Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL SESI 2

EKMA4315 / AKUNTANSI BIAYA / 3 SKS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PERIODE 2024.1

Nama Penulis : Halim Dedy Perdana, S.E., M.SM., M.Rech., Ak


Nama Penelaah : Olivia Idrus, SE., M.Sc
Status Pengembangan :
Tahun Pengembangan : 2024

Nama : Wahyu Rizki Lestari


Nim: 049402285
UPBJJ : Jakarta
Prodi : Akuntansi

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Israel di Gaza, yang kini sudah memasuki bulan
keempat, rupanya telah berdampak buruk pada perekonomian negara Yahudi tersebut.
Diketahui banyak industri yang menghentikan bisnisnya, meski masih ada beberapa
investasi baru.
Menurut laporan Al Jazeera, pemerintah Israel telah mensubsidi gaji 360.000 tentara
cadangan yang dikerahkan ke Gaza sejak Oktober 2023. Banyak di antaranya adalah
pekerja industri teknologi tinggi di bidang keuangan, kecerdasan buatan, farmasi, dan
pertanian.
Pada November 2023, Bank of Israel memperkirakan "dampak kotor" perang terhadap
Israel sebesar 198 miliar shekel atau sekitar Rp836 miliar (kurs Rp4.279 per 1 shekel) dan
menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi 2% per tahun untuk 2023 dan 2024,
turun dari 2,3% dan 2,8%.
Pada Desember 2023, Kementerian Keuangan Israel mengatakan bahwa perang tersebut
kemungkinan akan merugikan Israel sekitar Rp217 miliar pada tahun ini jika fase intensitas
tinggi berakhir pada kuartal pertama tahun 2024.
Pariwisata kemungkinan merupakan salah satu sektor ekonomi Israel yang paling menderita
di tengah perang. Pariwisata Israel menyumbang 2,6% PDB sebelum pandemi pada tahun
2019, sebelum turun menjadi 1,1% pada tahun 2021. Baik pariwisata asing maupun
domestik di Israel telah mengalami penurunan sejak awal perang.
Di seluruh Israel, restoran dan toko masih kosong. Sesaat setelah serangan Hamas ke Israel
selatan dan meletusnya perang di Gaza, banyak maskapai penerbangan membatalkan atau
menangguhkan sebagian besar penerbangan mereka ke Tel Aviv. Banyak pula wisatawan
membatalkan rencana mereka untuk mengunjungi Israel.
Meskipun demikian, beberapa maskapai penerbangan besar seperti Lufthansa dan beberapa
anak perusahaannya, termasuk Swiss International Air Lines dan Austrian Airlines,
melanjutkan penerbangan mereka ke Israel awal bulan ini.
Sebelum Operasi Banjir Al Aqsa, pengunjung ke Israel berjumlah di atas 300.000 setiap
bulannya. Pada November, angka tersebut dilaporkan turun menjadi 39.000.

Industri Konstruksi Terpukul


Konstruksi, yang menyumbang 14% PDB Israel, mendapat pukulan besar sejak perang ini
dimulai. Di seluruh Israel, proyek konstruksi telah dihentikan sejak Oktober dan Israel
membekukan izin pekerja tanpa batas waktu bagi warga Palestina yang merupakan 65-70%
tenaga kerja di sektor konstruksi Israel.
Akibatnya, industri di Israel dan perekonomian Tepi Barat terkena dampak yang sangat
besar. Dari 110.000 warga Palestina yang memiliki izin untuk bekerja baik di wilayah Israel
atau di pemukiman ilegal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, sebagian besar bekerja di
bidang konstruksi.
Kesenjangan ini tidak diisi oleh para pekerja Israel, mengingat bagaimana para pasukan
cadangan dipanggil untuk berperang, atau oleh para pekerja asing yang dalam jumlah besar
telah meninggalkan Israel di tengah konflik ini.
Pada November, Asosiasi Pembangun Israel mengatakan bahwa industri konstruksi Israel
beroperasi pada sekitar 15% dari kapasitas sebelum tanggal 7 Oktober. Sebulan kemudian,
8.000-10.000 pekerja Palestina diizinkan untuk kembali bekerja di permukiman Israel di
Tepi Barat.
Namun jumlahnya masih jauh dari cukup dan untuk mengisi kesenjangan tersebut. Israel
berencana mendatangkan sekitar 70.000 pekerja konstruksi dari China, India, Moldova, dan
Sri Lanka.

Dampak di Sektor Lain


Dampak buruk perang Gaza di seluruh Timur Tengah juga berdampak negatif terhadap
perekonomian Israel di sektor lainnya.
Israel mengimpor berlian, mobil, minyak bumi, dan peralatan penyiaran, antara lain barang-
barang yang datang melalui Laut Merah.
Serangan rudal dan pesawat tak berawak Houthi baru-baru ini di perairan ini sebagai
pembalasan atas serangan Israel di Gaza tidak hanya mengganggu perdagangan global
tetapi juga berdampak pada impor Israel. Banyak impor Israel dari Asia kini dialihkan ke
Afrika, sehingga menaikkan biaya pengiriman.

Sumber:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20240128111708-4-509580/bukti-perang-gaza-jadi-
senjata-makan-tuan-ekonomi-israel-babak-belur

Berdasarkan kasus di atas:


1. Bagaimana analisis biaya dapat membantu perusahaan di sektor konstruksi Israel dalam
mengidentifikasi strategi pengelolaan biaya yang efektif, mengingat penghentian proyek
konstruksi sejak dimulainya perang di Gaza?
2. Dalam konteks penurunan pariwisata dan pengaruhnya terhadap industri pariwisata
Israel, jelaskan bagaimana konsep biaya tetap dan biaya variabel dapat diterapkan untuk
mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan-perusahaan dalam sektor pariwisata selama
periode konflik ini?
3. Mengingat pengurangan pekerjaan Palestina di sektor konstruksi Israel dan rencana
untuk membawa pekerja konstruksi dari luar negeri, bagaimana perusahaan dapat
menggunakan analisis biaya untuk membandingkan biaya antara menggunakan tenaga
kerja Palestina yang lebih murah dengan biaya impor tenaga kerja dari luar negeri?

1. Analisis Biaya untuk Membantu Perusahaan Konstruksi Israel


Menghadapi Penghentian Proyek di Gaza
Analisis biaya dapat menjadi alat yang berharga bagi perusahaan
konstruksi Israel dalam mengidentifikasi strategi pengelolaan biaya yang
efektif di tengah penghentian proyek yang disebabkan oleh konflik di
Gaza. Berikut beberapa caranya:
1. Mengidentifikasi Biaya yang Terpengaruh
a. Biaya langsung: Biaya material, tenaga kerja, dan peralatan
yang terkait langsung dengan proyek yang dihentikan.
b. Biaya tidak langsung: Biaya overhead, administrasi, dan
pembiayaan yang terus berjalan meskipun proyek dihentikan.
c. Biaya masa depan: Biaya yang mungkin timbul di masa depan
akibat penghentian proyek, seperti biaya demobilisasi,
pembatalan kontrak, dan potensi tuntutan hukum.

2. Menganalisis Dampak Keuangan


a. Membandingkan anggaran proyek dengan biaya aktual:
Mengetahui berapa banyak uang yang telah dihabiskan dan berapa
banyak yang masih tersisa.
b. Memprediksi arus kas: Memperkirakan kapan dan berapa banyak
uang yang akan diterima dan dikeluarkan perusahaan di masa depan.
c. Menilai profitabilitas proyek: Menentukan apakah proyek masih
menguntungkan setelah mempertimbangkan biaya yang timbul akibat
penghentian.

3. Mengembangkan Strategi Pengelolaan Biaya


a. Mengurangi biaya langsung: Mencari cara untuk mengurangi biaya
material, tenaga kerja, dan peralatan, seperti menegosiasikan ulang
kontrak dengan pemasok, memberhentikan pekerja sementara, dan
memindahkan peralatan ke proyek lain.
b. Menyesuaikan biaya tidak langsung: Mengurangi biaya overhead
dan administrasi, seperti menunda pengeluaran modal dan memotong
biaya perjalanan.
c. Mengelola biaya masa depan: Menegosiasikan persyaratan kontrak
dengan klien, mencari asuransi untuk melindungi dari kerugian
finansial, dan mengembangkan rencana kontigensi untuk menangani
skenario terburuk
4. Memanfaatkan Teknologi
a. Perangkat lunak analisis biaya: Menggunakan perangkat lunak
untuk melacak dan menganalisis biaya proyek secara real-time.
b. Platform manajemen proyek: Menggunakan platform online untuk
mengelola proyek dan berkomunikasi dengan tim secara efektif.
c. Alat peramalan keuangan: Menggunakan alat untuk memprediksi
arus kas dan profitabilitas proyek dengan lebih akurat.

5. Memperkuat Komunikasi dan Kolaborasi


a. Berkomunikasi secara terbuka dan transparan dengan semua
pemangku kepentingan: Memberikan informasi yang akurat dan
terkini tentang status proyek dan dampak keuangannya.
b. Bekerja sama dengan klien, subkontraktor, dan pemasok: Mencari
solusi yang saling menguntungkan untuk mengurangi biaya dan
menyelesaikan proyek yang tertunda.
c. Melibatkan tim dalam proses pengambilan keputusan:
Mendapatkan masukan dan ide dari semua pihak yang terlibat dalam
proyek. Dengan menerapkan analisis biaya secara cermat dan
proaktif, perusahaan konstruksi Israel dapat mengidentifikasi strategi
pengelolaan biaya yang efektif untuk meminimalkan dampak finansial
dari penghentian proyek di Gaza. Penting untuk diingat bahwa situasi
ini terus berkembang, dan perusahaan perlu terus memantau situasi
dan menyesuaikan strategi mereka accordingly.

2. Evaluasi Kinerja Keuangan di Industri Pariwisata:


Article I.Biaya tetap: Biaya yang tidak berubah dengan fluktuasi
tingkat hunian, seperti gaji karyawan, sewa gedung, dan depresiasi
aset.
Article II.Biaya variabel: Biaya yang berubah dengan tingkat hunian,
seperti biaya makanan, minuman, dan perlengkapan mandi.
Article III.Analisis rasio: Perusahaan dapat menghitung rasio
keuangan seperti rasio leverage, rasio likuiditas, dan rasio
profitabilitas untuk menilai kesehatan keuangan mereka selama
periode konflik.
Article IV.Perkiraan pendapatan: : Perusahaan dapat
memproyeksikan pendapatan berdasarkan tren pariwisata masa lalu,
kondisi ekonomi global, dan sentimen terhadap Israel selama konflik.
3. Perbandingan Biaya Tenaga Kerja
1. Biaya langsung : upah, tunjangan, dan pajak untuk pekerja
Palestina dan asing
2. Biaya tidak langsung : perekrutan, pelatihan, dan supervisi
pekerja Palestina dan asing
3. Produktivitas: perbedaan produktivitas antara pekerja Palestina
dan asing harus dipertimbangkan
4. Risiko : Risiko yang terkait dengan memperkerjakan pekerja
asing, seperti masalah budaya, bahasa, dan hukum. Harus
diperhitungkan
Sumber referensi: BMP EKMA4315/ AKUNTANSI BIAYA

Anda mungkin juga menyukai