktu sehingga tidak
Bahasa Indonesianya :
didapatkan dari pembeli lanjaran yaitu pengrajin lain yang memproduksi barang
nangkodoh lain Indra Sutan Rajo Ameh (54 tahun)yang memproduksi barang
sampai jadi.
84
juragan tu dek indak ado urang mambali lah, pisau-pisau dari stenlis
jo basi putiah nan banyak tajua...”
(wawancara tanggal 27 Januari 2019)
Bahasa Indonesianya :
“...Kalau saya lihat, yang jadi masalah uang saya sering tertahan di
juragan. Kadang dalam waktu satu minggu uang tersebut belum
diberikan. Yang juragan katakan belum banyak orang membeli barang
dari buatan tangan. Pisau berbahan standlis yang banyak terjual
baru...”(wawancara tanggal 27 Januari 2019)
pengrajin adalah para pengrajin yang memproduksi barang sampai jadi sering
terhambat untuk memproduksi barang lantaran tidak adanya biaya produksi. Hal
ini juga berimbas pada pengrajin yang memproduksi barang setengah jadi yaitu
lanjaran juga tertahan mendapatkan uang hasil produknya dari pengrajin yang
memproduksi barang sampai jadi karena biasanya lanjaran yang selesai dibuat
akan dijual kepada pengrajin yang memproduksi barang sampai jadi. Ini
dari tengkulak, pengrajin yang memproduksi barang sampai jadi dan yang terakhir
adalah pengrajin pandai besi yang memproduksi barang setengah jadi (pengrajin
85
negara berkembang. Hal ini menjadi ancaman bagi pengrajin pandai besi karena
produk luar negeri dijual dengan harga yang murah sedangkan produk pengrajin
tidak bisa dijual dengan harga sama dengan harga produk pabrik. Karena proses
yang lama. Sulitnya penjualan produk pandai besi berakibat pada sering
menjualkan produknya di pasaran. Hal ini juga ikut dirasakan pengrajin pandai
besi yang hanya memproduksi barang setengah jadi karena mereka biasa menjual
produknya kepada pengrajin pandai besi yang memproduksi barang sampai jadi.
tidak hanya dilihat pada sisi sosial tetapi juga dilihat pada sisi kultural yaitu
kultural pengrajin pandai besi untuk berkembang tersebut berupa keinginan orang
tua terhadap anak untuk tidak melanjutkan usaha pandai besi, kebiasaan pencarian
jodoh di Nagari Sungai Pua, sistem pengajaran kepandaian pandai besi dan
86
3.2.1 Keinginan Orang Tua Terhadap Anak untuk Tidak Melanjutkan
diturunkan kepada anak-anak laki-laki pengrajin pandai besi agar usaha tersebut
tidak terhenti di satu generasi. Usaha ini merupakan usaha keluarga yang telah
anaknya para pengrajin pandai besi. Ini tentu akan menjadi kebanggaan bagi
orang tua yang berprofesi sebagai pengrajin pandai besi apabila anak melanjutkan
usaha tersebut. Berbeda dengan temuan yang didapatkan dilapangan orang tua
pandai besi. berikut hasil temuan dilapangan mengenai keinginan orang tua
terhadap anak untuk tidak melanjutkan usaha sebagai pengrajin pandai besi.
Bahasa Indonesianya :
“...Saya tidak pernah melarang anak untuk melanjutkan usaha ini, tapi
jika bisa kerja yang lain kenapa harus pekerjaan ini. Karena hasil yang
didapatkan tidak seberapa. Kadang dalam satu kali pasar sabit terjual
tidak sampai satu kodi, jangankan satu kodi satu lusin saja sudah
susah. Palingan hanya mendapatkan seratus delapan puluh ribu sampai
dua ratus ribu rupiah, makanya saya bilang sama anak kalau bisa
jangan bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena uang nya hanya
habis untuk kebutuhan pokok saja...” (Wawancara tanggal 24 Januari
2019)
87
Penyataan dari Bapak Asih didukung oleh jawaban anaknya yaitu Rizki
“...Ndak ado gaek den managah karajo iko do, cuman nyo nyuruah
kalo dapek jan lah karajo pagarak, jadian karajo pagarak untuak
palarian nyampang kok ndak ado karajo nan lain...”
(wawancara tanggal 6 Februari 2019)
Bahasa Indonesianya :
“...Tidak ada orang tua saya melarang untuk bekerja sebagai pengrajin
pandai besi. Tapi beliau menyarankan kalau bisa jangan bekerja
sebagai pengrajin pandai besi. Jadikan pekerjaan ini sebagai pelarian
jikalau tidak ada pekerjaan yang lain...” (wawancara tanggal 6 februari
2019)
Nangkodoh lain, Indra Sutan Rajo Ameh (54 tahun) juga menyampaikan hal
yang serupa.
Bahasa Indonesianya :
Penyataan dari Bapak Indra didukung oleh jawaban anaknya yaitu, Rahmat
Bahasa Indonesianya :
88
(Wawancara tanggal 2 Februari 2019)
memang orang tua yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi mengajarkan
pertanian dan alat-alat rumah tangga namun mereka tidak mengharuskan anaknya
melanjutkan usaha sebagai pengrajin pandai besi malahan yang terjadi adalah
anak sangat dianjurkan untuk tidak bekerja sebagai pengrajin pandai besi.
Pekerjaan sebagai pengrajin pandai besi hanya dijadikan alternatif terakhir jika
pengrajin pandai besi kurang diminati. Alasan orang tua menganjurkan anaknya
untuk tidak bekerja sebagai pengrajin pandai besi adalah semakin sulitnya
penjualan produk pandai besi sehingga tidak memiliki prospek ke masa depan.
terjadinya modernisasi adalah selalu berorientasi pada masa sekarang dan masa
mendatang atau masa depan agar tercipta kehidupan yang lebih maju. Hal ini
terlihat pada keinginan orang tua yang tidak menginginkan anaknya untuk
tersebut bertujuan agar anak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya kelak dengan
pekerjaan yang lain. Keinginan orang tua ini disebabkan karena semakin sulitnya
penjualan barang hasil industri pandai besi di pasaran sehingga jika hanya terpaku
pada pekerjaan pandai besi akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
89
3.2.2 Pengrajin Pandai Besi Muda Sulit Mendapatkan Jodoh dari Kampung
yang Sama
faktor penghambat industri pandai besi untuk berkembang. Hal ini dilandasi dari
kebiasaan masyarakat Nagari Sungai Pua yang mencari jodoh sedapatnya harus
berasal dari daerah yang sama. Kebiasaan pencarian jodoh yang mengharuskan
mendapatkan jodoh berasal dari daerah yang sama membuat para pengrajin sulit
sebagai pengrajin pandai besi dan prospek pandai besi yang tidak baik untuk masa
mendatang. Hal tersebut yang menjadi alasan beberapa dari mereka yang masih
muda atau belum menikah enggan untuk bekerja sebagai pengrajin pandai besi.
Bahkan ada dari mereka yang malu terhadap pekerjaannya sebagai pengrajin
pandai besi. Ini sesuai dengan penjelasan dari beberapa informan berikut :
“...Biaso no urang awak mancari laki atau bini sakampuang. Itu nan
mambuek payah takah kato ama den ama den, kok bisa urang awak
juolah. Itu nan mambuek den sampai kini alun babini. Sabanano
malu den karajo iko. Baa tu malu dek mancaliak di kampuang ko
mausahoan bana manikah sanagari sadangan urang siko tau baa
kondisi pagarak ko. Tantu ujuang-ujuangnyo indak babini juo den
kasudahannyo...” (Wawancara tanggal 26 Januari 2019)
Bahasa Indonesianya :
“...Biasanya orang Sungai Pua mencari istri atau suami yang sama-
sama berasal dari Nagari Sungai Pua, itu yang membuatnya sulit
begitu juga kehendak dari ibu saya, kalau bisa orang Sungai Pua juga.
Itu yang membuat saya sampai sekarang belum menikah. Sebenarnya
saya malu kerja sebagai pengrajin pandai besi. Kenapa begitu, karena
di kampung sini sangat mengusahakan menikah satu nagari sedangkan
90
orang disini mengetahui kondisi pengrajin pandai besi. Tentu pada
akhirnya saya tidak bisa menikah...”
(Wawancara tanggal 26 Januari 2019)
(28 tahun)
Bahasa Indonesianya :
“...Kalau mencari istri yang berasal dari Sungai Pua untuk pengrajin
pandai besi bisa jadi susah, mungkin karena orang di sini sudah tau
dengan pekerjaan pandai besi, pekerjaan pandai besi terlihat kotor dan
penjualan pun sekarang susah...”
(Wawancara tanggal 2 Februari 2019)
(57tahun)
Bahasa Indonesianya :
Hal serupa disampaikan anak nangkodoh, Rizki Oktavio Arivin (26 tahun)
“...Den raso payah dapek bini kalo karajo pagarak ko soalno kan
nampak se di ang karajo bagarak tu bakumuah-kumuah, bakabuik,
gengsi nah paja cek surang, apolai jo hasia nan di dapekan indak
91
sabara sadangkan kebutuhan samakin batambah. Jadi indak ado
jaminan iduik kamuko tu doh...”
(Wawancara tanggal 2 Februari 2019)
Bahasa Indonesianya :
Bahasa indonesia :
diperoleh interpretasi data bahwa kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua
mengharuskan jodoh didapatkan sama-sama berasal dari Nagari Sungai Pua. Hal
ini menjadikan pengrajin pandai besi kesulitan untuk mendapatkan calon istri
bahkan menurut pengakuan Bapak Anes dia sudah berumur 42 tahun tapi belum
didapatkan berasal dari Nagari Sungai Pua. Selain itu pekerjaan yang terlihat
kotor dan tidak mencerminkan prospek yang baik untuk masa datang menjadikan
92
pekerjaan sebagai pengrajin pandai besi tidak dilirik oleh beberapa orang di
Nagari Sungai Pua hal ini sesuai dengan penjelasan dari informan pengamat
berikut :
“...Biasono urang di Sungai Pua ko mancari calon bini atau laki samo
nan dari Sungai Pua lo supayo kok jampang no marantau takana juo
no pulang. Indak setuju nte kalo anak ante balaki jo urang pagarak
kok bisa dapek laki PNS atau karajo kantua lah, paliang indak karajo
konveksi lah. Soalno karajo pagarak ko nampak indak manjamin
untuak anak nte...” (Wawancara tanggal 20 Januari 2019)
Bahasa Indonesianya :
“...Biasanya orang Sungai Pua mencari calon istri atau suami yang
sama-sama berasal dari Sungai Pua juga agar saat mereka merantau
nanti, mereka masih ingat untuk pulang. Saya tidak setuju kalau anak
saya menikah dengan orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai
besi. Kalau bisa mendapatkan suami orang yang bekerja sebagai PNS
atau kerja kantoran, paling tidak kerja konveksi. Masalahnya
pekerjaan pengrajin pandai besi terlihat tidak menjamin untuk anak
saya...” (Wawancara tanggal 20 Januari 2019)
kebiasaan di Nagari Sungai Pua yang mengharuskan pencarian jodoh berasal dari
daerah yang sama yaitu sama-sama berasal dari Nagari Sungai Pua. Dari
penjelasan tersebut juga terlihat bahwa Ibuk Red tidak menginginkan anaknya
menikah dengan pengrajin pandai besi karena pekerjaan tersebut tidak memiliki
Hal serupa juga dijelaskan oleh Niniak Mamak Doni Datuak Bandaro Basa
(36 tahun)
93
samo-samo dari Sungai Pua. Nan nampak di ambo sulik pagarak ko
mancari calon urang awak, alasannyo urang siko alah tau baa karajo
pagarak tu, kan nampak kumuah, paralu tinago banyak, tantu kalau
alah tuo indak bisa karajo lai. Kalau ado calon nan lain nan karajo
pasti ambo piliah nan karajo pasti karano panjualan urang pagarak
ko alah payah kini tapi kalau itu jodohnyo tantu ambo manyarah
lai...” (Wawancara tanggal 13 Januari 2019)
Bahasa Indonesianya :
Niniak Mamak Bandaro Panjang yaitu Bapak Doni juga menjelaskan hal
yang sama dengan pendapat Ibuk Red bahwa kebiasaan pencarian jodoh di Nagari
Sungai Pua adalah mencari pasangan sama-sama berasal dari Nagari Sungai Pua.
Hal ini menjadikan para pengrajin pandai besi muda kesulitan dalam mencari
jodoh yang berasal dari Nagari Sungai Pua lantaran masyarakat Nagari Sungai
Pua telah mengetahui keadaan pandai besi. Kesulitan ini juga diperkuat Bapak
Doni dengan mengatakan jika masih ada calon lain yang memiliki pekerjaan pasti
atau tetap dia akan memilih calon yang memiliki pekerjaan pasti yaitu pekerjaan
yang memiliki prospek kedepan. Ini tentu akan membuat pengrajin pandai besi
kesulitan dalam mencari jodoh yang berasal dari Nagari Sungai Pua.
Penjelasan berbeda disampaikan oleh Bapak Wali Nagari Sungai Pua Fiki
94
“...Prinsip ambo karajo ko ndak pangaruah untuak ambiak ka jadi
minantu, atau adiak ipa nan jaleh no gigiah karajo, akhlah no elok,
baradaik, batangguang jawab. Biasono disiko mancari jodoh samo-
samo urang Sungai Pua. Emang payah urang pagarak mancari bini
urang Sungai Pua kini, dek anak gadih kini alah banyak pamiliah
apolai mancaliak pagarak tu karajonyo kumuah...”
(Wawancara tanggal 27 Januari 2019)
Bahasa Indonesianya :
Bapak Wali Nagari Sungai Pua Fiki Ananda menjelaskan memang ada
kebiasaan pencarian jodoh diupayakan sama-sama berasal dari Nagari Sungai Pua
dan terlihat kesulitan para pengrajin pandai besi mendapatkan jodoh wanita yang
berasal dari Nagari Sungai Pua namun pandangan beliau berbeda mengenai hal
ini. Bapak Fiki Ananda menjelaskan pekerjaan bukanlah menjadi patokan dalam
pencarian jodoh untuk keluarganya. Yang bapak Fiki Ananda utamakan adalah
rajin dalam bekerja, akhlak yang baik beradat dan memiliki tanggung jawab.
Inilah yang menjadi acuan Bapak Wali Nagari dalam pencarian jodoh untuk
modernisasi dapat digunakan untuk menganalis masalah pada sub bab kebiasaan
adalah selalu berorientasi pada masa mendatang agar tercipta kehidupan yang
lebih maju. Hidup yang maju sering dipedomani pada kehidupan barat yang
95
berorientasi pada masa mendatang. Ini tercermin pada kebiasaan masyarakat
Nagari Sungai Pua mencari pasangan atau mencari calon suami untuk anak,
keponakan maupun adik mereka yang memiliki pekerjaan yang jelas. Hal ini
selera dalam pencarian jodoh menuju ciri-ciri masyarakat yang di anggap modern
industri pandai besi untuk berkembang. Ini terjadi karena mereka yang telah
melanjutkan usaha orang tua sebagai pengrajin pandai besi. Hal tersebut sesuai
Bahasa Indonesianya :
96
Dari penjelasan Bapak Asih diperoleh bahwa orang lebih banyak memilih
merantau daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Seperti anaknya sendiri
yang telah empat tahun merantau. Hal ini sesuai dengan penjelasan anaknya yaitu
Bahasa Indonesianya :
pengrajin pandai besi. Hal ini disebabkan oleh semakin sulitnya penjualan dari
usaha sebagai pengrajin pandai besi. selain itu dia juga merasa bosan dengan
Hal ini serupa dengan penjelasan dari anak nangkodoh lain, Rezki Rahmat
(28tahun)
Bahasa Indonesianya :
sebagai pengrajin pandai besi. Beliau sekarang bekerja sebagai pengrajin pandai
97
besi lantaran kasihan melihat orang tuanya bekerja sendiri tanpa anak-anaknya.
Saudara laki-lakinya yang lain telah lebih dahulu merantau. Hal ini serupa dengan
hasil wawancara bersama orang tua Reski Rahmad yaitu Indra Sutan Rajo Ameh
(54 tahun)
Bahasa Indonesianya :
“...Empat orang anak saya yang laki-laki hanya sendiri yang dirumah
selebihnya merantau. Mereka sudah nyaman mencari uang di rantau
orang...” (Wawancara tanggal 27 Januari 2019)
satu yang dirumah yaitu Rahmad Reski. Anaknya yang telah merantau telah
Informan pengamat juga menjelaskan hal yang sama yaitu dari tetangga
“...Dari nan ante caliak selagi bisa anak bujang tu marantau pasti
nyo piliah marantau. Maksudnyo tu ado lah tampaik nan ka
dituruiknyo takah tampaik tingga atau karajo, pastinyo marantau. Lah
banyak urang lari dari karajo bagarak tu, apolai nan alah ado
ansanaknyo di rantau...” (wawancara tanggal 20 Januari 2019)
Bahasa Indonesia :
“...Dari yang saya amati selagi bisa anak pengrajin pandai besi untuk
merantau mereka pasti memilih merantau. Maksudnya asalkan ada
tempat untuk dituju seperti tempat tinggal atau pekerjaan pasti mereka
pilih merantau. Sudah banyak orang berpaling dari bekerja sebagai
pengrajin pandai besi, apalagi jika ada keluarga yang sudah menetap
di perantauan...” (wawancara tanggal 20 Januari 2019)
98
Ibuk Red menjelaskan bahwa dari yang beliau amati anak pengrajin pandai
besi akan memilih merantau jika ada peluang untuk merantau seperti tempat
tinggal yang jelas di daerah rantau ataupun pekerjaan yang pasti karena telah
menganalisis masalah dalam sub bab prioritas merantau daripada bekerja sebagai
pengrajin pandai besi. Hal ini didasari oleh faktor pendorong terjadinya
modernisasi yaitu keinginan yang kuat dari pekerja yang memilih merantau untuk
anggap monoton. Selain itu bekerja sebagai pengrajin pandai besi di anggap tidak
pengrajin dalam mencari nafkah. Mereka yang tetap bekerja sebagai pengrajin
hanya terpaksa lantaran tidak ingin meninggalkan orang tua bekerja di rumah
sendirian.
99
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
unit industri maupun pelaku industri pandai besi yang ada di Nagari Sungai Pua.
Berikut hambatan sosiokultural yang terjadi pada pengrajin pandai besi tradisional
dalam pemasaran
a. Keinginan orang tua terhadap anak untuk tidak melanjutkan usaha pandai
besi.
100
b. Pengrajin pandai besi muda sulit mendapatkan jodoh dari kampung yang
sama pua
4.2 Saran
kendala yang dihadapi industri pandai besi untuk berkembang. Hambatan tersebut
terlihat dari segi sosial dan kultural yang ada pada masyarakat Nagari Sungai Pua.
terjaga.
pandai besi sebaiknya dilakukan penyuluhan yang intensif oleh Dinas terkait
101
mengenai strategi penetapan harga yang tepat sehingga tidak terjadi
102
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Abidin mas’oed, 2005, Ensiklopedi Minangkabau, PPIMSumatra Barat, Padang
103
Moleong, j, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Dedi. 2001. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal.
153.
Soekanto, Soerjono, 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sritomo Wignjosoebroto, 2003, Pengantar Teknik &Manajemen Industri Edisi
Pertama, Jakarta : Penerbit Guna widya.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta.
Sukirno Sadono, 1995, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi kedua, Jakarta :
PT. Karya Grafindo Persada.
Sutanta (2010) Faktor-Faktor Penyebab Tidak Berkembangnya Kawasan Industri
Nguter Kabupaten Sukoharjo. Masters Thesis, Universitas Diponegoro.
Wignjosoebroto, Sritomo. (2003). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.
Edition. Guna Widya, Surabaya.
Internet
(http://www.nagari-sungaipua.com/hal-sejarah-.html). Diakses tanggal 02 Juni
2018
(http://repository.ipb.ac.id). Diakses tanggal 02 Juni 2018
104
Lampiran 1
RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama Lengkap : Dadang Kurnia
Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 18 Desember 1993
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Kampung Durian Limo Suku Sungai Pua,
Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam
Hp : 081364795580
Email : dadangkurnia376@gmail.com
105
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
1. Nama : Red
2. Umur : 48 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pendidikan Terakhir : SMA
5. Pekerjaan : Berdagang
6. Lama menetap dilokasi : 48 (th) - (bln)
Hambatan sosial
No Bidang Pertanyaan
1 Pandangan 1) Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang
masyarakat terhadap industri pandai besi?
industri pandai besi 2) Apakah industri pandai besi merupakan
yang tidak pekerjaan yang menjanjikan untuk masa depan?
menjanjikan untuk
masa depan
2. Kurangnya 1) Apakah kurangnya pengetahuan tentang
pengetahuan tentang pemanfaatanteknologi yang canggih
pemanfaatan teknologi mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
yang canggih dalam industri pandai besi di Nagari Sungai Pua?
pemasaran Kenapa ?
106
Hambatan budaya
No Bidang Pertanyaan
1. 1) Kebiasaan pencarian 2) Bagaimana jika anak Ibu dilamar oleh orang
jodoh di Nagari yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
Sungai Pua 3) Menurut Ibu apakah ada kecendrungan
menikah pada sesama keluarga pekerja pandai
besi?
107
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Hambatan sosial
No Bidang Pertanyaan
1. Pandangan 1) Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang industri
masyarakat pandai besi?
terhadap industri 2) Apakah ada pengaruh industri pandai besi di
pandai besi yang Nagari Sungai Pua terhadap aktifitas sehari-hari
tidak menjanjikan bapak/ibu?
untuk masa depan 3) Apakah ada dampak positif atau negatif dari
adanya industri pandai besi di Nagari Sungai
Pua?
4) Bagaimana hubungan yang terjalin dengan
pemilik/pekerja industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua?
108
4. Persaingan Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi
dengan Produk penyebab industri pandai besi sulit berkembang?
Sejenis Kenapa?
Hambatan budaya
No Bidang Pertanyaan
1. Kebiasaan 1) Bagaimana jika anak Bapak dilamar oleh orang
pencarian jodoh yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
2) Menurut bapak apakah ada kecendrungan menikah
pada sesama keluarga pekerja pandai besi?
3) Apakah pengrajin muda yang hendak menikah sulit
dalam mendapatkan jodoh di Nagari Sungai Pua?
109
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
1. Nama : Doni Datuak Bandaro Panjang
2. Umur : 36 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SD
5. Pekerjaan : Konveksi
6. Lama menetap dilokasi : 36 (th) - (bln)
Hambatan sosial
No Bidang Pertanyaan
1. Pandangan 1) Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang orang
masyarakat yang bekerja/pemilik industri pandai besi?
terhadap industri 2) Apakah ada pengaruh industri pandai besi di
pandai besi yang Nagari Sungai Pua terhadap aktifitas sehari-hari
tidak menjanjikan bapak/ibu?
untuk masa depan 3) Apakah ada dampak positif atau negatif dari
adanya industri pandai besi di Nagari Sungai
Pua?
4) Bagaimana hubungan yang terjalin dengan
pemilik/pekerja industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua?
110
sejenis Kenapa?
Hambatan budaya
No Bidang Pertanyaan
1. Kebiasaan pencarian 4) Bagaimana jika anak Bapak dilamar oleh
jodoh di Nagari orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai
Sungai Pua besi?
5) Menurut bapak apakah ada kecendrungan
menikah pada sesama keluarga pekerja
pandai besi?
6) Apakah pengrajin muda yang hendak
menikah sulit dalam mendapatkan jodoh di
Nagari Sungai Pua?
111
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Hambatan sosial
No Bidang Pertanyaan
1. Pendidikan tinggi 1) Menurut bapak apa rata-rata pendidikan
menghambat terakhir pemilik industri pandai besi di Nagari
keinginan anak Sungai Pua?
untuk 2) Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
mmelanjutkan sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
usaha pandai besi Sungai Pua?
Kenapa ?
112
3. Persaingan dengan Apakah persaingan dari produk sejenis
produk sejenis menjadi penyebab industri pandai besi sulit
berkembang? Kenapa?
Hambatan budaya
No Bidang Pertanyaan
1. Keinginan orang 1) Apakah bapak pernah melarang
tuaterhadapanakuntuktidak anak untuk melanjutkan atau
melanjutkanusahapandaibesi menolong bapak dalam bekerja
sebagai pengrajin pandai besi?
Kenapa?
113
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Hambatan sosial
No Bidang Pertanyaan
1. Pendidikan tinggi 1) Menurut bapak apa rata-rata pendidikan terakhir
menghambat pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai
keinginan anak Pua?
untuk tidak 2) Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
melanjutkan usaha sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
pandai besi Sungai Pua? Kenapa ?
2. Kurangnya 1) Apakah bapak mengetahui adanya alat-alat
pengetahuan canggih yang dapat membuat alat-alat pertanian
tentang secara cepat ?
pemanfaatan 2) Jika iya, apakah ada memakai alat-alat tersebut
teknologi yang dalam berproduksi? Kenapa?
canggih dalam 3) Apakah bapak mengetahui tentang teknologi
pemasaran seperti smartphone yang dapat digunakan untuk
memasarkan produk industri pandai besi di
Nagari Sungai Pua?
4) Jika iya, apakah memakai teknologi tersebut
untuk memasarkan produk?
3. Persaingan dengan 1) Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi
produk sejenis penyebab industri pandai besi sulit berkembang?
Kenapa?
114
Hambatan budaya
No Bidang Pertanyaan
1. Keinginan orang 1. Apakah bapak pernah melarang anak
tuaterhadapanakuntuktidak untuk melanjutkan atau menolong
melanjutkanusahapandaibesi bapak dalam bekerja sebagai
pengrajin pandai besi? Kenapa?
115
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
1. Nama : Anes
2. Umur : 42 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : Smp
5. Pekerjaan : Industri pandai besi
6. Lama menetap dilokasi : 42 (th) - (bln)
Hambatan sosial
No Bidang Pertanyaan
1. Pendidikan 1) Menurut bapak apa rata-rata pendidikan terakhir
menjadi pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai
penyebab Pua?
penurunan 2) Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
mobilitas sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
vertikal Sungai Pua? Kenapa ?
pekerjaan
116
3. Persaingan Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi
dengan produk penyebab industri pandai besi sulit berkembang?
sejenis Kenapa?
Hambatan budaya
No Pertanyaan
1. Kebiasaan pencarian 1. Apakah ada kecenderungan menikah pada
jodoh di Nagari sesama keluarga pekerja pandai besi? Jika
Sungai Pua ada, kenapa?
2. Apakah orang yang bekerja sebagai pengrajin
pandai besi sulit dalam mendapatkan jodoh?
Kenapa?
117
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Hambatan sosial
No Bidang Pertanyaan
1 Pendidikan tinggi 1) Menurut saudara apa rata-rata pendidikan
membuat anak terakhir pemilik industri pandai besi di Nagari
enggan Sungai Pua?
melanjutkan usaha 2) Menurut saudara, apakah ada pemilik yang dulu
pandai besi nya tamat SMA atau perguruan tinggi, namun
sekarang bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
3) Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua? Kenapa?
118
memasarkan produk industri pandai besi di
Nagari Sungai Pua?
4) Jika iya, apakah orang tua memakai teknologi
tersebut dalam memasarkan produk? Kenapa?
Hambatan budaya
No Bidang Pertanyaan
1. Keinginan orang 1) Apakah bapak pernah melarang saudara
tuaterhadapanakuntukt untuk melanjutkan atau menolong bapak
idak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai
melanjutkanusahapan besi? Kenapa?
daibesi
119
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Hambatan sosial
No Bidang Pertanyaan
1 Pendidikan tinggi 1) Menurut saudara apa rata-rata pendidikan terakhir
membuat anak pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai
enggan untuk Pua?
melanjutkan usaha 2) Menurut saudara, apakah ada pemilik yang dulu
pandai besi nya tamat SMA atau perguruan tinggi, namun
sekarang bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
3) Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua? Kenapa?
120
memasarkan produk industri pandai besi di
Nagari Sungai Pua?
4) Jika iya, apakah orang tua memakai
teknologi tersebut dalam memasarkan
produk? Kenapa?
Hambatan budaya
No Bidang Pertanyaan
1. Keinginan orang 1) Apakah bapak pernah melarang saudara
tuaterhadapanak untuk melanjutkan atau menolong bapak
untuk tidak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
melanjutkanusahapa Kenapa?
ndaibesi
121
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
7. Nama : Basa
8. Umur : 52 tahun
9. Jenis Kelamin : Laki-laki
10. Pendidikan Terakhir : SMP
11. Pekerjaan : industri pandai bessi
12. Lama menetap dilokasi : 37 (th) - (bln)
Hambatan sosial
No Bidang Pertanyaan
1. Pendidikan tinggi 1. Menurut bapak apa rata-rata pendidikan terakhir
membuat anak pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai
enggan untuk Pua?
melanjutkan 2. Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
usaha pandai besi sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua? Kenapa ?
122
untuk memasarkan produk?
Hambatan budaya
No Bidang Pertanyaan
1. Keinginan orang 2) Apakah bapak pernah melarang anak
tuaterhadapanak untuk untuk melanjutkan atau menolong bapak
tidak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai
melanjutkanusahapanda besi? Kenapa?
ibesi
123
Lampiran 3
IDENTITAS INFORMAN
Informan 2
1. Nama : Indra Sutan Rajo Ameh
2. Umur : 54 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SR
5. Pekerjaan : industri pandai besi
6. Lama menetap dilokasi : 54 (th) - (bln)
Informan 3
1. Nama : Anes
2. Umur : 42 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : Smp
5. Pekerjaan : industri pandai besi
6. Lama menetap dilokasi : 42 (th) - (bln)
Informan 4
1. Nama : Rahmat rezki
2. Umur : 28 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SMP
5. Pekerjaan : industri pandai bessi
6. Lama menetap dilokasi : 28 (th) - (bln)
Informan 5
124
1. Nama : Rizki Oktavio Arivin
2. Umur : 26 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SMP
5. Pekerjaan : industri pandai besi
6. Lama menetap dilokasi : 24 (th) - (bln)
Informan 6
1. Nama : Basa
2. Umur : 52 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SD
5. Pekerjaan : Tukang asah
6. Lama menetap dilokasi : 37 (th) - (bln)
Informan 8
Informan 9
1. Nama : Doni Datuak Sinaro Panjang
2. Umur : 36 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SD
5. Pekerjaan : Konveksi
6. Lama menetap dilokasi : 36 (th) - (bln)
125
Lampiran 4
CATATAN LAPANGAN
Informan 1
Pada pagi hari sekitar pukul 09.52 peneliti berjalan menuju lokasi yang
dipilih sebagai tempat informan berada yaitu bengkel Bapak Asih. Sesampai
disana Bapak Asih sedang bekerja dengan dua orang karyawannya. Peneliti
bersalaman dengan Pak Asih dan dua orang karyawannya yaitu Bapak Yusuf dan
Abang ilham. Karena sebelumnya paneliti dan Bapak asih beserta kedua
karyawannya sudah saling mengenal maka peneliti tidak terlalu susah untuk
mencairkan suasana. Selang menunggu Pak Asih tidak terlalu sibuk dalam bekerja
peneliti hanya bartanya-tanya kecil mengenai industri pandai besi sambil sesekali
bersenda gurau dengan karyawan Pak Asih yaitu Pak Yusuf dan Bang Ilham.
Selang bersenda gurau peneliti menjelaskan maksud kedatangan ke bengkel Pak
Asih beliupun menerima dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini. Setelah
jam menunjukan pukul 11.15 Pak Asih sudah mulai banyak duduk dalam bekerja,
disinilah peneliti mulai dengan pertanyaan mengenai masalah yang di angkat
dalam penelitian.
Hambatan sosial
a. Pendidikan tinggi membuat anak enggan untuk melanjutkan usaha
ppandai besi
- Apakah pendidikan mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa ?
“Anak saya saja yang tidak tamat sekolah tidak mau bekerja sebagai
pengrajin pandai besi apalagi mereka yang sekolah. Apalagi yang sampai pada
jenjang perkuliahan mereka pasti malu bekerja sebagai pengrajin pandai besi,
126
karna pekerjaannya kotor. Saya juga tidak ada melihat pekerja pandai besi yang
tamat SMA, palingan yang berhenti sekolah saat di SMA”
“Saya tidak tahu kalau bisa jualan menggunakan handphone baru kali ini
saya mendengar. Saya biasa berjualan di pasar-pasar seperti pasar Sangka, Padang
Panjang dan ke Aur Kuning”
Hambatan kultural
1. Keinginanorang tuaterhadapanakuntuktidak
melanjutkanusahapandaibesi
- Apakah bapak pernah melarang anak untuk melanjutkan atau
menolong bapak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
Kenapa?
“Saya tidak pernah melarang anak untuk melanjutkan usaha ini, tapi jika
bisa kerja yang lain kenapa harus pekerjaan ini. Karena hasil yang didapatkan
tidak seberapa. Kadang dalam satu kali pasar sabit terjual tidak sampai satu kodi,
jangankan satu kodi satu lusin saja sudah susah. Palingan hanya mendapatkan
seratus delapan puluh ribu sampai dua ratus ribu rupiah, makanya saya bilang
sama anak kalau bisa jangan bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena uang
nya hanya habis untuk kebutuhan pokok saja”
127
2. Kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua
- Apakah ada kecenderungan menikah pada sesama keluarga
pengrajin pandai besi? Jika ada, Kenapa?
- Apakah orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi sulit
dalam mendapatkan jodoh? Kenapa?
“Kebiasaan warga disini mencari calon istri satu kampung. Tapi yang saya
lihat orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi ini sulit mendapatkan
jodoh orang asli Sungai Pua ini karena orang sekarang dalam mencari jodoh
banyak pertimbangan. Bisa jadi karena pekerjaan ini kotor dan tidak ada pengrajin
pandai besi yang kaya”
128
Informan 2
“Tamat SMP dan SD. Hanya beberapa yang tamat SMA. Kebanyakan
orang malu kerja ini apalagi jika sudah sekolah tinggi. Zaman saya dahulu sekolah
tidak terlalu penting seperti sekarang. Dahulu sudah bisa baca hitung saja orang
sudah berhenti sekolah”
129
“Bapak tidak tahu hp itu bisa untuk jualan. Saya jarang pergi ke pasar
untuk menjual ini, karena biasanya hanya mengentarkan ke kedai Sutan Pangeran
(tengkulak yang menjual alat-alat dapur dan alat-alat pertanian)”
“Kalau saya lihat, yang jadi masalah uang saya sering tertahan di juragan.
Kadang dalam waktu satu minggu uang tersebut belum diberikan. Yang juragan
katakan belum banyak orang membeli barang dari buatan tangan. Pisau berbahan
standlis yang banyak terjual baru”
Hambatan kultural
“Saya tidak pernah melarang anak untuk melanjutkan usaha ini. Yang
penting dia memiliki ilmu pengrajin pandai besi sebagai pegangan baginya.
Jikalau tidak ada pekerjaan lain dia masih bisa mendapatkan uang dari berusaha
sebagai pengrajin pandai besi ini”
“Tidak susah mencari jodoh dari bekerja sebagai pengrajin pandai besi,
yang penting rajin bekerja, kalau bekerja sudah rajin jodoh pasti akan datang
dengan sendirinya. Tidak ada kebiasaan pengrajin juga menikah dengan keluarga
pengrajin”
130
“Kalau ada yang mau belajar pandai besi akan saya ajarkan. Tetapi
membayar, tidak bisa diajarkan begitu saja. Kalau diajarkan secara terbuka akan
menambah saingan bagi kami”
“Empat orang anak saya yang laki-laki hanya sendiri yang dirumah
selebihnya merantau. Mereka sudah nyaman mencari uang di rantau orang”
131
Informan 3
Peneliti mengunjungi informan pada pukul 11:15 WIB, waktu ini peneliti
rasa memungkinkan untuk wawancara karena pada saat observasi awal peneliti
melihat bengkel industri di tempat tersebut tutup pada waktu ba’da zuhur yang
berarti pekerjaan informan sudah sedikit pada waktu itu. Peneliti masuk ke
bengkel industri pandai besi Da Anes dan menyapa beliau beserta karyawannya
yang sebelumnya sudah peneliti kenal. Pada saat itu Da Anes sedang menunggu
besi matang dari tunggu pembakaran. Peneliti bergurau dengan Da Anes dan
karyawannya sambil bertanya-tanya mengenai pandai besi. Setelah informan telah
selesai bekerja barulah peneliti mulai menjelaskan maksud kedatangan peneliti.
Informan pun bersedia untuk diwawancarai.
Hambatan sosial
a. Pendidikan menjadi penyebab penurunan mobilitas vertikal pekerjaan
- Apakah pendidikan mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa ?
“Tidak perlu membicarakan orang lain. Saya saja yang hanya tamat SMP
malu bekerja sebagai pengrajin pandai besi apalagi anak-anak yang sekolah
sampai kuliah. Rasanya tidak pantas mereka yang sekolah tinggi bekerja sebagai
pengrajin pandai besi karena kotor, setidaknya mereka yang tamat SMA kerjanya
konveksi”
132
c. Penjualan yang susah serta persaingan harga dari produk pabrik
- Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?
“Yang saya rasakan kenapa susah pandai besi ini berkembang karena
susahnya menjual barang kadang pemilik industri hanya berharap pada tengkulak.
Seperti saya berharap kepada pemilik industri lain supaya membeli lanjaran saya.
Sedangkan uang dia juga tertahan di juragan bagaimana bisa dia membayar uang
saya. Tentu saya tidak bisa membeli besi”
Hambatan kultural
“Biasanya orang Sungai Pua mencari istri atau suami yang sama-sama
berasal dari Nagari Sungai Pua, itu yang membuatnya sulit begitu juga kehendak
dari ibu saya, kalau bisa orang Sungai Pua juga. Itu yang membuat saya sampai
sekarang belum menikah. Sebenarnya saya malu kerja sebagai pengrajin pandai
besi. Kenapa begitu, karena di kampung sini sangat mengusahakan menikah satu
nagari sedangkan orang disini mengetahui kondisi pengrajin pandai besi. Tentu
pada akhirnya saya tidak bisa menikah”
133
Informan 4
Informan yang ke 4 ini merupakan anak dari informan yang ketiga yaitu
Bapak Indra Sutan Rajo Ameh peneliti melakukan wawancara ini setelah
mewawancarai bapak Indra di bengkel yang sama. Pada saat itu bang Rezki
sedang menggerinda sabit yang selasai di las oleh pak Indra. Saat peneliti
menghampiri bang Reski beliau bertanya aden iyo lo ko? Sambil tertawa, peneliti
menjawab iyo bang. Barulah bang Rezki berhenti bekerja dan mengambil rokok
dan membakarnya sembari peneliti menanyakan pertanyaan dalam penelitian.
Hambatan sosial
a. Pendidikan menjadi penyebab penurunan mobilitas vertikal
pekerjaan
- Apakah sekolah terakhir abang?
- Kenapa memilih bekerja sebagai pengrajin pandai besi dari pada
sekolah?
- Apakah pendidikan mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa?
“Saya sekolah sampai kelas dua SMA. Karena sudah tinggal kelas rasanya
malu untuk melanjutkan sekolah. Kalau saya tamat sekolah mungkin bukan ini
pekerjaan saya dan jika ditanya kepada orang lain tidak mungkin dia mau kerja ini
jika tamat sekolah apalagi yang sudah kuliah. Biasanya anak pengrajin pandai besi
yang tidak menamatkan sekolah akan bekerja sebagai pengrajin pandai besi untuk
meneruskan usaha bapaknya”
134
- Jika iya, apakah orang tua memakai teknologi tersebut dalam
memasarkan produk? Kenapa?
“Saya tau dengan mesin-mesin pencetak itu hanya sekedar tau tapi tidak
mungkin itu digunakan disini, tidak ada orang yang mengerti, walaupun ada orang
yang mengerti uang pembelinya yang tidak ada. Tidak ada orang menjual sabit
pakai handphone kalau pisau ukir bisa jadi ada dijual lewat online”
“Itu penyebab utama pengrajin kapak berganti membuat sabit bahkan ada
yang mati bengkelnya karena terlalu susah menjualnya di pasar, kalau bersaing
kualitas tidak akan kalah hasil pandai besi di Sungai Pua, tapi bersaing dengan
harga. Mereka jual dengan harga yang murah tentu konsumen banyak memilih
yang murah. Kalau misal disamakan harga dengan produk pabrik kami tidak akan
mendapatkann laba, bahkan mendapatkan kerugian”
Hambatan budaya
a. Keinginan orang tua terhadap anak untuk tidak melannjutkan
usaha panndai besi
- Apakah bapak pernah melarang saudara untuk melanjutkan atau
menolong bapak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
Kenapa?
“Tidak ada ayah saya melarang untuk melanjutkan usaha ini. Malahan
saya diajarkan untuk bisa menempa besi”
“Kalau mencari istri yang berasal dari Sungai Pua untuk pengrajin pandai
besi bisa jadi susah, mungkin karena orang di sini sudah tau dengan pekerjaan
pandai besi, pekerjaan pandai besi terlihat kotor dan penjualan pun sekarang
susah”
135
c. Prioritas Merantau dari pada Bekerja sebagai Pengrajin Pandai
Besi
“Empat orang anak saya yang laki-laki hanya sendiri yang dirumah
selebihnya merantau. Mereka sudah nyaman mencari uang di rantau orang...”
136
Informan 5
Hambatan sosial
a. Pendidikan menjadi penyebab penurunan mobilitas vertikal
pekerjaan
- Apakah pendidikan mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa?
“Saya sampai kelas satu SMA. Sudah dua kali tinggal sekolah malu
rasanya kalau mau melanjutkan, kata orang tua saya hanya menghabiskan uang
saja. Rata-rata pengrajin pandai besi tidak tamat sekolah, ada yang tamat SMA itu
cuma beberapa orang. Orang tidak mau bekerja sebagai pengrajin pandai besi jika
sudah tamat sekolah, sedangkan saya yang tidak tamat sekolah lebih memilih
merantau dari pada bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Hanya dua tahun saya
mampu bekerja di bengkel, sesudahnya saya merantau”
137
- Apakah saudara mengetahui tentang teknologi seperti smartphone
yang dapat digunakan untuk memasarkan produk industri pandai
besi di Nagari Sungai Pua?
- Jika iya, apakah orang tua memakai teknologi tersebut dalam
memasarkan produk? Kenapa?
- Apakah saudara mengetahui adanya alat-alat canggih yang dapat
membuat alat-alat pertanian secara cepat ?
“Tidak ada orang Sungai Pua yang memakai alat-alat yang seperti itu.
Karena selain harganya yang mahal orang yang menjualpun tidak ada disini.
Orang tua saya tidak bisa memakai handphone android apalagi untuk menjual
barang”
Hambatan budaya
a. Keinginan orang tuaterhadapanakuntuktidak
melanjutkanusahapandaibesi
- Apakah bapak pernah melarang saudara untuk melanjutkan atau
menolong bapak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
Kenapa?
“Tidakada orang
tuasayamelaranguntukbekerjasebagaipengrajinpandaibesi.
Tapidiamenyarankankalau bias janganbekerjasebagaipengrajinpandaibesi.
Jadikanpekerjaaninisebagaipelarianjikalautidakadapekerjaan yang lain”
“Saya rasa susah mendapatkan istri kalau bekerja sebagai pengrajin pandai
besi karena pekerjaan yang kotor dan berdebu, mereka gengsi jika menikah
138
dengan pengrajin pandai besi. Ditambah penghasilan tidak seberapa sedangkan
kebutuhan semakin bertambah. Jadi tidak ada jaminan hidup untuk masa
mendatang”
139
Informan 6
Peneliti melakukan wawancara dengan pak Basa pada pukul 15:20 yaitu
tanggal 3 februari. Pak Basa bekerja dengan pak Joni yang merupakan pemilik
bengkel industri pandai besi yang bersebelahan dengan bengkel Pak Indra Sutan
Rajo Ameh informan kedua dalam penelitian ini. Pada saat itu peneliti melihat
dari kejauhan bahwa informan sedang mengasah sabit di atas tonggak dari kayu
setinggi pinggang. Sebelumnya peneliti sudah mengenal pak Basa karena satu
kampung dan sudah sering saling sapa. Peneliti masuk ke dalam bengkel dan
menyapa pak Basa yang sedang mengasah sabit. Pak Basa bertanya ado aa tu?
Peneliti menjawab ado nan ka ditanyoan sagetek petek aa, lanjut lah karajo dulu
petek. Pak Basa menjawab tunggu santa dih ko ampiang sudah lo aa. Peneliti
menjawab jadih petek. Sembari menunggu pakBasa selesai bekerja peneliti
memfoto sabit di bengkel tersebut guna dijadikan sebagai dokumen pendukung
dalam penelitian. Tidak berapa lama terdengar adzan dan pak Basa menghentikan
kerjanya. Pak Basa bertanya ado apo tu? Barulah peneliti menjelaskan maksud
kedatangan peneliti. Pak Basa dengan senang hati menjadi informan dan
menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan.
Hambatan sosial
a. Pendidikan membuat anak enggan untuk melanjutkan usaha pandai
besi
1. Menurut bapak apa rata-rata pendidikan terakhir pemilik industri
pandai besi di Nagari Sungai Pua?
2. Apakah pendidikan mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa ?
“Banyak pekerja yang tamat SMP di bengkel ini. Dahulu sekolah tidak
menjadi prioritas, yang terpenting bisa membaca dan menghitung. Kalau sudah
bisa membaca dan berhitung mereka berhenti sekolah. Karena itu banyak
pengrajin pandai besi yang tidak tamat sekolah. Kalau sekarang pekerjaan ini
tidak begitu dilirik dan lebih mengutamakan sekolah”
140
b. Kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi yang canggih
- Apakah bapak mengetahui tentang teknologi seperti smartphone
yang dapat digunakan untuk memasarkan produk industri pandai
besi di Nagari Sungai Pua?
- Jika iya, apakah memakai teknologi tersebut untuk memasarkan
produk?
“Jika saingan bertambah tentu banyak pilihan barang yang akan di beli
pembeli. Yang kedua kualitas dan harga yang menjadi patokan, kalau pisau disini
bagus kualitasnya tapi harga sedikit mahal. Kalau barang pabrik kualitas jelek
tentu bisa dijual dengan harga murah. Yang jadi masalah orang lebih memilih
harga yang murah ketimbang kualitas mungkin karena hanya digunakan di dapur”
Hambatan budaya
1. Keinginan orang tua terhadap anak untuk tidak melanjutkan usaha
pandai besi.
- Apakah bapak pernah melarang anak untuk melanjutkan atau
menolong bapak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
Kenapa?
“Kalau melarang saya tidak ada, tapi saya sudah susah payah
menyekolahkannya tidak mungkin juga ini pekerjaannya”
141
3. Prioritas Merantau dari pada Bekerja sebagai Pengrajin Pandai
Besi
“Orang lebih memilih merantau dari bekerja sebagai pengrajin pandai besi,
apalagi yang keluarganya sudah ada di rantau. Hasilnya tidak sesuai dengan peluh
yang dikeluarkan saat bekerja. Apalagi penjualan semakin susah”
142
Informan 7
Ibu Red merupakan warga Limo Suku yang bertempat tinggal disekitar
bengkel industri pandai besi Nagari Sungai Pua. Peneliti memilih Ibu Red
sebagai informan karena sesuai dengan kriteria informan pada bab satu penelitian
ini. Rumah Ibu Red hanya berjarak sekitar lebih kurang sepuluh meter dari
bengkel industri. Wawancara yang peneliti lakukan dengan Ibu Red berlangsung
dirumah Ibu Red. Peneliti mendatangi langsung rumah Ibu Red dan
menyampaikan maksud serta tujuan peneliti berkunjung kesana. Respon yang
diberikan Ibu Red sangat baik karena peneliti datang saat Ibu Red tidak sibuk.
Wawancara pun berlangsung sekitar satu jam lebih.
Hambatan sosial
a. Pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi yang tidak
menjanjikan untuk masa depan
- Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang industri pandai besi?
- Apakah industri pandai besi memiliki prospek untuk masa depan?
“Saya rasa pekerjaan sebagai pengrajin pandai besi kurang bagus untuk
anak muda yang akan berumah tangga. Sebab hasil yang didapat tidak seberapa.
Jikalau akan menikah tidak akan cukup jika didapatkan dari hasil bekerja sebagai
pengrajin pandai besi”
143
“Kalau menurut saya teknologi itu sangat perlu kemanapun dan
dimanapun. Ada orang di aur jualan hanya dengan handphone, jualan online. itu
sebenarnya bisa dipakai untuk jualan apalagi pisau buatan kita bagus-bagus”
Hambatan kultural
“Biasanya orang Sungai Pua mencari calon istri atau suami yang sama-
sama berasal dari Sungai Pua juga agar saat mereka merantau nanti, mereka masih
ingat untuk pulang. Saya tidak setuju kalau anak saya menikah dengan orang yang
bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Kalau bisa mendapatkan suami orang yang
bekerja sebagai PNS atau kerja kantoran, paling tidak kerja konveksi. Masalahnya
pekerjaan pengrajin pandai besi terlihat tidak menjamin untuk anak saya”
“Dari yang saya amati selagi bisa anak pengrajin pandai besi untuk
merantau mereka pasti memilih merantau. Maksudnya asalkan ada tempat untuk
dituju seperti tempat tinggal atau pekerjaan pasti mereka pilih merantau. Sudah
banyak orang berpaling dari bekerja sebagai pengrajin pandai besi, apalagi jika
ada keluarga yang sudah menetap di perantauan”
144
Informan 8
Hambatan sosial
a. Pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi
- Apakah industri pandai besi memiliki prospek untuk masa depann?
145
c. Persaingan dengan produk sejenis
- Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?
“Kalau menurut saya permasalahan yang dihadapi oleh pandai besi adalah
susahnya dalam penjualan. Sekarang barang-barang pabrik sudah banyak tersebar
di pasar-pasar kecil seperti halnya pisau jerman, cap buaya, itu semuanya
merupakan hasil dari buatan pabrik. Dan mereka menjual jauh lebih murah
dibandingkan dengan hasil industri pandai besi kita sehingga produk kita susah
untuk dijual”
Hambatan kultural
a. Kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua
- Bagaimana jika anak bapak dilamar oleh orang yang bekerja sebagai
pengrajin pandai besi?
- Menurut bapak apakah ada kecendrungan menikah pada sesama
keluarga pekerja pandai besi?
- Apakah pengrajin muda yang hendak menikah sulit dalam
mendapatkan jodoh di Nagari Sungai Pua? Kenapa?
146
Informan 9
Hambatan sosial
a. Pandanganmasyarakatterhadapindustripandaibesi
- Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang orang yang
bekerja/pemilik industri pandai besi?
- Apakah industri pandai besi memiliki prospek untuk masa depan?
“Kalau hanya bekerja sebagai pengrajin pandai besi diharapkan saat ini,
saya rasa tidak bisa karena hasil yang didapat tidak bisa membuat kita sejahtera.
Inti nya kalau mau kaya tidak bisa hanya dengan bekerja ini saja, namun hanya
bisa untuk hidup dan makan saja”
147
c. Persaingan dengan produk sejenis
- Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?
“Pengrajin pandai besi kebanyakan berhenti membuat cangkul dan kapak
karena sudah banyak merek jerman dan cangkul pabrik dijual di pasaran,
hargapun dibanting jauh, ini penyebab para pengrajin berfikir ulang untuk
membuat kapak dan cangkul”
“Pencarian jodoh biasanya di Nagari Sungai Pua ini mencari jodoh sama-
sama satu nagari. Agar nanti kalau mereka merantau mereka akan ingat untuk
pulang karena keluarga mereka berasal dari daerah yang sama. Kalau yang saya
lihat pengrajin pandai besi sulit mencari jodoh orang yang berasal dari Sungai
Pua, alasannya orang sini sudah mengetahui bagaimana pekerjaan pengrajin
pandai besi, bisa dilihat pekerjaannya terlihat kotor, membutuhkan tenaga yang
banyak tentu jika sudah tua tidak sanggup lagi untuk bekerja. Kalau misalkan ada
calon lain yang memiliki pekerjaan pasti saya pilih itu untuk keponakan saya,
karena pekerjaan pandai besi tidak memiliki prospek kedepan. Tapi jika itu
jodohnya saya berserah diri”
“...Itu yang saya sayangkan, sebagian orang lebih memilih merantau dari
pada melanjutkan usaha orang tuanya. Tapi tidak bisa disesali karena pekerjaan
pandai besi tidak bisa diharapkan lagi saat ini. Berbeda dengan zaman dahulu,
dahulu kebanyakan orang disini bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena
cepat mendapatkan uang. Sekarang susah kalau bergantung pada pekerjaan pandai
besi”
148
Lampiran 5
DOKUMENTASI PENELITIAN
149
Gambar 3 : Pekerja pengrajin pandai besi “tukang asah” (Basa)
Dokumentasi pribadi, 2019
150
Gambar 5 : Anak nangkodoh (Rahmad Rezki)
Dokumentasi pribadi, 2019
151
Gambar 7 : Pengrajin pandai besi “nangkodoh” (Asih Sutan Pangulu)
Dokumentasi pribadi, 2019
152
Gambar 9 : Bahan baku industri pandai besi “Besi Somel”
Dokumentasi pribadi, 2019
153
Gambar 11 : Wawancara dengan informan melalui video call
Dokumentasi pribadi, 2019
154