Contoh Review Jurnal-1
Contoh Review Jurnal-1
KESIMPULAN Dari hasil penelitian beton dan Pembahasan dapat diambil beberapa
kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Hasil perpaduan antara beton dengan bahan tambah sica fume
seluruhnya berpengaruh positif pada kekuatan tekan beton. Hasil yang
didapat beton yang diberi sica fume memiliki kuat tekan yang lebih
baik dari beton normal. Adapun perbandingan nilai kuat tekan beton
dengan variasi bahan tambah sica fume pada saat perendaman air
tawar dan air laut, yaitu:
a. Nilai kuat tekan beton + sica fume 5% rendaman air tawar 29,61
MPa (14 hari)
b. Nilai kuat tekan beton + sica fume 5% rendaman air laut 24,59 MPa
(14 hari)
c. Nilai kuat tekan beton + sica fume 8% rendaman air tawar 36,63
MPa (14 hari)
d. Nilai kuat tekan beton + sica fume 8% rendaman air laut 28,6 MPa
(14 hari)
e. Nilai kuat tekan beton + sica fume 5% rendaman air tawar 35,63
MPa (28 hari)
f. Nilai kuat tekan beton + sica fume 5% rendaman air laut 33,62 MPa
(28 hari)
g. Nilai kuat tekan beton + sica fume 8% rendaman air tawar 37,64
MPa (28 hari)
h. Nilai kuat tekan beton + sica fume 8% rendaman air laut 34,62 MPa
(28 hari)Dari variasi beton dengan bahan tambah sica fume tersebut
beton yang direndam di air tawar mengalami kenaikan kuat tekan dan
mengalami penurunan kuat tekan pada rendaman air laut.
2. Beton dengan bahan tambah sica fume mengalami penurunan nilai
slump testnya,semakin banyak persentase penggunaan sica fume pada
campuran beton nilai slump semakin rendah. Hal itu terjadi karena sica
fume menyerap zat cair dan ion-ion yang membuat larutan
beton menjadi lebih kental dan kering. Nilai slumpnya yaitu:
a) Beton + sica fume 5% nilai slumpnya 10,7 cm
b) b.Beton + sica fume 8% nilai slumpnya 9,3 cm
3. Nilai kuat tekan optimum terdapat pada umur 28 hari pada
rendaman air tawar 37,64 MPa.Nilai kuat tekan dari variasi umur
rendaman yaitu:
1. Beton normal rendaman 20,57 air Tawar MPa menjadi 18,56 MPa
air Laut umur 14 hari.
2. Beton dengan campuran sica fume 5% 29,61 MPa air tawar menjadi
24,59 MPa air laut 14 hari.
3. Beton dengan campuran sica fume 8% 36,63 MPa air tawar menjadi
28,6 MPa air laut MPa 14 hari.
4. Beton normal 29,61 MPa menjadi 25,59 MPa umur 28 hari.
5. Beton dengan campuran sica fume 5% 35,63 MPa air tawar menjadi
33,62 MPa air laut umur 28 hari.
6. Beton dengan campuran sica fume 8% 37,64 MPa air tawar menjadi
34,62 MPa air laut umur 28 hari.
REVIEW JURNAL -2
1. Nilai kuat tekan beton maksimum yang dapat dicapai dengan menggunakan
kadar 25% batu cadas (batu trass) adalah 164,73 kg/cm². Sedangkan yang
menggunakan kadar 50% batu cadas (batu trass) mencapai kuat tekan beton
maksimum sebesar 106,93 kg/cm².
2. Penggunaan batu cadas (batu trass) dengan kadar 25% dan 50% pada
campuran beton tidak mencapai kekuatan sesuai standar yang direncanakan
yaitu K-225. Sehingga tidak dapat digunakan sebagai alternatif. agregat kasar
untuk konstruksi.
d. Dari hasil kuat tekan untuk agregat batu pecah mesin di dapat 34,54
Mpa lebih tinggi dibandingkan menggunakan agregat batu pecah
manual yang kuat tekannya 30,70 Mpa dari umur 28 hari, dari hasil
kedua jenis agregat yang berbeda pengelolaannya sudah melewati
rencana awal 30Mpa.
e.Dari hasil kuat lentur untuk beton yang menggunakan batu pecah
mesin didapat kuat lentur 46,77 Kg/cm², sedangkan kuat lentur beton
yang menggunakan batu pecah manual memiliki nilai lebih rendah dari
batu pecah mesin yaitu 45.46 Kg/cm². Dari hasil kuat lentur tersebut
sudah melebihi syarat kuat lentur terhadap perkerasan kaku 45 Kg/cm²
Untuk umur 28 hari.
REVIEW JURNAL -4
JUDUL Perbandingan Kuat Tekan Beton Menggunakan Pasir Sungai sebagai Agregat
Halus Dengan Variasi Bahan Tambah Sica Fume Pada Perendaman Air Laut
NAMA JURNAL Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
VOLUME DAN
HALAMAN
TAHUN
PENULIS Fahrizal Zulkarnain dan Bustanul Kamil
SUMBER JURNAL
LATAR Konstruksi beton memiliki kelemahan yaitu kemampuan menahan kuat lentur
BELAKANG yang rendah sehingga mudah retak jika mendapat regangan lentur Pengujian
kuat lentur beton merupakan persyaratan dalam penerimaan hasil pekerjaan
konstruksi beton.Selama ini perencanaan campuran beton (mix design) banyak
mengacu pada kuat tekan, sehingga menjadi tantangan untuk juga
merencanakan kuat lenturnya.Perlu dilakukan pengkoreksian untuk
mendapatkan nilai korelasi antara kuat lentur dan kuat tekan beton sesuai
dengan mutu beton yang direncanakan.Penelitian ini bermaksud memperoleh
hasil kuat lentur, kuat tekan beton, serta nilai korelasi dan persamaan
hubungan antara keduanya sesuai mutu beton rencana dan penggunaan bahan
tambah superplasticizer.
PERMASALAHAN Menyelidiki korelasi antara kuat lentur beton dengan kuat tekan beton.
Memperoleh nilai korelasi dan persamaan yang menghubungkan kuat lentur
beton dengan kuat tekan beton sesuai dengan mutu beton yang direncanakan,
baik dengan menggunakan bahan tambah superplasticizer maupun tanpa
bahan tambah.
TUJUAN Ini meneliti hubungan antara kuat lentur dan kuat tekan beton dengan
PENELITIAN melakukan serangkaian pengujian terhadap benda uji balok, silinder, dan
kubus dengan variasi penggunaan superplasticizer 0,5%. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan nilai korelasi dan persamaan yang dapat digunakan untuk
memprediksi kuat lentur beton berdasarkan kuat tekannya, sesuai mutu beton
yang direncanakan.
METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental.
PENELITIAN
SUMBER DATA Dari buku serta Pengujian Laboratorium.
PEMBAHASAN / Hasil Pemeriksaan Agregat Halus Gradasi agregat halus dinyatakan dengan
HASIL nilai persentase banyaknya agragat halus yang tertinggal atau melewati suatu
PENELITIAN susunan saringan 4,8 mm. Analisa saringan batas gradasi pasir dalam daerah
pasir No.1, batas gradasi pasir dalam daerah pasir No.2, batas gradasi pasir
dalam daerah pasir No.3, dan batas gradasi pasir dalam daerah pasir
No.4.Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar
Hasil persentase lolos dapat dilihat pada tabel 5.2 dan hasil analisa saringan
dengan batas gradasi untuk besar butir maksimum 40 mm. Dengan
menggunakan kombinasi agregat kasar ukuran 2/3 sebanyak 60% dan agregat
kasar ukuran ½ sebanyak 40%.Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Serta
Penyerapan Material Pemeriksaan berat jenis serta penyerapan air material
dilakukan untuk mengetahui berat jenis kering permukaan jenuh SSD
(saturated surface dry) serta untuk memperoleh angka berat jenis curah, dan
berat jenis semua, Hasil Pemeriksaan Kadar Air Pemeriksaan kadar air
bertujuan untuk memperoleh persentase dari kadar air yang terkandung dalam
agregat Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur :emeriksaan kadar lumpur ini
menggunakan metode penjumlahan bahan dalam agregat yang lolos saringan
#200 (0,075) yang dimaksudkan sebagai acuan dalam pegangan untuk
melaksanakan pengujian dan untuk melakukan jumlah setelah dilakukan
pencucian benda uji,Hasil Pemeriksaan Campuran Beton (SK SNI 03-2834-
2000) Hasil pemeriksaan beton meliputi hasil. Pemeriksaan campuran (mix
design), hasil pemeriksaan nilai slump, hasil kuat lentur beton dan kuat tekan
beton dengan menggunakan zat addiktif superplaticizer 0,5% dari jumlah
semen yang akan digunakan dalam satu kali adukan (pencampuran
beton).Perencanaa campuran beton (mix design) bertujuan untuk mengetahui
proporsi campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan bahan
tambah zat addiktif superplaticizer 0,5% merk TanCem 60 RA. Analisa dapat
dilihat pada Lampiran A-10
Hasil dan Analisa Nilai Slump Beton,hasil dan analisa nilai slump beton
normal dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.Berdasarkan Tabel 4.10 Nilai
slump F.A.S 0,37 untuk beton normal tanpa zat addiktif didapat untuk benda
uji silinder nilai slump rata-rata 5,33 cm 3 cm (slump rencana) dan 5,33 cm 6
cm (slump rencana). Benda uji kubus nilai slump rata-rata 4,89 cm > 3 cm
(slump rencana) dan 4,89 cm 6 cm (slump rencana). Benda uji balok nilai
slump rata-rata 5,02 cm 3 cm (slump rencana) dan 5.02 cm 6 cm (slump
rencana), sehingga nilai shamp memenuhi syarat perencanaan yang ditentukan
yaitu 30-60 mm. Analisa nilai slump beton. Dengan zat addiktif
superplaticizer 0,5% dari jumlah semen dapat dilihat pada Tabel 411
berikut.Berdasarkan hasil nilai slump beton normal tanpa zat addiktif
superplaticizer 0,5% terlihat bahwa benda uji silinder nilai slump sebesar 19,9
cm, benda uji kubus diperoleh nilai slump 19,6 cm dan benda uji balok
diperoleh nilai slump 19,7 cm.Hasil Analisa Pengujian Beton pengujian kuat
tekan beton dilaksanakan setelah masa perawatan (curing) benda uji berusia
14 hari dan 28 hari dengan menggunakan alat kuat tekan (compressive stength
machine) dan alat kuat lentur. Masing-masing pengadukan baik beton normal
maupun dengan menggunakan zat addiktif superplaticizer 0,5 %. dengan
benda uji balok, silinder dan kubus.Hasil Hubungan Kuat Lentur Beton dan
Kuat Tekan Beton
Hasil nilai kuat lentur dan kuat tekan dapat diperoleh nilai korelasi dengan
dilakukan. rumus korelasi product moment. Kuat tekan beton akan diplot pada
sumbu x, dan pada sumbu y akan diplot nilai kuat lentur beton, lalu akan
dicari nilai koefisien korelasi yang didapat, merupakan pendekatan dari
hubungan dari kuat tekan beton dan kuat lentur beton pada penelitian ini.
KESIMPULAN a. Dari hasil penelitian bahwa pada perawatan 14 dan 28 hari diperoleh
hasil pengaruh terhadap beton tanpa superplaticizer 0,5% dengan
beton. Penggunaan bahan tambahan superplaticizer 0.5% terjadi
peningkatan pada perawatan 14 hari dengan benda uji balok dan kubus
sebesar 3,26% dan 22,25%. Peningkatan pada Perawatan 28 hari benda
uji balok, silinder, dan kubus. Sebesar 3,36%, 8,09% dan 7,56%.
Terjadi penurunan pada perawatan 14 hari dengan benda uji silinder
sebesar 3,21%
b. Hasil korelasi kuat lentur dengan kuat tekan beton benda uji balok dan
silinder, dari hasil mendapatkan nilai korelasi pada perawatan 14 hari
tanpa dan dengan tambahan zat addiktif superplaticizer 0.5% didapat
persamaan bahwa fs Kofe nilai K sebesar 0,96 dan 0,87, sedangkan
pada perawatan 28 hari tanpa dan dengan tambahan zat addiktif
superplaticizer 0,5% didapat persamaan bahwa fs = Kvje: nilai K
sebesar 0,86 dan 0,99, maka dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini
nilai korelasi kuat lentur beton dengan kuat tekan beton bahwa
berhubungan sangat kuat yang mana. nilai koefisien korelasi di antara
0,80 sampai 1,00. Persamaan hubungan dari kuat tekan dan kuat lentur
beton dengan analisi regresi linier sederhana sebagai berikut:
1. Beton tanpa zat addiktif umur 14 hari Y-11,86+0.407x: R2 = 0,92
2. Beton tanpa zat addiktif umur 28 hari Y-24,321+0,675x 0,74 R2=
3. Beton tambahn zat addiktif umur 14 hari Y-6,969+0.299x: R2=0.76
4. Beton tambahan zat addiktif umur 28 hari Y-12,360+0,375x: R² =
0,98
REVIEW JURNAL -5
using CFRP can withstand loads of up to 7961.797 kg, while beams reinforced
using GFRP can withstand loads of up to 7974.947 kg. This analysis
calculation is used so that the loading does not exceed the capacity of the
beam, so that a good graph can be obtained and the beam does not
immediately break. The first test for reinforced concrete beams is 100%
loading of the control beam, or in other words the three control beams, namely
BK1, BK2, and BK3, are loaded until they fail. From this test, the maximum
load (Pmax) that the control beam can withstand is obtained. These three
maximum loads will then be averaged and then used as a control to determine
the increase in flexural strength of beams reinforced with CFRP and GFRP.
Additionally, 75% of the maximum load
reinforced using CFRP and GFRP. From the test results, it was found that the
maximum load was, BK1 = 4914 kg, BK2 = 5130 kg, and BK3 = 4698 kg.
The average results of the three maximum loads
is 4194 kg. As mentioned above, the initial load for CFRP and GFRP
reinforced beams depends on the average maximum load that the control beam
can withstand. The initial load for CFRP and GFRP reinforced beams is 75%
of 4194 kg, which is 3685.5 kg. Getting a value of 3685.5 kg on the proving
ring is not easy, this is because the reading for each increase in one strip on the
proving ring is equal to 54 kg. Therefore, the initial loading for beams
reinforced with CFRP and GFRP is carried out up to a load of 3726 kg. After
getting the initial load value,
the six beams apart from the control beam were given a load of 3726 kg. Then
the six beams were reinforced using CFRP and GFRP at the bottom of the
beam. Three beams were reinforced with CFRP, hereinafter named BC1, BC2,
and BC3. Meanwhile, the other three beams were given GFRP reinforcement,
which were subsequently named BG1, BG2, and BG3. During testing, BC1
and BG3 experienced shear failure, this was due to a planning error at the start
of the research. The results obtained on BC1 and BG3 did not match the
objectives of the research, so the results from these two beams were not used.
Meanwhile, the other beams, namely BC2, BC3, BG1, and BG2, were given
shear reinforcement using GFRP so that the beams could reach maximum
bending failure. This reinforcement is placed near the support with a width of
25 cm. The profile of the GFRP used is the same as the GFRP used for
flexural reinforcement. Beams reinforced with CFRP and GFRP were proven
to be able to withstand greater loads than control beams. The control beam can
withstand an average load of 4914 kg, while the beam reinforced with CFRP
can withstand a load of up to 8154 kg, while the beam reinforced with GFRP
can withstand a load of up to 7074 kg. From the data above it can be seen the
percentage increase in flexural strength of CFRP and GFRP . The percentage
increase in strength of the beam with CFRP reinforcement is 65.934% of the
control beam. Meanwhile, the percentage increase in strength of the beam with
GFRP reinforcement is 43.956% of the control beam. Apart from comparing
bending strength by looking at the maximum load that the beam can withstand
The comparison of beam strength can be seen by looking at the load that can
be withstood at a certain deflection. The deflection used as a control is when
the beam deflects by 7.5 mm. This figure is obtained when the control beam
has passed the elastic phase and begun to enter the elastoplastic phase. This is
because if the allowable deflection or deflection during the elastic phase is
used, CFRP and GFRP have not yet acted on the beam, so that the loads that
can be supported by the control beam, CFRP reinforced beam and GFRP
reinforced beam have very close values. From the two percentage calculations
at maximum load and when the beam sags 7.5 mm, it can be seen that CFRP
and GFRP reinforcement have an effect on the beam. This is because these
two reinforcements have a function like reinforcing steel in a beam, namely
having the ability to withstand tensile forces caused by the load acting on the
beam. So, the load that the beam can withstand becomes greater. In this test,
the width of CFRP was made smaller, so that the tensile strength was almost
the same as GFRP. The width of the CFRP used is 72 mm, while the width of
the GFRP is the width of the beam. But with a width that is smaller than the
width of the beam, CFRP can still work optimally. This can be seen in the area
under the beam which was not coated with CFRP which did not show any
large cracks, not as large as the cracks when testing the CFRP control beam
which proved to be better in terms of increasing the flexural strength of the
beam. The difference in load that can be supported by beams reinforced with
CFRP and GFRP is 1107 kg, with beams reinforced with CFRP being able to
withstand a greater load. CFRP does have the characteristic of increasing the
bending strength of the beam, while GFRP has the characteristic of reducing
the bending of the beam. Apart from the characteristics, the basic ingredients
of these two materials have proven that carbon is stronger than g/ass. Apart
from that, the inertia of the section also influences the bending of the beam.
The smaller the inertia of a beam, the greater the bending stress of the beam,
so the load that can be supported is also greater. The inertia of the beam with
CFRP reinforcement with a width of 72 mm is smaller compared to GFRP
with a width of 100 mm. So that the load that the beam can withstand with
reinforcement