Anda di halaman 1dari 11

REVIEW JURNAL – 1

Nama Reviewer : MUHAMAD AZ-ZICHRA OKTORIVALDO


NPM : 07232211082
Program Studi : Teknik Sipil
JUDUL Perbandingan Kuat Tekan Beton Menggunakan Pasir Sungai sebagai Agregat
Halus Dengan Variasi Bahan Tambah Sica Fume Pada Perendaman Air Laut
NAMA JURNAL Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
VOLUME DAN
HALAMAN
TAHUN 2017
PENULIS Fahrizal Zulkarnain dan Bustanul Kamil
SUMBER JURNAL https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit/article/download/10602/5963
LATAR Beton merupakan material konstruksi utama yang sangat penting dan banyak
BELAKANG digunakan. Namun, kualitas dan kuat tekannya dapat terdegradasi saat
berinteraksi dengan lingkungan yang mengandung bahan agresif seperti air
laut yang mengandung sulfat, klorida dan bahan kimia lainnya. Untuk
mendapatkan beton yang tahan terhadap lingkungan agresif tersebut, dapat
dilakukan dengan menambahkan bahan tambah mineral seperti silica fume ke
dalam campuran beton. Silica fume dapat meningkatkan kepadatan,
kekedapan dan kekuatan beton sehingga menurunkan permeabilitas dan akses
zat cair serta ion-ion agresif ke dalam beton. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh penambahan bahan tambah silica fume terhadap kuat
tekan beton yang menggunakan pasir sungai sebagai agregat halus pada
perendaman di air laut dan air tawar.
PERMASALAHAN perbandingan nilai kuat tekan beton dari variasi bahan tambah sica fume pada
perendaman air laut dan air tawar, nilai slump dari beton saat dicampur bahan
tambah sica fume pada pengujian slump, variasi umur rendaman beton yang
memiliki nilai kuat tekan optimum.
TUJUAN Mengetahui perbandingan nilai kuat tekan beton dari variasi bahan tambah
PENELITIAN sica fume dan perendaman air laut dan air tawar, mengetahui nilai slump dari
beton saat dicampur bahan tambah sica fume peda pengujian slump dilakukan,
mengetahui variasi umur rendaman beton yang memiliki nilai Kuat tekan
optimum.
METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental.
PENELITIAN
SUMBER DATA Dari buku serta Pengujian Laboratorium.
PEMBAHASAN / Dalam hal ini penulis akan menganalisis data-data yang telah diperoleh saat
HASIL penelitian berlangsung sehingga didapat campuran beton yang
PENELITIAN diinginkan.Setelah melakukan pengujian dasar maka nilai-nilai diatas tersebut
dapat digunakan untuk perencanaan campuran beton (Mix Design) dengan
kuat tekan disyaratkan sebesar 24 MPa berdasarkan SNI 03-2834-2000, dari
hasil perencanaan beton diatas didapat perbandingan campuran akhir untuk
setiap m3 adalah:Tabel 1. Hasil perbandingan campuran tahan beton tiap 1
benda uji dalam 1 m³ Tabel 2. Perbandingan bahan beton untuk 1 benda uji
(kg).Tabel 3. Hasil pengujian nilai slump.Berdasarkan Tabel 3 menjelaskan
Perbandingan nilai slump antara beton Normal, beton dengan campuran sica
fume 5%, beton dengan campuran sica fume 8%, Dimana pada beton normal
didapatkan nilai Slump tertingg yaitu 11,9 cm, sedangkan Beton dengan
campuran variasi sica fumeMengalami penurunan pada nilai slump. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengaruh Bahan tambah Sica fumeTerhadap Campuran
beton mengakibatkan penurunan Nilai slump, semakin sedikit sica fume
Semakin tinggi nilai slumpnya. Berikut pada Gambar 4.1 dapat dilihat grafik
naik dan Turunnya nilai slump. Gambar 1. Grafik perbandingan nilai Slump.
Keterangan gambar 1 :BN (beton normal), BC-Sf 5% (beton Campuran sica
fume 5%), BC-Sf 8% F (beton Campuran sica fume 8%).Pengujian kuat tekan
beton normal Dilakukan pada saat beton berumur 14 hari Dan 28 hari dengan
jumlah benda uji 8 Buah. Hasil kuat tekan beton normal Rendaman air tawar
14 hari dan 28 hari Dapat dilihat pada Tabel 4 – 9.Tabel 4. Hasil pengujian
kuat tekan beton Normal rendaman air tawar.Hasil pengujian kuat tekan beton
Normal rendaman air laut.Dari kedua tabel perendaman beton
Diatas dapat disimpulkan beton yang Direndam di air tawar kuat tekannya
lebih Baik daripada beton yang direndam pada air Laut, hal itu terjadi karena
beton yang Direndam dalam air laut mengalami Serangan sulfat dari air laut
yang Menyebabkan beton menjadi terkikis dan Membuat beton menjadi rapuh.
Tabel 6. Hasil pengujian kuat tekan beton Dengan campuran sica fume 5%
Rendaman air tawar.Tabel 7. Hasil pengujian kuat tekan beton Dengan
campuran sica fume 5% Rendaman air laut.Dari hasil pengujian kuat tekan
dari Tabel diatas beton mengalami kenaikan kuat Tekan pada rendaman air
tawar dan Mengalami penurunan pada rendaman air Laut,akan tetapi kuat
tekannya masih Mencapai kuat tekan rencana.Tabel 8. Hasil pengujian kuat
tekan beton Dengan campuran sica fume 8% Rendaman air tawar.Hasil dari
percobaan kuat tekan dari Tabel diatas,kuat tekan optimum terdapat Pada
rendaman air tawar pada umur 28 hariSedangkan pada rendaman air laut umur
28 Hari terjadi penurunan kuat tekannya Disebabkan serangan sulfat terhadap
beton Yang membuat beton menjadi berrongga Dan rapuh.

KESIMPULAN Dari hasil penelitian beton dan Pembahasan dapat diambil beberapa
kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Hasil perpaduan antara beton dengan bahan tambah sica fume
seluruhnya berpengaruh positif pada kekuatan tekan beton. Hasil yang
didapat beton yang diberi sica fume memiliki kuat tekan yang lebih
baik dari beton normal. Adapun perbandingan nilai kuat tekan beton
dengan variasi bahan tambah sica fume pada saat perendaman air
tawar dan air laut, yaitu:
a. Nilai kuat tekan beton + sica fume 5% rendaman air tawar 29,61
MPa (14 hari)
b. Nilai kuat tekan beton + sica fume 5% rendaman air laut 24,59 MPa
(14 hari)
c. Nilai kuat tekan beton + sica fume 8% rendaman air tawar 36,63
MPa (14 hari)
d. Nilai kuat tekan beton + sica fume 8% rendaman air laut 28,6 MPa
(14 hari)
e. Nilai kuat tekan beton + sica fume 5% rendaman air tawar 35,63
MPa (28 hari)
f. Nilai kuat tekan beton + sica fume 5% rendaman air laut 33,62 MPa
(28 hari)
g. Nilai kuat tekan beton + sica fume 8% rendaman air tawar 37,64
MPa (28 hari)
h. Nilai kuat tekan beton + sica fume 8% rendaman air laut 34,62 MPa
(28 hari)Dari variasi beton dengan bahan tambah sica fume tersebut
beton yang direndam di air tawar mengalami kenaikan kuat tekan dan
mengalami penurunan kuat tekan pada rendaman air laut.
2. Beton dengan bahan tambah sica fume mengalami penurunan nilai
slump testnya,semakin banyak persentase penggunaan sica fume pada
campuran beton nilai slump semakin rendah. Hal itu terjadi karena sica
fume menyerap zat cair dan ion-ion yang membuat larutan
beton menjadi lebih kental dan kering. Nilai slumpnya yaitu:
a) Beton + sica fume 5% nilai slumpnya 10,7 cm
b) b.Beton + sica fume 8% nilai slumpnya 9,3 cm
3. Nilai kuat tekan optimum terdapat pada umur 28 hari pada
rendaman air tawar 37,64 MPa.Nilai kuat tekan dari variasi umur
rendaman yaitu:
1. Beton normal rendaman 20,57 air Tawar MPa menjadi 18,56 MPa
air Laut umur 14 hari.
2. Beton dengan campuran sica fume 5% 29,61 MPa air tawar menjadi
24,59 MPa air laut 14 hari.

3. Beton dengan campuran sica fume 8% 36,63 MPa air tawar menjadi
28,6 MPa air laut MPa 14 hari.
4. Beton normal 29,61 MPa menjadi 25,59 MPa umur 28 hari.
5. Beton dengan campuran sica fume 5% 35,63 MPa air tawar menjadi
33,62 MPa air laut umur 28 hari.
6. Beton dengan campuran sica fume 8% 37,64 MPa air tawar menjadi
34,62 MPa air laut umur 28 hari.

REVIEW JURNAL -2

JUDUL PENGARUH BATU CADAS (BATU TRASS) SEBAGAI BAHAN


PEMBENTUK BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON
NAMA JURNAL Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
VOLUME DAN Vol 5. No.2 Oktober 2013
HALAMAN
TAHUN 2013
PENULIS Herdiansyah, Mekar Ria Pangaribuan
SUMBER JURNAL
LATAR Agregat merupakan bahan pengisi utama dalam campuran beton maupun
BELAKANG adukan. Oleh karena itu, kualitas agregat yang digunakan sangat
mempengaruhi kualitas beton yang dihasilkan. Selama ini, agregat kasar yang
umum digunakan adalah batu pecah/kerikil hasil penambangan.Namun, di
daerah Kabupaten Bengkulu Utara terdapat sumber daya alam lain yang
berpotensi dimanfaatkan sebagai agregat kasar pengganti yaitu batu cadas
(batu trass). Batu cadas ini adalah batuan yang telah mengalami perubahan
komposisi kimia akibat proses pelapukan dan pengaruh air tanah.Meskipun
melimpah, batu cadas belum termanfaatkan secara optimal oleh masyarakat
setempat. Padahal batu ini memiliki kegunaan antara lain sebagai bahan baku
batako, campuran bahan bangunan, bahkan semen alam. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pemanfaatan batu cadas sebagai
bahan pembentuk beton dengan mensubstitusikan sebagian agregat kasar (batu
pecah) dengan proporsi 25% dan 50% batu cadas. Tujuannya untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh substitusi batu cadas ini terhadap kuat
tekan beton yang dihasilkan.
PERMASALAHAN Bagaimana pengaruh penggunaan 25% dan 50% batu cadas (batu trass)
sebagai pengganti agregat (batu pecah) terhadap kuat tekan beton, Berapakah
nilai kuat tekan beton maksimum yang dihasilkan dengan menggunakan batu
cadas (batu trass) dengan kadar 25% dan 50%?, Berapakah persentase
perbedaan kuat tekan beton dengan menggunakan batu cadas (batu trass)
dengan kadar 25% dan 50% dibandingkan dengan beton normal?
TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan
PENELITIAN batu cadas (batu trass) yang banyak terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara
sebagai bahan pengganti sebagian agregat kasar pada campuran beton
terhadap kuat tekan beton yang dihasilkan. Sehingga batu cadas dapat
dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan bangunan.
METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental.
PENELITIAN
SUMBER DATA Dari buku serta Pengujian Laboratorium.
PEMBAHASAN / Penelitian ini dibahas dengan menggunakan Analisa metode regresi liner
HASIL sederhana, Yaitu: dengan melihat hubungan antara Variabel x (beton normal)
PENELITIAN dan y (beton Dengan batu cadas). Keeratan hubungan Antara variabel tersebut
dilihat dari nilai Koefisien korelasi (R). Beton dengan campuran 25% batu
cadas (batu trass) menghasilkan nilai r = 0,74. Dengan nilai r = 0,74 besarnya
persentase kebutuhan air selama proses hidrasi semen. Setelah beton mengeras
selama 24 jam, Kemudian cetakan dibuka dan benda uji Diberi tanda, lalu
direndam ke dalam bak Perendaman sesuai dengan umur yang Direncanakan.
Pengujian kuat tekan beton ini Dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan
Beton yang telah dibuat. Pengujian Dilakukan terhadap benda uji beton
Berbentuk kubus berukuran 15 x 15 x 15 cm Pada umur 7 hari, 14 hari, 21
hari, dan 28 Hari dengan menggunakan mesin uji tekan.HASIL PENELITIAN
Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton.Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan
Beton untuk benda uji (15 x 15 x 15) cm Dengan mutu K-225 pada umur 7,
14, 21, 28 Hari dapat dilihat pada Tabel 2. Perbedaan Kuat tekan antara setiap
jenis dan umur Beton yang berbeda dan kesimpulan capaian Kekuatannya
disajikan pada Tabel 2 berikut.perbedaan kekuatan beton normal dengan
Beton campuran batu cadas (batu trass) 25% Adalah R = r2 x 100 % ,
didapatkan R = 54,76 %.Analisa regresi linier untuk beton campuran 50% batu
cadas (batu trass) menghasilkan Koefisien korelasi r = 0,67. Dengan nilai r =
0,67, maka besarnya persentase perbedaan Kekuatan beton normal dengan
beton Campuran batu cadas (batu trass) 50% adalah R = r2X 100% ,
didapatkan R = 44,89%.Hasil perhitungan dan analisa data penelitian
Menunjukkan adanya perbedaan nilai Karateristik kuat tekan beton masing-
masing Benda uji tiap umur beton.

KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil:

1. Nilai kuat tekan beton maksimum yang dapat dicapai dengan menggunakan
kadar 25% batu cadas (batu trass) adalah 164,73 kg/cm². Sedangkan yang
menggunakan kadar 50% batu cadas (batu trass) mencapai kuat tekan beton
maksimum sebesar 106,93 kg/cm².

2. Penggunaan batu cadas (batu trass) dengan kadar 25% dan 50% pada
campuran beton tidak mencapai kekuatan sesuai standar yang direncanakan
yaitu K-225. Sehingga tidak dapat digunakan sebagai alternatif. agregat kasar
untuk konstruksi.

3. Persentase perbedaan kuat tekan beton dengan menggunakan kadar 25%


batu cadas (batu trass) terhadap beton normal adalah 54,76% dan beton
dengan menggunakan kadar 50% batu cadas (batu trass) terhadap beton
normal adalah 44,89%.
REVIEW JURNAL -3

JUDUL STUDI PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR PADA


PERKERASAN KAKU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT BATU
PECAH MANUAL DAN AGREGAT BATU PECAH MESIN
NAMA JURNAL Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
VOLUME DAN
HALAMAN
TAHUN
PENULIS Bani,Slamet Widodo, Eti Sulandari
SUMBER JURNAL
LATAR Terjadinya krisis bahan baku utama pembuatan beton jalan yaitu batu pecah,
BELAKANG yang mengakibatkan harga batu meningkat. Oleh karena itu, perlu dicari
bahan baku alternatif pengganti yang lebih ekonomi Agregat (batu pecah)
mempengaruhi karakteristik campuran beton, sehingga perlu dilakukan kajian
eksperimental untuk membandingkan penggunaan agregat batu pecah yang
diproses dengan mesin dan yang diproses secara manual.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dan kuat lentur beton maksimum yang
menggunakan dua jenis campuran agregat (batu pecah mesin dan batu pecah
manual) agar memenuhi persyaratan mutu tekan 30 MPa dan mutu lentur 45
Kg/cm2 pada umur 28 hari.Penelitian ini ingin mendapatkan bentuk alternatif
konstruksi perkerasan kaku dengan membandingkan penggunaan dua jenis
agregat tersebut sebagai bahan campuran beton.
PERMASALAHAN Terjadinya krisis bahan baku utama pembuat beton jalan yaitu batu pecah,
yang menyebabkan harga batu meningkat. Oleh karena itu perlu dicari bahan
baku alternatif pengganti yang lebih ekonomis.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kuat tekan beton maksimum dan kuat lentur balok beton
maksimum yang menggunakan campuran berbeda dari agregat yang dikelola
secara berbeda (batu pecah mesin dan batu pecah manual) sebagai campuran,
dengan target mutu tekan 30 MPa dan mutu lentur 45 kg/cm2 pada umur 28
hari.Membandingkan kinerja beton yang menggunakan agregat batu pecah
mesin dan batu pecah manual dalam hal kuat tekan dan kuat lentur, serta
mengevaluasi nilai stabilitas dan ekonomi dari masing-masing campuran.
TUJUAN Menemukan alternatif agregat yang lebih ekonomis namun tetap memenuhi
PENELITIAN persyaratan kuat tekan dan kuat lentur untuk perkerasan kaku (rigid
pavement), dengan membandingkan penggunaan agregat batu pecah mesin
dan batu pecah manual.
METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental.
PENELITIAN
SUMBER DATA Dari buku serta Pengujian Laboratorium.
PEMBAHASAN / Analisis Analisa Bahan Adapun hasil pengujian agregat Halus: kadar lumpur
HASIL 0,474 %, kadar air 5,96 %, fine modulus 2,407, berat jenis (SSD) 2,596 t/m3
PENELITIAN berat volume 1,405 kg/ltr. Batu pecahan mesin: kadar air 0,14%, fine
modulus 2,512, berat jenis(SSD) 2,798 t/m3 berat volume 1,578kg/liter.
Keausan 18,82% Batu pecah manual: kadar air 0,27% fine modulus 2,54
berat jenis (SSD) 2,615 t/m3 berat volume 1,53 kg/liter, keausan 14,65%
Pencampuran ( Mix Design ) Mix Design dilakukan dengan menggunakan
metode SNI 2012 untuk mutu Fc.30 Mpa, dari hasil perhitungan didapat nilai
penggunaan material untuk beton normal batu pecah mesin: semen 489 kg/m3,
agregat halus 673 kg/m3, agregat kasar 1049 kg/m3 air kg/m3material untuk
batu pecahan manual: semen 489 kg/m3 agregat halus 673 kg/m3agregat kasar
1031 kg/m3, air 155 kg/m3 Pengujian Kuat Tekan Pengujian ini dilaksanakan
di Laboratorium Pengujian Bahan danKonstruksi Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura. Mengunakan mesin uji tekan ( compresing machine) merk MBT
Kapasitas 2000 kN, dengan ketelitian 5 kN. Dibawah ini rumus yang berlaku
untuk kuat Tekan berdasarkan SNI 03 – 1974 ± 1990: Metode Pengujian Kuat
Tekan Beton.Pengujian Kuat Lentur Pengujian ini dilaksanakan di
Laboratorium Pengujian Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura Pontianak. Dibawah ini rumus kuat lentur sesuai SNI 03 – 4431
– 1997 Sub Bab 2.2.3 apabila Bidang retak berada di 1/3 bentang tengah
(a) Dengan dua beban:

KESIMPULAN Berdasarkan hasil Penelitian ini diperoleh dalam penelitian maka


peneliti menarik beberapa kesimpulan yaitu:

a. Penggunaan berbeda agregat dalam perngelolaannya dapat


mempengaruhi mutu kuat tekan beton terhadap konstruksi jalan.

b. Perbedaan penggunaan agregat batu pecah dalam pengelolan agregat


itu sendiri juga dapat mempengaruhi kuat lentur pada. beton konstruksi
jalan.

с. Perbedaan penggunaan agregat batu pecah yang terbentuk


menggunakan mesin atau pun secara manual mempengaruhi dapat
sifat- sifat/parameter kuat tekan dan kuat lentur.

d. Dari hasil kuat tekan untuk agregat batu pecah mesin di dapat 34,54
Mpa lebih tinggi dibandingkan menggunakan agregat batu pecah
manual yang kuat tekannya 30,70 Mpa dari umur 28 hari, dari hasil
kedua jenis agregat yang berbeda pengelolaannya sudah melewati
rencana awal 30Mpa.

e.Dari hasil kuat lentur untuk beton yang menggunakan batu pecah
mesin didapat kuat lentur 46,77 Kg/cm², sedangkan kuat lentur beton
yang menggunakan batu pecah manual memiliki nilai lebih rendah dari
batu pecah mesin yaitu 45.46 Kg/cm². Dari hasil kuat lentur tersebut
sudah melebihi syarat kuat lentur terhadap perkerasan kaku 45 Kg/cm²
Untuk umur 28 hari.

f. Nilai stabilitas pada penggunaan agregat batu pecah mesin misalnya.


Memiliki nilai kuat tekan yang lebih tinggi di bandingkan secara
manual. Hal ini dapat diartikan bahwa batu yang terbentuk secara
pecah mesin memiliki ukuran agregat yang standar ukurannya
sehingga dalam pembentukan terhadap beton tidak membuat rongga-
rongga lebih besar dan memiliki kepadataan yang lebih baik
dibadingkan batu pecah manual, sedangkan untuk batu yang diolah
secara manual pembentukan dengan alat seadanya tidak dapat di
pastikan memiliki nilai standar.

g.Untuk pengerjaan suatu pembangunan ifrastruktur jalan yang


memerlukan waktu lebih cepat pada penggunaan kedua jenis batu ini,
agregat batu pecah manual lebih baik dikarenakan pada umur 14 hari
memiliki kuat lentur lebih tinggi dibandingkan menggunakan agregat
batu pecah mesin.

h. Untuk pengerjaan yang memerlukan segi ekonomis agregat batu


pecah manual lebih hemat di bandingkan menggunakan agregat batu
pecah mesin

i. Untuk segi pengerjaan dalam pencampuran pembentuk beton agregat


batu pecah mesin dan batu pecah manual tidak ada perbedaannya

REVIEW JURNAL -4

JUDUL Perbandingan Kuat Tekan Beton Menggunakan Pasir Sungai sebagai Agregat
Halus Dengan Variasi Bahan Tambah Sica Fume Pada Perendaman Air Laut
NAMA JURNAL Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
VOLUME DAN
HALAMAN
TAHUN
PENULIS Fahrizal Zulkarnain dan Bustanul Kamil
SUMBER JURNAL
LATAR Konstruksi beton memiliki kelemahan yaitu kemampuan menahan kuat lentur
BELAKANG yang rendah sehingga mudah retak jika mendapat regangan lentur Pengujian
kuat lentur beton merupakan persyaratan dalam penerimaan hasil pekerjaan
konstruksi beton.Selama ini perencanaan campuran beton (mix design) banyak
mengacu pada kuat tekan, sehingga menjadi tantangan untuk juga
merencanakan kuat lenturnya.Perlu dilakukan pengkoreksian untuk
mendapatkan nilai korelasi antara kuat lentur dan kuat tekan beton sesuai
dengan mutu beton yang direncanakan.Penelitian ini bermaksud memperoleh
hasil kuat lentur, kuat tekan beton, serta nilai korelasi dan persamaan
hubungan antara keduanya sesuai mutu beton rencana dan penggunaan bahan
tambah superplasticizer.
PERMASALAHAN Menyelidiki korelasi antara kuat lentur beton dengan kuat tekan beton.
Memperoleh nilai korelasi dan persamaan yang menghubungkan kuat lentur
beton dengan kuat tekan beton sesuai dengan mutu beton yang direncanakan,
baik dengan menggunakan bahan tambah superplasticizer maupun tanpa
bahan tambah.
TUJUAN Ini meneliti hubungan antara kuat lentur dan kuat tekan beton dengan
PENELITIAN melakukan serangkaian pengujian terhadap benda uji balok, silinder, dan
kubus dengan variasi penggunaan superplasticizer 0,5%. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan nilai korelasi dan persamaan yang dapat digunakan untuk
memprediksi kuat lentur beton berdasarkan kuat tekannya, sesuai mutu beton
yang direncanakan.
METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental.
PENELITIAN
SUMBER DATA Dari buku serta Pengujian Laboratorium.
PEMBAHASAN / Hasil Pemeriksaan Agregat Halus Gradasi agregat halus dinyatakan dengan
HASIL nilai persentase banyaknya agragat halus yang tertinggal atau melewati suatu
PENELITIAN susunan saringan 4,8 mm. Analisa saringan batas gradasi pasir dalam daerah
pasir No.1, batas gradasi pasir dalam daerah pasir No.2, batas gradasi pasir
dalam daerah pasir No.3, dan batas gradasi pasir dalam daerah pasir
No.4.Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar
Hasil persentase lolos dapat dilihat pada tabel 5.2 dan hasil analisa saringan
dengan batas gradasi untuk besar butir maksimum 40 mm. Dengan
menggunakan kombinasi agregat kasar ukuran 2/3 sebanyak 60% dan agregat
kasar ukuran ½ sebanyak 40%.Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Serta
Penyerapan Material Pemeriksaan berat jenis serta penyerapan air material
dilakukan untuk mengetahui berat jenis kering permukaan jenuh SSD
(saturated surface dry) serta untuk memperoleh angka berat jenis curah, dan
berat jenis semua, Hasil Pemeriksaan Kadar Air Pemeriksaan kadar air
bertujuan untuk memperoleh persentase dari kadar air yang terkandung dalam
agregat Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur :emeriksaan kadar lumpur ini
menggunakan metode penjumlahan bahan dalam agregat yang lolos saringan
#200 (0,075) yang dimaksudkan sebagai acuan dalam pegangan untuk
melaksanakan pengujian dan untuk melakukan jumlah setelah dilakukan
pencucian benda uji,Hasil Pemeriksaan Campuran Beton (SK SNI 03-2834-
2000) Hasil pemeriksaan beton meliputi hasil. Pemeriksaan campuran (mix
design), hasil pemeriksaan nilai slump, hasil kuat lentur beton dan kuat tekan
beton dengan menggunakan zat addiktif superplaticizer 0,5% dari jumlah
semen yang akan digunakan dalam satu kali adukan (pencampuran
beton).Perencanaa campuran beton (mix design) bertujuan untuk mengetahui
proporsi campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan bahan
tambah zat addiktif superplaticizer 0,5% merk TanCem 60 RA. Analisa dapat
dilihat pada Lampiran A-10
Hasil dan Analisa Nilai Slump Beton,hasil dan analisa nilai slump beton
normal dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.Berdasarkan Tabel 4.10 Nilai
slump F.A.S 0,37 untuk beton normal tanpa zat addiktif didapat untuk benda
uji silinder nilai slump rata-rata 5,33 cm 3 cm (slump rencana) dan 5,33 cm 6
cm (slump rencana). Benda uji kubus nilai slump rata-rata 4,89 cm > 3 cm
(slump rencana) dan 4,89 cm 6 cm (slump rencana). Benda uji balok nilai
slump rata-rata 5,02 cm 3 cm (slump rencana) dan 5.02 cm 6 cm (slump
rencana), sehingga nilai shamp memenuhi syarat perencanaan yang ditentukan
yaitu 30-60 mm. Analisa nilai slump beton. Dengan zat addiktif
superplaticizer 0,5% dari jumlah semen dapat dilihat pada Tabel 411
berikut.Berdasarkan hasil nilai slump beton normal tanpa zat addiktif
superplaticizer 0,5% terlihat bahwa benda uji silinder nilai slump sebesar 19,9
cm, benda uji kubus diperoleh nilai slump 19,6 cm dan benda uji balok
diperoleh nilai slump 19,7 cm.Hasil Analisa Pengujian Beton pengujian kuat
tekan beton dilaksanakan setelah masa perawatan (curing) benda uji berusia
14 hari dan 28 hari dengan menggunakan alat kuat tekan (compressive stength
machine) dan alat kuat lentur. Masing-masing pengadukan baik beton normal
maupun dengan menggunakan zat addiktif superplaticizer 0,5 %. dengan
benda uji balok, silinder dan kubus.Hasil Hubungan Kuat Lentur Beton dan
Kuat Tekan Beton
Hasil nilai kuat lentur dan kuat tekan dapat diperoleh nilai korelasi dengan
dilakukan. rumus korelasi product moment. Kuat tekan beton akan diplot pada
sumbu x, dan pada sumbu y akan diplot nilai kuat lentur beton, lalu akan
dicari nilai koefisien korelasi yang didapat, merupakan pendekatan dari
hubungan dari kuat tekan beton dan kuat lentur beton pada penelitian ini.
KESIMPULAN a. Dari hasil penelitian bahwa pada perawatan 14 dan 28 hari diperoleh
hasil pengaruh terhadap beton tanpa superplaticizer 0,5% dengan
beton. Penggunaan bahan tambahan superplaticizer 0.5% terjadi
peningkatan pada perawatan 14 hari dengan benda uji balok dan kubus
sebesar 3,26% dan 22,25%. Peningkatan pada Perawatan 28 hari benda
uji balok, silinder, dan kubus. Sebesar 3,36%, 8,09% dan 7,56%.
Terjadi penurunan pada perawatan 14 hari dengan benda uji silinder
sebesar 3,21%
b. Hasil korelasi kuat lentur dengan kuat tekan beton benda uji balok dan
silinder, dari hasil mendapatkan nilai korelasi pada perawatan 14 hari
tanpa dan dengan tambahan zat addiktif superplaticizer 0.5% didapat
persamaan bahwa fs Kofe nilai K sebesar 0,96 dan 0,87, sedangkan
pada perawatan 28 hari tanpa dan dengan tambahan zat addiktif
superplaticizer 0,5% didapat persamaan bahwa fs = Kvje: nilai K
sebesar 0,86 dan 0,99, maka dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini
nilai korelasi kuat lentur beton dengan kuat tekan beton bahwa
berhubungan sangat kuat yang mana. nilai koefisien korelasi di antara
0,80 sampai 1,00. Persamaan hubungan dari kuat tekan dan kuat lentur
beton dengan analisi regresi linier sederhana sebagai berikut:
1. Beton tanpa zat addiktif umur 14 hari Y-11,86+0.407x: R2 = 0,92
2. Beton tanpa zat addiktif umur 28 hari Y-24,321+0,675x 0,74 R2=
3. Beton tambahn zat addiktif umur 14 hari Y-6,969+0.299x: R2=0.76
4. Beton tambahan zat addiktif umur 28 hari Y-12,360+0,375x: R² =
0,98

REVIEW JURNAL -5

TITLE Comparison of Flexural Strength of Reinforced Concrete Beams Using CFRP


and GFRP Reinforcement
JOURNAL NAME Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
VVOLUME AND Vol. 1 No. 2 (2014)
PAGE
YEAR 2014
WRITER Ireneus Petrico Ginardi
JOURNAL https://media.neliti.com/media/publications/108964-ID-perbandingan-
SOURCE kekuatan-lentur-balok-beton.pdf or
http://sipil.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jmts/article/view/39
BACKGROUND Flexural strength of a structure is very important, because it affects the
strength and aesthetics of a structure. The flexural strength of a structure will
increase if the structure undergoes strengthening or repair. This is due to the
addition of strength (usually tensile strength) to the structure, so that the load
carried by the structure is greater and the deflection is smaller. In this modern
era, many improvements to building structures have begun to be made. This is
because the condition of the building structure is not strong enough to
withstand the load that the structure is carrying. The lack of strength of the
building structure can be due to the quality of the concrete not being in
accordance with the plan, additional load being held by the structure, fire,
earthquake, changes in building function, and the age of the building structure.
Strengthening or retrofitting can be done by adding reinforcement with
jacketing, adding steel plates, adding trusses, and by adding FRP (Fiber
Reinforcement Polymer). FRP itself has many types, including CFRP (Carbon
Fiber Reinforced Polymer) and GFRP (Glass Fiber Reinforced Polymer). The
use of CFRP and GFRP has almost the same function as the use of thin steel
plates as reinforcement for reinforced concrete beams, namely strengthening
the tensile part of the reinforced concrete beam. The aim of this research is to
determine the effect of CFRP on the flexural behavior of reinforced concrete
beams, to determine the effect of GFRP on the flexural behavior of reinforced
concrete beams, and also to determine the comparison of beam reinforcement
using CFRP and GFRP
PROBLEMS Comparison between two types of FRP reinforcement materials, namely glass
type and carbon type, and their effect on the flexural strength of concrete
beams bony
RESEARCH To find out the comparison between two types of FRP reinforcement
PURPOSE materials, namely the Glass type and the Carbon type, and their effect on
strength bending of reinforced concrete beams
METODE The type of research used is a quantitative descriptive research method.
PENELITIAN
DATA SOURCE Previous research data and laboratory testing
DISCUSSION/ The first experiment carried out was testing the quality of concrete and testing
RESEARCH the quality of reinforcing steel. This experiment aims to determine the
RESULTS maximum load of the nine beams using the limit strength formula. From
calculations using the ultimate strength formula, the beam's ability to
withstand loads was found. The control beam can

withstands loads up to 4477.903 kg, Reinforced beam

using CFRP can withstand loads of up to 7961.797 kg, while beams reinforced
using GFRP can withstand loads of up to 7974.947 kg. This analysis
calculation is used so that the loading does not exceed the capacity of the
beam, so that a good graph can be obtained and the beam does not
immediately break. The first test for reinforced concrete beams is 100%
loading of the control beam, or in other words the three control beams, namely
BK1, BK2, and BK3, are loaded until they fail. From this test, the maximum
load (Pmax) that the control beam can withstand is obtained. These three
maximum loads will then be averaged and then used as a control to determine
the increase in flexural strength of beams reinforced with CFRP and GFRP.
Additionally, 75% of the maximum load

This will be used as the initial load on the beam

reinforced using CFRP and GFRP. From the test results, it was found that the
maximum load was, BK1 = 4914 kg, BK2 = 5130 kg, and BK3 = 4698 kg.
The average results of the three maximum loads

is 4194 kg. As mentioned above, the initial load for CFRP and GFRP
reinforced beams depends on the average maximum load that the control beam
can withstand. The initial load for CFRP and GFRP reinforced beams is 75%
of 4194 kg, which is 3685.5 kg. Getting a value of 3685.5 kg on the proving
ring is not easy, this is because the reading for each increase in one strip on the
proving ring is equal to 54 kg. Therefore, the initial loading for beams
reinforced with CFRP and GFRP is carried out up to a load of 3726 kg. After
getting the initial load value,

the six beams apart from the control beam were given a load of 3726 kg. Then
the six beams were reinforced using CFRP and GFRP at the bottom of the
beam. Three beams were reinforced with CFRP, hereinafter named BC1, BC2,
and BC3. Meanwhile, the other three beams were given GFRP reinforcement,
which were subsequently named BG1, BG2, and BG3. During testing, BC1
and BG3 experienced shear failure, this was due to a planning error at the start
of the research. The results obtained on BC1 and BG3 did not match the
objectives of the research, so the results from these two beams were not used.
Meanwhile, the other beams, namely BC2, BC3, BG1, and BG2, were given
shear reinforcement using GFRP so that the beams could reach maximum
bending failure. This reinforcement is placed near the support with a width of
25 cm. The profile of the GFRP used is the same as the GFRP used for
flexural reinforcement. Beams reinforced with CFRP and GFRP were proven
to be able to withstand greater loads than control beams. The control beam can
withstand an average load of 4914 kg, while the beam reinforced with CFRP
can withstand a load of up to 8154 kg, while the beam reinforced with GFRP
can withstand a load of up to 7074 kg. From the data above it can be seen the
percentage increase in flexural strength of CFRP and GFRP . The percentage
increase in strength of the beam with CFRP reinforcement is 65.934% of the
control beam. Meanwhile, the percentage increase in strength of the beam with
GFRP reinforcement is 43.956% of the control beam. Apart from comparing
bending strength by looking at the maximum load that the beam can withstand
The comparison of beam strength can be seen by looking at the load that can
be withstood at a certain deflection. The deflection used as a control is when
the beam deflects by 7.5 mm. This figure is obtained when the control beam
has passed the elastic phase and begun to enter the elastoplastic phase. This is
because if the allowable deflection or deflection during the elastic phase is
used, CFRP and GFRP have not yet acted on the beam, so that the loads that
can be supported by the control beam, CFRP reinforced beam and GFRP
reinforced beam have very close values. From the two percentage calculations
at maximum load and when the beam sags 7.5 mm, it can be seen that CFRP
and GFRP reinforcement have an effect on the beam. This is because these
two reinforcements have a function like reinforcing steel in a beam, namely
having the ability to withstand tensile forces caused by the load acting on the
beam. So, the load that the beam can withstand becomes greater. In this test,
the width of CFRP was made smaller, so that the tensile strength was almost
the same as GFRP. The width of the CFRP used is 72 mm, while the width of
the GFRP is the width of the beam. But with a width that is smaller than the
width of the beam, CFRP can still work optimally. This can be seen in the area
under the beam which was not coated with CFRP which did not show any
large cracks, not as large as the cracks when testing the CFRP control beam
which proved to be better in terms of increasing the flexural strength of the
beam. The difference in load that can be supported by beams reinforced with
CFRP and GFRP is 1107 kg, with beams reinforced with CFRP being able to
withstand a greater load. CFRP does have the characteristic of increasing the
bending strength of the beam, while GFRP has the characteristic of reducing
the bending of the beam. Apart from the characteristics, the basic ingredients
of these two materials have proven that carbon is stronger than g/ass. Apart
from that, the inertia of the section also influences the bending of the beam.
The smaller the inertia of a beam, the greater the bending stress of the beam,
so the load that can be supported is also greater. The inertia of the beam with
CFRP reinforcement with a width of 72 mm is smaller compared to GFRP
with a width of 100 mm. So that the load that the beam can withstand with
reinforcement

CFRP is larger than beams reinforced using GFRP


CONCLUSION From this research it was concluded that CFRP and GFRP had an effect on the
flexural strength of the beam. The maximum load that can be supported by
beams reinforced with CFRP or GFRP is greater than the maximum load that
can be supported by control beams. CFRP is better at increasing the flexural
strength of beams than GFRP. The increase in load that can be supported by
block BC from the control beam is greater than the increase in load BG from
the control beam. This is because the quality and basic materials of CFRP are
better at withstanding loads than the quality and basic materials of GFRP. In
addition, the cross-sectional inertia of the CFRP reinforced beam is smaller
than that of the GFRP reinforced beam.

Anda mungkin juga menyukai