Anda di halaman 1dari 100

PSIKOLOGIS ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK

PENDERITA STUNTING DI DESA TELUK


KECAMATAN PEMAYUNG

SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Starata
(S.I) Dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah

Oleh
SARIPAH
303171299

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2021
i
ii
iii
MOTTO

   

           
)١‫ه‬:٣‫(البقرة‬
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Q.S. Al-baqarah: 153)1

1
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta :CV Pustaka Ilmu 2014)

iv
ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh realitas yang memerlukan perhatian di


Desa Teluk yaitu tentang beberapa gejala psikologi yang dialami oleh orang tua
yang memiliki anak penderita Stunting di Desa Teluk Kecamatan Pemayung
yang berjumlah 4 orang anak yang terdapat pada wilayah kadus 1 berjumlah satu
orang anak, diwilayah kadus 3 satu orang dan pada wilayah kadus 4 terdapat
empat orang anak, hal ini mendorong penulis untuk mengkaji beberapa hal
diantaranya apa saja faktor yang menjadi pemicu adanya tekanan psikologis yang
dialami oleh orang tua yang memiliki anak Stunting, bagaimana tingkat
religiustas orang tua dengan anak penderita stunting, serta bagaimana dampak
psikologis orang tua yang memiliki anak stunting di Desa Teluk Kecamatan
Pemayung.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan/Studi kasus dengan
menggunakan metode penelitian Kualitatif. Data di kumpulkan melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi, kemudian data tersebut dianalisis
melalui deskriptif yaitu menggabarkan kejadian dilapangan.
Hasil penelitian di temukan bahwa adanya Tekanan Psikologis Orang Tua
Yang memiliki anak stunting di Desa Teluk Kecamatan Pemayung antara lain
adalah: menutup diri dari lingkungan sekitar, Stress ataupun Depresi yang
berlebihan, emosi yang tidak terkontrol, pola makan dan pola tidur yang tidak
teratur, kecemasan berlebihan serta isi pembicaraan kosong. Faktor Penyebab
adanya tekanan Psikologis Orang tua yang memiliki Anak Stunting di Desa
Teluk Kecamatan Pemayung adalah lingkungan sekitar tempat tinggal,
Dukungan dari keluarga, Serta kurangnya edukasi ke Masyarakat tentang
Stunting. Serta pada Tingkat religiustas orang tua yang memiliki anak stunting di
Desa Teluk Kecamatan Pemayung adalah: dimensi peribadatan atau praktek
(ritualistik), dimensi keyakinan (ideologi) berisikan pengharapan-pengharapan,
dimensi penggalaman dimesi ihsan (penghayatan), dan dimensi pengetahuan.

v
ABSTRACT

The study is background to a reality that needs attention in the gulf village,
which is about some of the psychological shymptoms experienced by parents
who has stunted children in the Teluk village pemayung district the number of 4
children in the land of kadus 1 for one child, in kadus 3 for one an in kadus 4 for
four children, this encouraged the writer to examine some of the factors behind
the psychological stress experienced by stunting parents, how high religiustas
parents with stunted children, as well as the psychological effects of parents
having stunted children in the gulf village.
The research is a field/case study using qualitative methonds of data
collected through interviews, observation, and documentation, andthen it is
analyzed by a descriptive that is to simulate the events in the field.
Studies have been found that there is psychological pressure from parents
who have stunted children in the bay village of scavenging among otheris this:
isolation from surroundings, stress or excessive depression, unbridled emotions,
irregular diet and slepp patterns, excessive anxiety and blank talk content
contributing factors are the psychological pressure ofcaring parents stunting child
in the gulf village district in the neighborhood home, family support, and a lack of
community education on stunting as well as at the religious level of parents who
have stunting children in the gulf village sub district is: a dimension of worship
or practice (ritualistic), the belief dimension (ideology) contains expectations, the
refined dimension called the ihsan (application), and the dimension of knowledge.

vi
PERSEMBAHAN

    

Alhamdullilahhirabbil‟alamin
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi
yang berudul “Psikologis Orang Tua Yang Memiliki Anak Penderita Stunting di
Desa Teluk Kecamatan Pemayung” dan di ajukan sebagai salah satu syarat untuk
mendapat gelar Sarjana pada Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas
Dkwah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Saya mengucapkan terimakasih kepada:

Ayahanda Yusuf, sang tulang punggung keluarga


yang dengan gigih memperjuangkan kehidupan anaknya sehingga dapat
menyelesaikan pendidikan. Semoga Allah limpahkan kesehatan dan rejeki yang
barokah, doa yang tiada henti untuk putri tercinta mu sehingga nanti putri mu ini
dapat membuat senyum penuh bangga serta kebahagian di hari tua mu. Terima
kasih atas semua nya. Babeh!
Ibunda Nurmah seorang wanita tangguh
dan pekerja keras salah satu kartini nya Indonesia, madrasah pertama untuk anak-
anaknya yang berhasil membentuk karakter tampa menyerah, yang bertekad kuat
untuk bisa menjadikan anaknya bergelar sarjana, kasih sayang penuh untuk
mu mak
Untuk kakak Saudara laki-laki satu-satunya Muhammad Latis
yang telah mengorbankan masa mudanya untuk turut membantu menopang
kehidupan keluarga, terima kasih telah dengan sabar dengan sikap manja adik mu
ini bang!
Bapak Dr. Madyan, M.Pd selaku pembimbing I dan bapak Afriansyah, M.Si
sebagai pembimbing II yang telah memberikan waktu, kontribusi besar berupa
bimbingan, motivasi, kritik serta saran atas terselesaikannya skripsi ini.
Semua Dosen Fakultas Dakwah Universias Islam Negeri Sulthan Thahah
Saifuddin Jambi yang tidak bisa di sebutkan, terima kasih atas ilmunya, semoga
tetap bisa saya amalkan dan menjadi amal jariyah untuk para dosen sekalian.
Untuk seluruh teman-teman yang saya sayang in terima kasih telah ikut membantu
dan mendukung terselesaikannya skripsi ini dan terakhir, terima kasih untuk
semua orang yang telah berkontribusi membantu, mendoakan, memberikan
perhatian, serta menyayangi saya.
Sekali lagi saya ucapka ribuan Terima Kasih

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas berkat


rahman dan Karunia-Nya yang dilimpahkan tercurah kepada kita semua.
Sholawat dan salam semoga senagtiasa tercurahankepada jujungankita
Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan syariat islam kepada
seluruh umat manusia. Atas rahmat Allah SWT, akhirnya penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
Penelitian dan penulisan skripsi ini bertjuan untuk memperleh
gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam prodi Bimbingan Penyuluhan Islam
pada Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
arahan dan bimbingan dariberbagaipihat. Baik itu bersifat moril maupun
materi. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Madyan, M. Pd Selaku Pembimbing I yang telah
membantu dan membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.
2. Bapak Afriansyah, M. Si selaku pembibing II yang telah
membantu dan membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.
3. Bapak Dr. A. Yunus, M.Pd.I selaku Ketua Prodi Bimbingan
Penyuluhan Islam (BPI).
4. Bapak Dr. Zulqarnin, M.Ag., selaku dekan Fakultas Dakwah UIN
STS Jambi.
5. Bapak Dr. D.I.Ansusa Putra, Lc, M.A.Hum selaku Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum Fakultas Dakwah UIN STS Jambi
6. Bapak Arfan, S.Th.I.,M.Soc,Sc,Ph.D selaku Wakil Dekan
Perencanaan dan Keuangan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
7. Bapak Dr. Sahmin Batubara, M.H.I. selaku Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.
8. Bapak Prof. Dr Samin Batubara, MA., Ph.D Sealaku Rektor UIN
STS Jambi.
9. Ibu Dr. Rifikoh Ferawati, SE.,M sebagai Wakil Rektor I UIN STS
Jambi.

viii
DAFTAR ISI

ix
HAL
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
NOTA DINAS ...................................................................................................................... ii
SURAT PENYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................ iii
PENGESAHAN ................................................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................................... v
ASBTRAK ........................................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belkang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
C. Tujuan penelitian ....................................................................................... 4
D. Mamfaat Penelitian .................................................................................... 5
E. Kajian Teori .............................................................................................. 6
F. Metode Penelitian....................................................................................... 24
G. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................................... 30
H. Studi Relevan ............................................................................................. 32

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Geografi dan Histori ................................................................................... 34
B. Sejarah Desa Teluk .................................................................................... 37
C. Struktur Organisasi .................................................................................... 40
D. Keadaan Fasilitas ....................................................................................... 41
E. Visi dan Misi Desa Teluk........................................................................... 42

BAB III PSIKOLOGIS ORANG TUA YANG DAN FAKTOR YANG


MENYEBABKAN ADANYA TEKANAN PSIKOLOGIS
ORANG TUA YANG
A. Psikologis Orang Tua yang memiliki anak Stunting ................................. 44
B. Faktor Yang Menyebabkan Adanya Tekanan Psikologis .......................... 50
C. Aspek penyebab adanya tekanan Psikologis .............................................. 53

BAB IV TINGKAT RELIGIUSTAS ORANG TUA YANG MEMILIKI


ANAK STUNTING DI DESA TELUK
A. Tingkat Religiustas Orang Tua Yang memiliki Anak Stunting ................. 57
B. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Religiustas ....................................... 59
C. Aspek Religiustas orang tua yang memiliki anak Stunting ....................... 62

x
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 65
B. Implikasi Penelitian .................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................


LAMPIRAN .........................................................................................................................
CURICULUM VITAE ........................................................................................................

xi
DAFTAR TABEL

2.1: Luas Wilayah Desa Teluk ........................................................................................... 34


2.2: Orbitilitas/Jarak Atar Ibu Kota ................................................................................ 35
2.3: Keadaan saranan dan Prasarana Desa Teluk ........................................................... 37
2.4: Daftar Responden Orang Tua Yang Memiliki Anak Stunting
Di Desa Teluk ............................................................................................................... 41

xii
DAFTAR BAGAN

2.1: Struktur Organisasi ..................................................................................................... 40

xiii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi merupakan kata-kata Arab yang di pakai dalam


penyusunan ini mengacu pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1978 dan 0543 b/U/1987,
tanggal 22 Januari 1988.

A. Alfabet

Angka Huruf Arab Huruf Latin


1 ‫ا‬ A
2 ‫ﺏ‬ B
3 ‫ث‬ T
4 ‫ﺙ‬ Ts
5 ‫ﺝ‬ J
6 ‫ﺡ‬ H
7 ‫ﺥ‬ Kh
8 ‫ﺩ‬ D
9 ‫ﺫ‬ Dz
10 ‫ﺭ‬ R
11 ‫ﺯ‬ Z
12 ‫ﺱ‬ S
13 ‫ﺵ‬ Sy
14 ‫ﺹ‬ Sh
15 ‫ﺽ‬ Dh
16 ‫ﻁ‬ Th
17 ‫ﻅ‬ Zh
18 ‫ﻉ‬ „a
19 ‫ﻍ‬ Gh
20 ‫ﻑ‬ F

xiv
21 ‫ﻕ‬ Q
22 ‫ﻙ‬ K
23 ‫ﻝ‬ L

24 ‫ﻡ‬ M

25 ‫ﻥ‬ N
26 ‫ﻭ‬ W
27 ‫ه‬ H
28 ‫ﻱ‬ Y

B. Vocal dan Harakat.

Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

‫آ‬ A ‫ﴼ‬ Ā ‫ىإ‬ Į

‫أ‬ U ‫أى‬ Ă ‫أ‬ ‫و‬ Aw

‫إ‬ I ‫أو‬ Ū ‫ىآ‬ Ay

C. Ta‟Marbuthah (‫ )ة‬Ta Marbuthah di tulis dengan h.


Transliterasi untuk Ta‟ Marbuthah ini ada tiga macam yaitu:
1. Ta‟ marbuthah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah h.
Arab Indonesia
‫ﺼﻼة‬ Ṣalāh
‫ﻤراة‬ Mir āh

xv
2. Ta‟ marbuthah yang, hidup atau yang mendapat harakat fathah, kashrah,
dan dhammah maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
‫ﻭﺰارةاﻠﺗربﻴت‬ Wizārat al-tarbiyah
‫ﻤراةاﻠﺰﻤﻦ‬ Mir āt al-Zaman

3. Ta‟ marbuthah yang berharakat tanwin, maka transliterasinya adalah


/tan/tin/tun/.
Arab Indonesia
‫ﻔﻭﺰﻴت‬ Fauziatun

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abu Zahra berpendapat bahwa orang tua yang tergabung dalam Keluarga
merupakan unit terkecil bersifat pokok dalam kehidupan bermasyarakat yang
memilik peran yang sangat penting bagi keberlangsungan tumbuh dan kembang
kehidupan berbangsa dan bernegara, keluarga ataupun orang tua memiliki peran
menciptakan manusia yang cerdas dalam pendidikan moral ataupun agama,
karena mampu menciptakan manusia yang sehat scara fisik dan psikologis2
sedangkan menurut Widiasari adalah kondisi aspek motivasi merupakan dorongan
yang bersumber dari dalam maupun luar individu, yang dapat mempengaruhi
mental secara langsung ataupun yang akan membantu individu menyesuaikan diri
dengan keadaan dan akan memunculkan perubahan dan akan menekankan
terhadap hubungan sebab akibat.3
Gibson RS menjelaskan tentang pengertian adalah Stunting atau
kependekan merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang merefleksikan
kekurangan gizi yang terjadi secara kumulatif yang berlangsung lama atau dikenal
dengan istilah kekurangan gizi kronis (Hidden Bunger). Anak dengan gizi kronis
akan mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan linear sehingga tidak tercapai
pertumbuhan yang potensial. Anak tersebut tidak mencapai rata-rata median
pertumbuhan sesuai umur dan jenis kelamin. Kependekan bukan mencerminkan
sekedar secara fisik pendek saja, tetapi juga terjadi proses perubahan patologis.4
Dodik Briawan MCN juga mengemukakan tentang pengertian Stunting
merupakan permasalah global yang dihadapi oleh banyak Negara di dunia
termasuk di Indonesia. Dampak Stunting berdimensi luas, yaitu berpenggaruh
pada kecerdasan dan produktivitas, dan kualitas sumber daya manuisa secara luas.

2
Mufida Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender,(Malang : UIN Press) Hlm.
47
3
Widiasari. Y, Dinamika Psikologis Pencapaian Successful Agin Pada Lansia Yang
Mengikuti Program Yantu Lansia, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Ugm, 2009), Hlm 18.
4
Astuti lamid, Masalah Kependekan (Stunting) Pada Anak Balita: Analisa Prospek
Penanggulangannya Di Indonesia, ( Bogor: IPB Press 1 juni 2015:IPB Press

1
2

Anak merupakan anugerah yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap


pasangan suami istri. Kehadiran seorang anak dalam kehidupan berumah tangga
terasa menjadi lebih lengkap rasanya. Setiap pasangan yang telah menikah sudah
pasti menginginkan atau memiliki anak. Banyak cara yang dilakukan orang tua
agar anaknya nanti menjadi anak yang sehat dan cerdas, karena anak merupakan
aset berharga dalam sebuah keluarga. Istilah Al-walad, Al-Aulad, Al- Banin, Al-
Gbulam sering digunakan untuk memberikan pengertian anak, di samping
kadang-kada ng juga menggunakan istilah lain seperti “At-thiflu”.5 Sebuah hadits
Riwayat Bukhari Muslim, Nabi SAW, Bersabda : “Anak-anak itu bagaikan kupu-
kupu surga”. Kelahiran anak sebagai sesuatu yang menggembirakan. Dalam Q.S
Maryam ayat 7 Allah SWT berfirman:

):٧ ‫ (ﻣريﻢ‬            

“Hai Zakaria, Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu


akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya kami
belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia.” (Q.S Maryam:
7)
Berdasarkan ayat tersebut diatas dapat djelaskan bahwa Anak memiliki
kedudukan serta fungsi yang penting baik untuk orang tuanya sendiri, masyarakat
ataupun bangsa dan negara secara keseluruhan, adapun beberapa fungsi serta
kedudukan anak bagi orang tuannya adalah sebagai pewaris, bukan hanya pewaris
harta benda saja, tetapi yang lebih terpenting adalah sebagai pewaris perjuangan.6
Kementrian Agama RI, Islam telah menjelaskan tentang peran orang tua
yang di atur dalam pelaksanaan kewajiban serta pemberian haknya kepada anak
seperti, sejak dalam kandungan sampai menjelang dewasa memiliki hak
perawatan dan pemeliharaan (al-hadanah), yang wajib dilaksanakan oleh orang
tuanya. Hadanah memiliki arti sebagai pemeliharaan secara menyeluruh, baik dari
segi kesehatan fisik, mental, sosial, maupundari segi pendidikan dan

5
HM Budiyanto, Hak-Hak Anak Dalam Prspektif Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
6
HM. Budi yanto, Hak-Hak Anak Dalam Perpsektif Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 01, No. 01, 2018, Hlm. 14
3

perkembangannya.7 dalam firman Allah SWT menjelaskan bahwa mendidik dan


mengajarkan anak menjadi kebutuhan pokok dan suatu kewajiban bagi orang tua,
dalam Q.S. At-Tahrim ayat 6.

          

) :٦‫ (التحريﻢ‬           
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim: 6)
Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan orang-orang yang
beriman agar menjaga dirinya dari api neraka agar menjaga dirinya dari api neraka
agar taat dan patuh melaksanakan perintah Allah, mereka juga diperintahkan
untuk mengajarkan kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah
untuk menyelamatkan mereka dari api neraka.
Dari observasi awal yang peneliti lakukan terdapat ada empat orang anak
penderita stunting yaitu terdapat pada wilayah kadus 1 ada satu anak, diwilayah
kadus 3 ada satu anak dan diwilayah kadus 4 terdapat dua anak, da ditemukan
pula pada Orang tua yang memiliki anak stunting di Desa Teluk Kecamatan
Pemayung Kabupaten Batanghari ada beberapa hal yang yang menjadi pemicu
adanya tekanan psikologis salah satu nya adalah orang tua yang memiliki anak
stunting sering mengabaikan anak karena, merasa malu dengan kodisi anak nya
yang berbeda dengan kebanyakan anak pada umum nya, mudah tersurut emosi
jika pertanyaan yang muncul seputar perkembangan anak nya, mengurung diri
dari lingkungan sekitar, orang tua menjadi sangat pendiam saat berhadapan
dengan orang tua lainnya, saat anak diketahui memiliki kekurangan dari teman
seusianya maka orang tua malu dengan orang tua balita lain, orang tua yang
memiliki anak stunting memiliki sakit tekanan darah tinggi akibat kurang tidur,
serta Pemicu adanya tekanan psikologis orang tua terhadap anak penderita

7
Tri Widiawati, Skripsi: Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak perspektif pendidikan
islam, (Yogyakarta: UIN Sunan kalijaga, 2015) Hlm.22
4

stunting salah satunya adalah stess, murung, serta kecemasan berlebihan orang tua
terhadap anak.8
Dari beberapa hal di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
Desa Teluk, dikarenakan, beberapa hal yaitu dampak tekanan psikologis apa yang
terjadi pada orang tua yang memiliki anak Stunting di Desa Teluk, apa saja faktor
yang menjadi pemicu munculnya tekanan psikologis serta bagaimana tingkat
religiustas orang tua yang memiliki anak stunting di Desa Teluk. Dari hal tersebut
maka peneliti tertarik untukmelakukan penelitian yang berjdudul: Dampak
Psikologis Orang Tua yang Memiliki Anak Stunting di Desa Teluk
Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang kemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan bahwa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Psikologis Orang Tua yang Memiliki Anak Penderita Stunting di
Desa Teluk Kecamatan Pemayung?
2. Apa saja faktor yang menjadi pemicu terjadinya tekanan psikologis orang tua
yang memiliki anak stunting di Desa Teluk kecamatan Pemayung?
3. Bagaimana Tingkat Religiustas Orang Tua Yang Memiliki Anak Stungting di
Desa Teluk Kecamatan Pemayung?

C. Tujuan Masalah
Beradasarkan identifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh
gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas, namun peneliti penyadari
adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka peneliti memandang perlu
memberi batasan secara jelas dan terfokus.
Selanjutnya masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi hanya pada
“Dampak Tekanan Psikologis Orang Tua Yang Memiliki Anak Stunting di Desa
Teluk Kecamatan Pemayung dikarenakan penulis pengamati tekanan psikologis,

8
Observasi awal yang dilakukan padatanggal 15 agustus 2020
5

pemicu adanya tekanan psikologis serta tingkat religiustas orang tua yang
memiliki anak stunting di desa teluk.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari dua segi yaitu secara
teoritis dan praktis.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai Dampak
Psikologis Orang Tua Yang Memiliki Anak Stunting Yang Ada Di Desa Teluk
Kecamatan Pe mayung Kabupaten Batang Hari, serta apa saja faktor pemicu
adanya tekanan psikologis orang tua yang memiliki anak stunting serta tingkat
religiustas orang tua yang memiliki anak stunting di Desa Teluk Kecamatan
Pemayung.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan semoga bermanfaat bagi Desa Teluk
Kecamatan Pemayung, Memberikan sumbangan ilmu dan pemikiran bagi para
pembaca yang memiliki masalah yang sama tentang Psikologis, kependekan,
serta untuk mengetahui langkah apa saja yang perlu dilakukan orang tua dalam
pencegahan dan apa saja faktor yang menjadi pendukung atau pemicu terjadinya
tekanan psikologis orang tua yang memiliki anak Stunting dan memberikan
informasi terkini tentang kemajuan penanggulangan masalah kependekan, serta
rencana kerja ke depan yang harus dilakukan untuk pengetasan masalah
kependekan yang ada di Desa Teluk khususnya.
E. Kajian teori.
1. Psikologi.
a. Pengertian Psikologi
Muhibbin Syah memperspektifkan psikologi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku
individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan tingkah laku
terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan
6

berbicara, duduk, berjalan, dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup
meliputi berpikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.9
Dakir ia mengembangkan pengertian psikologi yaitu, membahas tingkah
laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya yang mempelajari
respons yang diberikan oleh mahluk hidup dan lingkungannya yang dapat
menjadikan manifestasi dan ekspresi dari jiwa mental berupa perilaku atau proses
kegiatannya.
Bimo Walgito, menjelaskan tentang psikologis adalah ilmu tentang
perilaku atau aktivitas-aktivitas individu.Perilaku atau aktivitas-aktivitas tersebut
dalam pengertian luas yaitu perilaku yang tampak atau perilaku yang tidak
tampak, demikian juga dengan aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas
motorik juga termasuk aktivitas emosional.10
Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik
sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya, tingkah
laku tersebut berupa tingkah laku yang nampak maupun tidak tampak, tingkah
laku yang disadari atau. tidak disadari
Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu scara langsung karena sifatnya
yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada menifestasi dan ekspresi dari
jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses ataukegitannya,
sehingga psikologi dapat didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Kartono menjelaskan bahwa proses kehidupan psikis manusia selalu di
ikuti oleh ketiga aspek psikologis yaitu aspek kognitif, aspek emosional atau
perasaandan aspek kemauan atau atau hubungan interpersonal, aspek kognitif
berkaitan dengan persepsi, ingatan, belajar, berpikir dan problem solving dan
aspek afektif berkaitan dengan emosi atau perasaan dan motof. Sedangkan aspek

9
Muhibbin Syah, Dinamika Psikologi (Yogyakarta: penerbit andi Yogyakarta 2009) Hlm.
21
10
Bimo Walgito. Pengantar Psikologis Umum (Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakrta
2010) Hlm.15
7

kognitif berkitan dengan perilaku sesorang yang meliputi hubungan interpersonal


dan intrapersonal.11
Kondisi psikologis adalah kondisi yang bisa mempengaruhi kehidupan
sehari-hari seseorang individu, terkadang kondisi psikologis seseorang bisa
terganggu yang di sebut dengan gangguan psikologis atau gangguan mental.yang
harus di tangani oleh psikolog dan psikiater, psikologis berkaitan dengan apapun
yang mempengaruhi pikiran, terutama sebagai fungsi dari kesadaran, perasaan
atau motivasi.

b. Pengertian Dampak Psikologis


Widiasari Dalam kamus bahasa indonesia dijelaskan bahwa dampak
adalah suatu pengaruh negatif atau positif dan psikologis merupakan segi
kejiwaan. Dampak psikologis berkaitan dengan stimulus dan respon yang
mendorong seseorang bertingkah laku, maka dampak psikologis dapat dipandang
sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon yang bekerja pada diri seseorang.12
Coelman dkk dalam Nathalia, Menyatakan dampak psikologis adalah
reaksi pengalaman-pengalaman yang mengguncangkan, seperti konflik yang dapat
menimbulkan perasaan cemas, stress dan memicu korban untuk bereaksi.13
Jones dan Davis, dampak psikologis dikaitkan dengan tindakan dan efek.
Tindakan (act) yang dimaksud adalah keseluruhan respon (reaksi yang
mencerminkan tindakan perilaku) dan mempunyai akibat terhadap lingkungannya,
sedangkan efek yang dimaksud adalah efek yang diartikan sehingga perubahan-
perubahan nyata yang dihasilkan oleh tindakan. Dampak psikologis dapat
dipandang sebagai hasil dari adanya stimulus dan respon yang bekerja pada diri
seseorang.14
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dampak psikologis
adalah penggaruh positif maupun negarif yang muncul seebagai hasil dari adanya

11
Kartini Kartono, Psikologis Umum. (Bandung: Mandar Maju, 1996) Hlm. 5-6.
12
Widiasari. Y, Dinamika Psikologis Pencapaian Succesful Again Pada Lansia Yang
Mengikuti Program Yantu Lansia, Tesis (Tidak Di Terbitkan), (Yogyakarta: Fakultas Psikologis
Ugm, 2009).
13
Robert A. Baron dan Donn Byrne, Sosial Psikologi , Erlangga, Jakarta, 2003. Hlm.74
14
Abu ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Rineke Cipta, Jakarta 1991, Hlm. 199-202
8

stimulus dan respon yang bekerja pada diri seseorang.Pengaruh tersebut Nampak
dalam prilaku maupun sikap oleh individu.Pengaruh tersebut dapat menimbulkan
efek baik secara langsung maupun tidak langsung.Dampak Psikologis orang tua
yang memiliki anak Stunting, dalam menjalani kehidupan manusia merefleksikan
dengan sikap maupun tingkah laku Mekanisme mental lalu membentuk
pandangan, mewarnai perasaan dan menentukan kecendrungan prilaku/sikap
individu terhadap stimulus dan respons yang mereka dapat.Dampak psikologis
merupakan reaksi terhadap pengalaman subjek yang dapat menimbulkan
kecemasan, stress maupun bentuk emosi lainnya.
Chaplin dalam Safaria, merumuskan emosi sebagai suatu keadaan yang
teransang dari organisme yang mencakup perubahan-perubahan yang disadari,
dan bersifat mendalam.Emosi cendrung terjadi dan berkaitan dengan perilaku
yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu.
Perilaku tersebut umumnya disertai adanya ekpresi kejasmanian sehingga orang
lain dapat mengetahui bahwwa seseorang sedang mengalami emosi. Jika
seseorang mengalami ketakutan mukanya menjadi pucat dan jantungnya berdebar-
debar.
Zakiah Dradjat, menjelaskan bahwa emosi dapat dibedakan menjadi 3
jenis yaitu marah, senang dan takut, sbentuk dai emosi takut adalah rasa cemas.
Orang yang mempunyai kecemasan akan mengalami ketakutan yang disadari15.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi dampak psikologis


faktor-faktor dari dampak psikologis menjadi dua faktor yaitu faktor
internal dan eksternal diantaranya adalah:
1. Faktor internal
Faktor internal yang dapat mempengaruhi dampak psikologis pada
seseoarang adalah motivasi dan kecerdasan.Motivasi adalah suatu dorongan dari
dalamn Diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.
15
Kairillah, Pendidikan Karakter dan Kecerdasan Emosi(Perspektif Pemikiran Prof. Dr.
ZakiahDaradjat) Tesis Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Pascasarjana Banjarmasin
2014. HlM 106, t.d
9

Noto Atmojo, menjelaskan motivasi adalah suatu perubahan energi dari


dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Orang tua dengan anak stunting yang mendapatkan motivasi
positif tentunya akan bersemangat dalam memeriksakan kesehatan anak dan akan
lebih bersemangat dalam menjalankan kehidupannya. Resiko terkena dampak
psikologis menjadi ringan karena memiliki motivasi yang tinggi terhadap
kesembuhan anaknya.
Faktor yang kedua adalah kecerdasan, kecerdasan interpersonal
merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap
perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain. Kecerdasan
membuat orang tua yang memiliki anak stunting dapat menjadi lebih peka
terhadap kesehatan anak dan dapat menimbulkan efek positif.Secara nalar orang
tua yang memiliki anak stunting memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi
memiliki resiko dampak psikologis yang ringan.16
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi dampak psikologis orang tua yang
memiliki anak stunting adalah dukungan keluarga, rekan, teman dan ahli
professional, seperti psikolog maupun psikiater. Dukungan keluarga di
defenisikan oleh Gottlied yaitu informan verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau
tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan informan
didalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan dalam hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku
penerimanya. Orang tua merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional
merasa lega, diperhatikan, mendapat dukungan, saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.
Sarason, mendefenisikan dukungan sosial sebagai sumber emosional,
informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang disekitar
individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisi yang terjadi sehari-hari
dalam kehidupan.
16
Jantra Handoko, Pengaruh Faktor Internal Daneksternal Karyawan Terhadap
Produktifitas Kerja, (Skripsi Studi Menagemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015).
10

Dimatteo, mendefenisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau


bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, teman kerja, dan
orang-orang lainnya. Orang tua yang memiliki anak stunting yang mendapat
dukungan sosial dapat dapat merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri
serta kompeten dalam menjalankan tugasnya sebagai orang tua yang harus
mengasihi, megasuh serta memiliki tanggung jawab dalam proses penyembuhan
anaknya, merasa memiliki sandaran.17

d. Ruang lingkup psikologi


1. Psikologi umum yaitu psikologi yang mempelajari kegiatan atau aktivitas
psikis manusia pada umumnya yang normal dan beradab
2. Psikologi khusus yaitu psikologi yang mempelajari segi-segi kekhususan
aktivitas-aktivitas manusia yang terdiri dari beragai macam di antaranya:
3. Psikologi perkembangan yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan
psikis manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakup psikologi anak
(mencakup masa bayi), psikologi puber dan adolesensi (psikologi pemuda),
psikologi orang dewasa dan psikologi orang tua.
4. Psikologi sosial yaitu psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah
laku atau aktifitas-aktivitas manusia hubungannya dengan situasi sosial.
5. Psikologi pendidikan yaitu psikologi yang menguraikan kegiatan-kegiatan
manusia dalam hubungannya dengansituasi pendidikan, misalnya
bagaimana dalam menarik perhatian agar dapat dengan mudah diterima.
6. Psikologi kepribadian dan tifologi yaitu, psikologi yang khusus
menguraikan tentang struktur pribadi manusia mengenai tipe-tipe
kepribadian manusia.
7. Psikopatologi yaitu psikologi yang khusus menguraikan mengenai keadaan
psikis yang tidak normal (abnormal).
8. Psikologi kriminal yaitu yang khusus berhubungan dengan soal-soal
perusahaan.
17
Haifah Hamid, HubunganDukungan Keluarga Dengan Stress Kerja Tenaga Kerja
Indonesia Di Luar Negeri, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, 2018,
Hlm 7
11

e. Aspek-aspek Psikologis
Kartono menjelaskan tentang proses kehidupan psikis manusia selalu
diikiuti oleh ketiga aspek yaitu aspek kognitip, aspek emosional dan aspek
kemauan atau hubungan interpersonal di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Aspek kognitif (komponen perseptual) berkaitan dengan persepsi, ingatan,
belajar, berpikir dan problem solving, dalam kehidupan manusia aspek kognitif
sangat berperan dalam pengambilan keputusan bagi setiap individu menjadi
dasar apabila timbulnya prasangka. Apabila seseorang mempersepsikan orang
lain atau apa bila orang lain dan memasukkan apa yang dipersepsi itu
merupakan kaadaan kategori tertentu seperti:18
a. Prasangka merupakan evaluasi seseorang atau kelompok yang mendasarkan
diri pada lingkungan agar nantinya diterima dilingkungan kelompoknya.
Prasangka mengarah pada evaluasi yang negative, walaupun dalam
stereotype merupakan hal yang dapat bersifat positif disamping dapat
negative.
b. Belajar sosial, merupakan salah satu teori dalam hal belajar, dalam hal
setiap pembelajaran yang dilakukan yang perlu diperhatikan setiap
pembelajaran itu terjadi melalui model atau contoh. Seperti halnya sikap,
merupakan hal yang terbentuk melalui proses belajar.
c. Motivasi, memandang prasangka sebagai suatu yang dapat memenuhi
kebutuhan seseorang atau kelompok untuk mencapai kesejahteraan. Untuk
hal ini ada beberapa komponen yang harus kita perhatikan agar nantinya
kesejahteraan itu memang sesuai dengan apa yang diharapkan.
d. Pengamatan adalah hasil perbuatan secara aktif dan penuh perhatian untuk
menyadari adanya perangsang. Dalam pengamatan dengan sdar orang dapat
memisahkan unsur-unsur dari suatu objek.

18
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
2010) Hlm. 99
12

e. Ingatan merupakan kemampuan jiwa untuk memasukkan


(learning),menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali
(remembering), hal-hal yang lampau.
2. Emosi
Crow mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang bergejolak pada diri
individu yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam)
terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan invividu.19
Menurut king menyatakan bahwa emosi adalah perasaan atau afeksi yang
melibatkan rangsangan psikologis seperti denyut jantung yang cepat, pengalaman
sadar seperti memikirkan keadaan jatuh cinta dengan seseorang dan ekspresi
prilaku seperti sebuah raut muka cemberut.20
hude emosi adalah suatu gejala psikologis yang menimbulkan efek pada
persepsi, sikap, dan tingkah laku.Emosi pada prinsipnya mengammbarkan
perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda.Emosi juga
merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya
tidak ada emosi baik atau emosi buruk.Emosi memberi warna dalam kehidupan
manusia.Pengalaman emosional juga dapat menjadi motivator penting perilaku.21
Perasaan atau emosi merupakan gejala efektif pada kejiwaan manusia yang
dihayati secara subjektif, yang pada umumnya bersentuhan secara langsung
dengan gejala pengenalan.Berdasarkan realitas terdalam perasaan atau emosi jiwa
tidak bersifat tetap, baik dalam bentuknya maupun kadarnya sakit dengan pedih
cinta dengan saying adalah bentuk yang berbeda dan memiliki ukuran kedalam
emosi yang berbeda. Menurut coleman dan Hammen ada empat fungsi emosi
dalam kehidupan manusia yaitu:22

19
Abu Ahmadi dan M, Umar, Psikologi Umum Edisi Revisi (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1992), Hlm. 34.
20
Suciati, Ekspresi Emosi Manusia, Skripsi (Yogyakarta: Universitas Islam Sunan
Kalijaga) Hlm. 32.
21
M. Darwis Hude, Emosi-Penjelajahan Religio-Psikologi Tentang Emosi Manusia
Dalam Al-Qur‟an, (Jakarta: Erlangga 2006) Hlm.18.
22
Ibid. Hlm. 24-25
13

a. Emosi adalah pembangkit energy (energizer)


Tanpa emosi seseorang tidak sdar atau mati.Emosi membangkitkan
memobilitas energi seseorang, marah menggerakan seseorang untuk menyerang,
takut menggerakan kita untuk berlari dan cinta mendorong seseorang untuk
mendekat dan bermesraan.
b. Emosi adalah pembawaan informasi
Bagaimana keadaan diri seseorang dapat diketahui dari emosi kita, jika
marah, seseorang mengetahui bahwa dihambat atau diserang orang lain, sedih
berarti kehilangan sesuatu yang disenangi, bahagia berarti memperoleh sesuatu
yang disenanangi, bahagia berarti memperoleh sesuatu yang disenangi.
c. Emosi berfungsi sebagai komunikasi intrapersonal dan interpersonal sekaligus.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa emosi dapat dipahami
secarauniversal.
d. Emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan seseorang
mendambakan kesehatan dan mengetahuinya ketika kita merasa sehat walafiat,
mencari keindahan dan mengetahui bahwa memperolehnya ketika merasakan
kenikmatan estetis dalam diri.
Kualitas emosi atau perasaan itu bergantung pada tiga faktor yaitu:
Kondisi fisik, oleh suatu penyakit, jadi terlalu emosi, peristiwa yang menyakitkan.
Seperti kehilangan, kematian. Dan Pembawaan, ada orang yang sangat perasa, dan
ada juga yang tebal muka (tidak sensitife) serta Tergantung pada suasana hati.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa yang dikatakan emosi yaitu
perasaan yang sangat kuat dan tidak terkendalikan oleh seseorang yang mana
diikuti dengan perubahan psikologis baik itu luapan kemarahan, sedih, gembira,
yang tidak bisa dikontrol oleh seseorang apabila datang dari dalam diri sendiri
maupun dari lingkungan. Emosi juga merupakan suatu gejala psikofisiologis yang
menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku.23Pengendalian Emosi ,
Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia,khususnya dalam
mereduksi ketegangan yang timbul akibat emosi yang memuncak. Emosi
23
Fitriah Alfi Rufaida, Hubungan Antara Tingkat Kematangan Emosi Dengan Tingkat
Perilaku Prososial Pada Mahasiswa Psikologi, Skripsi, UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang,
Halm 52
14

menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan hormonal di dalam tubuh dan


memunculkan ketegangan psikis, terutama pada emosi-emosi negatif.
3. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau
lebih yang memiliki pola interaksi yang konsisten. Senada dengan kutipan diatas,
Sears menyebutkan bahwa hubungan interpersonal adalah bila dua orang individu
menjalin hubungan, kehidupan individu akan terjalin dengan orang lain, apa yang
dilakukan oleh yang satu akan mempengaruhi yang lain.
Proses pemenuhan kebutuhannya, manusia membentuk hubungan dengan
orang lain. Adapun kebutuhan yang dimiliki oleh manusia seperti: kebutuhan rasa
aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan diperhatikan, kebutuhan akan rasa
percaya terhadap orang lain. Namun secara umum kebutuhan tersebut dapat
dikelompokkan seperti kebutuhan fisiologis (makan, minum), kebutuhan rasa
aman dan perlindungan, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargan dari
orang lain. Kebutuhan itu mempengaruhi hubungan, karena kebutuhan kita tidak
lepas dari orang lain, karena kodrat kita sebagai makhluk sosial di mana pola
interaksi sosial.24
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa hubungan
interpersonal adalah sebuah ikatan yang terjalin erat dan saling mempengaruhi
antar dua individu atau lebih untuk mencapai tujuan bersama, serta saling
membantu dalam mengahadapi masalah. Hubungan interpersonal berupa
komunikasi, emosi, perilaku yang terjalin dengan manusia lain di lingkungannya.
Manusia sebagai makhluk sosial pastinya memiliki banyak kebutuhan yang harus
dipenuhi
Saat intensionalitas atau proses kehidupan psikis atau psikologis manusia
selalu terdapat tiga aspek, Ketiga aspek di atas selalu berlangsung bersama-sama
atau beruntutan. Ketiga fungsi kognisi, emosi, dan konasi itu bisa berlangsung
lancar dandan harmonis.Namun tidak jarang disertai banyak konflik seperti

24
P. Lestari, Hubungan Komunikasi InterpersonalOrang Tua Dan Anak. Skripsi
(Yogyakarta: Universitas Islam Sunan Kalijaga, 2010). Hlm 32
15

konflik diantara pikiran (aspek kognitif), perasaan (aspek emosi, afeksi), kemauan
(aspek volutif, konatif) yang saling berbenturan atau berlawanan.
Saptoto mendefenisikan psikologis adalah keterkaitan antara yang ada
dalam diri seseorang dengan faktor-faktor dari luar yang mempengaruhinya,
artinya adalah keadaan emosi yang ada didalam diriindividu dapat saling
mempengaruhi dengan keadaan emosi yang di penggaruhi dari lingkungan
individu25

f. Kondisi psikologis
kondisi psikologis adalah suatu hal yang mendeskripsikan suatu keadaan
yang meliputi kondisi, realita dan peristiwa pada suatu waktu tertentu yang
dipersepsi dapat berpengaruh secara psikologis bagi sekumpulan individu dalam
kelompok, seperti keluarga, kelompok kecil di masyarakat, dan institusi sekolah.
Situasi psikologis keluarga ini memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dalam
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, komunikasi, koordinasi,
pengendalian dan berbagai proses seperti pembelajaran, proses kreatif, motivasi
dan komitmen di dalam suatu keluarga. Pentingnya situasi psikologis keluarga
adalah untuk menciptakan suasana yang tepat dan nyaman bagi anak untuk lebih
percaya kepada orang tuanya.26
Saat seorang ibu mengalami depresi, sang ibu kurang memperhatikan
kesehatan dirinya serta kesehatan dan perkembangan anaknya. Apabila selama
masa pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terstimulasi secara optimal, hal
tersebut akan mengakibatkan munculnya berbagai gangguan baik secara fisik
maupun psikisnya. Saatibu mengalami depresi kebutuhan (sosial emosional,
stimulasi, gizi dalam makanan) anak tidak terpenuhi dengan tepat.27

25
R. Saptoto, Jurnal Psikologi Indonesia, (Dinamika Psikologis Nrimo Dalam Bekerja:
Nrimo Sebagai Motivator Atau Demotivator), 2 (6), Hlm. 131-137
26
Mega Amelia, Penerimaan Diri Ibu Terhadap Anak DownSyndrome,(Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska), 2010).Halm 8.
27
Zulma Aimmatul Mahshulah,Depresi Pada Ibu Dapat Mengakibatkan Anak Stunting,
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIPUniversitas Sultan Ageng Tirtayasa, Vol 2, No. 01,
2019, hal 324.
16

Dalam hal terhambatnya perkembangan anak maka memunculkan tekanan


psikologis orang tua, ada beberapa hal yang menjadi pemicu salah satunya adalah
rasa malu yang akan menjadi tekanan emosi seperti sedih, marah, dan kecewa
orang tua, mengurung diri dari lingkungan sosial bermasyarakat dan lain
sebagainya, orang tua akan mengabaikan anak yang seharusnya mendapat
perhatian oleh pihak kesehatan untuk mencegah terhambatnya beberapa
perkembangan anak stunting.28
Setiap anak mengalami penggalaman tumbuh kembang yang unik dengan
kecepatan tumbuh kembang masing-masing, banyak faktor penting
mempengaruhi seorang anak untuk dapat tumbuh menjadi suatu priadi yang utuh.
Banyak faktor diantaranya: genetika, hereditary, temeperamnetal, intelektual,
nutrisi, budaya, pengaruh lingkungan dimana anak itu hidup, serta penggalaman
khusus masing-masing tahap perkembangan yang dialami anak. Semua faktor
yang mempengaruhi sebaiknya dipertimbangkan secara menyeluruh dan tidak di
kotak-kotakkan, apabila orang tua memandang anak sebagai individu utuh dengan
kemampuan komppetensi dan kebutuhan masing-masing yang unik, maka
diharapkan dapat memberikan dukungan dan bantuan kepada si anak untuk dapat
tumbuh dan berkembang secara sehat.29
Secara umum dapat dikataan bahwa bagaimana pengaruh orang tua terhadap
perkembangan prilaku dan kepribadian anaknya ditentukan sikap, perilaku, dan
kepribadian orang tua. Perilaku orang tua terhadap anaknya ditentukan oleh
sikapnya terhadap pengasuhan anak yang juga merupakan aspek dan struktur
kepribadiannya dengan memberi pelajaran kepada anak. Ada baiknya orang tua
melakukan penyaringan tahapan tumbuh kembang atau masalah didalam
pertumbuhan sejak dini, penyaringan tumbuh kembang ini biasanya dilakukan
pada beberapa pertumbuhan yaitu Penyaringan pertumbuhan psikologis dalam
bentuk kunjungan berkalah ke Dokter Anak atau layanan kesehatan ibu dan balita
secara teratur mengukur berat badan, tinggi badan, nutrisi, kelengkapan imuniasi,

28
M Darwis Hude, Emosi- Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia
Dalam Al-Qur’an, Jakarta Erlangga, 2006, hlm 19
29
Atien Nur Chamidah, Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak,
Jurnal Pendidikan Khusus, Vol.5, No.2, November 2009
17

dan kesehatan anak secara menyeluruh dan Penyaringan pertumbuhan emosi dan
afektif bisa dilakukan melalui konsultasi psikologis, tergantung situasi dan
kebutuhan serta Penyaringan pertumbuhan kognitif sama halnya dengan
pertumbuhan emosi dan afektif, jika terdapat kelainan pada pertumbuhan dan dan
perkembangan anak maka dapat di deteksi sedini mungkin dan dapat di tangani
sesegerah mungkin.
Pada dasarnya peranan orang tua terhadap anak-anaknya banyak sekali,
seperti memberikan rasa kasih sayang, memberikan rasa aman, memberikan
harga diri, Allah S.W.T. telah berfirman dalam Al-Qur‟an surah Luqman ayat ke
13.

             

)١٣: ‫ (لقﻤاﻥ‬    


“Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S Luqman: 17)30

Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan


manusia agar bersabar terhadap apapun yang yang menimpanya, baik itu musibah
besar sekalipun karena tidak ada cobaan diluar batas kemampuan manuisa itu
sendiri, manuisa yang sabar dan mau menerima keadaan ataupun musibah yang
diberikan oleh allah SWT, tetap ikhlas serta lapang dada menerimanya adalah
hamba yang lebih baik.
2. Stunting.
a. Pengertian Stunting
Gibson RS, menjelaskan tentang stunting merupakan masalah kurang gizi
kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup
lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi,
stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak

30
Departemen Agama Republik Indonesia, AL-qur’an dan Terjemahan, Jakarta, Duta
Ilmu Surabaya, 2006.
18

berusia dua tahun. Stunting adalah bentuk dari proses pertumbuhan anak yang
terhambat, sampai saat ini Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang perlu
mendapat perhatian, prevalensi nasional untuk kurang gizi kronis (Stunting)
berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RisKesDes) tahun 2010 pada anak usia
6-12 tahun sebesar 35.6% angka ini tergolong tingi untuk tingkatan kesehatan
masyarakat.31
Asrul, berpendapat bahwa stunting adalah salah satu keadaan alnutrisi yang
berhubungan dengan ketidak cukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam
massalah gizi yang bersifat kronis, Stunting di ukur sebagai status gizi kurang
dalam masalah gizi yang bersifat kronis. Stunting adalah reterdasi pertumbuhan
linear kurang dari -2 standar deviasi panjang badan menurut usia yang telah
mempengaruhi sebagian besar anak secara Global, tahun 2013 diperkirakan 161
juta anak di bawah lima tahun menderita Stunting yang memiliki konsekuensi
terhadap kesehatan dan pembagunan.32
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sunting adalah reterdasi
pertumbuhan linear dari kodisi gagal pertumbuhan tubuh dan otak anak akibat
kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama sehingga menyebabkan gizi
kronis pada anak akibat dari pemberian makanan serta asupan yang tidak baik dari
1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) sampai usia dua tahun. Banyak faktor yang
menyebabkan tingginya kejadian stunting pada balita salah satunya asupan ibu
dan bayi.Masyarakat belum menyadari stunting sebagai suatu masalah
dibandingkan dengan permasalahan kurang gizi lainnya.
Kehadiran anak merupakan saat yang di tunggu-tunggu dan sangat
mengembirakan bagi pasangan suami istri.Kehadirannya bukan saja mempererat
tali cinta pasangan suami istri, namun jugasebagai penerus generasi yang sangat
diharapkan oleh keluarga tersebut. Orang tua berharap memiliki anak yang sehat,
baik fisik maupun mental, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan
dikarunai anak sehat. Sering terjadi keadaan anak yang lahir mengalami

31
AstutI Lamit, Masalah Kependekan (Stunting) pada Anak Balita: Analisi Prospek
Penanggulangannya di Indonesia IPB Press, Bogor, Juni 2015, No.01 Hlm 09.
32
Astuti Lamit, Masalah Kependekan (Stunting) pada Anak Balita: Analisis Prospek
penanggulangannya di Indonesia,IPB Press, Bogor, juni 2015, No 01 hlm
19

hambatanperkembangan sejak usia dini. Sebagian anak memang terlahir dalam


keadaan sempurna, secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial mereka terhambat
dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dan potensi secara maksimal.

b. Aspek penyebab terjadinya Stunting


Waterlo JC, berpendapat tentang beberapa penelitian menemukan gagal
tumbuh sudah terjadi sejak usia bayi 3 bulan berarti hal ini menunjukan bahwa
kegagalan pertumbuhan sudah terjadi sejak prenatal, bahkan sebelum hamil,
Beberapa cara dapat menilai gagal tumbeh eberapa cara dapat menilai gagal
tumbuh janin selama kehamilan, yaitu dengan mengukur ukuran antropometri
seperti kenaikan berat badan selama hamil, menilai status Kurang Energi
Kronis(KEK), serta mengukur pertumbuhan janin dengan menngunakan alat
Ultrasonogrphy (USG).
Ramakrishan U et al, Kenaikan berat badan rendah dapat menggambarkan
adanya gagal tumbuh atau berkaitan dengan Intra Uterine Growth Reterdation
(IUGR) penilaian KEK sangat mudah dilakukan dan banyak dipakai dalam gizi
dan kesehatan, hanya dengan mengukur lingkar lengan atas (LLA) bila ukuran
LLA<23,5 cm disebut mengalami Kek.33
Saraswati dan Sumarno, berpendapat bahwa Ibu hamil Kek mempunyai
resiko 232 persen lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR sehingga
menimbulkan penyakit degenerative pada usia dewasa selain itu ukuran
antrometri lain pada ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi terhadap persalinan
adalah tinggi badan ibu hamil yang pendek (TB<150 cm) beresiko melahirkan
bayi BBLR.34
Villar J dan Belizan JM, mengemukakan bahwa Gagal tumbuh apat terjadi
sejak dini, yaitu pada trime ster pertama kehamilan yang dapat menyebabkan
pengurangan penurunan pertumbuhan pada kerangka atau Skeletaldan jaringan

33
Ismi Trihardiani, Faktor Resiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Wilayah Kerja
Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Artikel Penelitian Program Studi
Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro. Semarang. 2011 Hlm 22
34
Edwi Saraswati dan Imam Sumarno, Resiko Ibu Hamil Kurang Energy Kronis (KEK)
Dan Anemia Untuk Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hlm 44
20

lunak kemudian gangguan pertumbuhan akan dilanjutkan setelah bayi lahir dan
sampai usia 2 atau 3 tahun.
Setelah lahir atau sampai setahun pertumbuhan dalam panjang atau tinggi
badan secara proporsional lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan berat
badan sebagai perbandingan bayi umur setahun berat badan mencapai 3 kali berat
badan lahir, sedangkan tinggi badan hanya bertambah 50 persennya. Faktor
lingkungan berperan dalam pencapaian panjang dadan yang optimal.
Prongillo EA, Banyak anak di bawah dua tahun dinegara berkembang tidak
dapat mencapai tinggi optimal sesuai panjang dan umur kasus kependekan terjadi
pada usia sebelum 3 tahun dan anak yang pendek biasanya menjadi dewasa yang
penek pula, karena merupakan kurang gizi kronis maka terjadinya kependekan
merupakan suatu proses yang panjang.35

3. Religiustas.
a. Pengertian Religiustas
Religi : kata religi atau reliji, berasal dari religie (Bahsa Belanda), atau
religion (bahasa inggris), masuk kedalam perbedaharaan bahasa Indonesia di
bawah oleh orang-orang (Belanda dan Inggris) yang menjajah Indonesia dan
nusantara dengan membawa dan sekaligus menyebarkan agama Kristen dan
Katholik. Kata religi atau religion itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yang
berasal dari kata relegere atau relegare. Kata Relegare mempunyai pengertian
dasar “berhati-hati” dan berpegang pada norma-norma atau aturan-aturan secara
ketat. Dalam arti bahwa religi tersebut merupakan suatu keyakinan, nilai-nilai
dan norma-norma hidup yang harus di pegangi dan dijaga dengan penuh
perhatian, agar jangan sampai menyimpang dan lepas. Kata dasar relegare,berarti
“mengikat” yang maksudnya adalah mengikatkan diri pada kekuatan gaib yang
suci. Dengan demikian kata religi adalah keyakinan akan adanya kekuatan gaib
yang suci, yang menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia,
yang dihadapi secara hat-hati dan diikuti jalan-jalan dan aturan-aturan serta

35
Ibid. Hlm 33-37
21

norma yang ketat agar tidak sampai menyipang atau lepas dari kehendak jalan
yang ditetapkanoleh kekuatan gaib yang suci tersebut.36
Harun Nasutian, menurut pengertian agama berdasarkan asal kata yaitu
Al-Din, religi (relegere. Religare) dan agama, Al-Din (semit) dalam undang-
undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab kata itu mengandung arti
menguasai, menundukan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Kata religi (latin)
atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti
mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a=tidak gam=pergi mengandung arti
tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun temurun. Menurut Hanun Nasution
Agama adalah
1. pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi
2. pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia
3. mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada
sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-
perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu
5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari sesuatu kekuatan
gaib
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber
pada sesuatu gaib
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar
manusia 37
Sidi Gazalba, dalam memberikan deskripsi tentang pengertian agama atau
religi, menjelaskan sebagai berikut: religi adalah kecendrungan rohani manusia,
yang berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputisegalanya, makna
yang terakhir, hakikat dari semuahnya itu. Religi mencari nilai dan makna dalam
sesuatu, yang berbeda sama sekali dari segala sesuatu yang dikenal, karena itu
36
Muhaimin, Abdul Mujib Dan Jusuf Mudzakir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam
(Jakarta: Kencana,2005), Hlm.34
37
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Rajagrafindo Persada 2012). Hlm.12-13.
22

dikatakan bahwa religi itu berhubungan dengan yang kudus. Menusia mengakui
adanya dan bergantung mutlak pada yang kudus, yang dihayati sebagai tenaga di
atas manusia dan diluar kontrolnya, untuk mendapatkan pertolongan dari
padanya, manusia dengan cara bersama-sama menjalankan ajaran, upacara, dan
tindakan dalam usahanya itu.38
Religiustas adalah satu kesatuan unsur yang komfrehensif, yang
menjadikan seseorang disebut sebagai orang yang beragama (being religious),
dan bukan sekedar mengaku mempunyai agama (having religious). Religiustas
meliputi pengetahuan Agama, penggalaman Agama, perilaku (moralitas) agama,
dan sikap sosial keagamaan. Dalam islam religiustas, pada garis besarnya
tercermil dalam pengamalan akidah, syaria‟ah dan ahlak. Atau dengan ungkapan
lain: iman, islam, dan ihsan.

b. Aspek-aspek religiustas.
Glock dan Stark seperti yang dikutip oleh Djamaluddin Ancok dan Fuad
Nashori, terdapat lima macam dimensi keagamaan, yaitu:
1. Dimensi Keyakinan (ideologi) berisikan pengharapan-pengharapan dimana
orang yang religius berpegang teguh pada pandagan teologis tertentu,
mengakui kebenaran-kebenaran doktrin tersebut
2. Dimensi peribadatan atau praktek (rituakistik) ciri yang tampak dari riligiustas
seorang muslim adalah dari perilaku ibadahnya kepada Allah azza wa jalla.
Dimensi ini dapat diketahui dari sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang
dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ibadah sebagaimana yang diperintahkan
oleh agamanya.
3. Dimensi penggalaman adalah Wujud reliustas yang semestinya dapat segera
diketahui adalah perilaku sosial seseorang. Kalau seseorang selalu melakukan
perilaku positif dan konstruktif kepada orang lain dengan motivasi agama,
maka itu adalah wujud keberagamaanya.

38
Ibid. Hlm 42-42
23

4. Dimensi ihsan (penghayatan) sesudah memiliki keyakinan yang tinggi dan


melaksanakan ajaran agama (baik ibadah maupun amal) dalam tingkatan yang
optimal, maka dicapailah situasi ihsan.
5. Dimensi pengetahuan, aspek ini berkaitan dengan pengetahuan dan
pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Orang-orang yang
beragama paling tidak harus mengetahu hal-hal yang pokok mengenai dasar-
dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.39

c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi religiustas.


Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap keagamaan atau
religiustas menurut Thouless adalah:
1. Penggaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial
2. Berbagai pengalaman yang membantu sikap keagamaan terutama
penggalaman-pengalaman mengenai keindahan, keselarasan, kebaikan i dunia,
konflik moral, dan pengalaman emosional keagaman (faktor afektif)
3. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan-kebutuhan
yang tidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan yaitu jenis
kebutuhan berhubungan dengan jaminan keamanan stbilitas, perlindungan,
struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan bebas dari rasa takut cemas
dan lain sebagainya, cinta kasih yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki,
memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan dan
kekeluargaan, harga diri yaitu perasaan dihargai orang lain serta pengakuan
dari orang lain, serta ancaman kematian.
4. Berbagai proses pemikiran verbal (Faktor Intelektual) yaitu penggaruh
pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial, penggalaman
keagamaan, faktor tumbuh dari kebutuhan yang tidak terpenuhi serta berbagai
proses pemikiran verbal.40

39
Puad Nasori dan Mucharam, R.D, Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif
Psikologi Islami, Hlm. 78
40
Ibid. Hlm 80.
24

F. Metode Penelitian
Penelitian yang berjudul Psikologis Orang Tua yang memiliki Anak
Stunting di Desa Teluk Kecamatan Pemayung , Peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulagi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif.41
Menurut Fattah Hanurawan metode penelitian kualitatif adalah aktivitas
yang menempatkan penelitian ini dalam suatu dunia tertentu yang terdiri dari
serangkaian praktik interpretif menjadi akan terungkap. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah interprestasi terhadap lingkungan
naturalistik sehingga fenomena makna subjektif partisipan penelitian tentang
suatu objek menjadi dapat tersampaikan dengan baik dan benar.42

1. Pendekatan Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan untuk mengetahui Psikologis Orang tua
yang memiliki anak Stunting adalah jenis penelitian Kualitatif, Penelitian
Kualitatif Menurut Denzim dan Lincoln adalah penelitian yang menggunakan
latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada Jenis penelitian yang peneliti
pilih yaitu: penelitian Studi Kasus (Case Study) adalah suatu penelitian kualitatif
yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh
pengertian serta pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok atau
situasi43
Penulis mengarahkan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah secara

41
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung:Alfabet,
2013), Hlm.43
42
Fatta Hanurawan, Metode Penelitian Kualitatif untuk ilmu Psikologi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persa da, 2016), Hlm 26.
43
Prof. Dr. Emzir, M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data ( Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada 2012) Hlm.20
25

sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi dengan


menggambarkan atau menguraikan dan fakta-fakta tersbut.Jenis penelitian
deskriptif kualitatif merupakan sebuah penelitian yang memanfaatkan data
kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif. Jenis penelitian deskriptif kualitatif
kerap digunakan untuk menganalisis kejadian, fenomena, atau keadaan secara
sosial

2. Setting dan Subjek Penelitian


Setting dan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah di laksanakan di
Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Btang Hari. Pemilihan setting
didasarkan atas pertimbangan letak gografis yang sering dikunjungi oleh peneliti.
Adapun Subjek penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak stunting di
Desa Teluk Kecamatan Pemayung Kabupaten Batang Hari adalah 4 aresponden
yang akanmenjadi subjek penelitian. Adapun teknik mendapatkan informan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan cara purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu dimana misalnya
orang tersebut di anggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga memudahkan penulis menjelajahi obyek
atau situasi sosial yang diteleti.44 Berdasarkan pemilihan subjek secara purposive
sampling , maka ditetapkan orang tua yang memiliki anak Stunting di Desa Teluk
sebagai Informan kunci (key informan), kepala Desa Teluk sebagai informan
tambahan.

3. Sumber dan Jenis Data


1. Sumber Data
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data yaitu terdiri dari
manusia, situasi atau peristiwa, serta dokumentasi, sumber data manusia
yang dimaksud yaitu melalui wawancara. Sumber data peristiwa berupa
suasana, ruang dan proses. Adapun sumber data dokumen adalah berbagai
referensi yang menjadi bahan rujukan dan berkaitan dengan masalah yang

44
Sugiono, Op.Cit, Hal.300.
26

diteliti. Sumber data penelitian ini adalah hasil wawancara dengan para
informan penelitian dan hasil observasi penelitian. Jenis Data
Secara umum jenis data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan
sekunder.45
a. Data Primer.
Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumber data
tanpa perantara. Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah
hasil wawancara dengan narasumber yaitu, Orang Tua yang memiliki
Anak Stunting di Desa Teluk Kecamtan Pemayung.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berupa data-data yang sudah
tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat
atau mendengarkan. Data sekunder diperoleh dari catatan dan dokumen
Stunting yang ada di Desa Teluk.

4. Teknik Pengumpulan Data


Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif dan sumber data yang digunakan,
maka secara umum teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara
dan dokumentasi dengan uraian sebagai berikut:46
a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek yang
lain.
Segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation, selanjutnya dari segi instrument yang digunakan maka, observasi
dapat dibedakan menjadi tersruktur dan tidak terstruktur.
45
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2015), hal 85
46
Ibid, Hlm.145
27

Penelitianini dari teknik observasi peneliti menggunakan cara observasi


non partisipan, sedangkan dari segi instrument yang digunakan, peneliti
memakai cara observasi tertsruktur yakni, observasi yang telah dirancang
secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, yaitu Kondisi psikologis
orang tua yang memiliki anak stunting, faktor apa saja yang menjadi pemicu
serta tingkat Religiustas orang tua yang memiliki anak Stunting, penelitian ini
Dilakukan pada bulan agustus 2020 bertempat Di Desa Teluk.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.
Esterbeg mendefenisikan wawancara merupakan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topic tertentu.47
Dalam hal teknik pengumpulan data melalui wawancara, peneliti
menggunakan teknik wawancara terstruktur. Wawancara tertruktur digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpulan data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh
karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan
intrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis tentang bagaimana
hubungan interpersonal reponden dengan lingkungan, apakah emosi responden
stabil memiliki anak Stunting, apakah responden peka terhadap kesehatan serta
lingkungan sekitar, bagaimana perilaku yang muncul ketika bersama orang lain
pertanyaan yang di berikan seputar dampak tekanan psikologis, faktor pemicu
tekanan psikologis serta tingkat religiustas.
Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan
yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara tertruktur ini
pula, pengumpul data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai
pengumpul data.

47
Ibid, Hlm, 233
28

c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dipaparkan oleh pakar penelitian adalah istilah
dokumen untuk merujuk pada bahan-bahan seperti foto, vidio, film, memo,
surat, buku harian, catatan informasi tambahan sebagai bagian dari studi kasus
yang sumber datanya adalah observasi partisivan atau wawancara48 Metode
dokumentasi peneliti untuk mendapatkan data yang berkaitan tentang dampak
tekanan psikologis orang tua yang memiliki anak Stunting di Desa Teluk
Kecamatan Pemayung.

5. Teknik Analisis Data


Secara umum dinyatakan bahwa analisis data merupakan suatu
pencarian, pola-pola dalam data perilaku yang muncul, objek-objek, terkait
dengan fokus penelitian.Suatu pola diintifikasikan dan diinterpretasi kedalam
istilah-istilah teori sosial atau latar, dimana teori sosial itu terjadi.
Disamping itu, analisis data merupakan suatu proses penyelidikan dan
pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan dan materiil
lainnya yang peneliti kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman peneliti
sendiri tentang data.
Analisi data dalam penelitian ini dilakukan sejak pengumpulan data
secara keseluruhan. Data kemudian di cek kembali secara berulang dan untuk
mencocokan data yang diperoleh, data disistematiskan dan diinterprestasikan
secara logis, sehingga diperoleh data yang abash dan kredibel.49 Sementara itu,
untuk memproses analisis data dalam model miles dan huberman, dapat
melalui tiga proses, yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data atau
merangkum dan memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting,
memcari tema dan strateginya. Dengan demikian data yang telah di reduksi
48
M. Djunaidi Ghony, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017),
hal 199
49
M. Djunaidi Ghony, Metode Penelitian Kualitatif, Ibid, 246
29

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti


untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Penulis memusatkan pada orang tua yang memiliki anak
stunting di desa teluk pada tekanan psikologis, faktor pemicu adanya
tekanan psikologis serta tingkat religiustas orang tua yang memiliki anak
stunting di Desa Teluk.
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah men-display-
kan data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dalam bentuk
uraian singkat, bagan, dan hubungan antara kategori. Dengan men-display-
kan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah di pahami, data
yang di sajikan berdasarkan observasi yang dilakukan pada Orang tua yang
memiliki Anak Stunting Di Desa Teluk.
c. Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huberman
verifikasi adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang dikemukan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, di dukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Penulis menganalisis berdasarkan observasi yang
di lakukan dapat di tarik yaitu: tekanan psikologis yang muncul, faktor yang
menjadi pemicu tekanan psikologis serta tingkat religiustas orang tua yang
memiliki anak stunting di Desa Teluk, penarikan kesimpulan ini
menunjukan bahwa adanya tekanan psikologis yang muncul seperti emosi
yang tidak stabil, menarik diri dari lingkungan sekitar, cemas berlebihan,
pola makan dan pola tidur tidak teratur serta isi pembicaraan kacau.
30

G. Pemeriksaan keabsahan Data


Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercaya, maka peneliti
melakukan teknik pemeriksaan kebasahan data melalui empat cara yaitu:
1. Perpanjangan Keikutsertaan.
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti dilokasi secara cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data,
karena kesalahan penilaian data oleh peneliti atau responden, disengaja atau
tidak disengaja. Keikut sertaan penulis dalam penelitian ini di mulai pada
tanggal 15 januari hingga pada tanggal 5 maret 2021 untuk melakukan
observasi, wawancara serta pengamatan dari konsistensi jawaban responden.
2. Ketekunan Pengamatan.
Ketekunan pengamatan yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor
tersebut selanjutnya di telaah. Dalam melakukan penelitian penulis sangat
memperhatikan rincian dari jawaban yang muncul dari wawancara yang
dilakukan bersama orang tua yang memiliki tekanan psikologis seperti
konsistensi jawaban, serta jawaban-jawaban yang di lontarkan oleh responden,
pemahaman bahasa, ekspresi serta mimik wajah responden yaitu orang tua
penderita anak stunting.
3. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu diluar data pokok, untuk keperluan pengecekan
reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai
data yang diperoleh dari berbagai informan. Terdapat empat macam teknik
yaitu teknik pemeriksaan menggunakan sumber, metode, penyidik dan teori.50
Dari observasi awal yang dilakukan menunjukan bahwa jumlah anak
Stunting yang ada di Desa Teluk Kecamatan Pemayung berjumlah 4 anak
yaitu: Dalam hal terhambatnya perkembangan anak maka memunculkan
tekanan psikologis orang tua, ada beberapa hal yang menjadi pemicu salah

50
M. Djunaidi Ghony, Metode Penelitian Kualitatif, Ibid., -3320-322
31

satunya adalah rasa malu yang akan menjadi tekanan emosi seperti sedih,
marah, dan kecewa orang tua, mengurung diri dari lingkungan sosial
bermasyarakat dan lain sebagainya, orang tua akan mengabaikan anak yang
seharusnya mendapat perhatian oleh pihak kesehatan untuk mencegah
terhambatnya beberapa perkembangan anak stunting.
Orang tua yang memiliki anak stunting cendrung malu untuk pergi
memeriksakan kondisi anak ke posyandu, puskesmas, ataupun Puskesdes
karena kondisi anak yang berbeda dari kebanyakan anak lainnya, orang tua
mengabaikan kondisi anak sehingga anak yang harusnya mendapatkan
perhatian kesehatan malah memperburuk kondisi anak tersebut.
Orang tua yang memiliki anak stunting menyalahkan suami atas kondisi
anak karena kurang nya nafkah sehingga asupan saat hamil sampai melahirkan
kurang maksimal, sehingga menjadi salah satu pemicu pengabaian terhadap
kondisi anak. Orang tua penutup diri dari lingkungan sekitar karena tidak ingin
mendengar anggapan orang lain terhadap kondisi anak.
Orang tua yang mengalami tekanan psikologis akibat anak yang memiliki
kekurangan dari segi pisik, akan cendrung malu berada di tengah keramaian
terutama di dalam hubungan bermasyarakat, berbagai tekanan yang bersumber
dari masyarakat akan menyakitin orang tua, baik itu sikis maupun psikis nya,
orang tua mudah tersurut emosi, tidak terbuka ataupun cendrung menutup diri
dari lingkungan.

H. Studi Relevan
Penelitian terdahulu memuat bahasan tentang penelusuran penulis terhadap
berbagaibahan literature yang telah memberikan informasi dalam pengaaman
materi penelittian, tulisan buku atau jurnal kegiatan akademis lainnya seperti
seminar terdahulu berkenaan atau berdekatan dengan focus kajian yang akan
dilakukan dari segi posisinya, penelitian terdahulu bisa saja sebagai tulisan yang
terdiri dari sebuah profosal atau penelitian ataubagian-bagian dari sebuah
makalah. Berdasarkan penelusuran peneliti, terdapat karya yang membahas
tentang Psikologis orang tua yang memiliki anak Stunting yaitu:
32

1. Penelitian yang dilakukan oleh Jatirahayu, Rasita pada tahun 2017 Dengan
judul Dampak Psikologis pada Caregiver Afasia. Penelitian merupakan jenis
penelitian observasi dan wawancara, dengan metode penelitian Kualitatif,
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dampak apa saja akan di
timbulkan oleh penderita Caregiver Afasia. Perbedaan penelitian ini dengan
Karya penulis adalah karya ilmiah ini tentang Caregiver Afasia sedangkan
penulis meneliti tentang tekanan psikologis orag tua yang memiliki anak
Stunting. Lokasi penelitan pun berbeda.
2. Penelitian yang dilakukan oleh utari juliani tahun 2018 dengan judul
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di
Paud Al Fitrah Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun
2018 karya utari juliani penelitian ini merupakan Jenis penelitian yang
digunakan adalah jenis penelitian analitik dengan pendekatan penelitian
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian dimana variabel
independen dan variabel dependen diambil dalam waktu bers amaan. Penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Kejadian Stunting pada Balita di PAUD Al Fitrah Kec. Sei Rampah, Kab.
Serdang Bedagai Tahun 2018. Persamaan karya ini dengan penulis adalah
sama-sama membahas tentang kejadian Stunting.
3. Penelitian yang dilakukan oleh sri yatun 2015 dengan judul Situasi Psikologis
Keluarga Dalam Mengembangkan Religiusitas Anak Pada Keluarga Jawa,
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif tinjauan
fenomenologis. Gejala penelitian yang menjadi fokus pembahasan dan hendak
diungkap adalah memahami dan mendeskripsikan situasi psikologis keluarga
dalam mengembangkan religiusitas anak pada keluarga jawa. Pemilihan
informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Karakteristik
informan dalam penelitian ini antara lain: Asli kelahiran dan berdomisili di
Jawa (Surakarta). Perbedaannya pada responden yang di teliliti, persamaannya
adalah sama-sama membahahas situasi psikologis.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Lutfiana Oktadila Nurjanah tahun 2018 dengan
judul Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian stunting Di Wilayah
33

Kerja UPT Puskesmas Klecorejo Kabupaten Madiun, penelitian ini


menggunakan jenis penelitian observasional analitin dengan jumlah sampel
sebanyak 275 dari 966 balita yang diambil dengan teknik simple random
sampling. Analisa data yang digunakan adalah univariat. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian peneliti adalah metode pe nelitian, jumlah sampel, lokasi
peneliti, serta analisa data, persamaan nya adalah sama-sama membahas
tentang Stunting.
Dari beberapa Studi relevan di atas tentu berbeda dengan karya yang
akan peneliti selesaikan, peneliti lebih memusatkan pada Psikologis Orang Tua
Yang memiliki Anak Stunting di Desa Teluk Kecamatan Pemayung. Titik
fokus peneliti ini adalah pada Dampak Tekanan Psikologis Orang tua, Faktor
Pemicu adanya Tekanan Psikologis yang Muncul Serta Tingkat Religiustas
Orang Tua Yang Memiliki Anak Stunting Di Desa Teluk.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Geografis dan historis


1. Geografis
Secara geografis Desa Teluk terletak di bagian Utara Kabupaten Batanghari
dan merupakan salah satu desa yang berada di pintu masuk kabupaten Batang
Hari dari kota Provinsi secara Topografi Desa Teluk Termasuk dalam Daerah
dataran Rendah dan merupakan daerah yang sangat Strategis untuk lahan
pertanian dan perkebunan dan juga lokasi pengembangan usaha perikanan air
tawar dengan luas wilayah 50 KM2dan berada posisi di atas 1015‟1 Lintang
Selatan sampai dengan 2020‟ Lintang Selatan dan di antara 102030‟ Bujur Timur
sampai dengan 10400‟ Bujur Timur. Dengan batas wilayah sebagai berikut:51
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rantau Majo
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Olak Rambahan
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Batang Hari atau Pulau Raman
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tantan dan Pulau Kayu aro

Tabel 2.1
Luas Wilayah Desa Teluk adalah 8.838 Ha, yang terdiri dari:
No Uraian Luas Keterangan
1 Tanah sawah 427 Ha
2 Tanah perkarangan 42 Ha
3 Tanah Pertanian 3678 Ha
4 Tanah Perkebunan 4693 Ha
5 Tempat Pemakaman Umum 6 Ha
6 Tanah Perkantoran 11 Ha
7 Tanah Jalan 7,5 Ha
8 Tanah fasilitas Olahraga 2,5 Ha

51
Dokumentasi buku RPMJDes Desa Teluk Kecamatan pemayung, 2021

34
35

Keadaan Topografi Desa Teluk di lihat secara umum keadaan merupakan


Daerah yang di aliri Sungai Batang Hari yang beriklim sebagaimana desa-desa di
Kabupaten Batanghari mempunyai iklim kemarau dan penghujan.Hal tersebut
mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam pertanian yang ada di Desa
Teluk.
Tabel 2.2
Orbitibilitas/jarak Antar Ibu Kota
Jarak (KM) Desa Teluk Ibu Kota Kec. Ibu Kota Kab. Ibu Kota
Prov.
Desa Teluk 0 17 42 33

Ibu Kota Kec 17 0 28 36

Ibu Kota Kab 42 28 0 65

Ibu Kota Prov 33 36 65 0

2. Kependukan
Jumlah penduduk yang besar bisa menjadi moral dasar pembangunan
sekaligus bisa menjadi beban pembangunan.Jumlah pendudukan Desa Teluk
adalah 3.295 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 932 KK.Agar dapat menjadi
dasar pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus disertai kualitas
SDM yang tinggi. Berkaitan dengan kependudukan, aspek yang penting antara
lain perkembangan jumlah penduduk, kepadatan penduduk serta Strukturnya.
Jumlah penduduk menurut kepercayaan : Islam : 100%52
3. Keadaan Sosial
a. Keagamaan
Penduduk Desa Teluk 100% memeluk Agama Islam dan 0%
beragama Kristen atau yang lainnya. Kegiatan keagamaan islam di tunjang
oleh sarana peribadatan yaitu: 1unit masjid, 4 buah langgar, 1 MDTA, 1
MTSS, 2 SD, 1 SMP. Selain itu, ada kegiatan keagamaan dan

52
Dokumentasi buku RPMJDes Desa Teluk Kecamatan pemayung, 2021
36

kemasyarakatan, seperti yasinan rutin malam jum‟at, hari minggu serta


gontong royong setiap jum‟at pagi.
b. Organisasi Sosial
Usaha menjaga stabilitas sosial masyarakat di Desa Teluk terdapat
KPMD dan BPD.
c. Kebudayaan
Masyarakat Desa Teluk masih memegang kuat solidaritas kuat
kegontong-royongan dalam setiap kegiatan kemasyarakatan maupun
keagamaan Sumber daya manusia/Perekonomian
Berdasarkan bentuk dan keberadaan Desa Teluk, maka kegiatan
ekonomi masyarakat sebagai berikut:
1. Buruh Pedagang
Selain mengangtungkan hidup pada perkebunan karet, pinang dan
perkebunan sawit ada juga masyarakat yang berdagang kebutuhan pokok
sehari-hari, seperti baju, beras dan juga Desa Teluk ini terdapat sebuah
pasar 68 karena buka jam 6 dan akan tutup jam 8 setiap harinya.
2. Peternak
Sebagai usaha sambilan masyarakat Desa Teluk seperti beternak sapi,
kambing, kerbau, ayam, itik dan ikan.
3. Pengawai Negeri Sipil (PNS)
Pada umumnya PNS di Desa Teluk adalah tenaga pendidik (guru) SD,
nmaun dari semualapangan usaha tersebut tetap saja hasil utama
masyarakat Desa Teluk adalah Nelayan.53
d. Kesehatan
Sektor kesehatan di Desa Teluk masih merujuk ke Puskesdes induk
yang ada di Desa Teluk yang cukup memadai dengan adanya Puskesdes
yang dikelolah oleh Bidan Desa yang senantiasa memberikan penyuluhan
dan pelayanan Masyarakat Desa Teluk

53
Dokumentasi buku RPMJDes Desa Teluk Kecamatan pemayung, 2021
37

Tabel 2.3
Keadaan Sarana dan Prasarana di Desa Teluk Kecamatan Pemayung

No Uraian Jumlah Keterangan


1 Masjid 1 Baik
2 Musholah 4 Baik
3 Posyandu 1 Baik
4 Taman kanak-kanak 1 Kurang baik
5 Gedung Piaud 1 Baik
6 Sekolah Dasar 2 Baik
7 MDTA 1 Baik
8 MTS 1 Baik
9 SLTP 1 Baik
10 Perikanan 1 Kurang baik
11 Perternakan 2 Baik

Jika dilihat dari beberapa fasilitas penunjang kesehatan, tempat beribadah,


fasilitas belajar, serta perikanan dan peternakan yang ada di Desa Teluk
Kecamatan Pemayung, kondisinya cukup baik, tak kadang juga menjadi daya tarik
tersendiri untuk orang luar yang menjadi pengujung di Desa Teluk.

B. Sejarah Desa Teluk.


Desa Teluk berdiri sekitar abad ke-18 masehi pada awal mulanya desa ini
belum bernama Desa Teluk, masih bernama Kampung Kembang Taring,
lokasinya semula terletak disebelah barat pemukiman penduduk yang
sekarang dan mayoritas penduduknya adalah keturunan asli melayu Jambi
Kampung Kembang Taring yang letaknya disebrang sungai Batanghari dan
sebelah barat berbatasan dengan kampong Tahtudaren dan sebelah utaranya
berbatasan dengan Kampong Tanjung Rambahan.54

54
Dokumentasi RPMJDes Desa Teluk kecamatan Pemayung, 2021.
38

Sebagaimana sejarah yang diceritakan oleh tokoh masyarakat pada


zaman dahulu dikampung tahtudaren hiduplah seorang gadis cantik yang
rupawan saking cantiknya sangdarah ini membuat setiap pemuda yang
melihatnya dan memandangnya terpesona maka gadis ini disebut sebagai
kembang desa dan menjadi rebutan para pemuda para pemuda pada zamannya
sampai akhirnya pada satu ketika datanglah seorang pemuda dari Kampong
Tanjung Rambahan ke Kampung Tahtudaren dan meminang sang gadis cantik
kembang Kampung ini tadi dan melihat dan mendengar kesunguhan pemuda
ini tadi maka sang gadis dengan izin kedua orang tuanya menerima lamaran
sang pemuda dan merekapun bertunangan.55
Selang beberapa waktu bertunagan mereka ingin melanjutkan kejenjang
pernikahan dan untuk menikah sang pemuda bermaksud ingin melaksanakan
pestanya dengan meriah dan memotong satu ekor kerbau sebagai lauk pada
pestanya nanti lalusang pemuda tersebut lalu menceritakan niatnya kepada
sang gadis dan meminta izin kepada sang gadis namun kedua orang tuanya
tidak mengizinkannya mengigat waktu untuk melaksanakan perikahan
tidaklah begitu lama.
Kemudian pemuda ini tetap kukuh pada niatnya untuk pergi membeli
kerbau setelah mendengar dan melihat tekad sang tunagan ini akhirnya sang
gadis dan kedua orang tuanya mengizinkan pemuda ini pergi dengan syarat
harus kembali dalam waktu paling lambat tiga bulan dari saat itu dan jika
tidak kembali dalam waktu tiga bulan maka pertunagan mereka batal dan sang
gadis boleh memilih dan menerima laki-laki lain sebagai suaminya dan
pemuda ini menyetujui syarat tersebut.
Maka pemuda inipun berangkatlah dari kampungnya sehubungan pada
zaman tersebut belum tersedia jalan dan kendaraan yang cepat dan jalan dari
satu-kampungnya ke yang lain sangatlah jauh akhirnyadalam waktu yang
ditempokan oleh sang gadispun yaitu tiga bulan pun berlalu namun sang
pemuda belum juga kembali dari perantaunnya mencari kerbau karena sang
gadis ini sangat mengiginkan pemuda ini menjadi suaminya maka ia meminta

55
Dokumentasi buku RPMJDes Desa Teluk Kecamatan pemayung, 2021
39

izin orang tuanya untuk menunggu selama tiga bulan lagi namun stelah
ditunggu-tunggu selama tiga bulan pemuda tunagannya belum juga kunjung
datang sang gadis dan kedua orang tuanya memutuskan untuk memutuskan
pertunangannya dengan sang pemuda dari Kampung Tanjung Rambahan
tunagannya, selang bebrapa waktu setelah memutuskan pertunagannya sang
gadis rupawan ini dilamar oleh seorang pemuda sekampungnya. Sewaktu
memulai persiapan pernikahan tetapi sekarang masyarakat desa Teluk
menyebutnya dengan dengan Numbuk Bumbu Masak.
Maka datanglah lelaki ini pulang dari perantauan membawa satu ekor
kerbau dengan menggunakan rakit. Masyarakat Kampung Tahtuddaren sempat
terkejut dengan pulangnya lelaki ini, namun lelaki ini bersikap sanati dan
merelakan si gadis cantik ini menikah dengan lelaki lain, tetapi lelaki ini
mempunyai permintaan, yaitu Kerbau yang ia beli di berikan untuk acara
pernikahan gadis tersebut dan mengundang seluruh warga kampong, Meminta
untuk menjadi tukang kipas pengantin, Meminta menyuapkan nasi kuning
kepada kedua mempelai56
Terkecuali anak kecil yang tertelungkup dibawah kuali/wajan yaitu
bernama Samell. Dari kejadian ini, masyarakat Kampung Tanjung Rambahan
dan Kampung Kembang Taring merasa khawatir akan adanya serangan dari
Kampung Tahtuddaren maka masyarakat mulai berangsur-angsur pindah
kesebelah Timur yaitu Desa Teluk Sekarang.57Pada era itu desa kembang
taring banyak mengalami peristiwa-peristiwa tragis yang menimpa
masyarakatnya, dan khawatir hal-hal tersebut akan berulang akhirnya para
sesepuh desa sepakat berembuk (musyawarah) tentunya banyak pertentangan
yang terjadi dalam menentukan keputusan perubahan nama desa, pada rembuk
itu namun dengan mempertimbangkan banyak hal dan khusunya tentang
bagaimana masyarakat desa ini kedepannya akhirnya di tetapkanlah satu
kesepakatan untuk mengubah nama desa dari Kembang Taring ke Desa Teluk
karena para sesepuh desa tidak ingin orang lain

56
Dokumentasi Desa, Buku RPMJDesa tahun 2021
57
Dokumentasi RPMJDesa Desa Teluk Kecamatan Pemayung, 2021.
40

Dinamakan Desa Teluk ini juga disesuaikan dengan letaknya dilekukan


lingkungan sungai Batanghari yang sebelah hulunya terdapat tanjung yang
panjang maka lekukan sungai Batanghari ini di sebut Teluk yang dijadikan
Kampung/Desa Teluk ini.

C. Struktur Organisasi
Sebagai satuan organisasi tidak akan terlepas dari suatu organisasi
kepengurusan. Maju atau tidaknya suatu organisasi sangat ketergantungan pada
manusia yang duduk di kepegurusan tersebut.Ttugas seorang pemimpin untuk
mengantur dan memberikan kebijaksanaan dalam mengantur langkah-langkah
yang harus ditempuh karena pemimpinlah yang bertanggung jawab dan
konsekuen.58
Bagan 2.1
Struktur Organisasi Desa Teluk59
KEPALA DESA TELUK
ABDUSSOMAD
NIP:197206072004061002

SekDesa
MUHAMMAD YUSUF
KasiPem Kepala Kasapoera
SURIANSYAH, A.MD MUHAMMAD

Kepala urusan
keuangan KAUR UMUM
ALFAN, S.PD SITI RAHMATULLAH,
SH

KEPALA DUSUN

KADUS I KADUS II KADUS III KADUS IV


M. YUSRI BUSTOMI M.SABKI HASAN

58
Dokumentasi Desa Teluk Kecamatan Pemayung, 2021
59
Dokumentasi Desa Teluk kecamatan Pemayung 2021.
41

Lembaga pemerintahan desa sebagai penyelenggara kerja, diselenggarakan


secara sistematika, terpimpin dan terarah, karena organisasi dilaksankan untuk
menciptakan proses serangkai yang terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Sebagai mitra kegiatan kerja maka untuk mencapai tujuan mitra itu harus disusun
sebagai tata laksana yang dapat melaksanakan tujuannya masing-masing baik
tujuan umum maupun khusus menurut jenis dan tingkatnya masing-
masing.Didalam suatu badan organisasi, baik di bawah naungan pemerintahan
langsung maupun kemasyarakatan, besar maupun kecil tidak terlepas dari struktur
organisasi.
Tabel 2.4
Daftar Nama Responden Orang Tua Yang Memiliki Anak Stunting Di
Desa Teluk Kecamatn Pemayung.

No Nama bayi Nama orang tua Usia Berat badan Tinggi


badan
Ibu/Ayah
1 Azam aulian Nurmala/ Marion 2,5 tahun 10,8 kg 75,1
cm
putra
2 Fauziah az- Nuraini/ saleh 3,5 tahun 12,6 kg 87,2
cm
zahrah
3 Muna putri Fatimah/Syamsudin 2 tahun 10,9 kg 70,1
cm
4 Nur azizah Nurhasanah/Razali 2 tahun 10,12 kg 71,3
cm

D. Keadaan Fasilitas
Ada tiga hal yang harus ada dalam sebuah organisasi yaitu SDM,
Anggaran, dan Fasilitas.Ketiadaan salah satu dari faktor tersebut maka tidak
mungkin terjadi kegiatan organisasi.Fasilitas merupakan salah satu faktor
yang vital dalam penyelenggaraan organiasi. Berikut fasilitas yang ada di
Desa Teluk:
1. Fasilitas Kesehatan di Desa Teluk.
a. Satu gedung posyandu terletak di wilayah Kadus 1 = memiliki fasilitas
alat pengukur tinggi badan, timbangan berat badan, pemberian vaksin,
42

10 kader Posyandu, 1 bidan desa Teluk, Serta 3 perawat dari puskesams


selat, dilaksanakan pada setiap tanggal 15 stiap bulannya
b. Pustu (Puskesmas Pembantu) terletak di wlayah kadus 2 = memiliki
fasilitas 1 bidan desa, 3 perawat, timbangan berat badan, pengukuran
tinggi badan, apotek mini, ruang konsultasi kesehatan, pemberitan
vitamin dan vaksin, serta kelas ibu hamil.60
2. Fasiitas Tempat Ibadah terdiri dari:
a. 1 buah masjid Terletak di wilayah Kadus 3.
b. 3 buah musholah terletak di wilayah kadus 2 dan kadus 4.
3. Fasilitas pendidikan Terdiri atas:
a. 1 unit MDTA (Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliayah) berada di
wilayah Kadus 2.
b. 1 unit MTS (Madrasal Tsanawiyah) berada di wluah kadus 2.
c. 1 unit SMP (Sekolah Menengah Pertam) teretak
d. di wlayah di wilayah kadus 4.
e. 2 unit SD (Sekolah Dasar) terletak di wilayah kadus 1 dan kadus 4.
f. 1 unit Tk (Taman Kanak-Kanak) terletak di wilayah kadus 2.
g. 1 unit Piaud terletak di wilayah kadus 1.61

E. Visi dan Misi Desa Teluk.


“MUDABERKAWAN”
MAJU, adalah situasi dimana masyarakat desa Teluk yang mampu
menerapkan ilmu Pengertahuan Agama dan Ilmu lingkungan hidup menuju
suatu kehidupan yang lebih baik. Selain kondisi sebagaimana yang dimaksud
diatas saya ingin mengatakan lebih tegas lagi bahwa maju disini adalah
prinsif, dimana dengan prinsif hidup kita akan selalu memperbaiki dan
mengembangkan diri sehingga dapat membuat kondisi hari ini harus harus
lebih baik dari kemaren, dengan kata lain tidak hanya berpikir untuk maju,
sementara kita tidak berbuat apa-apauntuk mencapai kemajuantersebut, maka

60
Hasil Observasi Penulis di Desa Teluk Kecamatan Pemayung Di RT 08.
61
Hasil observasi penulis di Desa Teluk Kecamatan Pemayung.
43

kita harus giat menambah produktifitas nilai dari apa yang sudah kita punya
dan lakukanpada menit seblumnya, walaupun dalam bentuk dan nilai yang
sesederhana mungkin (Akhyarunnas).
UNGGUL, Unggul yang diambil dari makna pada umumnya adalah
lebih atau melebihi dari sesuatu yang lainnya, unggul yang dimaksud disini
dinilai dari konsep perkembangan Desa Teluk kedepan, kami akan berupaya
menjadikan Desa Teluk sebagai desa yang ungul dalam hal pendapatan,
unggul dalam hal kualitas, pelayanan masyarakat, pembangunan, pembinaan
masyarakatnya maupun dalam hal pemberdayaan masyarakatnya sehingga
desa Teluk menjadi desa dengan penuh capain prestasi membanggakan kita
semua.
BERKUALITAS, berbicara tentang kualitas sudah barang tentu kita
berpikir tentang mutu dan nilai dari sesuatu atau hasil dari sesuatu yang kita
kerjakan, setiap usaha dan pekerjaan kita di jalankan dengan baik, dengan niat
dan perencanaan yang baik, proses dan cara yang baik dan dari semua faktor
pendukung yang baik, dengan demikian mudah-mudahan hasil yang kita
peroleh adalah sesuatu yang memilikimutu yang baik. Dalam hal ini kami
akan fokus pada peningkatan mutu dan kualitas tatakelolah pemerintahan,
pembangunan, pelaksanaan bidang pembinaan masyarakat dan pemberdayaan
masyakat, tidak hanya monoton dan berhenti dari satu indikator (bidang) saja,
diantaranya penilaia hanya pada tahapan pekerjaan:
1. Peningkatan perolehan Pendapatan Asli Desa (PADes)
2. Peningkatan produktivitas, kualitas dan nilai tambah hasil pertanian,
peternakan, perkebunan, kehutanan dan perikanan.
3. Pengembangan dunia usaha dan industry mikro dan kecil yang berdaya
saing dan berkelanjutan.
4. Peningkatan pertumbuhan ekonomi berbasis sumberdaya local melalui
keterkaitan Ekonomi antar sektor dan wilayah.
5. Membangun dunia usaha berbasis Syariah.62

62
Dokumentasi Buku RPMJDesa Desa Teluk Kecamatan Pemayung 2021
BAB III
DAMPAK PSIKOLOGIS ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK
STUNTING DI DESA TELUK

A. Psikologis Orang Tua yang memiliki Anak Stunting Di Desa Teluk.


Orang Tua adalah cerminan bagi anaknya, ketika Orang Tua mengalami
gangguan pada Psikologis nya maka akan berdampak pada perkembangan diri,
keluarga bahkan anaknya, seperti pengabaian anak, orang tua lebih suka menutup
diri,mengalami Stress ataupun depresi berlebihan, emosi yang tidak terkontrol,
pola makan dan pola tidur tidak teratur, kecemasan berlebihan, bahkan isi
pembicaraan kosong.
Dalam hal ini akan memunculkan beberapa masalah perkembangan pada
kesehatan anak Stunting, anak yang seharusnya anak mendapatkan perhatian lebih
dari orang tua nya malah terabaikan, berikut beberapa hal yang menyebabkan
adanya tekanan psikologis yang dialami oleh orang tua yang memiliki anak
Stunting di Desa Teluk Kecamatan Pemayung:
1. Menutup diri dari lingkungan sekitar.
Menutup diri dari lingkungan sekitar merupakan salah satu gejala
terganggu nya psikologis seseeorang, karena pada dasarkan sifat manusia adalah
bersosialisasi dengan lingkungannya, jika hal tersebut tidak dilakukan maka ada
hal yang menjadi pemicu mengapa seseorang tidak bersosialisasi, salah satunya
tekanan dari luar, atau tekanan dari dirinya sendiri.
Berdasarkan kondisi yang terjadi pada kondisi psikologis orang tua yang
memiliki anak stunting di desa teluk adalah, orang tua yang memiliki anak
stunting sering merasa malu, minder, menutup diri dari lingkungan serta sungkar
dalam bersosialisasi, ini dapat di lihat dari hasil wawancara yang dilakukan, serta
absensi kehadiran orang tua dalam kelas ibu hamil serta kegiatan posyandu, orang
tua juga mudah tersurut emosinya saat ditanya seputaran kesehatan anak, di
contohkan saat bidan desa menanyakan perkembangan anak, orang tua spontan
menjawab “apa urusan mu terhadap anak saya” Berdasarkan hasil wawancara

44
45

penulis bersama ibu Siti Nuramala orang tua dari anak stunting yang bernama
M.azam Aulian Putra:63
[K]etika pertama kali mengetahui kodisi anak menderita Stunting dari
bidan Desa, saya merasa malu untuk kembali memeriksakan anak saya ke
posyandu, terlebih seolah jika anak saya terlalu mendapat perhatian dari
pihak kesehatan, seperti memberikan makanan tambahan, memberi susu
formula, vitamin serta segala macamnya untuk menunjang kesehatan anak
saya, saya malu dikarenakan adanya perlakukan khusus yang membuat dia
berbeda dengan anak lainnya, saya merasa sangat terpukul menjadi orang
tua, seolah saya tidak mampu untuk mengurus dan membesarkan anak
saya dengan baik. Semenjak anak saya di nyatakan Stunting pada bulan
agustus 2019 sampai saat ini saya sudah tidak pernah lagi memeriksakan
anak saya. Saya juga tidak terlalu suka bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar, karena jika saya keluar rumah dan bertemu dengan orang-orang,
mereka selalu bertanya kenapa tidak ke posyandu lagi? Dan kenapa
kondisi anak saya yang tidak sama dengan teman seusianya yang cendrung
lebih pendek, kecil dan lain sebagainya.
Bahwa Orang tua yang bernama siti Nurmala merasa malu dan menutup
diri dari lingkungan karena memiliki Anak Stunting serta merasa minder karena
anak nya terlalu mendapatkan perhatian dari tenaga kesehatan yang menyebabkan
anaknya terlalu di beda-bedakan dari anak normal lainnya.
Menutup dari dari lingkungan merupakan salah satu dari adanya dampak
tekanan psikologis yang dialami oleh orang tua yang memiliki anak Stuntingdi
Desa Teluk kecamatan Pemayung. Bahwa dalam hal gangguan psikologis pada
orang tua yang ada di Desa Teluk Kecamatan Pemayung adalah menutup diri dari
lingkungan, karena adanya tuntutan kesempurnaan dari sebuah lingkungan untuk
bebrapa kondisi, orang tua yang tidak terlalu kuat dalam kondisi mental dan
tekanan akan memilii menghindari lingkungannya. Berdasarkan hasil wawancara
bersama ibu nuraini yang memiliki anak stunting di Desa Teluk kecamatan
pemayung.
[S]ungkan rasanya untuk keluar rumah bersosialisasi bersama masyarakat
sekitar, merasa tidak nyaman jika di Tanya tentang kondisi anak sekarang,
terlebih mereka sudah mengetahui kondisi yang dialami oleh saya saat
anak, jika lebih jujur lagi saya merasa Malu,

63
Siti Nurmala selaku Orang Tua yang memiliki anak staunting di Desa Teluk kecamatan,
wawancara dilakukan di kediaman Siti Nuramala di Rt 01, 10 februari 2021.
46

Bahwa ibu Fatima merasa malu dan sungkan bersosialisasi karena kondisi
yang dialami anak nya sekarang.64
Ketidak stabilan emosi yang dialami oleh ibu nuraiani membuatnya lebih
memilih menutup diri dari lingkungannya, pertanyaan seputar kesehatan anak nya
membuat bu nuraini lebih memilih tindakan Menutup diri dari lingkungan sekitar
juga di lakukan oleh ibu nuraini yang juga memiliki ekonomi yang cukup tidak
stabil serta tempat tinggal yang jauh dari pemukiman padat penduduk.
[S]ebagai orang tua yang memiliki anak Stunting merasa kebinggunangan
dalam hal pengasuhan anak yang tentu berbeda dengan anak normal
lainnya, mengasingkan diri adalah pilihan yang tepat ditambah dengan
perekonmian yang semakin tidak baik
Bahwa ibu Nuraini lebih memilih menutup diri dari lingkungan karena
merasa binggung terhadap kondisi yang dialami oleh anaknya di tambah dengan
lingkungan yang jauh dari padat penduduk.65
2. Stress ataupun Depresi yang berlebihan
Stress berlebihan akan menyebabkan seseorang mengalami depresi,
depresi berat, ringan ataupun sedang akan berenggaruh pada psikologis
seseorang, sehingga seseorang dengan keadaan psikologis tidak stabil cendrung
bertindaktidak sesuai dengan yang seharusnya.Pengasuhan anak Stunting tentu
berbeda dengan pengasuhan anak normal pada umumnya, dalam hal ini yang
membuat orang tua mengasingkan diri sehingga anak yang seharusnya
mendapatkan perhatian lebih dari segi kesehatan, asupan serta perhatian malah
terabaikan.
Tindakan yang dilakukan oleh orang tua yang memiliki anak Stunting
adalah Sering melamun, merasa terlalu khawatir, rasa cemas berlebihan bahkan ke
tingkat stress yang dialami oleh ibu Nuraini menjadikan iya sering bertengkar
dengan keluarganya. Berdasarkan hasil wawancara penulis bersama ibu nuraini
orang tua dari anak stunting yang bernama fuziah Az-zahra:
[D]itambahkan oleh suami dari ibu nuraini yang bernama M.Saleh bahwa
ibu nuraini sering melamun sehingga anak yang seharusnya mendapat

64
Fatima, orang tua yang memiliki anak stunting di Desa Teluk, wwawancara dengan
penulis pada tanggal 16 februari 2021
65
Nuraini, orang tua yang memiliki anak stunting di Desa Teluk, wawancara dengan
penulis pada tanggal 16 februari 2021.
47

perhatian malah terabaikan ujar dari suami buk nuraiani. Rasa cemas yang
belebihan menjadi pemicu yang kuat, saya merasa khawatir dengan
kehidupan anak yang akan datang, saya sering bertengkar dengan suami
karena pengurusan anak yang harus di barengin dengan bekerja di kebun
karet punya tentangga, saya tidak cukup banyak waktu dan uang
memeriksakan anak saya ke bidan desa ataupun membawa anak saya ke
posyandu.66
Dalam melakukan pengasuhan anak orang tua merasa binggung cara
penanganan yang tepat untuk anak nya karena kesibukan orang tua yang
Smembangi waktu untuk bekerja dan mencari nafkah.
3. Emosi yang tidak terkontrol di barengin dengan tindakan yang menyakiti.
Emosi yang berubah-ubah diiringin tindakan seperti melempar barang-
barang atau apapun yang ada di sekitarnya merupakan gejala adanya tekanan
psikologis, yang akan menjadikan seseorang tidak diterima di lingkungannya,
emosi juga merupakan pelampisan seseorang jika merasa dirinya tidak aman.
Emosi bisa berbentu positif dan negative tergantung penyaluran dan tindakan
yang dilakukan.
Merasa tersurut emosinya saat sering ditanya tentang keadaan ataupun
kondisi perkembangan anak, sehingga Orang tua yang bernama ibu Fatima
melemparkan buku kunjunganposyandu kepada ibu lain. Berdasarkan hasil
wawancara penulis bersama ibu Fatimah dan bapak syamsudin orang tua dari
anak stunting yang bernama Muna Putri:
[S]aya pernah melemparkan buku pemeriksaan sehingga mengenai kepala
ibu lain di posyandu karena terlalu ikut banyak berkomentar tentang
kondisi yang dialami anak saya, saya memiliki beban pikiran yang berat,
memiliki pola makan dan pola tidur yang tidak teratur, sehingga memiliki
tekanan darah tinggi.67
Bahwa Ibu Fatima mengatakan bahwa karena terlalu emosi beliau
melemparkan buku pemeriksaan kepada ibu yang ada di posyandu karena banyak
komentar tentang kondisi anaknya. Peristiwa ini menyebabkan orang tua lain
merasa ibu Fatima adalah orang yang sangat tentramen.

66
Nuraini, selaku orang tua yang memiliki anak stunting bernama fauziah az-zahra di
Desa Teluk, wawancara dengan penulis pada tanggal 10 Januari 2021 di Rt 14.
67
Fatima, selaku orang tua yang memiliki anak Stunting bernama Muna Putri di Desa
Teluk, wawancara dengan penulis pada tanggal 11 januari 2021 di Rt 10.
48

4. Pola makan dan tidur tidak teratur.


Salah satu dari adanya dampak tekanan psikologis adalah pola makan serta
pola tidur yang tidak teratur, pengabaian terhadap anak akan memunculkan
tingkat stress yang tinggi sehingga berpenggaruh kepada menurunnya pola makan
dan kurang nya tidur.
Orang tua yang memiliki anak Stunting yaitu Ibu Nurahasanah merasa
tidak teraturnya pola makan dan pola tidur sehingga kesehatan anak juga ikut
terganggu, karena stress tinggi, pola makan dan tidur tidak teratur berpenggaruh
pada ASI yang di hasilkan.Berdasarkan hasil wawancara penulis bersama ibu
nurhasanah dan bapak Razali orang tua dari anak stunting yang bernama nur
Azizah:
[S]aya memiliki anak yang berbeda dengan anak pada umumnya dari segi
pisik dan berat badan, saya berusaha tetap menerima keadaan ini dengan
tetap memeriksakan anak saya ke posyandu dan pustu terdekat, tetap
menghadiri posyandu, tidak mudah hal ini saya lewati, terutama komentar
orang lain. Saya sering melamunkan hal ini, dan untuk meminimalisir
tekanan emosi saya, saya memilih mengkonsumsi obat temazepan. Tutur
pak razali terkadang istrinya sering berbicara ngelantur dan tidak
konsentrasi jika di Tanya beberapa pertanyaan, seperti anak sudah tidur
atau belum?Anak sudah makan belum?dan lain sebagainya dan ibu
nurhasanah menjawab sapu ada di sanah.68
Bahwa Ibu nurhasanah mencoba menerima kondisi terbaik anak nya
namun untuk mengbuatkan tetap baik di hadapan semua orang beliau
mengkonsumsi obat penenang.
Tekanan psikologis yang dialami seseorang akan menyebabkan beberapa
masalah kesehatan lainnya seperti kurang nya pola makan dan pola tidur,
pemicunya adalah beban pikiran yang terlalu berat sehingga menyebakan kondisi
yang seharusnya baik akan jadi lebih buruk, orang tua yang mengalami hal
tersebut akan lebih muda emosi.
[S]aya bukan orang yang terlalu teratur dalam hal kesehatan, termasuk
makan dan tidur, di saat ada keinginan makan ataupun tidur saya akan
melakukannya, jika tidak saya tidak makan tetapi ini hanya berlaku
untuk makan, tidak sama hal nya dengan tidur, Karena saya orang yang
sangat mudah tidur.

68
Nurhasanah, selaku orang tua yang memiliki anak Stunting bernama Nur Azizah di
Desa Teluk, wawancara dengan penulis pada tanggal 11 januari 2021 di Rt. 07
49

Bahwa ibu nurmala mengalami gangguan pada pola makannya namun


tidak pada pola tidur nya, karena ibu nurmala berangapan dia adalah orang yang
sangat mudah tidur.
5. Kecemasan berlebihan.
Kecemasan merupakan salah satu masalah munculnya tekanan psikologi,
untuk itu perlu adanya keasadaran yang kuat orang tua dalam penaganannya.
Berdasarkan Hasil wawancara bersama ibu Fatima orang tua yang
memiliki anak stunting di Desa Teluk Kecamatan Pemayung.
Kecemasan berlebihan membuat seseorang sulit mengendalikan pikiran
jernihnya sehingga memunculkan berbagai macam kendala lain seperti tidak
tenang, nyeri dada, berdebar-debar, sesak napas, pusing, sakit perut bahkan
pingsan.
[S]aya sering merasa pusing dan sekujur tubuh mendadak dingin saat
berhadapan dengan orang banyak diwaktu memeriksakan anak ke
Posyandu desa, seolah tidak ada kenyamanan di lingkungan saat itu, ini
yang menyebabkan saya menutup diri dari lingkungan terutama ruang
lingkup Posyandu
Bahwa ibu Fatima Sering merasa pusing dan sekujur tubuh dingin saat
berada di lingkungan posyandu karena merasa itu lingkungan yang kurang
nyaman.69
6. isi pembicaraan kosong
Orang tua yang mengalami tekanan psikologis cendrung tidak bisa
menangkap makna pembicaraan yang jelas dan baik, sehingga apa yang
disampaikan dan apa yang di dengar seseorang akan berbeda dengan apa yang
disampaikan, pemicunya adalah beban pikiran yang tidak bisa berkonsentrasi
sehingga bereaksi pada daya kerja otak.
Karena merasa tidak tenang Ibu Nuraini berbicara tidak terarah beliau
menuturkan akan kerja di luar negri, karena merasa hal tersebut akan membuat dia
tenang, bertanya bebrapa kali namun tatapannya kosong dan pertanyaan yang
sama harus di ulang bebrapa kali. Proses wawancara bersama ibu nuraini

69
Fatima, selaku ibu yang memiliki anak stunting di Desa teluk, wawancara pada tanggal
17 Februari 2021.
50

[S]aya berpikir untuk bisa bekerja di jauh dan menitipkan anak-anak


kepada orang lain, ini tentu akan membuat pikiran saya tenang.
Dari hasil observasi penulis di Desa Teluk pada Tanngal 10 Februari 2021
menyatakan bahwa memang adanya Tekanan Psikologis Orang yang di picu
karena memiliki Anak Stunting Di Desa Teluk. Dapat di lihat dari adanya rasa
cemas berlebihan orang tua, adanya pola makan dan pola tidur yang tidak teratur,
emosi yang tidak terkontrol, sering mengurung diri dari lingkungan sekitar, dan
butuhnya obat penenang agar bisa sedikit meringatkan beban pikiran.

B. Fator Penyebab adanya Tekanan Psikologis Orang Tua yang Memiliki


Anak Stunting di Desa Teluk Kecamatan Pemayung.
Ada beberapa Faktor penyebab adanya tekanan psikologis orang tua yang
memiliki anak Stunting Di Desa Teluk yaitu faktor Internal dan Ekternal di
antaranya adalah
1. Lingkungan
Tekanan psikologis sering kali muncul dari lingkungan sekitar,
masyarakat yang tidak mengerti akan kodisi yang dialami orang tua yang
memiliki anak Stunting akan menjadi pemicu adanya tekanan stress, agresi
bahkan permusuhan, pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa,
terutama mengapa anak itu berbeda tampa di sadari ini adalah faktor pemicu
utama orang tua enggan untuk bisa bersosialisasi karena banyaknya
pertanyaan seputar hal tersebut.
Perbedaan yang dialami seorang anak dengan anak normal lainnya
tentu akan membuat banyak nya kekhawatiran, tertutama dalam lingkung
nya, sosialisasi orang tua serta perbedaan ataupun perbandingan yang di
lakukan oleh tuntutan lingkungan, Berdasarkan hasil wawancara penulis
bersama ibu siti Nurmala ibu dari anak yang bernama Azam Aulian Putra:
[S]aya sering di tanya mengapa anak saya lebih kecil di bandingkan
dengan anak saya, padahal lahir di bulan yang sama, apakah anak ibu
tidak menyukai sayur, apakah anak ibu di kasih ASI atau hanya di
kasih susu Formula? Dan lain sebagainya pertanyaan dari orang
pertama mungkin bisa saya jawab namun jika lebih dari satu orang
51

bertanya demikian tentu saya akan tersinggung dan itu yang


menyebabkan saya mudah sekali mararah.70
Bahwa ibu siti nurmala merasa terganggu dengan banyak nya
perhatian yang lebih terhadap anaknya sehingga menyebabkan nakanya
nampak terlalu berbeda dengan kebanyakan anak lainnya.
2. Keluarga
Munculnya tekanan psikologis pada orang tua dengan anak penderita
stunting salah satunya pemicunya adalah kurangya dukungan orang tua, ibu
yang mengurus anak membutuhkan perhatian serta dukungan yang lebih
dalam menghadapi masalahnya, kerja sama dalam pengurusan anak akan
menimbulkan rasa kepedulian yang tinggi untuk seorang ibu.
Dukungan keluarga adalah penguat terbaik bagi seorang ibu ataupun
orang tua yang memiliki anak stunting, ketenangan dalam pemikiran, dan
psikologis yang baik, dukungan tersebut tidak di dapatkan oleh ibu Fatima
dari dalam lingkungan keluarga besarnya.Berdasarkan hasil wawancara
penulis dengan ibu Fatima ibu dari Muna Putri:
[D]ukungan keluarga adalah penguat saya dalam pengasuhan anak,
namun hal ini tidak saya dapatkan dari keluarga saya, suami saya
bekerja dari pagi dan pulang mangrib, dan saat malam suami saya
langsung tidur, anak-anak saya yang lain masih kecil dan tidak
mengerti kondisi saya.71
Bahwa ibu fatima merasa dukungan keluarga serta peran yang lengkap
dalam pengasuhan anak nya menjadikan nya lebih kuat lagi dalam
menghadapi kondisi anaknya.
Dukungan keluarga merupakan pemberi semangat yang sangat baik
untuk orang tua yang mengalami tekanan psikologis di Desa Teluk
Kecamatan Pemayung.
Berdasarkan hasil wawancara bersama ibu Nurhasanah orang tua yang
memiliki anak Stunting bernama nur azizah di Desa Teluk Kecamatan
Pemayung.

70
Siti Nuramala, Orang tua yang memiliki anak Stunting di Desa Teluk, wawancara
dengan penulis dilakukan pada tanggal 14 februari 2021.
71
Fatima, selaku orang tua yang memiliki anak Stunting di Desa teluk yang bernama
Muna Putri, wawancara dengan penulis pada 18 februari 2021.
52

[K]eluarga merupakan sumber kekuatan yang sangan baik dalam


menghadapin masalah saya saat ini, saya merasa keluarga saya sangat
membantu keadaan pikiran saya, mereka tidak pernah membuat saya
merasa terbebani, mereka selalu membantu apapun yang sedang saya
alami, anak pertama saya mengerti apa yang sedang saya alami,
begitupun suami yang begitu baik dan sabar menghadapin pertanyaan-
pertanyaan orang lain tentang kondisi anak saya saat ini.
Dalam hal ini ibu nurhasanah mendapat dukungan yang penuh dari
kelurga besarnya dalam penerimaan kondisi anak.
3. Kurang nya edukasi masyarakat tentang Stunting
Karena lemah nya edukasi tentang Stunting serta penangganan
masyarakat yang tidak mengerti tentang stunting menyebabkan orang tua
yang memiliki anak stunting mejadi bahan pembicaraan, ini akan menjadi
pemicu penguatan terhadap perilaku yang sama terlebih terhadap masyarakat,
mereka yang tidak memahami kodisi mental orang tua akan terus bertanya
dengan pertanyaan yang sama sehingga timbul tindakan pembiaran, namun
kondisi seperti ini jika terus di biarkan akan berpenggaruh sangat singnifikat
terhadap mental orang tua.
Minimnya pemahaman serta edukasi yang tepat tentang Stunting dan
dampak yang akan di timbulkan dari gangguan Psikologis orang tua yang
memiliki anak stunting menjadiakn orang tua yang memiliki anak Stunting di
desa teluk mengalami bebrapa masalah pada psikologis orang tua dan
perkembangan anak Stunting itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap ibu halimah selaku kader di posyandu Desa Teluk.
[S]aya bertanya tentang hal yang sama setiap kali saya bertemu dengan
ibu dengan anak Stunting, bagi saya itu hal yang wajar, karena saya
bertanya dengan maksud ingin tahu, bukan untuk menyakiti.72
Bahwa ibu Halima memberikan pertanyaan yang sama tentang kondisi
anak penderita stunting pada orang tua nya karena menganggap hal tersebut
adalah hal yang biasa saja Berdasarkan hasil wawancara penulis bersama
kepala Desa Teluk:
[M]enumbuhkan kesadaran masyarakat untuk bisa memeriksakan ibu
dan anak ke posyandu adalah hal yang cukup sulit, butuh kesadaran
individu itu sendiri, beberapa fasilitas penunjang sudah di sediahkan
seperti gedung posyandu, timbangan berat badan, pengukur tinggi

72
Halimah selaku kader posyandu, wawancara dengan penulis pada tanggal 15 februari
2021.
53

badan, vaksinasi, vitamin, pengangaran makanan tambahan bahkan


anggaran untuk menambah gedung posyadu kedua, namun pemikiran
orang tua yang masih teikat dengan pengobatan tradisonal dengan
mendatangin orang pintar adalah salah satu solusi yang di rasa tepat
untuk masyarakat desa teluk. Latar belakang pendidikan orang tua juga
menjadi pemicu rendah nya kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan serta keselamatan bayi dan kodisi ibu mengadung sudah
dapat di deteksi sedini mungkin. Saya menyerah ini kepada para kader
Posyandu, bidan Desa dan kades Poskesdes karena pendekatan yang di
bangun di rasa cukup tepat untuk penaganan anak dan ibu.
Penganggaran untuk pencegahan Stunting sudah cukup besar di Desa
Teluk, Desa mengcukurkan Dana Sebesar 18.000.000 total alokasi
dana untuk pembuatan sumur galian, dan jamban sehat, pembuatan
gedung posyandu serta anggaran makanan tambahanan bagi anak
Stunting dan gizi Buruk.73
Bahwa Abdussomad selaku Kepala Desa Teluk menganggap bahwa
perlu adanya edukasi serta pemahaman yang harus diberikan kepada orang
tua anak penderita Stunting ataupun calon ibu baru untuk menekan adanya
kesenjangan sosial serta meningkatnya kesehatan ibu dan anak yang ada di
Desa Teluk, Untuk penganggaran dan penunjang kesehatan orang tua dan
anak telah di siapkan tinggal lagi kesadaran masyarakatnya saat ini.

C. Aspek Yang Mempengaruhi Psikologis Orang Tua Yang Memiliki


Anak Stunting di Desa Teluk
Proses kehidupan psikis manusia selalu diikiuti oleh ketiga aspek yaitu
aspek kognitif, aspek emosional dan aspek kemauan atau hubungan
interpersonal di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Aspek kognitif yang terdiri dari prasangka, belajar sosial, motivasi,
pengamatan serta ingatan, orang tua yang dengan anak penderita stunting
pada dasarnya sering mengalami emosi yang tidak terkontrol, kurang nya
motivasi ataupun dukungan dari keluarga ataupun lingkungan serta
hubungan individu dengan lingkungannya. Proses belajar dengan
lingkungan yang mendukung serta positif akan menghasilkan perilaku
sosial yang baik.

73
Abdussomad, selaku kepala Desa Teluk sebagai responden tambahan, wawancara
dengan penulis dilakukan pada tanggal 14 Februari 2021 di Rt 02.
54

Mengigat merupakan kemampuan jiwa untuk memasukkan,


menyimpan serta menimbulkan kembali hal-hal yang lampau. Seperti yang di
tuturkan oleh ibu Fatima, bahwa sahnya beliau memiliki ingatan yang kurang
baik.74
[S]sering melupakan jadwal memeriksakan anak ke posyandu, kadang
juga sering bertengkar dengan suami karena terlalu pelupa, bahkan
sering kehilangan kunci rumah serta benda-benda penting lainnya,
disadari bahwa usia saya terlalu mudah untuk bisa memiliki sifat lupa.
Bahwa dari keterangan ibu Fatima dia sering melupakan hal-hal yang
bersifat penting dan disadari bahwa beliau terlalu muda untuk memiliki sifat
pelupa.
2. Emosi merupakan suasana ataupun perasaan seseorang yang memiliki ciri
pengungkapan tak kadang emosi juga bisa bersifat sebagai pembangkit
energy, sebagai pembawa informasi atau sumber informasi.
Bagi ibu siti nurmala emosi merupakan pembawa pesan yang baik
untuk keluarga dan lingkungannya.75
[M]arah adalah salah hal yang biasa dilakukan karena dengan marah
saya merasa legah, karena saya bukan tipe orang yang memendam,
mengungkapan emosi akan membuat suasana hati jauh lebih baik
meskipun kadang sulit untuk di kendalikan.
Bahwa ibu nurmala merasa dengan mengungapkan emosi merasa lebih
legah karena merasa bukan tipe yang memendam.
3. Hubungan Interpersonal, merupakan interaksi atau hubungan dari dua
orang atau lebih yang memiliki pola interaksi yang konsisten, dalam hal
ini di maksudkan dalah hubungan suami istri ataupun hubungannya
dengan keluarga.
Hubungan interpersonal antar orang tua yang memiliki anak penderita
stunting dengan keluarganya meruapakn hubungan yang baiak untuk
keberlangsungan kesehatan anak dan kondisi psikologisnya.

74
Wawancara bersama ibu Fatima orang tua yang memiliki anak Stunting di Desa Teluk
pada tanggal 16 februari 2021.
75
Wawancara bersama ibu Nurmala orang tua yang memiliki anak Stunting di Desa
Teluk pada tanggal 16 februari 2021.
55

[D]ukungan keluarga yang baik mampu membuat saya merasa tenang


dan mendapatkan perhatian yang lebih, semangat saya untuk bisa
mengasuh anak akan lebih baik lagi.
Bahwa ibu nurhasanah memiliki rasa yang aman dengan dukungan
keluarga.
Dari hasil observasi penulis di Desa Teluk pada tanggal 16 januari
2021 faktor yang menjadi pemicu munculnya tekanan psikologis yaitu:
kurang nya dukungan serta perhatian suami dalam penggasuhan anak
stunting, kurang nya edukasi masyarakat tentang tekanan yang akan muncul
saat orang tua di Tanya seputar perkembangan kondisi anak Stunting, serta
lingkungan sekitar yang menyebabkan orang tua stress, mudah tersurut emosi
serta agresi karena sering munculnya pertanyaan tentang anak Stunting.
Ada beberapa solusi yang bisa di tawarkan untuk kondisi yang dialami
oleh orang tua yang memiliki anak stunting di desa teluk salah satunya
adalah:
a. Mencoba aktivitas yang menenangkan yaitu Saat merasa terpuruk karena
adanya tekanan psikologis coba lakukan aktifitas beragam seperti
membaca buku, menonton film, yoga, meditasi, melakukan relaksasi,
liburan, memasak ataypun kegiatan lain yang membuat nyaman.
b. Rajin berolahraga, olahraga dapat memberikan mamfaat bagi tubuh
lakukan selama 30 menit setiap hari dalam menimbulkan efek yang baik
dan pikiran yang tenang untuk tubuh manusia.
c. Mengkonsumsi makanan seimbang dan bergizi, saat tubuh manusia
mengalami tekanan biasanya cendrung tidak mempedulikan bagaimana
penampilan serta dirinya, hal ini menyebabkan kurangnya asupan nutrisi
dalam tubuh sehingga di sarankan untuk bisa mengkonsumsi makanan
seimbang dan bergizi agar tubuh kembali normal.
d. Istirahat yang cukup, istirahat dapat membantu tubuh untuk kembali
normal, oleh karena itu cukupi istirahat sebanyak 7-9 jam setiap harinya
dan untuk membantu tidur ataupun mengistirahatkan tubuh.
e. Curhat, merupakan salah satu cara untuk dapat menghindari tekanan
psikologis, orang yang dapat mengeluarkan uneg-uneg dalam dirinya
56

akan merasa lega, dan saat di berikan solusi seseorang akan merasa di
pedulikan dan merasa terbantu atas solusi yang diberikan, maka lakukan
lah curhat kepada orang yang tepat.
f. Lakukan Konseling, jika di rasa semakin parah dan sulit diatasi tekanan
psikologis yang dialami maka konsultasikan hal tersebut kepada
Konselor. Tekanan psikologis juga sebaiknya di periksakan kepada
psikolog atau konselor apabila di sertai dengan ide ataupun percobaan
bunuh diri, halusinasi, serta gangguan kecemasan yang sulit di atasi.76
Selain dalam pengatasan masalah psikologis orang tua penulis juga
dapat memberikan saran kepada para pengambil kebijakan di desa dengan
menyediakan penyuluhan tentang psikologis orang tua saat mengandung hingga
melahirkan, memberikan edukasi mendalam tentang stunting serta penerimaan di
lingkungan sekitar.

76
Musradinur, Stres dan Cara Mengatasinya Dalam Perpsektif Psikologi, Jurnal
Edukasi.Vol 2, Nomor 2, Juli 2016.Halm. 197.
BAB IV
TINGKAT RELIGIUSTAS ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK
STUNTING DI DESA TELUK.

A. Tingkat Religiustas Orang Tua Yang Memiliki Anak Stunting.


Religiustas adalah satu kesatuan unsur yang komfrehensif, yang
menjadikan seseorang disebut sebagai orang yang beragama (being religious), dan
bukan sekedar mengaku mempunyai agama (having religious). Religiustas
meliputi pengetahuan Agama,penggalaman Agama, perilaku (moralitas) agama,
dan sikap sosial keagamaan. Dalam islam religiustas, pada garis besarnya
tercermil dalam pengamalan akidah, syaria‟ah dan ahlak. Atau dengan ungkapan
lain: iman, islam, dan ihsan.77
1. Dimensi ihsan (penghayatan) sesudah memiliki keyakinan yang tinggi dan
melaksanakan ajaran agama (baik ibadah maupun amal) dalam tingkatan yang
optimal, maka dicapailah situasi ihsan.
Sebagai seorang penganut agama yang berpegangang tebuh pada
kepercayaan kitab yang dianutkan maka seseorang butuh penghayatan serta
keyakinan penuh yang di wujudkan dalam praktik kegamaannya, serta menjahui
segala larangan yang di yakini oleh sebuah penganutan agama. Berdasarkan hasil
observasi serta wawancara penulis bersama ibu nurhasanah ibu dari anak
penderita Stunting di Desa Teluk.
[C]obaan yang saya terima saat ini adalah yang terbaik untuk saya dan
kehidupan saya, anak pertama saya gizi buruk lalu meninggal, anak
kedua saya disleksia dan anak ketiga saya menderita Stunting, saya
menerima semua dengan lapang dada, saya selalu berusaha demi
kesembuhan anak-anak saya hingga menempuh pengobatan di luar kota,
dengan mendekatkan diri ada rasa tenang dan cobaan ini tidak terasa berat,
perbedaan yang dimiliki anak-anak saya merupakan anugrah karena anak
merupakan augrah yang dititipkan oleh Allah, suami serta keluarga yang
mendukung serta menguatkan menjadi penguat dalam menjalani hidup,
saya optimis bahwa anak say a akan sembuh dan membanggakan.
Pendekatan diri kepada Allah SWT merupakan upaya yang dapat saya
lakukan dari ketidak tenangan yang saya dapatkan dari lingkungan sekitar

77
Muhaimin, Abdul Mujib dan Jusuf Muddzakir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam
(Jakarta:Kencana, 2005), hal 34

57
58

yang menghina fisik serta kesehatan anak saya sadar bahwa akan ada
kewajiban yang harus saya jalankan seperti sholat 5 waktu, puasa,
membayar zakat, menghadiri serta mengikuti pengajian, menghormati
suami selaku kepala keluaraga serta, dan membaca Al-Qur‟an, syaa
menyakini cobaan ini di berikan karena saya mampu melewatinya.78
Bahwa ibu nurhasanah penerima sepenuhnya kondisi anak nya, tetap
mendekatkan diri kepada sang pencipta, melaksanakan perintah sang pencipta
mentaatinya serta selalu bedoa agar diberikan jalan terbaik untuk kondisi anaknya.
Dengan mendekatkan diri kepada sang penciptta ia akan merasa tenang.
2. Dimensi pengetahuan, aspek ini berkaitan dengan pengetahuan dan
pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Orang-orang yang
beragama paling tidak harus mengetahu hal-hal yang pokok mengenai dasar-
dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.
Dalam pengajaran sebuah agama yang berpengangang tebuh pada kitab,
seorang penganut agama haruslah memahamai serta mengetahui tentang
pengetahuan agamanya, seperti membaca kitab, menjalankan wajib, serta hal
yang sunah, pendekatan keluarga yang kurang serta pemahaman agama yang
yang kurang baik menjadikan ibu Fatima tidak memiliki pemahaman agama yang
baik.Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis
bersama ibu Fatima yang memiliki anak Stunting di Desa Teluk.
[D]ukungan kelurga yang tidak di dapatkan membuat pendekatan dengan
sang pencipta menjadi kurang, pemahaman tentang agama seperti mengaji
dan sholat juga tergolong kurang, ikut kajian agama hanya jika di ajak
bukan tergerak dari diri sendiri, motivasi mengerjakan perintah wajib atau
sunah tidak ada, saya bersosialisasi dengan lingkungan sekitar karena saya
butuh sahabat untuk becerita sedikit menghilangkan beban pikiran lalu
pulang kembali kerumah, menjalankan perintah agama karena saya
melihat orang lain sholat, maka saya ikuti.79
Kurang nya dukungan kelurga serta pemahamn agama yang kurang
menyebabkan ibu fatima tidak bisa mengaji, tetap melaksanakan sholat namun
tidak dalam pengajaran yang benar. Butuhnya motivasi ataupun dorongan dari
keluarga atapun sahabat.

78
Nurhasanah, Orang Tua yang memiliki anak Stunting, wawancara dengan penulis pada
tanggal 18 februari 2021.
79
Fatima, orang tua yang memiliki anak stunting di desa teluk, wawancara dengan penulis
pada tanggal 14 februari 2021.
59

B. Aspek yang mempengaruhi tingkat Religiustas Orang Tua Yang


Memiliki Anak Stunting.
1. Dimensi peribadatan atau praktek (rituakistik) ciri yang tampak dari
religiustas seorang muslim adalah dari perilaku ibadahnya kepada Allah
azza wa jalla. Dimensi ini dapat diketahui dari sejauh mana tingkat kepatuhan
seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ibadah sebagaimana yang
diperintahkan oleh agamanya.80
Arti wajib adalah jika di kerjaan mendapat pahala dan jika di tinggalkan
berdosa, pemahaman tersebut sdah tertanam dari sedini mungkin pada diri
individu seseorang bahwa apa yang di perintahkan di jalani akan mendaptakan
pahala serta apa yang dilanggar jangan di kerjakan karena itu berdosa, dari hal
tersebut orang tua yang memiliki anak stunting di Desa Teluk kecamatan
pemayung kabupaten Batanghari menyadari bebrapa hal yaitu: Berdasarkan hasil
observasi penulis bersama ibu siti nurmala:
[S]aya bukan hamba yang terlalu ta‟at namun, untuk sholat saya tetap
mengerjakannya meskipun tidak terlalu tepat waktu dan kadang juga di
tinggal, saya tidak bisa membaca Al-qur‟an, orang tua saya memiliki
pemahaman agama yang cukup berbeda dengan orang pada umumnya,
ayah saya mengerjakan sholat jum‟at namun saat iman di pertengahan
sholat beliau langsung pulang kerumah, berbuka puasa di rumah juga tidak
di segerahkan melaikan berbuka di waktu azan sholat is ya, saya tidak
terlalu mengerti tentang agama yang jelas saya hanya menjalankan
kewajiban saya seperti, sholat, zakat, dan puasa. Saya menerima kondisi
anak saya namun terkadang saya berpikir kenapa saya diberikan cobaan
seperti ini, saya di titipkan seorang anak menderita Stunting. Saya bisa
menerima namun lingkungan tidak bersikap yang sama. Saya menghargai
orang sekitar saya selama orang lain menghargai saya.81
Bahwa ibu Nurmala memiliki orang tua yang bebeda pemahaman
kegamaan dengan orang pada umumnya, tetap melaksanakan sholat walaupun
kadang juga sering di tinggal, melaksanakan puasa tetapi jarang melakukan
ibadah sunnah.

80
Fuad Nasori & R.D Muhammad
81
Siti Nurmala, orang Tua dari M. Azam Aulian Putraanak Stunting yang ada di Desa
Teluk, wawancaradngan penulis pada tanggal 12 februari 2021 di Desa Teluk 2021.
60

Keyakianan kepada sang pencipta di buktikan dengan ketaatan terhadap


agama yang diyakinin nya, mengertjakan perintah nya dan menjauhi dari segala
larangannya. Bersarkan hasil wawancara bersama ibu Fatima orang tuayang
memiliki anak stunting di Desa Teluk kecamatan Pemayung.
[M]enyakini bahwa kebanaran adanya akhirat, surga dan neraka
meruapakan salah satu ketaatan dan kepercayaan yang saya yakini, tetap
melaksanakan sholat serta beribadah semaksimal mungkin selain akan
membuat ketenangan jiwa juga akan merasa lapang dada atas cobaaan
yang di terima.82
Bahwa ibu Fatima adalah orang yang taat kepada perintah Allah serta
penganutanya kepada agama yang diyakininya yaitu Islam.
Religiustas seseorang di buktikan dengan ketaatan dan kepercayaannya
serta menyakinin Sesutu yang diluar nalar serta akal sehat manusia.Berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan ibu Nuraini yang memiliki anak Stunting di Desa
Teluk Kecamatan Pemayung.
[K]eyakinan terhadap perintah yang wajib dan haram dalam Agama
tentu saya tau, saya meyakinin agama saya 100% yaitu agama islam,
namun untuk menjadi hamba yang taat saya akui tidak terlalu, karena
sibuk kadang saya mengabaikan sholat, tidak mengikuti kajian, dan jika
sempat melaksanakan sunnah saya lakukan, dan jika kesibukan saya
terlalu banyak tak jarang saya tinggalkan.83
Bahwa ibu nuraini adalah seorang yang menyakini agama, mengetahui
tetang perintah dan larangan namun bukan hamba yang terlalu taat.
2. Dimensi Keyakinan (ideologi) berisikan pengharapan-pengharapan dimana
orang yang religius berpegang teguh pada pandagan teologis tertentu,
mengakui kebenaran-kebenaran doktrin tersebut.
Kajian keagamaan yang di bentuk oleh pemuka agama dan di ikuti oleh
para penganut nya kaan menjadikan seseorang merasa tentram, karena sifat agama
sendiri yaitu memberikan ketentraman bagi penganutnya, seorang penganut
agama yang mempercayaisuatu agama tentu membutuhkan kajian untuk
mengising ruang kosong dan pertanayaan seputar penganutannya, dan agama dan
kajian yang tepat akan menjawab hal tersebut. Berdasarkan hasil wawancara

82
Wawancara bersama ibu Fatima orang tua yang memiliki anak stunting di Desa Teluk
kcematan pemayung pada tanggal 14 Februari 2021.
83
Nuraini, orang tua yang memiliki anak Stunting di Desa Telk, wawancara dengan
penulis pada tanggal 4 maret 2021.
61

dengan orang tua yang memiliki anak Stunting d desa teluk kecamatan pemayung
kabupaten Batanghari adalah:
[S]aya mengikuti kajian agama bersama ustadz Abdullah setiap harinya,
saya merasa tentram dengan menambah wawasan saya maka akan
menambah kedekatan saya dengan sang pencipta sehingga saya
semankin sabar84
Dengan mengikutin pengajian bersama ibu nurhasanah semakin sabar dan
ikhlas terhadap masalah yang di hadapi.
3. Dimensi penggalaman adalah Wujud religiustas yang semestinya dapat segera
diketahui adalah perilaku sosial seseorang. Kalau seseorang selalu melakukan
perilaku positif dan konstruktif kepada orang lain dengan motivasi agama,
maka itu adalah wujud keberagamaanya.85
Keyakinan seseorang dalam agamanya akan memberikan dampak yang
baik bagi lingkungannya, karena agama merupakan pengajaran yang baik itu
seseorang bertingkah laku baik itu dalam lingkungan sosial maupun individu itu
senidiri. Berdasarkan hasil observasi penulis bersama orang tua anak Stunting
yaitu Ibu Nuraini:
[B]ersosialisai dengan masyarakat adalah hal yang cukup susah saya
lakukan, jangan kan sekedar interaksi untuk hadir di pengajian ataupun
majelis taklim saja jarang, saya juga tidak tergabung dalam kajian apapun
seperti ibu-ibu lain, ini di sebabkan kesibukan saya dan suami serta tempat
tinggal yang jauh dari keramaian desa, suami saya juga tidak membimbing
ataupun mengajak saya untuk melakukan sholat serta saya juga tidak besar
ataupun di besarkan di lingkungan yang taat agama.
Bahwa ibu nuraiani adalah orang yang menutup diri dari lingkungannya,
menyebabkan kurangnya jiwa sosial ataupun kajian agama.
Perilaku seseorang dalam lingkungannya akan menentukan bagaimana
pikiran positif dan bermamfaatnya sebuah interaksi sosial jika dilakukan dengan
hal-hal yang baik yang akan di wujudkan dalam keberagamaanya.Berdasarkan
hasil wawaancara bersama ibu nurhasanah, orang tua yang memiliki anak
bernama nur- azizah.

84
Nurhsanah orang tua yang memiliki anak Stunting di Desa Teluk kecaatan pemayung.
85
Nurhasalah, orang tua yang memiliki anak Stunting di desa teluk kecamatan pemayung.
62

[M]engikuti pengajian rutin, mengajak ibu-ibu lain terlibat serta terus


berbuat baik merupakan hal yang sangat saya sukai karena memunculkan
dampak yang baik bagi pikiran serta kehidupan saya.
Bahwa dalam hal ini, ibu nurhasanah lebih suka berinteraksi sosial
mengajak ibu-ibu lain pengajian serta melakukan hal yang positif.86
Interaksi sosial menentukan perilaku positif dan negative yang seseorang,
jika interaksi dengan lingkungannya baik maka akan baik pula pikiran serta
dampak nya kepada individu. Bersarkan hasil wawancara penulis dengan ibu
Nuraini Orang tua yang memiliki anak sunting Di Desa Teluk.
[B]ercengkrama ataupun bersosialisasi dengan lingkungan sosial tempat
tinggal saya adalah hal yang cukup jarang dilakukan, terlebih tempat
tinggal yang jauh dari keramaian, tidak ada teman berbagi cerita dan
penggalaman hati membuat saya merasa tidak memiliki siapa-siapa,
kesibukan mencari rejeki untuk kehidupan yang lebih layak untuk
keluarga dan anak-anak menuntut saya harus kuat.
Bahwa ibu nuraini mengagagap bahwa ligkungan yang jauh dari padat
penduduk membuat ia kekurangan tempat bercerita sehingga menyebabkan tidak
adanya lingkungan positif yang tercipta.

C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi religiustas.


Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap keagamaan atau
religiustas menurut Thouless adalah:
1. Penggaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial.
Pendidikan agama ataupun pemberian pemahaman yang kurang baik dari
orang tua kepada anak akan menjadikan anak gagal paham tentang agama,
pemahaman itu harus di tumbuhkan sedini mungkin.
Pedidiakn dan pengajaran agama yang baik akan menanamkan
pemahaman yang baik pula, sehingga dalam konteks penguasaan agama akan
baik, wujud peribadatan serta pemahaman lainnya kan beimbang dengan
penharapan penganutan sebuah agama yang berpenganggang tebuh pada kita
suci,dalam hal ini ibu nurmala memiliki orang tua yang pemahaman agamanya
berbeda. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu siti nurmala, orang tua yang
memiliki anak stunting di Desa Teluk yang bernama azam aulian putra:

86
Nurhasanah, Wawancara dengan penulis pada tanggal 18 februari 2021.
63

[O]rang tua saya memiliki pemahaman agama yang berbeda, dan saya di
ajarkan dengan hal yang berbeda pula, saya berbuka puasa di saat
mendekati isya, saya tidak di besarkan dalam pemahaman agama yang
baik, tidak bisa mengaji dan tidak dengan pemahaman bacaan sholat yang
benar.
Kurangnya didikan agama yang baik di keluarga ibu nurmala menjadikan
beliau gagal paham soal pemahaman tentang agama.
2. Berbagai pengalaman yang membantu sikap keagamaan terutama
penggalaman-pengalaman mengenai keindahan, keselarasan, kebaikan dunia,
konflik moral, dan pengalaman emosional keagaman (faktor afektif)
Pemahaman agama di cerminkan oleh kebaikan dan keindahan tak kadang ada
pemahaman yang kurang baik karena kurang nya sebuah pengkajian.
Kajian tentang sebuah agama tidak kadang bertolak belakang dengan akal,
namun dalam hal kepercayaan seorang penganut akan mempercayai secara penuh
dengan berbagai penggalaman kegamaan serta pengkajian maka seseorang yang
baik dalam agamanya akan berkonsutasi dengan pemuka agama. Berdasarkan
hasil wawancara dengan ibu nuraini yang memiliki anak Stunting di Desa Teluk.
[S]aya melihat ada beberapa hal yang menganjal di Desa Teluk ini, salah
satunya adalah wanita yang baru di izinkan sholat id beberapa tahun
belakangan ini, serta wanita yang sudah ijab kobul tetapi tidak di iznkan
satu rumah sampai resepsi.87
Ibu nuraini kurang memahami mengapa tradisi di Desa Teluk berbeda
bahkan aneh akan tetapi harus tetap menerima hal tersebut, kajian agama yang ada
di desa ini kurang diperbaiki sebelumnya.
3. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan-kebutuhan
yang tidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan yaitu jenis
kebutuhan berhubungan dengan jaminan keamanan stbilitas, perlindungan,
struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan bebas dari rasa takut
cemas dan lain sebagainya, cinta kasih yaitu kebutuhan untuk memiliki dan
dimiliki, memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan dan
kekeluargaan, harga diri yaitu perasaan dihargai orang lain serta pengakuan
dari orang lain, serta ancaman kematian.

87
Nuraini, orang tua yang memiliki anak stunting di Desa Teluk.
64

[K]arena kekhawatiran akan kesembuhan anak membuat kedekatan saya


dengan sang pencipta krang, saya mengakui hal tersebut ada ruang hampa
dan ksosong yang saya rasakan. Ingin mengikuti kajian yang ada di desa
teluk namun untuk melakukan hal itu saya harus membawa anak saya,
dengan kondisi anak yang demikian saya malah khawatir akan jadi bahan
pembicaraan yang lebih luas lagi.
Dalam hal ini ibu nuraini menganggap bahwa iya merasa sendiri di dalam
lingkunganya, dukungan dari keluarga dan sahabat juga kurang, sehingga
menarik diri dari lingkungannya.
4. Berbagai proses pemikiran verbal (Faktor Intelektual) yaitu penggaruh
pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial, penggalaman
keagamaan, faktor tumbuh dari kebutuhan yang tidak terpenuhi serta berbagai
proses pemikiran verbal.
Berdasarkan hasil wawancara bersama ibu siti nurmala di desa teluk pada
tanggal 18 februari 2021.
[K]arena kurangnya pemahaman agama yang baik di dalam keluarga
saya, saya merasa tidak adanya kepedulian di sekitar yang membuat saya
merasa semakin sendiri dalam menghadapi masalah ini, saya butuh orang
lain untuk berbagi cerita serta ingin di hargai oleh lingkungan dengan
kondisi anak saya.88
Dalam hal ini ibu nurmala menganggap bahwa iya merasa sendiri di dalam
lingkungannya, dukungan dari keluarga dan sahabat juga kurang, sehingga
menarik diri dari lingkungannya
Dari hasil observasi yang penulis lakukan di Desa Teluk kecamatan
pemayung pada tanggal 20 februari menunjukan ada bebrapa faktor yang
menjadi pemicu perkembangan sikap keagamaan atau tingkat religiustas di
antaranya adalah faktor Intelektualitas seseorang hamba karena adanya
Penggaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial.

88
Siti nurmala orang tua yang memiliki anak stunting di desa teluk.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil observasi penelitian tentang Dampak Tekanan Psikologis
Orang Tua Yang Memiliki Anak Stunting Di Desa Teluk Kecamatan
Pemayung dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Tekanan Psikologis Orang Tua Yang mmiliki anak stunting di Desa
Teluk Kecamatan Pemayung Antara lain adalah: menutup diri dari
lingkungan sekitar, Stress ataupun Depresi yang berlebihan, emosi yang
tidak terkontrol, pola makan dan pola tidur yang tidak teratur,
kecemasan berlebihan serta isi pembicaraan kosong.
2. Faktor Penyebab adanya tekanan Psikologis Orang tua yang memiliki
Anak Stunting di Desa Teluk Kecamatan Pemayung adalah lingkungan
sekitar tempat tinggal, Dukungan dari keluarga, Serta kurangnya edukasi
ke Masyarakat tentang Stunting.
3. Tingkat religiustas orang tua yang memiliki anak stunting di Desa Teluk
Kecamatan Pemayung adalah: dimensi peribadatan atau praktek
(ritualistik), dimensi keyakinan (ideologi) berisikan pengharapan-
pengharapan, dimensi penggalaman dimesi ihsan (penghayatan), dan
dimensi pengetahuan.

B. Implementasi Penelitian
Sesuai dengan skripsi yang di susun mengenai Dampak Tekanan
Psikologis Orang Tua yang Memiliki Anak Stunting di Desa Teluk
Kecamatan Pemayung, maka peneliti dapat memberikan saran-saran yang
berguna untuk bahan masukan dan perubahan bagi pembaca yaitu
berdasarkan hasil dari kesimpulan yang telah dirumuskan, maka peneliti
memberikan saran kepada kepala Desa Teluk serta para Orang tua yang
memiliki proplema yang sama, agar dapat meningkatkan keimanan, serta
kedekatan dengan pencipta untuk dapat menghindari diri dari dampak
tekanan psikologis yang muncul, yang dapat memicu berbagai masalah
yang lebih parah lagi, setiap anak adalah anugrah dan setiap anak memiliki
kelebihannya masing-masing, sikap menerima serta sabar harus
ditanamkan oleh orang tua.
Sarana, prasaranan serta fasilitas penunjang kesehatan, kesadaran
orang tua serta calon ibu harus di tingkatkan lagi guna menekan angka
stunting yang ada di Desa Teluk, perlu adanya edukasi yang lebih terarah,
penyuluhan kesehatan yang rutin serta penganggaran kesehatan bayi
Stunting yang ada di Desa Teluk. Apabila hal ini di terapakan oleh
pengambil kebijakan di Desa Teluk kedepanya angka Stunting di Desa
Teluk akan dapat ditekan serta orang tua yang memiliki permasalah yang
sama akan lebih menerima hal tersebut dan berupayah lebih keras lagi
untuk penyembuhan kondisi anak nya.
Hasil penelitian ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu
peneliti berharap penelitian ini dapat dilanjutkan dan dikaji ulang dengan
lebih teliti titik kritik dan saran sangat diperlukan peneliti dalam penelitia
ini.Semoga karya ini dapat menambah wawasan pengetahuan, serta dapat
membawa dampak positif bagi peneliti dan umunya para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan,
Jakarta, Duta Ilmu Surabaya, 2006..
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan-Nya (Jakarta: CV
Pustaka Ilmu 2014).
Shihab M. Quraish, Tafsir Al Misbah Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati. 2002.
BUKU
Hude M Darwis, Emosi- Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi
Manusia Dalam Al-Qur’an, Jakarta Erlangga.
Walgito Bimo. Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: Penerbit Andi
Yogyakarta. 2010)
Hanurawan Fattah, Metode Penelitian Kualitatif untuk ilmu Psikologi,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016).
Lamit Astuti, Masalah Kependekan (Stunting) pada Anak Balita: Analisis
Prospek penanggulangannya di Indonesia, IPB Press, Bogor, juni 2015.
Nashori Fuad dan Erike Anggraini, Agenda Psikologi Islami, Yogyakarta:
Pustaka pelajar, 2002
Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Ghony M. Djunaidi, Metode Penelitian Kualitatif, ( Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017).
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
(Bandung:Alfabet, 2013).
Anggito Albi, Johan Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Sukabumi:
Cv Jejak, 2018).
JURNAL & SKRIPSI
Budiyanto HM, Hak-Hak Anak Dalam Prspektif Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
L Sandra, Dinamika Psikologis Interaksi, Konsep Diri, Dan Identitas
Online, Disertasi, (Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta),
2012
Narul, Faktor Resiko Stunting Usia 6-23 bulan di kecamatan bontoramba,
Jurnal MKMI.Vol. 01.No.01. September 2015 hal 140.
Anggraini Ayu Diah Made Ni dan Valentina Tience Debora. 2015.
penyesuaian psikologis orangtua dengan anakdown syndrome. Jurnal psikologi
udamaya.Vol.02, No 02.
Mahshulah Zulma Aimmatul, Depresi Pada Ibu Dapat Mengakibatkan
Anak Stunting, ProsidingSeminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, Vol 2, No. 01, 2019.
Kartini Kartono, Psikologi Umum. (Bandung: Mandar Maju, 1996 Dimas
Teguh Prasetyo, Pengasuhan Orangtua Terhadap Kondisi Psikologis Anak yang
ditinggalkan Dalam Keluarga Migran: Sebuah Studi Literatur, Jurnal
Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan, Vol.04, No. 02, 2015.
Rohmat, Keluarga Dan Pola Pengasuhan Anak, Jurnal Studi Gender dan
Anak, Vol. 05, No.01,Januari-Juni 2010.
Amorisa Wiratri, Menilik Ulang Arti Keluarga Pada Masyarakat
Indonesia, JurnalKependudukan Indonesia, Volume 13, Nomor. 01, Juni 2018.
HM Budiyanto, Hak-Hak Anak Dalam Perspektif Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan(FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga
Yogyakarta, t.t. 2.
Nasori Fuad dan Mucharam, R.D, Mengembangkan Kreativitas Dalam
Perspektif Psikologi Islam.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
DAMPAK PSIKOLOGIS ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK
STUNTING DI DESA TELUK KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN
BATANG HARI

NO Jenis Data Metode Sumber Data


1. Letak Geografis Desa Teluk -Dokumentasi - Setting
- Dokumen
Geografis
2. Sejarah Desa Teluk - Dokumentasi - Arsip Desa
- Wawancara - Dokumen
Sejarah Desa
Teluk
3. Visi-Misi Desa Teluk - Dokumentasi - Dokumentasi
- Wawancara Visi, Misi dan
Tujuan Desa
Teluk
4. Struktur Organisasi Desa Teluk - Dokumentasi - Bagan Struktur
Organisasi Desa
Teluk
6. Sarana/Fasilitas di Desa Teluk - Observasi - Kepala Desa
- Wawancara Teluk
-Dokumentasi
7. Dampak psikologis Orang Tua di -Observasi -Orang Tua di
Desa Teluk -Wawancara Desa Teluk
8. Faktor yang menyebabkan adanya -Observasi -Orang Tua di
tekanan psikologis orang tua -Wawancara Desa Teluk

9. Tingkat Religiustas orang tua yang -Observasi -Orang Tua di


memiliki anak stunting -Wawancara Desa Teluk
a. Panduan Observasi
NO Jenis Data Observasi
1. Sarana/Fasilitas di Desa Teluk -Sarana dan prasarana yang tersedia
di Desa Teluk
2. Dampak Psikologis Orang Tua -Melihat dan mengamati bagaimana
Yang Memiliki Anak Stunting dampak tekanan psikologis orang tua
yang memiliki anak stuning didesa
teluk.
3. Faktor pemicu terjadinya tekanan -Melihat bagaimana faktor yang
psikologis menjadi pemicu munculnya tekanan
psikologis orang tua yang memiliki
anak stunting di desa teluk.

4. Tingkat religiustas orang tua Melihat dan mengamati bagaimana


tingkat religiustas orang tua yang
memiliki anak stunting di desa teluk

b. Butir-butir Wawancara
NO Objek Wawancara Instrumen
1. Sejarah desa teluk 1. Bisa dijelaskan Bagaimana
sejarah Desa Teluk?

2 Visi Misi Desa Teluk 1. bisa dijelaskan bagaimana visi dan


misi desa teluk

3. Sarana/ Fasilitas di Desa Teluk 1. bisa dijelaskan apa saja


sarana/fasilitas yang ada di Desa
Teluk
4. Dampak Psikologis Orang Tua 1. Bisa dijelaskan apakah anda
yang memiliki Anak Stunting menjadi orang yang memiliki
prasangka buruk terhadap orang
lain karena memiliki anak yang
stunting?
2. Bisa dijelaskan apakah interaksi
sosial anda menjadi tidak baik
karena memiliki anak stunting?
3. Bisa dijleaskan Apakah motivasi
anda hidup terganggu karena
memiliki anak stunting?
4. Bisa dijelaskan apakah emosi
anda stabil karena memiliki anak
Stunting?
5. Bisa dijelaskan bagaimana
hubungan interpersonal anda
dengan orang lain? Apakah
terganggu karena memiliki anak
yang Stunting?
2. Faktor yang menyebabkan adanya 1. bisa dijelaskan apakah anda
tekanan Psikologis peka terhadap kesehatan
anak serta lingkungan sekitar
anda?
2. Bisa dijelaskan Apakah ada
motivasi positif dalam proses
penyembuhan anak anda?
3. Bisa dijelaskan bagaimana
dukungan keluarga, rekan
atau teman anda dalam
proses penyembuhan anak
anda serta memperbaiki
psikologis anda?
4. Bisa dijelaskan Apakah anda
tetap optimis dalam
penyembuhan anak anda?

Tingkat Religiustas Orang Tua 1. Bisa dijelaskan Apakah anda


4. Yang Memiliki Anak Stunting Di tetap melaksanakan
Desa Teluk. kewajiban anda sebagai umat
yang mempercayai adanya
tuhan?
2. Bisa dijelaskan bagaimana
ibadah anda selama ini
kepada sang pencipta ?
3. Bisa dijelasakan bagaimana
perilaku anda terhadap orang
lain disekitar anda? Apakah
hal tersebut disebabkan oleh
agama anda?
4. Bisa dijelaskan apakah anda
tergolong orang yang
memiliki kayakinan tinggi
dalam menjalankan ajaran
agama?
5. Bisa dijelaskan apakah anada
termasuk dalam kategori
orang yang memiliki
pemahaman yang baik
mengenai ajaran agama
anda?
C. Panduan Dokumentasi
No Sumber Data Dan Subtansi
Jenis Data
Wawancara
1. Sejarah Desa Teluk -kepala Desa Teluk
Bagaimana Sejarah Berdirrinya Desa
Teluk
2. Visi-Misi Desa Teluk -Kepala Desa Teluk
Apa visi dan Misi Desa Teluk
3. Sarana/Fasilitas Desa Teluk - Apa saja fasilitas yang ada di Desa
Teluk

DAFTAR RESPONDEN
NO Nama Orang Tua Yang Memiliki Usia Jenis Kelamin
Anak Stunting
1 Siti Nurmala 24 tahun Perempuan
2 Nuraini 28 tahun Perempuan
3 Nurhasanah 31 tahun Perempuan
4 Fatimah 27 tahun Perempuan

DAFTAR INFORMAN
No Nama Jabatan Tempat tinggal
1 Abdussomad Kepala Desa Rt.02 Desa Teluk
2 Muhammad Yusuf Seketaris Desa Rt 01 Desa Teluk
3 Herwani Am.Keb Bidan Desa Rt 07 Desa Teluk
JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama 10 (sepuluh) bulan, mulai dari bulan Oktober 2020, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Oktober November Desember Januari Februari Maret
No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul √
2 Pembuatan proposal √
3 Pengajuan dosen pembimbing √
4 Perbaikan proposal √
5 Pengajuan seminar √
6 Pelaksanaan seminar √
7 Perbaikan proposal setelah seminar √
8 Pengajuan surat izin riset √
9 Riset lapangan
10 Penyusunan data
11 Penulisan skripsi
12 Perbaikan dari pembimbing
13 Penyempurnaan skripsi
14 Munaqasah
15 Wisuda
75

DOKUMENTASI

Dokumentasi Rapat Koordinasi Rembuk Stunting Desa Teluk


76

Dokumentasi bersama Kaur Umum beserta Kasi Kestra Pemerintahan Desa Teluk

Dokumentasi bersama Datok Kepala Desa Teluk.


77

Dokumentasi kegiatan posyandu Desa


78

Dokumentasi Bersama Perangkat Desa


79

Dokumentasi bersama ibu Nuraini


80
81

Tinjauan lokasi untuk pembangunan gedung posyandu II


82
CURIKULUM VITAE

A. Informasi diri
Nama : Saripah
Tempat & Tgl. Lahir : Desa Teluk, 24-Agustus-1997
Pekerjaan : KPMD/Mahasiswi
Alamat : Rt.01 Desa Teluk Kecamatan Pemayung.

B. Riwayat Pendidikan
SI UIN STS Jambi : 2017
MAN 5 Selat : 2016
MTsS Desa Teluk : 2013
SD 18/1 Desa Teluk : 2011

C. Karya Tulis : Penulis Buku Berjudul “Problema Keluarga”

D. Riwayat Organisasi/ Pekerjaan


1. KPMD : SK Tahun 2019
2. PMII : Aggota Tahun 2018
3. KKN-KS Teluk : Ketua Generasi Kartini
4. PPL PA 1 A Jambi : Ketua.

Anda mungkin juga menyukai