Anda di halaman 1dari 154

HAMBATAN SOSIOKULTURAL

PENGRAJIN PANDAI BESI TRADISIONAL


DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI
SUNGAI PUA KECAMATAN SUNGAI PUA
KABUPATEN AGAM

SKRIPSI

Oleh

DADANG KURNIA
Bp. 1410812024

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG2019

1
HAMBATAN SOSIOKULTURAL
PENGRAJINPANDAI BESI TRADISIONAL
DALAMMENGEMBANGKAN INDUSTRIDI NAGARI
SUNGAIPUA KECAMATAN SUNGAI PUA
KABUPATEN AGAM

SKRIPSI

Tugas untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

Oleh
DADANG KURNIA
Bp. 1410812024

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2019

2
3
4
5
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamiin. Dengan mengucapkan puji dan syukur

kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hambatan

Sosiokultural Pengrajin Pandai Besi Tradisional dalam Mengembangkan Industri

di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam. Shalawat berserta

salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam,

pemimpin mulia dan contoh teladan bagi seluruh umat di muka bumi ini. Skripsi

ini diselesaikan untuk memperoleh gelar sarjana setelah menyelesaikan studi di

bangku kuliah Jurusan Sosiologi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Andalas.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari segala bimbingan, bantuan dan

dukungan dari semua pihak yang diberikan kepada penulis. Untuk itu pada

kesempatan yang sangat membahagiakan ini, dengan segala kerendahan hati

perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:

1. Teristimewa untuk orang-orang yang sangat berarti dalam kehidupan

penulis yang sangat penulis hormati dan sayangi. Ayahanda Burhanuddin

rahimahullah semoga Allah Subhanahuwata’ala menempatkan ayah di

tempat yang dirindukan ummat Nabi Salallahu’alaihi wasallam Aamiin,

dan Ibunda Maswati, semoga ibu selalu sehat sampai saya dapat

membahagiakan ibu di dunia dan mengantarkan ibu ke syurganya Allah ,

6
Aamiin. Dan untuk uda Marta Rahimahullah yang menjadi panutan bagi

penulis dalam menjalani kehidupan semoga uda sampai pada tujuan hidup

yang kita impikan selama di dunia, Aamiin. Terimakasih atas segala do’a,

limpahan kasih sayang, dukungan, pengertian yang tiada henti dan

pengorbanan yang telah diberikan selama ini sehingga penulis dapat

tumbuh besar dan memperoleh gelar sarjana seperti sekarang. Serta

terimakasih untuk saudara-saudariku Vera Burnawati, Acep Saputra

Jamin, Dewi Anggaraini, Gustia Nengsih, Wahyu Wijaya, dan Romadhon

Putra dan adikku tercinta Rahmi Burnawati semoga kita sukses baik itu di

dunia maupun di akhirat dan dapat membahagiakan satu-satunya orang tua

yang masih diizinkan Allah untuk kita sayangi, Aamiin.

2. Bapak Drs. Ardi Abbas, MT selaku pembimbing I dan BapakDrs. Rinaldi

Eka Putra, M.Si selaku pembimbing II. Terimakasih banyak atas waktu,

pemikiran, bantuan dan arahan serta kemudahan yang diberikan kepada

penulis sejak awal hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Bapak dan ibu penguji Dr. Bob Alfiandi, M.Si, Dr. Indraddin, M.Si,

Zuldesni, S.Sos, MA dan Drs. Alfitri, MS, selaku tim penguji, terimakasih

atas masukan, saran serta kritikan bagi kesempurnaan penelitian dan

pembuatan skripsi ini.

4. Terimakasih untuk Jurusan Sosiologi yang telah memberikan banyak hal,

Ketua Jurusan Sosiologi Bapak Drs. Jendrius M.Si dan Sekretaris Jurusan

Ibu Dra. Hanandini, M.Si. Seluruh staf pengajar FISIP Universitas

Andalas yang telah mencurahkan ilmunya dan membimbing selama masa

7
perkuliahan. Staf akademik yang telah membantu dalam proses

administrasi Kak Usi Utami, dan Buk As, terimakasih untuk keikhlasannya

membantu penulis.

5. Seluruh informan dalam penelitian ini yaitu Pemerintah Nagari Sungai

Pua, Wali Nagari,tokoh masyarakat, pengrajin pandai besi, tetangga

pengrajin pandai besi, anak pengrajin pandai besi dan pekerja yang telah

membantu dalam penelitian ini dengan memberikan data tertulis maupun

lisan, terimakasih atas kerjasama dan informasi yang telah diberikan

kepada penulis.

6. Seluruh teman-teman yang telah berpartisipasi dan memberi semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, teristimewa untuk teman

–teman sosiologi angkatan 2014 “LEG14S”, Fathur, Nurhadi, zizi, ari,

Irwan, Wahyu, erin, anggi, yaya, intan, anggun, ipit dan teman-teman

penulis semuanya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terimakasih.

7. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan di IMSP (Ikatan

Mahasiswa Sungai Pua Padang) yang telah memberikan tawa dan

pengalaman-pengalaman yang mungkin tidak didapatkan pada organisasi

lain, kita terpisahkan oleh perguruan tinggi namun tidak membuat itu

menjadi halangan untuk menjalin silaturahmi antara kita. Kepada Rizki

Rahman sebagai ketua, Abrar, Nindy, Ai, Icall Adli, Aji, Iwid dan Aizil

selaku presidium, semoga dapat mengemban amanah dengan baik

sehingga menjadikan IMSP tidak hanya sebagai wadah dalam

8
bersilaturahmi namun juga dapat meningkatkan potensi anak Nagari

Sungai Pua ke depan.

8. Seluruh teman-teman dari SMAN 1 Sungai Pua yang memberikan banyak

pengalaman hidup. Baik itu pengalaman yang membawa manfaat ataupun

pengalaman yang membawa gelak tawa sehingga kehidupan penulis lebih

berwarna. Ripal, Risyad, Hakim, Budi, Adil, Fahri, Hendrik, Aydil, Rizal,

Afdil, Archhh, Fadli, Camaik, Acung, dan yang lain yang tidak bisa

disebutkan secara keseluruhan, semoga silaturahmi kita tetap akan selalu

terjaga, Aamiin.

9. Seluruh teman-teman KKN Nagari Pilubang dan terkhusus kepada teman

satu korong Duku. Zaki, Caney, Dhani, Erda, iwid dan fadhel yang telah

hidup selama 40 hari dalam satu rumah, kalian sudah seperti saudara bagi

penulis, semoga kita akan tetap manjadi sodara, Aamiin.

10. Terimakasih kepada seseorang yang telah menolong penulis memberikan

ide, masukan dan pemikiran baik itu proses penyelesaikan skripsi maupun

jalan yang akan di tempuh penulis dalam meraih hidup yang lebih

bermakna.

Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak

membantu penulis. Semoga segala bantuan, petunjuk dan bimbingan yang telah

diberikan menjadi ibadah dan mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa

Ta’ala, Aamiin Allahumma Aamiin. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua dalam mengembangkan Ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Sosiologi.

Penulis menyadari akan adanya kekurangan-kekurangan dalam skripsi ini baik

9
dari segi teknik maupun materinya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati

penulis membuka diri terhadap segala bentuk kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin. Sebelum dan sesudahnya penulis

mengucapkan terimakasih.

Padang, 11 Juli 2019

DADANG KURNIA
1410812024

10
ABSTRAK

DADANG KURNIA, 1410812024. Judul Skripsi: Hambatan


Sosiokultural Pengrajin Pandai Besi Tradisional dalam Mengembangkan
Industri di Nagari Sungai Pua Kabupaten Agam. Pembimbing I Drs. Ardi
Abbas, Pembimbing II Drs. Rinaldi Ekaputra, M.Si Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Padang 2019

Industri pandai besi tradisional Nagari Sungai Pua merupakan industri yang
mengolah besi menjadi alat-alat pertanian danalat-alat rumah tangga.Industri
pandai besi merupakan identitas nagari, terlihat pada lambang Nagari Sungai Pua
yaitu ada gambar batu lantuang yang biasa digunakan pengrajin pandai besi dalam
proses produksinya. Diantara produknya adalah sabit, lading, kapak, pisau dan
lain sebagainya. Dengan perkembangan zaman industri pandai besi mengalami
penurunan. Penurunan tersebut tampak dari bengkel dan pengrajin pandai besi
yang semakin sedikit.Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan
hambatan sosial pengrajin pandai besi tradisional dalam mengembangkan industri
di Nagari Sungai Pua, 2) Mendeskripsikan hambatan kultural pengrajin pandai
besi tradisional dalam mengembangkan industri di Nagari Sungai Pua. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif dan pemilihan
informan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam. Untuk
memahami masalah ini peneliti menggunakan teori modernisasi dari alex inkeles
berupa unsur pokok masyarakat modern dan w.w Rostow tentang tahapan proses
pembangunan masyarakat yang bergerak secara linear, dari masyarakat
terbelakang menuju masyarakat modern yang terdiri dari lima tahap yaitu
masyarakat tradisional, prakondisi lepas landas, lepas landas, bergerak
kedewasaan, dan konsumsi massa yang tinggi.

Hasil penelitian ini adanya hambatan sosial yang terjadi seperti: 1) Adanya
pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi yang tidak menjanjikan untuk
masa depan 2) Pendidikan yang tinggi akan membuat anak pengrajin enggan
untuk meneruskan usaha orang tuanya sebagai pengrajin pandai besi.3)Kurangnya
pengetahuan para pengrajin tentang pemanfaatan teknologi yang canggih dalam
pemasaran. 4)Kesulitan pengrajin menjual hasil industrinya akibat dari produk
sejenis dipasaran dijual dengan harga murah.Hambatan kultural yang terjadi
seperti : 1)Orang tua mengupayakan anaknya untuk tidak melanjutkan usaha
karena prospek yang tidak menjamin. 2)Pengrajin pandai besi muda sulit
mendapatkan jodoh dari kampung yang sama 3)Keluarga pengrajin
memprioritaskan merantau daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi.

Kata Kunci: Pandai Besi Tradisional, Hambatan Sosial dan Hambatan Kultural

11
ABSTRACT

DADANG KURNIA, 1410812024. Thesis Title: Socio-Cultural Obstacles of


Traditional Blacksmith Craftsmen in Developing Industries in Nagari Sungai
Pua Agam Regency. Supervisor I Drs. Ardi Abbas, Advisor II Drs. Rinaldi
Ekaputra, M.Si Department of Sociology, Faculty of Social and Political
Sciences, Andalas University, Padang 2019.

The traditional blacksmith industry of Nagari Sungai Pua is an industry


that processes iron into agricultural tools and household appliances. The
blacksmith industry is the identity of the nagari, seen in the Nagari Sungai Pua
symbol which is a picture of the stone lantuang commonly used by blacksmith
craftsmen in the production process. Among its products are sickles, lading, axes,
knives and so on. With the development of the blacksmith industry has decreased.
The decline was seen from the workshop and blacksmith craftsmen are
increasingly small. The objectives of this study are: 1) Describe the social barriers
of traditional blacksmith craftsmen in developing industries in Nagari Sungai Pua,
2) Describe the cultural barriers of traditional blacksmith craftsmen in developing
industries in Nagari Sungai Pua. This study uses qualitative methods with
descriptive research type and the selection of informants using purposive
sampling. Data collection is done by using observation techniques and in-depth
interviews. To understand this problem the researchers used the modernization
theory of alex inkeles in the form of the basic elements of modern society and Ww
Rostow about the stages of the process of community development moving
linearly, from the backward society to the modern society consisting of five stages
namely traditional society, preconditions taking off, taking off , moving maturity,
and high mass consumption.

The results of this study are social barriers that occur such as: 1) The existence of
the public's view of the blacksmith industry that is not promising for the future 2)
Higher education will make children of craftsmen reluctant to continue their
parents' business as blacksmith craftsmen. 3) Lack of knowledge of the craftsmen
about the use of sophisticated technology in marketing. 4) The difficulty of the
craftsmen selling their industrial products as a result of similar products on the
market being sold at cheap prices. Cultural obstacles that occur such as: 1) Parents
seek their children to not continue the business because of the prospect that is not
guaranteed. 2) young blacksmith craftsmen find it difficult to get a mate from the
same village 3) Craftsman families prioritize migrating rather than working as
blacksmith craftsmen.

Keywords: Traditional blacksmith, social barriers and cultural barriers

12
DAFTAR ISI
Hal.
Pernyataan
Halaman Pengesahan
Halaman Persetujuan

ABSTRAK.........................................................................................................................iv
ABSTRACT......................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................. ....................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. ......xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang..........................................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................................9
1.4.1 Manfaat Akademis..............................................................................................9
1.4.2 Manfaat Praktis...................................................................................................9
1.5 Tinjauan Pustaka......................................................................................................10
1.5.1 Pengertian Industri............................................................................................10
1.5.2 Tinjauan
Sosiologis...........................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.5.3 Penelitian yang
Relevan....................................................................................Error! Bookmark not
defined.
1.6 Metode Penelitian ....................................................................................................19
1.6.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian........................................................................19
1.6.2 Informan
Penelitian...........................................................................................Error!
Bookmark not defined.
1.6.3 Data yang Telah
Diambil..................................................................................Error! Bookmark not
defined.
1.6.4 Teknik dan Proses Pengumpulan Data
.............................................................Error! Bookmark not defined.
1.6.5 Unit Analisis ....................................................................................................29
1.6.6 Analisis Data
....................................................................................................Error! Bookmark
not defined.
1.6.7 Lokasi
Penelitian...............................................................................................Error!
Bookmark not defined.

13
1.6.8 Definisi Operasional
Konsep............................................................................Error! Bookmark not
defined.
1.6.9 Jadwal
Penelitian...............................................................................................Error!
Bookmark not defined.

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN


2.1 Kondisi Geografis Nagari Sungai
Pua..................................................................Error! Bookmark not defined.
2.2 Kondisi Penduduk.................................................................................................36
2.2.1 Jumlah Penyebaran Penduduk..........................................................................36
2.2.2 Jumlah Penyebaran Penduduk Berdasarkan Umur..........................................37
2.2.3 Jumlah Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.............................38
2.2.4 Jumlah Penyebaran Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ...................................38
2.3 Kondisi Sosial Budaya dan Agama......................................................................40
2.3.1 Adat............................................................................................................ .....40
2.3.2
Keagamaan...................................................................................................
....Error! Bookmark not defined.
2.3.3
Pendidikan....................................................................................................
....Error! Bookmark not defined.
2.3.4 Organisasi
Kemasyarakatan.............................................................................Error!
Bookmark not defined.
2.3.5 Sarana dan Prasarana
Sosial.............................................................................Error! Bookmark not
defined.
2.4.1 Gambaran Industri Pandai Besi........................................................................46

BAB III HAMBATAN SOSIOKULTURAL PENGRAJIN PANDAI BESI


TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI SUNGAI
PUA KECAMATAN SUNGAI PUA KABUPATEN AGAM
3.1 Hambatan Sosial Pengrajin Pandai Besi
Tradisional............................................Error! Bookmark not defined.
3.1.1 Pandangan Masyarakat terhadap Industri Pandai Besi yang Tidak Menjanjikan
untuk Masa
Depan...........................................................................................Error!
Bookmark not defined.
3.1.2 Pendidikan Tinggi Menghambat Keinginan Anak Pengrajin Melanjutkan
Usaha Pandai Besi ...........................................................................................55
3.1.3 Kurangnya Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Teknologi yang Canggih
dalam
Pemasaran.............................................................................................Error!
Bookmark not defined.
3.1.4 Persaingan dengan Produk Sejenis..................................................................66
3.2 Hambatan Kultural dalam Pengembangan Industri Pandai
Besi.............................Error! Bookmark not defined.

14
3.2.1 Keinginan Orang Tua terhadap Anak untuk Tidak Melanjukan Usaha Pandai
Besi..................................................................................................................72
3.2.2 Pengrajin Pandai Besi Muda Sulit Mendapatkan Jodoh dari Kampung yang
Sama.................................................................................................................75
3.2.4 Prioritas Merantau dari pada Bekerja sebagai Pengrajin Pandai Besi..............81

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................85
4.2 Saran.....................................................................................................................86

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................88
LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah industri berasal dari bahasa latin yaitu industria yang berarti buruh

atau tenaga kerja, istilah industri sering digunakan secara umum dan luas yaitu

semua kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka

mencapai kesejahteraan. Definisi industri menurut Sukirno adalah perusahaan

yang menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder.

Kegiatan itu antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik

pembuatan rokok. Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah

barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan

barang yang lebih tinggi kegunaannya (Sukirno, 1995: 54). Sedangkan menurut

15
Undang-Undang nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian menyebutkan industri

adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang

setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi

untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan

industri (UU NO 5 tahun 1984).

Pengertian industri secara makro adalah semua sektor-sektor yang dapat

menghasilkan nilai tambah dan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu industri yang menghasilkan barang-barang dan industri yang menghasilkan

jasa-jasa. Pengertian industri secara mikro diartikan sebagai kumpulan

perusahaan-perusahaan yang dapat menghasilkan barang-barang yang homogen

atau saling dapat mengganti secara erat (Hasibuan, 1994:64). Industri merupakan

suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem perekonomian atau

sistem mata pencahariannya dan merupakan suatu usaha dari manusia dalam

menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari sumber daya lingkungan

menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia (Sutanta, 2010:82). Badan Pusat

Statistik tahun 2002 menggolongkan industri ke dalam beberapa macam

kelompok. Industri yang didasarkan pada banyaknya tenaga kerja dibedakan

menjadi 4 golongan, yaitu industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang

atau lebih, industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang,

industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5–19 orang dan industri rumah

tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1–4 orang.

Setiap industri sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosiokultural dimana

industri tersebut berada. Baik itu dilihat pada daerah industri tersebut berada,

16
jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan pekerja, teknologi yang digunakan, cara

mendapatkan bahan baku, kebiasaan masyarakatnya, ataupun budaya yang ada

pada daerah tersebut dan lain sebagainya. Pengaruh sosiokultural berdampak pada

keberlangsungan sebuah industri. Apakah itu pengaruh yang memberikan dampak

positif ataupun pengaruh yang memberikan dampak negatif. Jika pengaruh yang

bersifat positif maka kondisi sosiokultural akan memberikan kemajuan terhadap

industri untuk dapat bertahan dan akan terus berkembang namun jika berdampak

negatif akan memunculkan kemunduran pada sebuah industri bahkan dapat

menyebabkan industri mati.

Sosiokultural adalah semua hal yang berhubungan dengan segi sosial dan

budaya masyarakat setempat, baik itu pendidikan, ekonomi, adat istiadat, politik,

teknologi dan lain sebagainya. Tentu ini sangat berpengaruh terhadap laju

perkembangan industri. Di satu sisi budaya juga sangat mempengaruhi jalannya

industri tersebut. Karena budaya bersifat mengatur masyarakat yang ada di

dalamnya. Menurut Koentjaraningrat budaya merupakan keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat

yang dijadikan milik diri manusia yang didapatkan dengan belajar (2002:203).

Sedangkan menurut Liliweri (2002:8) kebudayaan merupakan pandangan hidup

dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-

simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan melalui proses

komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dari pendapat para ahli tersebut membuktikan bahwa budaya

mempengaruhi jalannya sebuah industri yang pada kenyataannya industri

17
diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi dengan

menggunakan alat tradisional. Proses pewarisan kepandaian dari generasi ke

generasi ini dapat dilihat pada industri pandai besi. Kepandaian pada industri

pandai besi diwariskan secara turun temurun. Industri pandai besi banyak tersebar

di Indonesia seperti di Nagari Limo Kaum Kecamatan Limo Kaum Kabupaten

Tanah Datar, Kelurahan Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng

Rappang dan masih banyak terdapat industri pandai besi di daerah lain seperti di

Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam.

Hasil industri pandai besi di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua

Kabupaten Agam cukup dikenal. Ini terbukti pada buku Mos’oed Abidin

Ensiklopedi Minangkabau, menjelaskan Sungai Pua dikenal sebagai Nagari

pandai besi “apa basi” dengan menghasilkan alat pertanian, alat rumah tangga,

alat kesenian dan cendramata dari besi dan tembaga (Abidin, 2005:381). Tidak

hanya itu logo pada lambang Nagari Sungai Pua terlihat ada gambar batu lantuang

yang biasa digunakan pengrajin untuk pemproduksi alat-alat pertanian dan alat-

alat rumah tangga. Ini membuktikan pandai besi merupakan identitas mata

pencaharian di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam. (lihat

pada lampiran)

Namun disisi lain terlihat adanya penurunan industri pandai besi dari tahun

ke tahun. Penurunan tersebut ada pada penelitian dari Ismayanti yang berjudul

“Industri Pandai Besi di Nagari Sungai Puar : studi kasus Industri Pandai Besi

Dua Saudara (1970-1998) tahun 2002. Dari penelitian Ismayanti didapatkan

adanya penurunan jumlah unit industri dari tahun ke tahun. Yaitu pada tahun 1969

18
Nagari Sungai Pua memiliki 98 unit usaha pandai besi, lalu pada tahun 1979

jumlah unit usaha pandai besi menurun menjadi 78 unit. Sembilan tahun

kemudian yaitu pada tahun 1988 terdapat 60 unit usaha. Pada tahun 1995

penurunan menjadi 44 unit usaha. Pada tahun 1998 usaha pandai besi menjadi 39

unit.

Penurunan industri pandai besi di Nagari Sungai Sungai Pua juga terlihat

pada data nagari sebagai berikut :

19
Tabel 1.1
Jumlah Pengrajin dan Unit Industri Pandai Besi di Nagari Sungai Pua pada
tahun 2016
No Jorong Desa Unit Banyak Pekerja
1 Limo Suku Kubu 2 3
Tanjuang Balik 4 10
Kampuang Baru 2 4
Surau Kapau 3 7
Kajaih 6 11
Cimbuak 4 10
Kampuang Durian 5 11
Tiagan 2 4
2 Tangah Koto Kampuang Dalam 2 2
Sawah Dahulu 1 6
3 Kapalo Koto Kampuang Pili 1 2
Tanah Tumbuah 1 2
4 Galuang Kubu Tangah 1 2
5 Limo Kampuang Kubu Cubadak 2 4
Jumlah 36 78
Sumber : LPJ Nagari Sungai Pua Tahun 2016

Data jumlah pengrajin dan unit industri pandai besi Nagari Sungai Pua

tahun 2016 menunjukan jumlah pengrajin pandai besi pada tahun 2016 sebanyak

78 orang pekerja dan jumlah unit industri sebanyak 36 unit industri. Selanjutnya

pada tahun 2018 jumlah pengrajin dan unit industri pandai besi adalah sebagai

berikut :

20
Tabel 1.2
Jumlah Pengrajin dan Unit Industri Pandai Besi di Nagari Sungai Pua pada
tahun 2018
No Jorong Desa Unit Banyak Pekerja
1 Limo Suku Kubu 2 2
Tanjuang Balik 4 8
Kampuang Baru 2 3
Surau Kapau 3 4
Kajaih 5 8
Cimbuak 4 5
Kampuang Durian 5 7
Tiagan 1 2
2 Tangah Koto Kampuang Dalam 2 2
Sawah Dahulu 1 6
3 Kapalo Koto -
4 Galuang -
5 Limo Kampuang -
Jumlah 29 47
Sumber : LPJ Nagari Sungai Pua Tahun 2018

Dari data pengrajin dan unit industri pandai besi Nagari Sungai Pua tahun

2018 terlihat banyak pengrajin pandai besi berjumlah 47 orang dan unit industri

berjumlah 29 unit yang sebelumnya yaitu tahun 2016 pengrajin berjumlah 78

orang dan unit industri berjumlah 36 unit. Dari data-data tersebut membuktikan

bahwa adanya penurunan industri pandai besi dari tahun ke tahun.

Penurunan unit industri dan pengrajin pandai besi di Nagari Sungai Pua

menjadi masalah yang serius dihadapi karena industri pandai besi ini merupakan

ikon mata pencarian unggulan yang ada di Nagari Sungai Pua. Sehingga dengan

penurunan tersebut akan menyebabkan memudarnya identitas dari Nagari Sungai

Pua sebagai nagari penghasil alat-alat pertanian dan alat-alat dapur.

Penurunan tersebut disebabkan oleh hambatan pada lingkungan

sosiokultural di Nagari Sungai Pua yang semakin hari semakin berubah karena

tergerus oleh perkembangan zaman yang tidak terelakkan. Hambatan pada

21
sosiokultural adalah hambatan yang disebabkan oleh hambatan sosial dan

hambatan kultural. Hambatan sosial berupa hambatan dari masyarakat sekitar

maupun hambatan yang berhubungan dengan lingkungan sosial industri pandai

besi sedangkan hambatan kultural adalah hambatan yang berhubungan dengan

budaya di Nagari Sungai Pua yang berubah oleh perkembangan zaman.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan bahwa adanya angka

penurunan jumlah unit industri pandai besi dan penurunan jumlah pekerja industri

pandai besi di Nagari Sungai Pua. Penurunan ini disebabkan oleh adanya

hambatan sosiokultural yang terjadi. Hambatan sosiokultural tersebut adalah

adanya hambatan yang terjadi di lingkungan tempat industri pandai besi berada.

Hambatan sosiokultural merupakan sebuah konsep memiliki dua makna dengan

pengertian yang hampir sama. Hambatan sosial merupakan hambatan yang terjadi

dan diakibatkan dari cara pandang masyarakat Nagari Sungai Pua terhadap

tindakan dari proses produksi pandai besi seperti asap yang ditimbulkan pada saat

memanggang bara api, ataupun dentingan yang ditimbulkan pada saat menempa

besi, persaingan dengan produk sejenis dan kurangnya pengetahuan terhadap

pemanfaatan teknologi dalam pemasaran.

Hambatan dalam kultural berupa adanya stigma atau pandangan yang tidak

baik terhadap pekerjaan sebagai pengrajin pandai besi. Stigma tersebut berasal

dari pelaku industri dan masyarakat setempat terhadap pekerjaan pandai besi.

Stigma dari pelaku industri berupa keinginan orang tua terhadap anak untuk tidak

melanjutkan usaha sebagai pengrajin pandai besi, kebiasaan pencarian jodoh yang

22
mengharuskan berasal dari daerah yang sama, sistem pengajaran kepandaian

menempa besi dan lebih memprioritaskan merantau dibandingkan dengan bekerja

di kampung halaman sebagai pengrajin pandai besi. Stigma kurang baik juga

berasal dari masyarakat setempat yaitu berupa pandangan masyarakat jika salah

seorang keluarga menikah dengan orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai

besi dan pilihan merantau daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang hal ini, maka yang menjadi

pertanyaan penelitian adalah Bagaimana Hambatan Sosiokultural Pengrajin

Pandai Besi Tradisional dalam Mengembangkan Industri di Nagari Sungai

Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mendeskripsikan hambatan sosiokultural pengrajin pandai besi tradisional

dalam mengembangkan industri di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua

Kabupaten Agam.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan hambatan sosial dalam mengembangkan industri pandai

besi tradisional di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten

Agam.

2. Mendeskripsikan hambatan budaya dalam mengembangkan industri

pandai besi tradisional yang di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua

Kabupaten Agam.

23
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan

sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan sosial, khususnya yang

berkaitan dengan masalah sosial.

2. Diharapkan berguna sebagai bahan perbandingan dan referensi literatur

penunjang bagi peneliti lain dimasa yang akan datang.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi peneliti lain, untuk

mempertimbangkan dan memperhitungkan berbagai hal yang berhubungan

dengan masalah perkembangan industri khususnya industri pandai besi

tradisional.

4. Penelitian ini berguna bagi penulis sebagai syarat menyelesaikan kuliah S1

di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Andalas.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan informasi tentang hambatan sosiokultural pengrajin pandai

besi tradisional dalam mengembangkan industri di Nagari Sungai Pua.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi ataupun

masukan bagi pihak pemerintah dan instansi terkait di Kabupaten Agam

terutama Kecamatan Sungai Pua, Nagari Sungai Pua mengenai hambatan

sosiokultural pengrajin pandai besi tradisional dalam mengembangkan

industrinya agar dapat dilakukan upaya dalam pengembangkan lebih lanjut.

24
1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Pengertian Industri

Secara umum pengertian industri adalah suatu usaha atau kegiatan

pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang

memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri merupakan salah

satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan penduduk. Selain itu industrialisasi

juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan

kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Undang-

Undang nomor 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, industri adalah kegiatan

ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan

atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

penggunaanya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (UU

NO 5 TAHUN 1984)

Badan Pusat Statistik tahun 1995 membagi empat kriteria dalam

penggolongan industri: industri kerajinan dan rumah tangga yaitu perusahaan

dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang, industri kecil yaitu perusahaan dengan

tenaga kerja 5-19 orang, industri sedang atau menengah yaitu perusahaan dengan

tenaga kerja 20-99 orang, dan industri besar adalah perusahaan dengan tenaga

kerja lebih dari 100 orang. Industri kecil dan rumah tangga merupakan usaha yang

banyak dilakukan oleh masyarakat pedesaan tergolong dalam perekonomian

lemah dan kegiatan produksinya dilakukan dalam skala kecil dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya. Industri kecil dan rumah

25
tangga memiliki modal yang relatif kecil serta menggunakan teknologi sederhana

dengan keterampilan yang bersifat turun-temurun.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengrajin adalah subyek

melakukan suatu kegiatan yang menghasilkan kerajinan. Kata “kerajinan”

menurut ilmu asal usul bahasa adalah berasal dari kata dasar “rajin” yang

mendapat imbuhan ke-an, menunjuk kata benda yang dihasilkan melalui proses

yang membutuhkan sifat rajin, teliti, cermat dan kreatif dari pembuatnya. Jadi

pengrajin adalah orang yang bekerja membuat barang kerajinan yang memiliki

sifat-sifat rajin, teliti, cermat dan kreatif (http://repository.ipb.ac.id).

1.5.2 Tinjauan Sosiologis

Pada penelitian ini mendeskripsikan hambatan sosiokultural pengrajin

pandai besi dalam mengembangkan industri. Kondisi sosiokultural adalah aspek

kehidupan manusia merupakan pencerminan dari prilaku sosial yang dipengaruhi

oleh budaya. Sosial merupakan aspek yang berhubungan dengan manusia dan

lingkungan sosialnya. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta

yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.

Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Masyarakat adalah

kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat

tertentu yang bersifat berkelanjutan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki empat ciri yaitu: 1)

Interaksi antar warga, 2) Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas

kuat yang mengikat semua warga (Koentjaraningrat, 2009: 115-118).

26
Menurut Selo Soemardjan (Soerjono Soekanto, 2006:22), masyarakat adalah

orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka

mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap,

dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Dari pendapat ahli tersebut

jika melihat asumsi pada rumusan masalah maka teori yang cocok digunakan

dalam penelitian ini adalah teori Modernisasi. Teori modernisasi berangkat dari

konsep yang memiliki arti khusus dan disepakati oleh teoritisi modernisasi di

tahun 1950-an dan tahun 1960-an yang didefinisikan dalam tiga cara yaitu

historis, relatif dan analisis.

Menurut definisi historis, modernisasi sama dengan Westernalisasi atau

Amerikanisasi. Modernisasi dilihat sebagai gerakan menuju ciri-ciri masyarakat

yang dijadikan model. Einsentant mengatakan “secara historis modernisasi adalah

perubahan menuju tipe sistem sosial, ekonomi dan politik yang telah maju di

Eropa Barat menyebar ke Eropa lain dan dari abad ke 17 hingga 19 dan kemudian

menyebar ke negara Eropa lain dan dari abad ke 19 dan 20 ke negara Amerika

Selatan, Asia, dan Afrika”. Gambaran serupa juga dikemukakan oleh Wilbert

Moore, “Modernisasi adalah transformasi total masyarakat tradisional atau

pramodern ke tipe masyarakat teknologi dan organisasi sosial yang menyerupai

kemajuan dunia Barat yang ekonominya makmur dan situasi politiknya stabil”

(Piotr Sztompka, 2004:153)

Menurut pengertian relatif, berarti upaya yang bertujuan untuk menyamai

standar yang dianggap modern baik oleh masyarakat banyak maupun oleh elit

penguasa. Tetapi standar ini berbeda-beda. Apa yang disebut sumber atau pusat

27
modernitas dalam arti masyarakat rujukan, unggul, tempat asal prestasi yang

dianggap modern paling umum, berbeda di kalangan pakar. (Ellya Rosana,

2015:20)

Neil Smelser melukiskan modernisasi sebagai transisi multidimensional

yang meliputi enam bidang.

Berikut modernnisasi di bidang ekonomi:

1. Mengakarnya teknologi dalam ilmu pengetahuan.

2. Bergerak dari pertanian subsistensi ke pertaniam komersial.

3. Pergantian tenaga binatang dan manusia oleh energi benda mati dan produksi

mesin.

4. Berkembangnya bentuk pemukiman urban dan konsentrasi tenaga kerja di

tempat tertentu.

Dibidang politik ditandai dengan oleh transisi dari kekuasaan suku ke sistem

hak pilih, perwakilah, partai politik, dan kekuasaan demokratis. Di bidang

pendidikan modernisasi meliputi penurunan angka buta huruf dan peningkatan

perhatian pada pengetahuan, keterampilan dan kecakapan. Di bidang agama

ditandai dengan sekulerisasi. Di bidang kehidupan keluarga ditandai dengan

berkurangnya peran ikatan kekeluargaan dan makin besarnya spesialisasi

fungsional keluarga. Di bidang stratifikasi, modernisasi berarti penekanan pada

mobilitas dan prestasi individual ketimbang pada status yang diwarisi (Stompka,

2008)

Pandangan analis tentang modernisasi lebih menerima perspektif psikologis

ditimbang perspektif struktural. Kepribadian modern dilukiskan dengan ciri-ciri :

28
1. Bebas dari kekuasaan tradisional, anti dokmatis dalam berfikir.

2. Memperhatikan masalah publik.

3. Terbuka terhadap pengalaman baru.

4. Yakin terhadap sains dan nalar.

5. Berencana, tanggap, berorientasi ke masa depan dan mampu menunda

kepuasan.

6. Aspirasi tinggi : berpendidikan, berbudaya dan profesional (Inkeles, 1976;

Inkeles dan Smith, 1974).

Soekanto seorang tokoh sosiologi memberikan pengertian modernisasi

sebagai suatu upaya perubahan sosial yang terarah (directed change) sehingga

dalam perubahannya akan senantiasa didasari perencanaan yang kemudian disebut

atau dikenal dengan social planning.

Alex Inkeles menjelaskan sembilan unsur pokok masyarakat modern yaitu

1. Adanya sikap untuk siap menerima hal-hal atau pengalaman baru dan

terbuka untuk inovasi dan perubahan seperti sikap bathin dan sikap pikiran.

2. Manusia modern tidak menolak keanekaragaman pendapat.

3. Selalu berorientasi kepada masa mendatang berarti selalu senantiasa

memikirkan dan merencanakan masa depan dengan bertitik tolak pada masa

sekarang dan masa lampau.

4. Perencanaan dan pengorganisasian merupakan sesuatu yang sangat tepat

dilakukan dalam pengaturan kehidupan sosial.

5. Pada suatu waktu berkeyakinan akan mampu menguasai alam sekitar.

6. Mampu memecahkan berbagai masalah dan tidak hanya menunggu nasib.

29
7. Menghargai harkat dan derajat manusia.

8. Meyakini kemampuan ilmu dan teknologi.

9. Menghargai manusia sesuai dengan prestasi dan kontribusinya dalam

masyarakat dengan ukuran yang rasional bukan terpaku pada perbedaan ras.

1.5.3 Penelitian yang Relevan

Penelitian sosial merupakan salah satu penelitian yang dilakukan secara

berulang-ulang dengan fakta yang baru dan berbeda, sehingga dalam satu obyek

bisa banyak hal yang bisa dilihat hingga akan menghasilkan penelitian yang

sempurna. Dalam penelitian ini peneliti merujuk pada beberapa penelitian lainnya.

Penelitian dari Ismada Idham tahun 2012 yang bertempat di Kelurahan

Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang (Universitas

Hasanuddin) dengan judul Jaringan Sosial Ekonomi Pengrajin Pandai Besi di

Kelurahan Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang

dengan permasalahan yang di angkatkan adalah jaringan sosial ekonomi pengrajin

pandai besi dan hambatan yang dihadapi oleh pengrajin pandai besi di Kelurahan

Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidenreng Rappang. Hasil yang

didapatkan dari penelitian ini adalah :

1. Ada beberapa jaringan sosial yang terdapat di komunitas pengrajin pandai

besi di Kelurahan Massepe Kecamatan Tellu Limpoe, yakni yang berbasis

kekerabatan yang terdiri dari sejumlah kategori. Ada jaringan yang

terbentuk oleh sistematika perekrutan dimana hubungan kekerabatan

menjadi latar belakang perekrutan. Selain itu ada juga hubungan

kekerabatan dimana ada konsepsi power yang melatar belakangi sebuah

30
jaringan. Dalam hal ini terdapat unsur pallanro (pemilik) dan ana’ guru

(karyawan), dimana terdapat ketergantungan diantara pallonro dan ana’

guru. Kemudian ditemukan pula jaringan sosial yang berbasis etnis, dimana

jaringan ini terjadi pada pelaku sesama profesi. Selain jaringan sosial

berbasis hubungan kekerabatan dan hubungan etnis, peneliti juga

menemukan hubungan sosial yang dikembangkan atas dasar pertemanan.

Jaringan sosial inilah yang dikembangkan para pengrajin pandai besi di

wilayah Kelurahan Massepe dalam menjalani hari-hari sebagai pengrajin

pandai besi yang saling membutuhkan satu sama lain.

2. Berangkat dari hubungan sosial yang baik dalam komunitas pengrajin

pandai besi di wilayah Kelurahan Massepe, ternyata berbanding lurus

dengan hasil kerajinan yang mereka hasilkan. Hal ini terlihat dari hasil karya

para pengrajin yang semakin lama semakin meningkat, juga pemasarannya

yang sudah keluar dari wilayah Kabupaten Sidrap, yakni sudah sampai ke

Kabupaten lain seperti Enrekang, Pinrang, ibukota Provinsi yakni Makassar

bahkan sudah keluar dari wilayah Sulawesi, yaitu Kalimantan dan Papua.

3. Selain peningkatan dari jumlah barang kerajinan yang terus meningkat dan

ekspansi pasar yang dilakukan para pengrajin pandai besi di Kelurahan

Massepe, ternyata terdapat kendala yang cukup serius dalam proses industri

pandai besi ini, yaitu susahnya mendapatkan bahan baku untuk membuat

barang-barang kerajinan tersebut. Biasanya bahan baku didatangkan dari

ibukota Kabupaten Sidrap yakni Pangkajene atau paling jauh dari Makassar

tapi karena bahan baku semakin langka didapatkan, maka para pengrajin

31
mendatangkan bahan baku dari Samarinda dan Balikpapan, dimana butuh

waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih mahal agar bahan baku tersebut

sampai ke tangan para pengrajin. Selain masalah bahan baku yang susah

didapatkan sedangkan pesanan semakin meningkat, masalah lain yang

dihadapi para pengrajin pandai besi adalah tidak adanya perhatian dari

lembaga sosial, baik lembaga sosial dari pemerintah maupun lembaga resmi

non pemerintah. Selama ini para pengrajin bekerja secara mandiri, mulai

dari penyediaan alat dan bahan, modal, peningkatan kualitas pekerja

maupun masalah pemasaran.

Penelitian lain oleh Guszainal Ahmadi tahun 2014 di (Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau) yang berjudul “Pengembangan industri pandai

besi dalam masyarakat di Kecamatan Rumbio Jaya Perspektif Ekonomi Islam”

(Studi Kasus Desa Teratak) dengan permasalahan yang diangkatkan adalah faktor-

faktor yang mempengaruhi pengembangan industri pandai besi, hambatan yang

dihadapi dalam pengembangan industri pandai besi dan bagaimana tinjauan

ekonomi Islam terhadap industri pandai besi. Dari penelitian ini didapatkan bahwa

dalam pengembangan industri pandai besi dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya keterampilan dan pengetahuan di bidang industri pandai besi.

Keahlian yang didapat dari orang tua, saudara, teman dan pemerintah pun telah

ikut dalam pengembangan industri pandai besi, yaitu dinas perindustrian dan

Perdagangan (disperindag), yang memberikan pelatihan terhadap pengrajin

industri pandai besi. Modal awal untuk membuka usaha industri pandai besi ini

menggunakan modal sendiri. Kemudahan memperolah faktor produksi yang

32
diperlukan, dalam memproduksi produk pandai besi ini dari segi bahan baku dapat

diperoleh dari daerah setempat, kecuali besi, blower dan gerinda. Harga yang

ditawarkan terjangkau oleh masyarakat dengan kualitas yang bagus dan

pemasarannya telah dipasarkan antar kecamatan, antar kabupaten, bahkan antar

provinsi.Kendala yang dihadapi dalam pengembangan industri pandai besi ini

yang pertama adalah dari segi pemasaran, yaitu untuk masuk pasar luar negeri

yang melalui cara legal. Dalam hal ini belum adanya pasar bebas. Yang kedua

yaitu dari segi bahan baku yang masih menggunakan besi bekas, tentunya akan

mempengaruhi kepada hasil produk yang dihasilkan. Selanjutnya yaitu dari

segi pengolahan besi bekas itu sendiri yang membutuhkan waktu yang lebih

lama untuk mengolah besi itu menjadi sebuah produk seperti yang di inginkan.

Tinjauan ekonomi Islam terhadap industri pandai besi ini tidak ada terdapat hal-

hal yang menyimpang dan telah sesuai dengan prinsip agama.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya seperti yang terdapat

pada fokus penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Guszainal Ahmadi tahun

2014 terfokus pada permasalahan faktor-faktor yang mempengaruhi

pengembangan industri pandai besi, hambatan yang dihadapi dalam

pengembangan industri pandai besi dan bagaimana tinjauan ekonomi Islam

terhadap industri pandai besi sedangkan pada penelitian Ismada Idham tahun 2012

jaringan sosial ekonomi pengrajin pandai besi dan hambatan yang dihadapi oleh

pengrajin pandai besi di Kelurahan Massepe Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten

Sidenreng Rappang.

Berbeda dengan penelitian diatas pada penelitian di Nagari Sungai Pua

33
Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam terfokus pada hambatan sosiokultural

pengrajin pandai besi dalam mengembangkan industri yang dibagi kepada dua

faktor yaitu hambatan sosial dan hambatan budaya yang terjadi di lingkungan

Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang mengumpulkan dan

menganalisis data berupa kata-kata baik lisan maupun tulisan dan perbuatan

manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data

kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-

angka. Data yang dianalisis dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

perbuatan manusia (Afrizal, 2014:13).

Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk memperlihatkan dan

menggambarkan mengenai hambatan sosiokultural pengrajin pandai besi

tradisional dalam mengembangkan industri di Nagari Sungai Pua Kecamatan

Sungai Pua Kabupaten Agam. Penelitian kualitatif memfokuskan kajiannya pada

upaya pengungkapan bagaimana individu-individu memandang dirinya dan

realitas sosial untuk menjelaskan mengapa mereka melakukan sesuatu atau

melakukan sesuatu cara tertentu (Afrizal,2014:26). Dalam hal ini, melalui

pendekatan penelitian kualitatif maka dapat dilihat hambatan-hambatan

sosialkultural yang terjadi pada industri pandai besi tradisional dalam

mengembangkan industri di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten

34
Agam, sehingga peneliti dapat menjelaskan temuan data secara mendalam dan

lebih mendetail.

Peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan tipe penelitian yang mendeskripsikan suatu fenomena atau kenyataan

sosial yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Penggunaan metode

ini memberikan peluang kepada peneliti untuk mengumpulkan data-data yang

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan atau memo dan dokumen resmi

lainnya (Moleong, 2014:11).

Peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif, karena dalam penelitian

deskriptif dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi di lapangan dengan

melihat dan mendengarkan apa saja yang berhubungan dengan penelitian ini,

kemudian peneliti mencatat secara terperinci dan menjabarkan dengan kata-kata

dan data sesuai fakta yang mendukung dalam penelitian dengan obyektif tentang

bagaimana hambatan sosiokultural pengrajin pandai besi tradisional dalam

mengembangakan industri di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua

Kabupaten Agam.

1.6.2 Informan Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian

ini, maka diperlukanlah informan. Informan merupakan narasumber dalam

penelitian yang berfungsi untuk menjaring sebanyak-banyaknya data dan

informasi yang akan berguna bagi pembentukan konsep dan preposisi sebagai

temuan penelitian (Bungin, 2003: 206). Informan berguna untuk mendapatkan

informasi sedetail mungkin berdasarkan kebutuhan peneliti. Informan penelitian

35
adalah orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya ataupun orang lain

atau suatu kejadian atau suatu hal kepada peneliti atau pewawancara.

Afrizal, (2014: 139) membagi dua kategori informan yaitu informan

pengamat dan informan pelaku :

1. Informan Pengamat

Informan pengamat adalah informan yang memberikan informasi tentang

orang lain atau suatu hal kepada peneliti. Informan ini merupakan orang lain yang

mengetahui orang yang kita teliti atau pelaku kejadian yang diteliti. Mereka dapat

disebut sebagai saksi suatu kejadian atau pengamat lokal. Informan pengamat

dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh masyarakat seperti :

1) Orang yang dituakan di Nagari Sungai Pua yaitu Tokoh adat atau niniak

mamak yang dianggap mengetahui tentang perkembangan industri pandai

besi di Nagari Sungai Pua.

2) Pemerintahan yaitu Wali Nagari di lokasi industri pandai besi di Nagari

Sungai Pua.

3) Tetangga yang bertempat tinggal di sekitar bengkel industri pandai besi

yang tentu mengetahui jalannya proses produksi pada industri pandai besi.

2. Informan Pelaku

Informan pelaku adalah informan yang memberikan keterangan tentang

dirinya, tentang perbuatannya, tentang pikirannya, tentang interpretasinya

(maknanya) atau tentang penegtahuannya. Mereka adalah subjek penelitian itu

sendiri. Informan pelaku dalam penelitian ini adalah pelaku industri yang

memiliki kriteria seperti :

36
1) Pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai Pua yang telah

menjalankan industrinya paling kurang 2 tahun

2) Pekerja yang menjadi karyawan industri pandai besi di Nagari Sungai

Pua paling kurang selama 2 tahun

3) Anak laki-laki atau kemenakan dari pemilik industri pandai besi di

Nagari Sungai Pua yang telah berusia lebih dari 15 tahun

Dalam upaya memperoleh data dan informasi yang relevan dengan

permasalahan dan tujuan penelitian, maka pengumpulan data dilakukan dengan

menentukan secara sengaja informan terlebih dahulu. Pemilihan informan

dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah sebelum

melakukan penelitian para peneliti menetapkan informan dengan kriteria

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atau karakteristik tertentu sesuai dengan

penelitian dan keberadaan mereka yang diketahui oleh peneliti (Afrizal, 2005: 66).

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, peneliti telah mengetahui identitas

orang-orang yang akan dijadikan informan penelitiannya sebelum penelitian

dilakukan (Afrizal, 2014: 140). Tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk

menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber dan bangunannya

(konteks sosial) serta menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan

teori yang dibangun. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 9 orang yang

terdiri dari informan pengamat dan informan pelaku dapat dilihat dalam tabel

berikut:

37
Tabel 1.3
Informan Penelitian
Jenis Jenis
No Nama Umur Pekerjaan
Kelamin Informan
1 Doni Dt Bandaro Basa 36 Laki-Laki Konveksi Pengamat
2 Fiki Ananda Amd 32 Laki-Laki Wali Nagari Pengamat
3 Red 54 Perempuan Konveksi Pengamat
4 Asih St Pangulu 56 Laki-Laki Nangkodoh Pelaku
5 Indra St Rajo Ameh 54 Laki-Laki Nangkodoh Pelaku
6 Anes 43 Laki-Laki Nangkodoh Pelaku
7 Rizki Oktavio A 26 Laki-Laki Anak Nangkodoh Pelaku
8 Rezki Rahmad 28 Laki-Laki Anak Nangkodoh Pelaku
9 Basa 47 Laki-Laki Tukang Asah Pelaku
Sumber : Data Primer 2019

1.6.3 Data yang Telah Diambil

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data

yang dikumpulkan adalah melalui sumber data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh di lapangan pada saat proses penelitian

berlangsung. Data ini didapatkan langsung dari sumbernya yaitu informan

penelitian melalui wawancara mendalam dan observasi. Wawancara mendalam

adalah sebuah wawancara informal antara pewawancara dengan informan yang

dilakukan secara berulang-ulang (Afrizal, 2005:44). Wawancara mendalam

dilakukan kepada pemilik, pekerja maupun anak laki-laki pemilik industri pada

saat informan sedang bekerja namun tidak dalam keadaan sibuk sedangkan

observasi adalah pengamatan secara langsung pada bengkel industri pandai besi

dengan menggunakan panca indra. Metode observasi bertujuan untuk

mendapatkan data yang dapat menjelaskan atau menjawab penelitian. Pengamatan

memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek

38
sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data dan pengamatan

memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari

pihaknya maupun dari pihak subjek (Moleong, 2006:175). Dalam observasi ini

membahas kondisi bengkel, jam mulai dan berakhirnya kerja, jumlah pekerja, dan

ada atau tidaknya anak laki-laki dari pemilik yang membantu dalam proses

pengerjaan dengan cara menelusuri ke lokasi yaitu rumah industri pandai besi.

Sedangkan wawancara mendalam membahas apa yang menjadi hambatan

sosiokultural pengrajin pandai besi dalam mengembangkan industri tradisional di

Nagari Sungai Pua. Data primer yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

observasi serta hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai

permasalahan penelitian atau mencari informasi guna mendapatkan tujuan dari

penelitian.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang memperkuat data primer dimana dapat diperoleh dari

media pendukung dan relevan dengan penelitian ini. Data sekunder dapat

diperoleh dari studi kepustakaan, dokumentasi, data statistik, foto-foto, literatur-

literatur hasil penelitian seperti skripsi, tesis terdahulu, web/ internet, koran, surat-

surat dan artikel. Data sekunder yang saat ini digunakan dalam penelitian ini

adalah Lembar Penanggung Jawab (LPJ) Nagari Sungai Pua dan Profil Nagari

Sungai Pua.

1.6.4 Teknik dan Proses Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif pada umumnya peneliti sendirilah yang menjadi

instrumen utama dan terjun ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan

39
informasi melalui observasi dan wawancara mendalam (Nasution, 1992:34). Pada

penelitian ini, peneliti yang menjadi instrumen utama dan terjun kelapangan untuk

mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna memenuhi tujuan penelitian

melalui observasi dan wawancara mendalam.

1. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dengan cara langsung ke lapangan yaitu ke

Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam baik itu ke bengkel-

bengkel pandai besi maupun lingkungan sekitar bengkel industri pandai besi.

Observasi ini dilakukan agar peneliti dapat melihat secara langsung dan

mengetahui keadaan yang sebenarnya di lapangan melalui panca indera, karena

hasil yang didapatkan dari wawancara saja tidak akan cukup untuk menjawab

masalah penelitian. Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang

dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi

sumber data dan pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang

diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek (Moleong,

2006:175).

Observasi peneliti lakukan dengan cara mengunjungi bengkel-bengkel

industri pandai besi yang ada di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua

Kabupaten Agam namun tidak pada semua bengkel industri pandai besi. Peneliti

melakukan observasi di dua bengkel industri pandai besi yaitu pada bengkel pak

Ril Sutan Mudo dan bengkel Anes. Peneliti melakukan observasi pada saat

sebelum menulis proposal penelitian yaitu pada bulan juni tahun 2018. Pemilihan

dua bengkel ini karena tempatnya yang berdekatan sehingga memudahkan dalam

40
proses pengamatan. Peneliti melakukan observasi pada saat bengkel industri

pandai besi dibuka yaitu pada sekitar pukul 06.00 WIB sampai pada pukul 16.00

WIB.

Pada observasi yang pertama di bengkel Bapak Ril Sutan Mudo. Bapak Ril

Sutan Mudo membuka bengkel industri pada pukul 06.00-16.00. Bapak Ril

memiliki pekerja satu orang yaitu sebagai pengasah sabit sekaligus penggerinda

sabit. Bapak Ril hanya bekerja dari barang setengah jadi menjadi barang yang

nantinya telah bisa dipasarkan dengan merek sendiri. Kegiatan di bengkel industri

Bapak Ril adalah pagi saat Bapak Ril selesai membuka bengkel, Bapak Ril

memanggang bara di luar bengkel terlebih dahulu yang dialasi dengan atap seng.

Pada saat api membara bara mengeluarkan asap yang begitu tebal sehingga

hampir menutupi rumah tetangga yang tinggal di sekitar bengkel Bapak Ril.

Terlihat tetangga sibuk menutup pintu jendela. Mungkin karena takut asap

tersebut memasuki rumah mereka. Setelah lebih kurang setengah jam lebih Bapak

Ril memindahkan bara api tersebut ke tungku yang ada di dalam bengkel. Barulah

Bapak Ril mulai bekerja menyapuh besi ”lanjaran” yang telah di beli ke pemilik

industri pandai besi yang hanya memproduksi lanjaran. Lanjaran ditempa

menggunakan palu sedang di atas landasan besi besar. Pada penempaan besi ini

keluar dentingan yang cukup memekakan telinga. Suara dentingan tersebut juga

terdengar dari bengkel pandai besi yang berada tidak jauh dari bengkel industri

Bapak Ril. Ini berlangsung lama sampai lanjaran selesai dikerjakan. Sewaktu

Bapak Ril sedang melakukan proses pengerjaan lanjaran pekerja datang dan

lansung mengambil besi yang sudah di sepuh Bapak Ril. Pekerja mulai bekerja

41
dengan menggerinda besi yang sudah sepuh Bapak Ril. Sesudah selesai pekerja

mengasahnya sabit di atas tonggak setinggi pinggang. Cara kerjanya dengan

menjepitkan sabit ke besi di atas tonggak dan di pasak bagaian bawah. Pekerja

langsung mengasah sabit dengan berdiri di depan tonggak tersebut dan

menggosok-gosok asahan ke permukaan sabit. Proses ini dilakukan dengan tiga

tahap melalui asahan yang berbeda-beda. Ini berlangsung sampai jam setengah

empat sore sewaktu bengkel akan di tutup. Sampai bengkel industri Bapak Ril

tutup tidak ada anak pak Ril yang ikut membantu dalam proses produksi pandai

besi.

Observasi yang kedua yaitu pada bengkel industri pandai besi Bapak Anes.

Bapak Anes hanya memproduksi barang pandai besi sampai pada tahap

pembuatan setengah jadi “lanjaran”. Bapak Anes buka bengkel industri pada

pukul 06.00-12.00. Sama seperti bengkel industri pandai besi Bapak Ril. Bapak

Anes juga memanggang bara di luar bengkel sebelum pekerja datang. Proses

pemanggangan bara juga mengeluarkan asap yang begitu tebal sehingga udara di

pagi itu tidak segar lagi untuk dihirup karena sudah bercampur dengan asap hasil

pembakaran bara. Setelah pekerja datang Bapak Anes memindahkan bara api ke

dalam tungku. Bapak Anes dan pekerja langsung memegang palu berukuran

sedang dan penyapit sabit sedangkan pekerja memegang palu besar. Bapak Anes

mulai dengan memanggang besi per. Setelah besi per memerah Bapak Anes

mengambil besi tersebut dengan penjepit dan memotong-motong menjadi

beberapa bagian. Proses pemotongan ini dilakukan dengan pahat besi yang sudah

tersambung dengan penjepit sedangkan pekerja bertugas memukul pahat besi yang

42
dipegang oleh Bapak Anes. Setelah itu potongan-potongan besi tersebut dibakar

kembali sampai berwarna kemerahan dan barulah ditempa sampai tipis dan

membentuk pola sabit setengah jadi “lanjaran”. Bapak Anes hanya bekerja

sampai waktu ba’da zuhur.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam merupakan sebuah interaksi sosial informal yang

terjadi antara peneliti dengan informannya dengan tujuan memperoleh informasi

sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian dan tetap dilakukan dengan

terkontrol, terarah dan sistematis (Afrizal, 2014-137). Peneliti menggunakan

teknik ini agar data yang diperoleh menjadi banyak dan mendalam sehingga

terlihat apa saja hambatan sosiokultural pengrajin pandai besi tradisional dalam

mengembangkan industri di Nagari Sungai Pua.

Wawancara mendalam bertujuan untuk mendapatkan informasi dari

informan mengenai apa saja hambatan sosiokultural pengrajin pandai besi

tradisional dalam mengembangkan industri di Nagari Sungai Pua Kecamatan

Sungai Pua Kabupaten Agam. Wawancara dilakukan dengan informan di

bengkel-bengkel industri pandai besi, di kantor Wali Nagari dan ditempat

informan sedang bekerja atau menemui langsung ke rumah informan pada pagi,

siang maupun sore hari.

Wawancara dengan Wali Nagari dilakukan di kantor Wali Nagari Sungai

Pua yang sebelumnya telah melakukan kesepakatan terlebih dahulu. Wawancara

di lakukan di siang hari pada hari libur sehingga kantor Wali Nagari bisa

diperuntukan bagi masyarakat yang ingin mengadakan pertanyaan-pertanyaan

43
ataupun masalah-masalah kepada Wali Nagari Sungai Pua Yaitu Bapak Fiki

Ananda Amd. Wawancara dengan pemilik industri pandai besi dan pekerja

dilakukan dengan cara langsung mendatangi bengkel-bengkel tempak mereka

bekerja sehingga data yang di peroleh dapat lansung diamati dengan panca indra

dan di ambil untuk keperluan data dokumen. Wawancara dengan anak pemilik,

tetangga dan niniak mamak dilakukan di rumah informan dengan waktu yang

tidak ditentukan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan lansung mendatangi

rumah informan.

Alat dalam pengumpulan data yang digunakan pada saat penelitian adalah

daftar pedaoman wawancara, handphone, pena , buku catatan kecil.

1. Daftar pedoman wawancara digunakan sebagai pedoman dalam mengajukan

pertanyaan-pertanyaan penelitian.

2. Buku catatan dan pena digunakan untuk mencatat seluruh keterangan yang

di berikan oleh informan.

3. Handphone digunakan untuk merekam sesi wawancara yang sedang

berlangsung dan mendokumentasikan peristiwa yang terjadi saat wawancara

berlangsung.

1.6.5 Unit Analisis

Unit analisis dalam suatu penelitian berguna untuk memfokuskan kajian

dalam penelitian yang dilakukan atau dengan pengertian lain objek yang diteliti

ditentukan kriterianya sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Unit

analisis suatu penelitian dapat berupa individu, kelompok, organisasi, benda, dan

waktu tertentu sesuai dengan fokus permasalahannya. Unit analisis dalam

44
penelitian ini adalah pemilik industri, pekerja, anak laki-laki pemilik industri,

niniak mamak, tetangga dan Wali Nagari yang berhubungan dengan hambatan

sosiokultural pengrajin pandai besi tradisional dalam mengembangkan industri di

Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam.

1.6.6 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah aktifitas yang dilakukan

secara terus-menerus selama penelitian berlangsung, mulai dari pengumpulan data

sampai pada tahap penulisan data atau merupakan suatu proses penyusunan data

supaya data mudah dibaca dan ditafsirkan oleh peneliti. Menurut Miles dan

Huberman analisis data kualitatif adalah mereduksi data, menyajikan data dan

menarik kesimpulan. Reduksi data yaitu kegiatan pemilihan data penting dan tidak

penting dari data yang telah terkumpul. Penyajian data yaitu penyajian informasi

yang tersusun. Kesimpulan data yaitu sebagai tafsiran atau interpretasi terhadap

data yang telah disajikan (Afrizal, 2014:174)

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri dan orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan

sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di

lapangan (Sugiyono, 2009: 335).

45
Analisis data penelitian kualitatif adalah suatu proses yang sistematis untuk

menentukan bagian-bagian dan saling keterkaitan antara bagian-bagian dan

keseluruhan dari data yang telah dikumpulkan untuk menghasilkan klasifikasi atau

tipologi. Aktivitas peneliti dalam penelitian kualitatif dengan demikian adalah

menentukan data penting, menginterpretasikan mengelompokkan kedalam

kelompok-kelompok tertentu dan mencari hubungan antara kelompok-kelompok

(Afrizal, 2014:175).

Analisis data selama melakukan penelitian tersebut merupakan bagian

penting dari penelitian kualitatif, karena aktivitas ini sangat menolong peneliti

untuk dapat menghasilkan data yang berkualitas disebabkan peneliti telah mulai

memikirkan data dan menyusun strategi guna mengumpulkan data selanjutnya

pada masa proses pengumpulan data. Aktivitas analisis data selama proses

pengumpulan data dapat menolong peneliti supaya tidak pulang-pergi ke lapangan

ketika menulis laporan penelitian (Afrizal, 2014:177).

Dalam data ini akan dianalisa sesuai dengan konsep Miles dan Huberman,

1. Reduksi data, yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis dilapangan, dimana ada data yang perlu

diperhatikan dan ada yang tidak. Reduksi data dilakukan selama penelitian

berlangsung (data akan dianalisis bersamaan dengan proses pengumpulan

data).

46
2. Penyajian data, yaitu sebagai menyusun sekumpulan informasi yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi, yaitu menguji kesimpulan data dari

berbagai keabsahan. Dalam hal ini dapat dilakukan triangulasi, informasi

dikumpulkan dari sumber-sumber yang berbeda agar tidak bias sebuah

kelompok. Triangulasi dapat berarti adanya informasi-informasi yang

berbeda atau adanya sumber data yang berbeda (Afrizal, 2005:62).

1.6.7 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua

Kabupaten Agam Sumatera Barat, dengan fokus penelitian yaitu hambatan

sosiokultural pengrajin pandai besi tradisional dalam mengembangkan industri.

Alasan peneliti melakukan penelitian industri pandai besi di Nagari Sungai Pua

adalah industri pandai besi di daerah ini dahulunya merupakan industri rumahan

yang menjadi andalan mata pencarian di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai

Pua Kabupaten Agam. Selain itu adanya gambar batu lantuang (landasan untuk

membuat barang tajam di Nagari Sungai Pua) yang terdapat pada lambang Nagari

Sungai Pua yang menandakan industri ini merupakan kebanggaan penduduk

Nagari Sungai Pua namun pada kenyataannya semakin hari industri di Nagari

Sungai Pua semakin menurun, penurunan ini dapat dilihat pada jumlah rumah

industri ataupun pelaku industri pandai besi yang semakin sedikit.

47
1.6.8 Definisi Operasional Konsep

a. Hambatan Sosial adalah hambatan yang ditimbulkan dari sifat-sifat

kemasyarakatan yang dihasilkan serta ditetapkan dalam proses interaksi

antara para individu yang saling terhubung satu sama lain pada industri

pandai besi tradisional di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua

Kabupaten Agam.

b. Hamabatan Budaya adalah hambatan pada kebiasaan-kebiasaan

masyarakan setempat dan cara pandang masyarakat terhadap industri

pandai besi tradisional di Nagari Sungai Pua.

1.6.9 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan perencanaan jadwal berdasarkan

table 1.4 berikut :

Tabel 1.4
Jadwal Penelitian
Jadwal Kegiatan
No Nama Kegiatan 2018 2019
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Pra lapangan
2 Mengumpulkan
data lapangan
3 Analisis data
4 Ujian skripsi

48
BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1 Kondisi Geografis Nagari Sungai Pua

Nagari Sungai Pua merupakan nagari yang juga menjadi sebuah nama dalam

satu kecamatan, yaitu Kecamatan Sungai Pua, di Kabupaten Agam. Nagari Sungai

Pua terletak di kaki Gunung Merapi atau sekitar 10 KM dari kota Bukittinggi

kearah Gunung Merapi. Secara geografis Nagari Sungai Pua terletak pada posisi

100º 22 - 100º 25º BT dan 0º 77 – 00 21 LS, yang secara administrasi berbatasan

dengan :

1) Sebelah utara berbatasan dengan Nagari Kubang Putiah.

2) Sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Sariak.

3) Sebelah timur berbatasan dengan Nagari Bukik Batabuah.

4) Sebelah barat berbatasan dengan Nagari Cingkariang.

Nagari Sungai Pua terletak di Kecamatan Sungai Pua yang terdiri dari 5

jorong dengan luas 1213,9 Ha. Dengan uraian sebagai berikut :

49
Tabel 2.1
Luas Nagari Sungai Pua
No Jorong Dusun Luas (Ha)
1 Kapalo Koto 1.Ateh Gaduang, Kampuang Pili, 217
Tareh
2.Tanjuang Medan, Pincuran
Tangah
3.Tanah Tumbuah
4.Sikumbang, Jambak Ateh,
Tabek Barawak
2 Limo 1.Kubu Cubadak 206
Kampuang 2.Surau Baurek
3.Panji
4.Pincuran Baru
5.Kampuang IV
3 Tangah 1.Mesjid 191
Koto 2.KampuangDalam
3.Gobah
4.Sawah Daulu
4 Limo Suku 1.Kubu 399
2.Lukok
3.Kampuang Baru
4.Surau Kapau
5.Tanjuang Balik
6.Surau Batu
7.Tiagan Koto Marapak
5 Galuang 1.Kubu Tangah 200,9
2.Tanjuang Gadang
3.Kubu Ponggok
Jumlah 1213,9
Sumber : Kecamatan Sungai Pua

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Jorong Limo Suku mempunyai

daerah yang paling luas di kanagarian Sungai Pua yaitu 399 Ha. Kemudian diikuti

oleh Jorong Kapalo Koto dengan luas yaitu 217 Ha, dilanjutkan oleh Jorong Limo

Kampuang 206 Ha, Jorong Galuang dengan Luas 200.9 Ha dan yang terakhir

yaitu Jorong Tangah Koto dengan Luas 191 Ha.

50
2.2 Kondisi Penduduk

2.2.1 Jumlah Penyebaran Penduduk


Tabel 2.2
Jumlah Peduduk dan Penyebarannya
Jumlah Kepala Jumlah
No Jorong
Keluarga Penduduk
1 Limo Kampuang 644 2.407
2 Kapalo Koto 795 3.096
3 Tangah Koto 377 1.394
4 Limo Suku 1417 6.097
5 Galuang 329 1.185
Jumlah 3.562 14.179
Sumber : Hasil pemutakhiran data kependudukan tahun 2017

Dari data di atas diperoleh adanya 14.179 jiwa penduduk Nagari Sungai Pua

dengan kepala keluarga berjumlah 3.562 yang penyebarannya tidak merata di tiap-

tiap jorong. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Jorong Limo Suku dengan

jumlah penduduk 6.097 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1417.

Setelah itu Jorong Kapalo Koto dengan jumlah penduduk sebanyak 3096 orang

dan kepala keluarga sebanyak795. Disusul oleh Jorong Limo Kampuang dengan

jumlah penduduk sebanyak 2407 dan kepala keluarga sebanyak 644. Setelah itu

Jorong Tangah Koto dengan jumlah penduduk 1394 dan kepala keluarga sebanyak

377. Dan penduduk yang paling sedikit terdapat di Jorong Galuang yaitu sebanyak

1185 dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 329 dari seluruh jumlah penduduk

Nagari Sungai Pua. Ini merupakan hasil pemutakhiran data penduduk di Nagari

Sungai Pua pada tahun 2017 lalu.

51
2.2.2 Jumlah Penyebaran Penduduk Berdasarkan Umur

Berikut data jumlah penduduk Nagari Sungai Pua berdasarkan umur :

Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Nagari Sungai Pua Berdasarkan Umur
Limo Kapalo Tangah Limo
No. Umur Galuang Jumlah
Kampuang Koto Koto Suku
1 0-11 bln 16 38 16 80 14 232
2 1-4 thn 247 257 131 614 88 1337
3 5-6 thn 95 120 50 208 40 513
4 7-12 thn 255 220 151 733 71 1430
5 13-15 thn 142 175 79 323 65 784
6 16-18 thn 126 181 94 338 72 811
7 19-25 thn 250 368 146 732 163 1659
8 26-34 thn 368 478 178 985 142 2151
9 35-49 thn 422 551 279 1009 239 2432
10 50-54 thn 118 171 81 283 71 724
11 55- 59 thn 101 138 64 252 62 617
12 60-64 thn 91 116 42 215 56 520
13 65-69 thn 50 120 32 150 44 396
14 >70 thn 126 163 51 175 58 573
Jumlah 2407 3096 1394 6097 1185 14179
Sumber:LPJ Nagari Sungai Pua Tahun 2017

Dari data jumlah penduduk Nagari Sungai Pua berdasarkan kelompok umur

di atas menjelaskan bahwa jumlah kelompok umur paling besar di Nagari Sungai

Pua yaitu antara umur 35-49 dengan jumlah 2432 orang. Sedangkan jumlah

penduduk Nagari Sungai Pua yang paling sedikit berdasarkan umur adalah antara

umur 0-11 bulan yaitu sejumlah 232 orang. Data ini merupakan data penduduk

Nagari Sungai Pua berdasarkan umur dari Lembar Penaggung Jawab (LPJ)

Nagari Sungai Pua tahun 2017.

52
2.2.3 Jumlah Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Nagari Sungai Pua Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jorong Perempuan Laki-laki Jumlah
1 Limo Kampuang 1181 1226 2407
2 Kapalo Koto 1580 1516 3096
3 Tangah Koto 682 712 1394
4 Limo Suku 3172 2925 6097
5 Galuang 573 612 1185
Jumlah 7188 6991 14179
Sumber : Hasil pemutakhiran data kependudukan tahun 2017

Dari data diatas diperoleh jumlah penduduk Nagari Sungai Pua yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6991 orang dan jumlah penduduk Nagari

Sungai Pua berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 7188 orang. Ini

menandakan bahwa penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak

dibanding penduduk berjenis kelamin laki-laki. Ini merupakan hasil dari

pemutakhiran data kependudukan Nagari Sungai Pua tahun 2017.

2.2.4 Jumlah Penyebaran Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Berikut jumlah penduduk di nagari sungai pua berdasarkan mata

pencaharian:

53
Tabel .2.5
Jumlah Penduduk Nagari Sungai Pua berdasarkan Mata Pencaharian
JORONG
No Uraian Limo Kapalo Tangah Limo Jumlah
Galuang
Kampuang Koto Koto Suku
1. Tidak bekerja 15 16 12 15 11 69
2. Petani 208 320 79 224 116 947
3. Konveksi 140 130 63 285 9 627
4. Jasa 33 66 37 139 16 291
5. Dagang 79 250 140 400 43 912
6. Pegawai Swasta 16 46 32 99 28 221
7. PNS 12 23 32 54 15 136
8. Buruh 374 347 103 929 236 1988
9. Pengrajin 7 5 10 179 1 202
10. IRT 546 689 303 1313 237 3088
Jumlah 1.430 1.892 810 3.637 712 8.481
Sumber:LPJ Nagari Sungai Pua Tahun 2017

Data jumlah penduduk Nagari Sungai Pua berdasarkan pekerjaan ini

merupakan perkiraan terbaru yaitu pada tahun 2017 lalu. Berdasarkan data diatas

dapat diketahui bahwa penduduk Nagari Sungai Pua yang bekerja sebagai

pengrajin adalah sebanyak 202 orang. Sekretaris Nagari Sungai Pua yaitu Masneli

S.Pi mengatakan dari data tersebut industri pandai besi tradisional masuk dalam

uraian kelompok “pengrajin”. Namun tidak dikhususkan pada pengrajin pandai

besi saja, sebab di Nagari Sungai Pua terdapat banyak pengrajin seperti pengrajin

kuningan, rangkiang, sulaman, kambang loyang, penjepit ikan dan sebagainya.

Penggabungan antara berbagai jenis industri tersebut dilakukan karena belum

adanya data terbaru mengenai rincian jumlah pekerja dari industri pandai besi,

pengrajin sulaman, kambang loyang dan sebagainya. Oleh karena itu industri

pandai besi tradisional di gabung pada kelompok “pengrajin” yaitu yang

berjumlah 202 pengrajin dan merupakan rincian penduduk Nagari Sungai Pua

yang bekerja sebagai pengrajin di tiap-tiap jorong bukan unit usaha.

54
Dari kelima jorong yang terdapat di Nagari Sungai Pua ada yang memiliki

persamaan dan perbedaan dalam mata pencaharian utama yaitu :

1. Jorong Limo Kampuang dan Kapalo Koto, pada umumnya bekerja sebagai

petani, selain itu ada yang bekerja sebagai pegawai, pedagang dan konveksi.

2. Jorong Tangah Koto dan Galuang pada umumnya bergerak pada sektor

perdagangan, disamping itu ada yang bekerja sebagai petani, pegawai dan

konveksi.

3. Jorong Limo Suku, umumnya penduduk bergerak di sektor industri,

khususnya industri pandai besi. Selain itu ada yang bekerja sebagai

petani, pedagang, pegawai dan usaha konveksi.

Usaha industri pandai besi dilakukan oleh masyarakat Nagari Sungai Pua

di dekat rumah yaitu berada sekitar 10-15 meter dari rumah. Pemisahan antara

bengkel dilakukan dengan maksud agar asap dan debu tidak masuk ke dalam

rumah. Di sebagian rumah ada yang menggabungkan bengkel industri pandai besi

dengan tempat tinggal namun penggabungan bengkel dengan rumah tetap dibatasi

dengan dinding kayu.

2.3 Kondisi Sosial Budaya dan Agama

2.3.1 Adat

Secara umum pelaksanaan adat Minangkabau selalu mengajak masyarakat

untuk bertingkah laku baik dan bermoral. Ini tertuang pada falsafah hidup

Minangkabau yaitu Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah yang berarti

syara mangato adat mamakai. Dalam artian semua kegiatan adat istiadat yang

dilakukan oleh masyarakat Minangkabau berlandaskan kepada ajaran Agama

55
yaitu agama islam. Falsafah ini sangat dipegang teguh oleh masyarakat di Nagari

Sungai Pua sehingga tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Nagari Sungai Pua merupakan salah satu nagari yang termasuk ke dalam

wilayah hukum adat Minangkabau. Keadaan social di Nagari Sungai Pua bisa

dikatakan terjalin erat antara para penduduknya. Ini terlihat dari bagaimana cara

penduduk saling menghormati dengan penduduk lainnya. Hal tersebut tidak lepas

dari pengaruh hukum adat yang ada dan meninggalkan ketimpangan sosial antara

masyarakat. Peran niniak mamak di Nagari Sungai Pua sangat dominan, baik

dilihat secara ba anak kemenakan maupun secara hidup bernagari. Peran niniak

mamak yang dominan juga ada pada falsafah minang yaitu anak di pangku

kamanakan di jinjiang yang berarti anak di besarkan dengan kasih sayang namun

tidak melupakan kemenakan dengan membimbingnya agar tidak salah dalam

memilih jalan hidup.

Begitupun dengan Bundo Kanduang yang sangat berperan dalam kehidupan

masyarakat di Nagari Sungai Pua. Ini karena mereka mempunyai peran dan fungsi

yang kuat dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan, adat dan budaya terutama

membentuk akhlak generasi muda baik dalam keluarga maupun dalam

masyarakat. Adat Minang merupakan adat yang begitu melekat dalam

masyarakat Sungai Pua. Terbukti pada penyelenggaraan acara yang selalu

memakai adat Minang, misalnya dalam acara perkawinan terdapat prosesi

malapeh marapulai untuk pihak keluarga laki-laki dan mananti marapulai untuk

pihak keluarga perempuan. Dalam prosesi tersebut akan dilakukan kebiasaan dari

adat minang seperti sambah manyambah yang dilakukan oleh niniak mamak

56
kedua mempelai yaitu niniak mamak dari mempelai laki-laki dan niniak mamak

dari mempelai perempuan.

Salah satu ciri dari masyarakat Nagari Sungai Puadan menjadi budaya

masyarakat di Minangkabau yang lain adalah merantau. Kebiasaan merantau

sudah lama ada pada masyarakat di Nagari Sungai Pua. Masyarakat Nagari Sungai

Pua memilih merantau untuk menuntut ilmu serta mencari rezeki agar nantinya

dapat di bawa kembali ke kampung halaman. Kebiasaan merantau lebih

didominasi oleh penduduk laki-laki yang berumur 18–45 tahun dengan kota

tujuan yang beragam dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

2.3.2 Keagamaan

Masyarakat di Nagari Sungai Pua merupakan masyarakat yang hanya

memeluk satu agama yaitu agama Islam. Di Nagari Sungai Pua banyak terdapat

masjid-masjid dan mushola-mushola yang digunakan sebagai tempat ibadah.

Selain itu masjid juga digunakan untuk keperluan keagamaan lainnya seperti acara

khatam Al-Qur’an, lomba MTQ dan sebagainya. Pada umumnya setiap mesjid

dan mushala memiliki MDA (Madrasah Diniyah Aliyah) dan TPA (Tempat

Pendidikan Al-quran) untuk mendidik anak-anak Nagari Sungai Pua dalam

pemahaman dasar tentang ilmu agama. Sekalipun begitu guru dalam mengajar di

MDA dan TPA berasal dari Nagari Sungai Pua yang telah menimba ilmu ke

sekolah tinggi ataupun madrasah aliyah di sekolah ternama.

Dalam dua tahun sekali anak-anak yang mengaji di MDA atau TPA akan di

khatam dan di arak keliling kampung dengan di iringi oleh musik-musik gendang

dan pionika. Kebiasaan ini selalu dilakukan oleh masyarakat Nagari Sungai Pua

57
untuk memberikan apresiasi kepada anak-anak mereka yang telah dapat membaca

Al-Qur’an dan menamatkannya. Selain itu acara pengajian rutin dilakukan di

mesjid-mesjid untuk menambah ilmu masyarakat dalam beragama. Hal ini

biasanya dilakukan pada kamis malam setelah shalat magrib selesai dilaksanakan

sampai waktu isya datang.

2.3.3 Pendidikan

Majunya suatu daerah sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan

penduduk pada wilayah tersebut. Pendidikan merupakan sebuah proses dalam

pencarian ilmu pengetahuan ataupun keterampilan. Pendidikan adalah salah satu

hal penting dalam memajukan Sumber Daya Manusia (SDM). Tentu ini

berpengaruh dalam jangka waktu yang panjang pada peningkatan perekonomian

serta peningkatan mutu dan kualitas suatu masyarakat. Berikut jumlah penduduk

Nagari Sungai Pua berdasarkan tingkat pendidikan.

Jumlah pendudukNagari Sungai Pua berdasarkan pendidikan dipaparkan

dalam tabel berikut:

58
Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Limo Kapalo Tangah Limo
No Uraian Galuang Jumlah
Kampuang Koto Koto Suku
1 Tidak/belum sekolah 263 295 147 694 102 1501
2 Belum tamat SD 286 330 129 565 135 1445
3 Tamat SD 780 909 332 1.249 199 3469
4 Tamat SLTP 520 420 275 1.497 230 2942
5 Tamat SLTA 463 893 380 1.555 369 3660
6 Tamat D I/D II 16 30 18 95 20 179
7 Tamat D III 9 60 35 119 38 261
8 Tamat D IV/S1 68 148 74 300 90 680
9 Tamat S2 2 9 3 20 2 36
10 Tamat S3 0 2 1 3 0 6
14.17
Jumlah 2.407 3.096 1.394 6.097 1.185
9
Sumber : Hasil Pemutakhiran Data Kependudukan Tahun 2017

Berdasarkan data di atas diperoleh tingkat pendidikan penduduk Nagari

Sungai Pua paling banyak adalah tamat SLTA yaitu sebesar 3660 orang.

Sedangkan tingkat pendidikan penduduk Nagari Sungai Pua paling rendah adalah

tamat S3 sebanyak 6 orang.

2.3.4 Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi kemasyarakatan adalah sebuah ikatan yang dibentuk oleh

anggota masyarakat yang memiliki peran penting dalam membangun suatu daerah

atau desa. Organisasi kemasyarakatan dijadikan sebagai sarana menyalurkan

pendapat dan pikiran bagi anggota masyarakat.

Adapun organisasi kemasyarakatan yang ada di Nagari Sungai Pua adalah

1. Kelompok kepemudaan young merapi

Kelompok kepemudaan young merapi adalah kelompok kepemudaan yang

mengelola dan mengembangkan bakat-bakat olahraga yang ada pada pemuda-

59
pemuda dan anak-anak di Nagari Sungai Pua. Seperti olahraga bola, sepak takrau,

silat dan sebagainya.

2. Kelompok tani

Dalam meningkatkan dan memudahkan para petani untuk mengelola

maupun mengatasi masalah-masalah pada bidang pertanian maka dibuatlah

kelompok tani agar tercipta wadah penyaluran inspirasi serta berkonsultasi dalam

masalah pertanian.

2.3.5 Sarana dan Prasarana Sosial


Pemerintahan : 5 kantor jorong, kantor walinagari, balairuang.

Kesehatan : 1 unit Pukesmas, 3 unit posyandu.

Pendidikan : 2 unit TK, 6 unit SD, 1 unit MTs, 2 unit SMP, 1 unit

MAK dan 1 unit SMA.

Sarana ibadah : 1 unit mesjid dan 14 unit mushala.

Sarana olahraga : 1 unit lapangan bola, 4 unit lapangan futsaal, 3 unit

lapangan takraw, 3 unit lapangan voli, 3 unit lapangan bulu

tangkis, 1 unit lapangan basket.

2.4 Sejarah Nagari Sungai Pua dan Industri Pandai Besi

Nagari Sungai Pua terdiri dari lima jorong yaitu Jorong Kapalo Koto, Limo

Kampuang, Tangah Koto, Limo Suku dan Galuang yang terletak di Kecamatan

Sungai Pua, Kabupaten Agam. Nagari Sungai Pua adalah Nagari yang berada

tepat di kaki Gunung Marapi. Nama Sungai Pua berasal dari Batang Pua artinya

sungai sedangkan Pua adalah nama pohon, pohon Pua ini tumbuh disepanjang

pinggir batang / sungai yang membelah kampuang lidah api sampai Cingkariang.

Saat ini kali tersebut dapat dilihat sebagai sungai mati, sungguhpun demikian

60
curam dan lebarnya memberi bekas bagaimana derasnya arus air yang pernah

mengaliri Batang Pua tersebut semasa masih berfungsi. Lahar puncak Gunung

Merapi juga mengalir ke sebelah Utara menuju Barat membentuk fungsi sungai

(Limo Kampuang, Ampuah dan terus ke Limo Suku). Di pinggir kiri kanan

sepanjang lahar yang mengalir itu tumbuh Batang Pua yang tingginya tidak lebih

dari 50 sampai dengan 70 cm, berwarna putih keungu-unguan sehingga

membentuk suatu pemandangan yang indah, maka terbentuklah Sungai Pua

(http://www.nagari-sungaipua.com/hal-sejarah-.html).

Industri pandai besi di Nagari Sungai Pua telah lama berdiri yaitu sejak

lebih kurang 100 tahun yang lalu. Pada awal masuknya industri pandai besi ke

daerah ini perekonomian masyarakat meningkat dan tingkat pengangguran

menjadi berkurang karena hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki

industri pandai besi atau lebih dikenal sebagai “apa basi”. Industri pandai besi di

Nagari Sungai Pua juga sama dengan industri pandai besi yang ada di daerah lain

yaitu membuat alat-alat pertanian dan alat rumah tangga, Mulai dari membuat

pisau, sabit, cangkul, kapak, lading atau golok dan sebagainya. Keahlian dalam

mengolah besi bekas menjadi barang yang bermanfaat sudah menjadi warisan

yang turun temurun dilakukan oleh masyarakat di Nagari Sungai Pua.

2.4.1 Gambaran Industri Pandai Besi

Istilah profesi menempa besi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) disebut dengan “pandai besi”. Namun dalam kajian ini penulis memilih

istilah “apa basi” sebagaimana digunakan oleh masyarakat Minang secara umum.

Akan tetapi terkhususnya istilah ini di Nagari Sungai Pua adalah “bagarak basi”.

61
Hal ini dikarenakan penyebutan bagarak basi mengandung nilai budaya serta

menunjukkan karakter suatu daerah sesuai dengan kajian penulisan ini.

Istilah lain yang muncul berkat keberadaan pandai besi dalam kawasan

pertanian ialah “industri pandai besi”. Selain menyatakan pandai besi sebagai

sebuah industri, istilah ini juga menunjukkan bila pandai besi sudah dimiliki

rakyat sejak lama. Adapun yang dimaksud pandai besi di sini adalah kepandaian

untuk membuat alat pertanian dan alat rumah tangga.

Apabila ditinjau dari banyaknya jumlah pekerja, pandai besi memiliki

jumlah pekerja antara 2-8 orang termasuk pemilik industri. Mereka bekerja dari

jam 06:00 pagi sampai jam 16:00 sore bahkan lebih dengan diselingi istirahat

siang seperti shalat dan makan, mereka bekerja berdasarkan keahlian masing-

masing seperti ”mambuek lanjaran” membuat pola besi, “mancauk” membuat

cap nama, “manggarinda” menipiskan permukaan mata pisau dan sebagainya.

Adapun beberapa tahap dalam pembuatan barang-barang industri pandai

besi di Nagari Sungai Pua beserta siapa saja yang bertugas di dalamnya :

1. “Mangguntiang Basi” (pemotongan besi)

Pemotongan besi dilakukan oleh dua atau tiga orang yang terdiri dari

nangkodoh (pemilik/ nahkoda/ pemegang posisi tertinggi pada industri

pandai besi), dan dua orang tukang tapo (pekerja yang pemegang palu besar).

Banyaknya tukang tapo tergantung pada jumlah pesanan atau keinginan dari

nangkodoh. Prosesnya adalah memasukan batang besi ke bara api sampai

memerah. Setelah memerah nangkodoh mengeluarkannya menggunakan

penjepit yang panjang dan meletakkannya di atas batu lantuang (besi besar

62
yang digunakan sebagai landasan dalam menempa besi) setelah itu

nangkodoh mengambil pahat yang telah terikat dengan sapit panjang dan

tukang tapo menempa pahat tersebut sesuai dengan dimana nangkodoh

meletakkan pahat tersebut sampai batangan besi tersebut terpotong-potong..

2. “Buek lanjaran” (Pembentukan dasar sabit, pisau, lading dan sebagainya)

Pembuatan lanjaran (besi yang telah ditempa sesuai pola seperti bentuk dasar

sabit, lading, pisau, kapak, cangkul dan sebagainya) dilakukan oleh dua atau

tiga orang yang sama pada tahap awal yaitu tahap pemotongan besi.

Pembuatan lanjaran juga melalui proses yang sama yaitu memasukan

potongan besi ke bara api sampai memerah dan nangkodoh bertugas

mengeluarkannya dengan penjepit besi panjang dan meletakkannya di atas

batu lantuang namun pada tahap ini tidak menggunakan pahat tetapi langsung

di tempa dengan palu oleh nangkodoh dan tukang tapo.. Nangkodoh

menggunakan palu berukuran sedang dan tukang tapo menggunakan palu

besar. Titik tempat tukang tapo menempa tidak boleh sembarangan, harus

sesuai dengan dimana nangkodoh menempa besi sebelum tukang tapo karena

nangkodoh yang menentukan lanjaran apa yang akan dibuat seperti lanjaran

sabit, lading, pisau, kapak dan sebagainya.

3. “Manampan” (Menghaluskan dan menipiskan mata pisau)

Proses manampan dilakukan oleh satu orang setelah membuat lanjaran

selesai yaitu dengan menghaluskan atau membentuk kembali sudut besi yang

telah terpola menggunakan mesin gerinda duduk. Hal ini dilakukan agar

ujung permukaan besi yang tidak rata dapat diratakan dengan mesin gerinda

63
sehingga barang yang hendak di buat sesuai dengan pola yang telah

direncanakan.

4. “Manggarinda Layang” (Menipiskan mata pisau menggunakan gerinda

layang)

Proses manggarinda layang dilakukan oleh satu orang yaitu dengan cara

menipiskan mata sabit menggunakan mesin gerinda layang. Ini berguna untuk

memudahkan dalam proses mengasah mata sabit.

5. Mancauk” (Memberikan tanda kepunyaan barang)

Mancauk dilakukan oleh nangkodoh atau anak nangkodoh prosesnya adalah

dengan memanaskan tangkai pisau/ sabit ke dalam bara api sampai sedikit

merah setelah itu di tempa dengan pahat berbentuk merek masing-masing

pemilik industri.. proses ini tidak selalu di panggang terlebih dahulu. Ada

beberapa bengkel industri pandai besi yang mancauh tanpa memanggang

tangkai pisau terlebih dahulu.

6. “Manyapuah basi” (Penyepuhan besi)

Penyepuhan besi dilakukan oleh nangkodoh saja karena pada tahap ini tidak

memerlukan banyak tenaga untuk menempa besi, prosesnya adalah

nangkodoh membakar lanjaran ke dalam bara api setelah dirasa cukup

nangkodoh menempa kembali permukaan lanjaran yang masih bergelombang

sampai permukaan lanjaran rata. Setelah itu dimasukkan ke dalam air atau oli.

Pemilihan air atau oli dalam penyepuhan tergantung pada keahlian masing-

masing nangkodoh. Namun ada beberapa kekurangan dan kelebihan

penyapuhan menggunakan oli dan air. Pada penggunaan oli penyepuhan yang

64
terlalu lama akan membuat besi lunak dan mudah bengkok jika terkena batu

atau benda keras lain dan jika penyepuhan terlalu cepat maka besi tidak akan

matang (tidak tajam jika diasah). Berbeda dengan penyepuhan menggunakan

air. Penyepuhan yang terlalu lama akan membuat besi mudah patah dan tidak

bisa digunakan lagi namun jika penyepuhan terlalu cepat maka bessi tidak

akan matang. Proses ini yang menentukan hebat atau tidaknya nangkodoh.

7. “Maasah” (Menajamkan mata pisau)

Maasah dilakukan oleh beberapa orang tergantung banyak atau sedikitnya

barang yang dikeluarkan. Pada umumnya maasah dilakukan oleh anak-anak

usia sekolah atau yang sedang menempuh ilmu pendidikan di SMP dan SMA.

Proses maasah melalui tiga tahap yaitu pertama menghilangkan bekas gerinda

pada sisi mata pisau/ sabit menggunakan asahan kasar. Kedua menghilangkan

bekas asahan kasar pada sisi sabit/ pisau menggunakan asahan halus

sekaligus mencari mata pisau/sabit ketiga adalah menggunakan bambu

sebagai pengkilap sabit/pisau dengan cara lumuran sabun yang sudah di beri

air.

8. “Mangariangan” (Mengeringkan pisau yang sudah diasah)

Mangariangan sabit/pisau dikerjakan oleh orang bertugas sebagai pengasah

dengan menggunakan dua jenis kain yaitu kain berbahan kaos untuk

mengeringkan pisau yang terlalu basah dan setelah itu menggunakan kain

berbahan levis untuk memastikan sabit/pisat benar-benar kering. Setelah itu

mengoleskan minyak tanah agar pisau/sabit tidak mudak berkarat.

65
9. “Maagiah punco”

Magiah punco dilakukan oleh nangkodoh dengan cara membakar ambalau

(getah kayu biasanya terletak pada pohon alpukat) terlebih dahulu. Setelah

ambalau meleleh dimasukkan ke dalam punco yang telah dipasangkan dengan

tangkai.

Tahapan-tahapan dalam pembuatan barang-barang industri pandai besi ini

tidak semuanya dilalui oleh bengkel industri pandai besi di Nagari Sungai Pua.

Ada bengkel yang khusus membuat lanjaran.Ada juga yang membeli lanjaran

dan hanya melakukan proses finishing. Hal ini terjadi karena semakin

berkurangnya orang yang mau bekerja sebagai pengrajin pandai besi.

66
BAB III

HAMBATAN SOSIOKULTURAL PENGRAJI PANDAI BESI TRADISIONAL


DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI SUNGAI PUA
KECAMATANSUNGAIPUA KABUPATEN AGAM

Bab ini mendeskripsikan hasil temuan dan analisis data selama penelitian

berlangsung di lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan

observasi. Seperti yang disampaikan dalam bab 1, bahwa tujuan penelitian ini

adalah mendeskripsikan hambatan sosial pengrajin pandai besi tradisional dalam

mengembangkan industri pandai besi serta hambatan kultural pengrajin pandai

besi dalam mengembangkan industri di Nagari Sungai Pua.

Hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa adanya hambatan

sosial dan hambatan kultural yang terjadi dalam pengembangan industri pandai

besi tradisional di Nagari Sungai Pua. Temuan data tersebut didapatkan dari

informan yang akan diuraikan dalam bentuk kata-kata, argumentasi dan informasi

guna memberikan penjelasan yang jelas dan terperinci. Penjelasan tersebut

berkaitan dengan permasalahan penelitian dan tujuan yang akan dijawab.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari 3 orang

nangkodoh, 2 orang anak nangkodoh, 1 orang tukang asah, 1 orang tetangga, 1

orang niniak mamak, dan Wali Nagari Sungai Pua.

3.1 Hambatan Sosial Pengrajin Pandai Besi Tradisional

Banyak faktor yang menghambat industri pandai besi untuk berkembang

salah satunya terdapat pada hambatan sosial. Hambatan tersebut dibagi menjadi

empat bagian yaitu, pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi yang

tidak menjanjikan untuk masa depan, pendidikan tinggi menghambat anak

pengrajin melanjukan usaha pandai besi, kurangnya pengetahuan terhadap

67
pemanfaatan teknologi yang canggih dalam pemasaran dan persaingan dengan

produk sejenis. Hambatan tersebut diuraikan berdasarkan hasil wawancara

mendalam yang dilakukan di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua

Kabupaten Agam.

3.1.1 Pandangan Masyarakat terhadap Industri Pandai Besi yang Tidak

Menjanjikan untuk Masa Depan

Pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi yang tidak menjanjikan

untuk masa depan terlihat pada beberapa jawaban masyarakat yang menjadi

informan pada saat penelitian berlangsung. Pandangan tersebut berupa argumen-

argumen masyarakat yang menunjukkan bahwa industri pandai besi memang tidak

memiliki prospek yang baik untuk masa mendatang.

Berikut hasil wawancara dari informan mengenai pandangan masyarakat

terhadap industri pandai besi yang tidak menjanjikan untuk masa depan :

Tetangga yang tinggal berdekatan dengan bengkel industri pandai besi, Red

(48 tahun)

“...Ante raso karajo pagarak tu kurang mantap untuak anak mudo


nan ka babini jo barumah tanggo. Sababno hasia nan di dapek indak
bara doh. Kok ka baralek no indak ka sadang jo karajo bagarak tu
doh...”(Wawancara tanggal 20 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Saya rasa pekerjaan sebagai pengrajin pandai besi kurang bagus


untuk anak muda yang akan berumah tangga. Sebab hasil yang
didapat tidak seberapa. Jikalau akan menikah tidak akan cukup jika
didapatkan dari hasil bekerja sebagai pengrajin pandai besi...”
(Wawancara tanggal 20 Januari 2019)

Ibuk Red merupakan tetangga yang tinggal di dekat bengkel industri pandai

besi Bapak Anes. Ibuk Red menjelaskan pekerjaan sebagai pengrajin pandai besi

68
kurang bagus jika dikerjakan oleh pemuda karena hasil dari bekerja sebagai

pengrajin pandai besi tidak seberapa. Selain itu hasil tersebut tidak dapat

memenuhi kebutuhan untuk menikah. Hal ini tentu akan membuat pengrajin muda

malas untuk bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena tidak adanya prospek

yang baik untuk masa mendatang.

Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Niniak Mamak Doni Datuak Sinaro

Panjang (36 tahun)

“...Kalau bagarak ko di arok an kini, ambo raso ndak bisa doh sabab
hasil yang didapek indak bisa mambuek urang sejahtera . inti no kalo
ka nio kayo ndak bisa bakarajo iko doh, kalau untuak iduik makan se
lai bisa...”(Wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Kalau hanya bekerja sebagai pengrajin pandai besi diharapkan saat


ini, saya rasa tidak bisa karena hasil yang didapat tidak bisa membuat
kita sejahtera. Inti nya kalau mau kaya tidak bisa hanya dengan
bekerja ini saja, namun hanya bisa untuk hidup dan makan saja....”
(Wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Bapak Doni Datuak Sinaro Panjang yang merupakan niniak mamak suku

piliang di Nagari Sungai Pua juga menjelaskan bahwa bekerja sebagai pengrajin

pandai besi tidak bisa membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dikarenakan

hasil yang didapat tidak seberapa. Jika ingin kaya, bukanlah bekerja sebagai

pengrajin pandai besi jalannya, disebabkan bekerja sebagai pengrajin pandai besi

hanya cukup untuk hidup dan makan saja.

Hal serupa dijelaskan Wali Nagari Bapak Fiki Ananda,Amd (32 tahun)

“...Memang urang ba apa basi ko banyak mangaluah deh permintaan


manurun, panjualan bakurang. Kalo kaditaruihan usaho ko baa lah,
nyo ndak ba prospek baik do, kalo ka di tingga an, nyo identitas
nagari awak. Jadi iko lah tugas nan harus kito cari jalan solusi nyo
basamo-samo...”(Wawancara tanggal 13 Januari 2019)

69
Bahasa Indonesianya

“...Memang pekerja pengrajin pandai besi banyak mengeluhkan


permintaan menurun, penjualan berkurang. Jika usaha ini diteruskan,
ya prospek nya tidak baik. Namun jika di tinggalkan, ini merupakan
identitas nagari kita. Jadi inilah tugas yang harus kita cari jalan
solusinya bersama-sama...” (Wawancara tanggal 13 Januari 2019)

Dari hasil kutipan wawancara dengan tiga orang informan mengenai

pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi yang tidak menjanjikan untuk

masa depan memang masyarakat memandang bahwa tidak ada prospek baik yang

dihasilkan dari bekerja sebagai pengrajin pandai besi ini. Penilaian mereka

didasarkan terhadap hasil yang didapat oleh para pengrajin. Hasil yang didapat

terlihat pada pengrajin yang masih hidup sederhana dan belum sejahtera.

Dari hasil interpretasi di atas maka teori yang cocok untuk menganalisis

masalah tersebut adalah teori modernisasi. Alex Inkeles menjelaskan faktor

pendukung terjadinya perubahan sosial menuju masyarakat modern adalah adanya

keinginan untuk mengubah nasib. Hal tersebut terlihat dari masyarakat yang

memperhatikan masa depan dan memfilter pekerjaan-pekerjaan apa yang

memiliki prospek dan orientasi yang baik untuk masa mendatang.

3.1.2 Pendidikan Tinggi Menghambat Keinginan Anak Pengrajin

Melanjutkan Usaha Pandai Besi

Bagi sebuah industri, baik itu industri kecil, menengah maupun industri

besar tentulah membutuhkan ilmu dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Ilmu tersebut bisa didapatkan dengan cara pendidikan formal ataupun nonformal.

Pada pendidikan formal bisa didapatkan dari bangku sekolah. Sedangkan

70
pendidikan nonformal didapatkan dari pelatihan, dan sejenisnya yang diperoleh

diluar bangku sekolah.

Kebutuhan industri terhadap pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun

nonformal membuat industri tersebut sulit berkembang tanpa adanya sentuhan

dari pendidikan. Begitu juga dengan industri pandai besi di Nagari sungai Pua.

Ilmu yang didapat oleh para pengrajin pandai besi tergolong pada ilmu

pendidikan non formal. Alasannya kepandaian dalam mengolah besi menjadi alat

rumah tangga atau alat-alat pertanian didapatkan dari orang tua yang berlatar

belakang sebagai keluarga pengrajin pandai besi. Kepandaian tersebut diajarkan

secara turun temurun kepada anak cucu mereka. Itulah sebabnya penurunan

kepandaian ini disebut pada pendidikan non formal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, dapat dijelaskan

bahwa pendidikan yang tinggi memainkan peran penting dalam mundurnya

industri pandai besi di Nagari Sungai Pua. Hal ini yang membuat terjadinya

penurunan mobilitas vertikal pekerjaan. Berikut penjelasan beberapa informan

mengenai pendidikan tinggi menghambat keinginan anak pengrajin melanjutkan

usaha pandai besi :

Penjelasan dari anak nangkodoh, Robi Putra (23 tahun)

“...Kok dulu pulang sakola lai juo wak manolong-nolong ayah


bagarak ko bang, kini wak kuliah di Jakarta tantu indak ado wak
manolong ayah karajo, pas libur panjang wak pulang indak ado wak
manolong ayah bagarak doh, yo malu se rasonyo karajo bagarak
ko...” (Wawancara tanggal 24 januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Waktu sekolah dulu saya masih sering membantu bapak bekerja


pandai besi ini bang, sekarang saya kuliah di Jakarta pastilah saya

71
tidak ada menolong ayah bekerja dirumah, pada saat libur saya pulang
kampung saya juga tidak ada menolong di bengkel. Karena rasanya
malu untuk bekerja sebagai pengrajin pandai besi...”
(Wawancara tanggal 24 Januari 2019)

Robi Putra merupakan anak Bapak Indra yang bekerja sebagai pengrajin

pandai besi. Saat Robi masih di bangku SMA dia sering membantu Bapak Indra

bekerja di bengkel. Namun setelah beranjak kuliah di Jakarta Robi tidak ada lagi

menolong ayahnya walaupun Robi pulang pada saat libur panjang dia tidak ada

menolong ayahnya bekerja di bengkel karena malu bekerja sebagai pengrajin

pandai besi. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bapak Indra Sutan Rajo Ameh yang

merupaka ayah Robi.

Pemilik industri pandai besi Indra Sutan Rajo Ameh (54 tahun)

“...Apak sakola tamaik SMP nyo. Dulu sakola ko indak baitu bana
doh makasuiknyo tu indak paralu bana, beda jo kini.. Kalau kini kan
diwajiban anak-anak ko sakola sampai SMA. Jadi kini asa lai sakola
anak-anak tu maleh hati no untuak karajo di bengke. Apolai alah
sampai pulo kuliah....”(Wawancara tanggal 2 Februari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Saya sekolah hanya tamat SMP. Dahulu sekolah tidak begitu


penting, beda dengan sekarang.. Kalau sekarang diwajibkan sekolah
sampai SMA. Jadi sekarang asalkan mereka sekolah, mereka sudah
malas untuk bekerja di bengkel apalagi sampai di bangku
perkuliahan...” (Wawancara tanggal 2 februari 2019)

Bapak Indra yang merupakan pemilik industri pandai besi sekaligus pekerja

yang bertugas sebagai nangkodoh di bengkelnya. Bapak Indra menjelaskan beliau

hanya menempuh bangku sekolah pada jenjang SMP. Bapak Indra juga

menjelaskan dahulu pendidikan tidak begitu dihiraukan. Berbeda dengan zaman

sekarang pendidikan sangat dibutuhkan sehingga mereka yang telah menempuh

pendidikan malas untuk bekerja sebagai pengrajin pandai besi apalagi jika sampai

72
pada jenjang perkuliahan. Seperti anaknya Robi yang telah menempuh pendidikan

di Jakarta. Saat pulang Robi tidak ada membantu Bapak Indra bekerja di bengkel.

Penjelasan dari anak Bapak Indra yang lain, Rahmat Rezki (28 tahun)

“...Sakola den sampai kelas duo SMA no. Dek alah tingga maleh se
hati den ka sakola. Kalau tamaik den sakola mungkin indak iko gai
karajo den doh dan ditanyo bana ka urang lain indak mungkin amuah
urang karjo iko kalo lah tamaik sakola apolai nan alah kuliah lo.
Biasono anak urang pagarak nan indak tamak sakola karajnyo iko
manaruihan usaho apakno...” (Wawancara tanggal 02 Februari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Saya sekolah sampai kelas dua SMA. Karena sudah tinggal kelas
rasanya malu untuk melanjutkan sekolah. Kalau saya tamat sekolah
mungkin bukan ini pekerjaan saya dan jika ditanya kepada orang lain
tidak mungkin dia mau kerja ini jika tamat sekolah apalagi yang sudah
kuliah. Biasanya anak pengrajin pandai besi yang tidak menamatkan
sekolah akan bekerja sebagai pengrajin pandai besi untuk meneruskan
usaha bapaknya...” (Wawancara tanggal 02 Februari 2019)

Rahmat Reski yang merupakan kakak dari Robi Putra. Mereka berdua

adalah anak dari pemilik bengkel industri pandai besi yaitu Bapak Indra. Rahmat

Riski bertugas sebagai penggerinda sabit di bengkel ayahnya. Rahmat Reski

mengatakan beliau sekolah hanya sampai kelas dua SMA. Jika beliau

menamatkan sekolah mungkin tidak akan bekerja sebagai pengrajin pandai besi

dan anak laki-laki pengrajin pandai besi di Nagari Sungai Pua yang tidak

menamatkan sekolah kebanyakan akan melanjutkan usaha orang tuanya sebagai

pengrajin pandai besi. Berbeda dengan orang yang telah menamatkan sekolah

apalagi sampai pada jenjang perkuliahan mereka tidak akan mau bekerja sebagai

pengrajin pandai besi.

Penjelasan sama juga dijelaskan anak nangkodoh lain yaitu anak dari Bapak

Asih, Rizki Oktavio Arivin (26 tahun)

73
“...Aden sampai kelas satu SMA no, alah duo kali tingga maleh se hati
den sakola, maabihan pitih se kato gaek den. Rato-rato urang
pagarak tu indak tamaik sakola, ado nan tamaik SMA paliangan ciek-
cieknyo. Indak amuah urang karajo bagarak tu kalau tamaik sakola
do, aden selah kini nan indak tamaik sakola amuah juo den marantau
pado bagarak tu. Duo tahun den talok bagarak, sudah tu marantau
den lai...” (Wawancara tanggal 06 Februari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Saya sampai kelas satu SMA. Sudah dua kali tinggal sekolah malu
rasanya kalau mau melanjutkan, kata orang tua saya hanya
menghabiskan uang saja. Rata-rata pengrajin pandai besi tidak tamat
sekolah, ada yang tamat SMA itu cuma beberapa orang. Orang tidak
mau bekerja sebagai pengrajin pandai besi jika sudah tamat sekolah,
sedangkan saya yang tidak tamat sekolah lebih memilih merantau
daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Hanya dua tahun saya
mampu bekerja di bengkel, sesudahnya saya merantau...”
(Wawancara tanggal 06 Februari 2019)

Riski Oktavio Arifin merupakan anak dari Bapak Asih yang merantau ke

daerah Jogjakarta. Riski mengatakan dirinya yang tidak menamatkan bangku

sekolah lebih memilih merantau daripada melanjutkan usaha orang tua sebagai

pengrajin pandai besi apalagi orang yang memang menamatkan bangku sekolah.

Hal ini serupa dengan penjelasan dari ayah Riski Oktavio Arifin, Asih Sutan

Pangulu (57 tahun)

“...Anak ambo se nan indak sakola indak amuah no karajo bagarak ko


apolai nan lai sakola. Apolai nan sampai bulo kuliah tantu malu no
karajo bagarak ko, bakumuah-kumuah. Indak ado lo nampak di ambo
urang bagarak ko nan lai tamaik SMA doh paliang nan baranti pas
sakola di SMA no...” (Wawancara tanggal 24 januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Anak saya saja yang tidak tamat sekolah tidak mau bekerja sebagai
pengrajin pandai besi apalagi mereka yang sekolah. Apalagi yang
sampai pada jenjang perkuliahan mereka pasti malu bekerja sebagai
pengrajin pandai besi, karna pekerjaannya kotor. Saya juga tidak ada
melihat pekerja pandai besi yang tamat SMA, palingan yang berhenti
sekolah saat di SMA...” (Wawancara tanggal 24 Januari 2019)

74
Bapak Asih merupakan pemilik industri pandai besi sekaligus bertugas

sebagai nangkodoh di bengkelnya. Bapak Asih mengatakan bahwa anaknya saja

(Riski Oktavio Arivin) yang tidak tamat sekolah tidak mau bekerja sebagai

pengrajin pandai besi apalagi mereka yang sekolah dan sampai pada jenjang

perkuliahan karena pekerjaan yang tergolong kotor. Bapak Asih juga melihat tidak

ada pekerja yang tamat sekolah bekerja sebagai pengrajin pandai besi yang ada

hanya mereka yang tidak menamatkan bangku SMA.

Penjelasan sama juga dijelaskan nangkodoh lain, Anes (42 tahun)

“...Indak usah mangecekan urang lain. Aden se nan tamaik SMP malu
juo karajo bagarak ko apolai anak-anak nan lai sakola sampai kuliah.
Rasono indak pantas urang nan basakola tu karajo iko doh
bakumuah-kumuah, paliang kurang urang nan tamaik SMA tu
karajono maolah kain...” (Wawancara tanggal 26 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Tidak perlu membicarakan orang lain. Saya saja yang hanya tamat
SMP malu bekerja sebagai pengrajin pandai besi apalagi anak-anak
yang sekolah sampai kuliah. Rasanya tidak pantas mereka yang
sekolah tinggi bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena kotor,
setidaknya mereka yang tamat SMA kerjanya konveksi...”
(Wawancara tanggal 26 Januari 2019)

Sama seperti penjelasan dari informan-informan sebelumnya Bapak Anes

juga menjelaskan bahwa mereka yang menempuh pendidikan tinggi tidak pantas

bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena pekerjaan sebagai pengrajin pandai

besi terlihat kotor. Bapak Anes juga mengatakan sedangkan dia yang hanya tamat

SMP malu bekerja sebagai pengrajin padai besi apalagi mereka yang sekolah

sampai jenjang perkuliahan.

Dari penjelasan yang didapatkan melalui wawancara dengan informan

diperoleh bahwa pendidikan memang menjadi salah satu faktor penghambat

75
industri pandai besi untuk berkembang. Hambatan tersebut sangat jelas terlihat

karena dahulu saat orang tua mereka yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi

tidak begitu mementingkan pendidikan karena pendidikan hanya dianggap sebagai

pengganggu dalam proses memenuhi kebutuhan hidup. Namun zaman sekarang

pendidikan lebih diutamakan di banding bekerja sebagai pengrajin pandai besi.

Mereka yang telah menempuh pendidikan enggan untuk bekerja sebagai pengrajin

pandai besi maupun melanjutkan usaha orang tua sebagai pengrajin pandai besi.

Mereka yang tetap bertahan bekerja sebagai pengrajin pandai besi hanyalah yang

tidak menamatkan bangku sekolah.

Berdasarkan interpretasi diatas maka teori modernisasi cocok untuk

mengidentifikasi masalah dalam penelitian. Karena tingginya standar pendidikan

menjadi pedoman pada masyarakat modern sehingga pendidikan pada keluarga

pengrajin pandai besi lebih diprioritaskan daripada tetap bekerja sebagai pengrajin

pandai besi. Mereka yang telah menempuh pendidikan malu untuk melanjutkan

usaha keluarga yang berdampak pada sulitnya industri pandai besi untuk

berkembang. Para pengrajin yang tetap melanjutkan industri hanyalah mereka

yang tidak menamatkan bangku sekolah. Ini menujukan bahwa tingginya standar

pendidikan pada masyarakat modern membuat industri tradisional seperti pandai

besi sulit berkembang bahkan dengan standar tersebut membuat industri pandai

besi tidak diprioritaskan lagi.

76
3.1.3 Kurangnya Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Teknologi yang

Canggih dalam Pemasaran

Hambatan dalam teknologi muncul dari kurangnya pengetahuan pengrajin

ataupun nangkodoh dalam pemanfaatan teknologi pada pemasaran sehingga

mengalami ketertinggalan untuk memasarkan produknya. Kurangnya pengetahuan

pengrajin dalam memanfaatkan teknologi yang canggih terlihat pada tidak adanya

pemilik yang memanfaatkan teknologi berupa aplikasi online shop memasarkan

produknya. Sedangkan pada dasarnya teknologi tersebut telah bisa di akses hanya

menggunakan telfon genggam guna memperluas pangsa pasar. Kurangnya

pengetahuan para nangkodoh yakninya pemilik industri pandai besi untuk

memanfaatkan teknologi yang canggih dalam pemasaran produk membuat

industri pandai besi di Nagari Sungai Pua terhambat untuk berkembang sehingga

tertinggal oleh para pesaingnya. Para pemilik industri pandai besi di Nagari

Sungai Pua hanya terpaku pada pemasaran model lama yakni memasarkan produk

dengan cara membawa produknya ke pasar tradisional setempat. Sehingga

mengalami kesulitan dalam mengembangakan industri pandai besi.

Berikut hasil wawancara yang didapatkan dari informan mengenai

kurangnya pengetahuan dalam pemanfaatan teknologi yang canggih dalam

pemasaran produk :

Wali Nagari Sungai Pua Fiki Ananda (32 tahun)

“...Banyak dari urang nan ba apa basi ko kurang pandai dalam


mamanfaatkan teknologi. Sarupo pamanfaatan teknologi nan lah bisa
di jangkau masyarakat wak berupa hape android nan dengan itu
mereka bisa mamasarkan produknyo kama pun mamakai aplikasi jua
bali yang ado di android...” (Wawancara tanggal 13 Januari 2019)

77
Bahasa Indonesianya:

“...Banyak pengrajin pandai besi yang tidak bisa memanfaatkan


teknologi seperti pemanfaatan teknologi android yang sudah bisa
dijangkau masyarakat yang dengan itu bisa memasarkan produk
kemanapun memakai aplikasi jual beli yang ada pada android...”
(Wawancara tanggal 13 Januari 2019)

Bapak pandai dalam memanfaatkan teknologi yang canggih dalam

pemasaran sehingga menjadikan pengrajin sulit dalam memasarkan produknya.

Hal ini juga Wali Nagari menjelaskan hampir keseluruhan para pengrajin pandai

besi kurang senada dengan penjelasan dari informan pengamat lain.

Penjelasan dari tetangga pengrajin pandai besi Ibuk Red (48 tahun)

“...Kalau manuruik nte teknologi tu paralu kama-kama no, dima-dima


no paralu, adolo urang di aua manggaleh jo hape se, manggaleh
onlen. Aa sabanano itu kan bisa dipakai untuak manggaleh apolai
pisau-pisau urang disiko rancak-rancak...”
(Wawancara tanggal 20 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Kalau menurut saya teknologi itu sangat perlu kemanapun dan


dimanapun. Ada orang di aur jualan hanya dengan handphone, jualan
online. Itu sebenarnya bisa dipakai untuk jualan apalagi pisau buatan
kita bagus-bagus...” (Wawancara tanggal 20 Januari 2019)

Ibuk Red merupakan tetangga pengrajin pandai besi yang tinggal

bersebelahan dengan bengkel industri pandai besi Bapak Anes juga menjelaskan

bahwa handphone dapat dimanfaatkan untuk menjual produk pandai besi. Seperti

halnya yang ia temukan di pasar aur. Namun hal ini tidak dimanfaatkan oleh para

pengrajin pandai besi di Nagari Sungai Pua untuk memasarkan produknya agar

dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

Penjelasan dari informan pengamat yaitu Bapak Fiki Ananda dan Ibuk Red

juga berbanding lurus dengan informasi yang didapat dari informan pelaku bahwa

78
para nangkodoh yang merupakan pemilik industri pandai besi tidak menggunakan

handphone sebagai media untuk memasarkan produknya. Berikut penjelasan

informan pelaku mengenai tidak adanya penggunaan handphone sebagai media

untuk memasarkan produknya :

Penjelasan dari nangkodoh, Asih Sutan Pangulu (57 tahun)

“...Indak tau mak kalau jo hape tu bisa manggaleh do, sakali ko lo


mandanga baru. Amak biaso manggaleh ka pasa-pasa meno, takah ka
sangka, padang panjang, tu ka aua...”
(Wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Saya tidak tahu kalau bisa jualan menggunakan handphone baru


kali ini saya mendengar. Saya biasa berjualan di pasar-pasar seperti
pasar Sangka, Padang Panjang dan ke Aur Kuning...”
(Wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Penjelasan yang sama juga disampaikan oleh nangkodoh lain, Anes (42

tahun)

“...Indak tau den kalau bisa manjua barang ko lewat hape doh...”
(Wawancara tanggal 24 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Saya tidak tahu jika bisa menjual barang-barang menggunakan


handphone...” (Wawancara tanggal 24 Januari 2019)

Bapak Indra Sutan Rajo Ameh (54 tahun) sebagai nangkodoh di bengkelnya

juga menjelaskan hal yang sama :

“...Indak tau pak kalau hape tu bisa untuak manggaleh. Apak jarang
pai ka balai manjua iko, dek biasono ba antaan ka kadai sutan
pangeran seno ...”(Wawancara tanggal 24 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Bapak tidak tahu hp itu bisa untuk jualan. Saya jarang pergi ke
pasar untuk menjual ini, karena biasanya hanya mengentarkan ke

79
kedai Sutan Pangeran (tengkulak yang menjual alat-alat dapur dan
alat-alat pertanian)...” (Wawancara tanggal 24 Januari 2019)

Dari penjelasan tiga orang pemilik industri pandai besi yaitu Bapak Asih,

Anes dan Bapak Indra Sutan Rajo Ameh yang menyatakan tidak ada penggunakan

handphone sebagai sarana dalam memasarkan produk. Hal ini memperkuat

pernyataan yang diberikan Bapak Wali Nagari Fiki Ananda dan Ibuk Red bahwa

kebanyakan pengrajin atau nangkodoh tidak mengetahui bahwa handphone yang

biasa mereka gunakan sehari-hari dapat dimanfaatkan untuk memasarkan produk

pandai besi sehingga menyebabkan industri pandai besi di Nagari Sungai Pua sulit

berkembang.

Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan maka diperoleh interpretasi

tidak adanya pengetahuan dari para pemilik industri pandai besi mengenai

handphone yang sehari-hari mereka gunakan bisa dimanfaatkan untuk

memasarkan produk yang mereka produksi. Para pemilik industri pandai besi

hanya terpaku pada model pemasaran lama yaitu menjual produk pandai besi

dengan cara mendatangi lansung pasar-pasar sekitar dan ada juga yang

menjualnya kepada tengkulak.

Berdasarkan interpretasi diatas maka teori modernisasi dapat

mengidentifikasi masalah dalam penelitian. Teori modernisasi menjelaskan

kemajuan teknologi menjadi faktor cepat terjadinya perubahan sosial pada

masyarakat sehingga masyarakat yang tersentuh oleh teknologi tersebut

mengalami kemajuan. Namun berbeda dengan yang terjadi pada pengrajin pandai

besi di Nagari Sungai Pua. Mereka tidak dapat mengadopsi teknologi baru

sehingga terjadi ketertinggalan saat pemasaran produk pandai besi.

80
3.1.4 Persaingan dengan Produk Sejenis

Hambatan industri pandai besi untuk berkembang juga datang dari

persaingan produk sejenis. Hambatan ini sangat jelas terlihat ketika harga yang

diberikan produk sejenis jauh lebih murah jika dibandingkan dengan industri

pandai besi di Nagari Sungai Pua. Harga yang ditetapkan produk pabrik sangat

mempengaruhi harga produk pandai besi di pasaran ditambah penyabarannya

terlalu banyak. Penyebaran produk-produk pabrik berupa alat-alat pertanian dan

alat-alat rumah tangga yang juga diproduksi pandai besi di Nagari Sungai Pua

tersebar sampai ke pasar-pasar kecil atau pasar tradisional. Hal ini memberikan

ruang yang sempit bagi produk pandai besi Nagari Sungai Pua memasarkan

produknya di pasar tradisional sehingga membuat hasil industri pandai besi sulit

terjual. Kesulitan industri pandai besi Nagari Sungai Pua dalam memasarkan

produknya selain pada saingan dengan produk sejenis juga didapatkan dari sering

terlambatnya tengkulak memberikan uang hasil industri pandai besi para pengrajin

di Nagari Sungai Pua sehingga para pengrajin terkendala dalam memenuhi biaya

produksi yang mengakibatkan produksi terhenti atau mandek. Tentu ini menjadi

hambatan bagi industri pandai besi untuk berkembang. Hambatan tersebut serupa

dengan hasil wawancara yang didapatkan dari informan pelaku dan beberapa

informan pengamat.

Berikut hasil wawancara yang didapatkan dari informan berupa persaingan

dengan produk sejenis :

Penjelasan dari Wali Nagari, Fiki Ananda, Amd (32 tahun)

“...Kalau manuruik ambo permasalahan yang dihadapi apa basi ko


adolah susah dalam panjualan. Kini barang-barang pabrik alah

81
banyak tasebar di pasa-pasa ketek seperti halnyo pisau jerman, cap
buayo, itu sadonyo hasil dari buatan pabrik. Dan mereka manjua
barang nyo jauah labiah murah dari harago pandai basi nan di awak
sahinggo susah produk awak tajua...”
(wawancara tanggal 13 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Kalau menurut saya permasalahan yang dihadapi oleh pandai besi


adalah susahnya dalam penjualan. Sekarang barang-barang pabrik
sudah banyak tersebar di pasar-pasar kecil seperti halnya pisau
jerman, cap buaya, itu semuanya merupakan hasil dari buatan pabrik.
Dan mereka menjual jauh lebih murah dibandingkan dengan hasil
industri pandai besi kita sehingga produk kita susah untuk dijual...”
(wawancara tanggal 13 januari 2019)

Bapak Fiki Ananda merupakan Wali Nagari di Sungai Pua menjelaskan

bahwa permasalahan industri pandai besi di Nagari Sungai Pua yang paling utama

adalah dalam penjualan yakni telah tersebar luasnya barang-barang pabrik di

pasaran sehingga menghimpit harga barang-barang buatan pandai besi di Nagari

Sungai Pua. Ini menimbulkan kesulitan pengrajin pandai besi mengembangkan

usahanya.

Hal serupa juga disampaikan oleh tetangga pangrajin yaitu Red (54 tahun)

“...Banyak pagarak mangaluah dek barang-barang cino ko maimpik


harago barang pandai basi di Sungai Pua. Takah pisau ado yang
majua duoribu sadangkan pisau di Sungai Pua ko paliang murah duo
puluah limo ribu. Makonyo urang mamiliah nan murah. Dek
perbandingan harago nyo jauah bana...”
(wawancara tanggal 20 Januari 2019)

Bahasa indonesia :

“...Banyak pengrajin pandai besi yang mengeluh karena barang-


barang cina menghimpit harga pandai besi Sungai Pua. Seperti pisau
ada yang menjual dua ribu sedangkan pisau di Sungai Pua paling
murah dijual dengan harga dua puluh lima ribu. Pasti orang membeli
yang murah...” (wawancara tanggal 20 Januari 2019)

82
Ibuk Red juga menjelaskan hal yang serupa dengan penjelasan Bapak Wali

Nagari bahwa kesulitan pengrajin pandai besi dalam mengembangkan usahanya

adalah karena harga yang ditetapkan atau ditawarkan barang sejenis jauh melebihi

barang-barang buatan pengrajin pandai besi di Nagari Sungai Pua sehingga

melemahkan daya jual dari industri pandai besi Nagari Sungai Pua.

Datuak Sinaro Panjang yaitu Doni (36 tahun) juga menjelaskan hal yang

sama.

“...Urang banyak baranti mambuek kapak jo pangkua kan dek itu,


alah baserak kapak jerman jo pangkua pabrik di jua dipasa, harago
jauah lo dibantiangnyo, iko nan panyabab pagarak ko bapikia duo
kali ka mambuek kapak jo pangkua...”
(wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Bahasa indonesia :

“...Pengrajin pandai besi kebanyakan berhenti membuat cangkul dan


kapak karena sudah banyak merek jerman dan cangkul pabrik dijual di
pasaran, hargapun dibanting jauh, ini penyebab para pengrajin berfikir
ulang untuk membuat kapak dan cangkul...”
(wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Datuak Sinaro Panjang menjelaskan pengrajin yang biasanya membuat

kapak berhenti berproduksi lantaran telah banyaknya kapak buatan pabrik yang

dijual di pasar. Peredaran buatan pabrik tersebut juga dibarengi dengan harga

yang murah sehingga pengrajin pandai besi yang memproduksi kapak mengalami

kesulitan dalam menjual produknya.

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh informan, diketahui bahwa

masuknya produk yang sama dengan harga murah ke pasar nasional maupun

daerah mempengaruhi penjualan produk pengrajin besi Sungai Pua. Sehingga

83
menjadikan para pengrajin malas untuk bekerja. Selain itu harga penjualan produk

para pengrajin pandai besi tradisional tidak bisa diturunkan lantaran tingginya

biaya produksi dan proses pembuatan yang memakan waktu sehingga tidak

memungkinkan untuk dijual sama dengan harga produk pabrik.

Penjelasan yang berbeda disampaikan oleh nangkodoh Anes (42 tahun)

“...Nan aden rasoan urang pagarak ko payah bakambang dek


susahnyo manjua barang, kadang pagarak tu baharok ka tangkulak se
no. Takah den kini baharok ka nangkodoh lain supayo mambali
lanjaran den. Sadangkan pitihno taambek di juragan baa no ka
mambayia ka den. Tu den indak bisa lo mambali basi...”
(wawancara tanggal 26 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Yang saya rasakan kenapa susah pandai besi ini berkembang


karena susahnya menjual barang kadang pemilik industri hanya
berharap pada tengkulak. Seperti saya berharap kepada pemilik
industri lain supaya membeli lanjaran saya. Sedangkan uang dia juga
tertahan di juragan bagaimana bisa dia membayar uang saya. Tentu
saya tidak bisa membeli besi...” (wawancara tanggal 26 januari 2019)

Bapak Anes sebagai nangkodoh menjelaskan bahwa kesulitan pengrajin

pandai besi mengembangkan industrinya adalah karena sering terlambatnya uang

didapatkan dari pembeli lanjaran yaitu pengrajin lain yang memproduksi barang

sampai jadi sehingga pengrajin mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

bahan produksi dan produksi menjadi terhambat.

Penjelasan dari Bapak Anes sejalan dengan yang disampaikan oleh

nangkodoh lain Indra Sutan Rajo Ameh (54 tahun)yang memproduksi barang

sampai jadi.

“...Kalau di apak, nan jadi masalah pitih apak acok tatahan di


juragan. Kadang lah saminggu alun juo turun pitih tu. Nan kato

84
juragan tu dek indak ado urang mambali lah, pisau-pisau dari stenlis
jo basi putiah nan banyak tajua...”
(wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Kalau saya lihat, yang jadi masalah uang saya sering tertahan di
juragan. Kadang dalam waktu satu minggu uang tersebut belum
diberikan. Yang juragan katakan belum banyak orang membeli barang
dari buatan tangan. Pisau berbahan standlis yang banyak terjual
baru...”(wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Penjelasan dari informan di atas menunjukan masalah yang dihadapi para

pengrajin adalah para pengrajin yang memproduksi barang sampai jadi sering

tertahan uangnya oleh tengkulak sehingga menjadikan pengrajin tersebut

terhambat untuk memproduksi barang lantaran tidak adanya biaya produksi. Hal

ini juga berimbas pada pengrajin yang memproduksi barang setengah jadi yaitu

pengrajin yang hanya memproduksi lanjaran. Mereka yang memproduksi

lanjaran juga tertahan mendapatkan uang hasil produknya dari pengrajin yang

memproduksi barang sampai jadi karena biasanya lanjaran yang selesai dibuat

akan dijual kepada pengrajin yang memproduksi barang sampai jadi. Ini

menjadikan terjadinya rentetan penangguhan uang untuk biaya produksi. Dimulai

dari tengkulak, pengrajin yang memproduksi barang sampai jadi dan yang terakhir

adalah pengrajin pandai besi yang memproduksi barang setengah jadi (pengrajin

yang memproduksi lanjaran).

Berdasarkan interpretasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan

beberapa informan maka teori modernisasi cocok untuk menganalisis masalah

tersebut. Dengan adanya modernisasi maka kran globalisasi mudah di buka

sehingga menguntungkan bagi negara maju untuk memasarkan produknya ke

85
negara berkembang. Hal ini menjadi ancaman bagi pengrajin pandai besi karena

produk luar negeri dijual dengan harga yang murah sedangkan produk pengrajin

tidak bisa dijual dengan harga sama dengan harga produk pabrik. Karena proses

pembuatan masih menggunakan alat-alat trradisional dan membutuhkan proses

yang lama. Sulitnya penjualan produk pandai besi berakibat pada sering

terlambatnya pengrajin pandapatkan uang hasil produknya dari tengkulak yang

menjualkan produknya di pasaran. Hal ini juga ikut dirasakan pengrajin pandai

besi yang hanya memproduksi barang setengah jadi karena mereka biasa menjual

produknya kepada pengrajin pandai besi yang memproduksi barang sampai jadi.

3.2 Hambatan Kultural dalam Pengembangan Industri pandai besi

Hambatan industri pandai besi untuk berkembang di Nagari Sungai Pua

tidak hanya dilihat pada sisi sosial tetapi juga dilihat pada sisi kultural yaitu

budaya masyarakat setempat. Budaya yang berhubungan dengan kebiasaan

masyarakat Nagari Sungai Pua dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hambatan

kultural pengrajin pandai besi untuk berkembang tersebut berupa keinginan orang

tua terhadap anak untuk tidak melanjutkan usaha pandai besi, kebiasaan pencarian

jodoh di Nagari Sungai Pua, sistem pengajaran kepandaian pandai besi dan

prioritas merantau daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi.

Berikut hasil temuan di lapangan mengenai hambatan kultural pengrajin

pandai besi dalam menembangkan industri :

86
3.2.1 Keinginan Orang Tua Terhadap Anak untuk Tidak Melanjutkan

Usaha Pandai Besi

Pandai besi merupakan industri tradisional yang kepandaiannya biasa

diturunkan kepada anak-anak laki-laki pengrajin pandai besi agar usaha tersebut

tidak terhenti di satu generasi. Usaha ini merupakan usaha keluarga yang telah

dirintis bertahun-tahun bahkan sampai diturunkan terus menerus kepada anak-

anaknya para pengrajin pandai besi. Ini tentu akan menjadi kebanggaan bagi

orang tua yang berprofesi sebagai pengrajin pandai besi apabila anak melanjutkan

usaha tersebut. Berbeda dengan temuan yang didapatkan dilapangan orang tua

justru menganjurkan agar anak tidak melanjutkan usahanya sebagai pengrajin

pandai besi. berikut hasil temuan dilapangan mengenai keinginan orang tua

terhadap anak untuk tidak melanjutkan usaha sebagai pengrajin pandai besi.

Penjelasan dari nangkodoh Asih Sutan Pangulu (57 tahun)

“...Indak pernah mak malarang anak untuak malanjuikan usaho ko do


cuman mak mangecek ka anyo kalo bisa karajo lain manga harus
karajo iko. Kini ndak bara hasia nan di dapek karajo iko lai. Kadang
sakali balai tu sabik tajua indak sampai sakodi jan kan sakodi salusin
sen payah. Palingan dapek saratuih lapan puluah sampai duo ratuih.
makonyo mak mangecek ka nyo kok bisa jan karajo iko habih tuak
makan se pitih no...” (wawancara tanggal 24 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Saya tidak pernah melarang anak untuk melanjutkan usaha ini, tapi
jika bisa kerja yang lain kenapa harus pekerjaan ini. Karena hasil yang
didapatkan tidak seberapa. Kadang dalam satu kali pasar sabit terjual
tidak sampai satu kodi, jangankan satu kodi satu lusin saja sudah
susah. Palingan hanya mendapatkan seratus delapan puluh ribu sampai
dua ratus ribu rupiah, makanya saya bilang sama anak kalau bisa
jangan bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena uang nya hanya
habis untuk kebutuhan pokok saja...” (Wawancara tanggal 24 Januari
2019)

87
Penyataan dari Bapak Asih didukung oleh jawaban anaknya yaitu Rizki

Oktavio Arivin (26 tahun)

“...Ndak ado gaek den managah karajo iko do, cuman nyo nyuruah
kalo dapek jan lah karajo pagarak, jadian karajo pagarak untuak
palarian nyampang kok ndak ado karajo nan lain...”
(wawancara tanggal 6 Februari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Tidak ada orang tua saya melarang untuk bekerja sebagai pengrajin
pandai besi. Tapi beliau menyarankan kalau bisa jangan bekerja
sebagai pengrajin pandai besi. Jadikan pekerjaan ini sebagai pelarian
jikalau tidak ada pekerjaan yang lain...” (wawancara tanggal 6 februari
2019)

Nangkodoh lain, Indra Sutan Rajo Ameh (54 tahun) juga menyampaikan hal

yang serupa.

“...Indak pernah ambo malarang anak untuak malanjuikan usaho iko


do. nan paralu bisa lah no bagarak ko untuak pegangan di nyo. Kok
nyampang ndak ado dapek karajo nan lain bisa juo nyo dapek pitih
dari bagarak ko...”(wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Saya tidak pernah melarang anak untuk melanjutkan usaha ini.


Yang penting dia memiliki ilmu pengrajin pandai besi sebagai
pegangan baginya. Jikalau tidak ada pekerjaan lain dia masih bisa
mendapatkan uang dari berusaha sebagai pengrajin pandai besi ini...”
(wawancara tanggal 27 januari 2019)

Penyataan dari Bapak Indra didukung oleh jawaban anaknya yaitu, Rahmat

Rezki (28 tahun)

“...Indak ado ayah den managah untuak malanjuikan usaho ko do.


Malahan den di ajaan supayo bisa bagarak...”
(Wawancara tanggal 2 Februari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Tidak ada ayah saya melarang untuk melanjutkan usaha ini.


Malahan saya diajarkan untuk bisa menempa besi...”

88
(Wawancara tanggal 2 Februari 2019)

Dari hasil kutipan wawancara bersama informan maka diperoleh interpretasi

memang orang tua yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi mengajarkan

kepada anak laki-lakinya kepandaian dalam mengolah besi menjadi alat-alat

pertanian dan alat-alat rumah tangga namun mereka tidak mengharuskan anaknya

melanjutkan usaha sebagai pengrajin pandai besi malahan yang terjadi adalah

anak sangat dianjurkan untuk tidak bekerja sebagai pengrajin pandai besi.

Pekerjaan sebagai pengrajin pandai besi hanya dijadikan alternatif terakhir jika

tidak mendapatkan pekerjaan yang lain. Ini menjadikan pekerjaan sebagai

pengrajin pandai besi kurang diminati. Alasan orang tua menganjurkan anaknya

untuk tidak bekerja sebagai pengrajin pandai besi adalah semakin sulitnya

penjualan produk pandai besi sehingga tidak memiliki prospek ke masa depan.

Berdasarkan hasil interpretasi dengan informan maka teori modernisasi

cocok untuk menganalisis masalah dalam penelitian ini. Faktor pendukung

terjadinya modernisasi adalah selalu berorientasi pada masa sekarang dan masa

mendatang atau masa depan agar tercipta kehidupan yang lebih maju. Hal ini

terlihat pada keinginan orang tua yang tidak menginginkan anaknya untuk

melanjutkan usaha maupun bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Keinginan

tersebut bertujuan agar anak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya kelak dengan

pekerjaan yang lain. Keinginan orang tua ini disebabkan karena semakin sulitnya

penjualan barang hasil industri pandai besi di pasaran sehingga jika hanya terpaku

pada pekerjaan pandai besi akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

hidup seperti yang dirasakan sekarang ini.

89
3.2.2 Pengrajin Pandai Besi Muda Sulit Mendapatkan Jodoh dari Kampung

yang Sama

Kebiasaan pencarian jodoh pada keluarga pengrajin pandai besi menjadi

faktor penghambat industri pandai besi untuk berkembang. Hal ini dilandasi dari

kebiasaan masyarakat Nagari Sungai Pua yang mencari jodoh sedapatnya harus

berasal dari daerah yang sama. Kebiasaan pencarian jodoh yang mengharuskan

mendapatkan jodoh berasal dari daerah yang sama membuat para pengrajin sulit

dalam mendapatkan jodoh. Kesulitan pengrajin mendapatkan jodoh satu nagari

disebabkan masyarakat Nagari Sungai Pua telah mengetahui bagaimana pekerjaan

sebagai pengrajin pandai besi dan prospek pandai besi yang tidak baik untuk masa

mendatang. Hal tersebut yang menjadi alasan beberapa dari mereka yang masih

muda atau belum menikah enggan untuk bekerja sebagai pengrajin pandai besi.

Bahkan ada dari mereka yang malu terhadap pekerjaannya sebagai pengrajin

pandai besi. Ini sesuai dengan penjelasan dari beberapa informan berikut :

Penjelasan dari nangkodoh Anes (42 tahun )

“...Biaso no urang awak mancari laki atau bini sakampuang. Itu nan
mambuek payah takah kato ama den ama den, kok bisa urang awak
juolah. Itu nan mambuek den sampai kini alun babini. Sabanano
malu den karajo iko. Baa tu malu dek mancaliak di kampuang ko
mausahoan bana manikah sanagari sadangan urang siko tau baa
kondisi pagarak ko. Tantu ujuang-ujuangnyo indak babini juo den
kasudahannyo...” (Wawancara tanggal 26 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Biasanya orang Sungai Pua mencari istri atau suami yang sama-
sama berasal dari Nagari Sungai Pua, itu yang membuatnya sulit
begitu juga kehendak dari ibu saya, kalau bisa orang Sungai Pua juga.
Itu yang membuat saya sampai sekarang belum menikah. Sebenarnya
saya malu kerja sebagai pengrajin pandai besi. Kenapa begitu, karena
di kampung sini sangat mengusahakan menikah satu nagari sedangkan

90
orang disini mengetahui kondisi pengrajin pandai besi. Tentu pada
akhirnya saya tidak bisa menikah...”
(Wawancara tanggal 26 Januari 2019)

Penjelasan serupa disampaikan oleh anak nangkodoh yaitu Rahmat Rezki

(28 tahun)

“...Kalau mancari bini urang awak untuak pagarak mungkin juo


payah, antah dek urang siko lah tau jo karajo iko, karajo ko kan
nampak se bakumuah-kumuah, panjualan payah lo kini.....”
(Wawancara tanggal 2 Februari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Kalau mencari istri yang berasal dari Sungai Pua untuk pengrajin
pandai besi bisa jadi susah, mungkin karena orang di sini sudah tau
dengan pekerjaan pandai besi, pekerjaan pandai besi terlihat kotor dan
penjualan pun sekarang susah...”
(Wawancara tanggal 2 Februari 2019)

Penjelasan serupa disampaikan oleh nangkodoh, Asih Sutan Pangulu

(57tahun)

“...Kebiasaan urang siko mancari bini sakampuang. Tapi nan mak


caliak payah urang pagarak ko dapek bini urang Sungai Pua karano
urang kini banyak pamiliah, antah dek karajo ko kumuah-kumuah
sudah tu indak ado lo urang pagarak ko nan kayo...”
(Wawancara tanggal 24 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Kebiasaan warga disini mencari calon istri satu kampung. Tapi


yang saya lihat orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi ini
sulit mendapatkan jodoh orang asli Sungai Pua ini karena orang
sekarang dalam mencari jodoh banyak pertimbangan. Bisa jadi karena
pekerjaan ini kotor dan tidak ada pengrajin pandai besi yang kaya...”
(Wawancara tanggal 24 Januari 2019)

Hal serupa disampaikan anak nangkodoh, Rizki Oktavio Arivin (26 tahun)

“...Den raso payah dapek bini kalo karajo pagarak ko soalno kan
nampak se di ang karajo bagarak tu bakumuah-kumuah, bakabuik,
gengsi nah paja cek surang, apolai jo hasia nan di dapekan indak

91
sabara sadangkan kebutuhan samakin batambah. Jadi indak ado
jaminan iduik kamuko tu doh...”
(Wawancara tanggal 2 Februari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Saya rasa susah mendapatkan istri kalau bekerja sebagai pengrajin


pandai besi karena pekerjaan yang kotor dan berdebu, mereka gengsi
jika menikah dengan pengrajin pandai besi. Ditambah penghasilan
tidak seberapa sedangkan kebutuhan semakin bertambah. Jadi tidak
ada jaminan hidup untuk masa mendatang...”
(Wawancara tanggal 2 Februari 2019)

Hal serupa juga dijelaskan pekerja, Basa (52 tahun)

“...Mancaliak situasi kini urang pagarak payah mancari bini urang


Sungai Pua. dek panjualan alah manurun bana. Batua di Sungai Pua
ko mancari calon laki atau bini samo-samo dari Sungai Pua tapi tantu
urang bapikia kalo masih ado nan badagiang tantu itu nan di piliah
no...” (wawancara tanggal 3 Februari 2019)

Bahasa indonesia :

“...Jika melihat kondisi sekarang susah pengrajin mendapakan istri


yang berasal dari Sungai Pua karena penjualan semakin menurun.
Memang betul di Sungai Pua kebiasaannya mencari istri atau suami
sama-sama berasal dari Sungai Pua tapi jika ada yang berduit itu yang
lebih di pilih...” (wawancara tanggal 3 Februari 2019)

Dari hasil kutipan wawancara dengan beberapa informan di atas maka

diperoleh interpretasi data bahwa kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua

mengharuskan jodoh didapatkan sama-sama berasal dari Nagari Sungai Pua. Hal

ini menjadikan pengrajin pandai besi kesulitan untuk mendapatkan calon istri

bahkan menurut pengakuan Bapak Anes dia sudah berumur 42 tahun tapi belum

mendapatkan istri lantaran kebiasaan di Nagari Sungai Pua mengharusakan jodoh

didapatkan berasal dari Nagari Sungai Pua. Selain itu pekerjaan yang terlihat

kotor dan tidak mencerminkan prospek yang baik untuk masa datang menjadikan

92
pekerjaan sebagai pengrajin pandai besi tidak dilirik oleh beberapa orang di

Nagari Sungai Pua hal ini sesuai dengan penjelasan dari informan pengamat

berikut :

Penjelasan dari tetangga pengrajin pandai besi Red (48 tahun)

“...Biasono urang di Sungai Pua ko mancari calon bini atau laki samo
nan dari Sungai Pua lo supayo kok jampang no marantau takana juo
no pulang. Indak setuju nte kalo anak ante balaki jo urang pagarak
kok bisa dapek laki PNS atau karajo kantua lah, paliang indak karajo
konveksi lah. Soalno karajo pagarak ko nampak indak manjamin
untuak anak nte...” (Wawancara tanggal 20 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Biasanya orang Sungai Pua mencari calon istri atau suami yang
sama-sama berasal dari Sungai Pua juga agar saat mereka merantau
nanti, mereka masih ingat untuk pulang. Saya tidak setuju kalau anak
saya menikah dengan orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai
besi. Kalau bisa mendapatkan suami orang yang bekerja sebagai PNS
atau kerja kantoran, paling tidak kerja konveksi. Masalahnya
pekerjaan pengrajin pandai besi terlihat tidak menjamin untuk anak
saya...” (Wawancara tanggal 20 Januari 2019)

Menurut penjelasan dari Ibuk Red membuktikan bahwa memang ada

kebiasaan di Nagari Sungai Pua yang mengharuskan pencarian jodoh berasal dari

daerah yang sama yaitu sama-sama berasal dari Nagari Sungai Pua. Dari

penjelasan tersebut juga terlihat bahwa Ibuk Red tidak menginginkan anaknya

menikah dengan pengrajin pandai besi karena pekerjaan tersebut tidak memiliki

prospek yang baik untuk rumah tangga anaknya.

Hal serupa juga dijelaskan oleh Niniak Mamak Doni Datuak Bandaro Basa

(36 tahun)

“...Pancarian jodoh biasono di Sungai Pua ko mancari jodoh


sanagari. Iko supayo kok jampang marantau urang nan alah manikah
ko, mereka akan ingek untuak pulang kampuang karano keluarganyo

93
samo-samo dari Sungai Pua. Nan nampak di ambo sulik pagarak ko
mancari calon urang awak, alasannyo urang siko alah tau baa karajo
pagarak tu, kan nampak kumuah, paralu tinago banyak, tantu kalau
alah tuo indak bisa karajo lai. Kalau ado calon nan lain nan karajo
pasti ambo piliah nan karajo pasti karano panjualan urang pagarak
ko alah payah kini tapi kalau itu jodohnyo tantu ambo manyarah
lai...” (Wawancara tanggal 13 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Pencarian jodoh biasanya di Nagari Sungai Pua ini mencari jodoh


sama-sama satu nagari. Agar nanti kalau mereka merantau mereka
akan ingat untuk pulang karena keluarga mereka berasal dari daerah
yang sama. Kalau yang saya lihat pengrajin pandai besi sulit mencari
jodoh orang yang berasal dari Sungai Pua, alasannya orang sini sudah
mengetahui bagaimana pekerjaan pengrajin pandai besi, bisa dilihat
pekerjaannya terlihat kotor, membutuhkan tenaga yang banyak tentu
jika sudah tua tidak sanggup lagi untuk bekerja. Kalau misalkan ada
calon lain yang memiliki pekerjaan pasti saya pilih itu untuk
keponakan saya, karena pekerjaan pandai besi tidak memiliki prospek
kedepan. Tapi jika itu jodohnya saya berserah diri....”
(Wawancara tanggal 13 Januari 2019)

Niniak Mamak Bandaro Panjang yaitu Bapak Doni juga menjelaskan hal

yang sama dengan pendapat Ibuk Red bahwa kebiasaan pencarian jodoh di Nagari

Sungai Pua adalah mencari pasangan sama-sama berasal dari Nagari Sungai Pua.

Hal ini menjadikan para pengrajin pandai besi muda kesulitan dalam mencari

jodoh yang berasal dari Nagari Sungai Pua lantaran masyarakat Nagari Sungai

Pua telah mengetahui keadaan pandai besi. Kesulitan ini juga diperkuat Bapak

Doni dengan mengatakan jika masih ada calon lain yang memiliki pekerjaan pasti

atau tetap dia akan memilih calon yang memiliki pekerjaan pasti yaitu pekerjaan

yang memiliki prospek kedepan. Ini tentu akan membuat pengrajin pandai besi

kesulitan dalam mencari jodoh yang berasal dari Nagari Sungai Pua.

Penjelasan berbeda disampaikan oleh Bapak Wali Nagari Sungai Pua Fiki

Ananda (32 tahun)

94
“...Prinsip ambo karajo ko ndak pangaruah untuak ambiak ka jadi
minantu, atau adiak ipa nan jaleh no gigiah karajo, akhlah no elok,
baradaik, batangguang jawab. Biasono disiko mancari jodoh samo-
samo urang Sungai Pua. Emang payah urang pagarak mancari bini
urang Sungai Pua kini, dek anak gadih kini alah banyak pamiliah
apolai mancaliak pagarak tu karajonyo kumuah...”
(Wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Prinsip saya pekerjaan tidak berpengaruh dalam memilih menantu


atau adik ipar. Yang penting rajin bekerja, akhlak yang baik, beradat,
dan memiliki tanggung jawab. Biasanya disini mencari jodoh sama-
sama orang Nagari Sungai Pua. Memang susah karena jaman sekarang
anak-anak gadih suka memili-milih pasangan apalagi pekerjaan
pandai besi kotor...”(Wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Bapak Wali Nagari Sungai Pua Fiki Ananda menjelaskan memang ada

kebiasaan pencarian jodoh diupayakan sama-sama berasal dari Nagari Sungai Pua

dan terlihat kesulitan para pengrajin pandai besi mendapatkan jodoh wanita yang

berasal dari Nagari Sungai Pua namun pandangan beliau berbeda mengenai hal

ini. Bapak Fiki Ananda menjelaskan pekerjaan bukanlah menjadi patokan dalam

pencarian jodoh untuk keluarganya. Yang bapak Fiki Ananda utamakan adalah

rajin dalam bekerja, akhlak yang baik beradat dan memiliki tanggung jawab.

Inilah yang menjadi acuan Bapak Wali Nagari dalam pencarian jodoh untuk

keluarganya bukan berdasarkan mata pencaharian.

Berdasarkan hasil interpretasi dari wawancara bersama informan maka teori

modernisasi dapat digunakan untuk menganalis masalah pada sub bab kebiasaan

pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua. Faktor pendukung terjadinya modernisasi

adalah selalu berorientasi pada masa mendatang agar tercipta kehidupan yang

lebih maju. Hidup yang maju sering dipedomani pada kehidupan barat yang

95
berorientasi pada masa mendatang. Ini tercermin pada kebiasaan masyarakat

Nagari Sungai Pua mencari pasangan atau mencari calon suami untuk anak,

keponakan maupun adik mereka yang memiliki pekerjaan yang jelas. Hal ini

bertujuan agar dari pekerjaan tersebut dapat mencukupi kehidupan anak,

keponakan maupun adik mereka dalam berumah tangga nantinya. Pergeseran

selera dalam pencarian jodoh menuju ciri-ciri masyarakat yang di anggap modern

menjadi sebuah hambatan bagi industri pandai besi sulit berkembang.

3.2.3 Prioritas Merantau daripada Bekerja sebagai Pengrajin Pandai Besi

Kebiasaan merantau di Nagari Sungai Pua juga menjadi faktor penghambat

industri pandai besi untuk berkembang. Ini terjadi karena mereka yang telah

dibekali kepandaian dalam mengolah besi lebih memilih merantau daripada

melanjutkan usaha orang tua sebagai pengrajin pandai besi. Hal tersebut sesuai

dengan penjelasan beberapa informan mengenai prioritas merantau masyarakat

Sungai Pua daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi berikut :

Penjelasan dari nangkodoh, Asih Sutan Pangulu (57 tahun)

“...Amak raso banyak nan mamiliah marantau. Kini ko barang indak


salasuah dulu kalua no mangko nyo banyak nan marantau daripado
bagarak dirumah. Takah riski alah 4 tahun no marantau ka jogja.
Indak ado gai pangana no pulang do untuak bagarak...”
(Wawancara tanggal 24 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Saya rasa banyak yang memlilih merantau. Sekarang barang tidak


semudah dahulu menjualnya makanya banyak yang memilih merantau
daripada di rumah bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Seperti anak
saya sudah 4 tahun merantau ke Jogja tidak ada niatnya pulang untuk
melanjutkan usaha pandai besi...” (Wawancara tanggal 24 Januari
2019)

96
Dari penjelasan Bapak Asih diperoleh bahwa orang lebih banyak memilih

merantau daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Seperti anaknya sendiri

yang telah empat tahun merantau. Hal ini sesuai dengan penjelasan anaknya yaitu

Riski Oktavio Arivin (26 tahun) sebagai berikut :

“...Den marantau dek monoton raso iduik di rumah, indak ado


kemajuan hiduik den apolai urang mambali sabik indak bara kini..”
(Wawancara tanggal 6 Februari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Saya merantau karena hidup terasa monoton dirumah, tidak ada


kemajuan dalam hidup saya, apalagi dengan penjualan pandai besi
yang sudah mulai berkurang...” (Wawancara tanggal 6 Februari 2019)

Riski menjelaskan dia lebih memilih merantau daripada bekerja sebagai

pengrajin pandai besi. Hal ini disebabkan oleh semakin sulitnya penjualan dari

usaha sebagai pengrajin pandai besi. selain itu dia juga merasa bosan dengan

kehidupan yang tidak bisa membuatnya maju.

Hal ini serupa dengan penjelasan dari anak nangkodoh lain, Rezki Rahmat

(28tahun)

“...Labiah rancak lah marantau lai, ansanak den lah marantau


sadonyo lasuah-lasuah pitih disitu. Den indak marantau dek ibo
mancaliak gaek den karajo, indak ado anaknyo nan manolong di
rumah...”(wawancara tanggal 2 Februari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Lebih bagus merantau, semua keluarga saya sudah merantau,


pendapatannya lancar. Saya tidak merantau karena kasihan melihat
ayah bekerja sendirian, tidak ada anaknya yang menolong di rumah...”
(wawancara tanggal 2 Februari 2019)

Rezki Rahmat menjelaskan beliau lebih memilih merantau daripada bekerja

sebagai pengrajin pandai besi. Beliau sekarang bekerja sebagai pengrajin pandai

97
besi lantaran kasihan melihat orang tuanya bekerja sendiri tanpa anak-anaknya.

Saudara laki-lakinya yang lain telah lebih dahulu merantau. Hal ini serupa dengan

hasil wawancara bersama orang tua Reski Rahmad yaitu Indra Sutan Rajo Ameh

(54 tahun)

“...Barampek anak apak nan laki-laki surang nan dirumah no


salabiahno marantau. Alah talamak lo di no mancari pitih di
rantau...” (Wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Bahasa Indonesianya :

“...Empat orang anak saya yang laki-laki hanya sendiri yang dirumah
selebihnya merantau. Mereka sudah nyaman mencari uang di rantau
orang...” (Wawancara tanggal 27 Januari 2019)

Bapak Indra mengatakan semua anak laki-lakinya telah merantau, hanya

satu yang dirumah yaitu Rahmad Reski. Anaknya yang telah merantau telah

nyaman dengan mencari nafkah dengan merantau daripada bekerja sebagai

pengrajin pandai besi di rumah.

Informan pengamat juga menjelaskan hal yang sama yaitu dari tetangga

pengrajin pandai besi, Ibuk Red (48 tahun)

“...Dari nan ante caliak selagi bisa anak bujang tu marantau pasti
nyo piliah marantau. Maksudnyo tu ado lah tampaik nan ka
dituruiknyo takah tampaik tingga atau karajo, pastinyo marantau. Lah
banyak urang lari dari karajo bagarak tu, apolai nan alah ado
ansanaknyo di rantau...” (wawancara tanggal 20 Januari 2019)

Bahasa Indonesia :

“...Dari yang saya amati selagi bisa anak pengrajin pandai besi untuk
merantau mereka pasti memilih merantau. Maksudnya asalkan ada
tempat untuk dituju seperti tempat tinggal atau pekerjaan pasti mereka
pilih merantau. Sudah banyak orang berpaling dari bekerja sebagai
pengrajin pandai besi, apalagi jika ada keluarga yang sudah menetap
di perantauan...” (wawancara tanggal 20 Januari 2019)

98
Ibuk Red menjelaskan bahwa dari yang beliau amati anak pengrajin pandai

besi akan memilih merantau jika ada peluang untuk merantau seperti tempat

tinggal yang jelas di daerah rantau ataupun pekerjaan yang pasti karena telah

banyak yang merantau jika memiliki kerabat di daerah rantau.

Berdasarkan interpretasi di atas maka teori modernisasi cocok untuk

menganalisis masalah dalam sub bab prioritas merantau daripada bekerja sebagai

pengrajin pandai besi. Hal ini didasari oleh faktor pendorong terjadinya

modernisasi yaitu keinginan yang kuat dari pekerja yang memilih merantau untuk

mengubah hidup menjadi lebih baik. Keinginan tersebut datang dari

ketidakpuasan terhadap penghidupan sebagai pengrajin pandai besi yang di

anggap monoton. Selain itu bekerja sebagai pengrajin pandai besi di anggap tidak

memiliki prospek yang baik ke depan sehingga merantau menjadi prioritas

pengrajin dalam mencari nafkah. Mereka yang tetap bekerja sebagai pengrajin

hanya terpaksa lantaran tidak ingin meninggalkan orang tua bekerja di rumah

sendirian.

99
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

memang terdapat “Hambatan Sosiokultural Pengrajin Pandai Besi dalam

Mengembangkan Industri Pandai Besi Tradisional di Nagari Sungai Pua

Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam”. Hambatan-hambatan tersebut sangat

mempengaruhi perkembangan industri pandai besi dan terjadi penurunan jumlah

unit industri maupun pelaku industri pandai besi yang ada di Nagari Sungai Pua.

Berikut hambatan sosiokultural yang terjadi pada pengrajin pandai besi tradisional

dalam mengembangkan industrinya :

1. Hambatan sosial pengrajin pandai besi

a. Pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi yang tidak menjanjikan

untuk masa depan

b. Pendidikan tinggi menghambat keinginan anak pengrajin melanjutkan

usaha pandai besi

c. Kurangnya pengetahuan terhadap pemanfaatan teknologi yang canggih

dalam pemasaran

d. Persaingan dengan produk sejenis

2. Hambatan kultural dalam pengembangan industri pandai besi

a. Keinginan orang tua terhadap anak untuk tidak melanjutkan usaha pandai

besi.

100
b. Pengrajin pandai besi muda sulit mendapatkan jodoh dari kampung yang

sama pua

c. Prioritas merantau daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan terdapat banyak

kendala yang dihadapi industri pandai besi untuk berkembang. Hambatan tersebut

terlihat dari segi sosial dan kultural yang ada pada masyarakat Nagari Sungai Pua.

Berikut saran peneliti berdasarkan hambatan-hambatan yang mengakibatkan

industri pandai besi sulit untuk berkembang :

1. Perlu kajian ulang yang komprehensif agar hambatan-hambatan yang

menyebabkan industri pandai besi tradisional di Nagari Sungai Pua dapat

teratasi sehingga terjadi peningkatan minat para pengrajin untuk

melanjutkan usaha keluarga sehingga identitas Nagari Sungai Pua tetap

terjaga.

2. Meningkatkan sumber daya manusia yang ikut terlibat dalam

pengembangan industri pandai besi di Nagari Sungai Pua. Peningkatan

sumber daya manusia ini berupa peningkatan pengetahuan pengrajin dalam

memanfaatkan teknologi baik itu dalam proses pembuatan produk maupun

proses pemasaran. Sehingga dapat bersaing dengan produk-produk sejenis.

3. Peran pemerintah agar memperhatikan ekonomi rakyat dan membatasi

produk luar negeri agar tidak mematikan ekonomi kerakyatan.

4. Untuk meningkatkan pendapatan tenaga kerja dari unit usaha pengrajin

pandai besi sebaiknya dilakukan penyuluhan yang intensif oleh Dinas terkait

101
mengenai strategi penetapan harga yang tepat sehingga tidak terjadi

perbedaan harga yang terlalu jauh dengan harga pesaing.

102
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :
Abidin mas’oed, 2005, Ensiklopedi Minangkabau, PPIMSumatra Barat, Padang

Afrizal, 2005. Pengantar metode kualitatif. Padang: Laboratorium Sosiologi


FISIP Unand.

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif (Sebuah Upaya Mendukung


Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu). Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta:PT Raja


Grafindo Persada.

Ellya Rosana 2015, Modernisasi Dalam Perspektif Perubahan Sosial, Universitas


Lampung

Hasibuan, Nuraimansjah (1993). Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli dan


Regulasi.Jakarta: LP3ES

Hendro G, Eko Punto. 2000. Ketika Tenun Mengubah Desa Troso.Semarang :


Penerbit Bendera.
Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi.
Bandung : Widya Padjajaran.

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Koentjaraningrat. 2009, pengantar ilmu antropologi, Jakarta: Rineka Cipta


lauer, Robert H (1993). Persperktif tentang perubahan sosial Jakarta: PT. Rineka
Cipta

Inkeles, A. dan Smith, D. H. (1974). Becoming Modern: Individual Change in Six


Developing Countries. Cambridge: Harvard University Press.

Ismayanti, 2002.Industri pandai besi di Nagari Sungai Puar. Universitas Andalas

Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta


LkiS
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

103
Moleong, j, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Dedi. 2001. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal.
153.

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial,(diterjemahkan oleh Alimandam)


Jakarta: Prenada Media

Soekanto, Soerjono, 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sritomo Wignjosoebroto, 2003, Pengantar Teknik &Manajemen Industri Edisi
Pertama, Jakarta : Penerbit Guna widya.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta.
Sukirno Sadono, 1995, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi kedua, Jakarta :
PT. Karya Grafindo Persada.
Sutanta (2010) Faktor-Faktor Penyebab Tidak Berkembangnya Kawasan Industri
Nguter Kabupaten Sukoharjo. Masters Thesis, Universitas Diponegoro.
Wignjosoebroto, Sritomo. (2003). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.
Edition. Guna Widya, Surabaya.

Internet
(http://www.nagari-sungaipua.com/hal-sejarah-.html). Diakses tanggal 02 Juni
2018
(http://repository.ipb.ac.id). Diakses tanggal 02 Juni 2018

104
Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama Lengkap : Dadang Kurnia
Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 18 Desember 1993
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Kampung Durian Limo Suku Sungai Pua,
Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam
Hp : 081364795580
Email : dadangkurnia376@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan


1999-2000 TK Cempaka Putih Sungai Pua
2001-2007 SD N 13 Limo Suku Sungai Pua
2008-2010 MTs Diniyah Limo Jurai Sungai Pua
2012-2014 SMA N 01 Sungai Pua
2014-2019 S1 Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Andalas

III. Riwayat Organisasi

1. Anggota Himpunan Mahasiswa Sosiologi Universitas Andalas

2. Persidium Ikatan Mahasiswa Sungai Pua Padang (IMSP) tahun 2018

105
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA

HAMBATAN SOSIOKULTURAL PENGRAJIN PANDAI BESI


TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI
SUNGAI PUA KECAMATAN SUNGAI PUA KABUPATEN AGAM

Tanggapan tetangga terhadap industri pandai besi di Nagari Sungai Pua

Hari/ Tanggal wawancara : Minggu/ 20 Januari 2019

Waktu wawancara : 14:35 WIB

Tempat wawancara : Rumah Buk Red

Identitas Informan

1. Nama : Red
2. Umur : 48 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pendidikan Terakhir : SMA
5. Pekerjaan : Berdagang
6. Lama menetap dilokasi : 48 (th) - (bln)

Hambatan sosial

No Bidang Pertanyaan
1 Pandangan 1) Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang
masyarakat terhadap industri pandai besi?
industri pandai besi 2) Apakah industri pandai besi merupakan
yang tidak pekerjaan yang menjanjikan untuk masa depan?
menjanjikan untuk
masa depan
2. Kurangnya 1) Apakah kurangnya pengetahuan tentang
pengetahuan tentang pemanfaatanteknologi yang canggih
pemanfaatan teknologi mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
yang canggih dalam industri pandai besi di Nagari Sungai Pua?
pemasaran Kenapa ?

3. Persaingan dengan 1) Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi


produk sejenis penyebab industri pandai besi sulit berkembang?
Kenapa?

106
Hambatan budaya

No Bidang Pertanyaan
1. 1) Kebiasaan pencarian 2) Bagaimana jika anak Ibu dilamar oleh orang
jodoh di Nagari yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
Sungai Pua 3) Menurut Ibu apakah ada kecendrungan
menikah pada sesama keluarga pekerja pandai
besi?

4) Prioritas merantau 5) Menurut Ibu apa yang akan dipilih pemuda


daripada bekerja Sungai Pua bekerja sebagai pengrajin pandai
sebagai pengrajin besi atau merantau?
pandai besi

107
PEDOMAN WAWANCARA

HAMBATAN SOSIOKULTURAL PENGRAJIN PANDAI BESI


TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI
SUNGAI PUA KECAMATAN SUNGAI PUA KABUPATEN AGAM

Peran pemerintah (Wali Nagari) terhadap perkembangan industri pandai


besi di Nagari Sungai Pua

Hari/ Tanggal wawancara : Minggu 13 Januari 2019

Waktu wawancara : 15:00 WIB

Tempat wawancara : Kantor Wali Nagari Sungai Pua

Identitas Informan

1. Nama : Fiki Ananda. Amd


2. Umur : 32 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : D3
5. Pekerjaan : Wali Nagari
6. Lama menetap dilokasi : 32 (th) - (bln)

Hambatan sosial

No Bidang Pertanyaan
1. Pandangan 1) Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang industri
masyarakat pandai besi?
terhadap industri 2) Apakah ada pengaruh industri pandai besi di
pandai besi yang Nagari Sungai Pua terhadap aktifitas sehari-hari
tidak menjanjikan bapak/ibu?
untuk masa depan 3) Apakah ada dampak positif atau negatif dari
adanya industri pandai besi di Nagari Sungai
Pua?
4) Bagaimana hubungan yang terjalin dengan
pemilik/pekerja industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua?

3. Kurangnya 1) Apakah kurangnya pengetahuan tentang


pengetahuan pemanfaatan teknologi yang canggih
tentang mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
pemanfaatan industri pandai besi di Nagari Sungai Pua?
teknologi yang Kenapa ?
canggih dalam
pemasaran

108
4. Persaingan Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi
dengan Produk penyebab industri pandai besi sulit berkembang?
Sejenis Kenapa?

Hambatan budaya

No Bidang Pertanyaan
1. Kebiasaan 1) Bagaimana jika anak Bapak dilamar oleh orang
pencarian jodoh yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
2) Menurut bapak apakah ada kecendrungan menikah
pada sesama keluarga pekerja pandai besi?
3) Apakah pengrajin muda yang hendak menikah sulit
dalam mendapatkan jodoh di Nagari Sungai Pua?

2. Prioritas Menurut bapak apa yang akan dipilih oleh remaja


Merantau dari di Nagari Sungai Pua, bekerja sebagai pengrajin
pada Bekerja pandai besi atau merantau? Kenapa?
sebagai
Pengrajin
Pandai Besi

109
PEDOMAN WAWANCARA

HAMBATAN SOSIOKULTURAL PENGRAJIN PANDAI BESI


TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI
SUNGAI PUA, KECAMATAN SUNGAI PUA, KABUPATEN AGAM

Pertanyaan kepada Niniak Mamak mengenai industri pandai besi di Nagari


Sungai Pua

Hari/ Tanggal wawancara : Minggu / 27 Januari 2019

Waktu wawancara : 16:00 WIB

Tempat wawancara : Rumah Bapak DoniDatuak Sinaro Panjang

Identitas Informan
1. Nama : Doni Datuak Bandaro Panjang
2. Umur : 36 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SD
5. Pekerjaan : Konveksi
6. Lama menetap dilokasi : 36 (th) - (bln)

Hambatan sosial

No Bidang Pertanyaan
1. Pandangan 1) Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang orang
masyarakat yang bekerja/pemilik industri pandai besi?
terhadap industri 2) Apakah ada pengaruh industri pandai besi di
pandai besi yang Nagari Sungai Pua terhadap aktifitas sehari-hari
tidak menjanjikan bapak/ibu?
untuk masa depan 3) Apakah ada dampak positif atau negatif dari
adanya industri pandai besi di Nagari Sungai
Pua?
4) Bagaimana hubungan yang terjalin dengan
pemilik/pekerja industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua?

2. Kurangnyapenget Apakah kurangnya pengetahuan tentang


ahuanterhadappe pemanfaatan teknologi yang canggih
manfaatanteknolo mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
gi yang canggih industri pandai besi di Nagari Sungai Pua?
dalam pemasaran Kenapa ?

3. Persaingan Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi


dengan produk penyebab industri pandai besi sulit berkembang?

110
sejenis Kenapa?

Hambatan budaya

No Bidang Pertanyaan
1. Kebiasaan pencarian 4) Bagaimana jika anak Bapak dilamar oleh
jodoh di Nagari orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai
Sungai Pua besi?
5) Menurut bapak apakah ada kecendrungan
menikah pada sesama keluarga pekerja
pandai besi?
6) Apakah pengrajin muda yang hendak
menikah sulit dalam mendapatkan jodoh di
Nagari Sungai Pua?

2. Apakah budaya merantau di Nagari Sungai


Prioritas Merantau Pua ikut menjadi penyebab industri pandai
dari pada Bekerja besi sulit berkembang?
sebagai Pengrajin
Pandai Besi

111
PEDOMAN WAWANCARA

HAMBATAN SOSIOKULTURAL PENGRAJIN PANDAI BESI


TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI
SUNGAI PUA, KECAMATAN SUNGAI PUA, KABUPATEN AGAM

Pertanyaan kepada pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai Pua

Hari/ Tanggal wawancara : Kamis/ 24 Januari 2019

Waktu wawancara : 10:00 WIB

Tempat wawancara : Bengkel industri pandai besi Pak Asih

Identitas Informan

1. Nama : Asih Sutan Pangulu


2. Umur : 57 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SR
5. Pekerjaan : industri pandai besi
6. Lama menetap dilokasi : 57 (th) - (bln)

Hambatan sosial

No Bidang Pertanyaan
1. Pendidikan tinggi 1) Menurut bapak apa rata-rata pendidikan
menghambat terakhir pemilik industri pandai besi di Nagari
keinginan anak Sungai Pua?
untuk 2) Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
mmelanjutkan sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
usaha pandai besi Sungai Pua?
Kenapa ?

2. Kurangnya 1) Apakah bapak mengetahui adanya alat-alat


pengetahuan canggih yang dapat membuat alat-alat
tentang pertanian secara cepat ?
pemanfaatan 2) Jika iya, apakah ada memakai alat-alat tersebut
teknologi yang dalam berproduksi? Kenapa?
canggih dalam 3) Apakah bapak mengetahui tentang teknologi
pemasaran seperti smartphone yang dapat digunakan
untuk memasarkan produk industri pandai besi
di Nagari Sungai Pua?
4) Jika iya, apakah memakai teknologi tersebut
untuk memasarkan produk?

112
3. Persaingan dengan Apakah persaingan dari produk sejenis
produk sejenis menjadi penyebab industri pandai besi sulit
berkembang? Kenapa?

Hambatan budaya

No Bidang Pertanyaan
1. Keinginan orang 1) Apakah bapak pernah melarang
tuaterhadapanakuntuktidak anak untuk melanjutkan atau
melanjutkanusahapandaibesi menolong bapak dalam bekerja
sebagai pengrajin pandai besi?
Kenapa?

2. Kebiasaan pencarian jodoh di 1) Apakah ada kecenderungan


Nagari Sungai Pua menikah pada sesama keluarga
pekerja pandai besi? Jika ada,
kenapa?
2) Apakah orang yang bekerja
sebagai pengrajin pandai besi sulit
dalam mendapatkan jodoh?
Kenapa?

1) Apakah budaya merantau di


3. Prioritas Merantau dari pada Nagari Sungai Pua ikut menjadi
Bekerja sebagai Pengrajin penyebab industri pandai besi
Pandai Besi sulit berkembang? Kenapa?

113
PEDOMAN WAWANCARA

HAMBATAN SOSIOKULTURAL PENGRAJIN PANDAI BESI


TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI
SUNGAI PUA, KECAMATAN SUNGAI PUA, KABUPATEN AGAM

Pertanyaan kepada pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai Pua

Hari/ Tanggal wawancara : Sabtu / 02 Februari 2019

Waktu wawancara : 14:00 WIB

Tempat wawancara : Bengkel industri pandai besi Pak Indra

Identitas Informan

1. Nama : Indra Sutan Rajo Ameh


2. Umur : 54 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SR
5. Pekerjaan : industri pandai besi
6. Lama menetap dilokasi : 54 (th) - (bln)

Hambatan sosial
No Bidang Pertanyaan
1. Pendidikan tinggi 1) Menurut bapak apa rata-rata pendidikan terakhir
menghambat pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai
keinginan anak Pua?
untuk tidak 2) Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
melanjutkan usaha sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
pandai besi Sungai Pua? Kenapa ?
2. Kurangnya 1) Apakah bapak mengetahui adanya alat-alat
pengetahuan canggih yang dapat membuat alat-alat pertanian
tentang secara cepat ?
pemanfaatan 2) Jika iya, apakah ada memakai alat-alat tersebut
teknologi yang dalam berproduksi? Kenapa?
canggih dalam 3) Apakah bapak mengetahui tentang teknologi
pemasaran seperti smartphone yang dapat digunakan untuk
memasarkan produk industri pandai besi di
Nagari Sungai Pua?
4) Jika iya, apakah memakai teknologi tersebut
untuk memasarkan produk?
3. Persaingan dengan 1) Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi
produk sejenis penyebab industri pandai besi sulit berkembang?
Kenapa?

114
Hambatan budaya

No Bidang Pertanyaan
1. Keinginan orang 1. Apakah bapak pernah melarang anak
tuaterhadapanakuntuktidak untuk melanjutkan atau menolong
melanjutkanusahapandaibesi bapak dalam bekerja sebagai
pengrajin pandai besi? Kenapa?

2. Kebiasaan pencarian jodoh 1. Apakah ada kecenderungan menikah


di Nagari Sungai Pua pada sesama keluarga pekerja pandai
besi? Jika ada, kenapa?
2. Apakah orang yang bekerja sebagai
pengrajin pandai besi sulit dalam
mendapatkan jodoh? Kenapa?

Prioritas Merantau dari pada 1. Apakah budaya merantau di Nagari


3. Bekerja sebagai Pengrajin Sungai Pua ikut menjadi penyebab
Pandai Besi industri pandai besi sulit berkembang?
Kenapa?

115
PEDOMAN WAWANCARA

HAMBATAN SOSIOKULTURAL PENGRAJIN PANDAI BESI


TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI
SUNGAI PUA, KECAMATAN SUNGAI PUA, KABUPATEN AGAM

Pertanyaan kepada pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai Pua

Hari/ Tanggal wawancara : Sabtu/ 26 Januari 2019

Waktu wawancara : 11:00 WIB

Tempat wawancara : Bengkel industri pandai besi uda Anes

Identitas Informan

1. Nama : Anes
2. Umur : 42 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : Smp
5. Pekerjaan : Industri pandai besi
6. Lama menetap dilokasi : 42 (th) - (bln)

Hambatan sosial

No Bidang Pertanyaan
1. Pendidikan 1) Menurut bapak apa rata-rata pendidikan terakhir
menjadi pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai
penyebab Pua?
penurunan 2) Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
mobilitas sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
vertikal Sungai Pua? Kenapa ?
pekerjaan

2. Kurangnya 1) Apakah bapak mengetahui adanya alat-alat


pengetahuan canggih yang dapat membuat alat-alat pertanian
tentang secara cepat ?
pemanfaatan 2) Jika iya, apakah ada memakai alat-alat tersebut
teknologi yang dalam berproduksi? Kenapa?
canggih dalam 3) Apakah bapak mengetahui tentang teknologi
pemasaran seperti smartphone yang dapat digunakan untuk
memasarkan produk industri pandai besi di
Nagari Sungai Pua?
4) Jika iya, apakah memakai teknologi tersebut
untuk memasarkan produk?

116
3. Persaingan Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi
dengan produk penyebab industri pandai besi sulit berkembang?
sejenis Kenapa?

Hambatan budaya

No Pertanyaan
1. Kebiasaan pencarian 1. Apakah ada kecenderungan menikah pada
jodoh di Nagari sesama keluarga pekerja pandai besi? Jika
Sungai Pua ada, kenapa?
2. Apakah orang yang bekerja sebagai pengrajin
pandai besi sulit dalam mendapatkan jodoh?
Kenapa?

1. Apakah budaya merantau di Nagari Sungai


2. Prioritas Merantau Pua ikut menjadi penyebab industri pandai
dari pada Bekerja besi sulit berkembang? Kenapa?
sebagai Pengrajin
Pandai Besi

117
PEDOMAN WAWANCARA

HAMBATAN SOSIOKULTURAL PENGRAJIN PANDAI BESI


TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI
SUNGAI PUA, KECAMATAN SUNGAI PUA, KABUPATEN AGAM

Pertanyaan kepada anak si pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai


Pua

Hari/ Tanggal wawancara : Sabtu/ 2 Februari 2019

Waktu wawancara : 15:10 WIB

Tempat wawancara : Bengkel industri pandai besi Pak Indra

Identitas Informan

1. Nama : Rahmat rezki


2. Umur : 28 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SMP
5. Pekerjaan : industri pandai bessi
6. Lama menetap dilokasi : 28 (th) - (bln)

Hambatan sosial

No Bidang Pertanyaan
1 Pendidikan tinggi 1) Menurut saudara apa rata-rata pendidikan
membuat anak terakhir pemilik industri pandai besi di Nagari
enggan Sungai Pua?
melanjutkan usaha 2) Menurut saudara, apakah ada pemilik yang dulu
pandai besi nya tamat SMA atau perguruan tinggi, namun
sekarang bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
3) Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua? Kenapa?

2 Kurangnya 1) Apakah saudara mengetahui adanya alat-alat


pengetahuan canggih yang dapat membuat alat-alat pertanian
tentang secara cepat ?
pemanfaatan 2) Jika iya, apakah ada memakai alat-alat tersebut
teknologi yang dalam berproduksi?
canggih dalam 3) Apakah saudara mengetahui tentang teknologi
pemasaran seperti smartphone yang dapat digunakan untuk

118
memasarkan produk industri pandai besi di
Nagari Sungai Pua?
4) Jika iya, apakah orang tua memakai teknologi
tersebut dalam memasarkan produk? Kenapa?

3 Persaingan dengan 1. Apakah persaingan dengan produk sejenis


produk sejenis menjadi penyebab industri padai besi sulit
berkembang? Kenapa?

Hambatan budaya

No Bidang Pertanyaan
1. Keinginan orang 1) Apakah bapak pernah melarang saudara
tuaterhadapanakuntukt untuk melanjutkan atau menolong bapak
idak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai
melanjutkanusahapan besi? Kenapa?
daibesi

2. Kebiasaan pencarian 1) Apakah orang yang bekerja sebagai


jodoh di Nagari pengrajin pandai besi sulit dalam
Sungai Pua mendapatkan jodoh? Kenapa?
2) Apakah ada kecenderungan menikah pada
sesama keluarga pekerja pandai besi? Jika
ada, Kenapa?

3. Prioritas Merantau 1) Apakah yang akan anda pilih antara


dari pada Bekerja merantau dengan bekerja di rumah sebagai
sebagai Pengrajin pengrajin pandai besi? Kenapa?
Pandai Besi

119
PEDOMAN WAWANCARA

HAMBATAN SOSIOKULTURAL PENGRAJIN PANDAI BESI


TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI
SUNGAI PUA, KECAMATAN SUNGAI PUA, KABUPATEN AGAM

Pertanyaan kepada anak si pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai


Pua

Hari/ Tanggal wawancara : Rabu/ 6 Februari 2019

Waktu wawancara : 19:00 WIB

Tempat wawancara : Media video call

Identitas Informan

1. Nama : Rizki Oktavio Arivin


2. Umur : 26 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SMP
5. Pekerjaan : industri pandai bessi
6. Lama menetap dilokasi : 24 (th) - (bln)

Hambatan sosial

No Bidang Pertanyaan
1 Pendidikan tinggi 1) Menurut saudara apa rata-rata pendidikan terakhir
membuat anak pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai
enggan untuk Pua?
melanjutkan usaha 2) Menurut saudara, apakah ada pemilik yang dulu
pandai besi nya tamat SMA atau perguruan tinggi, namun
sekarang bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
3) Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua? Kenapa?

2 Kurangnya 1) Apakah saudara mengetahui adanya alat-alat


pengetahuan canggih yang dapat membuat alat-alat pertanian
tentang secara cepat ?
pemanfaatan 2) Jika iya, apakah ada memakai alat-alat tersebut
teknologi yang dalam berproduksi?
canggih dalam 3) Apakah saudara mengetahui tentang teknologi
pemasaran seperti smartphone yang dapat digunakan untuk

120
memasarkan produk industri pandai besi di
Nagari Sungai Pua?
4) Jika iya, apakah orang tua memakai
teknologi tersebut dalam memasarkan
produk? Kenapa?

3 Persaingan dengan 2. Apakah persaingan dengan produk sejenis


produk sejenis menjadi penyebab industri padai besi sulit
berkembang? Kenapa?

Hambatan budaya

No Bidang Pertanyaan
1. Keinginan orang 1) Apakah bapak pernah melarang saudara
tuaterhadapanak untuk melanjutkan atau menolong bapak
untuk tidak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
melanjutkanusahapa Kenapa?
ndaibesi

2. Kebiasaan pencarian 1) Apakah orang yang bekerja sebagai pengrajin


jodoh di Nagari pandai besi sulit dalam mendapatkan jodoh?
Sungai Pua Kenapa?
2) Apakah ada kecenderungan menikah pada
sesama keluarga pekerja pandai besi? Jika
ada, Kenapa?

Prioritas Merantau 1) Apakah yang akan anda pilih antara


3. dari pada Bekerja merantau dengan bekerja di rumah sebagai
sebagai Pengrajin pengrajin pandai besi? Kenapa?
Pandai Besi

121
PEDOMAN WAWANCARA

HAMBATAN SOSIOKULTURAL PENGRAJIN PANDAI BESI


TRADISIONAL DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI DI NAGARI
SUNGAI PUA, KECAMATAN SUNGAI PUA, KABUPATEN AGAM

Pertanyaan kepada anak si pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai


Pua

Hari/ Tanggal wawancara : Minggu/ 3 Februari 2019

Waktu wawancara : 15:20 WIB

Tempat wawancara : Bengkel pandai besi bapak Joni

Identitas Informan

7. Nama : Basa
8. Umur : 52 tahun
9. Jenis Kelamin : Laki-laki
10. Pendidikan Terakhir : SMP
11. Pekerjaan : industri pandai bessi
12. Lama menetap dilokasi : 37 (th) - (bln)

Hambatan sosial

No Bidang Pertanyaan
1. Pendidikan tinggi 1. Menurut bapak apa rata-rata pendidikan terakhir
membuat anak pemilik industri pandai besi di Nagari Sungai
enggan untuk Pua?
melanjutkan 2. Apakah pendidikan mempengaruhi semakin
usaha pandai besi sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua? Kenapa ?

2. Kurangnya 1) Apakah bapak mengetahui adanya alat-alat


pengetahuan canggih yang dapat membuat alat-alat
tentang pertanian secara cepat ?
pemanfaatan 2) Jika iya, apakah ada memakai alat-alat tersebut
teknologi yang dalam berproduksi? Kenapa?
canggih dalam 3) Apakah bapak mengetahui tentang teknologi
pemasaran seperti smartphone yang dapat digunakan
untuk memasarkan produk industri pandai besi
di Nagari Sungai Pua?
4) Jika iya, apakah memakai teknologi tersebut

122
untuk memasarkan produk?

3. Persaingan 1. Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi


dengan produk penyebab industri pandai besi sulit berkembang?
sejenis Kenapa?

Hambatan budaya

No Bidang Pertanyaan
1. Keinginan orang 2) Apakah bapak pernah melarang anak
tuaterhadapanak untuk untuk melanjutkan atau menolong bapak
tidak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai
melanjutkanusahapanda besi? Kenapa?
ibesi

2. Kebiasaan pencarian 3. Apakah ada kecenderungan menikah pada


jodoh di Nagari Sungai sesama keluarga pekerja pandai besi? Jika
Pua ada, kenapa?
4. Apakah orang yang bekerja sebagai
pengrajin pandai besi sulit dalam
mendapatkan jodoh? Kenapa?

Prioritas Merantau dari Apakah budaya merantau di Nagari


3. pada Bekerja sebagai Sungai Pua ikut menjadi penyebab
Pengrajin Pandai Besi industri pandai besi sulit berkembang?
Kenapa?

123
Lampiran 3

IDENTITAS INFORMAN

 Identitas Informan Pelaku


Informan 1
1. Nama : Asih Sutan Pangulu
2. Umur : 57 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SR
5. Pekerjaan : industri pandai besi
6. Lama menetap dilokasi : 57 (th) - (bln)

Informan 2
1. Nama : Indra Sutan Rajo Ameh
2. Umur : 54 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SR
5. Pekerjaan : industri pandai besi
6. Lama menetap dilokasi : 54 (th) - (bln)

Informan 3
1. Nama : Anes
2. Umur : 42 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : Smp
5. Pekerjaan : industri pandai besi
6. Lama menetap dilokasi : 42 (th) - (bln)

Informan 4
1. Nama : Rahmat rezki
2. Umur : 28 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SMP
5. Pekerjaan : industri pandai bessi
6. Lama menetap dilokasi : 28 (th) - (bln)

Informan 5

124
1. Nama : Rizki Oktavio Arivin
2. Umur : 26 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SMP
5. Pekerjaan : industri pandai besi
6. Lama menetap dilokasi : 24 (th) - (bln)

Informan 6
1. Nama : Basa
2. Umur : 52 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SD
5. Pekerjaan : Tukang asah
6. Lama menetap dilokasi : 37 (th) - (bln)

 Identitas Informan Pengamat


Informan 7
1. Nama : Red
2. Umur : 54 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pendidikan Terakhir : SMP
5. Pekerjaan : Berdagang
6. Lama menetap dilokasi : 54 (th) - (bln)

Informan 8

1. Nama : Fiki Ananda. Amd


2. Umur : 32 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : D3
5. Pekerjaan : Wali Nagari
6. Lama menetap dilokasi : 32 (th) - (bln)

Informan 9
1. Nama : Doni Datuak Sinaro Panjang
2. Umur : 36 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Terakhir : SD
5. Pekerjaan : Konveksi
6. Lama menetap dilokasi : 36 (th) - (bln)

125
Lampiran 4

CATATAN LAPANGAN

Hambatan sosiokultural pengrajin pandai besi tradisional dalam mengembangkan


industri di Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam

Informan 1

7. Hari/ Tanggal wawancara : Kamis/ 24 Januari 2019


8. Waktu wawancara : 10:00 WIB
9. Tempat wawancara : Bengkel industri pandai besi
10. Nama : Asih Sutan Pangulu
11. Umur : 57 tahun
12. Jenis Kelamin : Laki-laki
13. Pendidikan Terakhir : SR
14. Pekerjaan : Nangkodoh
15. Lama menetap dilokasi : 57 (th) - (bln)

Pada pagi hari sekitar pukul 09.52 peneliti berjalan menuju lokasi yang
dipilih sebagai tempat informan berada yaitu bengkel Bapak Asih. Sesampai
disana Bapak Asih sedang bekerja dengan dua orang karyawannya. Peneliti
bersalaman dengan Pak Asih dan dua orang karyawannya yaitu Bapak Yusuf dan
Abang ilham. Karena sebelumnya paneliti dan Bapak asih beserta kedua
karyawannya sudah saling mengenal maka peneliti tidak terlalu susah untuk
mencairkan suasana. Selang menunggu Pak Asih tidak terlalu sibuk dalam bekerja
peneliti hanya bartanya-tanya kecil mengenai industri pandai besi sambil sesekali
bersenda gurau dengan karyawan Pak Asih yaitu Pak Yusuf dan Bang Ilham.
Selang bersenda gurau peneliti menjelaskan maksud kedatangan ke bengkel Pak
Asih beliupun menerima dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini. Setelah
jam menunjukan pukul 11.15 Pak Asih sudah mulai banyak duduk dalam bekerja,
disinilah peneliti mulai dengan pertanyaan mengenai masalah yang di angkat
dalam penelitian.

Hambatan sosial
a. Pendidikan tinggi membuat anak enggan untuk melanjutkan usaha
ppandai besi
- Apakah pendidikan mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa ?

“Anak saya saja yang tidak tamat sekolah tidak mau bekerja sebagai
pengrajin pandai besi apalagi mereka yang sekolah. Apalagi yang sampai pada
jenjang perkuliahan mereka pasti malu bekerja sebagai pengrajin pandai besi,

126
karna pekerjaannya kotor. Saya juga tidak ada melihat pekerja pandai besi yang
tamat SMA, palingan yang berhenti sekolah saat di SMA”

b. Kurannya pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi yang cangggih


dalam pemasaran
- Apakah bapak mengetahui tentang teknologi seperti smartphone yang
dapat digunakan untuk memasarkan produk industri pandai besi di
Nagari Sungai Pua?
- Jika iya, apakah memakai teknologi tersebut untuk memasarkan
produk?

“Saya tidak tahu kalau bisa jualan menggunakan handphone baru kali ini
saya mendengar. Saya biasa berjualan di pasar-pasar seperti pasar Sangka, Padang
Panjang dan ke Aur Kuning”

c. Persaingan dengan produk sejenis


- Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?

“Sebenarnya penurunan industri pandai besi Sungai Pua karena penjualan


susah sebab orang banyak yang memilih barang pabrik dibanding barang Sungai
Pua. Atau mungkin karena barang Sungai Pua sedikit mahal, tapi kualitas bagus
tidak mudah majal, walaupun akhirnya tumpul masih bisa diasah berbeda dengan
barang pabrik yang dibuat dengan besi putih, hanya bentuk yang bagus tetapi
sebentar dipakai sudah tumpul dan tidak bisa diasah kembali”

Hambatan kultural

1. Keinginanorang tuaterhadapanakuntuktidak
melanjutkanusahapandaibesi
- Apakah bapak pernah melarang anak untuk melanjutkan atau
menolong bapak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
Kenapa?

“Saya tidak pernah melarang anak untuk melanjutkan usaha ini, tapi jika
bisa kerja yang lain kenapa harus pekerjaan ini. Karena hasil yang didapatkan
tidak seberapa. Kadang dalam satu kali pasar sabit terjual tidak sampai satu kodi,
jangankan satu kodi satu lusin saja sudah susah. Palingan hanya mendapatkan
seratus delapan puluh ribu sampai dua ratus ribu rupiah, makanya saya bilang
sama anak kalau bisa jangan bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena uang
nya hanya habis untuk kebutuhan pokok saja”

127
2. Kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua
- Apakah ada kecenderungan menikah pada sesama keluarga
pengrajin pandai besi? Jika ada, Kenapa?
- Apakah orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi sulit
dalam mendapatkan jodoh? Kenapa?

“Kebiasaan warga disini mencari calon istri satu kampung. Tapi yang saya
lihat orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi ini sulit mendapatkan
jodoh orang asli Sungai Pua ini karena orang sekarang dalam mencari jodoh
banyak pertimbangan. Bisa jadi karena pekerjaan ini kotor dan tidak ada pengrajin
pandai besi yang kaya”

3. Prioritas Merantau dari pada Bekerja sebagai Pengrajin Pandai Besi

- Apakah budaya merantau di Nagari Sungai Pua ikut menjadi


penyebab industri pandai besi sulit berkembang? Kenapa?

“Saya rasa banyak yang memlilih merantau. Sekarang barang tidak


semudah dahulu menjualnya makanya banyak yang memilih merantau daripada di
rumah bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Seperti anak saya sudah 4 tahun
merantau ke Jogja tidak ada niatnya pulang untuk melanjutkan usaha pandai besi”

128
Informan 2

1. Hari/ Tanggal wawancara : Sabtu / 2 Februari 2019


2. Waktu wawancara : 14:00 WIB
3. Tempat wawancara : Bengkel industri pandai besi
4. Nama : Indra Sutan Rajo Ameh
5. Umur : 54 tahun
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Pendidikan Terakhir : SR
8. Pekerjaan : Nangkodoh
9. Lama menetap dilokasi : 54 (th) - (bln)

Peneliti melakukan wawancara di bengkel industri pandai besi Pak Indra


Sutan Rajo Ameh pada jam 14:00. Peneliti masuk dan menyapa orang-orang yang
ada di dalam bengkel yaitu pak Indra yang sedang mengelas sabit, bang Reski
sedang menggerinda dan bang Andra sedang duduk beristirahat. Sembari
menunggu pak Indra selesai mengelas peneliti mengobrol dengan bang Andra
yang merupakan teman dekat kakak peneliti. Setelah pak Indra selesai mengelas
sabit pak Indra istirahat sejenak sambil merokok saat itulah peneliti
menyampaikan maksud kedatangan peneliti. Alhamdulillah pak Indra senang hati
menjadi informan dalam penelitian ini dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
peneliti ajukan.
Hambatan sosial
a. Pendidikan membuat anak enggan untuk melanjutkan usaha pandai
besi
- Apakah pendidikan mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa ?

“Tamat SMP dan SD. Hanya beberapa yang tamat SMA. Kebanyakan
orang malu kerja ini apalagi jika sudah sekolah tinggi. Zaman saya dahulu sekolah
tidak terlalu penting seperti sekarang. Dahulu sudah bisa baca hitung saja orang
sudah berhenti sekolah”

b. Kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi yang canggih


dalam pemasaran
- Apakah bapak mengetahui tentang teknologi seperti smartphone
yang dapat digunakan untuk memasarkan produk industri pandai
besi di Nagari Sungai Pua?
- Jika iya, apakah memakai teknologi tersebut untuk memasarkan
produk?

129
“Bapak tidak tahu hp itu bisa untuk jualan. Saya jarang pergi ke pasar
untuk menjual ini, karena biasanya hanya mengentarkan ke kedai Sutan Pangeran
(tengkulak yang menjual alat-alat dapur dan alat-alat pertanian)”

c. Persaingan dengan produk sejenis


- Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?

“Kalau saya lihat, yang jadi masalah uang saya sering tertahan di juragan.
Kadang dalam waktu satu minggu uang tersebut belum diberikan. Yang juragan
katakan belum banyak orang membeli barang dari buatan tangan. Pisau berbahan
standlis yang banyak terjual baru”

Hambatan kultural

1. Keinginan orang tuaterhadapanakuntuktidak


melanjutkanusahapandaibesi
- Apakah bapak pernah melarang anak untuk melanjutkan atau
menolong bapak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
Kenapa?

“Saya tidak pernah melarang anak untuk melanjutkan usaha ini. Yang
penting dia memiliki ilmu pengrajin pandai besi sebagai pegangan baginya.
Jikalau tidak ada pekerjaan lain dia masih bisa mendapatkan uang dari berusaha
sebagai pengrajin pandai besi ini”

2. Kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua pada keluarga


pengrajin pandai besi
- Apakah orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi sulit
dalam mendapatkan jodoh? Kenapa?
- Apakah ada kecenderungan menikah pada sesama keluarga pekerja
pandai besi? Jika ada, kenapa?

“Tidak susah mencari jodoh dari bekerja sebagai pengrajin pandai besi,
yang penting rajin bekerja, kalau bekerja sudah rajin jodoh pasti akan datang
dengan sendirinya. Tidak ada kebiasaan pengrajin juga menikah dengan keluarga
pengrajin”

3. Sistem pengajaran kepandaian pandai besi


- Apakah kepandaian ini diajarkan secara terbuka kepada orang yang
mau mempelajarinya baik itu orang luar atau orang asli di Nagari
Sungai Pua? Kenapa?

130
“Kalau ada yang mau belajar pandai besi akan saya ajarkan. Tetapi
membayar, tidak bisa diajarkan begitu saja. Kalau diajarkan secara terbuka akan
menambah saingan bagi kami”

4. Prioritas Merantau dari pada Bekerja sebagai Pengrajin Pandai


Besi
- Apakah budaya merantau di Nagari Sungai Pua ikut menjadi
penyebab industri pandai besi sulit berkembang? Kenapa?

“Empat orang anak saya yang laki-laki hanya sendiri yang dirumah
selebihnya merantau. Mereka sudah nyaman mencari uang di rantau orang”

131
Informan 3

1. Hari/ Tanggal wawancara : Sabtu / 26 Januari 2019


2. Waktu wawancara : 11:15 WIB
3. Tempat wawancara : Bengkel industri pandai besi
4. Nama : Anes
5. Umur : 42 tahun
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Pendidikan Terakhir : SMP
8. Pekerjaan : Nangkodoh
9. Lama menetap dilokasi : 42 (th) - (bln)

Peneliti mengunjungi informan pada pukul 11:15 WIB, waktu ini peneliti
rasa memungkinkan untuk wawancara karena pada saat observasi awal peneliti
melihat bengkel industri di tempat tersebut tutup pada waktu ba’da zuhur yang
berarti pekerjaan informan sudah sedikit pada waktu itu. Peneliti masuk ke
bengkel industri pandai besi Da Anes dan menyapa beliau beserta karyawannya
yang sebelumnya sudah peneliti kenal. Pada saat itu Da Anes sedang menunggu
besi matang dari tunggu pembakaran. Peneliti bergurau dengan Da Anes dan
karyawannya sambil bertanya-tanya mengenai pandai besi. Setelah informan telah
selesai bekerja barulah peneliti mulai menjelaskan maksud kedatangan peneliti.
Informan pun bersedia untuk diwawancarai.

Hambatan sosial
a. Pendidikan menjadi penyebab penurunan mobilitas vertikal pekerjaan
- Apakah pendidikan mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa ?

“Tidak perlu membicarakan orang lain. Saya saja yang hanya tamat SMP
malu bekerja sebagai pengrajin pandai besi apalagi anak-anak yang sekolah
sampai kuliah. Rasanya tidak pantas mereka yang sekolah tinggi bekerja sebagai
pengrajin pandai besi karena kotor, setidaknya mereka yang tamat SMA kerjanya
konveksi”

b. Kurannya pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi yang canggih


- Apakah bapak mengetahui adanya alat-alat canggih yang dapat
membuat alat-alat pertanian secara cepat atau memasarkan produk
pandai besi secara online ?

“Saya tidak tahu jika bisa menjual barang-barang menggunakan


handphone”

132
c. Penjualan yang susah serta persaingan harga dari produk pabrik
- Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?

“Yang saya rasakan kenapa susah pandai besi ini berkembang karena
susahnya menjual barang kadang pemilik industri hanya berharap pada tengkulak.
Seperti saya berharap kepada pemilik industri lain supaya membeli lanjaran saya.
Sedangkan uang dia juga tertahan di juragan bagaimana bisa dia membayar uang
saya. Tentu saya tidak bisa membeli besi”

Hambatan kultural

1. Kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua pada keluarga


pengrajin pandai besi
- Apakah ada kecenderungan menikah pada sesama keluarga
pekerja pandai besi? Jika ada, kenapa?
- Apakah orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi sulit
dalam mendapatkan jodoh? Kenapa?

“Biasanya orang Sungai Pua mencari istri atau suami yang sama-sama
berasal dari Nagari Sungai Pua, itu yang membuatnya sulit begitu juga kehendak
dari ibu saya, kalau bisa orang Sungai Pua juga. Itu yang membuat saya sampai
sekarang belum menikah. Sebenarnya saya malu kerja sebagai pengrajin pandai
besi. Kenapa begitu, karena di kampung sini sangat mengusahakan menikah satu
nagari sedangkan orang disini mengetahui kondisi pengrajin pandai besi. Tentu
pada akhirnya saya tidak bisa menikah”

2. Budaya Marantau di Nagari Sungai Pua


- Menurut bapak apa yang akan dipilih oleh remaja di Nagari Sungai
Pua, bekerja sebagai pengrajin pandai besi atau merantau? Kenapa?

“Kalau jaman sekarang orang lebih memilih merantau daripada bekerja


sebagai pengrajin pandai besi, yang penting ada pekerjaan yang jelas di rantau
orang pasti mereka lebih memilih merantau”

133
Informan 4

1. Hari/ Tanggal wawancara : Sabtu/ 2 Februari 2019


2. Waktu wawancara : 15:10 WIB
3. Tempat wawancara : Bengkel industri pandai besi
4. Nama : Rahmat Rezki
5. Umur : 28 tahun
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Pendidikan Terakhir : SMP
8. Pekerjaan : Tukang garinda
9. Lama menetap dilokasi : 28 (th) - (bln)

Informan yang ke 4 ini merupakan anak dari informan yang ketiga yaitu
Bapak Indra Sutan Rajo Ameh peneliti melakukan wawancara ini setelah
mewawancarai bapak Indra di bengkel yang sama. Pada saat itu bang Rezki
sedang menggerinda sabit yang selasai di las oleh pak Indra. Saat peneliti
menghampiri bang Reski beliau bertanya aden iyo lo ko? Sambil tertawa, peneliti
menjawab iyo bang. Barulah bang Rezki berhenti bekerja dan mengambil rokok
dan membakarnya sembari peneliti menanyakan pertanyaan dalam penelitian.

Hambatan sosial
a. Pendidikan menjadi penyebab penurunan mobilitas vertikal
pekerjaan
- Apakah sekolah terakhir abang?
- Kenapa memilih bekerja sebagai pengrajin pandai besi dari pada
sekolah?
- Apakah pendidikan mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa?

“Saya sekolah sampai kelas dua SMA. Karena sudah tinggal kelas rasanya
malu untuk melanjutkan sekolah. Kalau saya tamat sekolah mungkin bukan ini
pekerjaan saya dan jika ditanya kepada orang lain tidak mungkin dia mau kerja ini
jika tamat sekolah apalagi yang sudah kuliah. Biasanya anak pengrajin pandai besi
yang tidak menamatkan sekolah akan bekerja sebagai pengrajin pandai besi untuk
meneruskan usaha bapaknya”

b. Kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi yang canggih


dalam pemasaran
- Apakah abang mengetahui tentang teknologi seperti smartphone yang
dapat digunakan untuk memasarkan produk industri pandai besi di
Nagari Sungai Pua?

134
- Jika iya, apakah orang tua memakai teknologi tersebut dalam
memasarkan produk? Kenapa?

“Saya tau dengan mesin-mesin pencetak itu hanya sekedar tau tapi tidak
mungkin itu digunakan disini, tidak ada orang yang mengerti, walaupun ada orang
yang mengerti uang pembelinya yang tidak ada. Tidak ada orang menjual sabit
pakai handphone kalau pisau ukir bisa jadi ada dijual lewat online”

c. Persaingan dengan produk sejenis


- Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?

“Itu penyebab utama pengrajin kapak berganti membuat sabit bahkan ada
yang mati bengkelnya karena terlalu susah menjualnya di pasar, kalau bersaing
kualitas tidak akan kalah hasil pandai besi di Sungai Pua, tapi bersaing dengan
harga. Mereka jual dengan harga yang murah tentu konsumen banyak memilih
yang murah. Kalau misal disamakan harga dengan produk pabrik kami tidak akan
mendapatkann laba, bahkan mendapatkan kerugian”

Hambatan budaya
a. Keinginan orang tua terhadap anak untuk tidak melannjutkan
usaha panndai besi
- Apakah bapak pernah melarang saudara untuk melanjutkan atau
menolong bapak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
Kenapa?

“Tidak ada ayah saya melarang untuk melanjutkan usaha ini. Malahan
saya diajarkan untuk bisa menempa besi”

b. Kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua pada keluarga


pengrajin pandai besi
- Apakah orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi sulit
dalam mendapatkan jodoh? Kenapa?
- Apakah ada kecenderungan menikah pada sesama keluarga
pekerja pandai besi? Jika ada, Kenapa?

“Kalau mencari istri yang berasal dari Sungai Pua untuk pengrajin pandai
besi bisa jadi susah, mungkin karena orang di sini sudah tau dengan pekerjaan
pandai besi, pekerjaan pandai besi terlihat kotor dan penjualan pun sekarang
susah”

135
c. Prioritas Merantau dari pada Bekerja sebagai Pengrajin Pandai
Besi

- Apakah yang akan anda pilih antara merantau dengan bekerja di


rumah sebagai pengrajin pandai besi? Kenapa?

“Empat orang anak saya yang laki-laki hanya sendiri yang dirumah
selebihnya merantau. Mereka sudah nyaman mencari uang di rantau orang...”

136
Informan 5

1. Hari/ Tanggal wawancara : Rabu/ 6 Februari 2019


2. Waktu wawancara : 19:00 WIB
3. Tempat wawancara : Media video call
4. Nama : Rizki Oktavio Arivin
5. Umur : 26 tahun
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Pendidikan Terakhir : SMP
8. Pekerjaan : Barista
9. Lama menetap dilokasi : 24 (th) - (bln)

Peneliti melakukan wawancara dengan informan 5 menggunakan media


video call dikarenakan informan berada jauh dari lokasi penelitian. Saat itu
informan berada di Yogyakarta dan tinggal menetap disana. Informan merantau ke
Yogyakarta dengan alasan mencari penghidupan yang dirasa lebih layak.
Kebiasaan merantau yang ada pada pemuda minang membuat informan pun
terpicu untuk merantau ke luar pulau Sumatera. Video call peneliti dengan
informan dilakukan pada jam 19:00 WIB karena peneliti berfikir bahwa waktu
luang informan sedikit senggang saat jam tersebut. Video call berlangsung selama
42 menit. Video call berlangsung tidak terlalu lama dikarenakan peneliti tidak
memerlukan waktu untuk berbasa-basi lantaran informan merupakan teman dekat
peneliti.

Hambatan sosial
a. Pendidikan menjadi penyebab penurunan mobilitas vertikal
pekerjaan
- Apakah pendidikan mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa?

“Saya sampai kelas satu SMA. Sudah dua kali tinggal sekolah malu
rasanya kalau mau melanjutkan, kata orang tua saya hanya menghabiskan uang
saja. Rata-rata pengrajin pandai besi tidak tamat sekolah, ada yang tamat SMA itu
cuma beberapa orang. Orang tidak mau bekerja sebagai pengrajin pandai besi jika
sudah tamat sekolah, sedangkan saya yang tidak tamat sekolah lebih memilih
merantau dari pada bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Hanya dua tahun saya
mampu bekerja di bengkel, sesudahnya saya merantau”

b. Kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi yang canggih


dalam pemasaran

137
- Apakah saudara mengetahui tentang teknologi seperti smartphone
yang dapat digunakan untuk memasarkan produk industri pandai
besi di Nagari Sungai Pua?
- Jika iya, apakah orang tua memakai teknologi tersebut dalam
memasarkan produk? Kenapa?
- Apakah saudara mengetahui adanya alat-alat canggih yang dapat
membuat alat-alat pertanian secara cepat ?

“Tidak ada orang Sungai Pua yang memakai alat-alat yang seperti itu.
Karena selain harganya yang mahal orang yang menjualpun tidak ada disini.
Orang tua saya tidak bisa memakai handphone android apalagi untuk menjual
barang”

1. Persaingan dengan produk sejenis


- Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?

“Persaingan dari barang cetakan itu sangat berpengaruh juga, pisau


cetakan tersebut dijual murah sedangkan pisau disini tidak sanggup dijual murah.
Beli besi saja sudah mahal, belum masuk upah yang akan dikeluarkan untuk
tukang tapo...”

Hambatan budaya
a. Keinginan orang tuaterhadapanakuntuktidak
melanjutkanusahapandaibesi
- Apakah bapak pernah melarang saudara untuk melanjutkan atau
menolong bapak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
Kenapa?

“Tidakada orang
tuasayamelaranguntukbekerjasebagaipengrajinpandaibesi.
Tapidiamenyarankankalau bias janganbekerjasebagaipengrajinpandaibesi.
Jadikanpekerjaaninisebagaipelarianjikalautidakadapekerjaan yang lain”

b. Kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua pada keluarga


pengrajin pandai besi
- Apakah orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi sulit
dalam mendapatkan jodoh? Kenapa?

“Saya rasa susah mendapatkan istri kalau bekerja sebagai pengrajin pandai
besi karena pekerjaan yang kotor dan berdebu, mereka gengsi jika menikah

138
dengan pengrajin pandai besi. Ditambah penghasilan tidak seberapa sedangkan
kebutuhan semakin bertambah. Jadi tidak ada jaminan hidup untuk masa
mendatang”

c. Prioritas Merantau dari pada Bekerja sebagai Pengrajin Pandai


Besi
- Apa yang akan saudara pilih bekerja sebagai pengrajin pandai besi
atau merantau? Kenapa?
“Saya merantau karena hidup terasa monoton dirumah, tidak ada kemajuan
dalam hidup saya, apalagi dengan penjualan pandai besi yang sudah mulai
berkurang”

139
Informan 6

1. Hari/ Tanggal wawancara : Minggu/ Tanggal 3 Februari 2019


2. Waktu wawancara : 15 : 20 WIB
3. Tempat wawancara : Bengkel industri pandai besi pak Joni
4. Nama : Basa
5. Umur : 52 tahun
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Pendidikan Terakhir : SD
8. Pekerjaan : Tukang Asah
9. Lama menetap dilokasi : 37 (th) - (bln)

Peneliti melakukan wawancara dengan pak Basa pada pukul 15:20 yaitu
tanggal 3 februari. Pak Basa bekerja dengan pak Joni yang merupakan pemilik
bengkel industri pandai besi yang bersebelahan dengan bengkel Pak Indra Sutan
Rajo Ameh informan kedua dalam penelitian ini. Pada saat itu peneliti melihat
dari kejauhan bahwa informan sedang mengasah sabit di atas tonggak dari kayu
setinggi pinggang. Sebelumnya peneliti sudah mengenal pak Basa karena satu
kampung dan sudah sering saling sapa. Peneliti masuk ke dalam bengkel dan
menyapa pak Basa yang sedang mengasah sabit. Pak Basa bertanya ado aa tu?
Peneliti menjawab ado nan ka ditanyoan sagetek petek aa, lanjut lah karajo dulu
petek. Pak Basa menjawab tunggu santa dih ko ampiang sudah lo aa. Peneliti
menjawab jadih petek. Sembari menunggu pakBasa selesai bekerja peneliti
memfoto sabit di bengkel tersebut guna dijadikan sebagai dokumen pendukung
dalam penelitian. Tidak berapa lama terdengar adzan dan pak Basa menghentikan
kerjanya. Pak Basa bertanya ado apo tu? Barulah peneliti menjelaskan maksud
kedatangan peneliti. Pak Basa dengan senang hati menjadi informan dan
menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan.

Hambatan sosial
a. Pendidikan membuat anak enggan untuk melanjutkan usaha pandai
besi
1. Menurut bapak apa rata-rata pendidikan terakhir pemilik industri
pandai besi di Nagari Sungai Pua?
2. Apakah pendidikan mempengaruhi semakin sedikitnya rumah
industri pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa ?

“Banyak pekerja yang tamat SMP di bengkel ini. Dahulu sekolah tidak
menjadi prioritas, yang terpenting bisa membaca dan menghitung. Kalau sudah
bisa membaca dan berhitung mereka berhenti sekolah. Karena itu banyak
pengrajin pandai besi yang tidak tamat sekolah. Kalau sekarang pekerjaan ini
tidak begitu dilirik dan lebih mengutamakan sekolah”

140
b. Kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi yang canggih
- Apakah bapak mengetahui tentang teknologi seperti smartphone
yang dapat digunakan untuk memasarkan produk industri pandai
besi di Nagari Sungai Pua?
- Jika iya, apakah memakai teknologi tersebut untuk memasarkan
produk?

“Tidak ada Da Jon menjual hasil industrinya menggunakan media internet,


apalagi memakai mesin untuk mengasah, disini hanya memakai tenaga manusia
semua dalam proses pembuatan alat-alat pertanian kecuali menggerinda”

c. Persaingan dengan produk sejenis


2. Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?

“Jika saingan bertambah tentu banyak pilihan barang yang akan di beli
pembeli. Yang kedua kualitas dan harga yang menjadi patokan, kalau pisau disini
bagus kualitasnya tapi harga sedikit mahal. Kalau barang pabrik kualitas jelek
tentu bisa dijual dengan harga murah. Yang jadi masalah orang lebih memilih
harga yang murah ketimbang kualitas mungkin karena hanya digunakan di dapur”

Hambatan budaya
1. Keinginan orang tua terhadap anak untuk tidak melanjutkan usaha
pandai besi.
- Apakah bapak pernah melarang anak untuk melanjutkan atau
menolong bapak dalam bekerja sebagai pengrajin pandai besi?
Kenapa?

“Kalau melarang saya tidak ada, tapi saya sudah susah payah
menyekolahkannya tidak mungkin juga ini pekerjaannya”

2. Kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua


- Apakah ada kecenderungan menikah pada sesama keluarga
pekerja pandai besi? Jika ada, Kenapa?
- Apakah orang yang bekerja sebagai pengrajin pandai besi sulit
dalam mendapatkan jodoh? Kenapa?

“Jika melihat kondisi sekarang susah pengrajin mendapakan istri yang


berasal dari Sungai Pua karena penjualan semakin menurun. Memang betul di
Sungai Pua kebiasaannya mencari istri atau suami sama-sama berasal dari Sungai
Pua tapi jika ada yang berduit itu yang lebih di pilih”

141
3. Prioritas Merantau dari pada Bekerja sebagai Pengrajin Pandai
Besi

- Apakah budaya merantau di Nagari Sungai Pua ikut menjadi


penyebab industri pandai besi sulit berkembang? Kenapa?

“Orang lebih memilih merantau dari bekerja sebagai pengrajin pandai besi,
apalagi yang keluarganya sudah ada di rantau. Hasilnya tidak sesuai dengan peluh
yang dikeluarkan saat bekerja. Apalagi penjualan semakin susah”

142
Informan 7

1. Hari/ Tanggal wawancara : Minggu/ 20 Januari 2019


2. Waktu wawancara : 14:35 WIB
3. Tempat wawancara : Rumah Buk Red
4. Nama : Red
5. Umur : 48 tahun
6. Jenis Kelamin : Perempuan
7. Pendidikan Terakhir : SMA
8. Pekerjaan : Berdagang
9. Lama menetap dilokasi : 48 (th) - (bln)

Ibu Red merupakan warga Limo Suku yang bertempat tinggal disekitar
bengkel industri pandai besi Nagari Sungai Pua. Peneliti memilih Ibu Red
sebagai informan karena sesuai dengan kriteria informan pada bab satu penelitian
ini. Rumah Ibu Red hanya berjarak sekitar lebih kurang sepuluh meter dari
bengkel industri. Wawancara yang peneliti lakukan dengan Ibu Red berlangsung
dirumah Ibu Red. Peneliti mendatangi langsung rumah Ibu Red dan
menyampaikan maksud serta tujuan peneliti berkunjung kesana. Respon yang
diberikan Ibu Red sangat baik karena peneliti datang saat Ibu Red tidak sibuk.
Wawancara pun berlangsung sekitar satu jam lebih.

Hambatan sosial
a. Pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi yang tidak
menjanjikan untuk masa depan
- Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang industri pandai besi?
- Apakah industri pandai besi memiliki prospek untuk masa depan?

“Saya rasa pekerjaan sebagai pengrajin pandai besi kurang bagus untuk
anak muda yang akan berumah tangga. Sebab hasil yang didapat tidak seberapa.
Jikalau akan menikah tidak akan cukup jika didapatkan dari hasil bekerja sebagai
pengrajin pandai besi”

b. Kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan Teknologi yang canggih


dalam pemasaran
- Apakah kurangnya pengetahuan teknologi canggih mempengaruhi
semakin sedikitnya rumah industri pandai besi di Nagari Sungai Pua?
Kenapa ?

143
“Kalau menurut saya teknologi itu sangat perlu kemanapun dan
dimanapun. Ada orang di aur jualan hanya dengan handphone, jualan online. itu
sebenarnya bisa dipakai untuk jualan apalagi pisau buatan kita bagus-bagus”

c. Persaingan dengan produk sejenis


- Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?

“Banyak pengrajin pandai besi yang mengeluh karena barang-barang cina


menghimpit harga pandai besi Sungai Pua. Seperti pisau ada yang menjual dua
ribu sedangkan pisau di Sungai Pua paling murah dijual dengan harga dua puluh
lima ribu. Pasti orang membeli yang murah”

Hambatan kultural

1. Kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua


- Bagaimana jika anak Ibu dilamar oleh orang yang bekerja sebagai
pengrajin pandai besi?
- Menurut Ibu apakah ada kecendrungan menikah pada sesama
keluarga pekerja pandai besi? Kenapa?

“Biasanya orang Sungai Pua mencari calon istri atau suami yang sama-
sama berasal dari Sungai Pua juga agar saat mereka merantau nanti, mereka masih
ingat untuk pulang. Saya tidak setuju kalau anak saya menikah dengan orang yang
bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Kalau bisa mendapatkan suami orang yang
bekerja sebagai PNS atau kerja kantoran, paling tidak kerja konveksi. Masalahnya
pekerjaan pengrajin pandai besi terlihat tidak menjamin untuk anak saya”

2. Prioritas merantau daripada bekerja sebagai pengrajin pandai besi


- Apa yang dipilih anak pengrajin pandai besi merantau daripada
bekerja sebagi pengrajin pandai besi?

“Dari yang saya amati selagi bisa anak pengrajin pandai besi untuk
merantau mereka pasti memilih merantau. Maksudnya asalkan ada tempat untuk
dituju seperti tempat tinggal atau pekerjaan pasti mereka pilih merantau. Sudah
banyak orang berpaling dari bekerja sebagai pengrajin pandai besi, apalagi jika
ada keluarga yang sudah menetap di perantauan”

144
Informan 8

10. Hari/ Tanggal wawancara : Minggu/ 13 Januari 2019


11. Waktu wawancara : 15:00 WIB
12. Tempat wawancara : Kantor Wali Nagari Sungai Pua
13. Nama : Fiki Ananda. Amd
14. Umur : 32 tahun
15. Jenis Kelamin : Laki-laki
16. Pendidikan Terakhir : D3
17. Pekerjaan : Wali Nagari
18. Lama menetap dilokasi : 32 (th) - (bln)

Peneliti melakukan wawancara dengan informan yaitu Wali Nagari Sungai


Pua pada hari minggu yang merupakan hari libur. Sebelumnya peneliti dan
informan telah membuat kesepakatan pertemuan pada hari tersebut. Bapak Fiki
Ananda sebagai Wali Nagari menjelaskan kantor tetap dapat digunakan pada hari
libur untuk masyarakat yang ingin menyampaikan masalah-masalah berkaitan
dengan Nagari Sungai Pua. Setelah menemui Bapak Fiki Ananda di ruang yang
telah disediakan peneliti menyebutkan kembali tujuan pertemuan tersebut. Bapak
Fiki Ananda menyambut dengan baik niat peneliti mengangkat topik penelitian
tentang industri pandai besi di Nagari Sungai Pua. Bapak Fiki juga menjelaskan
memang terjadi penurunan jumlah industri pandai besi yang merupakan identitas
asli Nagari Sungai Pua.

Hambatan sosial
a. Pandangan masyarakat terhadap industri pandai besi
- Apakah industri pandai besi memiliki prospek untuk masa depann?

“Memang pekerja pengrajin pandai besi banyak mengeluhkan permintaan


menurun, penjualan berkurang. Jika usaha ini diteruskan, ya prospek nya tidak
baik. Namun jika di tinggalkan, ini merupakan identitas nagari kita. Jadi inilah
tugas yang harus kita cari jalan solusinya bersama-sama”

b. Kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi yang canggih


dalam pemasaran
- Apakah kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi yang
canggih mempengaruhi semakin sedikitnya rumah industri pandai
besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa ?
“Banyak pengrajin pandai besi yang tidak bisa memanfaatkan teknologi
seperti pemanfaatan teknologi android yang sudah bisa dijangkau masyarakat
yang dengan itu bisa memasarkan produk kemanapun memakai aplikasi jual beli
yang ada pada android”

145
c. Persaingan dengan produk sejenis
- Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?

“Kalau menurut saya permasalahan yang dihadapi oleh pandai besi adalah
susahnya dalam penjualan. Sekarang barang-barang pabrik sudah banyak tersebar
di pasar-pasar kecil seperti halnya pisau jerman, cap buaya, itu semuanya
merupakan hasil dari buatan pabrik. Dan mereka menjual jauh lebih murah
dibandingkan dengan hasil industri pandai besi kita sehingga produk kita susah
untuk dijual”

Hambatan kultural
a. Kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua
- Bagaimana jika anak bapak dilamar oleh orang yang bekerja sebagai
pengrajin pandai besi?
- Menurut bapak apakah ada kecendrungan menikah pada sesama
keluarga pekerja pandai besi?
- Apakah pengrajin muda yang hendak menikah sulit dalam
mendapatkan jodoh di Nagari Sungai Pua? Kenapa?

“Prinsip saya pekerjaan tidak berpengaruh dalam memilih menantu atau


adik ipar. Yang penting rajin bekerja, akhlak yang baik, beradat, dan memiliki
tanggung jawab. Biasanya disini mencari jodoh sama-sama orang Nagari Sungai
Pua. Memang susah karena jaman sekarang anak-anak gadih suka memili-milih
pasangan apalagi pekerjaan pandai besi kotor”

b. Prioritas Merantau dari pada Bekerja sebagai Pengrajin Pandai Besi


- Apakah budaya merantau di Nagari Sungai Pua ikut menjadi
penyebab industri pandai besi sulit berkembang?

“Merantau ini telah menjadi budaya di masyarakat minang sama halnya


dengan budaya di Nagari Sungai Pua. Istilahnya kalau masih muda lebih baik
merantau dahulu apabila belum berguna bagi nagari. Kadang anak-anak Sungai
Pua yang pergi meratau yang sudah diwariskan kepandaian pandai besi kepadanya
namun sesampai di rantau dia mencari pekerjaan yang lain bukan
mengembangkan pandai besi di daerah rantau orang”

146
Informan 9

1. Hari/ Tanggal wawancara : Minggu/ 27 Januari 2019


2. Waktu wawancara : 16:00 WIB
3. Tempat wawancara : Rumah Doni Datuak Bandaro Panjang
4. Nama : Doni Datuak Sinaro Panjang
5. Umur : 36 tahun
6. Jenis Kelamin : Laki-laki
7. Pendidikan Terakhir : SD
8. Pekerjaan : Konveksi
9. Lama menetap dilokasi : 36 (th) - (bln)

Peneliti pergi menemui informan ke rumah informan bersama teman pada


pukul 15.00 WIB. Sebelumnya peneliti telah mengenal informan karena informan
merupakan niniak mamak dari suku peneliti. Sesampai di rumah informan peniliti
lansung bersalaman dengan informan dan menanyai kabarnya. Peneliti
menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan menemui informan. Informan
menanggapi dengan baik dan bercerita mengenai industri pandai besi di Nagari
Sungai Pua. Peneliti lansung mencatat bagian-bagian penting dari cerita informan
dan menanyakan pertanyaan penelitian yang belum terjawab dari cerita informan.

Hambatan sosial
a. Pandanganmasyarakatterhadapindustripandaibesi
- Bagaimana pandangan bapak/ibu tentang orang yang
bekerja/pemilik industri pandai besi?
- Apakah industri pandai besi memiliki prospek untuk masa depan?

“Kalau hanya bekerja sebagai pengrajin pandai besi diharapkan saat ini,
saya rasa tidak bisa karena hasil yang didapat tidak bisa membuat kita sejahtera.
Inti nya kalau mau kaya tidak bisa hanya dengan bekerja ini saja, namun hanya
bisa untuk hidup dan makan saja”

b. Kurangnyapengetahuanterhadappemanfaatanteknologi yang canggih


dalam pemasaran
- Apakah kurangnya pengetahuan tentang pemanfaatan teknologi
yang canggih mempengaruhi semakin sedikitnya rumah industri
pandai besi di Nagari Sungai Pua? Kenapa ?

“Kalau menurut saya teknologi itu sangat perlu kemanapun dan


dimanapun. Ada orang di aur jualan hanya dengan handphone, jualan online. Itu
sebenarnya bisa dipakai untuk jualan apalagi pisau buatan kita bagus-bagus”

147
c. Persaingan dengan produk sejenis
- Apakah persaingan dari produk sejenis menjadi penyebab industri
pandai besi sulit berkembang? Kenapa?
“Pengrajin pandai besi kebanyakan berhenti membuat cangkul dan kapak
karena sudah banyak merek jerman dan cangkul pabrik dijual di pasaran,
hargapun dibanting jauh, ini penyebab para pengrajin berfikir ulang untuk
membuat kapak dan cangkul”

1. Kebiasaan pencarian jodoh di Nagari Sungai Pua

- Bagaimana jika anak Bapak dilamar oleh orang yang bekerja


sebagai pengrajin pandai besi?
- Menurut bapak apakah ada kecendrungan menikah pada
sesama keluarga pekerja pandai besi?
- Apakah pengrajin muda yang hendak menikah sulit dalam
mendapatkan jodoh di Nagari Sungai Pua?

“Pencarian jodoh biasanya di Nagari Sungai Pua ini mencari jodoh sama-
sama satu nagari. Agar nanti kalau mereka merantau mereka akan ingat untuk
pulang karena keluarga mereka berasal dari daerah yang sama. Kalau yang saya
lihat pengrajin pandai besi sulit mencari jodoh orang yang berasal dari Sungai
Pua, alasannya orang sini sudah mengetahui bagaimana pekerjaan pengrajin
pandai besi, bisa dilihat pekerjaannya terlihat kotor, membutuhkan tenaga yang
banyak tentu jika sudah tua tidak sanggup lagi untuk bekerja. Kalau misalkan ada
calon lain yang memiliki pekerjaan pasti saya pilih itu untuk keponakan saya,
karena pekerjaan pandai besi tidak memiliki prospek kedepan. Tapi jika itu
jodohnya saya berserah diri”

2. Stigma Masyarakat Setempat terhadap Industri Pandai Besi jika


Ditinjau dari Budaya Masyarakat di Nagari Sungai Pua
- Menurut Bapak apa yang akan dipilih pemuda Sungai Pua
bekerja sebagai pengrajin pandai besi atau merantau?

“...Itu yang saya sayangkan, sebagian orang lebih memilih merantau dari
pada melanjutkan usaha orang tuanya. Tapi tidak bisa disesali karena pekerjaan
pandai besi tidak bisa diharapkan lagi saat ini. Berbeda dengan zaman dahulu,
dahulu kebanyakan orang disini bekerja sebagai pengrajin pandai besi karena
cepat mendapatkan uang. Sekarang susah kalau bergantung pada pekerjaan pandai
besi”

148
Lampiran 5
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1 : Wawancara dengan WaliNagari Sungai Pua (Fiki Ananda,Amd)


Dokumentasi pribadi, 2019

Gambar 2 : Pengrajin pandai besi (Anes)


Dokumentasi pribadi, 2019

149
Gambar 3 : Pekerja pengrajin pandai besi “tukang asah” (Basa)
Dokumentasi pribadi, 2019

Gambar 4 : Pekerja pandai besi “tukang guntiang”


Dokumentasi pribadi, 2019

150
Gambar 5 : Anak nangkodoh (Rahmad Rezki)
Dokumentasi pribadi, 2019

Gambar 6 : Pekerja sedang menggerinda sabit


Dokumentasi pribadi, 2019

151
Gambar 7 : Pengrajin pandai besi “nangkodoh” (Asih Sutan Pangulu)
Dokumentasi pribadi, 2019

Gambar 8 : nangkodoh pak Indra


Dokumentasi pribadi, 2019

152
Gambar 9 : Bahan baku industri pandai besi “Besi Somel”
Dokumentasi pribadi, 2019

Gambar 10 : Hasil industri pandai besi setengah jadi “lanjaran”


Dokumentasi pribadi, 2019

153
Gambar 11 : Wawancara dengan informan melalui video call
Dokumentasi pribadi, 2019

Gambar 11 : Lambang Nagari Sungai Pua


Dokumentasi dari Facebook Nagari Sungai Pua, 2019

154

Anda mungkin juga menyukai